• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORITIS"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

II.1. Komunikasi

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata commmunis yang berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna.

Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna.

Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas sifatnya disariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, juga persuasif, yaitu agar orang lain mengerti atau paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan dan lain-lain. Pentingnya komunikasi bagi kehidupan sosial, budaya dan pendidikan dan politik sudah didasari oleh para cendikiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum Masehi (Effendy, 1992:9).

Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah Upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan dan sikap.

Definisi Hovland diatas menunjukkan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam

(2)

mkehidupan sosial dan dalam kehidupan politik memainkan peranan yang amat penting. Bahkan dalam defenisinya secara khusus mengenai penegetian kimunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah prilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other individuals).

Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering kali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?

Paradigma Laswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni:

• Komunikator (communicator, source, sender) • Pesan (Message)

• Media (channel, media)

• Komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient) • Efek (effect, impact, influence).

Jadi, berdasarkan paradigma Laswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu.

Laswell menghendaki agar komunikasi dijadikan objek studi ilmiah, bahkan setiap unsur diteliti secara khusus. Studi mengenai komunikaor dinamakan control analysis; penelitian mengenai pers, radio, televisi, film, dan media lainnya disebut

(3)

media analysis; penyelidikan mengenai pesan dinamai content analysis; audience analysis adalah studi khusus tentang komunikan; sedangkan effect analysis merupakan penelitian mengenai efek atau dampak yang di timbulkan oleh komunikasi (Effendy, 1992:10).

II.1.1. Proses Komunikasi

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang )komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder (Effendy, 1992:11).

a. Proses Komunikasi Secara Primer

Proses komunikasi secara primer asdalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang secar langsung mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain.

Apakah itu berbentuk idea, informasi atau opini; baik mengenal hal yang kongkret maupun yang abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang.

(4)

Kial (gesture) memang dapat “menerjemahkan” pikiran seseorang sehingga terekspresikan secara fisik. Akan tetapi menggapaikan tangan, atau memainkan jari jemari, atau mengedipkan mata, atau menggerakkan anggota tubuh lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu saja )sangat terbatas). Demikian pula isyarat dengan menggunakan alat seperti tongtong, bedug, sinere, dan lain-lain serta warna yang mempunyai makna tertentu. Kedua lambang itu sangat terbatas kemampuannya dalam mentransmisikan pikiran seseorang kepada orang lain.

Gambar sebagai lambang yang banyak dipergunakan dalam komunikasi memang melebihi kial, isyarat dan warna dalam kemampuan “menerjemahkan” pikiran seseorang, tetapi tetap tidak melebihi bahasa. Akan tetapi demi efektifnya komunikasi, lambang-lambang tersebut sering dipadukan penggunaannya. Dalam kehidupan sehari-hari bukanlah hal yang luar biasa apabila kita terlibat dalam komunikasi yang menggunakan bahasa disertai gambar-gambar berwarna.

Berdasarkan paparan diatas, pikiran atau perasaan seseorang baru akan diketahui oleh dan akan ada dampaknya kepada orang lain apabila ditransmisikan dengan menggunakan media primer tersebut yakni lambang-lambang. Dengan perkataan lain, pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan terdiri atas isi (the content) dan lambang (symbol) (Effendy, 1992:11-12).

b. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikasi sebagai sasarannya berada ditempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio,

(5)

televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi (Effendy, 1992:16).

Pentingnya peranan media, yakni media sekunder, dalam proses komunikasi, disebabkan oleh efesiensinya dalam mencapai komunikan. Surat kabar, radio, dan televisi misalnya, merupkan media yang efesien dalam mencapai komunikan dalam jumlah yang amat banyak.

Jelas efesien karena, dengan menyiarkan sebuiah pesan satu kali saja, sudah dapat tersebar luas kepada khalayak yang begitu banyak jumlahnya: bukan saja jutaan, melainkan puluhan juta, bahkan ratusan juta, seperti misalnya pidato kepala negara yang disiarkan melalui radio atau televisi (Effendy, 1992:17).

