PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MATERI JENIS-JENIS PEKERJAAN MELALUI STRATEGI MAKE A MATCH
PADA SISWA KELAS III MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
MIFTAKHUL FERI SOFIANA NIM : 115 12 049
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MATERI JENIS-JENIS PEKERJAAN MELALUI STRATEGI MAKE A MATCH
PADA SISWA KELAS III MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA 2015/2016
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
MIFTAKHUL FERI SOFIANA NIM : 115 12 049
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Sesuatu akan menjadi kebanggaan,
Jika sesuatu itu dikerjakan,
Dan bukan hanya dipikirkan.
Sebuah cita-cita akan menjadi kesuksesan,
Jika kita awali dengan bekerja untuk mencapainya,
Bukan hanya menjadi impian.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Ayah (Mahmud Subarkah) dan Ibu (Syarah Sofiah) dan kedua adikku
(Habibatul Dwi Mahmudah dan Hikmal Maulana Akbar) sebeserta
keluarga besarku yang selalu memberikan kasih sayang, semangat, doa
dan dukungan moril maupun materi untuk kesuksesanku.
Teman-teman seperjuangan khususnya rekan-rekan PGMI angkatan 2012.
Sahabatku yang selalu menyemangatiku dalam keadaan apapun.
Pasanganku Prada Nur Hidayat Isman yang selalu memberikan kasih
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat
beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga akhir
zaman, amin,
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
Memperoleh gelar Sarjana pada Program Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga. Judul yang penulis ajukan adalah “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) Materi Jenis-jenis Pekerjaan Melalui Strategi Make A
Match Pada Siswa Kelas III MI Ma‟arif Mangunsari Salatiga Tahun Pelajaran
2015/2016”.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis dengan senang hati menyampaika terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak DR. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan IAIN Salatiga
3. Ibu Peni Susapti, M.Si., selaku Ketua Jurusan S1 PGMI IAIN Salatiga
4. Bapak Wahidin, S.Pd.I., M.Pd. selaku pembimbing yang selalu bijaksana
memberikan bimbingan, nasehat serta waktunya selama penelitian dan
5. Staf Dosen PGMI IAIN Salatiga yang telah membekali penulis dengan
bebagai ilmu selama mengikuti perkuliahan sampai akhir penulisan
skripsi.
6. Ibu Susriana Wahyu Ika Lestari, M.Pd.I, selaku Kepala Sekolah MI
Ma‟arif Mangunsari Salatiga yang telah memberikan kesempatan dan
waktu untuk melaksanakan penelitian.
7. Bapak Fathul Ghufron, S.Pd.I selaku wali kelas di kelas III B MI Ma‟arif
Mangunsari Salatiga yang telah membantu dalam penelitian.
8. Rekan-rekan guru MI Ma‟arif Mangunsari Salatiga yang telah
memberikan dukungan partisipasinya selama penulis menyelesaikan
skripsi sehingga penulisan skripsi ini berjalan dengan lancar.
9. Para siswa kelas III MI Ma‟arif Mangunsari Salatiga yang telah
mendukung dan membantu dalam melakukan penelitian.
10.Ayah dan Ibu (Mahmud Subarkah dan Syarah Sofiah) atas jasa-jasanya,
kesabaran, do‟a, dan tidak pernah lelah dalam mendidik dan memberi cinta
yang tulus dan ikhlas kepada penulis semenjak kecil. Tiada doa yang
paling khusuk selain do‟a yang terucap dari orangtua. Bakti dan cintaku
untuk kalian bapak ibuku
11.Adik-adikku (Habibatul dwi Mahmudah dan Hikmal Maulana Akbar)
yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, senyum, doa‟nya untuk
keberhasilan ini. Terimakasih sayangku untuk kalian.
12.Semua keluarga besarku yang selalu mendoakan dan mendukung untuk
13.Sahabat-sahabatku tercinta yang telah banyak memberikan dorongan,
semangat, dan kasih sayang demi lancarnya penyusunan skripsi ini.
14.Teman-teman seperjuangan PGMI 2016, yang selama ini telah berjuang
bersama.
15.Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda
kepada semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang
membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya
kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya mudah-mudahan dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya bagi kita semua.
Salatiga, 25 Agustus 2016
ABSTRAK
Sofiana, Miftakhul Feri. 2016. Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Materi Jenis-jenis Pekerjaan Melalui Strategi Make A Match Pada Siswa Kelas III MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016 Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Wahidin, S.Pd.I., M.Pd.
Kata Kunci : Strategi Pembelajaran Make a Match. Hasil Belajar dan Ilmu Pengetahuan Sosial
Penelitian ini dilatar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa Kelas III MI Ma‟arif Mangunsari Salatiga pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih berpusat pada guru. Salah satu faktornya adalah guru masih menggunakan metode ceramah, tanya jawab, pemberian tugas dan tanpa menggunakan media, sehingga kemampuan siswa dan kreativitas siswa kurang aktif, menunjukkan bahwa siswa kurang bersemangat dalam menerima pelajaran dan menimbulkan kejenuhan siswa. Masalah yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: apakah penggunaan strategi make a match dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi jenis-jenis pekerjaan pada Siswa Kelas III MI Ma‟arif Mangunsari Salatiga Tahun 2016?
Pada dasarnya strategi make a match adalah sebuah strategi pembelajaran dimana siswa diharuskan memilih pasangannya untuk menemukan jawabannya sebelum batas waktu akan mendapat poin, melalui penggunaan strategi ini diharapkan siswa akan lebih mudah memahami pelajaran karena siswa merasa senang saat pembelajaran berlangsung. Tidak seperti apabila menggunakan proses pembelajaran yang lama yaitu yang masih terpusat pada guru.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 3 Lembar Pre-Test Siklus I
Lampiran 4 Lembar Post-Test Siklus I
Lampiran 5 Lembar Pre-Test Siklus II
Lampiran 6 Lembar Post-Test Siklus II
Lampiran 7 Dokumentasi Rekapitulasi Nilai Siswa Per Siklus
Lampiran 8 Dokumentasi Gambar Kegiatan Siklus I
Lampiran 9 Dokumentasi Gambar Kegiatan Siklus II
Lampiran 10 Lembar Pengamatan Guru Pada Siklus I
Lampiran 11 Lembar Pengamatan Guru Pada Siklus II
Lampiran 12 Lembar Pengamatan Siswa Pada Siklus I
Lampiran 13 Lembar Pengamatan Siswa Pada Siklus II
Lampiran 14 Silabus
Lampiran 15 Surat Nota Pembimbing
Lampiran 16 Surat Permohonan Izin Penelitian MI Ma‟arif Tingkir Lor
Lampiran 17 Surat Bukti Pelaksanaan Penelitian MI Ma‟arif Tingkir Lor
Lampiran 18 Lembar Konsultasi Pembimbing
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan langkah utama untuk meningkatkan kualitas
manusia karena semakin tinggi pendidikan yang telah didapatkan manusia maka
akan semakin tinggi pula derajat yang ia dapat. Dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat manusia memerlukan aturan yang baku agar dapat diterima di
dalam lingkungan masyarakat. Pada dasarnya manusia diciptakan sebagai
makhluk monodualisme, yaitu sebagai makhluk sosial dan makhluk individu.
