• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman Sirih

2.1.1 Morfologi tanaman sirih

Sirih merupakan tanaman terna, tumbuh merambat atau menjalar, tinggi 5m sampai 15 m. Helaian daun berbentuk bundar telur lonjong pada bagian pangkal berbentuk jantung atau agak bundar, tulang daun bagian bawah gundul atau berambut sangat pendek, tebal, bewarna putih, panjang 5 cm sampai 18 cm, lebar 2,5 cm sampai 10,5 cm bunga berbentuk bulir berdiri sendiri di ujung cabang dan berhadapan dengan daun. Bulir jantan, panjang gagang 1,5 cm sampai 3 cm, benang sari sangat pendek. Bulir betina, panjang gagang 2,5 cm sampai 6 cm. Kepala putik 3 sampai 5. Buah buni, bulat, dengan ujung gundul. Bulir masak berambut kelabu, rapat, tebal 1 cm sampai 1,5 cm (Ditjen POM, 1995).

2.1.2 Sistematika Tanaman Sirih

Menurut Herbarium Medanense (Meda) sistematika tumbuhan sirih adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Bangsa : Piperales Suku : Piperaceae

(2)

Marga : Piper Jenis : Piper betle L

2.1.3 Nama lain Tanaman Sirih

Tanaman sirih memiliki nama lain yang biasa disebut dengan sireh (Minangkabau), Jabai (Lampung), demban (Batak toba), belo (Batak Karo), burangir (Mandailing), tawuo (Nias), ranub (Aceh), suruh atau sedah (Jawa), Seureuh (Sunda). Betle (Prancis), Betle, betlehe, Fitele (Portugal). (Azwar, 2010).

2.1.4 Kandungan dan Khasiat

Menurut MMI Edisi IV, daun sirih mengandung senyawa organik yaitu minyak atsiri flavonoida, tanin, triterpenoid/steroida, saponin zat aktif yang dikandung daun sirih yang berperan sebagai antibakteri yaitu senyawa flavonoid, tanin, saponin (Robinson, 1995). Senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstrak seluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri (Cowan, 1999).

Saponin termasuk dalam kelompok antibakteri yang mengganggu permeabilitas membran sel bakteri yang mengakibatkan kerusakan membran sel dan menyebabkan keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida (Ganiswarma, 1995). Senyawa tanin merupakan senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan yang bersifat sebagai antibakteri, memiliki kemampuan menyamak kulit dan juga dikenal sebagai astringensia (Robinson, 1995).

(3)

2.2 Ekstraksi

Ektraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan suatu pelarut cair. Simplisia yang diekstraksi mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain. (Ditjen POM, 2000). Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 1995).

2.2.1 Metode Ekstraksi

Menurut Ditjen POM (2000), ada beberapa metode ekstraksi yaitu:

a. Cara Dingin

Ekstraksi dengan cara dingin terdiri dari :

1. Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara tekonologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

(4)

pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap pekolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh ekstak (perkolat) yang jumlahnya 1 sampai 5 kali bahan.

b. Cara Panas

Ekstraksi dengan cara panas terdiri dari:

1. Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

2. Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur lebih tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC.

3. Sokletasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru, dilakukan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 4. Infudansi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada

temperatur 90oC selama 15 menit.

5. Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90oC selama 30 menit.

2.3 Antibiotik

Antibiotika adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu proses biokimia mikroorganisme lain. Istilah „antibiotika‟ sekarang meliputi senyawa sintetik seperti sulfonamida dan kuinolon yang bukan merupakan produk mikroba.

(5)

Sifat antibiotika adalah harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin artinya obat tersebut harus bersifat sangat toksik untuk mikroba tetapi relatif tidak toksik untuk hospes (setiabudy, 2007).

