• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA DAN FILSAFAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA DAN FILSAFAT"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

DAN FILSAFAT

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011

Di susun oleh

NAMA

: Meylisa Bela Rahmatya

NIM

: 11.11.4843

PROGRAM : S1

JURUSAN

: Teknik Informatika

KELOMPOK : C

(2)

ABSTRAK

Seperti kita maklumi bersama bahwa bangsa Indonesia telah memproklamirkan kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 dan sehari sesudahnya tanggal 18 Agustus 1945 secara sah dan resmi memiliki dasar negara yaitu pancasila yang disahkan bersama Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Landasan kerohanian dimaksudkan menjadi acuan dan arah kebijakan bagi suatu tujuan yang hendak dicapai serta dilaksanakan oleh suatu negara Indonesia. Telah menjadi kesepakatan dan disetujui bersama sekuruh rakyat serta bangsa. Telah menjiwai makna bagi suatu kehidupan berbangsa dan bernegara dengan memiliki sifat abstrak serta universal.

Pancasila sebagai dasar negara dijadikan landasan dan pedoman dalam melaksanakan jalannya penyelenggaraan negara Republik Indonesia.dengan sasaran menuju cita-cita masyarakat adil dan makmur melalui suatu tujuan nasional, yaitu melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia. Memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut serta dalam ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

(3)

LATAR BELAKANG MASALAH

Budaya dan peradaban umat manusia berawal dan berpuncak dengan nilai-nilai filsafat yang dikembangkan dan ditegakkan sebagai sistem ideologi. Maknanya nilai-nilai filsafat sebagai jangkauan tertinggi pemikiran untuk menemukan hakekat kebenaran ( kebenaran hakiki; karenanya dijadikan filsafat hidup, pandangan hidup, (Weltanschauung); sekaligus memancarkan jiwa bangsa (Volksgeist), jatidiri bangsa dan martabat nasional!.

SDM yang mewarisi jiwa bangsa dan jatidiri nasional, demi cita-cita dan martabat nasional akan membentukkesatuan nasional(integritas nasional, martabat nasional,) dengan kesetiaan dan kebanggaan nasional!. Semangat demikian dikenal sebagai jiwa nasionalisme (wawasan kebangsaan, wawasan nasional, Nation State), sebagai martabat nasional sebagai diamanatkan dalam UUD Proklamasi 45 seutuhnya sebagai visi-misi: Mencerdaskan kehidupan bangsa (nation and character building)!. Untuk Indonesia Raya, dalam integritas Wawasan Nusantara!

Integritas sistemfilsafat Pancasila (=sistem ideologi nasional, ideologi negara) yang memancarkan integritas martabatnya sebagai sistem filsafat dan ideologi

theisme-religious. Bangsa Indonesia melalui PPKI dengan hikmat kebijaksanaan, kepemimpinan

dan kenegarawanan dengan mufakat menetapkan dan mengesahkan Sistem Kenegaraan Pancasila dengan visi-misi sebagai diamanatkan dalam UUD Proklamasi 45.

Wawasan kebangsaan yang dijiwai sistem filsafat dan ideologi nasional (in casu : Filsafat Pancasila) insyaAllah akan lebih tegar menghadapi berbagai tantangan zaman, karena integritas Sistem Filsafat Pancasilasebagai asas-kerokhanian bangsa dan negara --- sekaligus sebagai pandangan hidup (Weltanschauung), jiwa bangsa, jatidiri bangsa (Volksgeist) dan integritas martabat nasional; terpancar dalam karakter kepribadian SDM yang berjiwa Pancasila (theisme-religious)! Kesetiaan dan kebanggaan nasional atas nilai fundamental Filsafat Pancasila, dengan sadar dan kebanggaan nasional semua komponen bangsa, bahkan semua warganegara menegakkan dan membudayakan asas budaya dan moral Filsafat Pancasila.