Sebagai makhluk sosial tentu tidak lepas dari kehidupan bermasyarakat,
sedangkan dalam hidup bermasyarakat diperlukan sebuah ilmu sosial. IPS
merupakan salah satu disiplin ilmu yang mengajarkan kepada manusia untuk
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya agar menjadi pribadi yang baik dan
berkarakter.
Dalam pendidikan di era ini IPS menjadi salah satu mata pelajaran yang di
golongkan menjadi pelajaran pokok, dimana siswa wajib menguasai dengan baik.
Akan tetapi dalam pembelajarannya pengajaran yang berlangsung di
sekolah-sekolah masih banyak menggunakan metode pembelajaran konvensional dan
mengharapkan prestasi yang tinggi tanpa mengesampingkan kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh peserta didik. Padahal karakteristik materi IPS adalah ilmu
Sehingga siswa yang kurang begitu mempunyai intelegensi yang tinggi akan sulit
untuk mengikuti pembelajaran yang diberikan.
Berdasarkan maslaah-masalah yang dipaparkan di atas maka perlu adanya
sebuah pembenahan yang harus dilakukan dalam hal pembelajaran agar materi
IPS dapat berjalan dengan baik dan sesuai tujuan awal yang diinginkan. Salah satu
jalan atau cara yang ditempuh dalam hal ini adalah dengan menggunakan metode
yang baik dan sesuai dengan karakteristik ilmu IPS. Mulyasa (2011: 107)
menyatakan IPS memerlukan penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi
agar hasil belajar dapat maksimal dan siswa mampu menguasai materinya.
Penggunaan metode bervariasi akan sangat membantu peserta didik dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
Lebih lanjut Rasimin (2012: 59) mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) di sekolah dasar, pada hakekatnya harus memperhatikan kebutuhan
peserta didikyang rata-rata masih berusia antara 6-12 tahun. Dalam kelompok usia
ini, anak berada dalam tahap perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya
pada tingkat kongkrit operasional.mereka memandang dunia dalam keseluruhan
yang utuh, dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih
jauh. Metode pembelajaran merupakan cara yang dipakai oleh guru dalam
mengingkatkan baik dari segi hasil atau minat siswa dalam belajar. Djamarah
(2006: 46) menambahkan dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus
terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan
menarik perhatian peserta didik. Penggunaan metode yang bervariasi diharapkan
siswa dapat lebih senang dan tidak bosan pada saat pembelajaran dilaksanakan.
Guru yang professional hendaknya dapat melaksanakan kegiatan belajar
mengajar yang dapat memotivasi siswa menjadi bersemangat dalam
melaksanakan pembelajaran, sehingga kesan belajar yang membosankan dapat
dihilangkan dari benak siswa. Seorang guru hendaknya mendesain pembelajaran
sedemikian rupa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penggunaan metode
pembelajaran yang bervariasi dalam menciptakan media serta menggunakannya
dalam pembelajaran merupakan hal wajib direncanakan yang dikuasai oleh guru.
Makin tepat metode yang digunakan oleh guru dalam mengajar akan semakin
efektif kegiatan pembelajaran (Hamruni, 2012: 7).
Pelaksanaan pembelajaran IPS di MI Ma‟arif Mangunsari Kota Salatiga di
kelas 3B masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional. Melalui
penggunaan metode pembelajaran yang konvensional ini siswa kurang maksimal
dalam menerima pembelajaran, sehingga hasil yang dicapai juga kurang
maksimal.
Salah satu metode yang dapat digunakan pada pembelajaran IPS adalah
metode make a match. Metode make a match dapat digunakan untuk
meningkatkan semangat belajar siswa kelas 3B MI Ma‟arif Mangunsari sehingga
nantinya hasil belajar yang dicapai juga akan meningkat. Dengan menggunakan
metode make a match siswa secara aktif belajar karena penggunaan metode ini
menuntut keaktifan siswa dalam mencari pengetahuan, sehingga pengetahuan
Beranjak dari latar belakang masalah di atas, maka penulis melaksanakan
penelitian tindakan kelas yang mengupayakan terjadinya peningkatan hasil belajar
IPS. Adapun judulnya adalah PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MATERI JENIS-JENIS PEKERJAAN
MELALUI STRATEGI MAKE A MATCH PADA SISWA KELAS III B MI
MA‟ARIF MANGUNSARI KOTA SALATIGA TAHUN PELAJARAN
2015/2016.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas maka dapat dir
umuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: apakah dengan strategi make a
match dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi
Jenis-jenis Pekerjaan pada siswa kelas III B MI Ma‟arif Mangunsari Kota Salatiga
Tahun Pelajaran 2015/2016.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan yang ingin di capai
penulis dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS materi
jenis-jenis pekerjaan pada siswa kelas III B MI Ma‟arif Mangunsari Kota Salatiga
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan penelitian ini adalah melalui metode make a match
dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi Jenis-jenis
Pekerjaan bagi siswa kelas III B MI Ma‟arif Mangunsari Kota Salatiga Tahun
Pelajaran 2015/2016.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi atau acuan sebagai
pedoman guru dalam meningkatkan hasil belajar IPS materi Jenis-jenis
Pekerjaan.
b. Penelitian dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar bagi pelaksanaan
penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat praktis
a. Bagi siswa, dapat memberikan suasana pembelajaran IPS di kelas menjadi
tidak monoton sehingga tercipta suasana yang menyenangkan.
b. Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk
memperkenalkan metode pembelajaran IPS dengan menggunakan strategi
make a match sehingga proses pembelajaran menjadi bervariasi, sehingga
tidak membosankan.
c. Bagi sekolah dasar (SD) atau madrasah ibtida‟iyah (MI), dapat dijadikan
sebagai contoh bentuk peningkatan yang berbasis sekolah/madrasah dalam
F. Definisi Operasional
Untuk mendapatkan kejelasan judul di atas, peneliti memberikan definisi
operasional terhadap istilah-istilah yang ada. Dengan harapan agar tidak ada
kesalahpahaman pemahaman judul yang penulis angkat. Adapun istilah-istilah
tersebut adalah:
1. Peningkatan
Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan, meningkatkan
(Poerwadarminta, 2006: 1281).
2. Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
Hasil belajar menurut Susanto (2013: 5) dalam bukunya mengatakan
bahwa hasil belajar yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa,
baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil
dari kegiatan belajar. Sedangkan hasil belajar dalam ilmu pengetahuan sosial
yaitu perubahan tingkat laku yang dialami peserta didik mencakup
pengembangan dimensi manusia secara utuh, yang terdiri dari beberapa aspek
misalnya: aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan,
keterampilan dan seni (Rasimin, 2012: 51). Melalui mata pelajaran ilmu
pengetahuan sosial, siswa seharusnya mampu menerapkan kterampilan yang di
dapat dalam proses pembelajaran yang diterapkan dalam kehidupan
bermasyarakat.
3. Strategi make a match
Pengertian make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri
dari pertanyaan tersebut (Agus Suprijono,2009: 94). Jadi yang dimaksud judul:
Peningkatan hasil belajar IPS materi jenis-jenis pekerjaan melalui strategi make
a match bagi siswa kelas III MI Ma‟arif Mangunsari yaitu cara yang dilakukan
untuk memperbaiki dan merubah hasil belajar IPS materi acam-macam
pekerjaan agar lebih baik dengan melalui strategi make a match kelas III B di
MI Ma‟arif Mangunsari Kota Salatiga.
G. Metode Penelitian 1. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini dengan mengunakan model Penelitian
Tindakan Kelas (PTK), karena model penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh guru di dalam keasnya sendiri melalui refleksi diri, yang
bertujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan hasil belajar siswa meningkat
(Uno, dkk: 2012: 41). Penelitian tersebut dilakukan dalam rangka
meningkatkan hasil belajar IPS materi jenis-jenis pekerjaan melalui
strategimake a match bagi siswa kelas IIIB MI Ma‟arif Mangunsari Kota
Salatiga Tahun Pelajaran 2015/2016.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MI Ma‟arif Mangunsari Kota Salatiga.
3. Subyek Penelitian dan Kolabolator
Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di kelas III B MI Ma‟arif
siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Penelitian ini dilakukan pada semester
genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Kolabulator adalah seorang guru atau
pendidik yang mengajar pada kelas III B MI Ma‟arif Mangunsari Kota Salatiga
yaitu Bapak Fathul Gufron,S.PdI.
4. Langkah-langkah Penelitian
Untuk dapat melaksanakan penelitian ini maka peneliti melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
Gambar 1.1
Tahapan-tahapan Pelaksanaan PTK menurut Arikunto (2006: 16)
a. Perencanaan
PTK tidak ubahnya seperti penelitian-penelitian ilmiah yang lain
perencanaan secara matang dan teliti. Dalam perencanaan PTK terdapat tiga
kegiatan dasar, yaitu identifikasi masalah, merumuskan masalah, dan
pemecahan masalah. Pada masing-masing kegiatan, terdapat sub-sub
kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan untuk menunang sempurnya nya
tahap perencanaan. Rancangan yang dilakukan adalah:
1) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang materi
macam-macam pekerjaan.
2) Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran.
3) Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi.
4) Menyiapkan perangkat tes berupa soal tes tertulis.
b. Pelaksanaan
Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaa. Pelaksanaan adalah
menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di
kelas. Hendaknya perlu di ingat bahwa pada tahap ini, tindakan harus sesuai
dengan rencana, tetapi harus terkesan alamiah dan tidak rekayasa. Hal ini
akan berpengaruh dalam proses refleksi pada tahap empat nanti agar
hasilnya dapat di sinkronkan dengan maksud semula.tindakan yang
dilakukan peneliti adalah pelaksanaan pembelajaran IPS materi
macam-macam pekerjaan melalui metode make a match. Tindakan ini dilaksanakan
dengan tiga tahap yaitu tahap pendahuluan, tahap inti, dan tahap penutup.
c. Observasi
Tahap ketiga dalam PTK adalah pengamatan (observasi).Supardi
dimaksud pada tahap III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain,
observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah
mencapai sasaran. Kegiatan observasi ini dilakukan selama proses belajar
mengajar, untuk mengetahui aktivitas belajar siswa selama pembelajaran
IPS melalui strategi make a match. Selama proses belajar mengajar
berlangsung, peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan siswa dalam
pembelajaran menggunakan lembar observasi. Adapun aspek pengamatan
yang diamati adalah aspek keaktifan siswa, perhatian siswa, kedisiplinan
siswa dan penugasan siswa.
d. Refleksi
Tahap keempat atau terakhir dalam PTK adalah refleksi. Refleksi
adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan.
Refleksi sering disebut dengan istilah memantul. Dalam hal ini, peneliti
seolah memantulkan pengalamannya, baik kelemahan dan kekurangannya.
Refleksi dilakukan setelah tindakan berakhir, yaitu diakhir proses
pembelajaran. Sebelumnya, guru melakukan analisis mengenai hasil tes dan
observasi. Hasil analisis tersebut digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa dalam pembelajaran tersebut. Berdasarkan analis data-data yang
diperoleh, dilakukan refleksi terhadap pembelajaran. Jika ada kelebihan
dalam pembelajaran maka kelebihan tersebut harus dipertahankan dan jika
permasalahan selama pembelajaran haruslah dicarikan pemecahannya.
Permasalahan tersebut dianalisa dan dilakukan perbaikan pada siklus
target atau indikator yang diinginkan. Sementara itu, dilihat dari segi
observasi siswa masih ada yang belum menunjukkan sikap positif. Hal ini
terbukti dengan adanya siswa yang masih bermain-main dan berbicara
sendiri saat melakukan strategi make a match. Setelah melakukan
tahapan-tahapan pembelajaran pada siklus penelitian, maka akan diketahui beberapa
hal yang berkaitan dengan perubahan aktifitas belajar siswa selama
pembelajaran, yaitu tentang peningkatan hasil belajar IPS materi jenis-jenis
pekerjaan melalui strategi make a match.
5. Instruktur Penelitian
Dalam instruktur penelitian berisikan alat yang digunakan untuk
mengambil data penelitian, misalkan dari:
a. Lembar Observasi
Lembar observasi berupa lembar data yang digunakan untuk
mencatat kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dengan lembar
observasi dapat diketahui kendala-kendala dan kekurangan yang dihadapi
dalam kegiatan pembelajaran.
b. Wawancara
Merupak sejumlah pertanyaan yang diajukan kepada pihak-pihak
yang mampu memberikan informasi dan kepada siswa kelas III guna
mengetahui pendapat ataupun masukan mengenai penerapan strategi make a
c. Soal tes
Berupa sejumlah soal test yang digunakan untuk mengukur
presentasi belajar siswa. Selain itu juga digunakan untuk mengukur sejauh
mana kemampuan siswa mendalami materi yang dipelajari dan untuk
mengetahui kemajuan belajar siswa. Soal test digunakan saat pembelajaran
yaitu dikerjakan secara berkelompok dan individu.
d. Dokumentasi
Melalui dokumentasi peneliti dapat mengetahui data-data dan
informasi yang terkait dengan siswa sebagai pendukung penelitian.
Dokumentasi juga menggambarkan situasi saat pembelajaran berlangsung.
