Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan peningkatan peran pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara mandiri. Melalui P2KP-1 , P2KP-2 dan P2KP-3 terbentuk 6.405 BKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235 kota/ kabupaten dan memunculkan lebih dari 291.000 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta memberi manfaat bagi 18,9 Juta orang (penduduk miskin), melalui 243.838 KSM.
Mempertimbangkan perkembangan positif P2KP tersebut, Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan untuk memperluas jangkauan wilayah dan keberlanjutan pelaksanaan P2KP, dengan mengalokasikan tambahan dana yang cukup signifikan pada tahun anggaran 2007 yang mencakup 7.273 Kelurahan di 834 kecamatan tersebar pada 249 kota/ kabupaten . Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang diluncurkan secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 3 April 2007 di Palu, Sulawesi Tengah sebagai wujud nyata kepedulian Pemerintah untuk mengurangi kemiskinan.
Kegiatan ini diharapkan juga dapat mendukung kesepakatan global pada awal tahun 2000 mengenai Millennium Development Goals (MDGs), sehingga mulai tahun 2007 ini P2KP yang merupakan bagian dari PNPM Mandiri melakukan penyempurnaan pedoman pelaksanaannya yang lebih fokus pada upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan percepatan pencapaian target sasaran MDGs, dengan
Kata Pengantar
menerbitkan buku Petunjuk Pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP 2007.
Melalui buku petunjuk pelaksanaan ini, diharapkan pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP 2007 dapat dilaksanakan oleh seluruh pelaku secara efektif dan optimal untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan jumlah orang miskin di Indonesia menjadi 8,2 % pada tahun 2009 serta diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia sesuai amanat UUD’45.
Semoga bermanfaat. Jakarta, Mei 2007
Agoes Widjanarko Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ...………...…... ii
DAFTAR GAMBAR ...………... iii
DAFTAR TABEL ...………... iv
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ... v
BAB I. PENDAHULUAN ...………... 1
1.1. Latar Belakang ………...………... 1
1.2. Tujuan ………...………... 2
1.3. Sasaran ………...……... 2
1.4. Prinsip dan Pendekatan ………..………... 2
1.5. Lokasi Sasaran ... 3
BAB II. POLA DAN MEKANISME PELAKSANAAN ....…………...…... 4
2. 1. Penerima Manfaat ... 4
2. 2. Bantuan Langsung Maswyarakat ... 4
2. 3. Bantuan Pendampingan ... 6
2. 4. Strategi Pendampingan ... ... 8
BAB III. ORGANISASI PELAKSANAAN ……..…………... 13
3.1. Tingkat Nasional ...………... 13
3.2. Tingkat Propinsi ...………... 14
3.3. Tingkat Kabupaten/Kota ...………... 14
3.4. Tingkat Kecamatan ...………... 14
3.4. Tingkat Kelurahan/Desa ...………... 15
BAB IV. PENUTUP ……..…………... 17
LAMPIRAN-LAMPIRAN:
1. Lampiran 1 : Info Ringkas PNPM, IPM dan MDGs
2. Lampiran 2: Langkah-langkah Kegiatan PNPM Mandiri P2KP 2007 di Tingkat Masyarakat 3. Lampiran 3: Rencana Aksi Anti Korupsi Indonesia
4. Lampiran 4: Indikator Kinerja PNPM P2KP 2007
Daftar Gambar
Gambar 2.1. Tahapan Kegiatan PNPM-P2KP di Lokasi Lama ... 9
Gambar 2.2. Tahapan Kegiatan PNPM-P2KP di Lokasi Baru ... 11
Gambar 2.3. Tahapan Kegiatan PNPM-P2KP Tingkat Kota/Kabupaten ... 12
Daftar Tabel
Tabel 2.1: Distribusi Alokasi Dana BLM di Kelurahan Lama ... 4
Tabel 2.2: Distribusi Alokasi Dana BLM di Kelurahan Baru ... 5
Tabel 2.3: Mekanisme Pencairan Dana BLM dan Pra-Syarat Pencairan untuk Lokasi Lama ... 5
Daftar Istilah & Singkatan
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahBappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BAPPUK : Berita Acara Penetapan Prioritas Usulan Kegiatan
BI : Bank Indonesia
BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat BLM : Bantuan Langsung Masyarakat BOP : Biaya Operasional
BPD : Badan Perwakilan Desa
BPKP : Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan
Dokumen SPK-D : Dokument Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Daerah DPT : Diskusi Partisipatif Terpadu
Depdagri : Departemen Dalam Negeri Dep.Keu : Departemen Keuangan Dep.PU : Departemen Pekerjaan Umum Executing Agency : Penyelanggara Program
Fasilitator : Tenaga Pengembangan Masyarakat P2KP
FGD : Focussed Group Discussion / Diskusi Kelompok terarah FKA-BKM : Forum Komunikasi Antar BKM Tingkat Kota/Kabupaten IPM : Indeks Pembangunan Manusia
KBK : Komunitas Belajar Kelurahan KBP : Komunitas Belajar Perkotaan KE : Konsultan Evaluasi
KMP : Konsultan Manajemen Pusat KMW : Konsultan Manajemen Wilayah Korkot : Koordinator Kota, KMW
KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat
Litbang : Penelitian & Pengembangan LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat MDGs : Millennium Development Goals Musrenbang : Musyawarah Rencana Pembangunan
ND : Neighbourhood Development, Pembangunan Lingkungan Permukiman Kelurahan NOL : No Objection Letter
PAKET : Penanggulangan Kemiskinan Terpadu PBL : Penataan Bangunan dan Lingkungan
PDMDKE : Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi PJM : Program Jangka Menengah
PJOK : Penanggung Jawab Operasional Kegiatan PK : Pembuat Komitment
Pej.PK : Pejabat Pembuat Komitment PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga PMD : Pemberdayaan Masyarakat Desa PMT : Program Manager Team
PNPM Mandiri : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri PPM : Penanganan Pengaduan Masyarakat
PRONANGKIS : Program Penanggulangan Kemiskinan
PS : Pemetaan Swadaya
PU : Pekerjaan Umum
Relawan : Warga setempat yang peduli membantu warga miskin di wilayahnya tanpa pamrih Renta : Rencana Tahunan
RK : Refleksi Kemiskinan
RKM : Rembug Kesiapan Masyarakat RT/RW : Rukun Tetangga/Rukun Warga SA : Special Account (Rekening Khusus)
SATKER-P2KP : Satuan Kerja Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
SE-DJP : Surat Edaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan SIM : Sistem Informasi Manajemen
SKS : Satuan Kerja Sementara
SNVT : Satuan Kerja Non Vertikal di tingkat Propinsi SOP : Standard Operational Procedures
SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana SPM : Surat Perintah Membayar SPP : Surat Permintaan Pembayaran SPPB : Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan SPPP : Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan SWK : Satuan Wilayah Kerja
TA : Technical Assistance
TIM INTERDEPT : Tim Pengarah dan Kelompok Kerja Antar Departemen Terkait di Tingkat Nasional TKPP : Tim Koordinasi Pelaksanaan P2KP (tingkat Propinsi dan Kota/Kabupaten)
TKPK-D : Tim Komite Penanggulangan Kemiskinan di Daerah (Tingkat Propinsi atau Kota/Kabupaten) UKM : Usaha Kecil Menengah
UP : Unit Pengelola yang dibentuk BKM UPK : Unit Pengelola Keuangan UPL : Unit Pengelola Lingkungan UPS : Unit Pengelola Sosial
UPP : Urban Poverty Project (P2KP)
I.1. Latar Belakang
Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa institusi kepemimpinan masyarakat yang representative, mengakar dan menguat bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.
Lembaga kepemimpinan masyarakat yang mengakar, representative dan dipercaya tersebut (secara generik disebut Badan Keswadayaan
Masyarakat atau disingkat BKM) dibentuk melalui
kesadaran kritis masyarakat untuk menggali kembali nilai-nilai luhur kemanusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan sebagai pondasi modal sosial (capital social) kehidupan masyarakat.
Dengan demikian, BKM selain diharapkan mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhan mereka, sekaligus menjadi motor bagi upaya penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan, mulai dari proses penentuan kebutuhan, pengambilan keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan program hingga pemanfaatan dan pemeliharaan.
Tiap BKM bersama masyarakat telah menyusun Perencanaan Jangka Menengah Program
Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) secara partisipatif, sebagai prakarsa masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di wilayahnya secara mandiri. Atas fasilitasi pemerintah dan prakarsa masyarakat, BKM-BKM ini mulai menjalin kemitraan dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.