(4)

Jiwa dan semangat demikian, menjadi sumber motivasi dan energi nasional untuk senantiasa menegakkan integritas sistem kenegaraan Pancasila-UUD Proklamasi 45 dengan visi-misi Pembudayaan Filsafat Pancasila dan ideologi nasional Indonesia Raya! Maknanya, sebagai bangsa dan negara, kita menegakkan dan membudayakan asas budaya dan moral politik (filsafat, ideologi) Pancasila. Secara formal dan fungsional, bermakna sebagai sistem dan asas normatif etika dan moral politik nasional (berdasarkan) Filsafat Pancasila.

(5)

RUMUSAN MASALAH

Benarkah pancasila menjadi dasar negara dan selanjutnya juga menjadi ideologi bangsa dan negara Indonesia? Untuk menjawab perlu dikemukakan beberapa argumentasi yang dapat mendukung, mengapa pancasila telah menjadi pilihan bagi bangsa Indonesia dari sejak lahir sebagai dasar negara sampai dengan sekarang menjadi ideologi bangsa dan negara Republik Indonesia.

Argumentasi serta alasan-alasan pembenarannya adalah sebagai berikut : 1. Ideologi pancasila telah sesuai serta berakar pada nilai-nilai budaya luhur

bangsa sendiri dan digali dari kehidupan rakyat yang telah berabad-abad lamanya dari bumi Indonesia semenjak zaman Nusantara

2. Pancasila juga telah mempersatukan seluruh kebhinekaan suku, kelompok, agama, dan bahasa dalam kehidupan masyarakat bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke menjadi satu kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia dalam bentuk bhineka tunggal ika

3. Dalam kondisi krisis multidimensi dewasa ini sedang melanda bangsa dan negara Indonesia, pelaksanaan ideologi pancasila telah membantu dalam mengatasi segenap krisis melalui berbagai solusi yang bermanfaat baik.

4. Dengan melaksanakan ideologi pancasila, derajat dan martabat bangsa Indonesia telah terangkat di tengah kehidupan bangsa dunia, juga untuk kehidupan masyarakat bangsa tersendiri.

Selain itu filsafat juga tidak terlepas dari rasa heran/ragu dan kagum, disamping keterbatasan dan kesadaran yang dimiiki setiap manusia maka banyak permasalahan yang bisa direnungi serta digambarkan manusia melalui pemahaman kesemestaanataupun duniawi. Adapun cara yang dapat ditempuh dalam memperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan akibat keheranan dan kekaguman adalah melakukan pemikiran kefilsafatan secara berlanjut, khususnya terhadap hakikat atas segala eksistensi segala sesuatu, yang antara lain :

(6)

2. Dari manakah dan bagaimanakah terjadinya alam semesta? 3. Apakah yang sesungguhnya makna hakikat manusia itu? 4. Mengapa ada kelahiran dan dari mana sebelum manusia lahir? 5. Mengapa ada kematian dan bagaimana manusia itu sesudah mati?

6. Apakah yang menjadi sumber kebenaran alam semesta ini dan apakah makna Tuhan?

(7)

PENDEKATAN

HISTORIS

Pemahaman pancasila melalui aspek sejarah memang sangat berguna dalam mewjudkan kehidupan masyarakat berbangsa yang didasari dengan nilai kebersamaan, persatuan, dan kesatuan dalam kebhinekaan tata budaya bangsa Indonesia.

Pendidikan sejarah pancasila juga merupakan bagian dari proses sosialisasi budaya yang berasal dari kebhinekaan budaya daerah, yang telah menyatu dan diakui keeksistensinya dalam kehidupan berbangsa melalui pengembangan proses kehidupan.

Dalam rangka mencermati kembali latar belakang situasi dan kondisi sejarah lahirnya pancasila sebagai dasar negara, selain untuk mengingat akan kuatnya semangat persatuan dan kesatuan yang dikobarkan dalam perjuangan bangsa bagi negara yang baru merdeka, juga sangat berharga dalam membia dan memperkokoh nation and character building.

