• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal. AgriTechno. Publikasi Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal. AgriTechno. Publikasi Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal

AgriTechno

Publikasi Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin

ISSN : 1979 - 7362

Volume 5, No. 1

September 2012

(2)

Sekapur Sirih...

Bismillahirrahmanirrahim,

Jurnal ini merupakan salah satu langkah nyata dalam upaya menumbuhkembangkan jejaring pengetahuan (knowledge networking) dalam bidang

teknologi pertanian. Agroindustri dan rekayasa di bidang pertanian merupakan suatu keniscayaan untuk menuju ke tahapan perkembangan pertanian yang lebih maju dan berkelanjutan.

Jurnal ini memuat beberapa tulisan tentang agroindustri, teknologi pengolahan bahan pangan, kerekayasaan, keteknikan pertanian dan bidang bidang lain yang berkaitan. Kelompok keilmuan tersebut sangat dibutuhkan oleh negara kita yang mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian.

Kenyataan yang ada telah menunjukkan bahwa bidang pertanian belum berkembang secara optimal dan berada dalam kondisi yang termarjinalkan, bidang pertanian belum menyediakan banyak pilihan untuk menjadi sandaran hidup, kedaulatan pertanian masih sangat lemah, komponen impor yang masih sangat dominan, termasuk komponen teknologi, pada umumnya bersumber dari luar sistem pertanian. Populasi petani masih lebih banyak hanya sebagai pelaku produksi dan sangat sedikit keterlibatannya dalam agribisnis.

Untuk menghilangkan marginalisasi, meningkatkan keragaman pilihan profesi dalam bidang pertanian, menguatkan kedaulatan pertanian dan melakukan transformasi dari petani hanya sebagai pelaku produksi menjadi pelaku agribisnis memerlukan dukungan teknologi dan rekayasa yang berkembang di dalam sistem pertanian kita. Keberadaan jurnal ini diharapkan agar dapat memberi manfaat untuk mencapai hal hal tersebut.

Keberadaan jurnal ini juga diharapkan agar dapat menambah wawasan untuk saling bersinergi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi pertanian di Indonesia. Selain itu, jurnal ini diharapkan agar dapat menjadi media eksternalisasi hasil hasil penelitian dan teknologi agar hasil penelitian dan teknologi yang telah dicapai dapat diketahui dan diakses oleh masyarakat, agar lebih lanjut dapat menata kehidupannya menjadi lebih maju dan mandiri.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua penulis yang telah memberikan pemikiran pemikiran demi memperkaya muatan keilmuan dalam teknologi dalam jurnal ini. Harapan kami agar jurnal ini dapat lebih berkembang secara berkelanjutan pada masa yang akan datang.

Makassar, September 2012 Ketua Jurusan Teknologi Pertanian Prof. Dr. Ir. Mulyati Tahir, MS

(3)

Jurnal AgriTechno

Jurnal AgriTechno merupakan publikasi resmi Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin. Edisi Perdana terbit pada Bulan April 2008. Jurnal ini ditujukan sebagai wahana publikasi hasil-hasil penelitian dasar dan aplikatif yang bermutu dan orisinil. Jurnal ini memuat artikel ilmiah dalam bidang teknik tanah dan air, teknik pasca panen, bangunan dan lingkungan pertanian, aplikasi elektronika dan sistim kendali, peralatan dan mesin budidaya, energi alternatif dan elektrifikasi, teknik pengolahan pangan dan hasil pertanian, keamanan dan mikrobiologi pangan, bioteknologi, dan kimia pangan. Setiap artikel yang dimuat diharapkan dapat memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu dan meningkatkan pengetahuan tentang bidang ilmu dan teknologi yang terkait.

Makalah yang dimuat dalam jurnal ini harus melalui proses review (penelaahan) dan ditelaah oleh dua orang penelaah ahli. Makalah yang dikirim ke redaksi harus mengikuti panduan penulisan yang tertera pada halaman akhir. Makalah dapat dikirim langsung via e-mail atau dikirim via pos dengan menyertakan hardcopy dan softcopy. Makalah yang dimuat dikenakan biaya penerbitan sebesar Rp 200.000 per makalah. Penulis akan memperoleh satu eksemplar. Harga langganan Rp 100.000 per volume (3 nomor). Pemesanan dapat dilakukan via e-mail, pos, atau langsung ke sekretariat.

