• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI ILMIAH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

PEMBERDAYAAN GURU BERBASIS KEARIFAN

LOKAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI

PATIHAN SIDOHARJO SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Diajukan Kepada

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Gelar Magister Manajemen Pendidikan Disusun Oleh :

ROSALIA SETYANINGSIH

NIM. Q. 100 130 043

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

(2)
(3)

1

PEMBERDAYAAN GURU BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI PATIHAN

SIDOHARJO SRAGEN Oleh :

Rosalia Setyaningsih

Rosaliasetyaningsih_68@yahoo.com ABSTRACT

The purpose of this study was to describe the process of empowerment of teachers based on local knowledge that transactions are carried out by a private teacher and the competent authority in the State Islamic Elementary Patihan Sidoharjo Sragen.

This study uses a qualitative method. Data were collected through interviews, observation and documentation. The data source of this research is the teacher who teaches local wisdom, Head Madrasah, and students Madrasah. The validity of the data using credibility. Data were analyzed interactively.

Results of research on teacher empowerment based on local wisdom in the school are as follows: 1) Empowerment efforts of teachers based on local wisdom of individual teachers can be done by increasing the ability of mastering teaching materials based on local wisdom. 2. Efforts teacher empowerment based on local wisdom of teachers institutions can be done by way of a. hold coaching to teachers in order to understand the duties and functions well, b. Instilling a love of the nation's own culture through song Karawitan and folk songs, c. The use of the Java language programs subtle as a means of communication, d. Tadarus activities and discussions of Islam and minimal education carried out once a month, e. Cultivating National Spirit for teachers, f. Instilling love domestic products, g. Social Care activities, h. Caring responsible greening madrasah and i. Scout activities

Keywords : elementary school, empowering teachers, local wisdom,

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses pemberdayaan guru berbasiskan kearifan lokal yang diakukan oleh pribadi guru dan instansi berwenang di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Patihan Sidoharjo Sragen.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Sumber data dari penelitan ini adalah Guru yang mengajarkan kearifan lokal, Kepala Madarasah, dan siswa Madarsah. Keabsahan data menggunakan credibility. Data dianalisis secara interaktif.

Hasil penelitian tentang pemberdayaan guru berbasis kearifan lokal di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Patihan adalah sebagai berikut:1. Pemberdayaan guru berbasis kearifan lokal dari individu guru dapat dilakukan dengan jalan meningkatkan kemampuan akan penguasaan materi bahan ajar yang berbasiskan kearifan lokal, 2. Pemberdayaan guru berbasis kearifan lokal dari instansi (sekolah) guru dapat dilakukan dengan jalan a. mengadakan pembinaan kepada

(4)

2

guru agar memahami akan tugas dan fungsinya dengan baik, b. Menanamkan cinta budaya bangsa sendiri melalui kegiatan Karawitan dan Lagu lagu daerah, c. Program Pemakaian bahasa jawa untuk berkomunikasi, d. Kegiatan tadarus dan diskusi keislaman, e. Membudayakan Semangat Kebangsaan bagi guru , f. Menanamkan Cinta produk dalam negeri, g. Kegiatan Peduli sosial, h. Kegiatan penghijauan madrasah dan i. Kegiatan Pramuka

