KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH SWT, pencipta alam semesta yang telah memberikan Segala puji bagi ALLAH SWT, pencipta alam semesta yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kami kelompok II sehingga kami dapat menyelesaikan rahmat dan hidayahnya kepada kami kelompok II sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk scenario pertama dari modul kedua yang berjudul
makalah untuk scenario pertama dari modul kedua yang berjudul“komunikasi efektif dan“komunikasi efektif dan empati”.
empati”.
Shalawat dan
Shalawat dan salam kami salam kami haturkan kepada junjungan kithaturkan kepada junjungan kita nabi Muhammad a nabi Muhammad SAW.SAW. Kami mengucapk
Kami mengucapkan an banyak terimbanyak terima a kasih kepada pihak-pikasih kepada pihak-pihak yang hak yang ikut berperaikut berperan n dalamdalam pembuatan makalah ini, seprti :
pembuatan makalah ini, seprti : 1.
1. drdr. . H. H. SuSuwawarnrno o UsUsmaman, n, MKMKTT yanyang g teltelah ah memmembanbantu tu kamkami i daldalam am memmembuabuatt makalah ini dan atas bimbingannya selama
makalah ini dan atas bimbingannya selama tutorial berlangsung.tutorial berlangsung. 2.
2. Prof. Dr. H. M. Joesoef Simbolon Sp.KJ(K)Prof. Dr. H. M. Joesoef Simbolon Sp.KJ(K), sebagai dosen yang telah memberi, sebagai dosen yang telah memberi kuliah pakar
kuliah pakar mengenai “Komunikasi mengenai “Komunikasi Efektif dan Efektif dan Konseling”.Konseling”.
Kami menyadari banyak terdapat kekurangan di dalam makalah ini, oleh karena itu Kami menyadari banyak terdapat kekurangan di dalam makalah ini, oleh karena itu terle
terlebih dahulu kami bih dahulu kami mohom maaf apabila ada mohom maaf apabila ada laporlaporan yang an yang tidak sesuai dengan apa yangtidak sesuai dengan apa yang sebenarnya. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan para sebenarnya. Semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan para pem
pembacabaca. . SarSaran, an, masmasukaukan, n, dan dan krikritik tik sansangat gat dihdiharaarapkapkan n agaagar r kamkami i mammampu pu memmembuatbuat makalah berikutnya dengan lebih baik lagi.
makalah berikutnya dengan lebih baik lagi.
Medan,
Medan, November November 20082008
Penulis Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR... 1
DAFTAR ISI ... 2
BAB 1 PENDAHULUAN... 3
1.1. Latar Belakang Masalah ... ... 3
1.2. Tujuan Pembahasan... 3
1.3. Pembatasan Masalah... 4
BAB II PEMBAHASAN... 5
2.1. Learning Objective... 5
2.2. Penjelasan learning Objective... 6
2.2.1. komunikasi efektif dokter-pasien... 6
2.2.2. Hubungan Dokter-Pasien... 7
2.2.3.Tujuan dan Manfaat Komunikasi Efektif... 8
2.2.4. Membangun Hubungan Saling Percaya Dokter-Pasien... 9
2.2.5. Empati Kepada Pasien... 10
2.2.6. Standart Internasional Dokter... 12
BAB III PENUTUP... ... 13
3.1. Kesimpulan... ... 13
3.2. Saran... ... 13
DAFTAR PUSTAKA... ... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini perkembangan ilmu kedokteran sudah sangat pesat. Dengan adanya sistem komunikasi efektif dan empati, kita bisa mengetahui bagaimanakah seorang dokter dapat menjalin hubungan yang baik (menumbuhkan rasa percaya dan saling terbuka antar dokter-pasien) atau saling bekerja sama dalam menggali informasi terhadap pasien. Kinerja kedokteran, dalam menangani masalah-masalah (penyakit) yang timbul dapat terselesaikan dengan baik serta pelayanan medis yang diberikan dokter terhadap pasien, apakah sudah sesuai dengan prosedur.
Dengan adanya laporan ini, bagaimanakah komunikasi efektif dan empati dan segala sesuatu yang berkenaan atau berhubungan dengan dokter-pasien akan dibahas
1.2.
