• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL GASTRITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL GASTRITIS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis di IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan 1

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS DI

IGD RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN

Pembimbing I : Cucuk Rahmadi P S.Kp,Ns.,M.Kes Pembimbing II : Ati’ul Impartina, SST.,M.Kes

IMAM SYAHRONI ABSTRAK

Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik, karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian gastritis di IGD RSUD Dr.Sogiri Lamongan. Jenis penelitian adalah observasional dengan pendekatan analitik dan menggunakan desain Survey Cross Sectional. Teknik sampling menggunakan Consecutive Sampling kepada 28 populasi pasien Gastritis di IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan. Variabel Independent adalah Pola Makan sedangkan Variabel Dependent adalah Kejadian Gastritis.Hasil penelitian Februari sampai April 2016 dengan 26 sampel menunjukkan 16 pasien (84.2%) dengan Gastritis Akut dan 3 pasien (15.8%) dengan Gastritis Kronis memiliki pola makan buruk. Sedangkan yang memiliki pola makan baik dengan Gastritis Kronis 9 pasien (34.6%) dan Gastritis Akut 1 pasien (14.3%). Hasil analisa uji Phi and Cramer’s V menggunakan program SPSS PC for Windows versi 16.0 tentang hubungan pola makan dengan kejadian gastritis di IGD RSUD Dr.Soegiri Lamongan ,diketahui bahwa nilai Phi and Cramer’s V n=26, didapatkan ∅=0,652 dan p=0.01 dimana p=<0,05 maka ada hubungan pola makan dengan kejadian Gastritis.Dalam meningkatkan kesadaran masyarakat, agar menerapkan pola makan teratur dan mengurangi stress maka promosi kesehatan yang intensif tentang faktor yang terkait dengan gastritis perlu diberikan oleh petugas kesehatan.

(2)

Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis di IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan 2

1. PENDAHULUAN

Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik, karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan histopatologi. Pada sebagian besar kausa inflamasi mukosa gaster tidak berkorelasi dengan keluhan dan gejala klinis pasien. Sebaliknya keluhan dan gejala klinis pasien berkorelasi positif dengan komplikasi gastritis. Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang disebabkan oleh kuman helicobakteri pylori yang dapat bersifat akut, kronik difus atau lokal (Hirlan, 2009).

Dalam ilmu kedokteran penyakit maag dikenal sebagai dispepsia (dyspapsia). Dispepsia yang paling dikenal adalah radang lambung (gastritis) maupun tukak lambung (papticulcer), yang tergantung pada keparahan penyakit tersebut. Gastritis terjadi apabila penyakit tersebut “hanya” menimbulkan radang pada lambung, sedangkan peptic ulcer terjadi apabila penyakit tersebut menimbulkan borok-borok atau yang kita kenal sebagai tukak lambung atau ulcer (Nurheti, 2009).

Badan penelitian kesehatan dunia WHO (2012), mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara di dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik. Gastritis biasanya dianggap sebagai suatu hal yang remeh namun gastritis merupakan awal dari sebuah penyakit yang dapat menyusahkan kita (Zhaoshen, 2014). Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia didapatkan mencapai angka 40,8%. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2009, gastritis merupakan salah satu penyakit di dalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Zhaoshen, 2014). Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari

238,452,952 jiwa penduduk. Didapatkan data bahwa di kota Surabaya angka kejadian Gastritis sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cukup tinggi sebesar 91,6% (Maulidiyah, 2006). Dari data yang diperoleh di IGD tahun 2014 di RSUD Soegiri Lamongan pasien gastritis tercatat sebnyak 303 kasus menempati urutan ke 9 dalam 10 penyakit terbanyak, hal ini berbeda di tahun 2015 dari bulan Januari sampai Oktober 2015 pasien gastritis tercatat sebanyak 345 kasus dan menempati urutan ke 4 penyakit terbesar di IGD RSUD Soegiri Lamongan.

Penyebab utama gastritis adalah waktu makan yang tidak teratur atau sering terlambat makan, stres, kelelahan, tekanan emosional yang berlebihan, asam lambung klorida dan pepsin yang berlebihan di lambung, terlalu banyak makan yang pedas, asam, minuman beralkohol, dan obat – obatan seperti aspirin dan kortison ( Membing Wijayakusuma, 2008).