Kata kunci: kearifan lokal, madrasah ibtidaiyah, pemberdayaan guru,

Pendahuluan

Berbagai krisis yang dialami oleh Bangsa Indonesia, baik krisis moral maupun krisis ekonomi hingga saat ini masih terus berjalan dan seakan-akan susah untuk diatasi. Hal ini akan berlangsung terus menerus yang mengakibatkan Bangsa Indonesia akan terus mengalami perubahan dalam berbagai dimensi, seperti dimensi politik, ideologi, sosial, budaya, ekonomi, keamanan, dan krisis moral dan makna perjuangan untuk hidup dalam masyarakat. Krisis moral dan makna perjuangan untuk hidup yang dialami bangsa Indonesia akan memiliki dampak yang luas sehingga akan menimbulkan krisis bentuk lain. Berbagai krisis ini akan membawa dampak yang buruk bagi perkembangan pola pikir masyarakat. Akan lebih berbahaya lagi bila perubahan perkembangan pola pikir ini mengancam kehidupan berbangsa dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Merosotnya nilai moral dalam diri remaja dan pelajar dapat dilihat dari berbagai kejadian dan perilaku kriminal yang semakin meresahkan semua pihak. Gejala ini dapat dilihat dari kasus perkelahian antar pelajar, penyalahgunaan oabat terlarang (narkotika, ekstasi, dan sejenisnya), kebut-kebutan di jalan raya, pemerkosaan, pencurian, pecandu minuman keras, pembegalan, pelecehan seksual, perebutan barang orang lain dengan paksa serta perilaku yang melanggar nilai etika dan norma susila pada diri remaja/pelajar.

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Patihan sebagai subsistem pendidikan nasional yang memiliki sistem pembelajaran berbasiskan Islam di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) memiliki sistem pembelajaran yang mampu menunjukkan keterpaduan antara pengembangan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai agama khusus Agama Islam sehingga dapat menghasilkan lulusan yang

(5)

3

berbudi luhur serta memiliki keterampilan serta memiliki kecerdasan yang tinggi serta jiwa berbangsa dan bernegara yang tinggi. Kelulusan ini tentunya akan dapat dibanggakan oleh semua pihak baik pemerintah, orang tua maupun masyarakat. Berdasarkan pengamatan yang dilaksanakan pada proses pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Patihan dapat diketahui bahwa waktu belajar di Madrasah ini cukup lebih lama dibandingkan sekolah yang lain yakni masuk pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB. Selain itu bukti nilai budaya baik Islam maupun Jawa dapat dilihat dalam praktek keseharian di Madrasah ini. Untuk melestarikan nilai-nilai luhur Jawa sekolah ini mewajidkan untuk menggunakan bahasa komunikasi pada hari Kamis dengan bahasa Jawa, untuk mengenalkan aksara jawa di setiap kelas terpasang charta huruf jawa dan huruf Ijahiyah (arab). Selain itu tiap acara pelepasan kelas VI atau wisuda sekolah senantiasa ditampilkan hasil kreasi anak dalam berkesenian utamanya budaya Jawa baik dalam bentuk tari maupun pembacaan geguritan.

Menyadari hal tersebut, masalah pokok yang dialami oleh penyelenggara Madrasah Ibtidaiyah Negeri Patihan Sidoharjo Sragen adalah dalam urusan proses pembelajaran yang dapat menumbuhkan nilai moral masih memiliki beberapa kendala sehingga kualitas lulusan siswa yang masih belum memuaskan sebagaian pihak, walaupun telah diupayakan dengan maksimal oleh sekolah. Berdasarkan berbagai paparan tersebut maka penelitian ini dilaksanakan guna mendapatkan gambaran akan proses pemberdayaan guru berbasiskan kearifan lokal di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Patihan Sidoharjo Sragen.

Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah: 1. Untuk mendeskripsikan proses pemberdayaan guru berbasiskan kearifan lokal yang diakukan oleh pribadi guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Patihan Sidoharjo Sragen. 2. Untuk mendeskripsikan proses pemberdayaan guru berbasiskan kearifan lokal yang diakukan oleh instansi berwenang di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Patihan Sidoharjo Sragen.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu suatu penelitian yang menggunakan data deskriftif yang berupa kutipan data, gambar

(6)

4

kata-kata tertulis atau lisan dari seseorang atau peristiwa yang diamati. Desain penelitian ini adalah etnografi karena penelitian ini berhubungan dengan suatu grup atau kelompok masyarakat yang hidup bersama. Lokasi penelitian Madrasah Ibtidaiyah Negeri Patihan kecamatan Sidoharjo kabupaten Sragen. Waktu penelitian 4 bulan, yaitu mulai bulan Nopember 2014 sampai dengan Pebruari 2015. Sumber Data Penelitian meliputi Informan, dokumen, dan tempat atau peristiwa. Informan yaitu guru dalam mempersiapkan pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Patihan kecamatan Sidoharjo kabupaten Sragen, foto atau gambar pembelajaran, kata-kata tertulis atau lisan dari hasil wawancara kepada Kepala Sekolah, guru, siswa, dan anggota komite sekolah mengenai pemberdayaan guru berbasis kearifan lokal di sekolah Teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara mendalam, dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan situs tunggal dengan analisis kualitatif metode alir. Keabsahan data menggunakan triangulasi metode, pengecekan dengan anggota, penyusunan data base, dan penyusunan mata rantai semua bukti penelitian.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Pemberdayaan Guru berbasis kearifan lokal dari Individu

