• Tidak ada hasil yang ditemukan

148283851 Makalah Kelompok a6 Blok 1 Modul 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "148283851 Makalah Kelompok a6 Blok 1 Modul 2"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

Dokter adalah profesi mulia yang mendapat kepercayaan dan kehormatan dari pasien. Oleh karena itu harus menjunjung tinggi perilaku mulia, yaitu jujur, empati, kasih sayang, peka nilai, mau mendengar aktif, memberi tanggapan positif, tidak menghakimi, sabar, ikhlas, tidak emosional, terbuka, kompeten, berpengetahuan luas tentang kedokteran dan kesehatan, namun tetap sadar bahwa setiap orang mempunyai keterbatasan.

Keterampilan berkomunikasi dokter – pasien dalam praktik sehari-hari menjadi satu kompetensi yang wajib dimiliki dokter. Komunikasi dokter-pasien merupakan komunikasi dua arah dengan tujuan kesembuhan, dilandasi kesetaraan dan empati, ada kesepakatan tak tertulis bahwa pasien mempercayakan dirinya kepada dokter yang mengobatinya dan dokter wajib simpan rahasia jabatan. Sebagai dokter kita wajib berempati, mau dan mampu merasakan perasaan, pikiran, sikap dan perilaku pasien, tanpa melibatkan emosi diri.

(2)

Pembahasan

Komunikasi dan empati diperlukan dalam pelayanan kesehatan sehari-hari yang dilakukan dokter demi kepentingan pasien. Dokter perlu mengkomunikasikan pentingnya berperilaku sehat melalui anjuran yang ia berikan pada pasien. Komunikasi yang baik serta empati yang tepat akan mendorong pasien untuk berubah menuju perilaku yang lebih sehat untuk kedepannya. Hal sebaliknya akan terjadi apabila komunikasi yang disampaikan terjadi tanpa adanya empati. Dalam keadaan ini, informasi mungkin akan tersampaikan kepada si penerima pesan namun apakah informasi itu dapat diterima atau tidak menjadi permasalahan yang akan dihadapi. Tanpa adanya empati, orang lain mungkin akan merasa tidak dihargai dan kemudian yang terjadi selanjutnya adalah mengabaikan informasi yang diterima. Penolakan ini tentu saja membuat informasi yang diterima menjadi kurang efektif dan berimbas pada keengganan mengikuti anjuran yang telah diberikan.

Pada suatu kasus, ada pasien yang berumur 35 tahun yang datang berobat ke puskesmas dengan keluhan batuk berdarah. Batuk seperti ini pernah dialaminya 2 tahun lalu. Pasien tersebut berobat dengan sakitnya dan kemudian menghentikan minum obat karena bosan minum obat yg dianjurkan dokter selama kurang lebih 6 bulan. Pasien tersebut masih merokok dengan menghabiskan 20 batang rokok setiap harinya. Kondisi ini tentu saja mengundang banyak tanya mengapa pasien tersebut tidak mau mengikuti anjuran dokter yang jelas-jelas ingin mengobati sakit yang sedang ia derita. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut dapat berasal dari diri pasien (internal) maupun diluar pasien (eksternal) itu sendiri. Faktor tersebut adalah sebagai berikut, komunikasi, empati, kepribadian, tingkah laku, status pendidikan, status ekonomi, dukungan keluarga, usia dan ketergantungan akan sesuatu.

Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa Latin Communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonness) dengan lawan bicara, kita berusaha berbagi informasi, ide, dan sikap.1 Didalam komunikasi ada 2 pihak yaitu pengirim pesan dan penerima pesan yang