Dengan pancasila sebagai dasar negara yang melandasi kehidupan berbangsa dan bernegara, dalam perkembangannya juga menjadi ideologi negara maka bangsa Indonesia akan terus berjuang, baik melalui pembangunan di bidang politik kenegaraan, maupun dalam kehidupan sosial budaya masyarakat sampai kepada tahap menghadapi gelombang sejarah perubahan yang sangat mendasar dan cepat pada era globalisasi abad ke-21 dewasa ini.

(8)

PEMBAHASAN

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT DAN DASAR NEGARA

2.1 Pancasila sebagai Suatu Filsafat

1.Pengertian Filsafat

Pancasila sebagai falsafat bangsa Indonesia akan ditinjau melalui arti, objek, dan tujuan pada filsafat umum.

Filsafat lahir pertama kali di Yunani dan tokoh utama dalam filsafat adalah seorang filsuf Yunani bernama Thales, selanjutnya diikuti silih berganti oleh tokoh-tokoh lain yang sering kita kenal, seperti Plato, Aristoteles, Socrates, Cicero, dan dilanjutkan oleh Descartes, dan Immanuel Kant.

Setiap manusia memiliki sifat keterbatasan serta kesadaran dalam hal berfilsafat dan akan dilakukan apabila dirinya merasa kecil dan terbatas bila dibandingkan dengan alam sekitarnya, ataupun pada saat seseorang merasa takut mengalami tantangan akan kegagalan ataupun penderitaan. Di situlah manusia mulai berpikir bahwa diluar dirinya yang serba terbatas pasti ada sesuatu yang tidak terbatas.

Mengingat filsafat adalah suatu hasil budaya manusia yang secara kodrati dibekali oleh Tuhan Yang Maha Esa kemampuan rohani berupa akal, rasa, dan karsa sehingga filsafat adalah hasil dari kebulatan akal, rasa, karsa menjadi kebudayaan yang sifatnya nonmateril. Manusia dengan masyarakat dan bidaya juga mempunyai hubungan yang erat dengan alam sekitarnya, termasuk lingkungannya, dan filsafat pun sebagai hasil budaya manusia tidak terlepas dari alam sekitarnya.

Berdasarkan tata bahasa, kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, falsafat yang terdiri atas “philein” (cinta) dan “sophos” yng artinya hikmah, kebijaksanaan, memiliki arti kebenaran yang sesungguhnya, dan berhubungan dengan hasrat ingin tahu terhadap hal-hal yang benar. Dalam arti praktis, filsafat mengandung makna alam berpikir, sedangkan berfilsafat adalah berfikir secara mendalam atau radikal. Radikal berasal dari

(9)

kata “radix” yang artinya akar sehingga berpikir secara radikal berarti berpikir sampai kepada akar-akarnya dan sungguh-sungguh kepada hakikat sesuatu. Hakikat suatu sama artinya dengan kebenaran dari sesuatu yang bisa berupa apa saja, seperti tentang manusia, benda alam, hukum, ekonomi, dan politik. Disini berfilsafat bisa mengandung makna mencari kebenaran atas sesuatu.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarminta mengartikan kata filsafat sebagai pengetahuan dan pendidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas, hukum, dan sebagainya dari segala sesuatu yang ada di alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu.

2. Sistematika Filsafat

Filsafat mempunyai sistematika yang amat luas yang meliputi tiga hal utama, yaitu ontologi, epistomologi, dan axiologi.

a. Bidang ontologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki hakikat dari realita yang ada. Paham-paham seperti idealisme,spiritualisme, pluralisme merupakan asumsi-asumsi dasar ontologik yang akan menentukan apa hakikat kebenaran atau kenyataan sebagaimana dicapai melalui pengetahuan.

b. Bidang epistomologi adalah suatu bidang filsafat yang membahas sumber, batas, proses hakikat, dan validasi pengetahuan. Epistemologi meliputi berbagai sarana dan tata cara menggunakan arana dan sumber pngtahuan untuk mencapai keberhasilan atau kenyataan rasionalisme, kritisme, fenomenologi, dan positivisme.

c. Bidang aksiologi adalah bidang filsafat yang menyelidiki nilai terutama nilai-nilai normatif.