2.3.1 Penggolongan antibiotik

Antibiotik dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian, yaitu :

a. Berdasarkan mekanisme kerja, antibiotik dikelompokkan dalam lima kelompok yaitu :

1. Menghambat sintesis dinding sel bakteri sehingga menghilangkan kemampuan berkembang biak dan menimbulkan lisis, contoh penisilin dan sefalosporin.

2. Mengganggu keutuhan membrane sel, mempengaruhi permeabilitas sehingga menimbulkan kebocoran dan kehilangan senyawa intraselular, contoh nistatin.

3. Menghambat sintesis protein sel bakteri, contoh tetrasiklin, kloramfenikol dan eritromisin.

4. Menghambat sintesis asam nukleat contoh rifamfisin dan golongan kuinolon.

5. Menghambat metabolisme sel bakteri, contoh sulfonamik. b. Berdasarkan struktur kimia, antibiotik terdiri atas:

1. Antibiotik β-laktam, yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok penisilin (ampisilin, amoksilin, dan lain-lain) dan kelompok sefalosporin (sefalotin, sefaliridin, dan lain-lain).

2. Aminoglikosida, terdiri dari streptomisin, kanamisin, gentaminisin, neomisin, tobramisin, framisetin, paromomisin.

(6)

3. Kloramfenikol, terdiri dari kloramfenikol dan tiamfenikol.

4. Tetrasiklin, terdiri dari tetrasiklin, oksitetrasiklin, klortetrasiklin, doksisiklin, minosiklin.

5. Makrolida dan antibiotik yang berdekatan, terdiri dari eritromisin, klindamisin, sinergistin.

6. Rifampisin, yaitu rifampisin. 7. Polipeptida siklik, yaitu basitrasin.

8. Antibiotik polien, terdiri dari mistatin, dan amfoterisin. 9. Antibiotik lain terdiri dari griseofulvin dan vankomisin.

c. Berdasarkan daya kerja, antibiotik dibagai dalam dua kelompok yaitu :

1. Bakteriostatik, yaitu menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri atau bekerja menghambat sintesis protein bakteri contoh tetrasiklin, kloramfenikol, feritronisin, linkomisin, klindamisin, sulfonamid.

2. Bakterisid, yaitu membunuh bakteri secara langsung atau bekerja menghambat biosintesis dinding sel dan membran sitoplasma bakteri, contoh penisilin dan turunannya, basitrasin, aminoglikosida, polimiksin, rifampisin, sefalosporin, polipeptida. Sintesis dinding sel bakteri yang terganggu maka bakteri tidak mampu mengatasi perbedaan tekanan osmosis diluar dan dalam sel yang mengakibatkan kehancurannya. Antibiotik kelompok bakterisid dapat bersifat bakteriostatik atau tidak bekerja sama sekali pada dosis rendah, sebaliknya kelompok bakteriostatik dapat bersifat bakterisid pada dosis tinggi. Pengunaan bakterisid penting pada keadaan tubuh yang lemah, bila kadar antibodi tubuh tidak memadai, jika ada kekurangan pembentukan antibodi infeksi menahu dan keadaan

(7)

baru sembuh dari sakit yang lama. Antibiotik bakteriostatik dapat digunakan pada infeksi akud dan ringan serta jika jumlah antibodi dalam tubuh masih memadai.

d. Berdasarkan spektrum kerja, antibiotik terdiri dari:

1. Spektrum sempit, bekerja terhadap beberapa jenis bakteri saja, contoh : penisilin, eritromisin, klindamisin, hanya bekerja terhadap bakteri grampositif dan gentamisin hanya bekerja terhadap gram negatif.

2. Spektrum luas, bekerja terhadap lebih banyak bakteri baik gram negatif maupun gram positif serta jamur, contoh tetrasiklin, dan kloramfenikol, ampisilin, sulfonamid, sefalosporin, rifampisin. (Tjay dan Rahardja, 2003). 2.3.2 Amoksisilin

2.3.2.1 Uraian umum Amoksisilin

Rumus Molekul Amoksisilin ialah C16H19N3O53H20 dan memiliki berat

molekul 419,45 serta pemerian yaitu Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau. Amoksisilin memiliki kelarutan yang sukar larut dalam air dan methanol, tidak larut dalam benzene, dalam karbon tertraklorida dan dalam kloroforn. Dimana rumus bangun amoksisilin dapat dilihat dalam gambar 2.1 dibawah ini.