(3)

mana dalam komunikasi tersebut tidak terdapat pergantian peranan.2 Dalam berkomunikasi

yang baik ialah komunikasi dua arah yaitu pengirim pesan dan penerima pesan yang perannya saling bergantian dan efektif. Efektif yang dimaksud ialah dapat menjadi pendengar yang aktif, menggunakan bahasa penerimaan dan merupaan komunikasi dewasa dan dewasa. Pendengar yang baik ialah aktif mendengar masalah pasien, memberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan masalahnya sendiri dan untuk dapat menerima masalah yang tidak bisa diubah, membantu pasien mengungkapkan perasaannya, memahami perasaan-perasaan pasien, membuka telinga dan menjaga lidah. Bahasa penerimaan perlu dikomunikasikan dan diperlihatkan dalam bentuk pesan verbal seperti mengundang untuk berbicara lebih banyak sehingga ia merasa diterima dihargai sebagai pribadi, dan dalam bentuk pesan non verbal dengan isyarat, sikap, ekspresi wajah, dan gerak-gerik lain yang mendukung pesan verbal. Ini dapat menjadi komunikasi yang merangsang pertumbuhan dan perubahan yang membangun karena pasien merasa tertolong, lebih baik terdorong untuk berbicara dan mengurangi rasa takut/terancam.3 Komunikasi kepada pasien dapat dilakukan

melalui isyarat, ekspresi wajah, bahasa tubuh serta nada suara.4 Menurut lexicographer (ahli

kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya. Sedangkan menurut Hovland, Janis & Kelley (1961), komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya.5

Komunikasi harus memenuhi unsur REACH, terdiri dari respect yaitu saling menghargai, emphaty yaitu ada empati, audible yaitu jelas mudah dimengerti, clarity yaitu jelas mudah dimengerti dan humble yaitu rendah hati dan manusiawi. Manfaat komunikasi efektif dokter-pasien di antaranya, meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima pelayanan medis dari dokter atau institusi pelayanan medis, meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang merupakan dasar hubungan dokter-pasien yang baik, meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan tindakan medis, meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada pasien fase terminal dalam menghadapi penyakitnya, mengurangi malpraktik.2 Dalam membuat diagnosis dan menentukan prognosis suatu penyakit, kita harus

(4)

Komunikasi terapeutis adalah orang lain merasa tertolong dan lebih baik, terdorong untuk berbicara, mengekspresikan perasaan-perasaan, memiliki harga diri, mengurangi rasa takut/terancam, sehingga merangsang pertumbuhan dan perubahan yang membangun. Faktor yang mempengaruhi komunikasi adalah citra diri bagaimana dokter dengan pasien melihat dirinya sendiri, citra pihak lain bagaimana dokter melihat pasien dan sebaliknya, lingkungan fisik ruang praktek, kondisi fisik, mental, emosional dan bahasa tubuh gerak gerik, ekspresi wajah. 7

Dengan demikian siapapun kita berkomunikasi dengan maksud – tujuan tertentu, interpersonal atau dalam kelompok, baik dengan ibu, ayah, suami/isteri, anak, nenek, guru /dosen, sahabat, teman, atasan, maupun bawahan, perlu penyesuaian bersikap agar komunikasi menjadi lebih efektif.8 Selain cara berkomunikasi yang benar, juga dibutuhkan

kompetensi ilmu pengetahuan medis sebagai isi komunikasi. Cara berkomunikasi dengan empati adalah alat atau kegiatan untuk terlaksananya komunikasi efektif. Komunikasi efektif tersebut dapat meningkatkan kepatuhan pasien dan taraf kepuasan pasien. Pengetahuan menangani orang sakit adalah bekal seorang dokter dalam praktik kesehatan individu dan kesehatan masyarakat sehingga terhindar dari pelanggaran etika dan disiplin. Komunikasi dengan empati merupakan jiwa dalam profesionalisme kedokteran.9

Dalam skenario ini, dokter telah berusaha untuk mengkomunikasikan pengetahuan yang dia miliki kepada pasien dengan cara menganjurkan sang pasien untuk minum obat. Hal ini tentu saja berhubungan dengan tujuan utama sang pasien dating ke dokter. Sang dokter telah mengajurkan sang pasien untuk meminum obat secara teratur agar penyakitnya berangsur membaik namun pasien tidak mengikutinya sehingga pasien datang lagi ke dokter dengan keluhan yang sama.