Gastritis biasanya diawali oleh pola makan yang tidak teratur. Kebiasaan makan yang buruk dan mengkomsumsi makanan yang tidak hygien merupakan faktor resiko terjadinya gastritis (Wahyu, 2011). Gastritis terjadi karna ketidaksesuaian lambung dengan makanan yang dimakan seperti makanan yang pedas (cabai atau merica) atau makanan yang memiliki kadar lemak tinggi, sehingga produksi asam lambung tidak terkontrol (Yuliarti, 2009). Penyakit gastritis dapat menyerang dari semua tingkat usia maupun jenis kelamin. Beberapa survey menunjukkan bahwa gastritis paling sering menyerang usia produktif. Pada usia produktif rentan terserang gejala gastritis karna tingkat kesibukan serta gaya hidup yang kurang memperhatikan kesehatan serta stres yang mudah terjadi akibat pengaruh faktor-faktor lingkungan (Hartati, 2013).

Pola makan yang buruk dapat menyebabkan kejadian gastritis. Pola makan yang buruk dapat menyebabkan gastritis bila seseorang telat makan 2-3 jam maka asam lambung yang diproduksi akan semakin banyak dan berlebihan sehinnga dapat mengiritasi mukosa lambung dan menimbulkan nyeri, disekitar epigastrium. Mengkonsumsi makanan yang tidak sehat seperti goringgorengan, asinan dan terlalu pedis serta terlambat makan dan langsung makan yang banyak dapat meningkatkan produksi asam lambung yang berlebihan dan lambung akan bekerja lebih keras dan mengakibatkan pengikisan sehingga

(3)

Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis di IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan 3

menimbulkan rasa nyeri dan menyebabkan terjadinya gastritis (Srianti, 2014).

Gastritis umumnya terjadi akibat asam lambung yang tinggi atau terlalu banyak makan makanan yang bersifat merangsang diantaranya makanan yang pedas dan asam. Gastritis dapat disebabkan pula dari hasil makanan yang tidak cocok. Makanan tertentu yang dapat menyebabkan penyakit gastritis, seperti buah yang masih mentah, daging mentah, kari, dan makanan yang banyak mengandung krim atau mentega. Bukan berarti makanan ini tidak dapat dicerna, melainkan karena lambung membutuhkan waktu yang labih lama untuk mencerna makanan tadi dan lambat meneruskannya kebagian usus selebih-nya. Akibatnya, isi lambung dan asam lambung tinggal di dalam lambung untuk waktu yang lama sebelum diteruskan ke dalam duodenum dan asam yang dikeluarkan menyebabkan rasa panas di ulu hati dan dapat mengiritasi (Iskandar, 2009).

Mukosa yang meradang pada gastritis sering menimbulkan rasa nyeri, menyebabkan perasaan nyeri terbakar difus yang dialihkan ke epigastrium bagian atas. Refleks-refleks yang dimulai pada mukosa lambung menyebabkan kelenjar saliva mengeluarkan saliva dalam jumlah besar, dan sering menelan saliva yang berbusa membuat udara terkumpul dalam lambung. Sebagai akibatnya, orang biasanya sering bertahak, perasaan terbakar sering terjadi pada tenggorokan setiap kali bertahak (Guyton, 2003).

Salah satu upaya untuk mencegah gastritis adalah dengan membiasakan pola makan yang baik.Pola makan yang baik dapat dilakukan dengan sarapan pagi makan yang ringan seperti roti dan susu, makan siang nasi, lauk pauk, lauk pauk diusahkan yang tinggi protein rendah lemak dan makan malam diusahakan sebelum jam 8 malam dengan menu seperti biasa. Pola makan yang buruk dapat terjadi karna makan terlalu cepat, mengabaikan sarapan pagi, kebiasan makan dimalam hari, kecanduaan kopi dan tidak minum air secukupnya.

