• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DANA BOPTN ITS 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DANA BOPTN ITS 2015"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN KEMAJUAN

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

DANA BOPTN ITS 2015

PEMBANGUNAN DIGESTER BIOGAS SEBAGAI

SUMBER BAHAN BAKAR MURAH DAN TERBARUKAN

UNTUK KEPERLUAN RUMAH TANGGA

Tahun ke 1 dari rencana 1 tahun Tim Pengabdi:

Semin, ST, MT, Ph.D (Teknik Sistem Perkapalan / TK ITS) I Made Ariana, ST, MT, Dr (Teknik Sistem Perkapalan / FTK ITS) Ir. Aguk Zuhdi MF, M.Eng, Ph.D (Teknik Sistem Perkapalan / FTK ITS)

Beny Cahyono, ST, MT (Teknik Sistem Perkapalan / FTK ITS) Edi Jatmiko, ST, MT (Teknik Sistem Perkapalan / FTK ITS)

Dr. Sutikno, S.Si, M.Si (Statistika / FMIPA ITS)

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oktober 2015

(2)
(3)

3 Ringkasan

Penggunaan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi dan gas alam, kian lama dirasakan semakin lama semakin menipis persediaannya. Persediannya di Indonesia secara teoritis tidak lebih dari 50 tahun lagi. Selain itu kontribusi dari hasil pembakaran minyak bumi dan gas alam yang menimbulkan emisi-emisi yang dapat mencemari bumi kita. Biogas merupakan sumber bahan bakar atau energi yang dapat terbarui dan murah karena berasal dari bahan-bahan organik hasil dari kotoran mahkluk hidup yang di endapkan atau difermentasikan

Salah satu sumber bahan bakar atau energi biogas adalah berasal dari kotoran sapi, Dalam pengabdian ini akan dikaji penggunaan limbah ternak sapi sebagai sumber bahan bakar atau energy biogas untuk keperluan rumah tangga masyarakat di Semarang. Dalam pengabdian ini menggunakan metode pengumpulan data primer berupa jumlah populasi sapi dan jumlah rumah menurut sumber penerangannya di Semarang. Kemudian data tersebut dianalisa dan dilakukan perhitungan. Analisa yang dilakukan berkaitan dengan ketersediaan biogas dari kotoran sapi, kebutuhan energi untuk keperluan rumah tangga masyarakat di Semarang dan perencanaan serta pemilihan peralatan untuk keperluan rumah tangga masyarakat yang menggunakan biogas.

(4)

4

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur alhamdulillah kepada Allah SWT akhirnya penulis dapat menyusun laporan kemajuan pengabdian masyarakat dengan judul Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi Sebagai Sumber Bahan Bakar Biogas Murah dan Terbarukan Untuk Keperluan Rumah Tangga Masyarakat Di Semarang tanpa banyak rintangan dan hambatan yang harus kami hadapi.

Pengabdian Masyarakat ini kami susun sebagai salah satu kewajiban pada tri dharma perguruan tinggi dan kewajiban kami sebagai staf pengajar di lingkungan ITS untuk selalu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan visi dan misi ITS. Pengabdian ini kami laksanakan sesuai dengan kontrak yang di danai oleh dana BOPTN 2014.

Pengabdi telah berusaha untuk menyajikan laporan kemajuan ini sebaik-baiknya, jika masih ada kesalahan dan kekurangan semata-mata dari diri penulis, dan bila ada manfaatnya itu merupakan kebenaran dari Allah SWT. Untuk kesempurnaannya kami menerima saran dan kritik dari para pembaca yang budiman. Terima kasih.

Surabaya, Oktober 2015 Pengabdi

(5)

5

DAFTAR ISI

Halaman Sampul 1 Halaman Pengesahan 2 Ringkasan 3 Kata Pengantar 4 Daftar Isi 5 I PENDAHULUAN 6 II TINJAUAN PUSTAKA 9

III TUJUAN DAN MANFAAT PENGABDIAN MASYARAKAT 12

IV METODOLOGI PENGABDIAN MASYARAKAT 13

V HASIL YANG DICAPAI 14

VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 31

VII KESIMPULAN DAN SARAN 32

(6)

6 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah dengan kapasitas peternakan sapi yang besar mempunyai potensi yang cukup baik untuk keperluan rumah tangga masyarakat. Peralatan masak dapat dibangkitkan dengan penggunaan kompor berbahan bakar biogas tetapi kompor berbahan bakar biogas di Semarang belum ada. Kompor gas konvesional secara teknis dapat digunakan sebagai kompor biogas tetapi perlu dilakukan modifikasi.

Penggunaan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi dan gas alam, kian lama dirasakan semakin lama semakin menipis persediaannya. Persediannya di Indonesia tidak lebih dari 50 tahun lagi. Selain itu kontribusi dari hasil pembakaran minyak bumi dan gas alam yang menimbulkan emisi-emisi yang dapat mencemari bumi kita. Permaslahan emisi ini merupakan permasalahan yang harus benar-benar diperhatikan, karena menyangkut keselamatan dan keamanan bumi kita bersama.

Biogas merupakan bahan bakar yang dapat terbarui karena berasal dari bahan-bahan organik hasil dari kotoran mahkluk hidup yang di endapkan atau difermentasikan. Sejarah penemuan proses anaerobik digestion untuk menghasilkan biogas tersebar di benua Eropa. Penemuan ilmuwan Volta terhadap gas yang dikeluarkan di rawa-rawa terjadi pada tahun 1770, beberapa dekade kemudian, Avogadro mengidentifikasikan tentang gas metana. Setelah tahun 1875 dipastikan bahwa biogas merupakan produk dari proses anaerobik digestion. Tahun 1884 Pasteour melakukan pengabdian tentang biogas menggunakan kotoran hewan. Era pengabdian Pasteour menjadi landasan untuk pengabdian biogas hingga saat ini. (Agung N. Pambudi, 2009). Biogas sebagian besar mengandung gs metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2), dan beberapa kandungan yang jumlahnya kecil diantaranya hydrogen sulfida (H2S) dan ammonia (NH3) serta hydrogen dan (H2), nitrogen yang kandungannya sangat kecil. Energi yang terkandung dalam biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, dan sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa parameter yaitu : Menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon dioksida (CO2). (Agung N. Pambudi, 2009).

Penggunaan biogas sebagai bahan bakar untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan di daerah-daerah dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan terhadap LPG yang selama ini dipakai. Penggunaan biogas akan dapat mengatasi keterbatasan persediaan bahan bakar minyak dan LPG daerah-daerah. Oleh karena itu dalam pengabdian ini akan diangkat tentang studi teknis pemanfaatan tenaga biogas di daerah penghasil sumber biogas. Dalam pengabdian ini akan dilakukan pemanfaatan tentang biogas dari limbah ternak sapi untuk pemakaian di Semarang Jawa Tengah, seberapa efektif dan efisien penggunaannya.

1.2 Perumusan Konsep dan Strategi Kegiatan

Sampai saat ini supplai LPG yang disediakan oleh PT. Pertamina ke Semarang masih dirasa belum mencukupi oleh masyarakat dan dirasa mahal. Sehingga perlu pemberdayaan masyarakat mandiri energi dengan memanfaatkan limbah ternak sapi sebagai sumber biogas untuk energi keperluan rumah tangga masyarakatdi Semarang.

Permasalahan yang akan dibahas adalah potensi biogas dan pemanfaatannya di Semarang yang meliputi:

(7)

7

1. Apakah efisien pemanfaatan biogas di daerah seperti Semarang?

2. Apakah konsumsi bahan bakar biogas untuk keperluan rumah tangga di daerah Semarang mampu dibantu oleh limbah ternah yang tersedia?

3. Berapakah kemampuan yang dihasilkan oleh kompor gas menggunakan bahan bakar atau energy alternatif biogas?

Untuk menajamkan pembahasan masalah yang terjadi pada pengabdian ini agar lebih terfokus dan terarah, maka dalam hal ini batasan masalah pada pengabdian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan keperluan bahan bakar keperluan rumah tangga yang dibutuhkan masyarakat di Dukuh Randu, Desa Temon, Kecamatan Simo, Kabupaten Semarang. 2. Dibatasi pada studi teknis tentang pembuatan generator biogas, kompor biogas dan

konsumsi bahan bakar biogas.