Empati

(5)

pasien, merasakan fisik, pikiran, dan emosi tidak sehat, keinginan diperlakukan dengan kasih sayang dan empati, pandangan, dan harapan terhadap kesembuhan.9 Empati juga dikatakann

adalah kemampuan untuk menghayati perasaan orang lain, tanpa perlu ikut larut di dalamnya. Dalam bahasa Yunani adalah Pathos yang mengacu pada perasaan . Hal ini berarti bahwa anda memahami bagaimana perasaan orang.10 Empati merupakan ciri-ciri prima kemahiran

berkomunikasi. Individu yang mempunyai empati yang tinggi membolehkannya mudah bergaul dengan orang lain. Atau bisa pula diambil dari kesimpulan empati merupakan perasaan ingin mengenali dan memahami sesuatu walaupun ia berbeda daripada yang pernah dialami tanpa memandang rendah ataupun berasa benci terhadap sesuatu.11 Empati

kemampuan secara intelektual dan emosional untuk merasakan emosi, perasaan, dan reaksi yang dialami orang lain dan secara efektif mengomunikasikan pengertian tersebut pada individu tersebut.12 Satu cara efektif untuk menyampaikan penghargaan mendalam terhadap

klien adalah dengan berusaha memberi tanggapan-tanggapan empatik dan tetap menjunjung tinggi martabat pasien.13 Cara efektif lainnya dalam berempati adalah dengan

mengembangkan sikap ramah dan bersahabat.14

Untuk melakukan empati perlu mengenali dahulu apa obyek atau peristiwa tersebut, selanjutnya ditetapkan bagaimana perasaan emosional itu secara bermakna mempengaruhi cara ia memahami orang lain. Perbedaan dengan simpati berarti feeling into feeling sorry yang didalamnya terdapat emotional contagion atau penularan emosi, dan bila empati berarti feeling with tidak ikut terlarut secara emosional.3 Empati terhadap kondisi pasien akan

memampukan dokter untuk memahami pasiennya dari sudut pandang pasien sehingga dokter mengerti apa yang dirasakan pasiennya tetapi tidak larut dalam perasaan pasien atau menyetujui pandangan pasien. Berempati berarti tidak bersikap menghakimi, baik dalam arti kata menyalahkan, membenarkan, menyetujui atau tidak menyetujui perbuatan seseorang.15

Dokter hanya berusaha untuk membantu menolong pasien dan menjalin komunikasi terapeutis agar pasien dapat merasa lebih dihargai. Kita meneguhkan harga diri seseorang dan membiarkan ia mengetahui bahwa kita ingin mengerti dirinya dengan memasuki dunia pengalaman dan perasaan-perasaannya.13

(6)

4 kemampuan untuk berempati yaitu empati dalam hal psikis pasien, empati dalam hal penderitaan pasien, empati dalam hal kondisi sosial ekonomi pasien, empati dalam hal adat istiadat budaya masyarakat termasuk religi (keagaman). Terdapat 2 metode empati yaitu simulasi keyakinan, keinginan, ciri-ciri dan konteks karakter orang lain dan simulasi langsung perasaan emosional. Pada Empati, Simpati dan Antipati yaitu pada empati, kita tidak ikut terlarut dengan perasaan pasien, tetapi dapat mengindentifikasi perasaan dan pikirannya, pada simpati, kita ikut terlarut dan mempunyai perasaan yang sama dengan pasien; penularan emosi (emotional contagion), pada antipati, kita mempunyai perasaan yang tidak sama dengan pasien bahkan menolak perasaan pasien. Terdapat 3 upaya dan kemampuan dalam empati yaitu kemampuan kognitif dengan mengerti kebutuhan pasien, kemampuan afektif dengan peka akan perasaan pasien dan kemampuan perilaku dengan memperlihatkan / menyampaikan empati kepada pasien.2

Dari skenario, kita dapat melihat bagaimana pasien berobat untuk sakitnya tersebut dan stop minum obat yang di rencanakan dokter akan berlangsung minimal 6 bulan. Sebagai seorang dokter, sebaiknya tidak hanya menyuruh pasien untuk meminum obatnya saja, tetapi juga wajib menjelaskan sedetail mungkin tentang dampak dan akibat kalau tidak meminum obat, dan itu di lakukan dengan cara berkomunikasi yang efektif. Selain komunikasi, seorang dokter juga harus berempati kepada pasien, dengan adanya empati maka pasien akan merasa di terima dan lebih dihargai. Empati tidak hanya sekedar basa-basi kepada pasien melainkan seorang dokter hendaknya mendengar aktif, respon pada kebutuhan dan kepentingan pasien, usaha memberikan pertolongan pada pasien dan empati itu harus dimulai dari diri sendiri.