Tujuan Pembahasan
Secara umum tujuan penulisan makalah ini ialah menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi para mahasiswa kedokteran yang menjadi generasi dokter masa depan tentang pengambilan suatu keputusan dalam berbagai persoalan, sedangkan secara detail tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Melengkapi tugas makalah yang sebelumnya
3. Mampu menerapkan komukasi efektif dan empati dalam praktik kedokteran nantinya.
1.3. Pembatasan Masalah
Untuk pembatasan masalah dalam makalah ini, kami membuatnya didalam skema yang di tarik dari kasus yang ada pada skenario pertama modul kedua ( komuikasi efektif dan empati ). Skemanya adalah sebagai berikut :
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Learning Objective
Komunikasi efektif dan empati
Pengertian komuikasi efektif Tujuan dan manfaat komunikasi efektif Hubungan dokter pasien empati Sikap dokter terhadap pasien Hubungan saling percaya
Untuk mendapat Learning Objective, ada skenario yang menjadi rujukan dan juga menjadi pemicu dalam pembelajaran. Berikut Skenario 1 Modul II :
PAK OGAH DAN KATETER
Pak Ogah , 60 tahun, datang ke Puskesmas dengan keluhan tidak bisa BAK sejak semalam, disertai sakit dan penuh di Suprapubic.
Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter, diduga pak Ogah menderita pembesaran Prostat. Agar urine bisa di keluarkan dokter merencanakan pemasangan kateter. Pak ogah merasa takut, lalu menolak anjuran dokter.
Dengan sabar dokter menjelaskan berbagai hal menyangkut tindakan pemasangan kateter tersebut, mengapa dan apa kegunaannya. Akhirnya pak Ogah setuju dengan pemasangan kateter. Selanjutnya dokter membuat surat rujukan ke bagian Bedah Rumah Sakit Umum Kabupaten. Ketika dokter menjelaskan
kemungkinan tindakan operasi, kembali pak Ogahn menolak. Namun dokter menganjurkan untuk tetap memberikan rujukan agar pak Ogah dapat berkonsutasi langsung dengan Dokter Bedah RSU tersebut.
Bagaimana seharusnya hubungan dokter dengan pasien dalam rangka pelayanan kesehatan yang bertanggungjawab?
Dari skenario diatas penulis mendapatkan Learning objective sebagai berikut : 1. Komunikasi efektif dokter pasien
2. Hubungan dokter pasien
3. Cara membangun hubungan saling percaya dan keterbukaan dokter pasien 4. Tujuan dan manfaat komunikasi efektif
6. Standarisasi kompetensi internasional dokter
2.2. Penjelasan Learning Objective
2.2.1. Mengetahui Pengertian Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang di maksud oleh penyampai pikiran- pikiran dan informasi dengan bukti-bukti ( data-data ) yang terperinci dengan menyatukan sudut pandang dan saling berintegrasi ( bekerja sama ) contoh : antara dokter dengan pasien membentuk sebuah reaksi atau bekerja sama untuk mengkaji serta menyelesaikan masalah kesehatan pasien.
Ada 4 langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikai efektif yaitu: SAJI
• S = SALAM. Menyapa nama pasien, mengucapkan selamat pagi,
siang atau sore, menjelaskan kepada pasien, menawarkan situasi pembicaraan yang nyaman.
• A = AJAK BICARA. Melalui pertanyaan terbuka maupun tertutup
dalam usaha menggali informasi.
• J = JELASKAN. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi atau
apapun secara jelas, detail, sampai kepada proses mendidik pasien serta melakukan konseling.
• I = INGATKAN. Selalu melakukan klarifikasi apakah pasien telah
mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap ha-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan pesan
kesehatan yang penting.
Pasien merasa dokter menjelaskan keadaannya sesuai tujuan berobat. Berdasarkan pengetahuan tentang kondisi kesehatannya, pasien pun mengerti anjuran dokter, misalnya perlu mengatur diet, minum atau menggunakan obat secara teratur, melakukan pemeriksaan dan memeriksakan diri sesuai jadwal, memperhatikan kegiatan ( menghindari kerja berat, istarahat cukup
dan sebagainya.
Pasien memahami dampak yang menjadi konsekuensi dan penyakit yang di deritanya ( membatasi diri, biaya pengobatan ) sesuai penjelasan dokter.
Pasien merasa dokter mendengarkan keluhannya dan mau memahami keterbatasan kemampuannya lalu bersama mencari alternatif sesuai kondisi dan situasinya dengan seksama.
Pasien mau bekerja sama dengan dokter dalam menjalankan semua upaya pengobatan atau perawatan kesehatannya.
2.2.2. Mengetahui hubungan dokter-pasien
Hubungan dokter pasien sangat berperan penting dalam pengambilan keputusan tindakan medis. Berikut gambaran hubungan dokter dan pasien :
Dokter memberikan kesempatan kepada pasien sebanyak-banyaknya untuk menceritakan keluhannya, baru melakukan tanya jawab ( patient centered anamnesis ).