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Patihan Sidoharjo agar guru mampu memberdayakan dirinya, seorang guru dituntut untuk: a. Ikut aktif dalam penataran–penataran, seminar, diklat-diklat work shop yang berkaitan dengan pelajaran yang banyak menekankan kearifan lokal serta aktif dalam kegiatan KKG (kelompok kerja guru) baik di tingkat gugus maupun di tingkat Kecamatan dan Kabupaten. b. Menambah wawasan pribadi yang berhubungan dengan kearifan lokal melalui banyak membaca dan menyimak berbagai macam berita yang aktual baik dari surat kabar, majalah maupun televisi. c. mengikuti latihan gladi kepada orang yang lebih pandai dan senior dan berpengalaman dalam menumbuhkan sikap kearifan lokal siswa. d. Mengikuti teman-teman yang pekerjaannya panembromo, ikut langsung ke lapangan sehingga belajar dalam lingkungan bisa tahu semua dan praktek langsung bisa menambah wawasan, dan ketrampilan dalam bidang ini. e. Untuk meningkatkan bidang seni tari, dengan

(7)

5

melihat dan menirukan gayanya dari saat awal, konteks seperti ini harus bisa durasi empat sampai lima menit. f. Harus mampu membantu meningkatkan prestasi sekolah dengan langkah seperti :1) mampu memberikan dorongan dan motivasi pada siswa untuk giat belajar, dan 2) mampu membentuk kelompok belajar. Hasil penelitian di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Patihan Sidoharjo ini sesuai dengan penelitian dari Bert Davies (2012) yang menegaskan bahwa lembaga SAT telah mampu memperdayakan guru untuk mengajar anak-anak tanpa ancaman atau "mengajar u ntuk memuji dan memberikan contoh keteladanan, sehingga anak menjadi termotivasi untuk mendapatkan pengetahuan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian dari E. Jason Clarke (2012) yang menghasilkan: program pemberdayaan pendidik, dalam mempromosikan penggunaan teknologi secara efektif, membantu memotivasi dan melibatkan para siswa guna menumbuhkan sikap disiplin dalam belajar anak.

Guru akan mampu memberdayakan dirinya bila guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut “digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan perilakunya). Apabila hal di atas terwujud maka guru akan menjadi guru yang efektif. Dimana guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi.

Guru mampu memberdayakan dirinya bila ia memiliki kompetensi profesional perlu menguasai antara lain: (a) disiplin ilmu pengetahuan sebagai sumber bahan pelajaran, (b) bahan ajar yang diajarkan, (c) pengetahuan tentang karakteristik siswa, (d) pengetahuan tentang filsafat dan tujuan pendidikan, (e) pengetahuan serta penguasaan metode dan model mengajar, (f) penguasaan terhadap prinsip-prinsip teknologi pembelajaran, (g) pengetahuan terhadap

(8)

6

penilaian, dan mampu merencanakan, memimpin, guna kelancaran proses pendidikan.

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang berkembang pesat, guru tidak lagi hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi. Dengan demikian keahlian guru harus terus dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan prinsip mengajar yang ada.