3. Menentukan kompor biogas yang dapat digunakan dan volume digester yang tepat untuk diterapkan di masyarakat Semarang.

1.3 Target Luaran

Target luaran dari pengabdian ini adalah berupa prototype generator dan kompor biogas, publikasi dan pengabdian sebagai berikut:

1.5.1 Prototype

No Nama Prototype Detil Prototype Status

Kemajuan 1 Prototype

generator biogas

Berupa prototype generator biogas untuk menghasilkan biogas bagi masyarakat Semarang.

Persiapan

1.5.2 Publikasi

No Judul Artikel Nama Jurnal/Seminar Status

Kemajuan 1 Analisa penggunaan biogas

untuk keperluan rumah tangga masyarakat di Semarang

Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan (SENTA) ITS 2014

Persiapan

1.5.3 PKMM atau Pengabdian Mahasiswa

Nama / NRP Program Studi Judul PKMM/Pengabdian Status Kemajuan Eko Jandy Pratama / 4210100054 Teknik Sistem Perkapalan ITS

Analisa unjuk generator biogas sebagai penghasil bahan bakar rumah tangga Persiapan Andri Yudhi Prawira / 4210100071 Teknik Sistem Perkapalan ITS

Analisa konsumsi bahan bakar biogas rumah tangga di

Semarang Persiapan

Simon Robianto W /4210100080

Teknik Sistem Perkapalan ITS

Analisa ekonomis pemanfaatan biogas untuk keperluan rumah tangga masyarakat di Semarang

(8)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Penunjang

Biogas merupakan sebuah gas yang berasal dari makhluk hidup hasil proses produksi material organik dengan bantuan bakteri. Proses degradasi material organik ini tanpa melibatkan oksigen yang ada di udara bebas disebut anaerobik digestion. Gas yang dihasilkan dari proses tersebut sebagian besar (lebih dari 50 % ) berupa metana. Material organik yang terkumpul pada digester tersebut akan terurai menjadi dua tahapan dengan bantuan dua jenis bakteri. Tahapan pertama yaitu:saat material orgranik pada proses ini akan dirubah menjadi asam-asam lemah dengan bantuan bakteri pembentuk asam. Bakteri ini akan menguraikan sampah pada tingkat hidrolisis dan asidifikasi. (Agung N. Pambudi, 2009)

Proses hidrolisis yaitu proses penguraian senyawa kompleks atau senyawa rantai panjang seperti lemak, protein, karbohidrat menjadi senyawa yang sederhana. Sedangkan proses asifdifikasi yaitu pembentukan asam dari senyawa sederhana. Setelah material organik berubah menjadi asam asam lemah, maka tahapan kedua dari proses anaerobik digestion adalah proses pembentukan gas metana dengan bantuan bakteri pembentuk metana seperti methanococus, methanosarcina, methano bacterium. Proses yang tediri dari 2 tahapan ini memiliki kemampuan untuk mengolah sampah ataupun limbah yang keberadaanya melimpah dan tidak bermanfaat menjadi produk yang lebih bernilai. Aplikasi anaerobik digestion telah berhasil dilakukan pada pengolahan limbah industri, limbah pertanian dan limbah peternakan. (Agung N. Pambudi, 2009).

Biogas sebagian besar mengandung gs metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2), dan

beberapa kandungan yang jumlahnya kecil seperti: hydrogen sulfida (H2S), ammonia (NH3),

hydrogen (H2), dan nitrogen yang kandungannya sangat kecil. Energi yang terkandung dalam

biogas tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Semakin tinggi kandungan metana maka

semakin besar kandungan energi (nilai kalor) pada biogas, begitupun sebaliknya semakin kecil kandungan metana semakin kecil nilai kalor. Kualitas biogas dapat ditingkatkan dengan memperlakukan beberapa perlakuan-perlakuan tambahan, yaitu : Menghilangkan hidrogen sulphur, kandungan air dan karbon dioksida (CO2). (Agung N. Pambudi, 2009).

Hidrogen sulphur merupakan zat yang mengandung racun dan menyebabkan korosi, bila biogas mengandung senyawa ini maka akan menyebabkan biogas menjadi zat yang berbahaya sehingga melewati batas konsentrasi yang di ijinkan yaitu maksimal 5 ppm. Bila gas dibakar maka hidrogen sulphur akan lebih berbahaya karena akan membentuk senyawa baru bersama-sama oksigen, yaitu sulphur dioksida /sulphur trioksida (SO2 / SO3). senyawa ini lebih

beracun. Perlakuan yang kedua adalah menghilangkan kandungan karbon dioksida yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas, sehingga gas dapat digunakan untuk bahan bakar kendaraan. Kandungan air yang terkandung dalam biogas akan menurunkan titik penyalaan biogas serta dapat menimbukan korosif. (Agung N. Pambudi, 2009). Komposisi biogas sangat bervariasi bergantung pada asal proses anaerobik yang terjadi. Gas landfill dapat memiliki konsentrasi metana (CH4) sekitar 50%, sedangkan sistem pengolahan limbah yang

maju dapat menghasilkan biogas dengan 55-75%CH4.

Ada beberapa jenis reactor biogas yang dikembangkan hingga saat ini, yaitu : reaktor jenis kubah tetap (Fixed-dome), reaktor terapung (Floating drum), reaktor jenis balon, jenis horizontal, jenis lubang tanah, jenis ferrocement. Dari keenam jenis digester biogas tersebut yang paling sering digunakan adalah jenis kubah tetap (Fixed-dome) dan jenis drum mengambang (Floating drum).

(9)

9

Gambar 1. Digester Kubah Tetap (Fixed-Dome)

Pada Digester ini memiliki dua bagian yaitu digester sebagai tempat pencerna material biogas dan sebagai rumah bagi bakteri,baik bakteri pembentuk asam ataupun bakteri pembentu gas metana. bagian ini dapat dibuat dengan kedalaman tertentu menggunakan batu, batu bata atau beton. Strukturnya harus kuat karna menahan gas aga tidak terjadi kebocoran. Bagian yang kedua adalah kubah tetap (fixed-dome). Dinamakan kubah tetap karena bentunknya menyerupai kubah dan bagian ini merupakan pengumpul gas yang tidak bergerak (fixed). Gas yang dihasilkan dari material organik pada digester akan mengalir dan disimpan di bagian kubah.(Agung N. Pambudi, 2009). Keuntungan dari Digester ini adalah biaya konstruksi lebih murah daripada menggunakan Digester terapung, karena tidak memiliki bagian yang bergerak menggunakan besi yang tentunya harganya relatif lebih mahal dan perawatannya lebih mudah. Sedangkan kerugian dari Digester ini adalah seringnya terjadi kehilangan gas pada bagian kubah karena konstruksi tetapnya.(Agung N. Pambudi, 2009)

Gambar 2. Digester Floating Drum

Digester jenis terapung pertama kali dikembangkan di india pada tahun 1937 sehingga dinamakan dengan Digester India. Memiliki bagian digester yang sama dengan Digester kubah, perbedaannya terletak pada bagian penampung gas menggunakan peralatan bergerak menggunakan drum. Drum ini dapat bergerak naik turun yang berfungsi untuk menyimpan gas hasil fermentasi dalam digester. Pergerakan drum mengapung pada cairan ini dan akan tergantung dari jumlah gas apa saja yang akan dihasilkan nantinya.Keuntungan dari Digester

(10)

10

ini adalah dapat melihat secara langsung volume gas yang tersimpan pada drum karena pergerakannya. Karena tempat penyimpanan yang terapung sehingga tekanan gas konstan. Sedangkan kerugiannya adalah biaya material konstruksi dari drum lebih mahal. faktor korosi pada drum juga menjadi masalah sehingga bagian pengumpul gas pada Digester ini memiliki umur yang lebih pendek dibandingkan menggunakan tipe kubah tetap. (Agung N. Pambudi, 2009)

Gambar 3. Digester Balon

Digester balon merupakan jenis Digester yang banyak digunakan pada skala rumah tangga yang menggunakan bahan plastik sehingga lebih efisien dalam penanganan dan perubahan tempat biogas. Digester ini terdiri dari satu bagian yang berfungsi sebagai digester dan penyimpan gas masing masing bercampur dalam satu ruangan tanpa sekat. Material organik terletak dibagian bawah karena memiliki berat yang lebih besar dibandingkan gas yang akan mengisi pada rongga atas.(Agung N. Pambudi, 2009)

2.2 Study Hasil Pengabdian Sebelumnya

Kompor biogas adalah kompor dengan pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar yang dapat diperbaharui. Kotoran sapi sebagai media penghasil biogas dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor biogas, sehingga mengurangi pencemaran lingkungan dan efek rumah kaca. Semarang Jawa Tengah dengan kapasitas peternakan yang besar mempunyai potensi yang cukup baik untuk pembangunan generator biogas sebagai penghasil bahan bakar rumah tangga.

