• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

10 A. Telaah Pustaka

1. Menstruasi

Setelah menginjak usia remaja, seorang wanita pasti mengalami menstruasi. Keluarnya cairan seperti darah pada daerah khusus (vagina) akibat pembusukan indung telur yang tidak dibuahi oleh sel sperma pria. Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Darah menstruasi terutama merupakan darah arteri dengan hanya 25% darah berasala dari vena. Darah ini mengandung sisa jaringan, prostaglandin, dan fibrinolisin dalam jumlah yang relatif besar dari jaringan endometrium. Lama menstruasi biasanya terjadi 3-7 hari, tetapi pada wanita normal pengeluaran darah dapat sesingkat 1 hari atau selama 8 hari. Jumlah darah yang keluar secara normal dapat berkisar 30-40 ml/ hari. Jumlah darah yang keluar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk ketebalan endometrium, pengobatan, penyakit yang mempengaruhi mekanisme pembekuan. (Manuaba, 2003)

Menstruasi terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus menstruasi. Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi yaitu hari dimulainya perdarahan yang kemudian

(2)

dihitung sampai 1 hari sebelum menstruasi berikutnya dimulai. Siklus ini berbeda-beda antara wanita satu dengan wanita lain, yakni kira-kira 21-36 hari. (Manuaba, 2003)

Menstruasi pertama kali (menarche) biasanya terjadi pada usia 8-9 tahun tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi kedewasaan dan perkembangan hormon dari wanita itu sendiri dan berlangsung hingga menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45- 55 tahun). Proses ini berlangsung secara periodik, yaitu sebulan sekali. Biasanya sebelum mengalami menstruasi seorang wanita akan mengalami gejala-gejala sebagai berikut:

a) Suhu badan basal meningkat b) Payudara membengkak c) Kejang perut

d) Pinggang sakit sampai menjalar ke bagian belakang e) Pusing

f) Emosi yang labil

Pada siklus menstruasi di endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang dibuahi setelah terjadi setelah terjadi ovulasi, dibawah pengaruh secara ritmik hormon-hormon ovarium: estrogen dan progesteron.

Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing menyimpan sekitar 200,000 hingga 400,000 telur yang belum matang/folikel (follicles). Normalnya, hanya satu atau beberapa sel telur

(3)

yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel telur tersebut akan dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk kemudian dibuahi. Proses pelepasan ini disebut dengan ovulasi. Ketika sel telur tersebut tidak dibuahi oleh sel sperma pria, maka sel telur tersebut akan dilepaskan yang disebut dengan menstruasi. Adapun fase-fase menstruasi adalah sebagai berikut:

a) Fase menstruasi

Merupakan suatu fase yang terjadi jika ovum yang telah dilepaskan tidak dibuahi yang skibatnya korpus luteum berinvolusi sehingga estrogen dan progesteron akan menurun drastis. Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan. Hal ini mengakibatkan dilepaskannya vasokonstriktor prostaglandin sebagai mediator inflamasi. Kemudian jaringan dekuamasi, darah di dalam kavum uteri, ditambah efek kontraksi sehingga semuanya akan merangsang kontraksi uterus yang menyebabkan dikeluarkannya semua isi uterus. Fase ini belangsung 3-5 hari. b) Fase regenerasi (pasca menstruasi)

Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur-angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium, fase ini telah mulai sejak fase menstruasi dan berlangsung kurang lebih 4 hari.

(4)

c) Fase ploriferasi

Fase ini terjadi sebelum ovulasi dan bertujuan untuk mempertebal endometrium. Pengaruh estrogen yang disekresi oleh ovarium, mengakibatkan sel-sel stroma dan sel-sel epitel berproliferasi dengan capat sehingga sel stroma bertambah banyak dan akan ditemui banyak pembuluh darah di dalamnya, kelenjar juga bertambah banyak. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-14 dari siklus menstruasi.

d) Fase sekresi (pra menstruasi)

Fase ini terjadi setelah ovulasi dan bertujuan untuk menciptakan kondisi endometrium yang cocok untuk implantasi hasil fertilisasi. Progesteron dan estrogen bersama-sama disekresi oleh korpus luteum. Namun yang lebih berperan dalam fase ini adalah hormon progesteron. Progesteron akan memeberikan efek pembengkakan yang nyata dan perkembangan sekretonik dari endometrium, kelenjar makin berkelok-kelok, suplai darah ke dalam endometrium juga bertambah. Fase ini berlangsung dari hari ke-14 sampai hari ke-28