Susunan Redaksi : Penanggung Jawab :

Dekan Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin dan Ketua Jurusan Teknologi Pertanian

Dewan Redaksi :

Ketua: Iqbal Salim (UNHAS). Anggota: Salengke (UNHAS), Meta Mahendradatta

(UNHAS), Daniel (UNHAS), Mariyati Bilang (UNHAS), Helmi A. Koto (UNHAS), Suhardi (UNHAS), Ahmad Munir (UNHAS), Suripin (UNDIP), Budi Rahadjo (UGM), Tineke Mandang (IPB).

Redaksi Pelaksana :

Ketua: Mahmud Ahmad. Sekretaris: Inge Scorpi Tulliza. Bendahara: Sitti Nur

Faridah. Teknologi Informasi: Muh. Tahir Sapsal. Promosi: Haerani. Penyunting:

Olly S. Hutabarat.

Penerbit : Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Hasanuddin. Alamat : Jurnal

AgriTechno, Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Kampus Unhas Tamalanrea KM 10 Makassar 90245. Tel.: (0411) 431-081, 587-085. Fax : (0411) 586-014. E-mail : rafis_hardi@yahoo.com.

(4)

PANDUAN UNTUK PENULIS

Makalah ditulis menggunakan Microsoft Word dan semua kata/kalimat menggunakan Times New Roman (Font 12). Sebelum menulis makalah, sebaiknya dilakukan formatting sebagai berikut: Klik Format, Paragraph, pilih Spacing untuk Before and After = Auto, dan Line Spacing = Single kemudian pilih Alignment = Left.

Struktur penulisan makalah Jurnal AgriTechno secara berurutan adalah: judul; penulis, institusi dan E-mail; abstrak; pendahuluan; bahan dan metode; hasil dan pembahasan; kesimpulan; ucapan terima kasih (optional); daftar pustaka; lampiran

(optional.).

Judul ditulis dalam Bahasa Indonesia dan di bawahnya dalam Bahasa Inggris, dengan menggunakan Title Case (Caranya: Klik Format, Change Case dan pilih Title Case). Penulis dan Institusinya ditulis berurutan di bawah Judul, yang ditulis dengan

menggunakan Title Case. Bila lebih dari satu penulis, ditulis berurutan di bawahnya.

Abstract ditulis dalam bahasa Inggris tidak lebih dari 200 kata dan hanya satu kalimat/paragraf menggunakan Sentence Case. Di bawah Abstract harus diberikan

keywords maksimal 5 kata/frase kunci. Abstrak memberikan informasi singkat tentang alasan penelitian dilakukan, tujuan yang ingin dicapai, metode yang digunakan dan hasil yang diperoleh serta apa kegunaannya.

Pendahuluan menggunakan Sentence Case yang dimulai dengan menjelaskan alasan

dilakukannya penelitian, disusul dengan telaah pustaka yang erat kaitannya dengan penelitian, dan diakhiri dengan penyataan tujuan penelitian dan hasil yang ingin dicapai.

Bahan dan Metode menggunakan Sentence Case dimaksudkan untuk menjelaskan

bagaimana penelitian dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Bila menggunakan metode baku, cukup disebutkan namanya saja tidak perlu dijelaskan lagi. Misalnya, bila menggunakan Regresi Linier tidak perlu menuliskan lagi rumusnya. Bila menggunakan metode pengukuran baku tidak perlu dijelaskan lagi tahap-tahapnya. Bila mengunakan metode yang sama dengan yang ada dalam pustaka, cukup dirujuk saja pustaka tersebut. Bila menggunakan banyak peralatan atau instrumen cukup disebutkan yang berperan penting dalam pengukuran. Bila ada modifikasi rumus matematika seperti penurunan, integral dan lain sebagainya, cukup dituliskan hasil akhirnya saja dengan penjelasan setiap variabel, parameter, konstanta, indeks dan simbol yang digunakan lengkap dengan satuannya. Bila ada gambar rancangan alat, proses atau sistem cukup diberikan sketsa bagian intinya saja secara sederhana agar mudah dimengerti.

Hasil dan Pembahasan menggunakan Sentence Case, yang menjelaskan kenapa

(5)

diperhatikan. Apakah hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan atau ada juga kelainannya.

Kesimpulan menggunakan Sentence Case, yang menegaskan apakah tujuan

penelitian ini sudah tercapai atau masih ada hal-hal yang belum dicapai.