3. Cabang-cabang Filsafat

Yang di maksud cabang adalah bagian yang termasuk dalam ilmu filsafat dan memliki konsep dasar filsafat tersendiri, yaitu :

I. Metafisika, cabang filsafat yang membahas dan melukiskan hal-hal yang berinteraksi di alik fisis, yang meliputi bidang-bidang ontologi, dan antropologi secara keseluruhan.

(10)

II. Epistomologi, cabang filsafat yang berkaitan dengan permasalahan hakikat dari pada ilmu pengetahuan.

III. Metodologi adalah filsafat yang membahas persoalan hakikat metode atau metodologi dalam ilmu pengetahuan.

IV. Logika, cabang filsafat yang berkaitan dengan persoalan cara berpikir/ filsafat berpikir, tentang rumus/dalil dan penalaran tentang hal yang benar dan tidak benar, yang baik dan yang buruk

V. Estetika, cabang filsafat yng berkaitan dengan permasalahan pemecahan konsep-konsep yang mengandung nilai keindahan dalam hal-hal yang bersifat estetika.

VI. Etika, cabang filsafat yang berkaitan dengan moralitas juga tingkah laku manusia/tindakan-tindakan manusia.

4.Kegunaan Filsafat dan Filsafat Pancasila

Keguanaan teoritik bahwa dengan mempelajari filsafat oran menjadi bertambah pengetahuan. Ia akan mampu mempelajari segala sesuatu cara yang baik, mendalam, dan lebih luas juga lebih mudah menjawab sesuatu yang diinginkan pihak lain secara lebih mendalam dan mudah diterima dengan baik.

Estetika mengajarkan kegunaan nilai seni yang sangat berharga, seni melalui keindahan tampil dan berperan dalam berbagai kegiatan manusia, termasuk menimbulkan daya tarik karena keindahan (musik, nyanyian, pakaian, berbahasa, lukisan, dan bunga-bunga di halaman rumah).

Etika, bagian filsafat yang mempelajari tingkah laku dan perbuatan manusia yang baik atau yang buruk. Oleh karena itu, mempelajari etika sangat berguna, termasuk di dalamnya mengajarkan moral, kesusilaan, sopan santun, maupun norma yang baik.

Bagi bahasa indonesia, filsafat pancasila sangat berguan, selain manusia sebagai perorangan juga sebagai warga suatu masyarakat bangsa dalam mendukung cita-cita ataupun tujuan nasional karena filsafat pancasila adalah landasan dasarnya, juga landasan dasar berpikir segenap bangsa dan negara Indonesia.

(11)

5.Falsafat Hidup Bangsa Indonesia

Pancasila dapat dimasukkan dalam macam falsafat, dalam arti produk sebagai pandangan hidup dan falsafat dalam arti praktis.

Filsafat pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam hal sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan sehari-hari dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pada saat sebelum pancasila menjadi dasar falsafat hidup bangsa, yaitu sebelum tanggal 18 Agustus 1945, pancasila menjadi nilai luhur budaya bangsa Indonesia yang kita kenal sebagai sifat-sifat teposeliro, tepotulodo, tepopalupi, suka bekerja kersa, tolong menolong/gotong royong, peduli kasih, dan sebagainya.

Sesudah tanggal 18 Agustus 1945 pancasila telah sah menjadi landasan dan dasar negara Republik Indonesia, sah secara yuridis konstitusional.

Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa yang tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya bangsa Indonesia. Pancasila yang merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia mengandung nilai-nilai dasaryang dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia. Nilai dasar yang dimaksud adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan sosial yang urutannya termuat dalam alinea IV, Pembukaan UUD 1945 (sesudah tanggal 18 Agustus 1945).