Sejak pelaksanaan P2KP-1 hingga pelaksanaan P2KP-3 saat ini telah terbentuk sekitar 6.405 BKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235 kota/ kabupaten, telah memunculkan lebih dari 291.000 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta telah mencakup 18,9 Juta orang pemanfaat (penduduk miskin), melalui 243.838 KSM. Mempertimbangkan perkembangan positif P2KP tersebut, Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan untuk memperluas jangkauan wilayah dan keberlanjutan pelaksanaan P2KP, dengan mengalokasikan tambahan dana yang cukup signifikan.
Keberlanjutan pelaksanaan P2KP ini sangat penting mengingat kontribusi BLM P2KP saat ini baru membiayai sekitar 10-15% dari kebutuhan program yang disusun masyarakat (PJM Pronangkis), sehingga upaya penanggulangan kemiskinan masih belum optimal. Sedangkan perluasan wilayah sasaran dilakukan dalam rangka upaya mengurangi jumlah penduduk miskin menjadi 8,2 % dari total penduduk indonesia pada tahun 2009.
Mulai tahun 2007 P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, oleh sebab itu mulai tahun ini PNPM Mandiri P2KP diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) dan pencapaian sasaran Millennium
Development Goals (MDGs)1
I.2. Tujuan
Tujuan Pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP adalah sebagai berikut:
a. Mewujudkan masyarakat “Berdaya” dan “Mandiri”, yang mampu mengatasi berbagai persoalan kemiskinan di wilayahnya, sejalan dengan kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri; b. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam menerapkan model pembangunan partisipatif yang berbasis kemitraan dengan masyarakat dan kelompok peduli setempat; c. Mewujudkan harmonisasi dan sinergi
berbagai program pemberdayaan masyarakat untuk optimalisasi penanggulangan kemiskinan;
d. Meningkatkan capaian manfaat bagi masyarakat miskin untuk mendorong peningkatan IPM dan pencapaian sasaran MDGs.
I.3. Sasaran
Sasaran Pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP adalah sebagai berikut:
a. Terbangunnya lembaga kepemimpinan masyarakat (BKM) yang aspiratif, representatif, dan akuntabel untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi serta kemandirian masyarakat;
b. Tersedianya PJM Pronangkis sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka pengembangan lingkungan permukiman yang sehat, serasi, berjati diri dan berkelanjutan;
c. Meningkatnya akses terhadap pelayanan kebutuhan dasar bagi warga miskin dalam rangka meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran MDGs
I.4. Prinsip dan Pendekatan
1.4.1. Prinsip
Sebagai program pemberdayaan masyarakat berbasis nilai, maka prinsip dasar program
adalah “Pemberdayaan Manusia
Seutuhnya” untuk menumbuhkan
kepedulian, kerelawanan dan perilaku yang berpihak pada masyarakat miskin dengan dilandasi keikhlasan memberikan prioritas kepada warga yang lebih menderita, lebih miskin dan lebih parah kondisinya. Untuk itu, nilai dan prinsip yang melandasi pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP adalah:
a) Nilai-nilai luhur kemanusiaan (perilaku/ moral), yakni jujur, ikhlas, peduli, serta dapat dipercaya ;
b) Nilai-nilai kemasyarakatan (modal sosial), yakni kebersamaan, solidaritas sosial, gotong royong, kekeluargaan serta kesatuan dalam keragaman; c) Prinsip pembangunan berkelanjutan
(sustainable development), yakni pelestarian lingkungan, pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial (pendidikan, kesehatan, dll).
1.4.2. Pendekatan
Agar terwujud tujuan yang hendak dicapai PNPM Mandiri P2KP, maka pendekatan yang akan dilakukan adalah:
a. Melembagakan pola pembangunan partisipatif yang berorientasi masyarakat miskin dan berkeadilan, melalui :
• Pembangunan lembaga
kepemimpinan masyarakat (BKM) yang representatif, akuntabel, dan mampu menyuarakan kepentingan masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan;
• Perencanaan Partisipatif dalam menyusun PJM-Pronangkis berbasis pada peningkatan IPM-MDGs
b. Menyediakan stimulan BLM secara transparan untuk mendanai kegiatan penanggulangan kemiskinan yang mudah dilakukan oleh masyarakat dan membuka kesempatan kerja, melalui :
• Pembangunan sarana / prasarana lingkungan
• Peningkatan kapasitas sumber daya manusia
• Pengembangan ekonomi lokal dengan prasyarat tertentu
c. Memperkuat keberlanjutan program, dengan:
• Menumbuhkan rasa memiliki di kalangan masyarakat melalui proses penyadaran kritis, partisipatif, pengelolaan hasil-hasilnya, dan lainnya.
• Meningkatkan kemampuan
perangkat pemerintah dalam perencanaan, penganggaran, dan pengembangan paska program.
• Meningkatkan efektifitas
perencanaan dan penganggaran yang lebih berorientasi pada masyarakat miskin dan berkeadilan.
I.5. Lokasi Sasaran
Lokasi sasaran PNPM Mandiri P2KP untuk tahun anggaran 2007 meliputi 33 propinsi, 249 kota/ kabupaten, 834 kecamatan dan 7.273 kelurahan/ desa, yang terbagi atas 2 kategori, sbb:
a. Lokasi lama (sudah/sedang melaksanakan P2KP)
Kecamatan-kecamatan yang telah menjadi lokasi sasaran P2KP sebelumnya dan sebagian besar BKM diwilayah kecamatan tersebut mempunyai kinerja baik, sebanyak 4.400 kelurahan.
b. Lokasi Baru (Belum ada P2KP)
Kecamatan-kecamatan Perkotaan yang belum melaksanakan P2KP sebanyak 2.873 kelurahan.
2
Pola dan Mekanisme
Pelaksanaan
Pola pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri P2KP tahun 2007 secara umum mengacu kepada Pedoman Umum P2KP-3 dan pedoman-pedoman teknis yang telah ada dengan penyempurnaan-penyempurnaan yang mengarah pada peningkatan IPM-MDGs seperti : 1. Pedoman Teknis Pemetaan Sosial dan Sosialisasi
Awal;
2. Pedoman Teknis Pendaftaran Relawan dan Pelaksanaan RKM;
3. Pedoman Teknis Pelaksanaan Refleksi Kemiskinan (RK);
4. Pedoman Teknis Pelaksanaan Kajian Pemetaan Swadaya (PS);
5. Pedoman Teknis Pembentukan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM);
6. Pedoman Teknis Perencanaan Partisipatif PJM Pronangkis;
7. Pedoman Teknis Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM);
8. Pedoman Teknis Pendampingan Pencairan Dana BLM dan
9. Pedoman Teknis, Petunjuk pelaksanaan serta SOP-SOP lainnya
2.1.Penerima Manfaat
Penerima manfaat PNPM Mandiri P2KP adalah keluarga miskin yang diidentifikasi masyarakat sendiri dan disepakati serta ditetapkan bersama oleh seluruh masyarakat, pemerintah kelurahan/ desa dan stakeholder setempat, melalui proses pemetaan swadaya (community self survey) berbasis IPM-MDGs.
2.2.Bantuan Langsung Masyarakat
(BLM)
BLM merupakan dana stimulan untuk mendorong masyarakat membangun modal sosial melalui pembelajaran kritis di tiga bidang (lingkungan, sosial dan ekonomi) yang dikenal sebagai Tridaya agar mandiri dalam menanggulangi persoalan kemiskinan dan mampu meningkatkan IPM serta mempercepat pencapaian MDGs di wilayahnya.
a. Alokasi BLM
Alokasi BLM di lokasi kelurahan lama bervariasi antara Rp 150 juta hingga Rp 350 juta, sesuai jumlah penduduk di kelurahan tersebut seperti yang terlihat pada tabel 2.1 dibawah ini :
Tabel 2.1. Distribusi Alokasi Dana BLM di Kelurahan
Lama
Kategori Kelurahan Kategori Kecil Sedang Besar
Jumlah Penduduk
Kelurahan/Desa Yang Menjadi Lokasi PNPM Mandiri P2KP
< 3.000 jiwa 3.000 s/d
10.000 jiwa > 10.000 jiwa Plafond Jumlah Alokasi Dana
BLM
Rp 150 juta Rp 200 juta Rp 350 juta Tahapan Pencairan dana BLM Tahap 1=40%, Tahap 2=60%
Sedangkan alokasi BLM untuk lokasi kelurahan baru atau BLM Tridaya adalah bervariasi antara Rp 200 juta hingga Rp 500 juta, sesuai jumlah penduduk di kelurahan tersebut dengan rincian seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.2 Distribusi Alokasi Dana BLM di
Kelurahan Baru
Kategori Kelurahan Kategori Kecil Sedang Besar
Jumlah Penduduk
Kelurahan/Desa Yang Menjadi Lokasi PNPM Mandiri P2KP
< 3.000 jiwa 3.000 s/d 10.000 jiwa
> 10.000 jiwa Plafond Jumlah Alokasi Dana
BLM
Rp 200 juta Rp 300 juta Rp 500 juta Tahapan Pencairan dana BLM Tahap 1=20%, Tahap 2=50% & Tahap 3=30%
b. Ketentuan Pemanfaatan Dana BLM untuk Lokasi Lama
Dana BLM Pronangkis untuk lokasi lama digunakan untuk membiayai kegiatan prioritas yang ada dalam PJM Pronangkis, yang dibuat berdasarkan pemetaan swadaya berbasis kinerja peningkatan IPM-MDGs.
