• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK KETIDAKPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA DI RSJD. DR. RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK KETIDAKPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA DI RSJD. DR. RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

189

KARAKTERISTIK KETIDAKPATUHAN MINUM OBAT

PASIEN DENGAN GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA DI

RSJD. DR. RM. SOEDJARWADI PROVINSI JAWA TENGAH

Novit Haris Setiawan

1,

Sri Hendarsih

2,

Ririn Wahyu W

3

INTISARI

Latar Belakang Penelitian: Gangguan jiwa merupakan masalah klinis dan sosial

yang di pandang negatif bagi kebanyakan orang, masalah gangguan jiwa yang

mempunyai tingkat keparahan tinggi adalah skizofrenia. Karakteristik

ketidakpatuhan pasien dalam megkonsumsi obat masih menjadi faktor penyebab

kembalinya pasien di rawat di rumah sakit jiwa. Pengobatan tidak dapat

menyembuhkan pasien 100% namun dengan kepatuhan pasien minum obat dapat

mengguranggi gejala psikosis pada pasien gangguan jiwa

Tujuan Penelitian: Mengetahui karakteristik ketidakpatuhan pasien gangguan

jiwa skizofrenia dalam mengkonsumsi obat di RSJD. Dr. Soedjarwadi Jawa

Tengah.

Metode penelitian: Desain penelitian non eksperimental bersifat deskriptif yang

merupakan jenis penelitian kuantitatif. Sampel yang diambil adalah klien dengan

gangguan jiwa yang menjalani rawat inap dan rawat jalan di RSJD. Dr. RM.

Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah cara pengambilan sampel dilakukan secara

purposive sampling sebanyak 44 responden.

Hasil penelitian : Karakteristik ketidakpatuhan minum obat pasien dengan

gangguan jiwa meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi sosial,

jarak tempat pelayanan kesehatan dan pendidikan terakhir, alasan ketidakpatuhan

minum obat pada pasien gangguan jiwa di bagi menjadi tiga indikator penilaian

dengan MMAS didapatkan hasil, kesemua indikator MMAS dirasakan oleh

responden walaupun perbedaan tidak terlampau jauh, faktor perilaku

ketidakpatuhan: (81,8%), faktor sikap terhadap pengobatan: (88,6%), faktor

kontrol terhadap penyakit: (83,1%).

Kesimpulan : karakteristik pasien dengan gangguan jiwa meliputi usia, jenis

kelamin, status ekonomi sosial, pendidikan terakhir, pekerjaan, jarak tempat

pelayanan kesehatan. Alasan ketidakpatuhan pasien gangguan jiwa dalam

mengkonsumsi obat dibagi menjadi 3 indikator yaitu faktor perilaku

ketidakpatuhan, faktor sikap ketidakpatuhan, kontrol terhadap penyakit.

Kata kunci : Faktor-faktor ketidakpatuhan minum obat, pasien gangguang jiwa

1

Mahasiswa S1 Keperawatan Universitas Respati Yogjakarta

2

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES Kemenkes RI)

3

(2)

190

LATAR BELAKANG

Penduduk Indonesia tergolong tinggi dengan masalah gangguan jiwa, hasil riset Kesehatan dasar (Riskesda) Indonesia tahun 2012 menunjukkan bahwa penderita gangguan jiwa berat (Psikosis) di Indonesia adalah 0,46 persen atau 1.000.000 orang. Data ini telah disampaikan pada seminar MDGS tahun 2013 di FIK Universitas Indonesia Ascobat Gani7

Orang yang mengidap skizofrenia tidak akan mampu berkomunikasi secara normal dengan orang lain. Masalah lain yang dapat ditimbulkan adalah jatuh kedalam kondisi relaps dan kekambuhan fase psikosis yang lebih buruk, keluar masuk rumah sakit berulang kali, serta menigkatkan beban sosial dan ekonomi bagi keluarga pasien dan negara. Hal ini diakibatkan pasien yang tidak teratur dalam mengkonsumsi obat akan memiliki resiko kekambuhan Sadock & Sadock20.Ketidakpatuhan

pengobatan ini, merupakan alasan pasien kembali di rawat di rumah sakit Aswin1.

