3) Komponen yang terletak dalam kuadran III menunjukkan prioritas kepentingan rendah dan kinerja organisasi untuk komponen kunci tersebut berada pada tingkat perkembangan yang rendah;
4) Komponen kunci yang terletak dalam kuadran IV menunjukkan komponen-komponen kunci yang memiliki prioritas atau bobot kepentingan tinggi dan kinerja organisasi untuk komponen kunci tersebut berada pada tingkat perkembangan yang rendah.
Komponen kunci yang terletak pada kuadran II merupakan komponen utama untuk dibuat rekomendasi dan strategi agar komponen kunci pada kuadran II tersebut memiliki kinerja yang baik sesuai prioritas yang ditetapkan.
Selain dilakukan pembahasan terhadap hasil analisis kelembagaan pemerintah, juga dilakukan pembahasan kondisi kelembangaan yang ada di masyarakat nelayan. Pembahasan kondisi kelembagaan masyarakat nelayan dilakukan secara deskriptif berdasarkan laporan-laporan tentang kondisi kelembagaan masyarakat di Pulau Weh. Hal ini dilakukan untuk melihat peranan kelembagaan masyarakat dalam mendukung pelaksanaan pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan di Pulau Weh.
4 HASIL PENELITIAN
4.1 Sumberdaya Ikan Karang di Pulau Weh 4.1.1 Biomassa ikan karang
Berdasarkan hasil sensus visual dan survey hasil tangkapan terdapat 84 spesies ikan dari 14 famili yang memiliki nilai ekonomis (Tabel 6).
Tabel 6. Daftar Ikan Karang Ekonomis Hasil Survei UVC dan Hasil Tangkapan
No Famili Nama Lokal Spesies
1 Acanthuridae Taji-taji Acanthurus lineatus, Acanthurus mata, dan Naso Sp. 2 Balistidae Jabong Balistapus undulates, Balistoides conspicillum,
B.viridescens, Melichthys indicus, M. niger, Odonus niger, Pseudobalistes fuscus, Rhinecanthus rectangulus, Sufflamen bursa, S.chrysopterus, dan S. fraenatus 3 Caesionidae
Pisang-pisang
Caesio caerulaurea, C. lunaris, C. teres, C. xanthonota, Pterocaesio digramma, dan P. tile
4 Carangidae Rambeu Salem
Carangoides ferdau, C. orthogrammus, C. plagiotaenia, Caranx melampygus, dan Elagatis bipinnulatus
5 Haemulidae Bibir tebal Diagramma pictum dan Plectorhinchus
6 Holocentridae Seurindang Myripristis, Neoniphon sammara, dan Sargocentron 7 Lethrinidae Aneuk tiet Lethrinus harak dan Monotaxis grandoculis
8 Lutjanidae Kakap merah Reumong
Aphareus furca, Lutjanus bohar, L. carponotatus, L. decussatus, L. ehrenbergii, L. fulviflamma, L. fulvus, L. Kasmira, Macolor niger, dan Pinjalo pinjalo
9 Mullidae Ikan Jenggot Mulloidichthys, Parupeneus, dan Upeneus vittatus 10 Pemperidae Bruk abah Pempheris adusta dan P. vanicolensis
11 Priacanthidae Ikan merah Priacanthus hamrur 12 Scaridae
Beyeum-bayuem
Chlorurus bleekeri, C. sordidus, C. strongylocephalus, C.troschelii, Scarus Sp., S. altipinnis, S. forsteni, S. frenatus, S.ghobban, S. globiceps, S. niger, S. oviceps, S. quoyi, S.rivulatus, S. rubroviolaceus, S. schlegeli, dan S. tricolor
13 Serranidae Keurape Aethaloperca rogaa, Cephalopholis argus, C. boenak, C.leopardus, C. miniata, C. sexmaculata, C. sonnerati, C.spiloparaea, C. urodeta, Epinephelus
caeruleopunctatus, E.fasciatus, E. macrospilos, E. merra, E. ongus, E. quoyanus, E. spilotoceps, E. tauvina,dan Variola louti
Pseudobalistes fuscus dari famili Balistidae memiliki biomassa terendah yaitu sebesar 0,01 kg/ha. Chlorurus strongylocephalus dari famili Scaridae merupakan spesies dengan biomassa tertinggi dengan nilai 97,8 kg/ha.
4.1.2 Alat penangkapan ikan karang
Berdasarkan survei hasil tangkapan nelayan, terdapat 8 jenis alat tangkap yang dipergunakan untuk menangkap ikan karang oleh nelayan di Pulau Weh. Alat tangkap tersebut antara lain; jaring insang, pancing, jaring pisang-pisang, pukat jepang, purse seine, tonda, panah ikan (speargun) dan rawai.