Peternakan sapi dari tahun ke tahun semakin besar jumlahnya, penambahan jumlah tersebut menyebabkan tingkat pencemaran lingkungan yang tinggi antara lain menyebabkan bau tidak sedap yang mengganggu kenyamanan lingkungan sekitar, endemik bibit penyakit, dan air resapan tanah dan sungai menjadi beracun dan bau. Dalam kotoran sapi terkandung gas metana (CH4) apabila dibuang secara bebas ke atmosfir akan menyebabkan efek rumah kaca,

proses ini berakibat suhu bumi menjadi tinggi, ini adalah yang disebut dengan pemanasan global (global warning), yang secara langsung meningkatkan intensitas frekuensi angin topan, merubah komposisi hutan, mengurangi produksi pertanian, menghancurkan biota laut sehingga ikan mengalami kekurangan makanan dan ekosistem laut menjadi hancur. Alasan diatas dapat dijadikan bahan pertimbangan bahwa kotoran sapi lebih baik dimanfaatkan daripada dibiarkan menumpuk. Beberapa cara pemanfaatan kotoran sapi antara lain dengan mengolah kotoran sapi menjadi pupuk organik maupun biogas, yaitu suatu energi yang dihasilkan dari proses biodegradasi dengan bantuan bakteri dalam kondisi anaerob pada material organik (kotoran sapi). Keuntungan yang didapat dari proses pemanfaatan kotoran sapi bagi pemilik peternakan

(11)

11

sapi adalah menambah penghasilan dari penjualan pupuk organik dan menghemat pengeluaran biaya penggunaan listrik. Sebenarnya pemanfaatan kotoran sapi dapat memberikan nilai ekonomis yang lebih tinggi jika dilakukan dengan cara membangun pembangkit biogas (Awalaudin,dkk, 2010).

Sebagai contoh Jawa Tengah memiliki potensi yang sangat besar untuk mengembangkan biogas karena memiliki peternakan yang besar. Data pada tahun 2002, sapi potong sebesar 13344495 ekor dan sapi perah sebesar 119026 ekor. Kompor biogas dapat dibangkitkan dengan penggunaan biogas, ini merupakan cara untuk mengatasi tidak kurangnya supply LPG dan harganya yang selalu naik.

(12)

12 BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENGABDIAN MASYARAKAT 3.1 Tujuan

Pengabdian pemberdayaan masyarakat mandiri energi dengan memanfaatkan limbah ternak sapi sebagai sumber biogas untuk energi keperluan rumah tangga masyarakatdi Semarang ini bertujuan untuk:

1. Untuk menghitung potensi biogas dari limbah kotoran sapi di Semarang. 2. Untuk menghitung kebutuhan bahan bakar rumah tangga di Semarang. 3. Untuk merancang pembangkit / digester dan kompor biogas di Semarang.

4. Untuk menganalisa unjuk kerja pembangkit / digester dan kompor biogas di Semarang.

3.2 Manfaat

Manfaat dan dampak yang diharapkan dari pengabdian pemberdayaan masyarakat mandiri energi dengan memanfaatkan limbah ternak sapi sebagai sumber biogas untuk keperluan rumah tangga masyarakatdi Semarang ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan informasi tentang pemanfaatan limbah kotoran sapi sebagai sumber biogas untuk bahan bakar rumah tangga.

2. Sebagai salah satu bahan pertimbangan kepada masyarakat bahwa limbah kotoran sapi dapat digunakan sebagai sumber biogas untuk bahan bakar rumah tangga.

3. Dengan pemakaian limbah kotoran sapi sebagai sumber biogas untuk bahan bakar pembakit listrik maka masyarakat Semarang mampu mandiri energi yang murah dan terbarukan.

(13)

13 BAB IV

METODOLOGI PENGABDIAN MASYARAKAT

Penjelasan detail langkah demi langkah pada pengabdian pemberdayaan masyarakat mandiri energi dengan memanfaatkan limbah ternak sapi sebagai sumber biogas untuk energi keperluan rumah tangga masyarakatdi Semarang ditunjukkan dalam bab ini.

3.1 Pengujian Kompor Sebelum Menggunakan Biogas

Pengujian dilakukan untuk mengetahui unjuk kerja kompor gas sebelum dilakukan konversi menjadi kompor biogas. Pengujian dilakukan dengan mengetahui nilai kalor atau panas api suatu kompor gas. Data pengujian yang diperlukan suhu atau kalor yang keluar dari api kompor gas.

3.2 Pembangunan Prototype Generator Biogas

Generator biogas sebagai tempat kototan dilakuan fermentasi dan penampung biogas hasil fermentasi kotoran sapi. Pembangunan generator / digester bisa terbuat dari tangki beton atau dari tangki plastic atau PVC. Untuk keperluan ini nantinya akan disesuaikan dengan kondisi daerah dan masyarakat.

3.3. Konversi Kompor Gas Menjadi Biogas

Setelah tahap pembangunan generator biogas selesai dan telah menghasilkan biogas yang potensial maka bisa dimanfaatkan sebagai sumber bahan bakar biogas untuk kompor biogas bagi masyarakat. Perlu adanya konversi dari kompor gas menjadi kompor biogas yaitu dengan mengganti system pemasukan biogas yang akan masuk ke kompor.

3.4 Analisa Teknis dan Ekonomis

Analisa teknis dan ekonomis dari pengabdian ini adalah berupa perbandingan teknis antara unjuk kerja kompor gas asli dan kompor berbahan bakar biogas. Analisa kedua adalah difokuskan pada sisi ekonomis terhadap pemanfaatan kotoran sapi sebagai sumber biogas bagi keperluan rumah tangga jika dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar LPG.

3.5 Penyelesaian Pekerjaan

Target dari penyelesaian pekerjaan ini adalah terpenuhinya laporan akhir pengabdian, publikasi artikel, prototype generator / digester biogas dan kompor biogas serta pemanfaatannya.

(14)

14 BAB V

HASIL YANG DICAPAI 4.1 Pendahuluan

Pengabdian ini dilakukan dengan cara survey dan aplikasi langsung ke wilayah Kabupaten Semarang. Tepatnya adalah terletak di RT 11 Dukuh Randu, Kelurahan Temon, Kecamatan Simo, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan diawali dengan survey untuk mengetahui jumlah populasi sapi yang paling real, jumlah penduduk, potensi biogas yang bisa dihasilkan oleh populasi sapi dan untuk rumah tangga di daerah tersebut. Survey telah dilakukan dan telah dilakukan perhitungan serta pembuatan alat berupa digester penghasil biogas dari kotoran sapi berdasarkan hasil survey dan data yang diperoleh. Hasil survey yang didapat dan pembuatan alat digester penghasil biogas adalah seperti pada uraian dibawah.