HO O HO O H O N CH3 N S 3H20 CH3 H2N H H H H

Gambar 2.1 Rumus bangun amoksisilin 2.3.2.2 Farmakologi amoksisilin

(8)

Amoksisilin adalah antibiotik dengan spectrum luas, digunakan untuk pengobatan seperti infeksi saluran pernafasan, saluran empedu, dan saluran seni, gonorhu, gastroenteris, meningitis, dan infeksi salmonella sp; seperti demam tipoid. Amoksisilin adalah turunan penisilin yang tahan asam tetapi tidak tahan terhadap penisilinase (Siswandono, 2000).

Amoksisilin merupakan turunan dari penisilin semi sintetik dan stabil dalam suasana asam lambung. Amoksisilin diabsorpsi dengan cepat dan baik pada saluran pencernaan, tidak tergantung adanya makanan. Amoksisilin terutama diekskresikan dalam bentuk tidak berubah di dalam urin. Ekskresi amoksisilin dihambat saat pemberian dengan probenesit sehingga memperpanjang efek terapi (Siswandono, 2000).

2.3.3 Kombinasi Zat yang Bersifat Antibakteri

Kombinasi antibakteri atau antimikroba yang digunakan menurut indikasi yang tepat dapat memberikan manfaat klinik yang besar. Penggunaan kombinasi antibakteri (antibiotik) dimungkinkan dengan tujuan untuk menghadapi campuran infeksi bakteri. Dengan kombinasi diharapkan mendapatkan hasil yang sinergisme. Sehingga perlu dicari terapi alternatif yang lebih aman dengan melakukan kombinasi zat yang bersifat antibakteri dan diharapkan memberikan efek yang sinergis. Sinergisme adalah kerja sama antara dua obat dan dikenal dengan dua jenis:

a. Adisi (penambahan) yaitu efek kombinasi yang dihasilkan antara dua obat merupakan hasil yang sama dengan jumlah kegiatan dari masing-masing obat.

(9)

b. Potensiasi (peningkatan potensi) adalah efek dari kedua obat saling memperkuat khasiatnya, sehingga terjadi efek yang melebihi jumlah matematis dari a+b.

Jika hasil penjumlahan kedua diameter zona hambat obat A dan obat B melebihi dari jumlah diameter zona hambat secara tunggal maka dapat dipastikan bahwa kombinasi obat A dan B bersifat sinergisme potensiasi (Chin, 2000; Mulyantono dan Isman, 2008; Tjay dan Rahardja, 2007).

Pengujian untuk melihat efek sinergisme dari kombinasi kedua antibakteri dapat juga dilakukan dengan cara Disk Diffusion Testing (DDT) dimana pengujian dilakukan menggunakan cakram, pengujian ini sama dengan metode test Kirby & Bauer. Disk atau cakram terlebih dahulu masing-masing diresapi dengan agen antimikroba tunggal kemudian keduanya ditempatkan pada jarak yang sama dengan jumlah dari jari-jari zona penghambatan agen antimikroba saat diuji secara terpisah atau tunggal. Kombinasi dikatakan bersifat sinergisme jika menunjukkan peningkatan atau membentuk seperti jembatan pada atau dekat persimpangan dari dua zona hambat, atau hambatan dari pertumbuhan yang merupakan efek kombinasi dari kedua agen antimikroba (Schwalbe, et al., 2007). Kombinasi yang bersifat sinergisme dapat dilihat pada Gambar 2.