Alat tangkap pancing merupakan alat tangkap yang umum dan paling banyak di gunakan di Pulau Weh. Jaring insang merupakan jaring insang tetap yang dioperasikan di atas karang tanpa menggunakan perahu. Rawai merupakan alat tangkap yang paling jarang digunakan. Purse seine dan tonda yang pada umumnya merupakan alat tangkap yang menangkap ikan non karang, namun nelayan di Pulau Weh mengoperasikan alat ini di sekitar tubiran karang, sehingga alat tangkap ini juga menangkap ikan karang.
Jaring pisang-pisang dan pukat jepang merupakan alat modifikasi dari Muroami. Pukat jepang masih menggunakan kantong dan memakai dua perahu dalam pengoperasiannya. Jaring pisang-pisang merupakan bottom gillnet yang dioperasikan di wilayah terumbu karang untuk menangkap ikan ekor kuning.
Pancing merupakan alat tangkap yang menangkap seluruh famili ikan yang dimanfaatkan. Jaring insang, jaring pisang-pisang dan speargun merupakan alat tangkap berikutnya yang dominan menangkap ikan karang. Alat tangkap berikutnya adalah pukat jepang dan tonda. Purse seine dan rawai yang merupakan alat tangkap ikan pelagis, namun pengoperasiannya yang di sekitar tubiran karang menyebabkan ikan ini juga menangkap ikan karang. Bahkan rawai hanya menangkap ikan famili Lutjanidae atau kakap yang merupakan ikan associate reef fish. Hasil tangkapan oleh masing-masing alat tangkap disajikan pada Tabel 7.
35
Tabel 7. Famili Ikan yang Tertangkap Masing-masing Alat Tangkap
NO Famili Alat Tangkap
JI JPP P PJ PS RW SG TD 1 Acanthuridae - - 2 Balistidae - - 3 Caesionidae - - 4 Carangidae - 5 Haemulidae - - - - - 6 Holocentridae - - 7 Lethrinidae - - - - - - 8 Lutjanidae - 9 Mullidae - - 10 Pemperidae - - - - 11 Priacanthidae - - - - - 12 Scaridae - - 13 Serranidae - - 14 Sphyraenidae - - - - -
Catatan: JI:jaring insang, JPP:jaring pisang-pisang, P:pancing, PJ:pukat jepang, PS:purse seine, RW: rawai, SG: speargun dan TD:tonda
Dilihat dari hasil tangkapannya, pancing memiliki rata-rata hasil tangkapan yang relatif sedikit. Pukat jepang dan purse seine juga memiliki nilai tengah hasil tangkapan yang relatif kecil. Penyebab pukat jepang memiliki nilai tengah yang kecil adalah banyaknya trip pukat jepang pada saat survei yang hasil tangkapannya sangat sedikit. Hasil tangkapan pukat jepang tertinggi pada saat penelitian dapat mencapai 45 kg/trip. Boxplot hasil tangkapan masing-masing alat tangkap disajikan pada Gambar 11 berikut ini.
Gambar 11. Boxplot Hasil Tangkapan (kg) Masing-masing Alat Tangkap
4.1.3 Nilai ekonomi alat penangkapan ikan karang
Penghitungan nilai ekonomi alat penangkapan ikan dihitung berdasarkan pada 5 komponen utama yaitu total trip masing-masing alat tangkap dalam satu tahun, depresiasi alat tangkap dan perahu yang digunakan setiap trip, biaya perawatan setiap bulan, biaya operasional setiap trip dan hasil tangkapan rata-rata setiap trip.
Penghitungan total trip berdasarkan kepada jumlah efektif bulan melaut masing-masing alat tangkap. Hal ini dilakukan mengingat banyaknya jumlah hari pantang melaut di Pulau Weh, seperti hari jumat, bulan puasa, dan saat kenduri laut. Setelah dihitung bulan efektif melaut maka dihitung jumlah minggu efektif melaut dalam satu tahun. Berdasarkan data Wildlife Conservation Society (data 2008 tidak dipublikasikan) dan verifikasi dengan beberapa nelayan tentang rata-rata jumlah melaut dalam satu minggu maka di dapat jumlah trip dalam satu tahun.
Depresiasi alat dihitung berdasarkan harga perahu, mesin dan alat tangkap beserta umurnya. Dengan membagi harga alat dengan umur perahu dalam bulan maka akan didapat nilai depresiasi alat penangkapan ikan dalam satuan bulan.