Pada beberapa keadaan ovulasi tidak terjadi selama siklus menstruasi yang disebut sebagai siklus anovulatorik. Siklus tersebut sering terjadi pada 12-18 bulan pertama setelah menarche dan juga sebelum awitan menopause. Bila tidak terjadi ovulasi, tidak terbentuk korpus luteum dan efek progesteron pada endometrium

(5)

tidak terjadi. Namun, estrogen terus menyebabkan pertumbuhan endometrium proliferatif tersebut menjadi cukup tebal untuk terjadinya perdarahan bervariasi , tetapi biasanya terjadi kurang dari 28 hari dari periode menstruasi terakhir. Jumlah darah yang keluar juga bervariasi dan berkisar dari sedikit sampai relatif banyak. (Manuaba,2003)

(6)

2. Dismenorea a. Definisi

Dismenore adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. Dismenorea atau yang disebut juga algomenore, berarti haid yang sukar. Dalam pkaktiknya diartikan sebagai nyeri pada saat menstruasi atau menstruasi yang berkaitan dengan nyeri seperti kejang/ kolik dan biasanya pertama dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus berlangsung hingga 32 – 48 jam. Lebih rinci, dismenorea atau nyeri haid adalah nyeri yang timbul akibat kontraksi disritmik miometrium yang menampilkan satu atau lebih gejala, mulai dari nyeri ringan sampai berat pada perut bagian bawah, bokong, dan nyeri sposmadik pada sisi medial paha. Pada keadaan yang berat disertai gejala dan tanda, mulai dari mual, muntah, diare, pusing, nyeri kepala, sampai pingsan.

Dismenorea adalah nyeri haid yang sedemikian hebatnya sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa jam atau beberapa hari (Simanjuntak, 2008).

Definisi lain mengatakan bahwa dismenorea adalah suatu keadaan aliran siklus menstruasi yang sulit atau menstruasi yang nyeri (Calis, 2009).

(7)

b. Klasifikasi

Menurut Simanjuntak, (2008) dismenorea terbagi menjadi dua macam yaitu:

a) Dismenorea Primer

Merupakan bentuk nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada alat-alat genital yang nyata (Holder, 2009). Dismenorea primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus menstruasi pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya berjenis anovulator yang disertai dengan rasa nyeri (Simanjuntak, 2008).

Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan menstruasi dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung dalam beberapa hari (Simanjuntak, 2008). Rasa nyeri ini bisa menjalar ke punggung bawah akibat penelusuran nyeri melalui saraf spinal (Hilard, 2006).

b) Dismenorea Sekunder

Merupakan bentuk nyeri haid akibat penyakit tertentu yang berhubungan dengan alat reproduksi wanita. Penyebab dari dismenore sekunder adalah: endometriosis, fibroid, adenomiosis, peradangan tuba falopii, perlengketan abnormal antara organ di dalam perut, dan pemakaian IUD. Rasa nyeri

(8)

yang dirasakan hampir sama dengan dismenorea primer (Hilard, 2006).

Dismenorea sekunder adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena adanya patologi (kelainan organik) dalam pelvis. Dismenorea ini dimulai pada usia dewasa dan menyerang wanita yang semula bebas dari dismenorea, nyeri akan menghilang diantara masa menstruasi.

c. Etiologi dan Gejala a) Dismenorea primer

Banyak teori yang telah dikemukakan untuk menjelaskan penyebab-penyebab dismenorea primer tetapi sampai saat ini patofisiologinya masih belum dapat dimengerti. Penyebab yang saat ini diapakai untuk menjelaskan dismenorea primer, yaitu: (Simanjuntak, 2008)

1) Faktor psikologis

Pada wanita-wanita yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses menstruasi, mudah sekali timbul dismenorea.

2) Faktor konstitusi

Faktor ini maksudnya adalah faktor yang menurunkan katahanan tubuh terhadap rasa nyeri.

(9)

Faktor-faktor yang termasuk dalam hal ini adalah anemia, penyakit menahun, dan sebagainya.