4.2 Kabupaten Semarang

Sejarah Semarang: Asal mula nama SEMARANG menurut cerita serat Babad Pengging Serat Mataram, nama Semarang tak disebutkan. Demikian juga pada masa Kerajaan Demak Bintoro maupun Kerajaan Pengging, nama Semarang belum dikenal. Menurut legenda nama SEMARANG berhubungan dengan ceritera Ki Ageng Pandan Arang (Bupati Semarang pada abad XVI. Alkisah, Ki Ageng Pandan Arang yang lebih dikenal dengan Tumenggung Notoprojo diramalkan oleh Sunan Kalijogo sebagai Wali penutup menggantikan Syeh Siti Jenar. Oleh Sunan Kalijogo, Ki Ageng Pandan Arang diutus untuk menuju ke Gunung Jabalakat di Tembayat (Boyolali) untuk syiar agama Islam. Dalam perjalananannya dari Semarang menuju Tembayat Ki Ageng banyak menemui rintangan dan batu sandungan sebagai ujian. Ki Ageng berjalan cukup jauh meninggalkan anak dan istri ketika berada di sebuah hutan belantara beliau dirampok oleh tiga orang yang mengira beliau membawa harta benda ternyata dugaan itu keliru maka tempat inilah sekarang dikenal dengan nama SALATIGA. Perjalanan diteruskan hingga sampailah disuatu tempat yang banyak pohon bambu kuning atau bambu Ampel dan tempat inilah sekarang dikenal dengan nama Ampel yang merupakan salah satu kecamatan di Semarang. Dalam menempuh perjalanan yang jauh ini, Ki Ageng Pandan Arang semakin meninggalkan anak dan istri. Sambil menunggu mereka, Ki Ageng Beristirahat di sebuah Batu Besar yang berada di tengah sungai. Dalam istirahatnya Ki Ageng Berucap “ BAYAWIS LALI WONG IKI” yang dalam bahasa indonesia artinya “Sudah lupakah orang ini”.Dari kata Baya Wis Lali/ maka jadilah nama SEMARANG. Batu besar yang berada di Kali Pepe yang membelah kota Semarang mungkinkah ini tempat beristirahat Ki Ageng Pandan Arang. Mungkin tak ada yang bisa menjawab dan sampai sekarang pun belum pernah ada meneliti tentang keberadaan batu ini.Demikian juga sebuah batu yang cukup besar yang berada di depan Pasar Sunggingan Semarang, konon menurut masyarakat setempat batu ini dulu adalahtempat untuk beristirahat Nyi Ageng Pandan Arang. Dalam istirahatnya Nyi Ageng mengetuk-ngetukan tongkatnya di batu ini dan batu ini menjadi berlekuk-lekuk mirip sebuah dakon (mainan anak-anak tempo dulu). Karena batu ini mirip dakon, masyarakat disekitar Pasar Sunggingan menyebutnya mBah Dakon dan hingga sekarang batu ini dikeramatkan oleh penduduk dan merekapun tak ada yang berani mengusiknya.

Penetapan Hari Jadi Kabupaten Semarang sebelumnya telah dilakukan pengabdian oleh Lembaga Pengabdian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pengabdian ini didasarkan atas SuratPerjanjian Kerja sama antara Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang dengan

(15)

15

dengan Lembaga Pengabdian UNS pada 11 September 1981. Setelah melakukan penelusuran sejarah, selanjutnya pada 23 Pebruari 1982 di Gedung DPRD Kabupaten Semarang diselenggarakan seminar tentang SEJARAH HARI JADI KABUPATEN DAERAH TINGKAT II SEMARANG. Dalam seminar ini telah disimpulkan tanggal 5 Juni 1847 merupakan Hari Jadi Kabupaten Semarang. Selanjutnya melalui Rapat Paripurna DPRD pada tanggal 13 Maret1982 telah ditetapkan Peraturan Daerah Tingkat II Kabupaten Semarang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Sejarah dan Hari Jadi Kabupaten Semarang. Perda tersebut telah diundangkan melalui Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang pada tanggal 22 Maret 1982 Nomor 5 Tahun 1982 Seri D Nomor 3.

Wilayah Semarang: Memiliki luas 1.015,10 km2, populasi total 930.531 jiwa (SP2010) dengan kepadatan 916,69 jiwa/km2. Pembagian administrative terdiri 19 kecamatan, 267 kelurahan dengan flora resmi Mawar Pager dan fauna resmi Sapi Jawa Lokal. Pusat administrasi berada di Kecamatan Semarang, terletak sekitar 25 km sebelah barat Kota Surakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan di utara; Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, dan Kota Surakarta (Solo) di timur; Kabupaten Boyolali dan Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan; serta Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang di barat. Kabupaten ini termasuk kawasan Solo Raya (Eks. Karesidenan Surakarta).

Kondisi Demografi Kependudukan: Penduduk Kabupaten Semarang pada tahun 2008 berjumlah 949.583 jiwa dengan komposisi laki-laki sebanyak 464.837 jiwa dan perempuan sebanyak 484.757 jiwa, serta kepadatan penduduk sebesar 935 jiwa/Km2. Sedangkan pada tahun 2007 jumlah penduduk 947.012 dengan komposisi laki-laki sebanyak 463.286 jiwa dan perempuan sebanyak 483.726 jiwa, serta kepadatan penduduk sebesar 933 jiwa/Km2. Data tersebut memberikan gambaran bahwa jumlah penduduk Kabupaten Semarang tahun 2008 terjadi penambahan 2.582 jiwa atau terjadi pertumbuhan 0,27 %. Data tentang kependudukan di Kabupaten Semarang secara jelas maupun perkembangannya dapat dilihat tabel-tabel, berikut:

Tabel 1. Pertumbuhan Menurut Kecamatan di Kabupaten Semarang Tahun 2008 No. KECAMATAN PENDUDUK PERUBAHAN 2007-2008 PERTUMBUHAN (%)

1. SELO 26.844 26.885 41 0,04 2. AMPEL 68.498 68.520 22 0,03 3. CEPOGO 52.160 52.500 340 0,65 4. MUSUK 60.224 60.286 62 0,10 5. SEMARANG 58.865 59.237 372 0,63 6. MOJOSONGO 51.107 51.174 67 0,13 7. TERAS 45.007 45.367 360 0,80 8. SAWIT 33.016 33.047 31 0,09 9. BANYUDONO 45.316 45.276 -40 -0,09 10. SAMBI 48.676 48.530 -146 -0,30 11. NGEMPLAK 70.384 70.502 118 0,17 12. NOGOSARI 60.773 60.745 -28 -0,05 13. SIMO 43.431 43.533 102 0,23 14. KARANGGEDE 40.555 40.740 185 0,46 15. KLEGO 45.600 45.850 250 0,55 16. ANDONG 61.479 61.713 234 0,38 17. KEMUSU 46.076 46.237 161 0,35 18. WONOSEGORO 54.185 54.469 284 0,52

(16)

16

19. JUWANGI 34.816 35.013 197 0,57

JUMLAH 947.012 949.583 2.582 0,2

Sumber data: BPS Kab. Semarang

Tabel 2. Jumlah Penduduk Kabupaten Semarang Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2008

NO KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

2007 2008 2007 2008 2007 2008 1. SELO 13.020 13.025 13.824 13.830 26.844 26.885 2. AMPEL 33.417 33.474 35.081 35.046 68.498 68.520 3. CEPOGO 25.650 25.802 26.510 26.698 52.160 52.500 4. MUSUK 29.141 29.177 31.083 31.109 60.224 60.286 5. SEMARANG 28.862 29.088 30.003 30.149 58.865 59.237 6. MOJOSONGO 25.041 25.104 26.066 26.070 51.107 51.174 7. TERAS 22.318 22.520 22.689 22.847 45.007 45.367 8. SAWIT 16.307 16.347 16.709 16.700 33.016 33.047 9. BANYUDONO 21.749 21.777 23.567 23.499 45.316 45.276 10. SAMBI 24.120 24.087 24.556 24.443 48.676 48.530 11. NGEMPLAK 34.605 34.681 35.779 35.821 70.384 70.502 12. NOGOSARI 29.502 29.469 31.271 31.276 60.773 60.745 13. SIMO 21.001 21.036 22.430 22.497 43.431 43.533 14. KARANGGEDE 19.499 19.597 21.056 21.143 40.555 40.740 15. KLEGO 22.353 22.513 23.247 23.337 45.600 45.850 16. ANDONG 30.124 30.247 31.355 31.466 61.479 61.713 17. KEMUSU 22.653 22.743 23.423 23.494 46.076 46.237 18. WONOSEGORO 26.701 26.847 27.484 27.622 54.185 54.469 19. JUWANGI 17.223 17.302 17.593 17.710 34.816 35.013 JUMLAH 63.286 464.837 483.726 484.757 947.012 949.583 Sumber data: BPS Kab. Semarang

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Keompok Umur di Kabupaten Semarang Tahun 2008

Rentang Usia (tahun) Jumlah

0 - 4 71.030 5 - 9 74.448 10 - 14 87.932 15 -19 74.828 20 - 24 75.968 25 - 29 78.247 30 - 34 79.101 35 - 39 64.288 40 - 44 70.544 45 -49 63.623 50 -54 48.809 55 - 59 42.162 60 - 64 3.301 > 65 75.302 JUMLAH 949.583

