• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. A. e-learning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. A. e-learning"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

A. e-Learning

e-Learning mulai diperkenalkan pada dunia pendidikan sejak tahun 1996 (Hartanto & Purbo 2001), dan hingga sekarang terus disempurnakan ketingkat yang paling efektif dan bahkan melebihi tingkat efektivitas yang dapat dihasilkan oleh sebuah lembaga penyelenggara pendidikan konvensional. Untuk dapat merancang sebuah e-Learning yang bermanfaat dan diminati ada beberapa syarat yang harus dipenuhi (Hartanto & Purbo 2001), yaitu:

1. Sederhana

Sebuah sistem yang sederhana akan memudahkan peserta dalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada. Dan dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi waktu pengenalan sistem e-Learning itu sendiri. Sehingga waktu belajar peserta dapat diefisiensikan untuk proses belajar dan bukan untuk belajar menggunakan sistem e-Learning tersebut.

2. Personal

Dengan merancang sistem e-Learning yang personal, pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang dosen yang berkomunikasi dengan mahasiswanya di ruang kuliah.

3. Cepat

Dengan sistem yang cepat, respon terhadap keluhan dan kebutuhan mahasiswa dan penyampaian materi dapat lebih ditingkatkan. Dengan respon yang cepat terhadap kondisi mahasiswa yang sedang belajar, memudahkan dosen maupun pengelola untuk mengadakan perbaikan-perbaikan selama proses belajar-mengajar berjalan tanpa perlu menunggu proses tersebut berakhir terlebih dahulu. Sebuah sistem yang cepat di sini juga dimaksudkan sebuah sistem yang memiliki kecepatan yang memadai pada saat diakses oleh dosen, pengelola, dan terutama mahasiswa.

(2)

e-Learning di UT lebih dikenal dengan istilah pendidikan jarak jauh (PJJ) (Supratman & Zuhairi 2004) dideskripsikan sebagai berikut:

1. PJJ di tandai dengan terpisahnya jarak orang yang belajar, baik dengan pengajar maupun dengan pengelola pendidikan.

2. PJJ lebih banyak menggunakan dan mengandalkan pada penggunaan media, baik media cetak, media audiovisual dan atau media elektronik daripada menggunakan pengajaran tatap muka.

3. Siswa tidak selalu berada dalam bimbingan pengajar, tetapi lebih banyak belajar mandiri.

4. Siswa dapat belajar di mana saja, kapan saja, dan dapat memilih program studi menurut kebutuhannya sendiri.

5. PJJ menawarkan program-program yang jenis dan tujuannya sama seperti pendidikan biasa pada umumnya, walaupun strategi penyelenggaraan proses instruksionalnya yang menggunakan media dan mengandalkan belajar mandiri siswa berbeda dengan strategi pengajaran tatap muka pada pendidikan biasa.

6. PJJ menjadi arena penyebaran keahlian dalam sistem instruksional secara luas, karena prinsip-prinsip belajar dan prinsip instruksional yang digunakan dalam bahan ajar jarak jauh sama dengan prinsip-prinsip pengajaran tatap muka.

7. Pengelolaan PJJ beroperasi seperti industri karena berbagai subsistem di dalamnya memang merupakan kegiatan industri, seperti subsistem produksi dan reproduksi bahan ajar, subsistem distribusi bahan ajar dan bahan registrasi, serta subsistem jaringan komunikasi baik untuk kebutuhan administrasi maupun akademik.

(3)

B. Raster atau Bitmap Grafik

Bitmap images (juga dikenal sebagai raster images) terbuat dari sekumpulan piksel dalam sebuah kelompok data. Piksel adalah elemen-elemen gambar yang terbdiri dari sekumpulan titik-titik warna yang akan membentuk sebuah gambar yang tampak pada layar (Wikipedia (1) 2007). Bitmap images bersifat resolution dependent. Resolution merujuk kepada banyaknya piksel yang terdapat dalam sebuah gambar dan biasanya dinyatakan dalam satuan dpi (dots per inch). Karena bitmaps bersifat resolution dependent, sangat sulit bagi kita untuk mengurangi atau memperbesar ukuran file (resizing image) tanpa mengorbankan kualitas dari gambar tersebut (Wikipedia (1) 2007).