Daftar Pustaka menggunakan Sentence Case. Satu pustaka satu kalimat. Diurut

berdasarkan abjad. Usahakan pustaka yang dirujuk merupakan tulisan ilmiah yang telah mempunyai ISSN atau ISBN.

Pengiriman Makalah bisa melalui pos dan e-mail. Bila dikirim melalui pos, kirimkan hardcopy sebanyak 1 eksemplar dan filenya dalam bentuk CD atau Disket. Pastikan bahwa file terdiri dari: Text.doc, Table.doc, bila ada bersama dengan sejumlah Picture1.jpg, Picture2.jpg, dan jika ada grafik dalam excel dengan grafik.xls, dan

seterusnya. Pada CD atau Disket jangan lupa diberi label nama dan alamat email penulis pertama. Bila ada yang belum jelas langsung tanyakan melalui e-mail ke:

(6)

ISSN: 1979-7362

PENERAPAN SIG UNTUK KESESUAIAN LAHAN TANAMAN KACANG TANAH DI KABUPATEN GOWA

Mahmud Achmad1, Ahmad Munir1 dan Suhardi1

1

Program Studi Keteknikan Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian UNHAS Makassar Email : Mahmud_achmad@yahoo.com.au

ABSTRACT

The capability of GIS in determining the suitability land for agricultural purposes has become wide. The system is capable to process some thematic data using spatial analysis and geoprocessing. It is also able to overly some maps to get the land suitability for certain commodity such as peanut. By processing thematic data through reclassifying and overlaying thematic maps of rainfall, temperature, slope, soil type and landuse into criteria of peanut, we produce the class criteria maps and land suitability map of peanut in Gowa regency. The map is useful for decision makers in the planning of agricultural development in the region as a consideration tool. The result shows that most cultivated land for peanut are classified as properly suitable land with medium constraint.

Keywords: GIS, Gowa, Land suitability, and Peanut

PENDAHULUAN

Perencanaan pembangunan pertanian berkelanjutan Sulawesi Selatan diarahkan pada pola pengelolaan usaha tani berorientasi pada agroindustri dan agrobisnis yang berwawasan lingkungan untuk dapat menciptakan produk berdaya saing tinggi di dalam dan luar negeri. Salah satu usaha untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan melakukan pengelolaan sumber daya lahan yang sesuai dengan potensi wilayah. Karena semakin tinggi tingkat kesesuaian lahan yang dikelola untuk suatu komoditi, semakin rendah jumlah masukan (input) yang diperlukan untuk memperoleh tingkat produksi dan mutu dari komoditi tersebut.

Kacang tanah telah lama dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Sementara produk sampingannya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan ternak. Pemanfaatan kacang tanah yang terbesar adalah untuk bahan makanan dan industri.

Selain untuk mencukupi kebutuhan di dalam negeri, kacang tanah juga di ekspor dalam bentuk polong dan bahan olahan. Untuk keperluan pemasaran secara luas dan ekspor kacang tanah siap dimanfaatkan dalam bentuk olahan, antara lain kacang tanah goreng (roasted peanuts) dan kacang atom (coated peanuts) dengan berbagai nama dagang (trade mark). Bahan olahan berupa kacang asin diproduksi di berbagai daerah di Indonesia misalnya hasil olahan kacang tanah dengan kemasan khusus yang diproduksi oleh PT. Garuda Putra Putri Jaya.

Tanaman kacang tanah dapat tumbuh dan berproduksi di hampir semua provinsi di Indonesia. Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah yang membudidayakan tanaman kacang tanah dan merupakan daerah potensi untuk mendkung industry kacang tanah local.

Pengembangan agroindustri/agrobisnis kacang tanah perlu ditunjang dengan keadaan sumber daya alam yang sesuai untuk pertumbuhan komoditi. Salah satu Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012) 53

(7)

ISSN: 1979-7362 kabupaten penghasil kacang tanah adalah

Kabupaten Gowa. Pengembangan kacang tanah di Kabupaten Gowa memiliki potensi lahan seluas 1250 ha.

Pertumbuhan dan produktivitas kacang tanah dipengaruhi oleh iklim, tanah, topografi, lereng, genetik dan budidaya. Hubungan yang erat antara pertumbuhan dan produktivitas tanaman dengan parameter biofisik wilayah menunjukkan bahwa keadaan biofisik ikut menentukan tingkat kesesuaian lahan, dimana pada kondisi tertentu dapat menjadi pembatas yang sifatnya dinamis (berubah-ubah dalam jangka pendek) dan sulit dikendalikan sedangkan tanah sifatnya statis (tidak berubah dalam jangka panjang). Hal ini menyebabkan peranan parameter iklim, tanah, topografi, lereng semakin penting artinya dalam peningkatan produktivitas dan mutu hasil tanaman.