Data terbaru yang peneliti peroleh di rumah sakit jiwa Dr. RM. Soedjarwadi Klaten Jawa Tenggah yang diperoleh dari hasil survey catatan medis, wawancara pada beberapa pasien dan dari data best rumah sakit jiwa Dr. RM. Soedjarwadi Jawa Tengah, terhitung dari mulai tanggl 10 Januari 2014 - 12 Oktober 2014 didapatkan hasil gangguan jiwa sebanyak 580 orang dengan angka kasus laki-laki sebanyak 310 pasien, dan perempuan 270 pasien.

Saat peneliti melakukan wawancara kepada 20 pasien skizofrenia yang dirawat kembali

dan menjalani pengobatan kembali di RSJD Dr. RM Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah dengan rentang usia 15-55 tahun pasien-pasien tersebut memberikan berbagai macam jawaban dan alasan yang beragam seperti capek, bosan, kehabisan obat putus asa, merasa dirinya sudah sembuh, tidak ada yang membelikan obat saat persediaan obat habis. Wawancara secara mendalam terhadap pasien yang dirawat kembali maupun yang baru pertama kali masuk rumah sakit jiwa peneliti mendapat hasil dari 20 orang sampel pasien yang dilakukan wawancara ternyata 3 orang pasien menjawab dirinya bosan menkonsumsi obat-obattan dengan alasan obat-obat yang diberikan pahit, tidak enak, dan terus-terussan minum obat setiap harinya, 3 orang pasien lainnya menjawab putus asa dengan alasan pasien setiap hari minum obat namum tidak kunjung sembuh dan tetap saja dirawat di rumah sakit, 3 orang pasien menjawab capek dalam mengkonsumsi obat-obatan medis dengan berbagai alasan yang disampaikan oleh penderita gangguan jiwa, 7 orang yang lain pasien menjawab dirinya merasa sudah sembuh dan tidak mengalami gangguan jiwa, sisanya 3 orang pasien mengatakan kehabisan obat dan tidak ada yang membelikan obat lagi, 1 yang lain mengatakan dirinya lupa saat waktu minum obat.

Wawancara yang dilakukan kepada 20 orang sampel ke 10 orang pasien menjawab lebih dari satu kali dirawat dirumah sakit dan 3 orang pasien pertama kali di rawat di rumah sakit jiwa, wawancara terhadap pasien berlanjut terkait pengobatan pasien yang di jalani sebelum pasien dirawat kembali di rumah sakit

(3)

191

jiwa, saat peneliti bertanya terkait

pengobatan pasien yang dijalni dirumah, 9 orang pasien mengatakan saat pasien dirumah minum obat apabila ingat saja atau ada yang mengigatkan untuk minum obat, sementara sisanya menjawab tidak minum obat karena tidak sembuh-sembuh/bosan

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti di poli jiwa ada 8 responden yang dilakukan wawancara ke 8 pasien tersebut menjalani rawat jalan di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah, ke 8 pasien tersebut sebelumnya pernah dirawat di rumah sakit jiwa, saat peneliti bertanya kepada keluarga pasien

perihal perawatan dan

pengobatannya dirumah 6 anggota keluarga pasien menjawab pasien minum obat saat ada yang memberikan dia obat, keluarga pasien juga mengatakan saat minum obat pasien harus diawasi karena pasien sering membuang obatnya atau menyembunyikan obatnya, saat peneliti bertanya kepada pasien apakah pasien mau ninum obat saat ada yang menyiapkan pasien ada yang menjawab iya ada juga yang tidak, sementara dua pasien menjawab minum obat teratur, namun saat obat habis perlu waktu bebrapa hari untuk membeli obatnya kembali karena kesibukan anggota keluarga yang merawatnya.