(10)

Gambar 2.2 Gambaran efek kombinasi agen antimikroba secara DDT

Keterangan: A= Kombinasi bersifat aditif

B= Kombinasi bersifat sinergis

C= Kombinasi bersifat antagonis

D= Kombinasi bersifat sinergis (Sumber: Schwalbe, et al., 2007).

2.4 Sterilisasi

Sterilisasi merupakan suatu proses yang dilakukan untuk tujuan membunuh atau menghilangkan mikroorganisme yang tidak diingingkan pada suatu objek atau spesimen. Cara-cara sterilisasi (Pratiwi, 2008) yaitu:

a. Sterilisasi dengan bahan kimia, contoh: senyawa fenol dan turunannya. Desinfektan ini digunakan misalnya untuk membersihkan area tempat bekerja.

b. Sterilisasi kering digunakan untuk alat-alat gelas misalnya cawan petri dan tabung reaksi. Waktu sterilisasi selama ±2 jam, berdaya penetrasi rendah. Ada dua metode sterilisasi panas kering yaitu dengan insinerasi, yaitu pembakaran dengan api bunsen dan oven dengan temperatur sekitar

(11)

160 – 170o C.

c. Sterilisasi basah, biasanya menggunakan uap panas bertekanan dalam autoklaf. Media biakan, larutan dan kapas dapat disterilkan dengan cara ini. Autoklaf merupakan suatu alat pemanas bertekanan tinggi dengan meningkatnya suhu air maka tekanan udara akan bertambah dalam autoklaf yang tertutup rapat. Sejalan dengan meningkatnya tekanan di atas tekanan udara normal, titik air meningkat. Biasanya pemanasan autoklaf berada pada suhu 1210 C selama 15 menit.

d. Filtrasi bakteri, digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang terurai atau tidak tahan panas.

2.5 Bakteri

Nama bakteri berasal dari kata “baterion” (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang. Sekarang namanya dipakai untuk menyebutkan sekelompok mikroorganisme yang bersel satu berbiak dengan pembelahan diri, serta sangat kecil sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 1987). Pertumbuhan dan perkembangan bakteri dapat dipengaruhi oleh :

a. Temperatur

Proses pertumbuhan bakteri tergantung pada reaksi kimiawi dan laju reaksi kimia yang dipengaruhi oleh temperatur. Berdasarkan ini maka bakteri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Bakteri psikofil, yaitu bakteri ysng dapat hidup pada temperatur maksimal 20o C, temperatur optimum adalah 0-15o C.

(12)

2. Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur maksimal 45o C, temperatur optimum adalah 20-40o C.

3. Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur maksimal 100o C, temperatur optimum 55-65o C.

Temperatur optimum biasanya merupakan refleksi dari lingkungan normal organisme tersebut oleh karena itu bakteri-bakteri pathogen bagi manusia biasanya tumbuh dengan baik pada 37o C (Pratiwi, 2008). b. pH

pH optimum bagi kebanyakan bakteri terletak antara 6,5 dan 7,5. Namun ada beberapa microorganisme yang dapat tumbuh pada keadaan yang sangat asam atau alkali (Pratiwi, 2008).

c. Tekanan osmosis

Osmosis merupakan perpindahan air melewati membran semipermeabel karena ketidakseimbangan material terlarut dalam media. Medium yang sangat baik untuk pertumbuhan sel adalah medium isotonis terhadap sel tersebut. Dalam larutan hipotonik air akan masuk kedalam sel sehingga menyebabkan sel membengkak, sedangkan dalam larutan hipertonik air akan keluar dari sel sehingga membran plasma mengerut dan lepas dari dinding sel (Plasmolisis) (Pratiwi, 2008; Lay, 1994).

d. Oksigen

Berdasarkan kebutuhan oksigen mikroorganisme dikenal menjadi empat golongan yaitu:

1. Bakteri aerob, yaitu bakteri yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya.

(13)

2. Bakteri anaerob, yaitu bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen. 3. Bakteri anaerob fakultatif, yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan

oksigen ataupun tanpa oksigen.