Bitmap graphics memiliki beberapa kelemahan, salah satunya adalah kita harus memilih antara kualitas atau waktu download (Watt 2001). Jika kita ingin menghasilkan bitmap graphics pada sembarang ukuran dan memiliki kualitas tinggi, akan tercipta file yang besar sehingga proses download pada sebuah jaringan atau Internet akan berjalan lebih lambat. Untuk kondisi dimana kita memiliki koneksi Internet akses yang tinggi, hal ini tidak terlalu menjadi masalah. Sementara bagi sebagian besar pengguna Internet, disebabkan oleh kecepatan modem, satu-satunya cara untuk menampilkan sebuah grafik di Web adalah menggunakan untuk format GIF beresolusi rendah.

Saat kita melakukan pengurangan ukuran file bitmap menggunakan software pengolah bitmap, software tersebut harus membuang beberapa piksel. Dan saat kita hendak memperbesar ukuran dari file bitmap menggunakan software pengolah bitmap, software tersbut harus menciptakan piksel-piksel baru. Saat menciptakan piksel-piksel baru, software harus mengestimasi nilai warna dari piksel baru yang hendak diciptakan berdasarkan data-data dari piksel-piksel lain yang mengelilinginya. Proses ini dikenal dengan istilah interpolation.

Ada hal yang harus dipahami tentang mengubah ukuran file gambar (resizing images) dengan melakukan pembesaran dan pengecilan tampilan gambar (zooming in and out). Resizing image adalah melakukan perubahan ukuran secara permanen. Metodenya adalah dengan menambah jumlah piksel jika ingin memperbesar dan mengurangi jumlah piksel jika ingin memperkecil. Sementara

(4)

zooming in dan zooming out lebih dikenal dengan istilah penskalaan (scaling). Penskalaan hanyalah mengubah besar gambar secara tampilan saja dan tidak secara permanen mengubah ukuran asli gambar tersebut. Dengan kata lain, proses ini tidak mengubah jumlah piksel dari sebuah gambar.

Gambar 1 Kualitas format bitmap saat dilakukan perbesaran (resizing)

Berikut adalah beberapa format bitmap yang banyak digunakan. • BMP • GIF • JPEG, JPG • PNG • PICT (Macintosh) • PCX • TIFF • PSD (Adobe Photoshop)

Berikut adalah beberapa software pengolah bitmap. • Microsoft Paint

• Adobe Photoshop • Corel Photo-Paint • Jasc Paint Shop Pro • Ulead PhotoImpact

(5)

C. Vector Grafik

Vector image diciptakan dari sekumpulan objek yang didefinisikan oleh persamaan matematika dan bukan piksel (Wikipedia(2) 2007). Objek-objek tersebut dapat terdiri dari garis, kurva, dan bentuk dengan atribut-atribut yang dapat diedit. Mengubah atribut dari sebuah objek vektor tidak akan memperngaruhi objek itu sendiri. Kita dapat dengan bebas mengubah atribut dari sebuah objek vektor tanpa merusak objek dasarnya. Sebuah objek dapat dimodifikasi tidak hanya dengan mengubah atributnya tetapi juga bentuknya. Karena bersifat scalable, gambar yang berbasiskan vektor bersifat resolution independent. Kita dapat memperbesar maupun memperkecil ukuran gambar vektor hingga berapapun tanpa kehilangan kualitas gambar. Gambar akan tetap tajam, jernih baik di layar maupun saat dicetak. Kelebihan lain dari vektor adalah tidak dibatasi oleh bentuk persegi seperti bitmap. Sebuah objek vektor dapat diletakkan di atas objek lain, dan objek di bawahnya hanya akan tertutupi oleh objek vektor sebatas bentuk dan ukuran dari objek vektor tersebut. Sebagai contoh terlihat pada Gambar 2. Sebuah vektor tidak dibatasi oleh ukuran kanvas sehingga baik diletakkan di atas kanvas berwarna apapun, hasil yang tampak dilayar tetap sama dan latar hanya tertutup oleh bentuk objek grafik yang diletakkan di atasnya. Sementara pada raster berformat BMP, saat kita mendefinisikan kanvas berwarna putih, saat objek tersebut diletakkan diatas latar putih, kanvas tidak tampak mengganggu buntuk yang dihasilkan. Tetapi saat diletakkan di atas latar yang berwarna lain (misalkan biru), akan terlihat sebuah persegi mengeliligi image sebesar ukuran kanvasnya.