2. Pemberdayaan Guru berbasis kearifan lokal dari Instansi

Sekolah sebagai lembaga harus mampu memberdayakan guru agar dapat menumbuhkan karakter sesuai dengan harapkan orang tua menyekolahkan putra-putra pada lembaga tersebut tak terkecuali di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Patihan Sidoharjo Sragen. Dalam hal ini telah banyak diupayakan sekolah agar guru di Madrasah ini mampu memberdayakan dirinya berbasis kearifan lokal antara lain: a. Sekolah memfasilitasi Guru untuk work shop, KKG, seminar dan kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan kearifan lokal baik di sekolah maupun di luar sekolah. b. Menanamkan cinta budaya bangsa sendiri melalui kegiatan Karawitan dan Lagu lagu daerah, c. Program Pemakaian bahasa jawa halus sebagai sarana komunikasi pada hari kamis sebagai pengantar komunikasi, rapat, maupun pengantar pembelajaran bagi semua mata pejaran, bahkan seluruh kegiatan hari itu menggunakan bahasa jawa. d. Kegiatan tadarus dan diskusi keislaman dan kependidikan minimal dilaksanakan sekali dalam sebulan, e. Membudayakan Semangat Kebangsaan bagi guru, f. Menanamkan Cinta produk dalam negeri, g. Kegiatan Peduli sosial, h. Kegiat Peduli alam lingkungan dan penghijauan madrasah (green school ), i. Kegiatan Pramuka. Usaha yang dilakukan oleh Madrasah Ibtidaiyah Negeri Patihan Sidoharjo tentang pemberdayaan guru berbasis kearifan lokal ini sesuai dengan penelitian dari Marhaeni Ria Siombo (2011) yang menghasilkan kesimpulan: pada masyarakat daerah kantong (enclave) Lore Lindu terdapat prinsip-prinsip perilaku hidup yang dikategorikan ‘kearifan

(9)

7

lokal’ atau Indegenous knowledge yang belum diaktualisasikan untuk memperkuat regulasi maupun kebijakan lain dalam mencegah dan meminimalkan kasus-kasus pelanggaran terhadap terjadinya kerusakan pada Taman Nasional Lore Lindu. Pemerintah daerah belum mampu memanfaatkan kearifan lokal masyarakat setempat dalam memperkuat kebijakan pemerintah daerah untuk mempertahankan dan memperkuat daerah penyangga pada Taman Nasional Lore Lindu yang kelak akan mencegah wilayah ini dari bencana alam.

Sejalan dengan hadirnya gerakan reformasi di tengah-tengah kehidupan, maka perubahan yang mendasar dalam penyelenggaraan sistem pendidikan harus dilakukan, termasuk di dalamnya usaha untuk menempatkan guru sebagai kunci utama keberhasilan pendidikan. Seyogya instansi dalam hal ini kepala sekolah memberikan kepada guru otonomi yang lebih luas dalam melaksanakan berbagai tugas, fungsi dan kewajibannya, sehingga tidak lagi harus terpaku pada pola-pola yang dibakukan, seperti berbagai petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang menyebabkan kreativitas guru menjadi terpasung. Guru harus didorong berbuat lebih kreatif dan inovatif untuk menemukan sendiri berbagai metode dan cara baru yang paling sesuai dan tepat dalam proses pembelajaran, yang ditujukan demi keberhasilan para siswanya. Berbagai bentuk pemerasan terhadap guru, dengan dalih apa pun tidak bisa dibenarkan lagi dan harus segera dihentikan. Birokrat yang masih bermental korup sudah waktunya untuk tidak diberi tempat lagi, karena bagaimana pun, guru saat ini sudah sanggup menunjukkan sikap kritis dan keberaniannya untuk mengambil sikap yang terbaik bagi dirinya.

Akhirnya, sejalan dengan upaya pemberdayaan guru, baik dari segi kinerja maupun kesejahteraannya, maka harapan untuk terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi menjadi kenyataan, yang pada gilirannya nanti akan terbentuk manusia-manusia yang sanggup menjadi pelopor pembangunan di daerahnya masing-masing, dengan memiliki dan wawasan sanggup berkiprah secara global.