4. Bakteri mikroaerob, yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan adanya sedikit oksigen (Pratiwi, 2008)

e. Nutrisi

Nutrisi merupakan substansi yang diperlukan untuk biosintesis dan pembentukan energi. Berdasarkan kebutuhannya nutrisi dibedakan menjadi dua yaitu makroelemen (elemen yang diperlukan dalam jumlah yang banyak) dan mikroelemen (elemen nutrisi yang diperlukan dalam jumlah sedikit) (Pratiwi, 2008).

2.5.1 Fase Pertumbuhan Bakteri

Pertumbuhan bakteri meliputi empat fase (Pratiwi, 2008) yaitu: 1. Fase stasioner

Pertumbuhan bakteri berhenti pada fase ini dan terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel yang mati. Karena pada fase ini terjadi akumulasi produk buangan yang toksik. 2. Fase eksponensial (fase log)

Fase ini merupakan fase dimana mikroorganisme tumbuh dan membelah pada kecepatan maksimum, tergantung pada genetika bakteri, sifat media dan kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju konstan dan massa yang bertambah secar eksponensial.

(14)

3. Fase lag

Fase lag merupakan fase adaptasi, yaitu fase penyesuaian mikroorganisme pada suatu lingkungan baru. Ciri fase ini adalah tidak adanya peningkatan jumlah sel yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Lama fase lag tergantung pada kondisi dan jumlah awal mikroorganisme dan media pertumbuhan.

4. Fase kematian

Pada fase ini terjadi penurunan nutrisi yang diperoleh oleh bakteri sehingga bakteri memasuki fase kematian. Laju kematian melampui dari laju pertumbuhan, dan pada akhirnya pertumbuhan bakteri terhenti (Volk dan Wheeler, 1988).

2.5.2 Klasifikasi bakteri

Berdasarkan bentuk morfologinya maka bakteri dapat dibagi atas tiga golongan (Dwidjoseputro, 1988), yaitu:

a. Golongan basil

Golongan basil berbentuk serupa tongkat pendek, silindris. Basil dapat bergandengan dua-dua atau terlepas satu sama lain, yang bergandeng-gandengan panjang disebut streptobasil, yang dua-dua disebut diplobasil.

b. Golongan kokus

Golongan kokus merupakan bakteri yang bentuknnya serupa bola-bola Kecil. Golongan ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang bergandeng-gandengan panjang berupa rantai, disebut streptokokus, ada yang berbergandeng-gandengan dua-dua disebut diplokokus, ada yang mengelompok berempat disebut tetrakokus dan kokus yang mengelompokkan serupa kubus disebut sarsina.

(15)

c. Golongan spiral

Golongan spiral merupakan bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok berupa spiral. Bakteri ini tidak banyak terdapat, karena itu merupakan golongan yang paling kecil jika dibandingkan dengan golongan kokus maupun dengan golongan basil.

2.6 Uraian Bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli 2.6.1 Bakteri Escherichia coli

Escherichia coli disebut juga Bacterium coli, merupakan bakteri gram negatif, aerob atau anaerob fakultatif, panjang 1-4 µm, lebar 0,4-1,7 µm, berbentuk batang, tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh baik pada suhu 37o C tetapi dapat tumbuh pada suhu 8-40o C, membentuk koloni yang bundar, cembung, halus dan dengan tepi rata. Escherichia coli biasanya terdapat dalam saluran cerna sebagai flora normal. Bakteri ini dapat menjadi pathogen bila berada diluar usus atau dilokasi lain dimana flora normal jarang terdapat (Jawetz, 2001). Strain Escherichia coli yang memproduksi enterotoksin melepaskan toksin yang menyebabkan sekresi elektrolit dan cairan ke saluran pencernaan yang berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan gejala diare yang bervariasi yaitu dari ringan sampai berat (Supardi dan Sukamto, 1999).