Kepribadian

Kepribadian merupakan sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakannya dengan orang lain. kepribadian sebagai suatu organisasi (berbagai aspek psikis dan fisik) yang merupakan suatu struktur dan sekaligus proses.16 Menurut Phares,

(7)

dan dirinya sendiri. Karakteristik yang umumnya melekat dalam diri seorang individu adalah malu, agresif, patuh, malas, ambisius, setia, dan takut. Karakteristik-karakteristik tersebut jika ditunjukkan dalam berbagai situasi, disebut sifat-sifat kepribadian.17 Kepribadian

atau watak adalah pikiran,perasaan dan perbuatan seseorang dikumpulkan dalam kesadaran tentang diri manusia sendiri. Ini biasanya dipengaruhi dari beberapa hal yaitu dari pengalamannya sejak dia kecil,pendidikan yang dia terima, atau faktor genetik yang didapat dari orangtuanya. Berpikir itu adalah kemampuan manusia untuk mencari arti bagi realitas yang muncul di hadapan kesadarannya dalam pengalaman dan pengertian.18 Kepribadian

menurut Murray adalah fungsi yang menata atau mengarahkan dalam diri individu. Tugas-tugasnya meliputi mengintegrasikan konflik-konflik dan rintangan-rintangan yang dihadapi individu, memuaskan kebutuhan-kebutuhan individu dan menyusun rencana-rencana untuk mencapai tujuan-tujuan di masa mendatang.19

Kepribadian merupakan seluruh pola emosi dan perilaku yang menetap dan bersifat khas pada seseorang dalam caranya berpikir tentang lingkungan dan dirinya sendiri. Contoh definisi kepribadian menurut Pervin, seluruh karakteristik seseorang atau sifat umum banyak orang yang mengakibatkan pola yang menetap dalam merespon suatu situasi. Tempramen atau tabiat dan watak atau karakter juga masuk ke dalam kepribadian. Tempramen adalah bawaan sejak lahir yang sukar diubah biasanya dipengaruhi fisiologik tubuh, lain hal dengan watak, keseluruhan keadaan dan cara bertindak terhadap suatu rangsangan terus berkembang di kehidupan seseorang dipengaruhi oleh eksogen seperti lingkungan, pengalaman, dan pendidikan. Dan kecerdasan emosional juga termasuk, kecerdasan emosional merupakan gabungan dari semua kemampuan emosional dan kemampuan social untuk menghadapi seluruh aspek kehidupannya. Komponen kecerdasan emosional antara lain kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, empati, hubungan social.2 Kepribadian dapat dikatakan

bersumber dari bentukan-bentukan yang di terima seseorang dari lingkungan keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan sejak lahir. Jadi, kepribadian itu sebetulnya campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis, kejiwaan dan juga fisik.20

(8)

memiliki watak yang kurang bagus sehingga tidak mau mengikuti anjuran dokter, yang sebenarnya itu baik untuk dirinya. Dan kecerdasan emosional meliputi kesadaran diri, mengelola emosi, motivasi diri, empati dan hubungan social. Berdasarkan skenario saya menyimpulkan bahwa pasien tersebut belum memenuhi komponen kecerdasan emosional. Secara garis besar ia belum memiliki kesadaran dan motivasi diri untuk berubah.

Tingkah laku

Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan genetika.21 Maka bisa dikatakan

juga, manusia itu biopsikososial tidak hanya berkembang biologis dan psikologisnya saja tetapi sosialnya pun berkembang.22 Dan mengikuti teori psikoanalisis dari Freud mengenai

tingkah laku itu didasari kepribadian, dan kepribadian tersebut berprinsip dari id (keinginan dari dalam), ego (hubungan dengan kenyataan) dan super ego (norma-norma yang berlaku).23

Perilaku sehat adalah kondisi ketika individu dengan kondisi kesehatan yang stabil berupaya aktif mencari cara untuk mengubah kebiasaan pribadi yang sehat dan atau lingkungan guna beralih ke tingkat kesehatan yang lebi tinggi.24