Unsur-unsur dalam proses komunikasi. Penegasan tentang unsur-unsur dalam komunikasi itu adalah sebagai berikut :

• Sender : Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau sejumlah orang.

• Encoding : Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran kedalam bentuk lambang.

• Message : Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator.

• Media : Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator ke pada komunikan.

• Decoding : Pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan menerapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

• Receiver : Komunikasn yang menerima pesan dari komunikator.

• Response : Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa pesan.

(6)

• Feedback : Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

• Noise : Gangguan tak terencana yang terjadi dalam komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya (Effendy, 1992:18-19).

II.2. Komunikasi Massa

Pengertian komunikasi massa pada satu sisi adalah proses dimana organisasi media memproduksi dan menybarkan pesan kepada publik secara luas dan pada sisi lain diartikan sebagai bentuk komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak maupun elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secra serentak dan sesaat (Ardianto, 2004:31).

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri 1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004:3).

Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni, komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people).

Menurut Gerbner (1967) adalah komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Dalam defenisi Meletzke,

(7)

komunikasi massa diartikan senagai setiap bentuk komunikasi yang menyampaikan pernyataan secara terbuka melalui media penyebaran teknis secara tidak langsung dan satu arah pada publik yang tersebar.

Defenisi komunikasi massa menurut Freidson dibedakan dari jenis komunikasi lainnya dengan suatu kenyataan bahwa komunikasi massa dialamatkan kepada sejumlah populasi dari berbagai kelompok, dan bukan hanya satu atau beberapa individu atau sebagian khusus populasi. Komunikasi massa juga mempunyai anggapan tersirat akan adanya alat-alat khusus untuk menyampaikan komunikasi agar komunikasi itu dapat mencapai pada saat yang sama semua orang yang mewakili berbagai lapisan masayarakat (Ardianto, 2004:3-4).

II.2.1. Proses Komunikasi Massa

Wilbur Schramm (Komala, dalam Karlinah. 1999) mengatakan bahwa untuk berlangsungnya suatu kegiatan komunikasi, minimal memerlukan tiga komponen yaitu source, message, destination atau komunikator, pesan dan komunikan. Apabila salah satu dari ketiga komponen tersebut masih terdapat komponen lainnya yang berfungsi sebagai pelengkap.

Artinya, jika komponen tersebut tidak ada, maka tidak akan berpengaruh terhadap komponen lainnya. Oleh karena itu, komponen-komponen utama (komunikator-pesan-komunikan) mutlak harus ada pada proses komunikasi, baik itu komunikasi antar pesona (interpersonal), kelompok maupun komunikasi massa.

Pengertian proses komunikasi massa pada hakikatnya merupakan proses pengoperan lambang-lambang yang berarti, yang dilakukan melalui saluran (channel), biasanya dikenal dengan media printed (press), media auditif (radio), media visual

(8)

(gambar, lukisan) Atau media audio visual (televisi dan film). Yang dimaksud dengan media disini adalah alat yang dapat digunakan untuk mencapai massa (sejumlah orang yang tidak terbatas).

Severin (Komala, dalam Karlinah 1999), mengemukakan bahwa pngertian komunikasi massa pada intinya merupakan komunikasi yang menggunakan saluran (media) untuk menghubungkan komunikator dengan komunikasi secara massal, bertempat tinggal jauh, heterogen, anonim adan menimbulkan efek-efek tertentu (Ardianto, 2004:32).

Harold D. Lasswell (Komala, dalam Karlinah. 1999) seorang ahli politik di Amerika Serikat mengemukakan suatu ungkapan yang sangat terkenal dalam teori dan penelitian komunikasi massa. Ungkapan tersebut merupakan suatu formula dalam menentukan scientific study dari suatu prose komunikasi massa dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: who (siapa), says what (berkata apa), in which channel (melalui saluran apa), to whom (kepada siapa) dan with what effect (dengan efek apa)?