3) Faktor obstruksi kanalis servikalis

Teori stenosis/ obstruksi kanalis serviksalis adalah teori yang paling sering digunakan untuk menjelaskan tentang dismenorea. Pada wanita dengan uterus hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis serviksalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai faktor penyebab dismenorea.

4) Faktor endokrin

Dismenorea primer merupakan akibat dari kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus.

Hal yang paling utama yang menyebabkan dismenorea primer hubungannya dengan faktor endokrin adalah hormon estrogen, progesteron, dan prostaglandin. Saat ini satu hari menjelang ovulasi, hormon estrogen akan turun, diikuti kenaiakn hormon progesteron.

Kemudian akan dilanjutkan pelepasan prostaglandin (PG) oleh endometrium, terutama PGF2-alfa yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos uterus. Jika jumlah PG yang dihasilkan berlebihan dan dilepaskan ke dalam sirkulasi atau peredaran darah maka selain dismenorea

(10)

akan dijumpai gejal-gejala lain seperti diare, nausea, muntah dan flusing.

5) Faktor alergi

Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara dismenorea dengan urtikaria, migraine, atau asma brokhial.

b) Dismenorea sekunder

Dismenorea sekunder disebabkan oleh kondisi patologik yang teridentifikasi atau kondisi iatrogenik di uterus, tuba, ovarium, atau pada peritoneum pelvis. Nyeri ini umumnya terasa saat proses patologik tersebut mengubah tekanan di dalam atau di sekitar pelvis, mengubah atau mebatasi aliran darah, atau menyebabkan iritasi di peritoneum pelvis. Penyebab dari dismenorea sekunder bisa dibagi menjadi 2 macam secara garis besar, yaitu: (Smith, 2003)

1) Penyebab intrauterin (1) Adenomiosis

Merupakan keadaan patologis yang ditandai dengan adanya invasi jinak endometrium ke komponen otot uterus (miometrium), sering juga terdapat pertumbuhan berlebihan dari komponen otot.

(11)

Didapatkan penebalan dinding uterus, dengan dinding poterior biasanya lebih tebal. Uterus umumnya berbentuk simetrik dengan konsistensi padat.

(2) Mioma

Penyakit ini sering terjadi pada wanita usia 40 tahun ke atas, kira-kira sebanyak 30%. Penyakit ini merupakan suatu tumor yang bisa terjadi di uterus, servikss, ataupun ligamen. Hal yang membuat dismenorea pada penyakit ini adalah karena distorsi pada uterus dan kavitas uteri.

(3) Polip endometrium

Polip adalah suatu bentuk tumor jinak yang patogenasis utamanya dipegang oleh estrogen yang berakibat timbulnya tomur fibromatosa baik pada permukaan atau pada tempat lain. Polip terbagi menjadi 3 macam yaitu polip endometrium, adenoma adenofibroma dan mioma submukosa.

(4) Intrauterine Contraception Devices (IUD)

Kontrasepsi intrauterin merupakan penyebab iatrogenik dismenorea sekunder yang paling banyak. Hal ini diakibatkan oleh adanya benda asing di dalam uterus sehingga saat kontraksi uterus akan timbul rasa nyeri.

(12)

(5) Infeksi

Terdapat infeksi aktif biasanya akan terdeteksi sebagai fase akut. Infeksi akan menyababkan rasa nyeri pada waktu menstruasi, buang air besar, atau saat aktivitas berat.

(6) Penyakit-penyakit jinak pada vagina dan serviks

Penyakit jinak yang termasuk dalam bagian ini adalah stenosis serviks dan lesi-lesi jinak pada vagina dan serviks. Namun penyakit junak tersebut sering menyebabkan dismenorea sekunder

2) Penyabab ekstrauterin. (1) Endometritis

Endometriosis adalah suatu keadaan diaman jaringan endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri dan miometrium. Jaringan ini terdiri atas kelenjar-kelenjar dan stroma. Jaringan patologis ini bisa terdapat di tuba uterina dan rongga pelvis.

(2) Tumor

Jaringan tumor yang menyebabkan dismneorea sekunder bisa bersifat benigna atau maligna. Struktur dari tumor tidak hanya fibroid tetapi juga struktur lain memungkinkan untuk terjadinya dismenorea sekunder.

(13)

Jaringan tumor di ekstrauterin bisa terdapat di ovarium, tuba uterina, dan vagina.