Perilaku sehat adalah sifat pribadi seperti kepercayaan, motif, nilai, persepsi dan elemen kognitif lainnya. Lima Perilaku Sehat ialah pencegahan, perlindungan, perilaku sebelum sakit, perilaku saat sakit dan kondisi sosial. Perilaku sehat dibutuhkan oleh setiap orang bukan hanya pasien, bahkan dokter pun perlu memiliki perilaku sehat. Dan itu adalah kewajiban setiap orang, namun melaksanakan perilaku sehat tidaklah mudah terutama bagi seseorang yang “Malas”. Berikut adalah Tingkatan Perubahan Perilaku yaitu prekontemplasi adalah belum ada niat perubahan perilaku, kontemplasi yaitu sudah sadar tapi belum siap untuk berkomitmen untuk bertindak, persiapan yaitu sudah ada niat tapi masih gagal, tindakan yaitu sudah berhasil dan memberlakukan perilaku sehat dan pemeliharaan yaitu berusaha untuk mempertahankan perilaku sehat yang telah dilakukan.2 Dalam berinteraksi

(9)

katakana seseorang kepada oarng lain, menyelidiki hubungan antar pribadi, ketiga adalah game analisis / analisis permainan yaitu menganalisis apa yang tersembunyi dari interaksi yang di lakukan, menganalisis apa yang di hasilkan dari interaksi dan yang terakhir adalah script analisis yaitu menganalisa drama / kejadian dalam kehidupannya yang terlihat dalam semua interaksi yang di lakukan, kehidupan punya drama kehidupan ( peran dipelajari, dikhayalkan, di lakukan), mirip naskah theater (karakter,dialog,acting,adegan,tema).2

Dalam kedokteran, perilaku seseorang dan keluarganya dipelajari untuk mengidentifikasi faktor penyebab, pencetus atau yang memperberat timbulnya masalah kesehatan. Intervensi terhadap perilaku seringkali dilakukan dalam rangka penatalaksanaan yang holistik dan komprehensif.25 Dalam menangani pasien di lapangan, akan dijumpai pasien

dengan perilaku berbeda satu sama lain. Ada yang mencerminkan perilaku sehat dan ada pula yang sebaliknya. Setiap orang memiliki perilaku yang berbeda-beda satu sama lain. Dengan kemampuan interpersonal yang baik seseorang akan mampu menilai dan memahami bagaimana dirinya. Pemantauan diri adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan perilakunya dengan faktor situasional eksternal. Individu dengan tingkat pemantauan diri yang tinggi menunjukkan kemampuan.26 Menurut Solita, perilaku kesehatan merupakan

segala bentuk pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan.27

(10)

Status pendidikan

Pasal 19 dalam KODEKI, setiap dokter hendaklah senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap setia pada cita-citanya yang luhur. Sebagai seorang dokter hendaknya semakin tinggi pendidikan dan pengetahuan, diwajibkan mengobati pasien dengan metode terbaru dan sudah dipatenkan.28 Status pendidikan

merupakan salah satu faktor yang mendukung kesadaran untuk menjaga kesehatan bagi perokok. Pengetahuan masyarakat mengenai risiko merokok bagi kesehatan tampaknya hanya sebagian saja, terutama di negara-negara berpendapatan menengah dan rendah karena informasi mengenai bahaya ini sangat terbatas. Di Cina, sebagai contoh, 61% perokok yang disurvai pada tahun 1996 percaya bahwa rokok “tidak atau sedikit sekali merugikan mereka.”29 Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang, maka semakin mudah mereka

mengerti apa yang dinasihatkan dokter kepadanya. Bila pendidikan seorang pasien rendah,maka pasien juga akan sulit menerima pesan atau nasihat yang diberikan dokter.”The brighter you are the more you have to learn”.30

Semakin tinggi tingkat pendidikan pasien, maka semakin baik penerimaan informasi tentang pengobatan penyakitnya sehingga akan semakin teratur proses pengobatan dan penyembuhan. Oleh karena itu, seorang dokter sebaiknya memberikan penekanan pada pesan atau informasi yang berkaitan dengan pengobatan penyakit pasien. Orang yang berpendidikan tinggi mungkin telah well information tentang penyakitnya, begitu pun sebaliknya. Pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait. dan atau memengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.[4] Edukasi