Nilai adalah sesuatu yang diinginkan (positif) atau sesuatu yang tidak diinginkan (negatif). Menilai mengandung arti menimbang, yaitu kegiatan manusia menghubungkan sesuatu dengan sesuatu lain yang mengambil keputusan atau menilai, berarti menimbang atau memperbandingkan dengan sesuatu yang lain untuk kemudian mengambil suatu keputusan.

Sebagai falsafat hidup bangsa Indonesia, filsafat pancasila dapat diartikan sebagai kemampuan rohani bangsa Indonesia melakukan pemikiran yang sedalam-dalamnya tentang kebenaran pancasila yang sesungguh-sungguhnya dan hakiki dari arti nilai sila-sila pancasila.

(12)

1. Pancasila sebagai Suatu Sistem Moral dan etika

Moral dan etika berkaitan dengan nilai tatanan ataupun nilai norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, yang menjadi ukuran menilai manusia untuk berbuat dan bertingkah laku.

Menurut Prof.Dr.Drs.Notonegoro,S.H, dalam bukunya (1974), Filsafat Dasar Negara menyebutkan nilai dibagi menjadi bagian yaitu :

a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia

b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melakukan kegiatan atau aktivitas

c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rokhani manusia Nilai moral dan etika dalam arti sistem pancasila adalah nilai-nilai yang bersumber kepada kehendak atau kemauan manusia untuk berbuat sesuatu, tetapi berlandasan kepada unsur kemauan yang baik dan positif disamping adanya unsur pembener perbuatan yang bersumber kepada ratio atau akal manusia.

Dalam perbedaan dengan nilai-niali yang lain, moral dan etika berkaitan dengan perasaan estetika, perasaan diri dan sosial, serta perasaan religius dari budaya manusia yang memiliki tingkat maju dan tinggi.

Berkaitan dengan penilaian terhadap perassan estetika atau keindahan mengingat keindahan juga melengkapi kehidupan manusia yang serba luas, bisa diperoleh melalui rasa indah yang akan mendorong arau berhasilnya/baik buruknya penyelesaian tugas-tugas dalam lingkup kehidupannya.

Sehubungan dengan perasaan sosial, mengingat kepada kehidupan manusia, hakikatnya, selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial dengan perasaan sosialnya.

Yang berkaitan dengan perasaan religius, mengingat manusia pada umumnya hidup bersandar kepada Sang Penciptanya sehingga segenap perbuatannya yang baik dan yang buruk merupakan dampak dari moral etiknya akan mendapatkan penilaian

(13)

dari Tuhan Yang Maha Esa, Yang Maha adil, Maha Pengasih dan Penyayang dalam arti rasa religi kehidupan manusia.

Dapat disimpulkan bahwa Tuhan sebagai Pencipta alam semesta dan isinya memberikan petunjuk-Nya dalam membantu mengatasi hal yang baik dan yang buruk di dalam kahidupan, termasuk mendapatkan estensi kehidupan manusia yang selau dalam bimbingan-Nya.

2. Pancasila sebagai Suatu Sistem Nilai (Filsafat)

Sebagai suatu sistem, Pancasila merupakan kesatuan dari bagian-bagian. Dalam hal ini, tiap-tiap pancasila antara satu dengan lainnya saling berkaitan, berhubungan, dan saling melengkapi. Pancasila pada hakikatnya merupakan satu kesatuan yang bulat dan utuh serta tidak terpisahkan diantara sila-silanya. Sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa memiliki kedudukan yang tinggi dan luas yang ada, satu sila yang mempunyai posisi istimewa, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Karena, sila ini terletak diluar ciptakan akal manusia (Hazairin 1983:15)

Secara berurutan pancasila berada dalam bentuk piramid dengan tatanan yang hierarchis. Dalam susunan hierachis dan piramid itu, Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis dari kemanusiaan (prikemanusiaan), persatuan Indonesia (kebangsaan), kerakyaan, dan keadilan sosial. Sebaliknya Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan yang berkemanusiaan, berpersatuan (berkebangsaan), berkerakyatan, dan berkeadilan sosial. Dengan demikian, tiap-tiap sila di dalamnya mengandung sila dari lain-lainnya (Notonegoro 1959:60).