(3) Inflamasi (4) Adesi (5) Psikogenik

(14)

Tabel 2.1. Perbandingan Gejala Dismenorea Primer dengan Dismenorea Sekunder

Dismenorea Primer Dismenorea Sekunder a) Usia lebih muda a) Usia lebih tua

b) Timbul setelah terjadinya siklus menstruasi yang teratur

b) Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus menstruasi teratur

c) Sering terjadi pada nulipara

c) Tidak berhubungan dengan paritas

d) Nyeri timbul mendahului menstruasi dan meningkat pada hari pertama atau kedua menstruasi

d) Nyeri dimulai saat menstruasi dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah

e) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastik

e) Nyeri sering terasa terus menerus dan tumpul

f) Tidak dijumpai keadaan patologik pelvik

f) Berhubungan dengan kelainan pelvik

g) Hanya terjadi pada siklus menstruasi yang ovulatorik

g) Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi

h) Pemeriksaan pelvik normal

h) Seringkali memerlukan tindakan pembedahan i) Sering disertai nausea,

muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala

i) Terdapat kelainan pelvik pada pemeriksaan

(15)

d. Patofisiologi

Sampai saat ini patofisiologi terjadinya dismenorea masih belum jelas karena banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Namun saat ini yang paling dipercaya dalam meningkatkan rasa nyeri pada dismenorea primer adalah prostaglandin dan leukotrien. Pada remaja dengan dismenorea primer akan dijumpai peningkatan produksi prostaglandin dan leukotrien oleh endometrium sebagai respon peningkatan produksi progesteron. Pelepasan prostaglandin terbanyak selama menstruasi didapati pada 48 jam pertama dan berhubungan dengan beratnya gejala yang terjadi (Harel, 2006).

Prostaglandin F2α (PGF2α) adalah perantara yang paling berperan dalam terjadinya dismenorea primer. Prostaglandin ini merupakan stimulan kontraksi miometrium yang kuat serta efek vasokontriksi pembuluh darah. Peningkatan PGF2α dalam endometrium diikuti dengan penurunan progesteron pada fase luteal membuat membran lisosomal menjadi tidak stabil sehingga melepaskan enzim lisosomal. Pelepasan enzim ini menyebabkan pelepasan enzim phospolipase A2 yang berperan pada konversi fosfolipid menjadi asam arakhidonat. Selanjutnya menjadi Prostaglandin F2α (PGF2α) dan prostaglandin E2 (PGE2) melalui siklooksigenase (COX-2) dengan perantara prostaglandin G2 (PGG2) dan prostaglandin H2 (PGH2). Peningkatan kadar prostaglandin ini mengakibatkan hipertonus miometrium dan

(16)

vasokonstriksi pada miometrium sehingga terjadi iskemia yang berlebihan sehingga menyebabkan nyeri pada saat mentruasi. Peningkatan level PGF2-alfa dan PGE-2 jelas akan meningkatan rasa nyeri pada dismenorea primer juga (Hillard, 2006).

Selanjutnya, peran leukotrien dalam terjadinya dismenorea primer adalah meningkatkan sensitivitas serabut saraf nyeri uterus. Peningkatan leukotrien tidak hanya pada remaja putri tetapi juga ditemukan pada wanita dewasa. Namun peranan prostaglandin dan leukotrien ini memang belum dapat dijelaskan secara detail dan memang memerlukan penelitian lebih lanjut (Harel, 2006).

Selain peranan hormon, leukotrien, dan prostaglandin ternyata dismenorea primer juga bisa diakibatkan oleh adanya tekanan atau faktor kejiwaan. Stres atau tekanan jiwa bisa meningkatkan kadar vasopresin dan katekolamin yang berakibat pada vasokonstriksi kemudian iskemia pada sel (Hillard, 2006).