(11)

Status ekonomi

Berdasarkan sejarah, dengan meningkatnya pendapatan para penduduk jumlah orang yang merokok juga meningkat. Dalam beberapa dekade awal terjadinya wabah merokok di negara berpendapatan tinggi, perokok cenderung lebih banyak terdiri dari orang kaya daripada orang miskin. Tetapi dalam tiga atau empat dekade terakhir, pola ini menjadi terbalik, sekurang-kurangnya di antara para pria, dimana data untuk itu tersedia secara luas.29

Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun sekunder.31 Proses pengobatan dan

pemulihan kesehatan pasien dipengaruhi oleh seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan. Tak jarang suatu pengobatan berhenti begitu saja hanya karena masalah biaya. Setiap pasien memiliki kemampuan financial yang berbeda-beda dan kebutuhan yang berbeda pula. Proses penyembuhan pasien dengan status ekonomi rendah biasanya terhambat pada biaya yang harus dibayarkan demi kesembuhan. Obat-obatan tertentu memiliki harga yang cukup mahal buat mereka apalagi jika untuk dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. Status ekonomi memengaruhi kemampuan pembiayaan dalam bidang kesehatan karena masih terfokus pada kebutuhan pokok.32

(12)

Dukungan keluarga

Faktor lain yang memberi pengaruh cukup besar adalah lingkungan di mana seseorang tumbuh dan dibesarkan; norma dalam keluarga, teman, dan kelompok sosial; dan pengaruh-pengaruh lain yang seorang manusia dapat alami. Faktor lingkungan ini memiliki peran dalam membentuk kepribadian seseorang.16 Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri

dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.33 Fungsi keluarga pada esensi perasaan dilihat

dari bagaimana keluarga secara instuitif merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga sehingga saling pengertian satu sama lain dalam menumbuhkan keharmonisan dalam keluarga.34

Mengacu pada teori Skiner terhadap perilaku seseorang karena stimulus yang ditimbulkan terhadap suatu organisme akan memunculkan respon. Begitu pula dengan adanya dukungan moral atau materil keluarga atau lingkungan terhadap penyakit yang diderita pasien yang merupakan stimulus yaitu suatu rangsangan, akan menimbulkan respon terhadap dirinya. Berbanding lurus, bila dukungannya positif maka respon akan positif membantu kesembuhan penyakit pasien, bila negatif maka respon pasien pun akan negatif dan memperhambat kesembuhan.23

Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien perokok tersebut untuk menghentikan kebiasaan merokoknya dan mengikuti anjuran minum obat. Dukungan keluarga akan memberikan energi dan kekuatan yang tidak terhingga dalam membantu sang pasien sadar akan bahaya merokok dan pentingnya minum obat. Dengan dukungan keluarga yang positif, akan merubah kebiasaan buruk pasien menjadi lebih baik.

Usia

Usia dalam psikologi perkembangan menurut teori Erikson dibagi menjadi 10 tahap. Yaitu masa bayi usia 0-24bulan, masa balita usia 2-3tahun, masa awal sekolah usia 4-6tahun, masa anak tengah usia 6-12tahun, masa awal remaja usia 12-18tahun, masa remaja usia 18-24tahun, masa dewasa awal usia 24-34tahun, masa dewasa tengah usia 34-60tahun, masa dewasa akhir usia 60-75, dan masa sangat tua usia 75-meninggal.35 Pasien terdiri dari

(13)

bergejolak di pikiran yang harus dipertimbangkan untuk menjalani pengobatan. Usia kanak-kanak, remaja, dewasa, orang tua memiliki kebutuhan yang berbeda dan cara pandang yang berbeda pula dalam penyembuhan dirinya. Orang dengan usia yang lebih mapan dan telah memiliki keluarga misalnya, akan berpikir apa pengaruh tindakan yang diambilnya terhadap keluarganya, bagaimana keberlangsungan hidup keluarganya ke depan. Sedangkan pada usia kanak-kanak belum ada pemikiran seperti itu. Dalam kasus, usia pasien 35 tahun tetapi tingkah lakunya seperti anak-anak yang tidak mengikuti anjuran dokter karena bosan. Sebaiknya dokter dapat menempatkan dirinya dan menunjukkan empatinya kepada pasien.