Dalam susunan kesatuan hierarchis berbentuk piramid ini, sila Ketuhanan Yang Maha Esa adalah yang paling luas. Oleh karena itu merupakan basis (dasar) dari keempat sila lainnya ( Kaelan 1999: 69).

Sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam sistem ini merupakan tujuan (menurut Pembukaan UUD 1945) yang hendak dicapai oleh keempat sila yang lain dari pancasila, yaitu sila Ketuhanan Yang Maha Esa,

(14)

kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijakan dalam permusyawaratan/perwakilan.

Sebagai sistem, pancasila memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Merupakan kesatuan dari bagian-bagian. Bagian-bagian dimaksud adalah sila-sila pancasila yang menyatu secara bulat dan utuh.

b. Bagian-bagian tersebut memiliki fungsinya masing-masing. Sila pertama, memiliki fungsi keimanan dan ketaqwaan. Sila kedua berfungsi dalam tugas-tugas kemanusiaan. Sila ketiga, berfungsi penegakan persatuan dan kesatan. Fungsi sila keempat adalah mempertemukan kebersamaan dalam perbedaan. Fungsi sila kelima adalah kesejahteraan yang berkeadilan.

c. Saling berhubungan dan ketergantungan. Sila yang satu dan yang lain saling meliputi, melandasi, dan saling menjiwai, serta saling diliputi, dilandasi, dan dijiwai, kecuali sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa hanya meliputi, melandasi, dan menjiwai, tanpa diliputi, dilandasi (dijiwai) oleh sila-sila pancasila lainnya.

d. Keseluruhan, dimaksudkan untuk pencapaian tujuan tertentu, yang merupakan tujuan sistem, yaitu suatu kehidupan sejahtera yang berkeadilan, meliputi sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. e. Terjadi dalam lingkungan yang kompleks, yaitu dalam suatu kesatuan yang

tidak terpisahkan dalam satu wadah pancasila.

2.2. Pancasila sebagai Dasar Negara

Konsep pancasila sebagai dasar negara diajukan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya pada hari terakhir sidang pertama BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, yang isinya untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar falsafat negara atau filosophische grondslag bagi seluruh anggota sidang. Hasil-hasil sidang selanjutnya dibahas oleh Panitia Kecil atau Panitia 9 dan menghasilkan rumusan “Rancangan Mukadimah Hukum Dasar”

(15)

pada tanggal 22 Juni 1945, yang selanjutnya oleh Mohamad Yamin disarankan diberi nama Jakarta Charter, atau Piagam Jakarta, yang di dalamnya terdapat Pancasila pada alinea IV, piagam Jakarta, selanjutnya disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia menjadi Pembukaan UUD, dengan mengalami beberapa perubahan yang bersamaan dengan Pancasila disahkan menjadi dasar negara.

Sejak itu Pancasila sebagai dasar negara yang mempunyai kedudukan sebagai berikut:

1. Sumber dari segala sumber hukum di Indonesia 2. Meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945

3. Menciptakan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara 4. Menjadi sumber semangat bagi UUD 1945

5. Mengandung norma-norma yang mengharuskan UUD untuk mewajibkan pemerintah maupun penyelenggara negar-negara yang lai untuk memelihara budi pekerti luhur.

Selain itu, mengingat arti nilai-nilai kebenaran dan keadilan bagi pancasila yang telah ada selama berabad-abad dalam kehidupan bangsa Indonesia telah memberikan corak khas ataupun kepribadian pada bangsa Indonesia yang pada dasarnya membedakan bangsa Indonesia dari bangsa-bangsa, lain di dunia ini. Pancasia merupakan suatu sosio budaya bangsa, memberikan dasar kehidupan bangsa dalam peran sebagai negara, maupun penyelenggara pemerintah negara Republik Indonesia.