Gambar 2 Kelebihan vektor terhadap bitmap saat diletakkan diatas objek lain

(6)

Objek vektor memiliki banyak kelebihan, akan tetapi kelemahan utamanya adalah metode ini tidak cocok untuk memproduksi objek yang bersifat photo-realistic karena akan menghasilkan file dengan ukuran yang sangat besar bahkan mungkin melebihi ukuran yang dihasilkan format raster. Hal ini dikarenakan semakin rumitnya bentuk yang hendak di buat, maka semakin banyak pula titik-titik vektor yang harus di ciptakan.

Objek vektor dapat dengan mudah dikonversi ke dalam format bitmap. Proses ini dikenal dengan istilah rasterizing. Alasan utama dari konversi vektor menjadi bitmap adalah agar dapat digunakan dalam halaman Web. Saat ini format vektor yang dapat digunakan dalam Web diantaranya adalah Shockwave Flasf (SWF). Selain itu juga terdapat beberapa format yang masih dalam pengembangan, yaitu Scalable Vector Graphics (SVG), sebuah bahasa pemrograman script berbasiskan XML.

Berikut adalah beberapa format vektor yang banyak digunakan. • AI (Adobe Illustrator)

• CDR (CorelDRAW) • CMX (Corel Exchange)

• CGM Computer Graphics Metafile • DXF AutoCAD

• WMF Windows Metafile

Berikut adalah beberapa software pengolah bitmap. • Adobe Illustrator

• CorelDRAW

• Macromedia Freehand • Xara X

(7)

D. eXtensible Markup Language (XML)

XML (World Wide Web Consortium (3) 2006) merupakan kependekan dari eXtensible Markup Language, mulai dikembangkan pada tahun 1996 dan mendapatkan pengakuan dari World Wide Consortium (W3C) pada bulan Februari 1998 (Gossens, 2000). Teknologi yang digunakan pada XML sebenarnya bukan teknologi baru, tapi merupakan pengembangan dari teknologi Hyper Text Markup Language (HTML).

Seperti halnya HTML, XML juga menggunakan elemen yang ditandai dengan tag pembuka (diawali dengan ‘<’ dan diakhiri dengan ‘>’), tag penutup (diawali dengan ‘</‘ diakhiri ‘>’) dan atribut elemen (parameter yang dinyatakan dalam tag pembuka misal <form name=”isidata”>). Hanya bedanya, HTML medefinisikan dari awal tag dan atribut yang dipakai didalamnya, sedangkan pada XML kita bisa menggunakan tag dan atribut sesuai kehendak kita asalkan didefinisikan terlebih dulu (World Wide Web Consortium (3) 2006).

Dibandingkan dengan HTML, XML lebih tegas dalam penulisan sintaks (Gossesn 2000). Kalau kita menulis sebuah dokumen HTML, beberapa kesalahan penulisan masih ditolerir. Misalnya kita menempatkan tag bersilangan seperti contoh berikut.