Masing-masing unsur dalam Formula Lasswell mengandung problema tertentu. Formula tersebut, meskipun sangat sederhana telah membantu mengorganisasikan dan memberikan struktur kajian bidang komunikasi massa. Lassswel juga menggunakan formula ini dengan tujuan untuk membedakan berbagai jenis penelitian komunikasi. Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut :

(9)

Formula Lasswell

WHO SAYS WHAT IN WHICH

CHANNEL TO WHOM

WITH WHAT EFFECT Siapa Berkata Apa Melalui

Saluran Apa

Kepada Siapa Dengan Efek Apa

Komunikator Pesan Media Penerima Efek

Control Studies

Analisis Pesan Analisis Media Analisis Khalayak

Analisis Efek

Sumber: Modul 1-9 Teori Komunikasi, S Djuarsa Sendjaja, Ph.D. dkk, UT., 1994

Dengan mengikuti Formula Lasswell dapat dipahami bahwa dalam proses komunikasi massa terdapat lima unsur yang disebut komponen atau unsur dalam proses komunikasi, yaitu :

• Who (siapa): Komunikator, orang yang menyampaikan pesan dalam proses komunikasi massa, bisa perorangan atau mewakili suatu lembaga, organisasi maupun instansi. Segala masalah yang bersangkutan dengan unsur “siapa” memerlukan analisis kontrol (control analysis) yaitu yang merupakan subdivisi dari riset lapangan.

• Says What (apa yang dikatakan): pernyataan umum, dapat berupa suatu ide, informasi, opini, pesan dan sikap, yang sangat erat kaitannya dengan masalah analisis pesan.

• In Which Channel (melalui saluran apa): media komunikasi atau saluran yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan saluran yang digunakan primary technique, secondary technique, direct communication atau indirect communication (Edward Sapir dalam Dasar-dasar Retorika, Komunikasi dan Informasi, Latief Rousyidi, 1985:68).

(10)

• To Whom (kepada siapa): komunikan atau audience yang menjadi sasaran komunikasi. Kepada siapa pernyataan tersebut ditujukan, berkaitan dengan masalah penerimaan pesan. Dalam hal ini diperlukan adanya analisis khalayak (audience analysis).

• With What Effect (dengan efek apa): hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan umum itu pada sasaran yang dituju (Ardianto, 2004:33-34).

II.2.2. Televisi

Kata televisi berasal dari kata tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak (vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia.

Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi. Dalam penemuan televisi, terdapat banyak pihak, penemu maupun inovator yang terlibat, baik perorangan maupun perusahaan. Televisi adalah karya massal yang dikembangkan dari tahun ke tahun (http://duniatv.blogspot.com).

Televisi adalah salah satu media dalam komunikasi. Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia (Ardianto dkk, 2004 : 125).

Televisi merupakan media yang paling banyak menarik perhatian komunikan karena kelebihannya yang mampu menyatukan unsur audio visual sekaligus. Televisi memiliki keuntungan atas pesannya yang bisa dilihat serta didengar dalam waktu yang bersamaan (Suhandang, 2005 : 89).

(11)

Menurut Effendy yang dimaksud dengan televisi adalah televisi siaran yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan cirri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikasinya bersifat heterogen (Effendy, 1992:21).

Televisi memiliki keunggulan dibandingkan dengan media elektronik lainnya diantaranya siaran yang dipancarkan melalui televisi dapat menjangkau seluruh lapisan yang ada di masyarakat. Televisi mampu menarik mempengaruhi dan menimbulkan perhatian penontonnya.

Televisi juga memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemirsanya, misalnya mengubah dan membentuk pandangan, sikap dan persepsi serta kelatahan yang seringkali dipermasalahkan atau kadang menjadi trend pada saat itu.

Karena pada kenyataannya televisi dapat menimbulkan dampak peniruan negatif tetapi tidak jarang juga yang bersifat positif.

Maka televisi mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi pemirsa secara psikologis yang menyebabkan pemirsa hanyut dalam keterlibatan kisah maupun peristiwa yang disajikan di televisi. Pada akhirnya mempengaruhi pemirsa dalam pola pikir, persepsi dan tingkah laku terhadap permasalahan tertentu.

(12)

II.3. Teori Uses and Gratifications

Model ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam khalayak. Herbert Blumer dan Elihu Katz adalah orang pertama yang mengenalkan model ini. Model Kegunaan dan Kepuasan ini dikenalkan pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses of Mass Communication : Current Perspectives on Gratification Reseach (Nurudin, 2004 : 191).