Pemanfaatan dana BLM untuk kegiatan pengembangan ekonomi yang bersifat pinjaman bergulir, hanya diperkenankan apabila telah memenuhi dua persyaratan pokok sebagai berikut;
a) Masih terdapat kebutuhan program dana bergulir dalam PJM Pronangkis berbasis kinerja peningkatan IPM-MDGs; b) Kinerja pengelolaan dana bergulir
sebelumnya menunjukkan hasil yang baik, dengan indikator minimal tingkat pengembalian (repayment rate) perguliran dana adalah 80%.
Pencairan Dana BLM ke BKM dilakukan dalam 2 tahap, yakni Tahap I sebesar 40%
dan Tahap II sebesar 60%, melalui rekening
Bank yang dibuat oleh BKM, dengan ketentuan:
Tabel 2.3. Mekanisme Pencairan Dana BLM dan Pra-Syarat Pencairan untuk Lokasi Lama
Tahap Penyaluran Pra-syarat
Tahap 1 : 40% Kinerja pengelolaan dana dan hasil kegiatan sebelumnya memenuhi persyaratan pedoman P2KP; BKM telah mere-orientasi PJM Pronangkis yang disusun berbasis
kinerja pencapaian target IPM-MDGs, yang telah diverifikasi KMW; SPPB ditanda tangani.
Tahap 2 : 60% Verifikasi dan sertifikasi KMW terhadap pembukuan BKM dengan hasil baik;
Verifikasi KMW tentang kinerja transparansi, akuntabilitas BKM menunjukkan hasil memuaskan;
95% dana tahap sebelumnya telah dimanfaatkan;
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan yang diusulkan untuk didanai BLM Tahap 2 telah diverifikasi oleh Fasilitator dan KMW; Proposal/usulan BKM untuk tahap 2 telah disetujui KMW.
c. Ketentuan Pemanfaatan Dana BLM untuk Lokasi Baru
Pencairan Dana BLM ke BKM dilakukan secara bertahap, yakni Tahap I sebesar 20%, Tahap II sebesar
50% dan Tahap III sebesar 30% dari alokasi dana BLM setiap kelurahan/desa sasaran, melalui rekening
Bank yang dibuat oleh BKM, dengan syarat pencairan sbb:
Tabel 2.4. Mekanisme Pencairan Dana BLM dan Pra-Syarat Pencairan untuk Lokasi Baru
Tahap Penyaluran Pra-syarat
Tahap 1 : 20% BKM terbentuk sesuai ketentuan P2KP;
PJM Pronangkis yang disusun berbasis kinerja pencapaian target IPM-MDGs, yang diverifikasi KMW;
SPPB ditanda tangani.
Tahap 2 : 50% Verifikasi KMW tentang kinerja, transparansi, akuntabilitas dan efesiensi pengelolaan dana BLM tahap 1 menunjukkan hasil memuaskan;
95% dana tahap I telah dimanfaatkan;
Penerima manfaat langsung masuk dalam daftar KK miskin (PS-2); Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan yang diusulkan untuk
didanai BLM Tahap 2 telah diverifikasi oleh Fasilitator dan KMW; Proposal/usulan BKM untuk tahap 2 telah disetujui KMW.
Tahap 3 : 30% Verifikasi dan sertifikasi KMW terhadap pembukuan BKM dengan hasil baik;
Verifikasi KMW terhadap kinerja transparansi dan akuntabilitas dana serta pelaksnaan kegiatan BKM/Masy;
Penerima manfaat langsung masuk dalam daftar KK miskin (PS-2); 95% dana tahap sebelumnya telah dimanfaatkan;
Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan yang diusulkan telah diverifikasi Fasilitator;
Proposal kegiatan BKM untuk tahap 3 telah disetujui KMW.
BLM untuk kelurahan baru hanya dicairkan untuk tahap 1 (20%) pada tahun anggaran 2007 ini.
d. Ketentuan BLM Untuk Lokasi P2KP-3
Pada Pelaksanaan PNPM P2KP tahun 2007 terdapat 1.726 kelurahan/desa yang tengah berproses melaksanakan P2KP-3. Di lokasi-lokasi tersebut, akan diselesaikan seluruh tahap pencairan BLM (hingga tahap 3) pada tahun 2007 ini, dengan menggunakan sumber dana loan UPP-3.
Masyarakat juga akan difasilitasi untuk menyempurnakan PJM Pronangkis berbasis kinerja pencapaian IPM-MDGs untuk menunjang PNPM 2008-2009.
2.3.Bantuan Pendampingan
a. Bantuan Pendampingan di tingkat Masyarakat Kelurahan/Desa
Bantuan pendampingan diberikan melalui penugasan Tim Fasilitator beserta dukungan dana operasional untuk mendampingi masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Komposisi Tim Fasilitator untuk pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP di lokasi lama adalah tiap 7 kelurahan akan didampingi 4 fasilitator untuk 6 bulan pertama dan 3 fasilitator untuk 6 bulan berikutnya. Sedangkan komposisi
Tim Fasilitator untuk lokasi baru, lokasi P2KP 1 tahap 1, dan lokasi P2KP-3 adalah 5 fasilitator untuk 7 kelurahan. Kebijakan mengenai komposisi faskel ini dapat disesuaikan atas dasar ketetapan PMU P2KP. Setiap tim fasilitator sekurangnya terdiri dari 1 senior fasilitator sebagai koordinator tim, 1 Fasilitator Teknik, 1 Fasilitator Keuangan dan 1 Fasilitator Sosial.
Seluruh fasilitator kelurahan yang bekerja di PNPM Mandiri P2KP berkewajiban menjunjung tinggi dan melaksanakan secara konsisten Kode Etik Fasilitator, sebagai berikut:
a) Fasilitator bekerja sebagai Tim; b) Fasilitator memfasilitasi, Masyarakat
mengambil keputusan secara rasional dan bertanggungjawab sebagai hasil fasilitasi yang baik;
c) Fasilitator tidak memberi janji-janji atau iming-iming kepada masyarakat, termasuk informasi yang tidak sesuai pedoman dan kebijakan program; d) Perencanaan, penetapan program dan
pelaksanaan program harus dilakukan oleh masyarakat sendiri, Fasilitator hanya memfasilitasi agar proses kegiatan
sesuai dengan nilai, prinsip dan ketentuan P2KP;
e) Fasilitator tidak diperkenankan meminta uang atau imbalan apapun dari masyarakat;
f) Fasilitator tidak diperkenankan me-nerima imbalan uang dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung (tenaga kerja, dll);
g) Fasilitator bertanggungjawab terhadap penyelesaian masalah yang ada di wilayah dampingannya, termasuk kemungkinan munculnya penyimpangan dan penyalahgunaan yang terjadi, sebagai konsekuensi logis tanggungjawab fasilitator mengawal nilai, prinsip dan ketentuan P2KP. Ikatan kerja dengan Fasilitator dilakukan oleh SNVT PBL provinsi dan dalam pengendalian substansi maupun operasional, dibantu oleh Korkot serta Konsultan Manajemen Wilayah setempat.
Ikatan kerja Fasilitator dengan SNVT PBL Propinsi dituangkan dalam Surat Perjanjian Kerja dengan Matrix Akuntabilitas yang ditetapkan PMU P2KP Pusat.
Berbagai bantuan pendampingan di tingkat masyarakat akan dilakukan oleh tim fasilitator melalui fasilitasi, mediasi, pengembangan kapasitas hingga advokasi.