37
Informasi biaya operasional dan perawatan masing-masing alat tangkap di dapat secara langsung pada saat survei hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan diperoleh dari data Wildlife Conservation Society (data tidak dipublikasikan) dan verifikasi dengan beberapa nelayan tentang hasil rata-rata dalam setiap trip. Hasil rata-rata dihitung berdasarkan nilai tengah antara hasil saat hari baik dan saat hari buruk. Nilai ekonomi masing-masing alat tangkap disajikan pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Nilai Ekonomi Masing-masing Alat Tangkap No Alat Tangkap Total trip
(tahun) Depresiasi (Rp/tahun) Biaya Perawatan (Rp/tahun) Biaya Operasional (Rp/tahun) Keuntungan Bersih Minimal (Rp/tahun) Keuntungan Bersih Normal (Rp/tahun) Keuntungan Bersih Maksimal (Rp/tahun) 1 Jaring Insang 214 250,000 120,000 - 21,073,750 63,961,250 106,848,750 2 Jaring pisang-pisang 196 6,541,667 6,000,000 68,437,500 -22,318,452 36,342,262 95,002,976 3 Pancing 246 4,241,667 4,800,000 12,318,750 -10,273,542 15,595,833 52,552,083 4 Pukat Jepang 196 11,062,500 9,000,000 97,767,857 -59,169,643 77,705,357 175,473,214 5 Purse seine 251 21,000,000 32,000,000 301,125,000 -178,468,750 147,750,000 1,151,500,000 6 Rawai 224 5,041,667 4,800,000 39,123,438 -19,901,979 62,816,146 174,597,396 7 Speargun 183 8,833,333 2,400,000 27,375,000 -14,883,333 80,016,667 107,391,667 8 Tonda 224 5,041,667 4,800,000 67,068,750 -63,496,667 180,186,458 705,558,333
Berdasarkan nilai ekonomi, purse seine dan tonda merupakan alat tangkap yang memiliki nilai ekonomi tertinggi, hal ini disebabkan alat tangkap ini selain menangkap ikan karang juga menangkap ikan pelagis yang nilainya cukup mahal.
4.1.4 Jumlah alat tangkap optimum
Hasil penapisan spesies ikan berhasil ditemukan 9 spesies ikan yang memiliki perbandingan antara rata-rata hasil tangkapan dan biomassa ikan kurang dari 10. Sembilan spesies tersebut antara lain Pseudobalistes fuscus, Carangoides plagiotaenia, Elagatis bipinnulatus, Lutjanus bohar, Cephalopholis boenak, Cephalopholis miniata, Epinephelus caeruleopunctatus, Epinephelus spilotoceps dan Variola louti. Sembilan spesies tersebut tidak dimasukkan dalam fungsi kendala dalam analisis Linear Goal Programming (LGP) untuk menentukan jumlah alat tangkap optimal.
Analisis Linear Goal Programming (LGP) untuk menentukan jumlah alat tangkap optimal dilakukan pada dua kelompok fungsi kendala. Kelompok pertama adalah spesies ikan yang memiliki perbandingan hasil tangkapan rata-rata dengan biomassa ikan lebih dari 10 yaitu sebanyak 75 spesies atau 75 fungsi
kendala. Kelompok kedua adalah spesies ikan yang memiliki perbandingan lebih dari 100 yaitu sebanyak 45 spesies. Hasil analisis LGP masing-masing kelompok disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 9. Jumlah Alat Tangkap berdasarkan Analisis LGP
No Alat Tangkap Kode
Skenario Kelompok 1 (75 spesies) Kelompok 2 (45 spesies) 1 Jaring insang JI 144 155 2 Jaring pisang-pisang JPP 35 193 3 Pancing P 30 406 4 Pukat jepang PJ 19 0 5 Purse seine PS 1,055 0 6 Rawai RW 0 0 7 Speargun SG 10 1,392 8 Tonda TD 283 255 4.2 Area Prioritas
Berdasarkan Analisis Marxan yang dilakukan terhadap target konservasi maka area prioritas yang dapat dijadikan kawasan konservasi disajikan pada gambar-gambar berikut ini.
39
Gambar 13. Area Prioritas Kawasan Konservasi Laut 20 % di Pulau Weh
Gambar 15. Area Prioritas Kawasan Konservasi Laut 40 % di Pulau Weh
Luasan wilayah masing-masing target konservasi disajikan pada Tabel 10 berikut ini.
Tabel 10. Komposisi Luasan Prioritas Konservasi Berdasarkan Analisis Marxan
Keterangan Karang Mangrove
Luas % Luas % Luas Total 904.660 100.00 45.840 100.00 Area Prioritas (ha) 10% 62.712 6.93 3.221 7.03 20% 130.564 14.43 11.961 26.09 30% 192.243 21.25 25.983 56.68 40% 276.344 30.55 19.853 43.31 4.3 Kelembagaan
Hasil analisis Institutional Development Framework (IDF) menunjukkan kelembagaan Pemerintah Kota Sabang dalam tahap pemantapan untuk implementasi pendekatan ekosistem dalam pengelolaan perikanan karang. Nilai IDF masing-masing badan dan dinas serta rata-rata nilai IDF disajikan pada Tabel 11.