Sistem Informasi Geografis (SIG) mempunyai kemampuan dalam proses pemetaan dan analisis sehingga sistem ini banyak digunakan dalam proses perwilayahan komoditi. SIG sangat membantu dalam meningkatkan efisiensi waktu perencanaan dan memiliki ketelitian tinggi dan operasi yang akurat seperti proses koordinasi kegiatan perencanaan serta penataan pengelolaan suatu kawasan lahan permukaan. Salah satu bentuk penggunaan SIG adalah pemetaan kesesuaian lahan komoditi kacang tanah ditinjau dari beberapa keadaan biofisiknya. Peneilitian ini bertujuan mengkaji kesesuaian lahan komoditas kacang tanah dengan sistem informasi geografis di Kabupaten Gowa untuk informasi bagi pengembangan agroindustri dan agroisnisi kacang tanah di Sulawesi Selatan.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2008 sampai Februari 2009 di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dengan menggunakan data primer berupa

pengecekan lapang (ground truth) dan data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai instansi terkait seperti: (1) data desa yang membudidayakan kacang tanah tahun 2008 (Informasi Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Gowa); (2) data curah hujan tahun 2000 sampai 2006 (Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sulawesi Selatan); (3) data suhu, kelembaban dan lama penyinaran tahun 1991 sampai 2005 (BPDAS Jeneberang Walanae); (4) Peta rupa bumi skala 1:50.000 (Bakosurtanal Provinsi Sulawesi Selatan); (5) Peta iklim skala 1:100.000 (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Gowa); (6) Peta jenis tanah skala 1:100.000 (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Gowa); (7) Peta lereng skala 1:100.000 (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Gowa); (8) Peta penggunaan lahan skala 1:100.000 (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Gowa); dan (9) Peta administrasi desa di Kabupaten Gowa skala 1:50.000 (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab. Gowa).

Dengan mengacu pada syarat tumbuh dan berproduksi kacang tanah (Tabel 1), lahan dapat dikelaskan menjadi beberapa kelas kesesuaian lahan (S1 untuk sangat sesuai, S2 untuk sesuai, S3 kurang sesuai, dan N untuk tidak sesuai).

Tabel 1. Persyaratan Keadaan Biofisik Lahan untuk Tanaman Kacang Tanah

Sumber: Pusat penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, 1991

Alur pengolahan data primer dan sekunder disajikan pada Gambar 1.

(8)

ISSN: 1979-7362

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penyusunan peta tematik dalam analisis ini dilakukan dengan menggunakan pengolah data spasial.

Curah Hujan

Kabupaten Gowa memiliki curah hujan berkisar 1049-4056 mm/tahun. Intensitas curah hujan bulanan tertinggi yaitu Januari( 867 mm/bulan) sedangkan curah hujan terendah pada bulan Juli-Oktober. Akumulasi curah hujan bulanan di 16 stasiun curah hujan di Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 2. Curah hujan menyebar merata berdasarkan stasiun yang ada di Kabupaten Gowa. Polygon theissen yang digambarkan pada peta curah hujan

merupakan penentuan batas curah hujan untuk masing-masing tiap wilayah.

Tabel 2. Akumulasi curah hujan periode April-Juni dan Juli-Oktober untuk Komoditi Kacang Tanah di Kabupaten Gowa

Peta tematik curah hujan di Kabupaten Gowa disajikan pada Gambar 2.

Gambar 1. Alur pemrosesan data untuk kesesuaian lahan kacang tanah

(9)

ISSN: 1979-7362

Gambar 2 Peta thematic curah hujan

Iklim

Suhu udara pada tanaman kacang tanah antara 25-27°C sangat baik untuk pembungaan. Selain suhu udara, suhu tanah juga berpengaruh terhadap pertumbuhan kacang tanah yaitu antara 25-35°C.

Berdasarkan peta tematik suhu, maka diperoleh suhu antara 25-27°C yang dapat dikategorikan sesuai dan suhu antara 22-25°C atau 27-30°C yang dapat dikategorikan cukup sesuai. Suhu 25-27°C secara mayoritas tersebar merata di wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Bungaya,

Tompobulu, Biringbulu dan Bontomarannu. Sedangkan suhu 22-25°C

atau 27-30°C tersebar merata di wilayah Kecamatan Somba Opu, Barombong, Pallangga, Bajeng dan Bontonompo. Sedangkan Kecamatan Bontomarannu hanya secara mayoritas tersebar merata di wilayah tersebut.