6. Indikator Keberhasilan Siswa
Indikator yang digunakan untuk mengukur peningkatan hasil belajar
siswa adalah peningkatan hasil belajar siswa baik secara individual maupun
klasikal serta ketuntasan belajar siswa. Menurut Trianto (2010: 241)
berdasarkan ketentuan KTSP penentuan ketuntasan belajar ditentukan sendiri
oleh masing-masing sekolah yang dikenal dengan istilah kriteria ketuntasan
minimal, dengan berpedoman pada tiga pertimbangan, yaitu: kemampuan
setiap peserta didik berbeda-beda, fasilitas (sarana) setiap sekolah berbeda, dan
daya dukung setiap sekolah berbeda. Maka dalam penelitian ini, sesuai dengan
KKM mata pelajaran IPS disekolah tempat peneliti melakukan penelitian,
7. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
antara lain:
a. Tes
Tes adalah seperangkat rangsangan yang diberikan kepada seseorang
dengan maksud untuk medapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi
penetapan skor angka. Pengukuran tes hasil belajar ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa.
b. Observasi
Observasi merupakan salah satu tekhnik dalam pengumpulan data.
Observasi dimaksudkan untuk mengetahui adanya kesesuaian antara
perencanaan dengan pelaksanaan tindakan serta untuk menjaring data
aktifitas peserta didik dalam mengumpulkan data dengan mengamati,
mencatat gejala yang diteliti baik secara langsung dengan pendengaran,
penglihatan dan secara tidak langsung dengan menggunakan alat bantu atau
lembar observasi.
c. Dokumen
Untuk memperoleh data tentang kondisi sekolah, data siswa, dan
guru dan lain-lain.
8. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan
siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara
melakukan pengematan terhadap aktivitas belajar siswa. Sehingga data yang
diperoleh dari penelitian tindakan ini berupa data kuantitatif dan kualitatif yang
kemudian diolah dengan menggunakan teknik pengolahan hasil test dan hasil
observasi. Analisis dimulai dengan menganalisisdata persiklus dan analisis
antar siklus.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pengolahan
hasil test yang akan dirinci dari data mentah yang diperoleh dari hasil tes
(pre-test dan post-(pre-test) kemudian diolah melalui cara penyekoran, menilai setiap
siswa, menghitung nilai rata-rata kemampuan siswa untuk mengetahui
gambaran yang jelas mengenai hasil belajar dalam memahami pelajaran IPS.
Untuk menghitung nilai dan rata-rata nilai siswa rumus yang digunakan
sebagai berikut:
M =
Keterangan:
M = Nilai rata-rata
X = Jumlah semua nilai siswa
N = Jumlah siswa
Nilai yang diperoleh siswa pada saat melaksanakan post-test kemudian
dikonversikan terhadap KKM yang dibuat guru untuk menentukan bahwa
siswa tersebut mencapai criteria tuntas atau belum.
Sedangkan untuk menentukan ketercapaian hasil belajar semua siswa
dalam satu kelas dihitung dengan cara mencari rat-rata skor siswa dengan
P =
Keterangan:
P = Nilai dalam persen
F = Frekuensi
N = Jumlah keseluruhan (Djamarah,2006: 225-226)
Setelah hasil belajar IPS materi jenis-jenis pekerjaan melalui strategi
make a match dianalisis secara kuantitatif yakni dengan memberikan
angka/nilai yang kemudian dideskripsikan menggunakan teknik deskripsi
persentase dimana analisis data hasil perhitungan mulai dari siklus pertama
sampai terakhir dipakai sebagai acuan penelitian (Muslich, 2007: 36).
H. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal,
bagian inti, bagian akhir. Pada bagian awal terdiri dari: Halaman Judul,
Persetujuan Pembimbing, Pengesahan Kelulusan, Pernyataan Keaslian Tulisan,
Motto, Persembahan, Kata Pengantar, Abstrak, Daftar Isi, dan Daftar Tabel.
Sedangkan pada bagian inti skripsi terdapat lima bab yang terdiri dari:
Bab I tentang Pendahuluan, pada bab ini terdiri dari: Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan, Kegunaan Penelitian,
Definisi Operasional, dan Sistematika Penulisan.
Bab II berisi tentang Landasan Teori, pada bab ini terdiri dari: Pengertian
Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Sosial, Strategi Make A
Bab III tentang Pelaksanaan Penelitian, pada bab ini terdiri dari: Subjek
Penelitian, Deskripsi Pra siklus, Siklus I, dan Siklus II.
Bab IV tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab ini terdiri dari:
Deskripsi Persiklus dan Pembahasan.
Bab V tentang Penutup, pada bab ini terdiri dari: Kesimpulan, Saran dan
Penutup. Sedangkan pada bagian akhir terdiri dari Lampiran-lampiran yang terdiri
dari: Surat Keterangan, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Soal Evaluasi, dan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
1. Pengertian Belajar
Belajar bukan istilah yang baru karena sudah sejak dini disadari atau
tidak kita sudah mengalami kegiatan belajar. Banyak para ilmuwan/pakar
pendidikan mendefinisikan kata belajar tersebut. Berikut ini beberapa definisi
balajar menurut pakar pendidikan. Menurut Slameto dalam buku Hamdani
(2010: 20). Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
mendapatkan perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara
menurut Morgan belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen
sebagai hasil dari pengalaman (Agus Suprijono,2009: 3).
Hilgard mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut
belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan sementara
seseorang seperti kelelahan atau disebabkan obat-obatan (Pasaribu dan
Simandjuntak, 1983: 59). Sementara menurut R. Gagne (1989) belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua
konsep yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dua konsep ini menjadi
serta siswa dengan siswa pada saat pembelajaran berlangsung (Ahmad Susanto,
2012: 1). Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat
orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya bila ia tidak
belajar maka responnya menurun (Dimyati dan Mudjiono, 2002: 9).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara terus
menerus yang terjadi karena adanya interaksi/hubungan timbal balik antara
individu satu dengan individu lainnya maupun dengan lingkungannya, belajar
juga meliput 3 ranah yaitu ranah afektif, kognitif,dan psikomotorik. Dalam
kurikulum 2013 belajar dilakukan dengan 5 tahapan yaitu mengamati,
menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.
2. Teori-teori dalam belajar
a. Teori perilaku
Teori perilaku berpakar pada pemikiran behaviorisme. Dalam
perspektif behaviorisme pembelajaran diartikan sebagai proses
pembentukan hubungan rangsangan (stimulus) dan balas (respon).
Pembelajaran merupakan proses pelaziman (pembiasaan). Hasil
pembelajaran yang diharapkan adalah perubahan perilaku berupa kebiasaan.
b. Teori belajar kognitif
Dalam perspektif teori kognitif, belajar merupakan peristiwa mental
bukan peristiwa behavioral meskipun hal-hal yang bersifat behavioral
tampak lebih nyata hamper dalam setiap peristiwa belajar.Perilaku individu
dorongan mental yang di atur oleh otaknya. Teori kognitif menekankan
belajar sebagai proses internal. Belajar adalah aktivitas yang melibatkan
proses berpikir yang sangat kompleks.
c. Teori kontruktivisme
Kontruktivisme menekankan pada belajar autentik, bukan atifisial.