Dari berbagi jawaban dan alasan pasien saat studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSJD. Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah sebab itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “karakteristik ketidakpatuhan minum obat pada pasien dengan gangguan jiwa skizofrenia di RSUD

Dr. Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan menggunakan desain penelitian non eksperimental bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Tujuan metode ini agar diperoleh data yang lengkap dalam waktu yang relatif cepat. Data yang diambil dalam penelitian ini iyalah semua pasien gangguan jiwa Skizofrenia yang tidak patuh pada proses pengobatannya di RSJD. Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah Kelana8.

Penelitian di lakukan di ruang rawat inap Flamboyan dan Poli jiwa RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tenggah. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 23 Juni 2015- 8 Juli 2015 selama 16 hari

Populasi dalam penelitian ini adalah klien gangguan jiwa

yang pernah mengalami

kekambuhan lebih dari satu kali atau minimal dua kali dan kembali menjalani rawat inap.

Sampel ditentukan atau dipilih dengan metode non probability sampling dengan tehknik purposive sampling suatu metode pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan maksud atau tujuan tertentu yang ditentukan oleh peneliti. Karena dipilih berdasarkan penilaian tertentu oleh peneliti, maka metode ini sering disebut juga dengan istilah judgement sampling, pada kondisi tertentu Pengambilan sampel dengan menggunakan kriteria inklusi yang sudah dibuat sebelumnya oleh peneliti Kelana8

(4)

192

HASIL PENELITIAN

1. Karakteristik Responden dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan jarak tempat pelayanan kesehatan. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut

Karakteristik Responden dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan jarak tempat pelayanan kesehatan. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1

Karakteristik Responden dengan Gangguan Jiwa Skizofrenia di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah

No. Karakteristik Frekuensi %

1. Umur a. 15 – 21 tahun b. 22 – 45 tahun c. 46 – 55 tahun 13 17 14 29,5 38,6 31,8 Jumlah 44 100,0 2. Pendidikan Terakhir a. SD b. SMP c. SMA 25 11 8 56,8 25,0 18,2 Jumlah 44 100,0 3. Pekerjaan a. Bekerja b. Tidak Bekerja 20 24 45,5 54,5 Jumlah 44 100,0 4. Jenis Kelamin c. Laki-laki d. Perempuan 35 9 79,5 20,5 Jumlah 44 100,0

5. Status Sosial Ekonomi (penghasilan) a. < Rp. 600.000,00 b. Rp. 600.000 – Rp. 1.000.000,00 c. > Rp. 1.000.000,00 21 18 5 47,7 40,9 11,4 Jumlah 44 100,0

6. Jarak Tempat Pelayanan Kesehatan a. ≤ 20 km b. > 20 km 29 15 65,9 34,1 Jumlah 44 100,0

2. Alasan Ketidakpatuhan Minum Obat Pasien dengan Gangguan Jiwa di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah

Alasan ketidakpatuhan minum obat dalam penelitian ini diukur menggunakan Morisky Medication Adherence Scale (MMAS). Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan karakteristik ketidakpatuhan minum obat sebagai berikut :

Tabel 4.2

Alasan Ketidakpatuhan Minum Obat Pasien dengan Gangguan Jiwa di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah No. Karakteristik Ketidakpatuhan Minum

Obat

Ya Tidak

f % f %

1. Terkadang lupa minum obat 35 79,5 9 20,5 2. Tidak minum obat karena merasa sudah

sembuh

33 75,0 11 25,0 3. Tidak minum obat karena bosan 34 77,3 10 22,7

(5)

193

4. Tidak suka minum obat yang banyak dan lebih dari satu jenis

36 81,8 8 18,2 5. Tidak ada yang membelikan ketika obat

habis

35 79,5 9 20,5 6. Menghentikan obat secara sepihak 30 68,2 14 31,8 7. Menghentikan pengobatan secara sepihak

di rumah

36 81,8 8 18,2 8. Merasa capek minum obat 28 63,6 16 36,4 9. Lupa untuk minum obat 35 79,5 9 20,5 10. Lupa minum obat 2 minggu terakhir 36 81,8 8 18,2 11. Menghentikan atau tidak minum obat