Bagi penderita gastritis yang mempunyai pola makan yang tidak teratur hendaknya menghilangkan kebiasaan buruk tersebut untuk menghindari penyakit gastritis dan upayakan bagi penderita untuk makan secara sedikit-sedikit tapi sering setiap 4 jam sekali. 2. METODOLOGI PENELITIAN

Desain penelitian yang di ambil adalah Survey cross sectional ialah suatu penelitian yang mempelajari korelasi antara

factor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Populasi penelitian ini adalah pasien dengan diagnosa Gastritis di IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan sebanyak 28 pasien sedangkan sampelnya berjumlah 26 pasien. Tehnik sampling penelitian ini menggunakan Consecutive Sampling. Variabel Idependent adalah Pola Makan dan Variabel Dependent adalah Kejadian Gastritis. Pengumpulan data dengan rekam medis dan kuesioner tertutup dan disajikan dalam tabel frekuensi dan tabulasi silang kemudian dilakukan Phi and Cramer’s V menggunakan program SPSS PC for Windows versi 16.0 ..

3. HASIL PENELITIAN Data Umum

Pada bagian ini akan disajikan data pasien berdasar Umur, Jenis Kelamin, Pekerjaan dan Pendidikan :

1) Distribusi responden berdasarkan Umur: Tabel 4.1 :Distribusi berdasarkan umur di Instalasi Gawat Darurat di IGD RSUD Dr.Soegiri Lamongan pada bulan Februari sampai April 2016.

Umur Jumlah Presentase (%)

21-30 Tahun 1 3.8 31-40 Tahun 4 15.4 41-50 Tahun 8 30.8 51-60 Tahun 9 34.6 Diatas 60 Tahun 4 15.4 Jumlah 26 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut di atas menunjukkan bahwa hampir setengah responden berusia antara 51-60 tahun yaitu sebanyak 9 pasien atau 34.6%, dan sebagian kecil responden berusia antara 21-30 tahun yaitu sebanyak 1 pasien atau 3,8%.

2) Distribusi responden berdasarkan Jenis Kelamin:

Tabel 4.2 : Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di Instalasi Gawat Darurat di IGD RSUD Dr.Soegiri Lamongan pada bulan Februari sampai April 2016.

Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%)

Laki-Laki 12 46.2

Perempuan 14 53.8

(4)

Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis di IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan 4

Berdasarkan tabel 4.2 tersebut di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 14 orang atau 53.8% dan hampir responden pasien sebanyak 12 orang dengan jenis kelamin laki-laki atau 46.2%.

3) Distribusi responden dengan Gastritis berdasarkan Pekerjaan:

Tabel 4.3 : Distribusi responden berdasarkan pekerjaa di Instalasi Gawat Darurat di IGD RSUD Dr.Soegiri Lamongan pada bulan Februari sampai April 2016.

Pekerjaan Jumlah Presentase (%) Ibu Rumah Tangga 8 30.8 Petani 10 38.5 Pedagang 4 15.4 Pegawai Swasta 3 11.5 PNS 1 3.8 Jumlah 26 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 tersebut di atas menunjukkan bahwa hampir setengah responden bekerja sebagai Petani dengan jumlah pasien 10 orang atau 38.5% dan sebagian kecil responden bekerja sebagai PNS dengan jumlah 1 orang atau 3.8% 4) Distribusi responden berdasarkan

Pendidikan:

Tabel 4.4 : Distribusi responden berdasarkan pendidikan di Instalasi Gawat Darurat di IGD RSUD Dr.Soegiri Lamongan. pada bulan Februari sampai April 2016.

Pendidikan Jumlah Presentase (%) Tidak Sekolah 6 23.1 SD 8 30.8 SMP 5 19.2 SMA 6 23.1 PT 1 3.8 Jumlah 26 100,0

Berdasarkan tabel 4.4 tersebut di atas menunjukkan bahwa hampir setengah responden 8 orang atau 30.8% berpendidikan SD dan sebagian kecil responden dengan pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 1 orang atau 3.8%.

Data Khusus

1) Pola Makan responden Gastritis di IGD RSUD Dr.Soegiri Lamongan

Tabel 4.5 : Pola makan responden Gastritis di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.Soegiri Lamongan pada bulan Februari sampai April 2016.

Pola Makan Jumlah Presentase (%)

Kurang 19 73.1

Baik 7 26.9

Jumlah 26 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 tersebut di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpola makan buruk berjumlah 19 orang atau 73.1% sedangkan sebagian kecil responden yang memiliki pola makan baik sebanyak 7 orang atau 26.9%.