Secara rinci bentuk-bentuk bantuan pendampingan, antara lain mencakup: • Pertemuan-pertemuan/musyawarah di
tingkat komunitas maupun kelurahan/ desa, baik bersifat rapat maupun sosialisasi;
• Pelatihan dan bimbingan, termasuk penyediaan bahan dan media belajar; • Penyediaan media-media sosialisasi dan
bimbingan pengembangan media-media warga;
• Pengawasan pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan, dll. Titik berat pelaksanaan bantuan pendampingan di tingkat masyarakat adalah membangun kesadaran kritis masyarakat, pelibatan sebanyak mungkin masyarakat termasuk kelompok perempuan serta kelompok marjinal (kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses memadai, baik informasi, pengambilan keputusan, partisipasi, dan lainnya) dan penyusunan PJM Pronangkis yang berorientasi pada peningkatan IPM-MDGs.
b. Bantuan Pendampingan di tingkat Pemerintah Daerah
Bantuan pendampingan diberikan melalui penugasan KMW, Korkot, Askorkot untuk pemerintah daerah (Propinsi/Kabupaten-Kota). Secara khusus Askorkot mempunyai tugas untuk membina fasilitator di wilayahnya sesuai dengan bidang kerjanya.
Bagi Kota/Kabupaten yang memiliki lokasi sasaran lebih dari 50 (lima puluh) kelurahan/ desa, maka akan difasilitasi oleh koordinator kota (korkot) yang dibantu oleh asisten korkot bidang pembukuan, askorkot infrastruktur, askorkot urban planner dan asisten manajemen data (asmandat). Untuk setiap kelipatan 50 kelurahan/desa selanjutnya akan ditambahkan 3 (tiga) orang askorkot, yakni askorkot pemberdayaan, askorkot manajemen keuangan dan askorkot infrastruktur. Bagi Kota/Kabupaten yang kurang dari 50 kelurahan/desa akan difasilitasi oleh satu Korkot dengan tim yang tidak lengkap.
Sedangkan untuk kota/kabupaten dengan jumlah lokasi sasaran kurang dari 25 (dua puluh lima) kelurahan/desa, maka di wilayah tersebut hanya terdapat 1 (satu) Askorkot pemberdayaan, tanpa staf pendukung dan kelengkapannya, yang berada di bawah koordinasi dan supervisi korkot terdekat di sekitranya.
Kebijakan mengenai bantuan pendampingan kepada pemerintah kota/kabupaten dan komposisinya dapat disesuaikan atas dasar ketetapan PMU P2KP.
Seluruh korkot, askorkot, asmandat dan tenaga ahli konsultan berkewajiban menjunjung tinggi dan melaksanakan secara konsisten pakta integritas pendamping PNPM P2KP Mandiri, sebagai berikut:
a. Pendamping memfasilitasi, Masyarakat mengambil keputusan secara rasional dan bertanggungjawab sebagai hasil fasilitasi yang baik;
b. Pendamping tidak memberi janji-janji atau iming-iming kepada masyarakat, termasuk informasi yang tidak sesuai pedoman dan kebijakan program;
c. Perencanaan, penetapan program dan pelaksanaan program harus dilakukan oleh
masyarakat sendiri, Pendamping hanya memfasilitasi agar proses kegiatan sesuai dengan nilai, prinsip dan ketentuan P2KP; d. Pendamping tidak diperkenankan meminta
uang atau imbalan apapun dari masyarakat; e. Pendamping tidak diperkenankan menerima
imbalan uang dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung (tenaga kerja, dll);
f. Pendamping bertanggungjawab terhadap penyelesaian masalah yang ada di wilayah dampingannya, termasuk kemungkinan munculnya penyimpangan dan penyalahgunaan yang terjadi, sebagai konsekuensi logis tanggungjawab pendamping mengawal nilai, prinsip dan ketentuan P2KP.
g. Pendamping berkewajiban menyelesaikan masalah penyimpangan dana yang terjadi di masyarakat dengan mengutamakan mekanisme penyelesaian oleh masyarakat hingga proses hukum sesuai ketentuan Ikatan kerja dengan Korkot dan Askorkot dilakukan oleh Satker provinsi dan dalam pengendalian substansi maupun operasional, di bawah kendali Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) setempat. Ikatan kerja Korkot dan askorkot dengan SNVT PBL Propinsi dituangkan dalam Surat Perjanjian Kerja dengan Matrix Akuntabilitas yang ditetapkan PMU P2KP Pusat.
Secara rinci bentuk-bentuk bantuan pendampingan untuk pemerintah daerah, antara lain mencakup:
• Pertemuan-pertemuan/musyawarah di tingkat pemerintah daerah dan kelompok peduli, baik bersifat rapat, diskusi tematik maupun sosialisasi;
• Pelatihan dan bimbingan, termasuk penyediaan bahan dan media belajar; • Penyediaan media-media sosialisasi; • Kunjungan lapangan baik dalam rangka
pendalaman pemahaman maupun penggalian aspirasi masyarakat;
• Pengorganisasian Monitoring, Fasilitasi, Supervisi dan Evaluasi bersama, dll.
Titik berat pelaksanaan bantuan pendampingan di tingkat pemerintah daerah adalah membangun kesadaran kritis perangkat pemda dan kelompok peduli untuk mencapai sinergi antara masyarakat, pemerintah dan kelompok peduli serta reformasi kebijakan ,program dan penganggaran yang berorientasi pada masyarakat miskin.
2.4.Strategi Pendampingan
a. Pendampingan Pelaksanaan Kegiatan Tingkat Masyarakat di Lokasi Lama
Pendampingan pelaksanaan kegiatan tingkat masyarakat di lokasi lama pada prinsipnya adalah wujud pendampingan dari implementasi pembelajaran channeling program dalam rangka transformasi sosial dari masyarakat berdaya menuju masyarakat mandiri.
Untuk itu, tahapan kegiatan di lokasi lama mencakup serangkaian kegiatan yang berorientasi pada siklus review program secara partisipatif, serta reorientasi pada pencapaian kinerja peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan percepatan pencapaian sasaran Millennium
Development Goals (MDGs), baik pada
perumusan kebutuhan, perencanaan program maupun pelaksanaan program dan pemanfaatan serta pemeliharaannya oleh masyarakat.
PJM Pronangkis berbasis kinerja peningkatan IPM-MDGs yang disepakati masyarakat kemudian dibahas dalam lokakarya tingkat kelurahan/desa dengan melibatkan partisipasi aktif pemerintah kelurahan/desa serta kelompok peduli lainnya, sehingga PJM Pronangkis menjadi program milik bersama. BKM bersama Pemerintah kelurahan/desa selanjutnya mengintegrasikan PJM Pronangkis dalam mekanisime perencanaan pembangunan daerah, yang dimulai dari proses Musrenbang tingkat kelurahan/desa, kecamatan sampai tingkat kota/kabupaten. Gambaran umum mengenai tahapan kegiatan PNPM Mandiri P2KP di tingkat masyarakat pada lokasi lama dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini dan penjelasan rinci untuk tahapan kegiatan PNPM Mandiri P2KP 2007 ditingkat masyarakat dapat dilihat pada lampiran 2.