karena merasa tidak nyaman

tanpa memberitahu dokter atau perawat

38 86,4 6 13,6

12. Lupa membawa obat saat bepergian atau meninggalkan rumah

37 84,1 7 15,9 13. Tidak minum obat kemarin 37 84,1 7 15,9 14. Tidak meminum obat karena merasa

penyakit sudah lebih baik

39 88,6 5 11,4 15. Kesulitan mengikuti aturan pengobatan

yang sedang dijalankan

31 70,5 13 29,5 16. Menghentikan pengobatan karena obat

habis

37 84,1 7 15,9

3. Alasan Ketidakpatuhan Minum Obat Pasien dengan Gangguan Jiwa di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah Faktor Perilaku Kepatuhan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh alasan ketidakpatuhan minum obat faktor perilaku kepatuhan sebagai berikut :

Tabel 4.3

Alasan Ketidakpatuhan Minum Obat Pasien dengan Gangguan Jiwa di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah

Faktor Perilaku Kepatuhan

No. Alasan Ketidakpatuhan Minum Obat Ya Tidak

f % f %

1. Tidak minum obat karena bosan 34 77,3 10 22,7 2. Tidak suka minum obat yang banyak dan

lebih dari satu jenis

36 81,8 8 18,2 3. Tidak ada yang membelikan ketika obat

habis

35 79,5 9 20,5

4. Alasan Ketidakpatuhan Minum Obat Pasien dengan Gangguan Jiwa di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah Faktor Sikap Terhadap Pengobatan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh alasan ketidakpatuhan minum obat faktor sikap terhadap pengobatan sebagai berikut :

Tabel 4.4

Alasan Ketidakpatuhan Minum Obat Pasien dengan Gangguan Jiwa di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah

Faktor Sikap Terhadap Pengobatan

No. Alasan Ketidakpatuhan Minum Obat Ya Tidak

f % f %

1. Menghentikan obat secara sepihak 30 68,2 14 31,8 2. Menghentikan pengobatan secara sepihak di

rumah

(6)

194

3. Merasa capek minum obat 28 63,6 16 36,4 4. Menghentikan atau tidak minum obat karena

merasa tidak nyaman tanpa memberitahu dokter atau perawat

38 86,4 6 13,6

5. Tidak minum obat kemarin 37 84,1 7 15,9 6. Tidak meminum obat karena merasa

penyakit sudah lebih baik

39 88,6 5 11,4 7. Kesulitan mengikuti aturan pengobatan yang

sedang dijalankan

31 70,5 13 29,5 8. Menghentikan pengobatan karena obat habis 37 84,1 7 15,9

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa alasan tidakpatuhan minum obat faktor sikap terhadap pengobatan, paling banyak adalah pada indikator tidak meminum obat karena merasa penyakit sudah lebih

baik, yaitu 39 responden (88,6%), dan paling sedikit merasa capek minum obat, yaitu 28 responden (63,6%).

5. Alasan Ketidakpatuhan Minum Obat Pasien dengan Gangguan Jiwa di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah Faktor Kontrol Terhadap Penyakit

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh alasan ketidakpatuhan minum obat faktor kontrol terhadap penyakit sebagai berikut :

Tabel 4.5

Alasan Ketidakpatuhan Minum Obat Pasien dengan Gangguan Jiwa di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah

Faktor Kontrol Terhadap Penyakit

No. Alasan Ketidakpatuhan Minum Obat Ya Tidak

f % f %

1. Terkadang lupa minum obat 35 79,5 9 20,5 2. Lupa untuk minum obat 35 79,5 9 20,5 3. Lupa minum obat 2 minggu terakhir 36 81,8 8 18,2 4. Lupa membawa obat saat bepergian atau

meninggalkan rumah

37 84,1 7 15,9

PEMBAHASAN

a. Karakteristik Responden

Hasil penelitian didapatkan karakteristik ketidakpatuhan minum obat pasien dengan gangguan jiwa skizofrenia di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah, terkadang lupa minum obat sebesar 35 responden (79,5%). Tidak minum obat karena merasa sudah sembuh sebesar 33 responden (75,0%). Tidak minum obat karena bosan sebesar 34 responden (77,3%). Tidak suka minum obat yang banyak dan lebih dari satu jenis sebesar 36 responden (81,8%). Tidak ada yang membelikan ketika obat habis sebesar 35 responden