Belajar autentik adalah proses interaksi seseorang dengan objek yang
dipelajari secara nyata. Belajar bukan sekedar mempelajari teks-teks
(tekstual), terpenting ialah bagaimana menghubungkan teks itu dengan
kondisi nyata atau kontekstual (Agus Suprijono, 2009: 39).
3. Tujuan belajar
Didalam buku Kastolani (2014: 66-67) secara umum tujuan belajar adalah:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Hal ini ditandai dengan pemilikan pengetahuan berfikir.
Kemampuan pengembangan berfikir membutuhkan adanya bahan
pengetahuan dan kemampuan berfikir dapat memperluas pengetahuan.
b. Penanaman konsep dan keterampilan
Artinya bahwa penanaman konsep atau merumuskan konsep
memerlukan suatu keterampilan baik keterampilan jasmani yang dapat
dilihat dan dialami sehingga menitikberatkan pada keterampilan gerak atau
penampilan anggota tubuh seorang yang sedang belajar, atau keterampilan
rohani yang menyangkut persoalan-persoalan penghayatan dan keterampilan
berpikir secara kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu
c. Pembentukan Sikap
Adalah guru harus bertindak bijak dalam menumbuhkan sikap
mental, perilaku, dan pribadi siswa, ia harus cakap dalam mengarahkan
motivasi dan berpikir bahwa pribadi guru harus dipakai sebagai uswah
(Sardiman, 2000: 26-28).
4. Ciri-ciri Belajar
Beberapa ciri belajar, seperti dikutip oleh Darsono (2000: 3) adalah sebagai berikut:
a. Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan ini
digunakan sebagai arah kegiatan, sekaligus tolok ukur keberhasilan belajar.
b. Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkankepada orang
lain. Jadi belajar bersifat individual.
c. Belajar merupakan proses interaksi antara individu dengan lingkungan. Hal
ini berarti individu harus aktif apabila dihadapkan oleh lingkungan tertentu.
Keaktifan ini dapat terwujud karena individu memiliki berbagai potensi
untuk belajar.
d. Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar.
Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor yang terpisahkan satu dengan yang lainnya
(Hamdani,2010: 22).
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi
dua golongan yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor
yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern
adalah faktor yang ada diluar individu.
a. Faktor intern
Didalam membicarakan faktor intern dibagi menjadi 3 yaitu:
1) Faktor Jasmaniah
Terdiri dari (1) faktor kesehatan, kesehatan adalah keadaan atau
hal sehat.Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. (2)
faktor cacat tubuh, cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang
baik atau kurang sempurna mengenai tubuh/badan.
2) Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada 7 faktor yang tergolong ke dalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: (1)
inteligensi, inteligensi berpengaruh besar terhadap kemajuan belajar. (2)
perhatian, untuk dapat menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa
harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. (3)
minat, minat besar pengarunya terhadap belajar. (4) bakat, bakat itu
mempengaruhi belajar. (5) motif, dalam proses belajar haruslah
diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan
baik. (6) kematangan,belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah siap
belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka
hasil belajarnya akan lebih baik.
3) Faktor kelelahan
Kelelahan jasmani terlihat dengan lembah lunglainya tubuh akan
timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani
terjadi karena adanya kekacauan substansi sisa pembakaran didalam
tubuh sehingga darah tidak/kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan,
sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Agar
siswa belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi
kelelahan dalam belajarnya. Sehingga perlu diusahakan kondisi yang
bebas dari kelelahan.
4) Faktor Ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dibagi menjadi
tiga faktor yaitu:
a) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa: cara orangtua mendidik, relasi antar anggota keluarga suasana
rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua, latar
belakang kebudayaan.
b) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup
dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar
pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas dirumah.
c) Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ektern yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadan siswa
dalam masyarakat. Faktor masyarakat ini mencakup kegiatan siswa
dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan
masyarakat, yang semuanya mempengaruhi belajar anak (Slameto,
1987: 56-72).
6. Prinsip-prinsip Belajar
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para
ahli yang satu dengan yang lainnya memiliki persamaan dan juga perbedaan.
Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif
berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran.
a. Perhatian dan motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar.
Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa
adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Berliner, 1984:
335). Disamping itu motivasi mempunyai peranan penting dalam kegiatan
belajar. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil
b. Keaktifan
Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
Maka inisiatif harus dating dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing
dan pengarah (John Dawey, dalam Devies, 1937: 31).
c. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar
mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung
dalam perbuatan,dan bertanggungjawab terhadap hasilnya.
d. Pengulangan
Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam,
maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan akan menjadi
sempurna.
e. Tantangan
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin
dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar,
maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan
mempelajari bahan belajar tersebut.
f. Balikan dan Penguatan
Format kajian berupa Tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode
penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar mengajar yang
g. Perbedaan Individual
Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar
siswa. Karenanya, perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam
upaya pembelajaran (Dimiyati dan Mudjiono, 2002: 42-49).
B. Hasil Belajar
1. Pengertian hasil belajar
Makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif maupun psikomotor
sebagai hasil dari kegiatan belajar. Pengertian tentang hasil belajar
sebagaimana diuraikan diatas dipertegas lagi oleh Nahrowi dalam K. Brahim
(2007: 37) yang mengatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai
tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang
dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi
pelajaran tertentu.
Secara sederhana yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena
belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap. Untuk
mengetahui apakah hasil belajar yang dicapai telah sesuai dengan tujuan yang
dikehendaki dapat diketahui melalui evaluasi. Sebagaimana dikemukakan oleh
untuk membuat pertimbangan seberapa efektif suatu program telah memenuhi
kebutuhan siswa. Selain itu, dengan dilakukannya evaluasi atau penilaian ini
dapat dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur
tingkat penguasaan siswa (Ahmad Susanto, 2012: 5).
Dilihat dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa hasil belajar
merupakan kemampuan yang diperoleh peserta didik melalui proses
pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik, sehingga peserta didik akan
mengalami perubahan-perubahan kearah yang lebih baik. Misalnya dari semula
yang tidak bisa menjadi bisa. Pengukuran hasil belajar ini dapat dilakukan
melalui tes atau dari pertanyaan-pertanyaan setelah selesainya materi pelajaran,
yang bertujuan untuk meningkatkan daya ingat siswa. Melalui tes ini
kemampuan masing-masing dari siswa dapat dilihat, apakah sudah memenuhi
kriteria yang ditetapkan atau belum, dan dapat menunjang dari belajar itu
sendiri.
2. Macam-macam hasil belajar
a. Pemahaman konsep
Pemahaman menurut Bloom (1979: 89) diartikan sebagai
kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari.
Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu
menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan guru kepada
siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia
baca, yang dilihat, yang didalami, atau yang ia rasakan berupa hasil
6) sedangkan arti dari konsep menurut Dorothy J. Skeel dalam Nursid
Sumaatmadja (2005: 2-3), konsep merupakan sesuatuyang tergambar dalam
pikiran, suatu pemikiran, gagasan atau suatu pengertian. Jadi konsep ini
merupakan sesuatu yang telah melekat pada hati seseorang yang tergambar
dalam pikiran, gagasan atau suatu pengertian. Orang yang telah memiliki
konsep berarti orang tersebut telah memiliki pemahaman-pemahaman yang
jelas tentang suatu konsep atau citra mental tentang sesuatu (Ahmad
Susanto, 2012: 6-8).
b. Keterampilan proses
Usman dan Setiawati (1993: 77) mengemukakan bahwa
keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada
pembangunan kemampuan mental, fisik, sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan yang lebih tinggi dari dalam individu siswa.
Indrawati (1993: 3) merumuskan bahwa keterampilan proses merupakan
keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun
psikomotorik) yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau
prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada
sebelumnya, atau untuk melakukan menyangkalan terhadap suatu penemuan
(falsifikasi) (Ahmad Susanto, 2012: 9).
c. Sikap
Menurut Sardiman (1996: 275), sikap merupakan kecenderungan
untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola dan teknik tertentu
objek-objek tertentu. Sikap menunjuk pada perbuatan perilaku ataupun tindakan
seseorang siswa (Ahmad Susanto, 2012: 11).
3. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar
a. Faktor internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari diri peserta
didik yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini
meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar dan
ketekunan, sikap kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri
peserta didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah,
dan masyarakat. Keluarga yang morat marit keadaan ekonominya,
pertengkaran suami istri, perhatian orangtua yang kurang terhadap
anaknya serta kebiasaan sehari-hari berperilaku yang kurang baik dari
orangtua dalam kehidupan sehari-hari berpengaruh dalam hasil belajar
peserta didik (Ahmad Susanto, 2012: 12-13). Dua faktor ini sangat
dominan dalam mempengaruhi hasil belajar dari peserta didik.
4. Penilaian hasil belajar
Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada
objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai
tersebut dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment. Interpretasi
dan judgment merupakan tema penilaian yang mengimplikasikan adanya suatu
dasar itu makan dalam kegiatan penilaian selalu ada objek/program, ada
kriteria, dan ada interpretasi/judgment. Penilaian hasil belajar adalah proses
pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria
tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil
belajar siswa.
Penilaian hasil belajar dapat dibedakan menjadi tes dan bukan tes (non
tes). Tes ini ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban secara lisan),
dan tes tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan tes tindakan (menuntut
jawaban dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes yang disusun dalam bentuk
objektif, ada juga dalam bentuk esai atau uraian. Sedangkan bukan tes sebagai
alat penilaian mencakup observasi, kuisioner, wawancara, skala, sosiometri,
studi kasus, dll. Disamping itu ada beberapa macam-macam jenis penilaian
diantaranya adalah penilaian formatif, penilaian sumatif, penilaian diagnostik,
penilaian selektif, dan penilaian penempatan.
Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan diakhir program
belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar
itu sendiri. Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir
unit program, akhir caturwulan, akhir semester, akhir tahun. Penilaian
diagnostik adalah penilaian yang bertujuan untuk melihat
kelemahan-kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian selektif adalah penilaian
yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke
lembaga pendidikan tertentu. Penilaian penempatan adalah penilaian yang
program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum
memulai kegiatan belajar untuk program itu.
C. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial yang sering disingkat IPS adalah ilmu
pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta
kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberikan
wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik tingkat dasar
dan menengah (Ahmad Susanto, 2012: 137). Dari Kurikulum Pendidikan Dasar
Tahun 1993, disebutkan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari
kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi,
sejarah, antropologi, sosiologi dan tata negara (Ahmad Susanto, 2012: 139).
Ilmu pengetahuan sosial adalah salah satu mata pelajaran yang
diajarkan di dekolah termasuk Sekolah Dasar (SD).pembelajaran ilmu
pengetahuan sosial di SD merupakan sarana untuk mengembangkan wawasan,
pola pikir siswa, dan sikap sosial siswa di masyarakat maupun didalam
keluarga. Ips juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang sosial
dimana pada mata pelajaran ips akan diajarkan nilai-nilai sosial,
kemasyarakatan, kebudayaan serta nilai-nilai sejarah yang masih patut untuk
kita teladani. Agar nanti pada saat kita hidup dilingkungan masyarakat, kita
2. Ruang Lingkup IPS
Ruang lingkup ilmu pengetahuan sosial adalah berupa kehidupan
manusia dalam masyarakat atau manusia sebagai anggota masyarakat (Sardiyo,
2008: 15). Secara sederhaa dapat dikatakan bahwa ruang lingkup ilmu
pengetahuan sosial adalah manusia dalam konteks sosial (Rasimin, 2012: 38).
3. Fungsi IPS di dalam pendidikan
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa fungsi pendidikan ilmu
pengetahuan sosial sebagai pendidikan adalah membina siswa menjadi warga
negara yang baik yang memiliki pengetahuan keterampilan dan kepedulian
sosial yang berguna bagi dirinya sendiri serta bagi masyarakat dan negara
(Rasimin, 2012: 40).
4. Tujuan pendidikan IPS
Pendidikan IPS sebagai bidang studi yang diberikan pada jenjang
pendidikan dilingkungan persekolahan, bukan hanya memberikan bekal
pengetahuan saja, tetapi juga memberikan bekal nilai dan sikap serta
keterampilan dalam kehidupan peserta didik dimasyarakat, bangsa dan negara
dalam berbagai karakteristik. Ada beberapa tujuan pendidikan IPS yang
menggambarkan bahwa pendidikan IPS merupakan bentuk pengetahuan,
keterampilan nilai dan sikap yang memungkinkan anak berpartisipasi dalam
kelompoknya, baik itu keluarga teman bermain, sekolah masyarakat yang luas,
bangsa dan negara. Tujuan pendidikan ilmu sosial dikembangkan atas dasar
pendidikan institusional menjadi landasan pemikiran mengenai tujuan
pendidikan ilmu sosial.
Tujuan utama pembelajaran IPS ialah untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi dimasyarakat,
memiliki sifat mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang
terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik
yang menimpa dirinya maupun yang menimpa masyarakat. Secara perinci,
Mutakin (1998) merumuskan tujuan pembelajaran IPS disekolah sebagai
berikut:
a. Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau
lingkungannya. Melalui pemahaman terhadap nila-nilai sejarah dan
kebudayaan masyarakat.
b. Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode
yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah sosial.
c. Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat
keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang
dimasyarakat.
d. Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta
mampu mebuat analisis yang kritis selanjutnya mampu mengambil tindakan
e. Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun
diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggungjawab membangun
masyarakat (Ahmad Susanto, 2012: 143-144).