Sedangkan untuk mekanisme patologik pada dismenorea sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit yang berhubungan dalam ahl reproduksi wanita. Dismenorea sekunder sering terjadi akibat fibrosis uterus, endometriosis, adenomiosis, dan penyakit tulang panggul (pelvis) lainnya (Hilllard, 2006).

e. Derajat dismenorea

Dismenorea dapat dibagi menajdi 4 tingkatan menurut keparahannya yaitu: (Riyanto, 2001):

(17)

a) Derajat 0 : tanpa rasa nyeri dan aktivitas sehari-hari tidak terpengaruh

b) Derajat 1 : Nyeri ringan dan memerlukan obat penghilang rasa nyeri (analgetik) namun aktivitas sehari-hari jarang terganggu c) Derajat 2 : Nyeri sedang dan tertolong oleh obat

penghilang rasa nyeri tetapi sudah mengganggu aktivitas sehari-hari

d) Derajat 3 : Nyeri sangat berat dan tidak berkurang walaupun telah memakan obat penghilang rasa nyeri dan tidah mampu melakukan aktivitas sehari-hari. Kasus ini harus ditangani oleh dokter

Derajat nyeri ini dapat digambarkan dengan Numerical Rating Scale (NRS) merupakan suatu garis vertikal yang panjangnya 10 cm dan menggunakan angka 1-10 untuk menunjukkan derajat dismenorea, dimana:

0 = tidak dismenorea 1-3 = dismenorea ringan 4-6 = dismenorea sedang 7-9 = dismenorea berat 10 = dismenore sangat berat (Setyohadi, 2006)

(18)

f. Faktor Risiko

Terdapat banyak hal yang menjadi faktor risiko dismenorea primer dan dismenorea sekunder. Faktor-faktor tersebut antara lain: 1) Faktor risiko dismenorea primer

a) Usia kurang dari 20 tahun

b) Usaha untuk mengurangi berat badan c) Depresi atau ansietas

d) Kekacauan dalam menjalin hubungan sosial e) Menstruai berat

f) Nuliparitas g) Merokok

h) Riwayat keluarga positif pernah menderita juga i) Lama periode mentruasi panjang

2) Faktor risiko dismenorea sekunder

Bebikut adalah beberapa faktor risiko dari dimenorea sekunder menurut Calis, (2009):

a) Endometritiosis

b) Penyakit inflamasi pelvis ( pelvic inflammatory desease), terutama akibat penyakit menular seksual

c) Kista ovarium

(19)

g. Penanganan Dismenorea

Dalam menangani masalah dismenorea dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain: (Sebaya, 2005)

1) Gunakan heating pad (bantal pemanas)/ botol berisi air hangat di perut atau punggung, atau mandi dan berendam dengan air hangat.

2) Tidur dan istirahat yang cukup, serta olah raga teratus (termasuk banyak berjalan).

3) Pijatan ringan melingkar dengan telunjuk pada perut bagian bawah.

4) Tidak ada pembatasan untuk aktivitas. Bila tidur, angkat kaki/ menekuk lutut dan tidur posisi miring.

5) Konsumsi suplemen vitamin B dapat membantu pada beberapa orang.

6) Minum analgetik/ obat atau jamu 7) Terapi hipnosis.

8) Perawatan terhadap penyebab pada dismenorea sekunder. 9) Pada kasus yang sangat jarang dan ekstim kadang diperlukan

eksisi pada syaraf uterus.

10) Pada nyeri kronis (lama) yang sukar sembuh, mungkin diperlukan konseling psikologis, dukungan emosional/ obat-obatan anti depresi.

(20)

3. Kunyit a. Profil

Kunyit (Indonesia) adalah suatu tanaman yang sudah dikenal di berbagai belahan dunia. Nama lain tanaman ini antara lain saffron (Inggris), kurkuma (Belanda), kunir (Jawa), konyet (Sunda), dan lain sebagainya. (Olivia, 2006)

Tanaman kunyit tumbuh bercabang dengan tinggi 40-100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak, bulat, memebentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan tersusun dari pelepah daun (agak lunak). Daun tunggal, bentuk bulat telur (lanset) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm berwarna putih atau kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuning-kuningan (Scartezzini dan Speroni, 2000).

b. Taksonomi

Berikut ini adalah taksonomi dari tanaman kunyit:

Kingdom : Plantae

Divisio : Speromatophyta Sub-divisio : Angiospermae

(21)

Ordo : Zingiberales Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Species : Curcuma domestica Val. atau Curcuma longa L.