Ketergantungan / kebiasaan

Mengacu pada teori Skiner terhadap perilaku seseorang karena stimulus yang ditimbulkan terhadap suatu organisme akan memunculkan respon. Begitu pula dengan adanya dukungan moral atau materil keluarga atau lingkungan terhadap penyakit yang diderita pasien yang merupakan stimulus yaitu suatu rangsangan, akan menimbulkan respon terhadap dirinya. Berbanding lurus, bila dukungannya positif maka respon akan positif membantu kesembuhan penyakit pasien, bila negatif maka respon pasien pun akan negatif dan memperhambat kesembuhan.23 Esensi dari ketergantungan dapat pula dinamakan kecanduan.

Kecanduan juga bisa dipandang sebagai keterlibatan terus-menerus dengan sebuah zat atau aktivitas meskipun hal-hal tersebut mengakibatkan konsekuensi negatif. Kenikmatan dan kepuasanlah yang pada awalnya dicari, namun perlu keterlibatan selama beberapa waktu dengan zat atau aktivitas itu agar seseorang merasa normal.36

(14)

Penutup

Efisiensi terapi yang diberikan oleh dokter selain tergantung pada pengetahuan dan keterampilannya, juga pada kemampuan menjalin kerja sama dengan pasien. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pasien akan sembuh lebih cepat dan lebih sedikit terjadi komplikasi bila hubungan antara dokter dan pasien terjalin baik. Dokter harus mampu membangun suatu komunikasi yang efektif terhadap pasiennya sehingga dapat mengenali berbagai faktor kemungkinan yang memengaruhi kodisi pasien saat itu. Faktor kemungkinan yang berasal dari luar diri pasien maupun yang berasal dari dalam diri pasien itu sendiri. Seorang dokter akan mampu menggali informasi sebanyak mungkin tentang pasiennya dengan cara menciptakan suasana yang kondusif bagi pasien sehingga pasien dapat mengungkapkan berbagai perasaan yang bergejolak dalam dirinya serta ekspresi-ekspresi yang lain. Dokter dapat menganalisa beberapa faktor kemungkinan yang memengaruhi cara pandang pasien, termasuk menganalisa bagaimana cara dokter itu sendiri berkomunikasi dan berempati kepada pasiennya sehingga pasien menyimpang dari petunjuk dokter. Pada dasarnya berbagai faktor yang telah dibahas pada bab sebelumnya saling berkaitan satu sama lain dalam menentukan sikap pasien yang tidak mengikuti anjuran dokter.

(15)

Daftar Pustaka

1. Mulyana D. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung, Indonesia: PT Remaja Rosdakarya, 2007.

2. Andri, Hidayat D, Ingkiriwang E, Asnawi E, Hidajat HK. Bahan Kuliah: Komunikasi dan Empati. Jakarta: Ukrida, 2011.

3. Nah YS, Hidayat D, Hudyono J. Buku Panduan Keterampilan Klinik. Ed. semester 1. Jakarta: Fakultas Kedokteran Ukrida, 2011.

4. Soekardi E, Soetjiningsih, Kandera IW. Modul Komunikasi Pasien-Dokter: Suatu Pendekatan Holistik. Jakarta, Indonesia: EGC, 2007.

5. Zubair, Agustina. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta, 2006.

6. Elfky I. Terapi Komunikasi Efektif. Jakarta, Indonesia: Mizan Publika, 2000.

7. Maulana, Heri DJ. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007. 8. Rafdinal. Hospital Development Program Training: Excellent Customer Service.

Disampaikan sebagai ceramah di Departemen IK Kulit dan Kelamin, RSCM, Jakarta, November 2008.

9. Boediardja, Siti Aisah. Komunikasi dengan Empati, Informasi dan Edukasi: Citra Profesionalisme Kedokteran. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009. 10. Covey SR. Melampaui Efektivitas Menggapai Keagungan. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 2005.