D. Materi Jenis-jenis pekerjaan
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian
2. Memahami jenis
pekerjaan dan penggunaan
mata uang
2.1. mengenal
jenis-jenis pekerjaan
1. mengidentifikasi
jenis-jenis pekerjaan yang
menghasilkan barang dan
jasa.
2. membedakan jenis
pekerjaan di bidang jasa
dengan pekerjaan yang
menghasilkan barang.
3. menyebutkan 4 contoh
pekerjaan di bidang jasa.
4. membuat daftar
pekerjaan orangtua siswa
yang menghasilkan barang
atau jasa.
5. menjelaskan arti dari
1. Pengertian jenis-jenis pekerjaan
Jenis pekerjaan bermacam-macam. Orang dapat memilih pekerjaan
sesuai dengan keinginandan kemampuannya. Pada umumnya, pekerjaan
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu ada pekerjaan yang menghasilkan barang
dan pekerjaan yang menghasilkan jasa.
a. Pekerjaan yang menghasilkan barang
Pekerjaan yang menghasilkan barang merupakan pekerjaan yang
hasil pekerjaannya dalam bentuk barang untuk dijual. Jadi yang dinilai dan
menjadi sumber penghasilannya adalah barang yang dihasilkan. Jenis
pekerjaan yang menghasilkan barang selalu berkembang sesuai kemajuan
zaman. Kamu akna melihat barang-barang baru setiap tahun. Barang-barang
tersebut belum pernah ada sebelumnya atau sudah ada namun kurang praktis
sehingga dibuat model yang baru. Barang tersebut merupakan hasil kreasi
dan inovasi pekerja. Pekerjaan yang menghasilkan barang dalam jumlah
besar biasa dilakukan oleh perusahaan.
Pekerjaan yang menghasilkan barang membutuhkan bahan baku
untuk diolah menjadi barang baru yang laku dijual, misalnya pembuat tahu
dan tempe membutuhkan bahan baku berupa kedelai.
Berikut merupakan beberapa contoh pekerjaan yang menghasilkan barang:
1) Petani
Petani yaitu orang yang bekerja dalam bidang pertanian. Petani
disini artinya pekerjaan mengolah lahan, seperti ladang atau sawah.
perkebunan. Pertanian rakyat biasanya menghasilkan bahan makanan
pokok, seperti padi, jagung, ketela pohon, sagu, dan sebagainya.
Sedangkan pertanian perkebunan biasanya menghasilkan jenis tanaman
perdagangan, seperti teh, kopi, cengkeh, kelapa sawit, tembakau, lada,
kina, kapas, dan sebagainya.
2) Nelayan
Nelayan bekerja mencari ikan di laut.Mereka memperoleh
penghasilan dengan menjual hasil tangkapannya. Hasil tangkapan
nelayan dijual di Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
3) Peternak
Peternak adalah orang yang profesinya menernak hewan piaraan,
misalnya peternak ayam, peternak itik, peternak kambing, dan
sebagainya. Beternak sapi menghasilkan daging, kulit, dan susu, dan
seterusnya.
4) Pengrajin
Pengrajin adalah orang yang pekerjaannya membuat dan
menghasilkan barang kerajinan. Hasil kerajinan, antara lain hiasan
dinding, perhiasan, kain tenun, dan batik. Hasil kerajinan dapat
digunakan sebagai cinderamata atau souvenir. Ada juga pengrajin kayu,
5) Pedagang makanan olahan
Pedagang makanan olahan menghasilkan barang konsumsi.
Pedagang makanan olahan bekerja mengolah sayuran menjadi makanan
siap saji.
b. Pekerjaan yang menghasilkan jasa
Pekerjaan yang menghasilkan jasa adalah pekerjaan yang hasilnya
tidak dalam bentuk barang. Pekerjaan jenis ini sifatnya menghasilkan
jasa, yaitu pelayanan, tenaga, atau pikiran. Meskipun tidak menghasilkan
barang, namun hasil pekerjaan jasa dapat kita rasakan.
Di antara contoh pekerjaan jasa adalah sebagai berikut:
1) Jasa pendidikan
Pekerjaan yang menghasilkan jasa di bidang pendidikan antara
lain guru, tutor, dan dosen.
a) Dosen
Dosen adalah orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan
kepada para mahasiswa di perguruan tinggi.
b) Guru
Guru adalah orang yang mengajarkan ilmu pengetahuan
kepada para murid di sekolah-sekolah. Guru umumnya
c) Tutor
Tutor adalah orang yang mengajarkan ilmu
pengetahuan/keterampilan kepada orang lain di lembaga-lembaga
pendidikan dan keterampilan.
2) Jasa transportasi
Transportasi adalah jasa pengangkutan orang/barang dari satu
tempat ke tempat lain. Contoh jasa transportasi antara lain sebagai
berikut:
a) Nahkoda
Nahkoda adalah orang yang mengemudikan kapal laut.
b) Pilot
Pilot adalah orang yang mengemudikan pesawat terbang.
c) Pengemudi becak
Becak merupakan Janis angkutan yang menggunakan
tenaga manusia. Keberadaan becak banyak terdapat di perkotaan.
d) Ojek
Ojek adalah jasa angkutan yang menggunakan kendaraan
bermotor. Ojek biasanya terdapat didaerah pedesaan.
e) Sopir
Sopir adalah orang yang pekerjaannya mengemudikan
alat-alat transportasi darat seperti: mobil, truk, bus, taksi, dan
Di dalam taksi dipasang argometer. Argometer adalah alat
penunjuk jumlah biaya yang harus dibayar.
3) Jasa kesehatan
Pekerjaan jasa di bidang kesehatan meliputi dokter, perawat,
bidan, apoteker, dan sebagainya.
a) Dokter
Dokter adalah orang yang pekerjaannya memeriksa dan
mengobati orang sakit.Untuk menjadi seorang dokter perlu
pendidikan khusus di bidang kedokteran. Bidang pekerjaan dokter
bermacam-macam. Secara garis besar, dokter ada dua macam, yaitu
dokter umum dan dokter spesialis (khusus). Dokter umum
memriksa dan mengobati penyakit ringan, sedangkan dokter
spesialis memeriksa dan mengobati penyakit-penyakit khusus yang
biasanya berat. Contoh dokter spesialis adalah dokter gigi, dokter
kulit, dokter kandungan, dokter bedah, dan lain lain.
b) Apoteker
Apoteker adalah orang yang pekerjaannya meracik oba.