41
Tabel 11. Nilai IDF Masing-masing Badan dan Dinas
Keterangan Bapedalkep Bappeda DKPP Rata-rata Bobot (B) 116.00 84.00 116.50 116.33 Z 330.00 194.50 278.00 286.47 IDF 2.84 2.32 2.39 2.46
Grafik IDF (Gambar 16) menunjukkan komponen-komponen kunci kelembagaan Pemerintah Kota Sabang berada pada 3 kuadran, yaitu kuadran I, II, III. Hal ini menunjukkan kinerja Pemerintah Kota Sabang memang hanya pada komponen kunci yang merupakan prioritas. Terlihat bahwa tidak adanya komponen kunci yang berada pada kuadran IV yang merupakan komponen kunci kinerja yang tinggi namun prioritas yang rendah. Komponen kunci yang berada pada kuadran II memang merupakan komponen kunci yang menjadi kelemahan Pemerintah Kota Sabang.
Berdasarkan grafik IDF, terdapat 9 komponen kunci yang terdapat pada kuadran II yang merupakan komponen dengan prioritas tinggi namun kinerja yang rendah. Sembilan komponen kunci tersebut antara lain (berurut dari prioritas tertinggi dan kinerja terendah):
1) Implementasi kegiatan perlindungan spesies unik/dilindungi (31) 2) Impelementasi penelitian (35)
3) Implementasi perlindungan daerah pemijahan ikan (32)
4) Pelatihan staf untuk monitoring dan riset perikanan dan ekosistem (16) 5) Alokasi dana untuk kegiatan penelitian perikanan dan ekosistem (19) 6) Komunikasi lembaga pemerintah dengan Panglima Laot (26)
7) Kecukupan dana untuk kegiatan konservasi (23) 8) Pelatihan staf untuk konservasi (14)
9) Staf yang mempunyai tugas dan wewenang di bidang penelitian perikanan dan ekosistem (13)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 18 17 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Gambar 16. Grafik XY Prioritas Rata-rata Kota Sabang Keterangan
1 : Sistem organisasi 19 : Alokasi dana untuk kegiatan penelitian
perikanan dan ekosistem
2 : Komponen ekosistem dalam
visi/misi/pengelolaan perikanan
20 : Sumberdana untuk kegiatan konservasi
3 : Kebijakan untuk kegiatan konservasi 21 : Sumberdana untuk kegiatan pengaturan
penangkapan ikan
4 : Kebijakan untuk pengaturan penangkapan
ikan
22 : Sumberdana untuk kegiatan penelitian
perikanan dan ekosistem
5 : Kelengkapan posisi untuk kegiatan
konservasi
23 : Kecukupan dana untuk kegiatan konservasi
6 : Kelengkapan posisi untuk pengaturan
penangkapan ikan
24 : Kecukupan dana untuk pengaturan
penangkapan ikan
7 : Kelengkapan posisi untuk penelitian
ekosistem
25 : Kecukupan dana untuk kegiatan penelitian
perikanan dan ekosistem
8 : Pertimbangan kondisi ekosistem dalam
perencanaan
26 : Komunikasi lembaga pemerintah dengan
Panglima Laot
9 : Pertimbangan kondisi ekosistem dalam evaluasi
perencanaan
27 : Komunikasi antar lembaga dengan
BAPEDALKEP
10 : Partisipasi dalam perencanaan 28 : Komunikasi antar lembaga dengan
BAPPEDA
11 : Staf yang mempunyai tugas dan wewenang di
bidang konservasi
29 : Komunikasi antar lembaga dengan DKPP
12 : Staf yang mempunyai tugas dan wewenang di
bidang pengaturan penangkapan ikan
30 : Implementasi kegiatan konservasi
13 : Staf yang mempunyai tugas dan wewenang di
bidang penelitian perikanan dan ekosistem
31 : Implementasi kegiatan perlindungan spesies
unik/dilindungi
14 : Pelatihan staf untuk konservasi 32 : Implementasi perlindungan daerah
pemijahan ikan
15 : Pelatihan staf untuk pengaturan
penangkapan ikan
33 : Implementasi pengaturan penangkapan ikan
16 : Pelatihan staf untuk monitoring dan riset
perikanan dan ekosistem
34 : Implementasi pengaturan pemanfaatan
tradisional
17 : Alokasi dana untuk kegiatan konservasi 35 : Impelementasi penelitian
18 : Alokasi dana untuk pengaturan
penangkapan ikan
y: prioritas x: kinerja