2) Tipe Gastritis di RSUD Dr.Soegiri Lamongan

Tabel 4.6 : Tipe Gastritis pada responden di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.Soegiri Lamongan pada bulan Februari sampai April 2016.

Tipe Gastritis Jumlah Presentase (%)

Kronis 9 34.6

Akut 17 65.4

Jumlah 26 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 tersebut di atas menunjukkan bahwa sebagian besar responden Gastritis dengan Gastritis Akut sebanyak 17 orang atau 65.4 % sedangkan penderita dengan Gastritis Kronis sebanyak 9 orang atau 34.6%

3) Hubungan pola makan dengan kejadian gastritis

Tabel 4.7 : Hubungan pola makan dengan kejadian gastritis di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.Soegiri Lamongan pada bulan Februari sampai April 2016.

Pola Makan

Jenis Gastritis Total Kronis Akut Kurang 3 (15.8%) 16 (84.2%) 19 (100.0%) Baik 6 (85.7%) 1 (14.3%) 7 (100.0%)

(5)

Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis di IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan 5 Total 9 (34.6 %) 17 (65.4%) 26 (100.0%) ∅ : 0.652 p=0.01

Berdasarkan tabel 4.7 tersebut di atas menunjukkan bahwa responden dengan pola makan kurang hamper seluruhnya mengalami Gastritis Akut yaitu 16 (84.2%) sedangkan responden dengan pola makan baik hampoor seluruhnya mengalami Gastritis Kronis yaitu 6 (85.7%)

4. PEMBAHASAN POLA MAKAN

Hasil penelitian yang dilakukan kepada 26 pasien dengan diagnosa gastritis di IGD RSUD Dr.Soegiri Lamongan menunjukkan bahwa sebagian besar pasien berpola makan buruk berjumlah 19 orang atau 73.1% sedangkan sebagian kecil pasien yang memiliki pola makan baik sebanyak 7 orang atau 26.9%.

Orang yang memiliki pola makan tidak teratur, mudah terserang Gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong, atau ditundanya pengisian, asam lambung akan mencerna lapisan mukosa lambung, karena ketika kondisi lambung kosong, akan terjadi gerakan peristaltik lambung bertambah intensif yang akan merangsang peningkatan produksi asam lambung sehingga dapat timbul rasa nyeri diulu hati (Ikawati, 2010).

Tubuh manusia membutuhkan aneka ragam makanan untuk memenuhi semua zat gizi tersebut. Kekurangan atau kelebihan salah satu unsur zat gizi akan menyebabkan kelainan atau penyakit. Oleh karena itu, perlu diterapkan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang seimbang sejak usia dini dengan jumlah yang sesuai untuk mencukupi kebutuhan masing-masing individu, sehingga tercapai kondisi kesehatan yang prima

Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa masih banyak masyarakat yang belum menyadari betapa pentingnya hidup sehat, Pola makan yang tidak baik dilihat dari segi jumlah, jenis dan fungsi dalam jangka waktu lama menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan unsur-unsur gizi (termasuk di dalamnya karbohidrat, protein , lemak). Frekuensi makan yang tidak teratur dalam jangka waktu yang lama juga biasanya menimbulkan gastritis.

Dari distribusi responden menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan jenis kelamin perempuan

sebanyak 14 orang atau 53.8% dan hampir responden pasien sebanyak 12 orang dengan jenis kelamin laki-laki atau 46.2%. Perempuan lebih banyak memiliki kebiasaan pola makan buruk karena kaum perempuan lebih peduli dan perhatian pada berat badan dan penampilan, sehingga perempuan berusaha menurunkan berat badan melalui jalan mengatur frekuensi, jumlah dan jenis makanan konsumsi sebisa mungkin agar tidak menjadi gemuk.

5. PEMBAHASAN GASTRITIS

Hasil penelitian yang dilakukan kepada 26 sampel pasien dengan diagnosa gastritis di IGD RSUD Dr.Soegiri Lamongan menunjukkan pasien Gastritis dengan Gastritis Akut sebanyak 17 orang atau 65.4 % sedangkan penderita dengan Gastritis Kronis sebanyak 9 orang atau 34.6%.