(Chattopadhayay, 2004) c. Kandungan

Kunyit mengandung protein (6,3%), lemak (5,1%), mineral (3,5%), karbohidrat (69,4%) dan moisture (13,1%). Terdapat minyak esensial (5,8%) yang diperoleh melalui distilasi uap dari rhizomel rimpang tanaman kunyit yang mengandung phellandrene (1%), sabinene (0,6%), cineol (1%), boeneol (0,5%), zingiberene (25%) dan sesquiterpenes (53%). Curcumine (diferulylmethane) (3-4%) membuat warna rizhoma kunyit menjadi kuning dan terdiri dari curcumine I, curcumine II dan curcumine III. Derivat dari curcumine, berupa demethoxy, bisdemethoxy, dan curcumenol (Chattopadhayay, 2004).

d. Manfaat

Di Indonesia, khususnya Jawa, kunyit banyak digunakan sebagai ramuan jamu karena berkhasiat menyejukkan, membersihkan, mengeringkan, menghilangkan gatal, dan menyembuhkan kesemutan. Di samping itu kunyit itu juga bermanfaat sebagai analgetika, antiinflamasi, antioksidan,

(22)

antimikroba, pencahar kanker, antitumor, dan menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, serta pembersih darah. Agen aktif dalam kunyit yang berfungsi sebagai antiinflamasi dan antipiretik adalah curcumine, sebagai analgetik adalah curcumenol (Olivia, 2006)

Analisis fitokimia dari rimpang kunyit mengungkapkan bahwa komposisi kimianya menunjukkan aktivitas poten sebagai analgetika Waktu paruh akhir senyawa aktifnya dimetabolisme dalam plasma adalah 1-2 jam (Navaro, 2002)

4. Asam Jawa a. Profil

Asam jawa termasuk tumbuahan tropis. Asal-usulnya diperkirakan dari savana Afrika timur dimana jenis liarnya ditemukan, salah satunya di Sudan. Semenjak ribuan tahun, tanaman ini telah menjelajah ke Asia tropis dan kemudian juga ke Karibia dan Amerika Latin. Di banyak tempat yang sesuai, termasuk Indonesia, tanaman ini tumbuh liar seperti di hutan-hutan savana (El-Siddig, 2006).

Pohon asam berpawakan besar, selalu hijau (tidak mengalami masa gugur daun), tinggi sampai 30 m dan diameter batang di pangkal hingga 2m. Kulit batang berwarna coklat keabu-abuan, kasar dan memecah, beralur-alur vertikal. Tajuknya rindang dan lebat berdaun, melebar dan membulat. Daun majemuk menyirip

(23)

genap, panjang 5-13 cm, terletak berseling, dengan daun penumpu seperti pita meruncing, merah jambu keputihan. Anak daun lonjong menyempit, 8-16 pasang, masing-masing berukuran 0,5-1x1-3,5 cm, bertepi rata, pangkalnya miring dan membundar, ujung membundar samapai sedikit berlekuk (El-Siddig, 2006)

Bunga tersusun renggang, di ketiak daun atau di ujung ranting, sampai 16 cm panjangnya. Bunga kupu-kupu dengan kelopak 4 buah dan daun mahkota 5 bua, berbau harum. Mahkota kuning keputihan dengan urat-urat merah coklat sampai 1,5 cm. Buah polong yang menggelembung, hampir silindris, bengkok atau lurus, berbiji samapi 10 butir, sering dengan pentyempitan diantara dua biji, kulit buah (eksokarp) mengeras berwarna kecoklatan atau kelabu bersisik, dengan urat-urat yang mengeras dan liat serupa benang. Daging buah (mesokarp) putih kehijaaun ketika sampai kehitaman ketika sangat masak, asam manis, dan melekat. Biji coklat kehitaman, mengkilap dan keras, agak persegi (El-Siddig, 2006). b. Taksonomi

Berikut ini adalah taksonomi tumbuhan asam jawa:

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

(24)

Subfamili : Caesalpinioideae

Genus : Tamarindus

Species : Tamarindus indica L. (El-Siddig, 2006)

c. Kandungan

Kandungan bahan aktif terpenting dari buah asam jawa adalah xylose (18%). Sedangkan bahan lain yang bisa diperoleh antara lain galaktosa (23%), glukosa (55%), arabinose (4%). Bahan lain yang bisa diperoleh dari bauh ini adalah melalui dilusi menggunakan asam dan pemanasan adalah xyloglycans, tannins, saponins, sesquiterpenes, alkaloids, dan phlobatamins. Selain itu agen-agen yang dapat ditemukan di atas, ternyata baru-baru ini juga ditemukan bahan aktif yang sangat bermanfaat di bidang kesehatan yaitu anthocyanin (Nair, 2004)