Apoteker bisa bekerja di apotek, rumah sakit, atau membantu
dokter di rumah.
c) Perawat
Perawat adalah orang yang pekerjaannya merawat orang
sakit. Perawat bisa bekerja di rumah sakit, atau di
d) Bidan
Bidan adalah orang yang pekerjaannya memeriksa dan
membantu orang melahirkan. Sekarang ini pemerintah telah
menempatkan bidan-bidan sampai kepelosok desa.
4) Jasa pelayanan
Jasa pelayanan adalah perbuatan membantu orang lain dengan
tenaga atau pikiran. Berikut contoh-contoh jasa pelayanan:
a) Pegawai negeri
Pegawai negeri adalah orang yang bekerja di kantor
pemerintahdan telah memiliki nomor induk pegawai (NIP).
b) Pramuniaga
Pramuniaga adalah orang yang bekerja melayani pembeli
dipertokoan. Pramuniaga disebut juga pelayan toko.
c) Pramuwisata
Pramuwisata adalah orang yang pekerjaannya member
penjelasan/informasi tentang tempat-tempat wisata kepada para
pelancong/turis. Pramuwisata disebut juga pemandu wisata atau
guide.
d) Pramugari
Pramugari adalah orang yang member pelayanan kepada
e) Pramuwisma
Pramuwisma disebut juga pembatu rumah tangga.
Pramuwisma bekerja membantu pekerjaan sebuah keluarga,
misalnya mencuci, memasak, menyetrika, dan lain-lain.
f) Tukang pos
Tukang pos adalah orang yang pekerjaannya mengantarkan
surat-surat.
Dari uraian jenis-jenis pekerjaandi atas, kita tahu bahwa pekerjaan
bentuknya bermacam-macam. Di antara jenis-jenis pekerjaan itu ada yang
mengandalkan otak, otot, keterampilan, keahlian khusus, dan sebagainya.
a. Jenis pekerjaan yang mengandalkan otak contohnya penulis, pimpinan
kantor, dan sebagainya.
b. Jenis pekerjaan yang mengandalkan tenaga atau otot misalnya kuli angkut,
pengayuh becak, dan sebagainya.
c. Jenis pekerjaan yang membutihkan keterampilan dan keahlian khusus
contohnya guru, dokter, pilot, penjahit, dan sebagainya.
d. Jenis pekerjaan yang tidak membutuhkan keterampilan tertentu contohnya
kuli, pembantu rumah tangga, dan sebagainya (Lembar Kerja Siswa hal.
19-24).
E. Strategi Pembelajaran Make A Match 1. Pengertian Strategi Pembelajaran
Istilah “strategi” pertama kali dikenal dikalangan militer. Khususnya
tersebut diadopsi ke dunia pendidikan. Dalam konteks pendidikan, strategi
digunakan untuk mengatur siasat agar dapat mencapai tujuan dengan baik.
Dengan kata lain strategi dalam konteks pendidikan dapat dimaknai sebagai
perencanaan yang berisi serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan kegiatan. Strategi dalam konteks pendidikan mengarah kepada hal yang
lebih spesifik, yakni khusus pada pembelajaran. Konsekuensinya, konteks
strategi dalam pendidikan dimaknai secara berbeda dengan strategi dalam
konteks pembelajaran.
Strategi pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu strategi dan
pembelajaran. Strategi dapat diartikan suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Sedangkan
dengan belajar mengajar, strategi juga bisa diartikan dengan pola-pola umum
kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar
untuk mencapai tujuan (Kastolani, 2014: 106). Dalam Kamus Besar Indonesia
strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai
sasaran khusus (yang diinginkan) (Hamdani, 2010: 18).
Pembelajaran disebut juga kegiatan pembelajaran atau intruksional,
adalah usaha mengelola lingkungan dengan sengaja agar seseorang membentuk
diri secara positif tertentu dalam kondidi tertentu (Kastolani, 2014: 107).
Pembelajaran secara umum adalah kegiatan yang dilakukan guru sehingga
tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik. Pembelajaran adalah upaya
bakat, dan kebutuhan siswa yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal
antara guru dan siswa serta antar siswa (Hamdani, 2010: 71-72).
Dick dan Carey (1990) mereka menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran terdiri dari seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur
atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan guru dalam rangka membantu
peserta didik mencapai tujuan pembelajaran (Suyadi, 2012: 13-14). Dari
berbagai definisi atau pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh seorang guru degan
memanfaatkan media maupun sumber belajar yang tersedia, dalam proses
belajar-mengajar untuk membantu peserta didik dalam menerima materi yang
disampaikan dan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Dengan pemilihan strategi pembelajaran yang baik dan disesuaikan dengan
materi pelajaran yang akan diajarkan, sehingga pembelajaran akan menjadi
efektif dan efisien. Strategi pembelajaran merupakan salah satu komponen
terpenting dalam proses belajar mengajar. Ada banyak strategi-strategi
pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru, salah satunya adalah strategi
make a match.
2. Strategi Make A Match
Menurut Rusman (2011: 223-233) model make a match (membuat
pasangan) merupakan salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran
kooperatif. Jadi, model cooperative learning type make a match (membuat
pasangan) adalah model pembelajaran kooperatif dengan cara mencari
sebelum batas waktu akan mendapat poin (Rusman, 2011: 223).
Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban dan
dibacakan didepan kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe makea match ini
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994).
Dikembangkan pertama kali pada 1994 oleh Lorna Curran, strategi
Make a Match saat ini menjadi salah satu strategi penting dalam ruang kelas
tujuan dari strategi ini antara lain: 1) pendalaman materi; 2) penggalian materi;
3) edutainment (Miftahul Huda, 2013: 251). Salah satu cara keunggulan teknik
ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu
konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
Anita Lie (2008: 56) menyatakan bahwa model pembelajaran tipe make
a match atau bertukar pasangan merupakan teknik belajar yang
memberkesempatan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini
bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak
didik. Strategi Make A Match merupakan suatu permainan dengan
menggunakan kartu. Kartu tersebut berisi 2 macam yaitu satu kartu berisi
pertanyaan dan satu kartu lainnya berisi jawaban. Make a match melibatkan
partisipasi aktif dari peserta didik dari sejak pembelajaran dimulai. Peserta
didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya
mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan ini peserta didik akan
merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat
Langkah-langkah make a match
a. Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa untuk
mempelajari materi dirumah.
b. Siswa dibagi kedalam 2 kelompok, misalnya kelompok A dan kelompok B.
Kedua kelompok diminta untuk berhadap-hadapan.
c. Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu jawaban
kepada kelompok B.
d. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus
mencari/mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain.
Guru juga perlu meyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan
kepada mereka.
e. Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari pasangannya di
kelompok B. Jika mereka sudah menemukan pasangannya masing-masing,
guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya. Guru mencatat mereka
pada kertas yang sudah dipersiapkan.
f. Jika waktu sudah habis, mereka harus diberitahu bahwa waktu sudah habis.
Siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk berkumpul
tersendiri.
g. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa
yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan
apakah pasangan itu cocok atau tidak.
h. Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan