BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
International Financial Reporting Standard (IFRS) seringkali dianggap
sebagai standar akuntansi yang berkualitas tinggi(Zeghal, Chtourou, & Fourati, 2012).Sampai saat ini, IFRS telah diadopsi oleh lebih dari 114 negara di dunia, termasuk negara-negara Uni Eropa, Australia, Singapura, Malaysia dan banyak negara lainnya(IFRS, 2014). Tujuan dari pengadopsian IFRS adalah untuk menyajikan laporan keuangan yang berkualitas tinggi bagi para pengguna laporan keuangan.Meskipun diklaim sebagai standar berkualitas tinggi, namun manfaat aktual dari pengadopsian IFRS di berbagai negara masih merupakan perdebatan di antara akademisi dan praktisi.
Beberapa penelitian telah menguji pengaruh pengadopsian IFRS terhadap kualitas laba, akan tetapi penelitian-penelitian tersebut belum menunjukkan hasil yang konsisten. Barth (2008);Barth, Landsman, Lang, & Barth (2008);Chen, Lin, Tang, & Jiang (2010); Elias (2012), menemukan terjadinya peningkatan kualitas laba setelah pengadopsian IFRS. Sebaliknya, Paananen & Lin ( 2007); Ahmed, Neel, & Wang (2013) menemukan terjadi penurunan dalam kualitas laporan keuangan setelah pengadopsian IFRS.
Hasil penelitian yang tidak konsisten mengenai pengaruh pengadopsian IFRS terhadap kualitas laba, diduga disebabkan oleh adanya perbedaan faktor institusional di masing-masing negara yang mengadopsi IFRS tersebut. Dugaan ini dilandasi oleh pernyataan Ball, Robin, & Shuang (2003) bahwa praktik pelaporan keuangan tidak hanya dipengaruhi oleh standar akuntansi, namun juga dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti faktor ekonomi, politik serta insentif dari pihak-pihak yang menyusun laporan keuangan. Hal ini dapat dimaknai bahwa standar akuntansi yang berkualitas tinggi belum cukup untuk dapat menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas.Lebih lanjut, Holthausen (2009) menyatakan bahwa pengaruh dari standar akuntansi terhadap kualitas pelaporan relatif lemah apabila dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi proses pelaporan keuangan.
Konsisten dengan pernyataan Ball et al., (2003) dan Holthausen (2009), beberapa penelitian terdahulu telah menemukan bahwa perbedaan kualitas laba antar negara pengadopsi IFRS disebabkan oleh adanya perbedaan kondisi institusional di masing-masing negara tersebut. Literaturmenekankan pentingnya penegakan hukum dan perlindungan investor di suatu negara terhadap pengimplementasian IFRS.Daske
et al., (2008);Byard, Compton, & Yu ( 2011) danLandsman, Maydew, & Thornock
(2012) menyimpulkan bahwa peningkatan kualitas laba hanya terjadi pada negara yang memiliki penegakan hukum dan perlindungan investor yang kuat, sementara pada negara dengan penegakan hukum dan perlindungan investor yang lemah tidak terjadi peningkatan kualitas laba.
Penelitian terdahulu telah menjelaskan penyebab adanya perbedaan kualitas laba antar negara setelah pengadopsian IFRS, akan tetapi belum menjelaskan penyebab adanya perbedaan kualitas laba antar perusahaan dalam satu negara. Isidro & Raonic(2012) menyatakan bahwa kualitas laba tidak hanya berbeda antar negara tetapi juga dapat berbeda antar perusahaan yang berada dalam satu negara.Hal ini mengindikasikan bahwa tidak hanya faktor institusional yang berpengaruh pada pengimplementasian IFRS, namun faktor di level perusahaan juga memiliki peranan yang penting. PenelitianIsidro & Raonic (2012)juga menunjukkan bahwa faktor di level perusahaan mempunyai hubungan yang lebih kuat dengan kualitas laba dibandingkan dengan faktor di level negara.
Kepemilikan keluarga merupakan salah satu faktor di level perusahaan yang berpengaruh terhadap kualitas laba. Beberapa penelitian terbaru menunjukkan adanya hubungan antara kepemilikan keluarga dan kualitas laba (Wang, 2006; Ali, Chen, & Radhakrishnan, 2007; Prencipe, Markarian, & Pozza, 2008; dan Jiraporn & Dadalt, 2009). Hasil penelitian tersebut menunjukkan hasil yang tidak konsisten mengenai pengaruh kepemilikan keluarga terhadap kaulitas laba.Terdapat dua argumen yang bertentangan mengenai pengaruh kepemilikan keluarga terhadap kualitas laba yaitu argumen pengaruh entrenchment dan alignment.
Argumen entrenchment effect menyatakan bahwa pemegang saham mayoritas (keluarga) memiliki insentif untuk mengambil alih kekayaan dari pemegang saham minoritas. Anggota keluarga biasanya memegang posisi penting di dalam tim
manajemen dan dewan pengawas. Dengan demikian, perusahaan keluarga mungkin memiliki kualitas laba yang lebih rendah dikarenakan pemantauan yang tidak efektif oleh dewan pengawas.