<p><b>Huruf Tebal</p></b>

Meskipun tidak dianjurkan, HTML masih bisa bekerja dan menampilkan hasil seperti yang kita inginkan. Namun tidak demikian dengan XML. Penulisan tag pada XML harus mengikuti aturan Last In First Out (LIFO). Jika penulisan susunan tag seperti contoh diatas terjadi, maka browser akan menampilkan pesan kesalahan. Penyusunan tag yang benar haruslah sebagai berikut.

<p><b>Huruf tebal</b></p>

Hal ini tidak akan terjadi pada pemrograman menggunakan HTML versi 4 atau dibawahnya

(8)

E. Scalable Vector Graphics (SVG)

SVG (World Wide Web Consortium (1) 2006) adalah sebuah bahasa pemrograman berbasis XML untuk mendefinisikan grafis dua dimensi yang kemudian digunakan dalam sebuah halaman Web dan aplikasi-aplikasi lain yang menggunakan XML. SVG memungkinkan pembuatan tiga tipe objek grafis:

1. path (berupa garis dan kurva), 2. gambar, dan

3. teks.

Objek-objek grafis tersebut kemudian dapat dikelompokkan, dimodifikasi, ditransformasi dan digabungkan dengan objek-objek yang telah di bentuk sebelumnya (World Wide Web Consortium (1) 2006). SVG dapat mengkreasikan sebuah grafik yang terdiri dari banyak vektor yang berbeda-beda. Sebuah vektor pada dasarnya adalah garis yang menghubungkan dua titik.

v

i j

Gambar 3 Vektor vr yang menghubungkan titik i dan j

Kelebihan SVG yang paling utama adalah gambar tidak akan kehilangan kualitasnya apabila diperbesar atau diperkecil (scalable), karena dibuat berdasarkan metode vektor (vector) bukan pixel (seperti format grafik pada umumnya, GIF, JPG dan PNG). Sehingga memungkinkan pengembang Web dan juga designer untuk membuat grafik dengan mutu tinggi.

(9)

Gambar 4 Kualitas yang hilang pada file dengan format JPG apabila dilakukan perbesaran (zooming in)

Gambar 5 Kualitas gambar file SVG sama sekali tidak berkurang saat di lakukan perbesaran (zooming in)

Karena SVG terbentuk dari kumpulan perintah-perintah (script) XML yang berbasis teks dan bukan binary code, SVG memiliki keunggulan dalam kecepatan proses download karena kecilnya kapasitas file. Selain itu script SVG dapat dibuat, diedit, dan dimanipulasi cukup dengan menggunakan program-program teks editor sederhana seperti notepad di Microsoft Windows. Bahkan, modifikasi terhadap tampilan juga dapat dilakukan saat aplikasi dijalankan. Hal ini sebenarnya karena script SVG yang dibuat telah memiliki beberapa script yang akan berjalan saat menerima perintah (trigger).

(10)

Sementara itu, kekurangan SVG terletak pada belum semua Internet browser dapat mengenali file SVG. Untuk itu harus diinstal terlebih dulu sebuah plug-in agar sistem dapat mengenali file SVG. Plug-in ini sering disebut sebagai SVG-Viewer. SVG-Viewer teraktual dikembangkan oleh ADOBE yaitu Adobe SVG Viewer yang saat ini telah mencapai versi ke 3.03 (Adobe Systems, 2003).

Selain itu, SVG masih kurang mendukung aplikasi multimedia, salah satinya adalah tidak mampu untuk menampilkan suara (dalam format apapun) dan video. Namun SVG memiliki kemampuan untuk melakukan integrasi dengan aplikasi lain yang dikenal dengan SMIL (Synchronized Multimedia Integration Language).

Tabel 2 Performa beberapa SVG viewer (World Wide Web Consortium (4) 2006).