d. Manfaat

Buah asam jawa memiliki banyak manfaat medis yang telah dipercaya. Terutama kandungan xylose, xyloglycans dan anthocyanin yang terdapat dalam buah tersebut. Xylose dan xyloglycans sangat bermanfaat dalam hal kosmetika medis. Sedangkan yang paling bermanfaat dalam hal antiinflamasi dan antipiretika adalah anthocyanin karena agen tersebut mampu menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX) sehingga mampu menghambat dilepaskannya prostaglandin sehingga mampu mengurangi nyeri. Sedangkan bahan

(25)

tannins, saponins, sesquiterpenes, alkaloids, dan phlobatamins akan sangat bermanfaat untuk menenangkan pikiran dan mengurangi tekanan psikis. (Nair, 2004).

Asam jawa bermanfaat untuk melancarkan buang air besar, memperbaiki peredaran darah, mengurangi nyeri haid, menghilangkan keputihan, melangsingkan tubuh, mencegah rambut rontok, dan sebagainya. Buah asam juga dapat digunakan untuk membersihkan barang yang terbuat dari logam dan kuningan. Sedangkan daun asam dapat melancarkan buang air besar dan menghilangkan rasa sakit. Kandungan flavonoid yang terkandung pada daun asam jawa bersifat sebagai anti radang, membantu mengeluarkan keringat, dan menghilangkan sakit. (Nair, 2004)

5. Jamu Kunyit Asam

Minuman jamu kunyit asam merupakan salah satu jenis minuman tradisional yang sudah sangat popular di masyarakat, khususnya daerah Jawa. Jamu Kunyit asam diartikan sebagai jamu untuk menyegarkan tubuh atau dapat membuat tubuh menjadi dingin. Ada pula yang mengatakan bermanfaat untuk menghindarkan dari panas dalam atau sariawan, serta membuat perut menjadi dingin. Minuman ini merupakan suatu minuman yang berbahan baku kunyit dan asam yang juga bermanfaat untuk melancarkan haid, serta menghilangkan nyeri pada saat haid. (Olivia, 2006).

(26)

Minuman kunyit asam yang beredar di masyarakat biasanya terdiri dari satu kilogram kunyit dan seperempat kilogram asam jawa dalam dua liter air. Sehingga dalam satu gelas jamu kunyit asam (200cc) mengandung kunyit 100gr dan 25gr asam jawa.

6. Pengaruh Jamu Kunyit Asam dalam Mengurangi Keluhan Dismenorea Primer

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kunyit memiliki agen-agen aktif alami yang berfungsi sebagai analgetika, antipiretik, dan antiinflamasi sedangkan asam jawa memiliki agen-agen aktif yang juga berfungsi sebagai antipiretik dan penenang atau pengurang tekanan psikis. Agen aktif dalam kunyit yang berfungsi sebagai antiinflamasi dan antipiretik adalah curcumine, sebagai analgetik adalah curcumenol. Buah asam jawa, memiliki agen aktif alami anthocyanin sebagai antiinflamasi dan antipiretik. Selain itu buah asam jawa juga memiliki kandungan tannis, saponins, sesquiterpenes, alkaloid, dan plhobotamins untuk mengurangi aktivitas sitem syaraf.

Pada saat menstruasi, saat tidak ada pembuahan ovum pasca ovulasi, hormon-hormon reproduksi wanita turun drastis karena korpus luteum berinvolusi. Hal ini berakibat segala kondisi endometrium yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk implantasi hasil fertilisasi menjadi luruh juga. Semua kelenjar meluruh, terjadi

(27)

penurunan nutrisi, dan vasopsasme pembuluh darah di endometrium. (Guyton dan Hall, 2007).