Argumen pengaruh alignment menyatakan bahwa kepentingan keluarga pendiri dan pemegang saham lainnya adalah selaras dikarenakan besarnya saham yang dimiliki oleh keluarga pendiri dan keberadaan jangka panjang mereka di perusahaan.Kekayaan anggota keluarga sangat bergantung pada nilai perusahaan, hal ini menyebabkan keluarga mempunyai insentif yang besar untuk mengawasi karyawan serta menciptakan loyalitas jangka panjang karyawan. Anggota keluarga cenderung tidak berperilaku oportunistik dalam melaporkan laba akuntansi karena hal ini berpotensi merusak reputasi, kekayaan dan kinerja jangka panjang perusahaan(Wang, 2006). Hasil penelitian Wang (2006); Ali, Chen, & Radhakrishnan (2007);dan Jiraporn & Dadalt (2009) sesuai dengan argument pengaruh alignment. Dengan demikian, sesuai argumen pengaruh alignment perusahaan keluarga diduga akan melaporkan laba yang lebih berkualitas setelah pengadopsian IFRS dikarenakan rendahnya insentif perusahaan keluarga untuk melakukan manajemen laba.
Studi ini menguji pengaruh pengadopsian IFRS dan kepemilikan keluarga terhadap praktik manajemen laba perusahaan.Oleh sebab itu, untuk menghindari pengaruh dari faktor institusional terhadap kualitas laba, maka penelitian ini hanya menggunakan satu negara sebagai sampel penelitian yaitu Negara Malaysia.Dipilihnya Negara Malaysia dikarenakan negara ini telah mengadopsi IFRS
dan struktur kepemilikan perusahaan di negara ini didominasi oleh kepemilikan keluarga.1Kedua, Malaysia merupakan negara dengan peringkat manajemen laba
yang terburuk, sehingga keadaan ini sangat sesuai untuk menguji apakah setelah pengadopsian IFRS perusahaan-perusahaan di negara ini menunjukkan kualitas laba yang lebih baik.2Ketiga, pada tahun 2006-2010 Komisi Sekuritas Malaysia
melakukan penuntutan pidana terhadap sejumlah perusahaan publik di Malaysia yang diduga melakukan kecurangan pelaporan keuangan.
Studi ini berkontribusi terhadap penelitian akuntansi mengingat pentingnya pengaruh kepemilikan kelurga serta IFRS terhadap manajemen laba.Studi ini juga diharapkan dapat berkontribusi pada dunia praktik.Pembuat kebijakan dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai pertimbangan tentang sejauh mana pengadopsian IFRS dan kepemilikan keluarga dapat membatasi perilaku oportunistik manajemen melalui manajemen laba.
1.2 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pembahasan latar belakang masalah diatas, pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Apakah perusahaan yang telah mengadopsi IFRS menunjukkan manajemen laba yang lebih rendah?
1
Carney & Child (2013) mencatat bahwa 51,5% perusahaan publik di Malaysia merupakan perusahaan keluarga.
2
Leuz, Nanda, & Wysocki (2003), menguji tingkat manajemen laba pada tiga kelompok negara dengan tipe ekonomi yang berbeda. Hasil penelitiannya menemukan manajemen laba yang lebih tinggi di Hongkong, Malaysia dan Singapura dibandingkan dengan negara di kelompok lainnya.
2. Apakah kepemilikan keluarga berpengaruh negatif terhadap manajemen laba? 3. Apakah semakin tinggi persentase kepemilikan keluarga, maka manajemen
laba pada perusahaan yang telah mengadopsi IFRS akan semakin rendah?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menguji apakah perusahaan yang telah mengadopsi IFRS menunjukkan manajemen laba yang lebih rendah.
2. Menguji pengaruh kepemilikan keluarga terhadap manajemen laba.
3. Menguji apakah semakin tinggi persentase kepemilikan keluarga, maka manajemen laba pada perusahaan yang telah mengadopsi IFRS akan semakin rendah.
1.4 Motivasi Penelitian
Penelitian ini bersumber dari pernyataan Isidro & Raonic (2012) yang menyatakan bahwa kualitas laba setelah pengadopsian IFRS tidak hanya berbeda antar negara, akan tetapi juga berbeda antar perusahaan dalam satu negara. Hal ini mengindikasikan bahwa faktor di level perusahaan juga memiliki peranan yang penting dalam mempengaruhi kualiatas laba. Hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan adanya keterkaitan antara kepemilikan keluarga dan manajemen laba (Wang, 2006; Ali et al., 2007; dan Jiraporn & Dadalt, 2009) serta karakteristik Malaysia merupakan motivasi utama dilakukannya penelitian ini.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Bagi akademisi akuntansi
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan bukti baru mengenai pengaruh pengadopsian IFRS dan kepemilikan keluarga terhadap manajemen laba.Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penelitian-penelitian di bidang keuangan dan dapat dijadikan bahan referensi untuk mata kuliah akuntansi internasional.
2. Pembuat aturan
Pembuat kebijakan dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai pertimbangan tentang sejauh mana kepemilikan keluarga dapat membatasi perilaku oportunistik manajemen melalui manajemen laba.Dalam pembuatan regulasi diharapkan dapat memberi masukan kepada regulator untuk membuat regulasi dan melindungi para pemegang saham non pengendali.
3. Pengguna laporan keuangan
Dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam melakukan analisis laporan keuangan dengan melihat struktur kepemilikan suatu perusahaan.Pengguna laporan keuangan dapat mengetahui perusahaan-perusahaan yang kemungkinan memiliki laporan keuangan yang kredibel dengan melihat persentase kepemilikan keluarga pada perusahaan.