(79,5%). Menghentikan obat secara sepihak sebesar 30 responden (68,2%). Menghentikan pengobatan secara sepihak di rumah sebesar 36 responden (81,8%). Merasa capek minum obat sebesar 28 responden (63,6%). Lupa untuk minum obat sebesar 35 responden (79,5%). Lupa minum obat 2 minggu terakhir sebesar 36 responden (81,8%). Menghentikan atau tidak minum obat karena merasa tidak nyaman tanpa memberitahu dokter atau perawat sebesar 38 responden (86,4%). Lupa membawa obat saat bepergian atau meninggalkan rumah sebesar 37 responden (84,1%). Tidak minum obat

(7)

195

kemarin sebesar 37 responden

(84,1%). Tidak meminum obat karena merasa penyakit sudah lebih baik sebesar 39 responden (88,6%). Kesulitan mengikuti aturan pengobatan yang sedang dijalankan sebesar 31 responden (70,5%). Menghentikan pengobatan karena obat habis sebesar 37 responden (84,1%).

Apabila melihat hasil di atas, maka terlihat bahwa semua indikator ketidakpatuhan minum obat, terjadi cukup besar pada responden. Nilai terendah adalah pada indikator merasa capek minum obat (63,6%), dan tertinggi pada indikator tidak meminum obat karena merasa penyakit sudah lebih baik. Banyak faktor yang

berpengaruh terhadap

ketidakpatuhan dan kepatuhan dalam berobat dan minum obat. Wibowo dan Soedibyo15 menyatakan bahwa angka kejadian kepatuhan berobat sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kronisitas penyakit, frekuensi pemberian obat, harga obat, bentuk obat, daya ingat pasien, informasi, serta interaksi antara dokter dan pasien. Beberapa peneliti melaporkan adanya hubungan erat antara kepatuhan pasien berobat dengan beberapa faktor lainnya seperti hubungan antara dokter dan pasien, derajat berat penyakit, rasa obat, efek samping obat, lupa, asuransi kesehatan, dan jenis obat yang dipakai.

Kondisi dan kronisitas pasien skizofrenia akan berpengaruh terhadap kepatuhan dan ketidakpatuhan dalam minum obat yang diberikan petugas kesehatan. Fleichhacker dkk16 menyatakan bahwa pasien dengan gejala positif (khususnya waham dan mania) sulit patuh terhadap

pengobatan karena merasa dipaksa dan diracuni.

Selain itu, lamanya proses pengobatan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan minum obat. Pengobatan yang memakan waktu lama, berpotensi untuk menyebabkan pasien bosan untuk minum obat, karena merasa bahwa penyakitnya tidak kunjung sembuh. Hal ini seperti pendapat Ramadona dalam Evadewi dan Sukmayanti21, menyatakan bahwa pasien yang telah mematuhi proses pengobatan tetapi hasil yang didapatkan tidak memuaskan, menyebabkan pasien cenderung pasrah dan tidak mematuhi proses pengobatan yang dijalani.

Jangka waktu pengobatan yang lama dan rutin juga menyebabkan pasien terkadang lupa dalam meminum obat. Faktor lupa ini dipengaruhi dengan aktivitas dan kegiatan pasien sehari-hari. Apabila pasien mempunyai kegiatan yang menyita perhatian, berpotensi untuk menyebabkan pasien lupa untuk minum obat, karena perhatiannya tersita. Ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan terdapat 35 responden (79,5%) pasien yang lupa minum obat, dan terdapat hari dengan lupa minum obat 2 minggu terakhir sebanyak 36 responden (81,8%). Lupa dalam mengkonsumsi obat, juga terjadi apabila pasien mempunyai kegiatan di luar rumah atau luar kota. Ini terbukti bahwa terdapat sebanyak 37 responden (84,1%) lupa membawa obat saat bepergian atau meninggalkan rumah.

b.