Berdasarkan Angka Kematian Kasar sepuluh penyakit utama penyebab kematian menurut golongan sebab akibat di rumah sakit di Indonesia tahun 2007 dan 2008 adalah penyakit saluran cerna dengan posisi kelima, sedangkan angka morbiditas termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit terbanyak pada pasien rawat jalan di rumah sakit tahun 2007 dengan posisi keempat dan tahun 2008 pada posisi ketiga (Depertemen Kesehatan RI, 2009). Berdasarkan sepuluh penyakit terbanyak di rumah sakit di Indonesia tahun 2010 adalah gastritis dengan posisi ke lima pada pasien rawat inap dan posisi ke enam pada pasien rawat jalan dengan kasus tertinggi pada perempuan (Kemenkes RI, 2011).

Bedasarkan hasil penelitian penyakit Gastritis masih sangat tinggi dapat disimpulkan bahwa kebiasaan hidup masyarakat masih kurang sehat. Dilihat dari tabel pekerjaan bahwa hampir setengah pasien bekerja sebagai Petani. Kemungkinan mereka mengalami stress tidak lain karna tuntutan kehidupan. Pekerjaan mereka begitu berat namun penghasilannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya, apabila pada saat responden tidak dapat menyelesaikan masalahnya responden suka merokok dan mengkonsumsi alkohol,atau menkonsumsi NSAID, apabila seorang stres maka akan menyebabkan perubahan hormonal didalam tubuh termasuk lambung. Perubahan ini akan merangsang sel-sel di dalam lambung untuk memproduksi asam secara berlebihan

(6)

Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis di IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan 6

sehingga dapat menyebabkan nyeri pada lambung

.

6. PEMBAHASAN HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS

Setelah dilakukan uji analisa dan menguji hasil penelitian dengan menggunakan uji statistic kepada 26 pasien pasien Gastritis di IGD RSUD Dr.Soegiri Lamongan sebagian besar pasien berpola makan buruk berjumlah 19 orang atau 73.1% sedangkan sebagian kecil pasien yang memiliki pola makan baik sebanyak 7 orang atau 26.9%. Dari hasil penelitian tersebut terlihat bahwa pola makan memang mempengaruhi kejadian gastritis. Sedangkan dari tipe Gastritis dapat diklasifikasikan sebagian besar pasien Gastritis dengan Gastritis Akut sebanyak 17 orang atau 65.4 % sedangkan penderita dengan Gastritis Kronis sebanyak 9 orang atau 34.6%.

Hasil penelitian dengan uji Phi and Cramer’s V yang menggunakan program SPSS PC for Windows versi 16.0 tentang hubungan pola makan dengan kejadian gastritis di IGD RSUD Dr.Soegiri Lamongan pada bulan Februari-April 2016 dapat diketahui bahwa nilai Phi and Cramer’s V n=26, didapatkan koef Phi : 0,652 dan p=0.01 dimana p=<0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima artinya terdapat hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis di IGD RSUD Dr.Soegiri Lamongan pada bulan Februari sampai April 2016, Jika pasien memiliki pola makan buruk akan semakin tinggi resiko terkena Gastritis.

Penelitian diatas sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Ali Khomsan (2004) makanan yang tidak tercerna dengan baik menyebabkan lambung bekerja keras mencerna makanan sehingga hal tersebut dapat menyebabkan nyeri pada lambung. Makanan yang dapat

menyebabkan grastritis adalah makanan pedas (cabe) dan makanan asam (acar dan buah-buahan muda) serta daging setengah matang. Pola makan yang baik adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan , status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Menurut berbagai kajian frekuentif makan yang baik adalah 3x sehari, ini berarti makan pagi hendaknya jangan ditinggalkan.

Pola makan yang baik dapat dilakukan dengan sarapan pagi makan yang ringan seperti roti dan susu, makan siang nasi, lauk pauk, lauk pauk diusahkan yang tinggi protein rendah lemak dan makan malam diusahakan sebelum jam 8 malam dengan menu seperti biasa. Pola makan yang buruk dapat terjadi karna makan terlalu cepat, mengabaikan sarapan pagi, kebiasan makan dimalam hari, kecanduaan kopi dan tidak minum air secukupnya.