Dokter lebih banyak bertanya dan pasien hanya sekedar menjawab pertanyaan dokter
Kombinasi atau saling bekerja sama antar kedua belah pihak ( dokter-pasien ) dalam menggali suatu keterangan informasi dan menyelesaikan masalah. 2.2.3. Mengetahui tujuan dan manfaat komunikasi efektif
Tujuan dan mamfaat dari komunikasi efektif hampir sama. Namun, penulis menemukan perbedaan antara keduanya. Berikut penjelasan lebih
rinci mengenai keduanya:
Memfasilitasi terciptanya pencapain tujuan kedua pihak (dokter-pasien)
Membantu mengembangankan rencana perawatan bersama pasien, untuk kepentingan pasien dan atas dasar kepentingan finansial.
Membantu memberikan pilihan dalam upaya penyelesaian masalah kesehatan pasien.
Membimbing pasien sampai pada pengertian yang sebenarnya tentang penyakit atau masalah yang di hadapinya
Membantu mengendalikan kinerja dokter dengan acuan langkah-langkah atau hal-hal yang telah di setujui pasien .
• Manfaat :
Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari atau institusi pelayanan medis.
Meningkatkan pelayanan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan dokter-pasien yang baik
Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis.
Meningkatkan kepercaan diri dan ketegaran kepada pasien fase terminal dalam menghadapi penyakitnya.
2.2.4. Mengetahui cara membangun hubungan saling percaya dan keterbukaan dokter-pasien
Dalam membangun hubungan saling percaya dan keterbukaan, ada suatu metode yang digunakan yaitu CARE :
1. Comfort ( nyaman )
a.dokter perlu merasa nyaman dan tidak enggan untuk membahas masalah yang melibatkan emosi seperti kematian, seksualitas dan lain-lain.
b. Jika pasien memahami bahwa dokter bersedia untuk membahas topik tersebut dia akan mengemukakannya dengan bebas. c.Pada keadaan tertentu komunikasi non verbal perlu, misalnya ; tersenyum, menepuk bahu, bersalaman dan sebagainya.
2. Acceptance ( penerimaan )
a. seorang dokter tidak boleh mempunyai praduga terhadap penampilan pasien.
b. kesediaan dokter menerima keadaan pasien apa adanya bukanlah persetujuan dokter terhadap perilaku pasien.
c. penerimaan ini amat penting untuk membangun komunikasi yang baik. d. dokter hendaknya menghargai pasien, memahami perilaku pasien
tetapi juga berhak untuk tidak setuju dengan perilaku pasien. 3. Responsiveness ( tanggap )
a. merupakan keterampilan dokter untuk bereaksi terhadap pesan yang tidak langsung atau tidak lengkap dari pasien.
b. kemampuan ini perlu di dukung oleh kemampuan untuk mengenal sesuatu yang seharusnya di ucapkan tetapi tidak disampaikan pasien. c. pesan tersebut dapat berupa perubahan suara, keraguan atau bahasa
tubuh.
4. Emphathy ( empati )
Empati adalah kemampuan seorang utk mengerti perasaan, pikiran
dan keinginan orang lain tanpa mempengaruhi objektivitas dlm menilai orang tsb.
Perasaan individu adlh unik utk dirinya, tdk mungkin kita merasakan
seluruh perasaan pasien. Kita dpt membagi perasaan tsb utk membangun dasar saling pengertian.
Keterampilan profesional merasakan empati secara efektif dpt
diperoleh dgn cara mendengarkan, membaca dan melalui pengalaman pribadi atau keluarga dlm menghadapi sakit.
2.2.5. Mengetahui Sikap Empati kepada Pasien
Yang dimaksud empati dokter terhadap pasiennya adalah suatu perasaan dokter yang dapat merasa dan meraba apa yang di derita atau problem pasien. Empati menjadi suatu faktor yang sangat penting, yang bila
di turuti atau di tindak lanjuti oleh dokter dapat menimbulkan kesabaran dokter, rasa percaya dan mengembangkan sikap sportif dalam berkomunikasi serta mendorongnya untuk mempertimbangkan
matang-matang apa yang akan di kerjakannya. Ada berbagai fokus ( objek ) empati yaitu :
1) Empati terhadap penderitaan pasien. Sebagai contoh seorang dokter dapat membayangkan betapa sakitnya tulang yang patah pada seorang pemuda, meskipun patahnya karena ngebut di jalanan, dokter tidak perlu mencemooh dan mengejeknya karena mengebut.