(17)

17 Sumber data: BPS Kab. Semarang

Tabel 4. Jumlah Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut TingkatPendidikan di Kabupaten Semarang Tahun 2008

Pendidikan Jumlah

Tidak / Belum Tamat SD 245.497

Tamat SD 258.202

Tamat SLTP 236.700

Tamat SMU Sederajad 83.146 Tamat SMU Kejuruan 46.880 Diploma I / II 9.489 Diploma III / Sarjana Muda 9.891 Diploma IV / Strata 1/2/3 14.312

TOTAL 804.116

Sumber data: BPS Kab. Semarang

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Semarang: Jika dilihat dari indikator Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat disampaikan bahwa, PDRB secara agregat ADHB (Atas Dasar Harga Berlaku) pada tahun 2008 dibandingkan tahun 2007 terjadi kenaikan sebesar 13,02%. Sedangkan PDRB ADHK (Atas Dasar Harga Konstan) tahun 2008 dibandingkan tahun 2007 terjadi kenaikan sebesar 5,10% atas dasar harga konstan (angka sementara).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut di atas yaitu untuk sektor pertanian, dan pertambangan/penggalian, serta jasa-jasa baik harga berlaku/konstan mengalami kenaikan cukup signifikan. Sedangkan sektor yang lain juga tumbuh, tetapi tidak setinggi sektor tersebut.

Adapun kondisi perkembangan PDRB Kabupaten Semarang tahun 2007 dan angka sementara (belum rekontribusi Jawa Tengah) tahun 2008 atas dasar harga konstan (ADHK) dapat dilihat, tabel berikut:

Tabel 5. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Semarang Atas Dasar Harga Konstan (ADHK)Tahun 2007 dan 2008 (000 Rp.)

No. Lapangan Usaha Tahun 2007 Tahun 2008 *) Pertumb. (%) 1 Pertanian 1.305.830.000 1.357.411.117 3,95 2 Tambangan/Galian 34.309.000 37.241.668 8,55 3 Industri 609.253.000 624.530.838 2,51 4 Listrik, Gas dan air 46.644.000 50.608.828 8,50 5 Bangunan/Konstr, 104.996.000 111.665.275 6,35 6 Dagang/Hotel/RM 940.415.000 982.028.818 4,43 7 Angkutan&komunikasi 10.819.000 99.860.659 -0,95 8 Perbankan dan keuangan 238.020.000 251.039.700 5,47 9 Jasa-jasa 367.485.278 424.444.779 15,50

Jumlah 3.747.773.278 3.938.831.682 5,10

(18)

18

Peternak Sapi di Semarang: Salah satu kabupaten di Jawa Tengah, Kabupaten Semarang memiliki potensi yang relatif besar di bidang peternakan sapi. Hal itu ditunjukkan dengan besarnya jumlah peternak sapi di kabupaten tersebut. Sekitar 256.560 warga atau hampir sepertiga jumlah penduduk Semarang yang mencapai 1 juta jiwa berprofesi sebagai peternak sapi. Peternak tersebut memelihara sekitar 62.130 ekor sapi perah dan 88.910 ekor sapi potong. Dari jumlah sapi perah tersebut, Semarang dapat menghasilkan sekitar 12 ribu liter susu per hari. Setiap harinya 80 hingga 90 ekor sapi juga dipotong di Semarang yang menghasilkan sekitar 22,7 ton daging. Demikian diuraikan Bupati Semarang, Sri Moeljanto, dalam sambutannya ketika menutup Lomba dan Kontes Ternak nasional 2010 di Asrama Haji, Donohudan, Semarang, Kamis 22 Juli 2010. Dia mengatakan dengan potensi peternakan sapi tersebut, Semarang memiliki peran penting dalam ketahanan pangan khususnya daging. Semarang memiliki peran penting dalam ketahanan pangan khususnya daging karena besarnya sektor peternakan. Sekitar 256.560 jiwa atau sekitar 27,79 persen dari seluruh penduduk yang hampir mencapai 1 juta merupakan peternak sapi. Bupati Moeljanto mengatakan, peternakan di Semarang turut disokong dengan adanya pinjaman pengembangan usaha seperti Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KPPE) dan Kredit Usaha Pembibitan Sapi Perah (KUPS) dari pihak perbankan. Pada 2009, kredit peternakan sapi di Semarang mencapai Rp 1, 4 Miliar. Dengan besarnya pinjaman itu, tidak ada kredit yang macet. Karena itu, diberharapkan perbankan dapat terus member kredit untuk peternakan di Semarang.

Memang, kabupaten Semarang di benak masyarakat telah dikenal dengan peternakan sapi perahnya. Namun para peternak sapi perah ini tidak mempunyai posisi tawar yang menguntungkan untuk menjual kepada pabrik susu. Dari pengalaman ini di bagian wilayah Utara Semarang sebagian masyarakatnya yang menjalankan ternak sapi jenis sapi potong PO, Simental dan Limousin tidak mau permasalahan yang sama terjadi pada saudara mereka yang menjalankan ternak sapi perah. Maka kelompok ternak sapi potong ini berintegrasi dalam suatu asosiasi yang dinamakan Asosiasi Peternak Sapi Semarang disingkat ASPIN. Asosiasi seperti ini mungkin yang pertama di Indonesia terdapat kelompok ternak yang membuat asosiasi. Asosiasi ini yang beralamatkan di Desa Pilangsari, Potronayan Nogosari Semarang mempunyai visi mewujudkan masyarakat peternak sapi Semarang yang berswasembada dan lebih sejahtera pada tahun 2018. Melihat kekuatan para peternak sapi potong ini, Bank Jateng telah mengucurkan kreditnya melalui KKPE sebesar 7,2 milyar rupiah. Semua dilakukan secara mandiri dengan menggunakan bisnis plan yang telah dibuat dalam pengajuan proposalnya. Menurut ketua asosiasi Suparno, ASPIN diharapkan dapat memenuhi kebutuhan daging untuk wilayah Semarang dan Solo Raya. Saat ini populasi ternak dari seluruh anggota sebanyak 1.936 ekor yang menyupali RPH Ampel Semarang, pasar hewan Kalioso, Jatinom, Sragen, Sumber lawang, Bekonang hingga memenuhi permintaan dari DKI. Kendala yang harus dihadapi adalah bagaimana para peternak dapat berinovasi mulai dari pakan hingga pemeliharaan sehingga harga daging bisa bersaing dengan harga yang berlaku dipasaran. Cita cita yang di inginkan adalah kelak dapat berinvestasi cool storage untuk menyimpan daging yang siap dipasarkan kepada masyarakat. Untuk itu Suparno berharap ada dukungan semua pihak agar ketahanan pangan melalui ketersediaan daging sapi bisa terpenuhi dari hasil karya anak bangsa sendiri. Kegiatan pelatihan dan pendampingan sangat terbuka dan dinantikan.

4.3 Kecamatan Simo, Kabupaten Semarang

Dalam bahasa Jawa Sima berarti macan atau harimau. Namun Sima dalam bahasa Jawa Kuna berarti tanah perdikan atau tanah yang dibebaskan dari pajak. Nama terakhir ini lebih memungkinkan. Di seluruh Jawa terdapatkan nama-nama tempat Sima lainnya. Di dalam versi

(19)

19

yang lain, nama simo bermula dari sejarah demak dan pengging. Sebagaimana diketahui, bahwa demak dengan Sultan Fatah mempunyai pertentangan dengan Ki Ageng Pengging. Demak sebagai kerajaan Islam yang didukung oleh wali songo berseberangan dengan Ki Ageng Pengging yang merupakan anak murid dari Syekh Siti Jenar. Walisongo mengutus sunan kudus untuk pergi ke pengging dengan maksud mengajak ki ageng pengging agar mau bergabung dengan demak. di dalam perjalanan ke pengging itulah rombongan sunan kudus bermalam di sebuah hutan di sebelah utara kali cemara. Ketika bermalam itu Sunan kudus memukul pusaka berupa gong yang namanya Kyai SIMA, yang bunyinya mirip dengan auman harimau (Simo). Mendengar suara auman harimau itu, kemudian penduduk sekitar beramai-ramai menuju ke hutan dengan maksud menangkap harimau tersebut. Bukan harimau yang ditemui tapi Sunan Kudus dan rombongan yang mereka jumpai. Ketika ditanya kedatangan mereka ke tengah hutan, penduduk menjawab bahwa tadi ada suara harimau sehingga mereka bermaksud untuk membunuhnya. Kemudian oleh sunan kudus dijawab bahwa tidak ada harimau dan mereka disuruh kembali ke rumah dan oleh sunan kudus daerah itu kemudian dinamakan Simo.