Adapun isi sumber hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan RI, seperti tercantum pada TAP MPR tersebut di atas adalah sebagai berikut :

a. Undang-undang Dasar 1945 b. Ketetapan MPR RI

c. Undang-undang

d. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang e. Peraturan pemerintah

f. Keputusan presiden g. Peraturan daerah

Dalam perkembangannya sesuai Ketetapan MPR RI No. 1/MPR/ 2003, tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan

(16)

Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampai dengan tahun 2002. Kemudian berdasarkan hasil kajian dalam ketetapan MPR RI tersebut di atas, salah satunya adalah Ketetapan MPR RI No. III/MPR/2000 dinyatakan tidak berlaku lagi. Kemudian diganti dengan Undang-undang Nomor 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan perundang-undangayang berlaku adalah sebagai berikut :

1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Undang-undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang 3. Peraturan Pemerintah

4. Peraturan Presiden 5. Peraturan Daerah

2.3 Pancasila sebagai Suatu Ideologi

Istilah ideologi untuk pertama kali dicetuskna oleh seorang filsuf Perancis bernama Antoine Destutt de Tracy (1796), sebagai ilmu tentang pikiran manusia yang mampu menunjukan arah yang benar ke arah masa depan. Ideologi adalah ilmu, seperti juga biologi, psikologi, fisika, dan matematika. Namun, dalam perkembangannya ideologi bergeser dari semacam ilmu menjadi suatu paham atau doktrin.

Ideologi secara etimologis terdiri atas dua asal kata, yaitu idea dan logis. Idea memiliki arti gagasan atau cita-cita, juga pandangan, sedangkan logos diartikan sebagai ilmu ataupun ratio. Ideologi dapat diartikan cita-cita atau pandangan yang berdasarkan kepada ratio, sedangkan ideologi suatu bangsa adalah yang mendukung tercapainya tujuan hidup atau tujuan suatu bangsa.

Bangsa dan negara RI dengan ideologi Pancasila memiliki arti cita-cita atau pandangan dalam mendukung tercapainya tujuan nasional negara RI.

Setiap bangsa dalam melanjutkan keberadan serta eksistensinya selalu berusaha memelihara ideologinya agar bangsa itu tidak akan kehilangan ideologi yang dianutnya, berarti tidak kehilangan identitas nasionalnya. Demikian juga bangsa Indonesia yang mempertahankan Pancasila sebagai ideologinya. Penetapan Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia itu pertama-tama berarti bahwa negara Indonesia

(17)

dibangun atas dasar moral kodrati. Oleh karena itu, kita harus tunduk padanya dan wajib membela serta melaksanakannya.

Ideologi pancasila memiliki berbagai aspek baik, cita-cita pemikiran atau nilai-nilai, maupun norma yang baik dapat direalisasikan dalam kehidupan praktis dan bersifat terbuka dengan memiliki tiga dimensi, yaitu :

I. Dimensi idealis, artinya nilai-nilai dasar dari pancasila memiliki sifat sistematis juga rasional dan bersifat menyeluruh

II. Dimensi normatif, merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila pancasila yang perlu dijabarkan ke dalam sistem norma sehingga tersirat dan tersurat dalam norma-norma kenegaraan.

III. Dimensi realistis adalah nilai-nilai pancasila yang dimaksud di atas harus mampu memberikan pencerminan atas realitas yang hidup dan berkembang dalam penyelenggaraan negara.

Sebagai ideologi terbuka (ideologi pancasila) dalam melihat perkembangan kemajuan dunia dewasa ini, termasuk kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta lajunya sarana komunikasi membuat dunia seolah menjadi sempit dan kecil sehingga pembangunan akhirnya tidak terkait pada faktor-faktor yang ada di dalam negeri saja, tetapi juga sangat tergantung pada jaringan politik dunia yang sangat dipengaruhi kekuatan-kekuatan ekonomi raksasa atau ekonomi global, antara lain dalam menghadapi persoalan kemiskinan,kesenjangan sosial, politik, konflik, dan terorisme.