2.6.2 Bakteri Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus termasuk dalam suku Micrococcaceae. Staphylococcus aureus berasal dari kata “Staphele” yang berarti kumpulan dari anggur, dan kata “aureus” dalam bahasa Latin yang berarti emas. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif, aerob atau anaerob fakultatif berbentuk

(16)

bola atau kokus berkelompok tidak teratur, diameter 0,8-1,0 µm, tidak membentuk spora dan tidak bergerak, koloni berwarna kuning. Bakteri ini tumbuh cepat pada suhu 37o C tetapi paling baik membentuk pigmen pada suhu 20-25o C. (Jawetz, 2001). Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan seperti hidung, mulut, tenggorokan dan dapat pula dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. Bakteri ini dapat menyebabkan berbagai macam infeksi seperti intoksikasi, jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan (Supardi dan Sukamto, 1999).

Keracunan makanan oleh Staphylococcus aureus dapat menimbulkan berbagai gejala setelah 2-4 jam. Gejala-gejala tersebut yaitu meliputi muntah, diare, mual, kejang dan timbul perasaan letih (Adam dan Moss,1995).

2.6.3 Pengukuran aktivitas antibakteri

Pengukuran aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode dilusi (pengenceran) atau dengan metode difusi.

a. Metode Dilusi

Metode ini menggunakan antimikroba dengan konsentrasi yang berbeda-beda dimasukkan pada media cair. Media tersebut langsung diinokulasikan dengan bakteri dan diinkubasi. Tujuan dari percobaan ini adalah menentukan konsentrasi terkecil suatu zat antibakteri dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri uji. Metode dilusi agar membutuhkan waktu lama dalam pengerjaanya sehingga jarang digunakan (Jawetz, 2001).

(17)

b. Metode Difusi

Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar dengan menggunakan cakram kertas, cakram kaca, pencetak lubang. Prinsip metode ini adalah mengukur zona hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi akibat difusi zat yang bersifat sebagai antibakteri di dalam media padat melalui pencadang. Daerah hambatan pertumbuhan bakteri adalah daerah jernih di sekitar cakram. Luas daerah hambatan berbanding lurus dengan aktivitas antibakteri, semakin kuat daya aktivitas antibakterinya maka semakin luas daerah hambatnya. Metode ini dipengaruhi oleh banyak faktor fisik dan kimia, misalnya; pH, suhu, zat inhibitor, sifat dari media dan kemampuan difusi, ukuran molekul dan stabilitas dari bahan obat (Jawetz, 2001).

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memperoleh pemahaman tentang konsep fungsi dalam aspek kovariasi, guru perlu membiasakan siswa menghadapi masalah yang berkaitan dengan laju perubahan dan

Komponen 6 (penggunaan obat tidur) ditemukan hasil yaitu sebagian besar perawat tidak menggunakan obat tidur yaitu sebanyak (69,24%) responden.Hal ini dapat disebabkan

Sapto Linggo di dalam novel Toenggoel tersingkir dari masyarakat karena menolak tradisi penggemblakan, sedangkan Srintil di dalam RDP menjadi gi- la karena tidak dapat menerima

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang karakterisasi pustaka genom mikrosatelit DNA Gurame (Osphronemus gouramy Lac.) dan rancangan primer dari

Pada kenyataan taraf ini – unitarisme dan isu HAM – para pendiri negara telah mencapai kesepakatan model tindakan komunikatif, karena perjuangan mereka terhadap

Dengan demikian kepastian mengenai objek pajak dalam perlakuan PPh atas penghasilan dari usaha jasa konstruksi yang tidak memiliki sertifikasi usaha adalah berarti kepastian

Tumbuhan paku yang ditemukan dalam penelitian termasuk paku tanah atau epifit. Akar rimpang tegak, berdaun rapat. Tangkai daun 10-50 cm, kuat, tertutup oleh sisik coklat