Simo adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan Simo terletak di sebelah timur laut ibukota Kabupaten Semarang. Kecamatan Simo mempunyai luas wilayah 48,04 km² dengan jumlah penduduk 43.533 jiwa dan kepadatan penduduknya adalah 906 jiwa/km². Kecamatan Simo bagian utara dibatasi oleh Kecamatan Klego, bagian timur dibatasi oleh Kecamatan Nogosari, bagian selatan dibatasi oleh Kecamatan Sambi, bagian barat dibatasi oleh Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang. Wilayah Kecamatan Simo mempunyai 13 desa / kelurahan yang terdiri dari Bendungan, Blagung Gunung, Kedung Lengkong, Pelem, Pentur, Simo, Sumber, Talakbroro, Temon, Teter, Walen, Wates.

Simo terkenal sebagai kota kecamatan pelajar. Di kota ini terdapat tugu pelajar yang dibangun tahun 1985 di perempatan Tegalrayung sebagai simbol atas kenyataan ini. Hampir semua penduduk muda lulus SMA atau sederajat. Ratusan sarjana, master dan doktor muncul dari kecamatan ini. Kenyataan bahwa Simo adalah kota pelajar sangat nampak nyata, dapat dilihat dari banyaknya sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan bahkan perguruan tinggi yang berdiri di daerah ini, mulai dari sekolah negeri, swasta, sampai sekolah khusus yang berbasis keagamaan. Prestasi Kecamatan Simo dapat dikatakan cukup membanggakan, dimana SMU Muhammadiyah 1 Simo pernah meraih juara no. 1 untuk cerdas cermat tentang perkoperasian tingkat Jawa Tengah pada tahun 1990 dan mewakili Jawa Tengah untuk tingkat nasional, SMA Negeri 1 Simo telah meraih gelar no. 2 terbaik se-Jawa Tengah pada Tahun Ajaran 2006. Selain itu SMP Negeri 1 Simo adalah sekolah yang tertua di daerah ini yang telah menghasilkan alumni-alumni yang berprestasi yang telah menyebar di seluruh Indonesia.

4.4 Desa Temon, Kecamatan Simo

Desa Temon merupakan salah satu desa di Kecamatan Simo, Kabupaten Semarang dengan luas wilayah 365.2280 m2 dan berbatasan dengan :

Sebelah utara : Desa Pojok, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Semarang. Sebelah Timur : Desa Keyongan, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Semarang. Sebelah Selatan : Desa Bendo, Kecamatan Nogosari, Kabupaten Semarang. Sebelah Barat : Desa Bendungan, Kecamatan Simo, Kabupaten Semarang.

Desa Temon terletak 5 km disebelah timur kota kecamatan Simo. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Bendungan, sebelah utara berbatasan dengan Desa Pojok Kecamatan Nogosari, sebelah timur berbatasan dengan Desa Bendo dan Baseran Kecamatan Nogosari,

(20)

20

sebelah selatan berbatasan dengan Bendo dan Desa Bendungan. Desa Temon terdiri dari beberapa dukuh yaitu Temon, Tewel, Banjarsari, Kedungwuluh, Randu, Belimbing, Sendanglo, dan Ngangkruk. Warga Desa temon adalah beragama Islam dan disetiap dukuh tersebut terdapat masjid yang baik dan bersih.

Desa Temon terdiri dari 9 ( sembilan ) dukuh seperti di atas yang terbagi menjadi 3 ( Dusun ) dan 20 RT. Dengan jumlah penduduk : 2.479 terdiri dari 1.245 laki-laki dan 1.234 perempuan. Dalam penyelengaraan pemerintahan dipimpin oleh Kepala Desa dibantu seorang sekdes, 3 kadus, 3 kaur, BPD dan LPMD. Pemerintah Desa, BPD, Lembaga Desa dengan masyarakat bersinergi dengan baik mengingat bahwa penghasilan Asli Desa ( PAD ) yang bersumber dari Lelangan Kas Murni Desa Temon tahun anggaran 2012 senilai Rp 4.420.000,- (Empat juta empat ratus dua puluh ribu rupiah) dan tahun 2013 senilai Rp 4.670.000,- (Empat juta enam ratus tujuh puluh ribu rupiah). Sudah tersedia Kantor Desa meliputi : Aula Balai Desa, Ruang Kepala Desa, Ruang Sekdes, Ruang Kaur, Ruang Kadus, Ruang BPD, Ruang LPMD, Ruang PKK dan Ruang Ketrampilan walaupun tidak mewah. Masyarakat Desa Temon merupakan masyarakat agraris terbukti hampir 90 % masyarakat desa temon mengelola lahan pertanian untuk memncukupi kehidupan.

Di Desa Temon terdapat beberapa gabungan kelompok tani. Gapoktan (Gabungan Kelompok Tani) “SEJAHTERA” diketuai Oleh Bapak SUGIMIN. Kelompok Tani NGUDI REJEKI diketuai oleh Bapak WASIMAN. Kelompok Tani SUMBER REJEKI diketuai oleh Bapak DARMADI. Kelompok Tani TANIMAJU diketuai oleh Bapak PAIDI HERU SANTOSO. Kelompok Tani .SUBUR MAKMUR diketuai oleh Bapak SUGIMI. Kelompok Tani RUKUN MAKARYO diketuai oleh Bapak SUTRISNO.

Untuk menunjang terpenuhi kebutuhan sandang dan pangan bagi masyarakat desa Temon bersumber pertanian. Usaha bidang pertanian meliputi : Tanaman Padi, ketela rambat, ketela pohon, jagung, kedelai, sayuran, buah, obat. Usaha bidang Kehutanan meliputi : tanaman jati, sengon, mahoni dll. Usaha bidang industri meliputi : Industri Pengrajin mote, industri industri makanan, industri rumah tangga, industri kerajinan wayang dari karton, idustri pertukangan, dll. Usaha Bidang Perkebunan : Mangga, pisang, tebu, kelapa, rambutan, nangka. Usaha bidang Peternakan mencakup : ternak sapi, kambing, ayam potong, puyuh, ayam petelur. Usaha bidang Perdagangan meliputi : dagang kelontong, dagang saprodi, candak kulak, dsb. Usaha Bidang Jasa meliputi : jasa penjahitan, tambal ban, vulkanisir, servis otomotif, transportasi, servis elektronik, gergaji kayu, selep gabah, pijat bayi, dan potong rambut.

4.5 Dukuh Randu, Desa Temon, Kecamatan Simo

Dukuh Randu, Desa Temon terletak 7,5 km disebelah timur kota kecamatan Simo. Dukuh Randu berada di posisi paling selatan Kelurahan Temon. Sebelah barat berbatasan dengan Dukuh Kedung wuluh, sebelah utara berbatasan dengan Dukuh Blimbing, sebelah timur berbatasan dengan Desa Bendo Kecamatan Nogosari, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bendo dan Desa Bendungan. Dukuh Randu, Desa Temon terdiri dari beberapa RT dan dalam satu RW yaitu RT 08, 09, 10, 11 dan 12, Warga Dukuh Randu, Desa Temon adalah beragama Islam dan terdapat masjid yang baik dan bersih.