Model milik Blumer dan Katz ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain, pengguna media itu adalah pihak yang aktif dalam proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik di dalam usaha memenuhi kebutuhannya. Artinya, model Uses and Gratifications mengasumsikan bahwa pengguna mempunyai pilihan alternative untuk memuaskan kebutuhannya.

Teori ini jelas merupakan kebalikan dari teori peluru. Dalam teori peluru media sangat aktif dan all powerfull, sementara audience berada di pihak yang pasif. Sementara itu, dalam teori uses and gratifications ditekankan bahwa audience aktif untuk menentukan media mana yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya.

Katz mengatakan bahwa penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap pertanyaan Apa yang dilakukan media untuk khalayak (What do the media do to people?). Kebanyakan penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi massa berpengaruh kecil terhadap khalayak yang dipersuasi. Oleh karena itu para peneliti berbelok ke variabel-variabel yang menimbulkan lebih banyak efek, misalnya kelompok kecil (Effendy, 2003:289).

Teori Uses and Gratifications ini lebih menekankan pada pendekatan manusiawi didalam melihat media. Artinya manusia itu punya otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Blumer dan Katz percaya bahwa tidak hanya ada satu

(13)

jalan bagi khalayal untuk menggunakan media. Menurut pendapat teori ini, konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan berdampak pada dirinya (Nurudin, 2004:192).

Sementara Schramm dan Porter dalam bukunya Men, Women, Message and Media (1982) memberikan Formula untuk menjelaskan bekerjanya teori ini.

++========

Imbalan disini berarti Imbalan yang saat itu juga diterima (segera) atau tertunda. Imbalan ini memenuhi kebutuhan khalayak (Nurudin, 2004: 193). Misalnya, Anda pemirsa suatu acara televisi tertentu karena media tersebut menyediakan atau memuaskan Anda akan kebutuhan Informasi dan Hiburan. Dalam hal ini, masyarakat yang memilih acara “Akhirnya Datang Juga” yang ditayangkan di Trans TV karena merasa acara tersebut bisa memuaskan kebutuhannya karena Trans TV menyediakan acara yang dapat menghibur.

Dalam hal ini, hubungan model Uses and Gratifications dengan upaya dalam pemenuhan hiburan di Masyarakat Desa Manunggal Kecamatan Labuhan Deli Medan terhadap acara Akhirnya Datang Juga di Trans TV dapat dilihat dari perumusan asumsi-asumsi dasar dari model tersebut, yakni :

 Khalayak dianggap aktif, yakni masyarakat Desa Manunggal

Kecamatan Labuhan Deli Medan menonton acara Akhirnya Datang

Juga di televisi sebab mereka memiliki tujuan agar dapat mengenal lebih jauh acara tersebut dan pesan yang disampaikan acara tersebut.

Janji Imbalan

= Probabilitas seleksi Upaya yang diperlukan

(14)

 Dalam peoses komunikasi massa banyak inisiatif untuk mengaitkan pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota khalayak.

Masyarakat Desa Manunggal Kecamatan Labuhan Deli

Medan lebih memilih Trans TV untuk menonton acara Akhirnya Datang Juga karena acara tersebut bersifat menghibur.

 Sumber-sumber lain untuk memenuhi kebutuhan khalayak sangat bergantung pada perilaku khalayak yang bersangkutan. Dalam hal ini, pada jam yang sama stasiun televisi yang lain juga menawarkan tayangan yang berbeda, sehingga khalayak mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan sumber lain untuk memenuhi kebutuhannya dengan tidak menonton acara Akhirnya Datang Juga di Trans TV.

 Banyak tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak, artinya masyarakat Desa Manunggal Kecamatan

Labuhan Deli Medan dianggap cukup mengerti untuk melaporkan

kepentingan dan motif mereka melihat acara Akhirnya Datang Juga di Trans TV pada situasi-situasu tertentu.