Vasopresin akan menyebabkan reaksi inflamasi yang akan mengaktifkan metabolisme asam arakhidonat dan pada akhirnya akan melepaskan prostaglandin (PG) terutama PGF2α dan prostaglandin E2 (PGE2) yang akan menyebabkan vasokontriksi dan hipertonus pada miometrium. Hipertonus inilah yang akan menyebabkan dismenorea primer (Hillard, 2006)

Kandungan bahan alami minuman kunyit asam bisa mengurangi keluhan dismenorea primer dengan jalan masing-masing. Curcumine dan anthocyanin akan bekerja dalam menghambat reaksi cycloaxygenase (COX-2) sehingga menghambat atau mengurangi produksi prostaglandin sehingga akan mengurangi atau bahkan menghambat kontraksi uterus. Mekanisme penghambat kontraksi uterus melalui curcumine adalah dengan mengurangi influks ion kalsium (Ca2+) ke dalam kanal kalsium pada sel-sel epitel uterus.(Thaina, et al 2009)

Kandungan tannins, saponins, sesquiterpenes, alkaloid, dan Phlobotanins akan mempengaruhi sistem saraf otonom sehingga bisa mengurangi kontraksi uterus dan sebagai agen analgetika curcumenol akan menghambat pelepasan prostaglandin yang berlebihan. (Thaina, et al 2009).

(28)

B. Kerangka Teori

s

Keterangan:

: Mempengaruhi : Menghambat

Gambar 2.2 Skema Kerangka Teori (Hillard, 2006, Thaina et al, 2009) Asam Arakhidonat Kunyit (curcumine) dan asam jawa (anthocyanin) Menstruasi Hipertonus miometrium, Vasokontriksi pembuluh darah Jamu kunyit asam Konversi fosfolipid Pelepasan PGF2α dan PGE2 Iskemik uterus dismenore a Enzim fosfolipase A2 Penanganan dismenorea 1. Kompres air hangat 2. Masase perut 3. hipnotik Cyanidin 3- glucoside: inhibitor COX alami 1. Psikologis 2. Obstruksi kanalis servikalis 3. Alergi 4. Faktor konstitusi Obat Analgetik

(29)

C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Variabel Pengganggu 1. Obat Analgetik 2. Masase perut 3. Kompres air hangat 4. Hipnotik

Keterangan:

: diteliti - - - : tidak diteliti

Gambar 2.3 Hubungan Antar Variabel Minum jamu kunyit asam Derajat dismenorea: 1. Tidak dismenorea 2. Dismenorea ringan 3. Dismenorea sedang 4. Dismenorea berat

(30)

D. Hipotesis

Ada pengaruh pemberian jamu gendong kunyit asam Ny.K terhadap penurunan dismenorea pada siswi kelas x di SMK Tamtama Karanganyar.

Gambar

Gambar 2.1. Siklus Menstruasi (Sumber: Wikipedia)
Tabel  2.1.  Perbandingan  Gejala  Dismenorea  Primer  dengan  Dismenorea Sekunder
Gambar 2.2 Skema Kerangka Teori (Hillard, 2006, Thaina et al, 2009) Asam Arakhidonat  Kunyit  (curcumine) dan asam jawa  (anthocyanin) Menstruasi Hipertonus miometrium, Vasokontriksi pembuluh darah Jamu kunyit asam Konversi fosfolipid Pelepasan PGF2α dan P

Referensi

Dokumen terkait

B-94 Hasil simulasi pada Gambar4-7 adalah sistem MPPT yang dioptimasi dengan firefly standart dan firefly dimodifikasi yang akan diaplikasikan di kendaraan listrik

Pada penelitian ini akan dilihat kemampuan mengingat mahasiswa akan materi mata kuliah Analisis Perancangan Kerja 1, yang telah disampaikan pada semester 3

Untuk risiko prioritas yang sudah didapatkan dari Qualitative Risk Matrix tersebut akan diolah dengan diagram tornado untuk mengukur risiko biaya prioritas atau

akuisisi pada perusahaan go-publ ic yang mel ibatkan in- vestor dan emiten (perusahaan yang go-publ ic) dalam pro- ses emisi saham. D€ngan sendi ri nya titik

Hasil yang diperoleh dari kajian dan analisis teori yang terkait terhadap kondisi lapangan dengan kajian teori mengenai fungsi dan aktifitas ruang publik di Taman

Jika dicermati nilai tambah dari pelaksanaan Pendidikan Sistem Ganda berhasil dikuasai dengan baik dan dijalankan dengan sebaik- baiknya oleh semua pihak yang ikut

Untuk kondisi curah hujan sedang dengan curah hujan 12 mm/jam hasil pengukuran menunjukan terjadi redaman hujan sebesar 3,27 dB dengan hasil model perhitungan yang mendekati