11. Yusof, Ab Aziz. Keinsanan Dalam Pengurusan. Kuala Lumpur: Utusan Publications and Distributors Sdn Bhd, 2007.

12. Hartanto, Huriawati, dkk. Kamus Ringkas Kedokterean Stedman Untuk Profesi Kesehatan. Ed. 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005.

13. Yeo A. Konseling: Suatu Pendekatan Pemecahan-Masalah. Jakarta, Indonesia: Gunung Mulia, 2007.

14. Sumartono. Komunikasi Kasih Sayang. Jakarta, Indonesia: Elex Media Komputindo, 2004.

15. Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung, Indonesia: PT Remaja Rosdakarya, 2007.

16. Robbins, Stephen P, Judge, Timothy A. Perilaku Organisasi. Jakarta, Indonesia: Salemba Empat, 2008.

17. Buss AH. Personality as a Traits: American Psychologist. USA, 1989.

18. Theo Huijbers T. Manusia Merenungkan Dirinya. Yogyakarta: Kanisius, 1986. 19. Hall CS, Lindzey G. Psikologi Kepribadian 2 Teori-Teori Holistik

(Organismik-Fenomenologis). Ed. ke-12. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2006.

20. Pratama Vembri O. Akal-akalan di Dunia Kesehatan: Panduan Menjadi Pasien yang Cerdas dan Tidak Tertipu oleh Petugas Medis. Jogyakarta: Octopus, 2011.

21. Diunduh http://id.wikipedia.org/wiki/Tingkah_laku

22. King LA. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2010.

(16)

24. Kadar, Kuswini Semarwati, dkk. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed.9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2002.

25. Albarracín, Dolores, Johnson BT, Zanna MP. The Handbook of Attitude. h.74-8. Routledge, 2005.

26. Snyder M. The Psychology of Self-Monitoring. h.530-55. USA: Psychology Bulletin, 2000.

27. David G. Handbook of Health Behavior Research: Relevance for Professionals and Issues for the Future. Page. 89-90. Springer. 1997.

28. Wiradharma D. Etika profesi medis. Ed. ke-3. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti, 2005.

29. The World Bank. Curbing the Epidemic: Governments and the Economics of Tobacco Control. Washington D.C: Clearance Center, Inc. 1999.

30. Linardakis NM. Behavioral Science. Ed.5. USA: Michaelis Medical Publishing corp, 1995.

31. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta, Indonesia: EGC, 2004.

32. Kusbiyantoro. Perbandingan Efektifitas Kader Kesehatan dan Tokoh Masyarakat sebagai Pengawas Minum Obat terhadap Keteraturan Minum Obat dan Konversi Dahak Penderita TB Paru di Kabupaten Kebumen. Tesis. Program Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada. 2002.

33. Diunduh dari: Situs Warta Warga Universitas Guna Darma: Keluarga. 34. Clayton RR. The Family, Mariage and Social Change. h.58. 2003.

35. Newman BM, Newman PR. Development Through Life: A Psychosocial Approach. Ed. 10. USA: Wadsworth Cengage Learning, 2009.

Referensi

Dokumen terkait

Bumi Safas Enterprise telah merangka beberapa strategi pemasaran yang strategik dan unik bagi membantu meningkatkan prestasi syarikat. Strategi utama yang di gunakan

Keragaan pasar dalam sistem pemasaran kubis di Kecamatan Gisting menunjukkan producer share masih rendah (hanya ≤ 54,49 %), marjin pemasaran masih cenderung tinggi

Tujuan penelitian ini adalah merancang suatu pengukuran kinerja dengan pendekatan BSC bagi PT Sayuran Siap Saji dengan terlebih dahulu menganalisis sasaran strategik dan

Pengaruh Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi terhadap Komitmen Organisasi dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi pada Biro Lingkup Departemen

1. Manfaat Teoritis menambahkhazanah ilmu pengetahuan sosial politik yang dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya. Manfaat Praktis, dapat berguna bagi

Pengamanan sebelumnya yang telah dilakukan pada level aplikasi SSO UUI adalah menggunakan algoritma MD5 pada proses otentikasi login dan web service NuSOAP pada pengecekan sesi

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti3. Pendidikan Pancasila

[r]