Model ini juga merupakan pergeseran fokus dari tujuan komunikator ke tujuan komunikan. Model ini menentukan fungsi komunikasi massa dalam melayani khalayak (Effendy, 2004:289).

Model uses and gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan prirlaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Jadi, bobotnya ialah khalayak yang aktif, yan sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus.

(15)

Pendekatan uses and gratifications sebenarnya juga tidak baru. Di awal dekade 1940-an dan 1950-an para pakar melakukan penelitian mengapa khalayak terlibat dalam berbagai jenis prilaku komunikasi. Penelitian yang sistematik dalam rangka membina teori uses and gratifications telah dilakukan papa dekade 1960-an dan 1970-an, bukan saja di Inggris, tetapi di Amerika dan negara-negara lain.

Mengenai kebutuhan biasanya orang merujuk kepada hirarki kebutuhan (need hierarchy) yang ditampilkan oleh Abraham Maslow (1954). Ia membedakan lima perangkat kebutuhan dasar:

a) Physiological needs (kebutuhan fisiologis) b) Safety needs (kebutuhan keamanan) c) Love needs (kebutuhan cinta)

d) Esteem needs (kebutuhan penghargaan)

e) Self-actualization needs (kebutuhan aktualisasi diri)

Sehubungan dengan hirarki tersebut, kebutuhan yang menarik perhatian para peneliti uses and gratifications adalah kebutuhan cinta, kebutuhan penghargaan dan kebutuhan aktualisasi diri (Effendy, 2004:289-290).

(16)

II.4. Hiburan

II.4.1. Pengertian Hiburan

Hiburan disini diartikan sebagai pemenuhan hiburan di masyarakat. Hiburan disini diartikan sebagai semua macam atau jenis keramaian, pertunjukan atau permainan atau segala bentuk usaha yang dapat dinikmati oleh setiap orang dengan nama dan dalam bentuk apapun, dimana untuk menonton atau mempergunakan fasilitas yang ada.

Dengan demikian dimaksudkan disini adalah pengertian hiburan yang luas, yang dapat menimbulkan perasaan senang, terhibur atau hal-hal yang menyenangkan bagi diri manusia dalam bentuk: keramaian, pertunjukan, permainan, bentuk usaha yang dapat dinikmati serta dapat menimbulkan rasa terhibur bagi setiap orang (http://jakarta.go.id

).

Hiburan juga tidak dapat dipungkiri bahwa hiburan memang tidak pernah lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Selama ini hiburan seringkali diartikan secara sempit, seperti nonton film atau nonton konser. Tetapi sebenarnya, perlu dipahami bahwa arti hiburan itu sendiri sebetulnya luas.

Misalnya, datang ke bioskop untuk menonton film, itu juga sudah termasuk hiburan, mendengar musik di radio tape di rumah, pergi ke restoran dan makan bersama teman-teman, juga menonton acara hiburan di televisi, asalkan sifatnya bisa menghibur dan dapat dikatakan sebagai hiburan.

(17)

Hiburan juga dapat diartikan sebagai salah satu aktivitas yang bisa kita lakukan. Artinya, hiburan juga bisa membantu kita memberi semangat sebelum kita mengerjakan kembali aktivitas kita sehari-hari.

Hiburan tidak dapat dipungkiri bahwa hiburan memang tidak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari, selama ini hiburan seringkali diartikan secara sempit, seperti menonton pada saat ini, menonton acara komedi dapat dikatakan sebagai aktivitas hiburan yang paling banyak penggemarnya. Dunia hiburan pada saat ini masih didominasi oleh acara-acara komedi, mulai dari sketsa, extravaganza, prime time dan yang terbaru adalah acara Akhirnya datang Juga.

Menonton acara-acara komedi adalah salah satu sarana hiburan yang dapat melepas lelah setelah seminggu melakukan aktifitas, begitu jugalah manusia kalau dihentak oleh ujian hidup tanpa adanya hiburan.