SVG Viewers Hasil

Proses ASV6 ASV3 BATIK CSV

Amaya-81 Mozilla SVG Pass 173 168 150 116 51 48 Fail 6 10 30 53 104 126 Partial 2 3 1 12 26 7 Unknown 0 0 0 0 0 0 Total 181 181 181 181 181 181 Keterangan

ASV6 : Adobe SVG Viewer, version 6 (beta) ASV3 : Adobe SVG Viewer version 3

Batik : Apache Batik Squiggle browser (JAVA platform) CSV : Corel SVG viewer, version 2

Amaya-81 : Amaya Editor/browser version 8.1 Mozilla SVG : Mozilla SVG project

Tabel 2 menunjukkan performa dari beberapa SVG-viewer yang dikembangkan oleh beberapa vendor. Dari 181 file SVG yang di akses, masing-masing viewer menunjukkan banyaknya file yang berhasil dijalankan (Pass), yang gagal dijalankan (Fail) dan yang berhasil dijalankan tetapi tidak sesuai dengan bentuk yang sebenarnya (partial).

(11)

Syntax SVG

Sebelum kita memulai ‘bermain’ dengan kode SVG, sangat penting sekali untuk mengetahui ‘aturan mainnya’ (syntax) terlebih dahulu.

- SVG sangat memperhatikan sistem penulisan. Semua tag, atribut dan nilai atribut ditulis dengan huruf kecil

- Semua tag harus ditutup. Untuk tag, seperti <text> akan ditutup dengan tag pasangannya </text>.

- Komentar memiliki kode yang sama seperti HTML yaitu diawali dengan <!-- dan diakhiri dengan -->

- Untuk memposisikan sebuah elemen digunakan atribut x dan y, bukan top atau left seperti HTML

- Semua atribut dimulai dan diakhiri dengan tanda kutip " ... "

Contoh kode (Werld Wide Web Consortium(1) 2006)

<?XML version="1.0"?>

<!DOCTYPE svg PUBLIC "-//W3C//DTD SVG 1.0//EN"

"http://www.w3.org/TR/2001/REC-SVG-20010904/DTD/svg10.dtd"> <svg XMLns="http://www.w3.org/2000/svg"> <style type="text/css"> circle:hover {fill-opacity:0.9;} </style> <g style="fill-opacity:0.7;">

<circle cx="6.5cm" cy="2cm" r="100" style="fill:red; stroke:black; stroke-width:0.1cm"

transform="translate(0,50)" />

<circle cx="6.5cm" cy="2cm" r="100" style="fill:blue; stroke:black; stroke-width:0.1cm"

transform="translate(70,150)" />

<circle cx="6.5cm" cy="2cm" r="100" style="fill:green; stroke:black; stroke-width:0.1cm" transform="translate(-70,150)"/>

</g> </svg>

Jika script di atas disimpan (save) dengan diberi nama file circle.svg kemudian dibuka pada jendela browser Microsoft Internet Explorer, akan diperoleh tampilan seperti Gambar 4.

(12)

Gambar 6 Tampilan dari script circle.svg yang dibuka pada internet explorer

Saat ini SVG masih terus dalam pengembangan. Beberapa pihak yang telah menyatakan kesediaannya dalam mengembangkan format SVG datang dari pimpinan industri teknologi informasi seperti Adobe Systems, AOL/Netscape, Apple, Autodesk, Canon, Corel, CSIRO, Eastman Kodak, Excosoft, Hewlett Packard, IBM, ILOG, IntraNet Systems, Micromedia, Microsoft, OASIS, Opera, Oxford Brookes University, Quark, Sun Microsystems, dan Xerox serta beberapa pihak lain yang kemudian juga menyatakan dukungannya terhadap pengembangan SVG (Peng 2000).

Filter Effects Pada SVG

Filter Effects adalah kemampuan untuk melakukan serangkaian operasi grafis terhadap objek sumber yang akan menghasilkan bentuk-bentuk grafis yang telah termodifikasi. Sejauh ini SVG telah mendukung enam belas jenis filter seperti: Blend, ColorMatrix, ComponentTransfer, Composite, ConvolveMatrix, DiffuseLighting, DisplacementMap, Flood, GaussianBlur, Image, Merge, Morphology, Offset, SpecularLighting, Tile, dan Turbulance (World Wide Web Consortium (1), 2006).