(10)

8 Simpulan

Simpulan penelitian, upaya pemberdayaan guru berbasis kearifan lokal di sekolah adalah sebagai berikut: 1. Pemberdayaan guru berbasis kearifan lokal dari individu guru dapat dilakukan dengan jalan meningkatkan kemampuan akan penguasaan materi bahan ajar yang berbasiskan kearifan lokal, dengan jalan a. berijasah Sarjana (S1) dalam bidang pembelajaran yang diampunya, b. Ikut aktif

kegiatan penambahan kemampuan akademis melalui berbagai penataran, workshop, c. Menambah wawasan pribadi dengan banyak membaca dan menyimak berbagai macam berita yang aktual, d. senantiasa berguru pada siapapun tak takut untuk bertanya. 2. Pemberdayaan guru berbasis kearifan lokal dari intitusi guru dapat dilakukan dengan jalan a. mengadakan pembinaan kepada guru agar memahami akan tugas dan fungsinya dengan baik, b. Menanamkan cinta budaya bangsa sendiri melalui kegiatan Karawitan dan Lagu lagu daerah, c. Program Pemakaian bahasa jawa halus sebagai sarana komunikasi, d. Kegiatan tadarus dan diskusi keislaman dan kependidikan minimal dilaksanakan sekali dalam sebulan, e. Membudayakan Semangat Kebangsaan bagi guru, f. Menanamkan Cinta produk dalam negeri, g. Kegiatan Peduli sosial, h. Kegiatan Peduli alam lingkungan dan penghijauan madrasah (green school ) dan i. Kegiatan Pramuka

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2010. Edisi Revisi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Aqib, Zainal . 2010. Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Ayatrohaedi.2010. Kepribadian Budaya Bangsa (local Genius).Jakarta: Pustaka Jaya.

Hoed, Benny H. 2010. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.

(11)

9

Miles, Matthew B. dan A Michael Humberto. 2007. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-metode Baru. Terjemahan Jtetjep Roehadi Rohidi.Pendamping, Mulyarto. Cet.1. Jakarta : UI Press

Qodri Azizy, 2012. Pendidikan Agama Untuk Membangun Etika Sosial. Semarang : Aneka Ilmu.

Rahyono, F.X. 2012. Kearifan Budaya dalam Kata. Jakarta: Wedatama Widyasastra.

Ritohardoyo, 2012. Jurnal: Kajian Kearifan Lokal Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan. Jurusan Pedidikan Biologi FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Suhandar, Dadang. 2010. Supervisi Profesional Layanan dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Bandung: Alfabeta.

Sutama, 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Kuantitatif, Kualitatif PTK R&D. Surakarta: Fairuz Media.

Sutopo, HB. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta. UNS Press.

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Wahono, Francis. 2010. Pangan, Kearifan Lokal dan Keanekaragaman Hayati. Yogyakarta: Penerbit Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas

UU RI No. 23. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : DPR RI.

Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Jakarta: Prenada Media Group

Referensi

Dokumen terkait

melakukan penelitian tentang bauran pemasaran dengan judul “PENGARUH BAURAN PEMASARAN JASA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN PADA J-VA COFFEE”.

Metode drill adalah metode dimana peserta didik meluangkan waktunya untuk mengulang-ngulang apa yang menjadi masalah sehingga menjadi terbiasa atau otomatis, metode

Menginventarisasi upaya-upaya yang telah dilakukan selama ini berkenaan dengan pemeliharaan mesin/fasilitas produksi 5.. Menetapkan service level setiap mesin/fasilitas

Kata ganti bahasa Inggris memiliki delapan jenis kata ganti yaitu : kata ganti orang, kata ganti diri, kata ganti penunjuk, kata ganti kepunyaan, kata ganti penghubung, kata

Pembalajaran Kelas Rangkap (PKR), adalah suatu bentuk model pembelajaran yang mensyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruangan kelas atau lebih dalam waktu

IMB adalah surat bukti dari Pemerintah Daerah bahwa pemilik bangunan gedung dapat mendirikan bangunan sesuai fungsi yang telah ditetapkan dan berdasarkan rencana

 Pembentukan Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar (Satgas Saber Pungli) Kabupaten Banjarnegara sesuai dengan Keputusan Bupati Banjarnegara Nomor: 700/1290

Dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman yang layak huni dan berkelanjutan, konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya disusun dengan berlandaskan