Gambar 2.1: T
ahapan Kegiatan PNPM Mandiri P2KP
di Lokasi Lama
1
2
3
4
5
6
7
T A HAP 1 : PE NY IA P A N M A S Y ARAKAT 1 . Re v ie w Pa rt is ip a tif P ro n a n g k is R e vi e w p rog ram (P JM P ron an gk is ) Re vi e w k e le m b aga an ( U P -UP , P ra LK M , LK M , d ll) Re vi e w K e u ang an ( a ku nt a b ili tas & P e m b uk ua n U P K , S e kr e tari a t dl l) 2 . R e -o ri en ta si P e m e ta an S w ad a ya b e rb as is I P M -M D Gs MDGs • Kl a ri fik as i KK Mi sk in y a n g b e ro ri e n ta si p a d a IP M-MD Gs • R e -ori en ta si k a jia n p e rm as al ah an , p ot e ns i su m b er da ya da n ke b u tu ha n 4 . K o o rdi na s i R e nc a n a PJ M Pr ona n g k is dg n R e nc a n a k e l/ de s a be rb a s is K ine rj a IPM -M D G s S o si al is as i k e s e lu ruh st ak eh ol d e r kl u rah n/ d e sa P e n yepa kat a n i n te gr a si P JM P ron an gki s sb g P rog ra m K e lu ra h an/ De sa M a tr ik s K la sif ik as i K o n tr ib u si S u m b e r Day a M a sy ar a kat , P e m e ri nt a h , & C h an ne lin g P rog ram M a rk e tin g S os ial P JM P ron an gk is TA H A P 3 : P E N CAI R AN BL M P R O NANGKI S 5 . P en g a jua n da n ad m in istra si p e n c a da n a B L M 6. P en c ai ra n d a n da n Pe ng e m b a KSM T AHAP 4 : P E L AK S ANAAN 7. P el a ks an a a n P JM P ro n a ngk is b e rb a s is I P M -MD Gs M D Gs • P e ru m u sa n har apa n k e l/d e sa • A n a lis is p e rs o a la n , p o te ns i da n keb u tu ha n • Pr io ri ta si sa si Pr o g ra m • Ren ca na pr o g ra m 3 t a hu n d a n 1 t a hu n • U ji P u bl ik da n P e net a p a n P JM p ron an gki s 3 . R e -o ri en tasi P J M P ron a n g k is be rb a s is k in e rj a p e n c ap ai a n t a rg et I P M -M D Gs MDGs T A HAP 2 : PER EN C A N A A N M A S Y ARAKATb. Pendampingan Pelaksanaan Kegiatan Tingkat Masyarakat di Lokasi Baru
Pendampingan pelaksanaan kegiatan tingkat masyarakat di lokasi baru pada prinsipnya adalah wujud pendampingan dari implementasi pembelajaran Tridaya dalam rangka transformasi sosial dari masyarakat tidak berdaya menuju masyarakat berdaya. Untuk itu, tahapan kegiatan di lokasi baru mencakup serangkaian kegiatan yang berorientasi pada siklus rembug kesiapan masyarakat dan kerelawanan, refleksi kemiskinan, pemetaan swadaya berbasis IPM-MDGs, pembentukan BKM, perencanaan partisipatif menyusun PJM Pronangkis berbasis kinerja peningkatan IPM-MDGs dan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat dengan stimulan BLM oleh masyarakat. PJM Pronangkis berbasis kinerja peningkatan IPM-MDGs yang disepakati masyarakat kemudian dibahas dalam lokakarya tingkat kelurahan/desa dengan melibatkan partisipasi aktif pemerintah kelurahan/desa serta kelompok peduli lainnya, sehingga PJM Pronangkis menjadi program milik bersama. BKM bersama Pemerintah kelurahan/desa selanjutnya mengintegrasikan PJM Pronangkis dalam mekansime perencanaan pembangunan daerah, yang dimulai dari proses Musyawarah Pembangunan Desa/ Kelurahan (Musbangdes/kel) di tingkat kecamatan hingga ke tingkat kota/kabupaten (musrenbang).
Gambaran umum mengenai tahapan kegiatan P2KP di tingkat masyarakat pada lokasi baru dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini dan untuk langkah teknis pelaksanaan, masih tetap mengacu pada pedoman teknis yang sudah ada termasuk suplemennya dalam rangka peningkatan IPM serta pencapaian sasaran MDGs.
Gambar 2.2: T
ahapan Kegiatan PNPM MANDIRI P2KP
T
ingkat Masyarakat di Lokasi Baru
P e m b en tu kan BK M • Per siapan ( F G D Kele m bag aan , K ep em im pinan Mo ra l) • Pe m ilihan Utu san W a rg a • Pe m ilihan anggot a B K M dan Pe m bentu kan B K M TA HAP 2 : P E R E N CANA AN M A S Y A R AKAT TAHA P 4: P E LAK S AN A A P e m e ta an Sw ad a ya I dent ifik as i dan pe nc ac ah an K K m is kin K ajian per m as a la han, po tens i s um ber da ya dan ke butuhan K ajian ke le m baga an P em e taan : s ebar an K K mis kin , k ondis i ling kungan , so si al dan e kono m i R e m bug /M us ya w a ra h K esiap an M a s yarakat da n P enda ft ar a n Re la w an Ref le ksi Kem iskin an P e laks an aan Ke g iat an T A H A P 1 : P E N Y IA PA N MAS Y ARAK A T P e re n can aa n P a rt is ip at if m e n yus un P JM P ro n a ngk is be rb as is P e n ingk a ta n IP M -M D Gs M D Gs • P e ru m us a n har apan ke lur a han/des a • A nalis is per so al an, pote ns i dan kebutuh an • Pr io ri ta si sa si Pr o g ra m • Renc an a pr ogr am 3 tah un dan 1 tahun • Uji P u bl ik dan Pene tap an PJ M pr onang ki s P e nc a ir a n da n a BL M da n P e m b en tu kan K S M P engga lian ak ar per so alan ke m is ki nan K riter ia k em is ki nan Har apa n penan ggulang an ke m is ki nan P e m e taan S o si al d a n S o si a li sasi A w al P enga ju an d an ad m in ist rasi p en cai ran da n a BLM T A HA P 3 : P E NC AI RAN BL M K oor di na si Re nc an a P JM P ro n angk is d g n R en can a kel rh n /d esa b erb as is K in er ja IP M-MD G sMD G s S os ialis as i k e se lur uh st ak eholder ke l/d esa P eny epak at an in tegr as i P JM P ronangk is s bg P rogr am K el ur ahan/ D es a M at rik s K la sif ik as i K on tr ibus i S umb er D ay a M as yar ak at, P em er intah , & C hannel ing Pr gr m M ar keti ng S os ial PJ M P ronangk is
c. Pendampingan Pelaksanaan Kegiatan Tingkat Pemerintah Daerah
Pendampingan pelaksanaan kegiatan tingkat pemerintah daerah pada prinsipnya adalah wujud Pendampingan untuk mendorong terwujudnya kebijakan, program dan penganggaran yang berorientasi pada masyarakat miskin, serta tata kepemerintahan yang baik di daerah.
Untuk itu, tahapan kegiatan di tingkat pemerintah daerah mencakup serangkaian kegiatan yang berorientasi pada siklus penguatan aparat pemda melalui pelatihan
dasar dan lokakarya, Komunitas Belajar Perkotaan (KBP), revitalisasi TKPKD, reorientasi penyusunan SPKD dan PJM Pronangkis Kota berbasis kinerja peningkatan IPM-MDGs, serta pelaksanaan PAKET, Channeling Program dan Replikasi, termasuk upaya dalam rangka integrasi program masyarakat dengan program pembangunan kota/kabupaten melalui proses perencanaan dan pemrograman yang ada.
Gambaran umum mengenai tahapan kegiatan P2KP di tingkat masyarakat pada lokasi baru dapat dilihat pada gambar 2.3 di bawah ini.
Gambar 2.3. Tahapan Kegiatan PNPM Mandiri P2KP Tingkat Kota/Kabupaten
Pelatihan Dasar TKPKD/ TKPP & PJOK KBP (Pembelajaran Lapangan Tematik): • Kunjungan lapang • Diskusi Refleksi • VCD-VCD • Lokakarya • Wawancara, dll Membangun Relawan Kota/Kab Analisis Sosial Kemiskinan Kota Pelaksanaan PAKET dan Replikasi Program P2KP Silaturahmi sosial ke Walikota/Bupati & Lobby-lobby Ke-lompok Strategis (DPRD, Dinas, Klpk Peduli, dll) Lokakarya Orientasi P2KP Tkt.Kota/kab
Proses belajar Dari Lapangan
Lokakarya Orientasi P2KP Tkt.Kecamatan Sosialisasi Tkt Kelurahan/Desa Serangkaian FGD Refleksi Kemiskinan Kota Serangkaian Rembug Kota untuk Pemetaan Kemiskinan Kota secara Partisipatif Penguatan Kelembagaan dan Reorientasi KPK-Kota/kab Penyusunan /review Dokumen SPK-Kota/Kab. Penyusunan Program Kemiskinan Kota/Kab. yg berpihak pada masy.miskin dan berbasis PJM
Pronangkis-IPM/MDGs Review Program dan
Penganggaran Pemkot/kab yg berpihak pada masy.miskin Channeling Program dari berbagai Stakeholders Keterangan :
Urutan/Sekuen Siklus Kegiatan Hubungan Keterkaitan
Penyelenggaraan PNPM Mandiri P2KP tahun 2007 dilakukan secara berjenjang dari tingkat nasional sampai tingkat desa/kelurahan dengan pengorganisasian sebagai berikut.
3.1. Tingkat Nasional
Penanggungjawab pengelolaan program tingkat nasional adalah Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, yang bertindak sebagai penyelenggara program (executing
agency) yang dibantu oleh Satker P2KP (PMU)
sebagai penanggungjawab operasional kegiatan. Untuk melaksanakan tugas tersebut PMU dibantu oleh 2 (dua) Konsultan Manajemen Pusat (KMP) P2KP yang bertugas melakukan pengawasan, pengkoordinasian dan pengendalian KMW-KMW (Konsultan Manajemen Wilayah) sesuai pembagian wilayah dampingan pada pelaksanaan P2KP2 dan P2KP3. PMU juga akan dibantu oleh Tim Penelitian dan Pengembangan (Litbang) yang bertanggungjawab dalam merumuskan pengembangan konsep dan penyusunan pedoman umum program, termasuk melakukan kajian-kajian substantif yang dibutuhkan, selain itu PMU akan dibantu oleh Program Manager untuk merumuskan strategi dan petunjuk pelaksanaan kegiatan.