(13)

Interactivity pada SVG

Gambar-gambar yang dibuat dengan SVG dapat menjadi interaktif dan dinamis (World Wide Web Consortium (1), 2006). Sebagai contoh, menggerakkan pointer mouse di atas sebuah elemen SVG, melakukan penekanan tombol pada mouse (klik tunggal maupun klik ganda) terhadap elemen SVG, melakukan penekanan tombol pada keyboard), akan menghasilkan sebuah umpan balik (feedback). Animasi yang diinginkan juga dapat diatur untuk terjadi satu kali saja saat pertama kali sebuah elemen SVG ditampilkan ataupun dilakukan berulang kali dengan menggunakan fasilitas penghitungan waktu (timer). Animasi dapat dipicu baik secara deklaratif (dengan cara menggabungkan elemen-elemen animasi SVG dalam sebuah konten SVG) atau melalui pembuatan sebuah script.

Tabel 3 Beberapa event yang tesedia dalam SVG (World Wide Web Consortium (1) 2006)

Nama Event Deskripsi Penulisan

Activate Dipicu saat sebuah elemen diaktifkan, sebagai contoh, melalui penekanan tombol mouse atau penekanan tombol pada keyboard.

Onactivate

Click Dipicu saat mouse ditekan saat berada di atas sebuah elemen. Sebuah click didefinisikan sebagai gabungan antara mousedown dan mouseup pada lokasi yang sama secara bersamaan. Urutan dari event ini adalah: mousedown, mouseup, click.

Onclick

Mousedown Dipicu saat mouse ditekan saat berada di atas sebuah elemen

onmousedown Mouseup Dipicu saat penekanan tombol mouse di lepas

saat berada diatas sebuah elemen

onmouseup Mouseover Dipicu saat penunjuk mouse dipindahkan tepat

diatas sebuah elemen

onmouseover Mousemove Dipicu saat penunjuk mouse digerakkan saat

masih berada tepat diatas sebuah elemen

onmousemove Mouseout Dipicu saat penunjuk mouse digerakkan

meninggalkan sebuah elemen

onmouseout beginEvent Dimulainya animasi dari sebuah elemen onbegin endEvent Dipicu saat animasi dari sebuah elemen

berakhir

onend repeatEvent Dipicu saat animasi dari sebuah elemen diulang onrepeat

(14)

Animasi Pada SVG

Dikarenakan Web adalah sebuah media yang dinamis, SVG sangat mendukung kemungkinan untuk melakukan perubahan vektor grafik setiap saat. Elemen-elemen animasi SVG mulanya dikembangkan oleh W3C Synchronized Multimedia (SYMM) Working Group bekerjasama dengan para pengembang dari Synchronized Multimedia Integration Language (SMIL) 1.0 Specification (World Wide Web Consortium (6) 2006). Group pengembang SYMM, bekerjasama dengan group pengembang SVG, mengembangkan animasi yang dapat dilakukan oleh SMIL yang kemudian dikenal dengan SMIL Animation (World Wide Web Consortium (1) 2006), yang merepresentasikan tujuan utama dari sekumpulan fitur animasi pada XML.

SVG adalah bahasa pengantar untuk mengaktifkan SMIL Animation. Terkecuali untuk aturan-aturan spesifik dari SVG yang disebutkan dalam spesifikasinya, definisi normatif dari elemen-elemen animasi dan atribut pada SVG adalah menggunakan spesifikasi pada SMIL Animation (World Wide Web Consortium (1) 2006).

Berikut beberapa elemen animasi yang dapat digunakan dalam SVG: 1. <animate> : untuk memulai penganimasian.

2. <animateMotion> : untuk animasi gerakan sepanjang sebuah path. 3. <animateColor> : untuk animasi perubahan warna.