Alasan

Ketidakpatuhan

Responden

Penelitian menunjukkan bahwa alasan ketidakpatuhan minum obat pasien dengan

(8)

196

gangguan jiwa di RSJD Dr. RM.

Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah faktor perilaku kepatuhan, sebagian besar tidak suka minum obat banyak dan lebih dari satu jenis, yaitu 36 responden (81,8%). Pada faktor sikap terhadap pengobatan, paling banyak adalah tidak meminum obat karena merasa penyakit sudah lebih baik, yaitu 39 responden (88,6%). Pada faktor kontrol terhadap penyakit, sebagian besar adalah lupa membawa obat saat bepergian atau meninggalkan rumah, yaitu 37 responden (83,1%). Varcarolis18 menyatakan bahwa terapi psikofarmaka yang diberikan kepada pasien skizofrenia adalah golongan anti psikotik. Irwan19 menyatakan bahwa efek obat anti psikotik relatif berlangsung lama sampai beberapa hari setelah dosis terakhir yang masih mempunyai efek klinis.

Jangka waktu pengobatan yang relatif lama tersebut memungkinkan pasien terkadang lupa untuk mengkonsumsi obat.

KESIMPULAN

a. Karakteristik ketidakpatuhan minum obat pasien dengan gangguan jiwa skizofrenia di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah, terkadang lupa minum obat sebesar 35 responden (79,5%). Tidak minum obat karena merasa sudah sembuh sebesar 33 responden (75,0%). Tidak minum obat karena bosan sebesar 34 responden (77,3%). Tidak suka minum obat yang banyak dan lebih dari satu jenis sebesar 36 responden (81,8%). Tidak ada yang membelikan ketika obat habis sebesar 35 responden (79,5%). Menghentikan obat secara sepihak sebesar 30 responden (68,2%). Menghentikan pengobatan secara sepihak di rumah sebesar 36

responden (81,8%). Merasa capek minum obat sebesar 28 responden (63,6%). Lupa untuk minum obat sebesar 35 responden (79,5%). Lupa minum obat 2 minggu terakhir sebesar 36 responden (81,8%). Menghentikan atau tidak minum obat karena merasa tidak nyaman tanpa memberitahu dokter atau perawat sebesar 38 responden (86,4%). Lupa membawa obat saat bepergian atau meninggalkan rumah sebesar 37 responden (84,1%). Tidak minum obat kemarin sebesar 37 responden (84,1%). Tidak meminum obat karena merasa penyakit sudah lebih baik sebesar 39 responden (88,6%). Kesulitan mengikuti aturan pengobatan yang sedang dijalankan sebesar 31 responden (70,5%). Menghentikan pengobatan karena obat habis sebesar 37 responden (84,1%).

b. Alasan ketidakpatuhan minum obat pasien dengan gangguan jiwa di RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah faktor perilaku kepatuhan, sebagian besar tidak suka minum obat banyak dan lebih dari satu jenis, yaitu 36 responden (81,8%). Pada faktor sikap terhadap pengobatan, paling banyak adalah tidak meminum obat karena merasa penyakit sudah lebih baik, yaitu 39 responden (88,6%). Pada faktor kontrol terhadap penyakit, sebagian besar adalah lupa membawa obat saat bepergian atau meninggalkan rumah, yaitu 37 responden (83,1%).

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah:

a. Keluarga

Bagi keluarga dari klien gangguan jiwa, diharapkan perlu memberikan dukungan bukan hanya dalam pemberian obat tetapi juga

(9)

197

dukungan berupa memberikan

semangat, support kepada klien.

b. Bagi RSJD Dr. RM. Soedjarwadi Klaten Jawa Tengah

Hendaknya dapat lebih memotivasi pasien untuk teratur minum obat.

c. Bagi tenaga kesehatan

Bagi tenaga kesehatan diharapkan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan

kebutuhan klien dan berkerja sesuai SOP.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hendaknya dapat melakukan penelitian mengenai karakteristik

yang mempengaruhi

ketidakpatuhan minum obat, dengan mengambil karakteristik lain selain karakteristik individu.