Ciri khas ideologi terbuka ialah nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, tetapi berasal dari dalam diri bangsa sendiri yaitu dari kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat dengan dasar konsensus seluruh masyarakat dan tidak diciptakan oleh negara. Oleh karena itu, ideologi terbuka adalah milik semua rakyat sehingga ideologi terbuka bukan hanya dapat dibenarkan, melainkan dibutuhkan. Suatu ideologi yang wajar bersumber dan berakar pada cita-cita dan falsafat hidup bangsa. Ideologi tersebut berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kecerdasan kehidupan bangsa.

Ideologi terbuka memiliki sifat yang saling bertentangan yang satu memberikan ketegasan mengenai sifat keterbukaan, sedang yang lain sifat yang membatasi keterbukaan.

(18)

KESIMPULAN

Dapat diambil kesimpulan bahwa ideologi pancasila memiliki arti sebagai keseluruhan pandangan, cita-cita, maupun keyakinan dan nilai-nilai bangsa Indonesia yang secara normatif perlu diwujudkan dalam tata kehidupan berbangsa dan beregara guna menjunjung tercapainya suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

(19)

REFERENSI

Hazairin. Demokrasi pancasila. Jakarta: Rineka Cipta, 1983.

Notonagoro. Pancasila Dasar Falsafat Negara. Jakarta. Bhina Aksara, 1974. Notonegoro. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Pancuran Tujuh, 1975. Poedjawiyatno. Etika, Filsafat Tingkah Laku. Jakarta: Rineka Cipta, 2003. Riswandi. Ilmu Budaya Dasar dalam Tanya Jawab. Jakarta: Ghalia Indonesia,

1993.

Sunarjo Wreksosuhardjo.Penerapan Ilmu Filsafat Pancasila di Bidang Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret University Press, 2002.

Tap MPR R.I. No. XVIII/MPR/1998 Tentang Pengembalian Fungsi pancasila sebagai dasar negara, penghapusan P-4, penghapusan pancasila sebagai Asas Tunggal Bagi Orsospol di Indonesia.

Tap MPR. R.I Nomor III/MPR/2000 Tentang sumber hukum dan tata urutan peraturan perundangan RI.

Referensi

Dokumen terkait

Menu unit usaha jabon dapat memberikan informasi potensi kayu hasil budidaya jabon yang akan dikembangkan oleh KPH serta informasi volume kayu yang dapat dipanen sesuai

Model komunikasi Gudykunst dan Kim merupakan model komunikasi antarbudaya, yakni komunikasi antara orang-orang yang berasal dari budaya berlainan atau

Hasil analisis multivariat pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel yang memiliki pengaruh paling kuat adalah skor GCS dengan nilai significancy p<0,001 dan

 Peserta didik dalam kelompok mengamati benda-benda yang ada di kelompok masing- masing dan memilih benda yang akan dibeli sesuai dengan uang yang tersedia.  Peserta

Dari berbagai pengertian di atas maka dapat disimpulkan definisi konsep kinerja guru merupakan hasil pekerjaan atau prestasi kerja yang dilakukan

Tujuan Penelitian ini adalah mengembangkan mesin pemotong bagian atas gelas plastik bekas kemasan minuman (yang menyerupai gelang) dengan menggunakan motor listrik dan

Dalam mengamalkan Sumpah/Janji Dokter Gigi dan Etika Kedokteran Gigi Indonesia,Dokter Gigi wajib menghargai hak pasien dalam menentukan nasib dan menjaga rahasianya ,

Variabel bebas adalah faktor pasien mencakup usia dan jenis kelamin, intervensi yang diberikan meliputi tindakan pembedahan dan terapi obat, dan faktor pembedahan