Untuk lebih memfokuskan kegiatan pengabdian dan keterbatasan dana maka pengabdian ini hanya difakuskan pada salah satu RT saja. Pada pengabdian ini dikhususkan di RT 11 Dukuh Randu, Desa Temon. Di RT 11 jumlah warga dan jumlah ternak sapi adalah seperti pada tabel berikut:

(21)

21

Table 6. Jumlah penduduk dan populasi sapi di RT 11 Dukuh Randu Temon Simo

NO NAMA KELUARGA JUMLAH

PENDUDUK JUMLAH TERNAK SAPI 1 Rohman 4 2 2 Usup Mustika 3 0 3 Sugimin 5 0 4 Danang 3 0 5 Masinen 3 1 6 Sanuri 2 1 7 Tukiman 4 0 8 Sumarno 3 0 9 Pomo 3 2 10 Nur 3 0 11 Daliyem 2 2 12 Paimin 4 1 13 Mukiman 2 1 14 Heri 3 0 15 Joko Wahyono 2 1 16 Gimin 3 2 17 Sutrisno 5 2 18 Sumarno Rus 3 1 19 Wartono 3 1 20 Alif Mansari 2 1 21 Sabar 6 0 22 Sugimin 2 1 23 Joko Wiyono 4 1 24 Sukimin 3 2 25 Suryadi Cimul 2 2 27 Maryadi 5 1 28 Loso 2 1 29 Haryono 2 0 JUMLAH 88 26

4.5.1 Konsumsi LPG Untuk Memasak

Konsumsi LPG untuk keperluan rumah tangga, yaitu untuk kegiatan memasak pada rumah tangga di RT 11 Dukuh Randu Desa Temon Kecamatan Simo Kabupaten Semarang setiap bulan secara rata-rata adalah sebagai mana dibawah. Rata-rata setiap keluarga menghabiskan 3 kg LPG atau satu buah isi tabung LPG 3 kg. Sehingga rata-rata setiap bulan er keluarga menghabiskan 4 buah isi tabung LPG 3 kg atau total sebanyak 12 kg. Konsumsi LPG untuk satu daerah pada obyek pengabdian ini adalah sebagai berikut:

Konsumsi LPG/bulan = Jumlah KK x Rata-rata Konsumsi LPG per bulan. = 29 x 4 tabung LPG

= 116 tabung LPG Atau

(22)

22

= 116 tabung LPG x 3 kg = 348 kg.

Konsumsi LPG/tahun = Konsumsi LPG per bulan x 12. = 116 tabung LPG x 12

= 1392 tabung LPG Atau

= 1392 tabung LPG x 3 kg = 4176 kg.

Belanja LPG/bulan = Konsumsi LPG per bulan x harga LPG per tabung. = 114 x Rp. 21.000,-

= Rp. 2.394.000,-

Belanja LPG/tahun = Konsumsi LPG per tahun x harga LPG per tabung. = 1392 x Rp. 21.000,-

= Rp. 28.728.000,-

Sehingga, Belanja LPG / bulan setiap keluarga adalah Rp. 82.551,70- Dan Belanja LPG / tahun setiap keluarga adalah Rp. 990.620,70-

4.5.2 Potensi Biogas dari Ternak Sapi

Dalam pengabdian ini digunakan kotoran sapi sebagai bahan baku yang akan dijadikan biogas. Dari jumlah sapi tersebut kita akan coba mengkonversikan menjadi bahan bakar biogas yang dapat digunakan untuk bahan bakar kompor gas tersebut. Dengan mencoba mengambil asumsi yang berdasarkan pada data yang telah didapat tentang seberapa banyak kotoran sapi yang akan bisa diproduksi per hari dan per satu ekor sapi. Dalam kasus ini juga kita harus memperhatikan suhu yang di lingkungan, karena mempengaruhi dari kualitas gas yang dihasilkan.

Gambar 4.1. Biogas Plant di Swedia

Pemanfaatan biogas di Swedia sudah dilakukan untuk memenuhi kebetuhan bahan bakar gas untuk kendaraan, sebagai pengganti bahan bakar minyak yang terlalu besar polusinya.

Dalam hal pengaruh suhu tersebut, dapat dilihat didalam tabel tentang suhu dan biogas yang dapat dihasilkan karena faktor suhu pada digester yang mempengaruhi volume biogas yang dapat dihasilkan. Setelah dapat dianalisa sebagai dasar untuk memnganalisa.Suhu begitu cukup berpengaruh untuk menghasilkan biogas. Pemanfaatan Biogas di negara-negara lain

(23)

23

sudah sangat bervariasi, ada yang sudah memanfaatkan sebagai pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik satu kota, ada yang digunakan sebagai bahan bakar untuk kendaraan berbahan bakar gas, seperti; mobil, truk pengangkut sampah, kereta api, dan lain sebagainya. Selain penggunannya juga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk memasak nasi atau memasak dengan kompor gas, untuk lampu penerangan petromax dan masih banyak lagi.Sehingga pengunaan biogas di Indonesia seharusnya juga dapat dimanfaatkan dengan baik, mengingat persediaan ketersedian bahan bakar minyak sudah menipis.

Tabel 7. Produksi Biogas Kotoran Sapi Kondisi Mesopolik.

Suhu Digester Kondisi Mesopilik (0C) Produksi Biogas (m3/kg kotoran kering) 25 0.26 30 0.3 35 0.45

Kondisi Mesopolik adalah kondisi dimana digester meiliki suhu diantara 20-450C, dan kotoran cair terdigestifikasi selama 18-28 hari.(Aris Wijayanto, 2004). Setelah itu, dari 12,735 ekor sapi tersebut akan dilakukan pengasumsian sesuai dengan data dan pengalaman yang ada bahwa untuk 1 ekor sapi akan dapat menghasilkan 25-30 kg kotoran sapi setiap harinya.(abdul Kadir, 1995) Sehingga didapatkan volume biogas yang didapatkan menurut data dan perhitungan dibawah ini :

Dengan mengambil rata-rata kotoran yang dihasilkan adalah 25 kg per ekor tiap harinya dan mengambil suhu digester konstan 300C (karena digester akan ditambahkan pemanas untuk menjaga suhu). Maka bisa dihitung

1 ekor sapi = 25 kg kotoran

1 kg kotoran kering = 0,3 m3 volume biogas

Maka untuk satu ekor sapi tiap harinya mendapatkan:

25 kg kotoran x 0,3 m3 volume biogas = 7,5 m3 biogas

Dan untuk kasus di RT 11 Dukuh Randu temon Simo Semarang secara kesuluruhan dengan total = 26 ekor maka:

Total volume biogas per hari = 26 x 7,5 = 195 m3 biogas

Setara dengan = 195 x 0,46 kg LPG (1 m3 biogas = 0.46 kg LPG)

= 89,7 kg LPG

Perlu diketahui jika volume biogas diatas akan didapat jika proses fermentasinya atau anaerobik dari kotoran tersebut berlangsung sesuai kondisinya yaitu selama 18-28 hari. Jadi jika selama 18-28 hari didiamkan tanpa digunakan maka akan menghasilkan energi biogas dengan volume 195 m3 atau setara dengan 87,9 kg LPG. Sehingga perlu dilakukan perhitungan kembali dan pencarian data yang menunjukkan kestabilan dari biogas yang dapat dihasilkan sehari-harinya untuk digunakan sebagai bahan bakar kompor gas.

(24)

24

Berikut data yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut :

Tabel 8. Volume dan Produksi Biogas Digester tipe Cina

Volume Digester (m3) Kotoran (kg/hari) Waktu Digestifikasi (hari) Produksi Biogas (m3/hari) 4 25 80 1.4 6 40 75 1.8 8 48 83 2.2 10 60 83 3.1 15 90 83 4.2 20 120 83 6.4 35 210 83 10.5 50 300 83 15.0

(Sumber :“Biogas Installation and Training”, submitted by Govinda Prasad Devkota, November 2003)

Dari data yang didapat, ada biogas yang secara berkelanjutan (continue) dihasilkan setiap harinya yaitu sebesar angka yang tertera di kolom tabel sebelah paling kanan. Angka tersebut menggabarkan volume biogas yang dapat dihasilkan secara continuesetiap setiap harinya, tanpa memperhatikan waktu digesterifikasinya. Waktu digesterifikasinya itu untuk volume total dari kotoran sapi tersebut dapat diproses semua.

Dari data tersebut dapat dilakukan perbandingan dengan jumlah kotoran sapi yang ada di Semarang. Maka kita asumsikan untuk setiap harinya 1 ekor sapi menghasilkan 25 kg kotoran. Total kotoran = 26 ekor x 25 kg = 650 kg/hari

Kemudian perhitungan selanjutnya adalah melakukan perhitungan perbandingan dengan data yang sesuai dengan tabel 8. Dalam pengabdian ini mengambil angka terbesar yaitu 300kg yang dapat menghasilkan 15 m3 kotoran sapi, Berikut ini perhitungannya :

Total Volume Biogas yang stabil per hari : V = ( 650 kg x 15 m3 ) / 300 kg = 32,5 m3/hari

= 14,95 kg LPG

Dengan kata lain 1 ekor sapi untuk setiap harinya mampu menghasilkan energi biogas 1.25 m3 atau sekitar 0,575 kg LPG. Sehingga dari volume tersebut dapat dikonversikan dengan mengacu pada besaran konsumsi bahan bakar yang akan digunakan pada kompor gas tersebut.