DAFTAR PUSTAKA

1

Videbeck Sweileh W M, Ihbesheh M S, Jarar I S, Sawalha A F, Abu Taha A S, Zyoud S H, Morisky D E. (2012). Antipsychotic Medication

Adherence And Satisfaction Among

Palestinian People With

Schizophrenia. US National

Library of Medicine, 49-55. 3

Canadian Institute of Health Information. (2008).

Hospital Length of Stay and Readmission for Individuals

. CIHI.

4

Society For Neuroscience. (2012).

Antipsychotic Medication

Adherence And Satisfaction Among

Palestinian People With

Schizophrenia. US National

Library of Medicine, 49-55. 5

Sadock, B. S., & Sadock, V. A. (2010).

Kaplan and Sadock's Pocket

Handbook of Clinical Psychiatry.

Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.

6

Donald E. Morisky, ScD, ScM, MSPH, Professor(2013 Department of Community Health Sciences, UCLA School of Public Health, 650

Charles E. Young Drive South, Los

Angeles, CA 90095-1772,

dmorisky@ucla.edu 7

Ascobat Gani, Jarar I S, Sawalha A F, Abu Taha A S, Zyoud S H, Morisky D

E. (2012). Antipsychotic

Medication Adherence And

Satisfaction Among Palestinian

People With Schizophrenia. US

National Library of Medicine, 49-55.

7

Claramita. Doctor–Patient Communication

in Southeast Asia: A Different

Culture? Springer :Adv in Health

Sci Educ, 15–31. 8

Suryani, Willy, F. (2009). Catatan Ilmu

Kedokteran Jiwa.

aupsby@rad.net.id. Surabaya: Airlangga University Press. 9

kelana (2012). METODOLOGI

PENELITIAN KEPERAWATAN, www. Transinfomedia.Com 10

Arikunto Dermawan, Deden. (2013).

Keperawatan jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan

Keperawatan. Yogjakarta:

Gosyen Puplishing. 11

Kelana.(2011). Metodologi Penelitian

Keperawatan. Penerbit

_tim@yahoo.com., www.transinfomedia.com. Jak-Tim. Trans Info Media.

12

Morisky D. E, Ang A, Marie K., Harry J

W. (2008). Predictive Validity of a

Medication Adherence Measure in an Outpatient Setting.

the Journal of Clinical

Hypertension, 348-354. 14

Irwan. (2008). Identifikasi Obat.

itbpress@penerbit.itb.ac.id. Bandung: ITB 15

Fleichhacker dkk. (2009). Determinants of

Medication Compliance in

Schizophrenia: Emirical and

Clinical Findings. Schizophrenia

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pengelolaan pendidikan, penelitian, pelayanan/ pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama harus terintegrasi dengan penjaminan mutu program studi untuk

Cara pandang ketiga, yang juga hirau pada pola hubungan penduduk yang tinggal di wilayah perbatasan, antara lain dikemukakan oleh Husnadi (2006). Husnadi menunjukkan empat

Saya Putri Rachmawati, mahasiswi Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Islam Sultan Agung Semarang, Sedang melakukan penelitian tentang Pengaruh Label

siswa yang taraf penguasaannya kurang dari 60% diberikan remidi pada pokok bahasan yang belum dikuasai, sedangkan bagi siswa yang telah mencapai penguasaan 60% atau

Begitu pentingnya pendidikan anak, sehingga dalam ajaran Islam sangat ditekankan kepada para pendidik dalam arti yang luas, mulai dari orang tua dalam keluarga,

Pengaruh bilangan Reynolds dan jarak antar titik pusat sirip dalam arah streamwise terhadap penurunan tekanan ( pressure drop ) dan faktor gesekan dari sirip-sirip pin

Dihasilkan sebuah rancangan dan cetak biru ( blue print ) sistem pengukuran kinerja (SPK) Jurusan Teknik Mesin yang dapat memberikan informasi kepada stakeholder dan pengambil

[r]