Jiwa resah dan pikiran bisa kusut. Seseorang akan jadi tidak tenang, dapat dengan mudah terpercik keresahan dan kemarahan.Hal ini justru akan bisa mengundang perpecahan antar manusia. Manusia melakukan berbagai cara untuk menghibur dirinya. Tetapi kerap ditemui bahwa hiburan yang ditemui adalah hiburan yang bersifat semu dan palsu

,

seperti acara hiburan Akhirnya Datang Juga yang bersifat menghibur dengan cara lawakan dan alur cerita yang berbeda, lain dengan acara-acara komedi yang lainnya.

Acara ini dapat menarik minat menonton sebagai pemenuhan hiburan di masyarakat sebab bentuk acaranya yang sangat-sangat menghibur dan butuh banyak pemikiran yang semuanya serba dadakan dengan sketsa yang kreatif sehingga membuat acara ini diminati banyak pemirsanya (http://pintunet.com).

(18)

II.4.2. Fungsi Hiburan

Fungsi hiburan pada zaman ini untuk media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain. Masalahnya, masyarakat kita masih menjadikan televisi sebagai media hiburan, kemungkinan besar mereka menjadikan televisi sebagai media hiburan sekaligus sarana untuk berkumpul bersama keluarga.

Dalam sebuah keluarga, televisi bisa sebagai perekat keintiman keluarga itu karena masing-masing anggota keluarga mempunyai kesibukan sendiri-sendiri, misalnya suami dan istri kerja seharian sedangkan anak-anak sekolah. Setelah kelelahan dengan aktivitasnya masing-masing, ketika malam hari berada di rumah, kemungkinan besar mereka menjadikan televisi sebagai media hiburan sekaligus sarana untuk berkumpul bersama keluarga (untuk melepaskan lelah). Acara hiburan itu juga dianggap perekat keluarga karena dapat ditonton bersama-sama.

Oleh karena itu, jangan heran jika jam-jam prime time (pukul 19.00 sampai 21.00) akan disajikan acara-acara hiburan seperti sinetron, kuis dan acara lainnya salah satunya adalah acara komedi Akhirnya Datang Juga yang tayang pada pukul 19..00 sampai 20.00 malam, acara tersebut sangat menghibur penonton dengan lawakan yan segar, kreatif dan inovatif.

Sangat sulit untuk diterima penonton jika pada jam prime time televisi menyiarka acara politik dan berita karena waktu prime time adalah waktu yang tepat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hiburan mereka (Nurudin, 2004:69-70).

Pentingnya aspek hiburan dalam komunikasi juga dialui Charles R. wright sehingga ia perlu membuat tabel untuk memperjelasnya (Nurudin, 2004:71).

(19)

Tabel Aktivitas Komunikasi Massa : Hiburan

Masyarakat Individu Subkelompok Tertentu

Kebudayaan Fungsi Pelepasan lelah

bagi kelompok-kelompok massa

Pelepasan lelah Memperluas kekuasaan, mengendalikan bidang kehidupan - Disfungsi Mengalihkan public menghindarkan aksi sosial Meningkatkan kepastian, memperendah cita rasa, memungkinkan pelarian aatau pengasingan diri - Memperlem ah astetik “budaya pop”

Gambar

Tabel Aktivitas Komunikasi Massa : Hiburan

Referensi

Dokumen terkait

En “Geografía nacional”, el narrador nos cuenta, ya de segunda mano, sobre las experiencias de su amigo Eduardo, cuando éste buscaba un aislado sitio a la intemperie para hacer

“Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat), variabel bebasnya dalam penelitian ini

direkomendasikan : Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan model pembelajaran CIRC berbantuan e- book, menguji tingkat efektivitas model pembelajaran CIRC berbantuan e-book dalam

c) Jika kegagalan Produk tidak ditanggung oleh garansi terbatas ini, atau garansi terbatas ini tidak berlaku, batal, atau tidak sah karena persyaratan atau ketentuan apa pun

Setelah proses baru (child) berhasil dibuat eksekusi dilanjutkan secara normal di masing–masing proses pada baris setelah pemanggilan system call fork().. Proses pemanggil

Hasil penelitian mendapatkan bahwa petani jagung di Kabupaten Grobogan memiliki tingkat kompetensi yang sedang, artinya kemampuan dalam teknis budidaya jagung

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti tentang pentingnya media internal dalam suatu organisasi serta mengetahui