Dari hasil tersebut kita dapat mengkonversinya menjadi berapa bsar energi yang dihasilkan oleh biogas dengan volume sebesar itu. Melalui data yang didapat tentang konversi biogas ke dalam bentuk energi lain atau penyetaraan energi antara biogas dengan bahan bakar lain didapatkan sesuai dengan yang dimaksud. Pada pengabdian ini akan melakukan pengonversian ke dalam bentuk energi bahan bakar lainnya yaitu LPG. Karena dalam pengabdian atau pengabdian ini menggunakan kompor gas dengan bahan bakar LPG.

(25)

25

Berikut tabel yang ada menunjukkan data kesetaraan biogas dan bahan bakar lain adalah sebagai berikut:

Tabel 9.Nilai kesetaraan berbagai jenis energi dibandingkan dengan biogas (Sumber : Kementrian Pertanian)

Dari perhitungan yang telah didapatkan tentang besar volume biogas stabil yang dihasilkan setiap harinya yaitu sebesar 32,5 m3 atau 14,95 kg LPG maka dapat dikatakan bahwa potensi yang cukup besar untuk ketersediaan dari kondisi biogas untuk membantu memenuhi kebutuhan memasak masyarakat di RT 11 Dukuh Randu Temon Simo Semarang yang saat ini dalam kondisi kekurangan LPG karena faktor sulitnya bahan bakar LPG akibat suplainya yang kurang merata dan mahal.

4.6 Pembuatan Digester Biogas

Dari perhitungan yang telah didapatkan tentang besar volume biogas stabil yang dihasilkan setiap harinya yaitu sebesar 32,5 m3 atau 14,95 kg LPG maka dapat dikatakan bahwa potensi yang cukup besar untuk ketersediaan dari kondisi biogas untuk membantu memenuhi kebutuhan memasak masyarakat di RT 11 Dukuh Randu Temon Simo Semarang. Dimana keperluan LPG setiap hari rata-rata adalah 11,6 kg.

Pembuatan digester dengan menggunakan drum bekas dari plastic supaya mudah dipindah-pindah, tidak mudah rusak dan fleksibel serta murah. Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan sebuah digester penghasil biogas rumah tangga dari kotoran sapi memerlukan peralatan sebagai berikut:

Drum plastik = 6 buah. Selang plastic transparan = 30 meter. Kran biogas = 7 buah. Pengukur tekanan biogas = 7 buah. Selotif biogas/air = 20 buah. Pipa pengumpul biogas = 1 buah. Pipa nosel biogas = 6 buah. Pengikat selang dan nosel = 14 buah.

Setelah digester siap dan terpasang dengan baik dan tanpa kebocoran maka drum siap diisi oleh kotoran sapi. Kotoran sapi yang dimasukkan ke dalam drum harus dicampur dengan sangat sedikit air. Dimana air untuk memudahkan dalam pengisian ke dalam drum. Jumlah

No Jenis Energi Nilai Kesetaraan dibandingkan 1 m3 Biogas

1 Elpiji 0.46 kg

2 Minyak Tanah 0.62 liter 3 Minyak LPG 0.52 liter 4 Bensin 0.8 liter 5 Kayu Bakar 3.5 kg

(26)

26

kotoran yang dimasukkan ke dalam drum maksimum adalah setengah dari volume drum. Gas yang ada pada drum tersbut akan mampu digunakan selama 60 hari, sehingga setelah 60 hari hari harus diganti dengan kotoran sapi yang baru. Biogas yang dihasilkan pada digester bisa digunakan sebagai bahan bakar pengganti LPG untuk memasak.

Gambar 4.2. Nosel biogas

(27)

27

Gambar 4.4. Drum yang sudah dipasang nosel dan siap diisi kotoran sapi

(28)

28

Gambar 4.6. Drum yang sudah diisi kotoran sapi dan sudah menghasilkan biogas

(29)

29

Gambar 4.8. Seluruh drum (6 buah) yang sudah dirangkai dengan selang plastik

(30)

30

Gambar 4.10. Biogas siap digunakan untuk bahan bakar kompor masak

4.7 Penulisan Artikel Ilmiah

Sampai dengan tahap ini peneliti sedang mempersiapkan artikel untuk seminar di Seminar Nasional Teori dan Aplikasi Teknologi Kelautan (SENTA) 2014 atau seminar lain yang lebih dekat waktu pelaksanaannya.

(31)

31 BAB VI

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

6.1. Perhitungan Eknomis

Hasil pembuatan biogas untuk bahan bakar kompor gas akan dilakukan terhadap analisa ekonomis bagi warga yang menggunakan. Analisa berupa perbandingan biaya penggunaan LPG dibanding dengan investasi pembuatan biogas.

6.2 Publikasi hasil Pengabdian Masyarakat

Hasil survey dan perhitungan akan dibuat artikel yang akan dipublikasikan di salah satu seminar nasional.

6.3 Pembuatan laporan

Membuat kesimpulan dan laporan dari hasil Pengabdian Masyarakat Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Energi dengan Memanfaatkan Ternak Sapi Sebagai Sumber Biogas Untuk Bagan Bakar Memasak Rumah Tangga di Semarang.

(32)

32 BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

Pengabdian Masyarakat ini sampai dengan saat ini sudah selesai pada tahap pembuatan prototype digester biogas. Dari hasil survey dan analisa perhitungan yang telah didapatkan tentang besar volume biogas yang dihasilkan setiap harinya yaitu sebesar 32,5 m3 atau 14,95 kg LPG, maka dapat dikatakan bahwa potensi yang cukup besar untuk ketersediaan dari kondisi biogas untuk membantu memenuhi kebutuhan bahan bakar masyarakat di Semarang yang saat ini dalam kondisi kekurangan karena faktor sulitnya bahan bakar LPG akibat suplainya yang kurang merata dan harga yang selalu meningkat.

(33)

33

DAFTAR PUSTAKA

Awaludin, Wahyu Panunutn, Wiji Setia alam, Nazaruddin Sinaga, 2009, Pemilihan Mesin Mesin pembangkit Pada Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBG), Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Unniversitas Diponegoro, Semarang.

Agung, N. Pambudi, 2010, Pemanfaatan Biogas sebagai Energi Alternatif, Jurusan Teknik Mesin dan Industri, Fakultas Teknik, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Wijayanto, Aris, 2004, Analisa Ekonomi Pemanfaatn Pembangkit Listrik Tenaga Diesel-Biogas Di Pedesaan, Universitas Indonesia.

Gambar

Gambar 1. Digester Kubah Tetap (Fixed-Dome)
Gambar 3. Digester Balon
Gambar 4.1. Biogas Plant di Swedia
Gambar 4.2. Nosel biogas
+5

Referensi

Dokumen terkait

Sesungguhnya saya merasa khuatir lama-kelamaan orang akan berkata, kami tidak bertemu dengan hukum rejam di dalam kitab Allah, dengan demikian mereka telah

Laporan Pendahuluan (Inception Report) sebanyak 25 (dua puluh lima) buku tersebut untuk keperluan diskusi dan sebanyak 5 buku untuk arsip, yang meliputi rencana kegiatan yang

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan

Penelitian kualitatif ini memiliki jenis data yang bukan berbentuk angka (sesuatu yang dapat diukur) melainkan sesuatu yang dapat dinilai. Sumber data terbagi menjadi

(enam) bulan sekali membuat dan menyampaikan kepada Pengelola (Sekretaris Daerah) cq Pembantu Pengelola Barang Milik Daerah berupa Daftar Penerimaan Barang dari Instansi

Pola sebaran akar kelapa sawit menurut jarak dapat dinyatakan di semua jenis tanah (mineral dan gambut) memiliki pola yang sama dimana bobot akar lebih besar pada jarak yang paling

Fakta empiris yang terjadi di Departemen Human Resouces PT Vale Indonesia Tbk adalah sebagian karyawan yang kurang menyadari bahwa pentingnya knowledge management dalam