Apabila suhu tanah kurang dari 20°C, tanaman kacang tanah tumbuh lambat, berumur lebih lama dan produksi tanaman relatif sedikit. Suhu udara di atas 330C akan mempengaruhi benang sari. Suhu tanah di atas 40 0C akan menghambat pertumbuhan dan merusak tanaman disebabkan terganggunya proses metabolisme. Hal ini sesuai dengan pendapat Martulis (1994) bahwa suhu udara di atas 330C akan mempengaruhi benang sari. Inisasi ginofor akan naik apabila suhu udara naik dari 190C menjadi 230C. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat

pada peta tematik suhu udara di Kabupaten Gowa seperti tersaji pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta tematik suhu udara

Tanah (Jenis dan Tekstur)

Kacang tanah dapat hidup dengan baik pada tanah yang gembur, ringan, berdrainase baik, serta mengandung cukup unsur hara makro dan mikro. Jenis tanah di Kabupaten Gowa terbagi atas beberapa jenis tanah yaitu inseptisols, entisols, oxixols, alfisols dan ultisols.

Tanah Inseptisol merupakan tanah muda yang baru berkembang, bertekstur kasar hingga halus, dalam hal ini tergantung dari pelapukan bahan induknya. Bahan induknya sangat resisten terhadap pelapukan. Strukturnya relatif baik untuk pertumbuhan tanaman, bulk density biasanya sedang tinggi. Keadaan ini menyebabkan inseptisol mempunyai kemampuan menahan air yang rendah, infiltrasi berlangsung relatif cepat. Jika inseptisol terdapat pada daerah yang mempunyai curah hujan rendah maka besar pengaruhnya bagi pertumbuhan tanaman, terutama pada tanaman dengan sistem perakaran dangkal, karena tanaman akan mengalami stress air, walaupun secara struktur dapat mendukung dalam penetrasi akar terhadap tanah serta pori udara yang memadai. Yang termasuk dalam jenis tanah inseptisols adalah distropepts, hydrandepts dan ustropepts. Tanah entisols mempunyai kondisi akuik dan bahan sulfidik di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral; selalu jenuh air Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012) 56

(10)

ISSN: 1979-7362

dan matriksnya tereduksi pada semua harison di bawah kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral; atau pada suatu lapisan di atas kontak densik, litik atau paralitik, atau lapisan diantara kedalaman 40 cm dan 50 cm di bawah permukaan tanah mineral, mana saja yang lebih dangkal, memiliki kondisi akuik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal (atau lebih drainase), dan mempunyai satu atau lebih sifat tekstur yaitu (1) tekstur lebih halus dari pasir berlempung dan, 50 persen atau lebih matriksnya; (2) tekstur pasir halus berlempung atau yang lebih kasar dan, 50 persen atau lebih matriksnya; (3) mengandung cukup besi fero aktif untuk dapat memberikan rekasi positif terhadap alpha, alpha-dipyridyl ketika tanah tidak sedang diirigasi. Yang termasuk dalam tanah entisols adalah tropaquents, tropofluvents dan troporthents (PPTA, 1999).

Tanah oxixols yang mempunyai kondisi akuik selama sebagian waktu dalam tahun-tahun normal (atau telah didrainase), pada suatu harison atau lebih di dalam 50 cm di permukaan tanah mineral, dan mempunyai satu atau lebih sifat yaitu (1) epipedon histik dimana mengandung liat kurang dari 60%; (2) epipedon dengan value warna, lembab, 3 atau kurang, langsung dibawahnya, terdapat suatu harison berkroma 2 atau kurang; (3) di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral, mengandung cukup besi-fero aktif untuk dapat memberikan reaksi positif terhadap alpha, alpha dipyridyl, ketika tanah sedang tidak diirigasi. Yang termasuk tanah oxixols yaitu haplorthox (PPTA, 1999). Tanah alfisols mempunyai gejala redoksimorfik pada semua lapisan diantara batas bawah horizon Ap atau kedalaman 25 cm di permukaan tanah mineral, mana saja yang lebih dalam, dan kedalaman 40 cm; dan pada 12,5 cm bagian atas horizon argilik, natrik, glosik, atau kandik. Yang termasuk dalam tanah alfisols yaitu haplustalfs yang mempunyai kontak litik

di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral (PPTA, 1999).