Pemerintah Indonesia juga membentuk Tim Pengendali PNPM yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Teknis. Keanggotaan Tim Pengarah terdiri dari :
Ketua : Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Wakil Ketua : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
Anggota :
1. Menteri Dalam Negeri 2. Menteri Keuangan 3. Menteri Sosial 4. Menteri Kesehatan
5. Menteri Pendidikan Nasional 6. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata 7. Menteri Pertanian
8. Menteri Kelautan dan Perikanan 9. Menteri Kehutanan
10. Menteri Pekerjaan Umum
11. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 12. Menteri Perindustrian
13. Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
14. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan 15. Menteri Negara Pembangunan Daerah
Tertinggal
16. Menteri Negara Perumahan Rakyat 17. Menteri Negara Lingkungan Hidup 18. Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 19. Sekretaris Kabinet
20. Kepala Badan Pusat Statistik 21. Kepala Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional
22. Kepala Badan Pertanahan Nasional
Untuk Tim Teknis keanggotaan terdiri dari : Ketua : Deputi bidang Koordinator
Penanggulangan Kemiskinan, Kantor Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. Wakil Ketua : Deputi Bidang Kemiskinan,
Ketenagakerjaan dan UKM, Bappenas
Sekretaris I : Asdep Urusan Pendanaan dan Infrastruktur, Kantor Menkokesra Sekretaris II : Direktur Penanggulangan
Kemiskinan, Bappenas
Anggota :
1. Deputi Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Bappenas;
2. Dirjen Perbendaharaan, Departemen Keuangan;
3. Dirjen Anggaran dan Perimbangan Keuangan, Departemen Keuangan; 4. Dirjen Pemberdayaan Masyarakat dan
Desa, Departemen Dalam Negeri;
5. Dirjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum;
6. Staf Khusus Kantor Menko Bidang Perekonomian;
7. Direktur Kantor Pemberdayaan Masyarakat, Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam Negeri;
8. Direktur Usaha Ekonomi Masyarakat, Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam Negeri;
9. Direktur Perekonomian Daerah, Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam Negeri;
10. Direktur Anggaran, Ditjen Anggaran
Perimbangan dan Keuangan , Departemen Keuangan;
11. Direktur Perbendaharaan, Ditjen
Perbendaharaan, Departemen Keuangan; 12. Direktur Penataan Bangunan dan
Lingkungan, Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum
3.2.Tingkat Propinsi
Di tingkat propinsi dikoordinasikan langsung oleh Gubernur setempat melalui Bappeda Propinsi dengan menunjuk Tim Koordinasi Pelaksanaan
P2KP (TKPP) tingkat propinsi atau TKPK yang sudah ada. Pelaksana tingkat Propinsi adalah Dinas Pekerjaan Umum/ Bidang Ke-Cipta Karya-an dibawah kendali/koordinasi Satker Non Vertikal Tertentu (SNVT) PBL tingkat propinsi. Dalam pelaksanaan dan pengendalian kegiatan akan dilakukan oleh KMW yang ditugasi oleh Satker/ PMU P2KP untuk Propinsi tersebut.
Dalam rangka efektifitas pelaksanaan kegiatan, ditunjuk KMW-KMW P2KP saat ini dengan penguatan personil sesuai kebutuhan lapangan yang diperlukan.
3.3.Tingkat Kabupaten/Kota
Di tingkat kota/kabupaten dikoordinasikan langsung oleh Bupati/Walikota setempat melalui Bappeda Kota/Kabupaten dengan menunjuk Tim Koordinasi Pelaksanaan PNPM P2KP (TKPP) tingkat kota/ kabupaten atau TKPK yang sudah ada. Pemkot/ kab dibantu oleh Pejabat Pembuat Komitmen yang diangkat Menteri PU atas usulan Bupati/Walikota dibawah koordinasi SNVT PBL Propinsi dalam mengendalikan pelaksanaan kegiatan pendampingan dan pencairan dana BLM. Pemkot/kab memfasilitasi KBP dan penguatan TKPK-D untuk dapat menyusun SPK-D dan PJM pronangkis Kota/Kabupaten sesuai ketentuan. Dalam pelaksanaan dan pengendalian kegiatan ditingkat Kota/Kabupaten akan dilakukan oleh Koordinator Kota (Korkot), yang dibantu beberapa asisten korkot di bidang pembukuan, teknik/ infrastruktur, management data dan urban planer.
3.4.Tingkat Kecamatan
Di tingkat kecamatan akan ditunjuk PJOK (Penanggung Jawab Operasional Kegiatan). PJOK adalah perangkat kecamatan yang diangkat oleh walikota/bupati untuk pengendalian kegiatan ditingkat kelurahan dan berperan sebagai penanggungjawab administrasi pelaksanaan P2KP di wilayah kerjanya.
Tugas pokok PJOK adalah sebagai berikut: • Memantau pelaksanaan P2KP di wilayah
kerjanya sesuai dengan pentahapan yang sudah ditentukan
• Melaksanakan administrasi program berupa penanda-tanganan SPPB, memproses SPB ke bank pembayar dan lain-lain
• Membuat laporan perkembangan pelaksanaan tugas, termasuk laporan pertanggungjawaban akhir masa jabatannya • Jika terjadi pergantian PJOK antar waktu, maka PJOK sebelumnya harus membuat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan kepada PJOK penggantinya. Berita Acara tersebut memuat pelaksanaan tugas, hasil-hasil kegiatan, hasil monitoring dan evaluasi serta dilengkapi dengan uraian dan penjelasan penggunaan dana BOP-PJOK
• Melakukan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan P2KP dengan KMW dan Tim Fasilitator untuk bersama-sama menangani penyelesaian permasalahan dan pengaduan mengenai pelaksanaan P2KP di wilayah kerjanya
• Melakukan pemeriksaan terhadap
penggunaan dana yang telah disalurkan kepada masyarakat sesuai dengan usulan yang disetujui
3.5.Tingkat Kelurahan/Desa
Pada tingkat kelurahan/desa, P2KP akan memanfaatkan BKM yang ada atau membentuk BKM baru dengan fungsi utama mengkoordinasikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan, mengakomodasikan berbagai masukan pembangunan untuk wilayahnya serta membentuk Unit-Unit/pokja pelaksana dan mengorganisir relawan-relawan dari warga setempat.
Pengorganisasian pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP seperti dijelaskan diatas, digambarkan dalam bagan Struktur Organisasi sesuai gambar 3.1.
Gambar 3.1: Struktur Organisasi Pengelolaan PNPM Mandiri P2KP
Tim Koordinasi Propinsi & Tim Pengendali PNPM KMW
Kepala Dinas PU/ Perumahan/Kimpraswil Propinsi SNVT PBL Prop SNVT P2KP KMP Koord.Kota/Kab
Tim Fasilitator 5 org utk 7 Kel/Desa
BKM PJOK Kec
LURAH
KSM Relawan
Pusat Departemen selaku Tim Inter
Tim Koordinasi Pusat dan Tim Pengendali PNPM
Bappeda Propinsi Propinsi
Tim Koordinasi Kota/Kab dan Tim Pengendali PNPM.
Kepala Dinas PU/ Perumahan/Kimpraswil Kota/Kab. Bappeda Kota/Kab. Kota R & D dan Program Manager Kecamatan Garis pengendalian Garis fasilitasi Garis koordinasi Garis pelaporan CAMAT Kelurahan Kabupaten DEPARTEMEN PU Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan
Kepala PMU P2KP
Dirjen Cipta Karya
PK P2KP KE
4
Penutup
Keberhasilan dari pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP tahun 2007 ini akan sangat tergantung dari dukungan seluruh masyarakat baik yang terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan maupun yang tidak terlibat langsung. Salah satu bentuk dukungan yang penting dalam pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP ini adalah komitmen dari seluruh pelaku untuk menegakkan prinsip transparansi dan akuntabilitas sejalan dengan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik. Seluruh pelaku harus secara terbuka dan aktif untuk saling mengawasi jalannya pelaksanaan kegiatan ini terutama mengawasi dana BLM sebagai stimulan yang pemanfaatannya haruslah tepat sasaran sesuai program yang disiapkan oleh masyarakat dan memberikan prioritas bagi masyarakat miskin sebagai kelompok penerima manfaat dalam rangka upaya peningkatan IPM dan pencapaian sasaran MDGs.Transparansi dalam pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP pada dasarnya dapat diterapkan dengan memberikan akses kepada semua pihak untuk mengetahui informasi-informasi mengenai pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP, mulai dari kebijakan, proses pelaksanaan kegiatan dan penggunaan keuangan, serta informasi-informasi lainnya dari para pelaku PNPM Mandiri P2KP.