2) Empati terhadap emosi dan perasaan ( psikis ) pesien. Misalnya, Dokter menghadapi pasien batuk dengan TBC paru, kemudian dokter menghibur bahwa sakitnya dapat sembuh dengan pengobatan teratur serta mengajarkan
dengan baik agar tidak menularkannya pada orang lain. Suatu contoh lain yang berempati negatif yaitu dokter yang mencemoohkan seorang penderita penyakit hubungan seksualnya GONORE. Pasien sendiri sudah sedih dan
merasa berdosa, tidak perlu lagi di tambah oleh hinaan dari dokternya.
3) Empati dari segi sosial ekonomi. Misalnya, seorang tukang becak yang sakit gagal ginjal terminal tidak perlu di ceritakan bahwa hidupnya dapat di
4) Empati dari segi budaya dan agama. Ada sekte agama yang melarang penganutnya untuk melakukan transfusi darah. Kita tidak perlu berlepas
tangan atau tidak mau mengobati pasien tersebut. Ada contoh lain budaya masyarakat yang menganggap menderita kanker suatu aib dalam keluarga. Bila hal ini terjadi, dokter perlu ekstra hati-hati dalam menjelaskan pada pasien maupun keluarganya.
Keterampilan empati bukan hanya sekedar berbasa-basi atau bermanis mulut kepada pasien, melainkan :
a) Mendengarkan aktif
b) Responsif pada kebutuhan pasien c) Responsif pada kepentingan pasien
d) Usaha memberikan pertolongan pada pasien
Melalui penelitian, Mansfield ( dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987:129 ) mengidentifikasikan perilaku verbal dan non verbal yang menunjukkan tingkat empati yang tinggi sebagai berikut :
Memperkenalkan diri kepada klien ( pasien )
Menghormati dan menghargai pasien
Respon verbal terhadap pendapat klien, khususnya pada kekuatan dan sumber daya klien
Kontak mata dan merespon pada tanda non verbal klien misalnya nada suara, gelisah, ekspresi wajah
Tunjukkan perhatian, minat, dan kehangatan melalui ekspresi wajah
Nada suara konsisten dengan ekspresi wajah dan respon verbal 2.2.6. Standart Internasional Kedokteran
Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh seorang dokter menurut standarisasi internasional adalah sebagai berikut :
keterampilan klinis
landasan ilmiah ilmu kedokteran
pengelolaan masalah kesehatan
pengelolaan informasi
mawas diri dan pengembangan diri
etika, moral dan Profesionalisme serta keselamatan pasien
Lulusan dokter harus mampu :
1. menggunakan teknologi informatika dan komunikasi untuk membantu penegakan diagnosis, pemberian terapi, tindakan pencegahan dan promosi
kesehatan serta penjagaan dan pemantauan status kesehatan pasien. 2. menggunakan teknologi informatika dan komunikasi dengan baik. 3. memahami manfaat dan keterbatasan teknologi informatika.
4. memanfaatkan informasi kesehatan.
Berikut Lafal Sumpah Dokter di Indonesia yang dapat menjadi dasar dalam tindakan seorang dokter :
Reglement of de dienst de volsqezondheld staat sblad 1882 no. 97 pasal 36.
“ Saya bersumpah atau berjanji, bahwa saya akan melakukan pekerjaan ilmu kedokteran, ilmu bedah dan ilmu kebidanan dengan pengetahuan dan tenaga saya yang sebaik-baiknya, menurut peraturan yang telah di tetapkan undang-undang ”.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Komunikasi efektif dan berempati yang baik antara dokter-pasien mampu menghindarkan kesalahpahaman yang bisa menimbulkan dugaan malapraktik. Dan juga dengan adanya sumpah dokter diharapkan dokter tidak semena-semena
(sewenang-wenang) terhadap pasien dan mau mempertanggungjawabkan seluruh perbuatan yang telah dilakukan oleh seorang dokter terhadap pasiennya.
3.2. Saran
Berikut adalah saran penulis kepada para pembaca :
Pembaca dapat menjadikan laporan ini sebagai suatu masukan tentang bagaimana menjadi seorang dokter yang baik.
Tidak menjadikan status kedokterannya untuk berbuat semena-mena kepada para pasiennya.
Pembaca dapat mengaplikasikan komunikasi efektif dan empati dokter- pasien dalam praktikkesehatannya.
Mundakir. 2006. Komunikasi Keperawatan ; Aplikasi dalam pelayanan. Yogyakarta : Graha Ilmu
http/www.google.co.id/search?hi.id&q:StandartKompetensiDokter
Poernomo, Ieda. 1999. Program Family Healt Nutriti. Jakarta: Depkes RI.
http://tonangardyanto.blogspot.com/2006/06/dokter-pasien-dan-rekam-medis.html http://journal.unair.ac.id/detail_jurnal.php?id=2239&med=6&bid=3