4. <animateTransform> : untuk animasi sebuah transformasi.

5. <mpath> : untuk referensi sebuah path dari gerakan <animateMotion>.

Berikut ini contoh script SVG yang akan melakukan sebuah animasi sederhana:

<?XML version="1.0" standalone="no"?>

<!DOCTYPE svg PUBLIC "-//W3C//DTD SVG 20010719//EN"

"http://www.w3.org/TR/2001/PR-SVG-20010719/DTD/svg10.dtd"> <svg width="5cm" height="3cm" viewBox="0 0 500 300">

<desc>Contoh Animasi </desc>

<rect x="1" y="1" width="498" height="298" fill="none" stroke="blue" stroke-width="2" />

<!-- Membuat jalur pergerakan berwarna biru, beserta tiga buah lingkaran kecil pada awal, tengah dan akhir jalur. -->

<path d="M100,250 C 100,50 400,50 400,250"

fill="none" stroke="blue" stroke-width="7.06" /> <circle cx="100" cy="250" r="17.64" fill="blue" />

(15)

<circle cx="250" cy="100" r="17.64" fill="blue" /> <circle cx="400" cy="250" r="17.64" fill="blue" />

<!-- Berikut adalah sebuah segitiga yang akan bergerak sepanjang jalur -->

<path d="M-25,-12.5 L25,-12.5 L 0,-87.5 z"

fill="yellow" stroke="red" stroke-width="7.06" > <!-- Mendefinisikan animasi pergerakan -->

<animateMotion dur="6s" repeatCount="indefinite"

path="M100,250 C 100,50 400,50 400,250" rotate="auto" /> </path>

</svg>

Jika script di atas dijalankan pada sebuah browser yang telah terpasang plugins SVG Viewer, akan tampak hasil sebagai berikut :

a. b. c.

Gambar 7 Animasi pergerakan segitiga sepanjang jalur (a) pada detik ke nol, (b) pada detik ketiga, (c) pada detik keenam

Gambar

Gambar 5  Kualitas gambar file SVG sama sekali tidak berkurang saat di lakukan  perbesaran (zooming in)
Gambar 6  Tampilan dari script circle.svg yang dibuka pada internet explorer
Tabel 3  Beberapa event yang tesedia dalam SVG (World Wide Web Consortium  (1) 2006)
Gambar 7  Animasi pergerakan segitiga sepanjang jalur (a) pada detik ke nol,  (b) pada detik ketiga, (c) pada detik keenam

Referensi

Dokumen terkait

Tugas akhir ini saya beri judul “Analisa Beban Kalor Pada Ruangan Server Sebuah Gedung Perkantoran”, ini merupakan studi kasus yang dilakukan pada sebuah

Hasil analisis citra satelit dengan aplikasi Soft.SATAID menunjukan terlihat suhu puncak awan Cb mencapai rata-rata -60 s.d -72,5 dan suhu yang sangat dingin ini

Oleh karena itu fokus penelitian ini akan melihat bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh Siberkreasi dalam meningkatkan literasi digital sehingga menarik

Logo dapat membedakan perusahaan yang satu dengan yang lain, produk yang satu dengan yang lain...

Bahwa kemudian pada tahun 1989-1990 tingkat investasi swasta domestik meningkat tidaklah sepenunya berarti tingkat investasi di Indonesia tidak sensitif tertiadp tingkat bunga,

Dalam kedudukannya sebagai pengelola barang, dan dihubungkan dengan amanat pasal 6 ayat (2) Undang-undang nomor 17 tahun 2003, Gubernur juga berwenang mengajukan usul untuk

Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, mayoritas ibu hamil primigravida yang berkunjung ke RB Citra Prasasti Sukoharjo, tingkat pengetahuannya tentang tanda

Dalam penelitian ini hasil wawancara akan diolah menggunakan salah satu metode untuk membangun sebuah sistem pakar yaitu metode forwad chainng sebagai penelusuran aturan yang