Penerapan transparansi secara konsisten oleh seluruh pelaku PNPM Mandiri P2KP tersebut pada dasarnya dimaksudkan, antara lain; (1) mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan-penyimpangan melalui tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk melakukan kontrol sosial, (2) menghindarkan mis komunikasi ataupun salah persepsi, (3) mendorong proses masyarakat belajar dan “melembagakan” sikap bertanggung jawab serta tanggung gugat terhadap pilihan keputusan dan kegiatan yang dilaksanakannya, (4) membangun kepercayaan semua pihak (trust
building) terhadap pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP
secara keseluruhan, sehingga PNPM Mandiri P2KP diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, prinsip dan nilai P2KP. Dalam rangka upaya tersebut telah disiapkan strategi anti korupsi baik strategi pencegahan dini dilevel pusat maupun di level masyarakat yang selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.
Selain hal tersebut diatas, sebagai ukuran keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini telah ditetapkan indikator kinerja untuk mengukur kualitas capaian pelaksanaan kegiatan. Standar indikator kinerja PNPM Mandiri P2KP secara rinci tercantum pada lampiran 4. Sedangkan untuk mengukur kinerja personil pendamping mulai fasilitator hingga tingkat pusat mengacu pada matrix akuntabilitas yang telah ditetapkan PMU P2KP Pusat. Melalui proses pengendalian kegiatan seperti tersebut diatas, diharapkan pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP 2007 ini dapat efektif dan optimal untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan jumlah orang miskin di Indonesia menjadi 8,2 % pada tahun 2009 dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia sesuai amanat UUD’45.
Lampiran
1
Informasi Ringkas PNPM,
IPM dan MDGS
I. PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
(PNPM) MANDIRI
I.1. LATAR BELAKANG
Salah satu masalah utama pembangunan di Indonesia saat ini adalah masih besarnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran. Meskipun penanggulangan kemiskinan senantiasa diprioritaskan dalam pembangunan, namun target penurunan angka kemiskinan maupun pengangguran sebagaimana tercantum dalam RPJM 2004-2009 masih sulit dicapai. Kenaikan harga minyak dunia selama tahun 2005 yang mengharuskan pemerintah menerapkan kebijakan pengurangan subsidi BBM memicu tingginya inflasi yang kemudian menyebabkan bertambahnya penduduk miskin. Pada bulan Maret 2006, jumlah penduduk miskin tercatat sebesar 39,05 juta jiwa atau 17,75 persen dari jumlah penduduk. Sejalan dengan itu, angka pengangguran terbuka juga masih besar, yaitu 10,9 juta jiwa (10,3 persen) pada Agustus 2006. Meskipun terjadi penurunan dari 11,9 juta jiwa (11,2 persen) pada November 2005, namun penurunan tersebut belum signifikan. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Penanggulangan kemiskinan memerlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh, namun penanganannya selama ini cenderung parsial di masing-masing sektor dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam budaya kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber
penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan mulai luntur. Untuk meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, maka pemerintah memutuskan meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mulai tahun 2007.
Sebagai langkah awal, pelaksanaan PNPM tahun 2007 dimulai dengan dua program pemberdayaan masyarakat yang dinilai cukup besar dan efektif, yaitu Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang menjadi dasar bagi pengembangan PNPM di perdesaan, dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), yang menjadi dasar bagi pengembangan PNPM di perkotaan. Mulai tahun 2008, PNPM diperluas dengan melibatkan Program Pengembangan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK), yang menjadi dasar pengembangan PNPM di daerah tertinggal, pasca bencana dan pasca konflik; dan Program Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), yang menjadi dasar pengembangan PNPM untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. Selain itu, PNPM juga diperkuat dengan mengintegrasikan berbagai program pemberdayaan lainnya yang dilaksanakan oleh berbagai sektor. Dengan pengintegrasian tersebut, diharapkan terjadi peningkatan efektivitas berbagai kegiatan masyarakat sekaligus efisien komponen biaya yang selama ini sering duplikasi antar proyek.
Pengintegrasian berbagai program tersebut diharapkan akan memperluas cakupan pembangunan hingga ke daerah-daerah terpencil dan terisolir, termasuk pulau-pulau kecil terdepan. Untuk itu, lokasi PNPM secara bertahap akan
mencakup seluruh kecamatan di Indonesia pada tahun 2009. Mengingat proses pemberdayaan pada umumnya membutuhkan waktu sekitar 5-6 tahun, maka diharapkan pemberdayaan masyarakat di kecamatan-kecamatan yang baru tercakup pada tahun 2009 dapat diwujudkan pada tahun 2015. Oleh sebab itu, PNPM akan dilaksanakan sekurang-kurangnya hingga tahun 2015, sejalan dengan target waktu pencapaian Millennium Development Goals (MDGs). Pelaksanaan PNPM yang berdasar pada indikator-indikator keberhasilan yang terukur dapat membantu Indonesia dalam mewujudkan pencapaian target-target MDGs yang telah disepakati secara global.
1.2.PENGERTIAN PNPM MANDIRI
• PNPM pada hakekatnya adalah gerakan nasional yang dituangkan dalam kerangka kebijakan yang menjadi acuan pelaksanaan berbagai program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.
• Dalam pengertian ini, pemberdayaan masyarakat bertujuan menciptakan/ meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, untuk memutuskan berbagai persoalan pembangunan yang dihadapinya dengan baik dan benar.
• Agar pemberdayaan masyarakat tidak hanya dilakukan oleh para konsultan pendamping maupun LSM, pemahaman aparat pemerintah dan berbagai pihak lainnya terhadap pemberdayaan masyarakat memerlukan rekonstruksi yang benar untuk dapat memfasilitasi dan merespon masalah yang dihadapi masyarakat.
• Untuk itu, dalam PNPM dilakukan harmonisasi kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan, khususnya yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Harmonisasi dilakukan melalui koordinasi pemilihan sasaran (baik sasaran wilayah maupun sasaran masyarakat penerima manfaat), prinsip dasar, strategi, pendekatan, indikator, serta berbagai mekanisme dan prosedur yang diperlukan untuk mengefektifkan penanggulangan kemiskinan dan mempercepat tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
1.3 PENDEKATAN PNPM MANDIRI
Pendekatan atau metode/cara yang digunakan dalam mewujudkan tujuan PNPM adalah pembangunan yang berbasis masyarakat dengan:
• Menggunakan basis kecamatan sebagai
pendekatan lokus program.
• Memposisikan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.
• Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses pembangunan partisipatif.
• Menggunakan pendekatan pemberdayaan
masyarakat yang sesuai dengan karakteristik geografis.
• Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran, pelembagaan, dan keberlanjutan.
1.4. KATAGORISASI PNPM MANDIRI
Masyarakat yang mandiri melaksanakan pembangunan dan upaya penanggulangan kemiskinan tidak dapat diwujudkan secara instan. Kemandirian masyarakat dapat terwujud melalui serangkaian proses kegiatan pemberdayaan masyarakat yang direncanakan, dilaksanakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat sendiri. Agar pelaksanaan berbagai program pemberdayaan di suatu wilayah berjalan efektif dan sinergis mendukung upaya penanggulangan kemiskinan, dilakukan harmonisasi pelaksanaan berbagai program tersebut dalam kerangka kebijakan PNPM.Program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. PNPM-Inti: terdiri dari program/proyek
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan di tingkat kecamatan atau desa/kelurahan. Untuk tahun 2008, termasuk dalam PNPM-Inti adalah Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), Pengembangan Infrastruktur Sosial dan Ekonomi Wilayah (PISEW/RISE), dan Program Pengembangan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK/SPADA).
b. PNPM-Pendukung: terdiri dari program-program
pembangunan sektoral berbasis pemberdayaan masyarakat yang pelaksanaanya terkait dengan pencapaian target sektor tertentu. Dalam rangka
efektivitas dan efisiensi upaya penanggulangan kemiskinan, pelaksanaan program-program ini di tingkat masyarakat mengacu pada kerangka kebijakan PNPM.
II. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA
2a. Umum
Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara lebih luas dari sekedar pendapatan domestik bruto (PDB). IPM merupakan indeks yang mengukur pencapaian keseluruhan suatu negara, yang direpresentasikan oleh 3 dimensi, yaitu: umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kualitas hidup yang layak
HDI memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia: 1. Indeks kesehatan : Panjang umur dan
menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup),
2. Indeks pendidikan : Terdidik (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi)
3. Indeks daya beli : Memiliki standar hidup yang layak (diukur dari paritas daya beli/ PPP, penghasilan).
Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Dim ensi Indikator Indeks Dim ensi
Umur panjang dan
sehat Angka harapan hidup pd saat lahir (e0)
Indeks harapan hidup Indeks X1
Pengetahuan 1. Angka melek huruf (AMH)
2. Rata-rata lama sekolah (MYS)
Indeks pendidikan Indeks X2
Kehidupan yang
layak Pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan (PPP Rupiah)
Indeks pendapatan Indeks X3
IPM
b. Proses Penghitungan Indeks Xi (i=1,2,3)
Indeks X(i,j) = (X(i,j)- X(i-min))/ (X(i-max)- X(i-min)), dimana
X(i,j) = Indikator ke-i dari daerah j X(i-min) = Nilai minimum dari Xi X(i-max) = Nilai maksimum dari Xi
Nilai maksimum dan minimum dari setiap komponen IPM
Standard UNDP
a) Perkiraan maksimum pada akhir PJP II tahun 2018
b) Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru
Dari tabel diatas, untuk penghitungan IPM dapat dirumuskan sebagai berikut :
Indeks X1 = Indeks lamanya hidup
Proses penghitungan e0
• Sumber data:Susenas 2005-Kor
• Penghitungan dilakukan berdasarkan 2 data dasar:
1. ALH 2. AMH
• Menggunakan paket program mortpack (Metode Trussel dengan model West), pilihan pada q2, q3, q5 Contoh Perhitungan : Indonesia, th 2005 • e0 = 68,1 tahun • Indeks X1 = (68,1-25)/(85-25) = 0,718 = 71,8 %
Indeks X2 = Indeks Pendidikan
• Sumber data: Susenas 2005-Kor • Terdiri dari dua komponen:
1. AMH
% angka melek huruf 2. MYS
rata-rata lamanya sekolah Penghitungan MYS, melalui tahun konversi yang ditinjau dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan seperti tabel dibawah ini :
Pendidikan tertinggi yang ditamatkan Tahun Konversi
1. Tidak pernah sekolah 0 2. Sekolah Dasar 6 3. SLTP 9 4. SLTA/SMU 12 5. Diploma I 13 6. Diploma II 14 7. Akademi/Diploma III 15 8. Diploma IV/Sarjana 16 9. Magister (S2) 18 10. Doktor (S3) 21
Indeks X3 = Indeks Pendapatan
• Sumber data: Susenas 2002, Susenas 2005 • Data Pokok: pengeluaran per kapita
• Penghitungan pengeluaran riil tergantung IHK
• Proses penghitungan pengeluaran riil: 1. Y: pengeluaran per kapita 2. Validasi data
3. Y2: nilai riil Y1 deflasi,IHK 4. PPP*)
5. Y3: Y2/PPP
6. Y4: Mengurangi nilai Y3 dg formula Atkinson**)
Keterangan :
*)Menghitung PPP
(Purchasing Power Parity) Didasarkan 27 komoditi j Q P j E j i j j i
∑
∑
= ) , ( ) , 9 ( ) , ( PPPE(i,j) = pengeluaran untuk komoditi j di propinsi i P(i,j) = harga komoditi j di Jakarta Selatan
Q(i,j) = volume komoditi j (unit) yang dikonsumsi di Propinsi Contoh Perhitungan : Indonesia, th 2005 • AMH = 90,9 – Indeks X21 = (90,9-0)/(100-0) = 0,909 • MYS = 7,3 – Indeks X22 = (7,3-0)/(15-0) = 0,487 Indeks X2 = 2/3 Indeks X21 + 1/3 Indeks X22 Indeks X2 = 2/3 (0,909)+1/3 (0,487)
Komoditi Unit Proporsi dari total konsumsi (%) 1. Beras Lokal Kg 7,25 2. Tepung terigu Kg 0,10 3. Singkong Kg 0,22 4. Tuna/cakalang Kg 0,50 5. Teri Ons 0,32 6. Daging sapi Kg 0,78 7. Ayam Kg 0,65 8. Telur Butir 1,48
9. Susu kental manis 397 Gram 0,48
10. Bayam Kg 0,30 11. Kacang panjang Kg 0,32 12. Kacang tanah Kg 0,22 13. Tempe Kg 0,79 14. Jeruk Kg 0,39 15. Pepaya Kg 0,18 16. Kelapa Butir 0,56 17. Gula Ons 1,61 18. Kopi Ons 0,60 19. Garam Ons 0,15 20. Merica Ons 0,13
21. Mie instan 80 Gram 0,79
22. Rokok kretek 10 batang 2,86
23. Listrik Kwh 2,06
24. Air minum M3 0,46
25. Bensin Liter 1,02
26. Minyak tanah Liter 1,74
27. Sewa Rumah Unit 11,56
Total 37,52
Daftar paket komoditas yang digunakan dalam penghitungan PPP :
**)Formula Atkinson, digunakan untuk menyesuaikan nilai Y3
C(1)* = C(i) ; jika C(i) < Z
= Z + 2(C(i) – Z)(1/2) ; jika Z < C (i) < 2Z
= Z + 2(Z)(1/2) + 3(C
(i) – 3Z)(1/4) ; jika 3Z < C(i) < 4Z
= Z + 2(Z)(1/2) + 3(Z)(1/3) + 4(C
(i) – 3Z)(1/4) ; jika 3Z < C(i) < 4Z
dimana:
C(i) = PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita
Z = batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter sebesar Rp 549 500 per kapita per tahun atau Rp 1 500 per kapita hari.
Contoh Perhitungan :
Indonesia, th 2005
• Pengeluaran riil perkapita yang telah disesuaikan (ribu rupiah): 619,9 Y4 • Indeks X3 = (619,9-360)/(732,72-300) = 0,601 = 60,1 %
Contoh penghitungan IPM ini diambil dari data untuk Indonesia th 2005
Angka harapan hidup (Indeks X1) : 71,8 %
Indeks tingkat pendidikan (Indeks X2) : 76,8 %
Indeks pendapatan (Indeks X3) : 60,1 % Indeks Pembangunan Manusia
III. MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs)3 III.1. Tujuan dan Target dalam MDGs
3 Bahan presentasi Deputi Penanggulangan Kemiskinan Bappenas
1 Tujuan 1: Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
Target 1: Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat
pendapatannya di bawah USD 1/hari menjadi setengahnya antara 1990-2015
Target 2 : Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan
menjadi setengahnya antara tahun 1990-2015
2 Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
Target 3: Menjamin bahwa sampai dengan tahun 2015, semua anak,
di manapun, laki-laki dan perempuan, dapat menyelesaikan sekolah dasar (primary schooling)
3 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan
dasar dan lanjutan pada tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015
4 Tujuan 4: Menurunkan Angka Kematian Anak Target 5: Menurunkan angka kematian Balita sebesar dua pertiganya, antara tahun 1990 dan 2015 5 Tujuan 5: Meningkatkan Kesehatan Ibu Target 6: Menurunkan angka kematian ibu antara tahun 1990-2015 sebesar tiga –perempatnya
6 Tujuan 6: Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular lainnya
Target 7: Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai
menurunnya jumlah kasus baru pada tahun2015
Target 8 : Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya
jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya pada tahun 2015
7 Tujuan 7: Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
Target 9: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang
Target 10 :Penurunan sebesar separu, proposisi penduduk tanpa
akses terhadap sumber air minimum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015
Taeget : 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan
penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020
8 Tujuan 8: Mengembangkan Kemitraan Global untuk Pembangunan
Target 12 : Kemitraan dan kerjasama regional untuk pencapaian MGD antara lain di bidang perdagangan, investasi, pengembangan
kapasitas, dukungan teknologi, pembangunan infrastruktur seperti transportasi, ICT dan environmental sustainability
III.2.Menyusun prioritas utama Pemerintah melalui MDG’s
RPJM 2009 MDGs 2015 Indikator/Sasaran (%) 2002
Target Target
Kemiskinan
Populasi dengan pendapatan di bawah US$ 1 per hari 35.4 10.3
Persentase jumlah orang miskin 18.2 8.2 7.5
Kesehatan
Tingkat kematian Balita (per 1,000 kelahiran hidup) 60 26 (<1 kematian) 33 Tingkat kematian akibat proses melahirkan (per
100,000 kelahiran hidup) 307 226 105
Edukasi
Tingkat netto keterlibatan dalam pendidikan dasar 92.7 99.6 100 Tingkat netto dan gross pada pendidikan tingkat
menengah pertama 79.5 98
Tingkat melek huruf pada usia 15-24 . 98.7 100
Air dan Sanitasi
Persentase populasi dengan akses terhadap
perbaikan kualitas air 78 80
Pembangunan Pedesaan