Berdasarkan penelitian diatas peneliti berpendapat bahwa pola makan memiliki hubungan dengan gastritis. Pola makan yang buruk dapat menyebabkan gastritis bila seseorang telat makan 2-3 jam maka asam lambung yang diproduksi akan semakin banyak dan berlebihan sehinnga dapat mengiritasi mukosa lambung dan menimbulkan nyeri, disekitar epigastrium. Mengkonsumsi makanan yang tidak sehat seperti goring-gorengan, asinan dan terlalu pedas serta terlambat makan dan langsung makan yang banyak dapat meningkatkan produksi asam lambung yang berlebihan dan lambung akan bekerja lebih keras dan mengakibatkan pengikisan sehingga menimbulkan rasa nyeri dan menyebabkan terjadinya gastritis.

7. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Sebagian besar pasien gastritis di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.Soegiri Lamongan memiliki pola makan yang buruk , hanya sebagian kecil yang memiliki pola makan baik.

2. Sebagian besar pasien gastritis di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.Soegiri Lamongan adalah gastritis akut hanya sebagian kecil saja yang menderita gastritis kronis.

3. Ada hubungan pola makan pasien dengan kejadian gastritis di Instalasi Gawat Darurat RSUD Dr.Soegiri Lamongan. Saran

Dengan melihat hasil kesimpulan di atas, maka ada beberapa saran dari peneliti yakni sebagai berikut :

(7)

Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis di IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan 7

Sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam hal yang berhubungan dengan hubungan pola makan dengan kejadian Gastritis.

2. Bagi Tenaga Keperawatan

Hendaknya petugas kesehatan khususnya keperawatan yang berada di wilayah Kabupaten Lamongan dapat memberikan promosi kesehatan tentang pentingan pola makan yang sehat sehingga angka kejadian Gastritis dapat dikurang.

3. Bagi Responden

Hendaknya responden lebih memperbaiki pola makanya baik itu Jadwal, Frekuensi dan Jumlah makanya agar kejadian Gastritis dapat dicegah.

4. Bagi Peneliti Lain

Hendaknya peneliti lain ntuk lebih cermat dalam melakukan penelitian Hubungan Pola Makan dengan kejadian sehingga dapat memberikan wawasan dan hasil yang lebih baik serta lebih memperluas area penelitian serta menggunakan metode baru

.

5. DAFTAR PUSTAKA

A, Aziz Alimul Hidayat. (2007). Metode Penelitian Kebidanan teknik analisa data. Jakarta: Salemba medika.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Australia Health Management. (2014). Pola

Makan Sehat. p.

http://www.ahmoshc.com/.

Depkes RI. (2007). Profil Kesehatan Indonesia 2007. Departemen Kesehatan Indonesia.

Depkes RI. (2014). Pedoman Gizi Seimbang. pp. http://gizi.depkes.go.id/pgs-2014-2. Depkes RI. (2014). PMK No 41 Tentang

Pedoman Gizi Seimbang. p.

http://www.depkes.go.id.

Dewi Srianti dan Munawir. (2014). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kejadian Gastritis Di RSUD Palagimata

Kota Bau-Bau.

http://library.stikesnh.ac.id/gdl.php?mod=

browse&op=read&id=e- library%20stikes%20nani%20hasanuddin--dewisriant-592.

Ganong, Stephen J. McPhee & William F. (2011). Patofisiologis Penyakit:

Pengantar Menuju Kedokteran Klinis, Ed.5. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. GUYTON, Arthur C. (2003). Fisiologi

manusia dan Perjalanan Penyakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hartono, A. (2006). Terapi Gizi Diet Di

Rumah Sakit, Ed 2. Jakarta: EGC.

Hirlan. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit DalamGastritis. Dalam: Sudoyo AW. Ikawati, Z. (2010). Resep hidup Sehat.

http://books.google.co.id/

Iskandar.H. Yul. 2009. Saluran Cerna. Jakarta: Gramedia.

Joyce M. Black. (2014). Buku Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8. Jakarta: PT Salemba Emban Patria. Julia Angkow dkk. (2014). Faktor – Faktor

yang Mempengaruhi Kejadian Gastritos Di Wilayah Kerja Puskesmas Bahu Kota Manado.

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/a rticle/view/5277.

Jusup, L. (2014). Masakan Sehat dan Lezat Untuk Penderita Gastritis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Khomsan Ali. 2004. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. Jakarta. Grasindo.

Kumala Sari Dan Mutaqin Arief. (2011). Gangguan Gastrointestinal. Jakarta: Salemba Medika.

Kusumah, I. (2007). Diet Ala Rasulullah. Jakarta: Qultummedia.

Luthfiana, Ariful Hudha. 2007. Hubungan

Antara Stress, Kebiasaan Makan

Dengan Frekuensi Kakambuhan

Gastritis di Puskesmas Ngenep

Kecamatan Karang Ploso Kab. Malang. Depok : FKM UI.

Majalahnh, Salam, dkk. 2009. Penilaian Status Gizi : EGC

Nursalam. (2014). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Praja, D. I. (2014). Islamic Food

Combining, Menu Sehat Nabi

Muhammad. Yogyakarta: Penerbit

Garudhawaca.

Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2006). Patofisiologi. Jakarta: EGC. Sri Hartati Dkk. (2013). Hubungan Pola

Makan Dengan Resiko Gastritis Pada Mahasiswa yang Menjalani Sistem KBK.

(8)

Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis di IGD RSUD Dr. Soegiri Lamongan 8

http://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/ article/view/3405.

Soekidjo Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Soekidjo Notoatmodjo . (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Soetjiningsih. 2005. Usia Remaja di Tinjau dari Kebutuhan Aspek Zat Gizi.Majalah

Kesehatan Indonesia Departemen

Kesehatan AKZI.

Sulistyoningsih, Heryati. 2010. Zat Gizi Untuk Diet. Jakarta : Bumi Aksara

Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Andi Offset.

Wahyu, A. (2011). Maag dan gangguan pencernaan. Jakarta: PT Sunda Kelapa Pustaka

Widjono HS. (2007). BAHASA

INDONESIA : Mata Kuliah

Pengembangan Kepribadian di

Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo. Wijayakusuma, P. H. (2008). Ramuan

Lengkap Herbal Taklukan Penyakit. Jakarta: Pustaka Bunda.

Yuliarti. (2009). Maag: Kenali, hindari dan obati. Yokyakarta: C.V ANDI

Zhaoshen L, Duowu Z, Xiuqiang M, Jie C, Xingang S, Yanfang G, et al. (2010). Epidemiology of Peptic Ulcer Disease: Endoscopic Results of theSystematic Investigation of Gastrointestinal Disease

in China. Tersedia di

http://www.nature.com/

Gambar

Tabel 4.3 : Distribusi responden berdasarkan  pekerjaa  di  Instalasi  Gawat  Darurat  di  IGD  RSUD  Dr.Soegiri  Lamongan  pada  bulan  Februari sampai April 2016

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Merujuk pada nilai H hasil percobaan, minyak pelumas dan minyak sawit merupakan absorben yang paling cocok untuk benzen dan toluen sebagai representasi tar dalam gas

Formula dari Cycle Time Efficiency digunakan untuk mengukur persentase aktivitas yang telah dilakukan dengan menggunakan aktivitas Real Value-Added yang digunakan

Kondisi Kelembagaan Pemerintah Kabupaten Sidrap serta Kapasitas dan kewenangan instansi untuk mendukung RPIJM menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab

Alat uji getaran engine (AUGE) adalah sebuah sarana penunjang untuk mengetahui karakteristik getaran dari kombinasi engine dan propeller yang akan digunakan pada

Bahwa nilai konstanta sebesar 14.097 memiliki arti, meskipun tidak ada pengaruh dari variabel kompensasi dan motivasi, dosen di Lingkungan Universitas Pamulang tetap

Operating profit dari usaha budi daya ikan Nila sistem karamba jaring tancap di Desa paslaten Kecamatan Remboken sebesar Rp. 73.564.000 merupakan keuntungan yang diperoleh dan

1) Bahwa dalam proses gelar perkara yang dilaksanakan oleh Tim Penyidik Ditreskrimsus Polda Kalbar, perlu dihadirkan saksi baik dari PT. Rajawali Jaya Perkasa,