Tanah ultisols hampir sama dengan alfisols akan tetapi pada 12,5 cm bagian atas horizon argilik, atau kandik. Yang termasuk dalam tanah ultisols yaitu tropohumults (PPTA, 1999).

Perbedaan jenis tanah disebabkan karena perbedaan bahan induknya, proses terbentuknya, termasuk waktu yang dibutuhkan, kondisi iklimnya dan letak topografinya. Berdasarkan peta tematik tekstur di Kabupaten Gowa, sebaran tekstur tanah didominasi oleh tekstur liat berpasir (halus; agak halus; sedang) dan lempung berliat (kasar).

Tekstur tanah halus, agak halus dan sedang yang dapat dikategorikan sebagai sesuai yang tersebar merata di wilayah Kecamatan Somba Opu, Barombong, Pallangga, Bajeng, Bontomarannu, Bontonompo, dan Parangloe. Kecamatan Tinggimoncong, Tombolo Pao, Bungaya, Tompobulu dan Biringbulu jenis tekstur ini mayoritas tersebar dalam wilayah kecamatan.

Sedangkan tekstur tanah kasar dapat dikategorikan sebagai tidak sesuai yang secara mayoritas tersebar merata di wilayah Kecamatan Tombolo Pao, Tinggimoncong, Bungaya, Tompobulu dan Biringbulu. Tekstur tanah yang diinginkan untuk syarat tumbuh kacang tanah adalah halus atau agak halus. Dengan adanya sebaran tekstur tanah di Kabupaten Gowa memberikan petunjuk bahwa tekstur tanahnya memiliki sifat melakukan air cukup tinggi daya memegang air dan kesuburannya akan rendah sampai sedang serta cenderung tidak stabil terhadap daya rusak air hujan.

Tanaman kacang tanah menghendaki struktur tanah yang gembur, berdrainase dan aerasi yang baik serta tekstur yang halus merupakan persyaratan mutlak untuk pertumbuhan kacang tanah yang optimal. Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012) 57

(11)

ISSN: 1979-7362

Kacang tanah masih dapat tumbuh baik pada jenis tanah yang berstruktur kasar yang dikategorikan menjadi tidak sesuai, namun pada saat panen akan banyak polong yang tertinggal di dalam tanah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dalam budidaya kacang tanah pada tanah kasar perlu dibuat bedengan (Pitojo, 2005). Tekstur tanah dalam turut menentukan tata air dalam tanah dan besar kecilnya aliran air permukaan, ditentukan oleh: (1) kecepatan infiltrasi, yaitu kemampuan tanah untuk merembeskan air, yang biasanya dinilai dalam mm setiap satuan waktu; (2) kemampuan penetrasi atau permeabilitas air yang ada di lapisan tanah yang berlainan atau jelasnya kemampuan air yang terdapat pada suatu lapisan untuk menembus lapisan lain yang ada dibawahnya (Kartasapoetra, 1999)

Dengan demikian lajunya air permukaan akan mampu melakukan pengikisan pada bagian-bagian tanah permukaan. Gambar 4 menyajikan secara jelas peta tematik tekstur tanah di Kabupaten Gowa.

Gambar 4. Peta tematik jenis tanah

Topografi dan Lereng

Kemiringan lereng di kabupaten Gowa dibagi atas 4 jenis yaitu <8% yang tersebar merata di Kecamatan Barombong, Pallangga, Bajeng dan Bontonompo serta Kecamatan Sombo Opu, Bontomarannu, Parangloe, Bungaya dan Tinggimoncong hanya secara mayoritas saja tersebar merata di wilayahnya. Lereng 8%-16% secara mayoritas tersebar merata di wilayah Kecamatan Parangloe, Tombolo Pao, Tinggimoncong, Bungaya,

Tompobulu dan Biringbulu. Lereng 16%-30% secara mayoritas tersebar merata di wilayah Kecamatan Tombolo Pao, Tinggimoncong, Bungaya dan Tompobulu. Lereng >30% secara mayoritas tersebar merata di wilayah Kecamatan Bungaya, Tompobulu dan Biringbulu.

Berdasarkan kemiringan lereng di atas maka dapat dikategorikan menjadi 4 kategori yaitu lereng <8% termasuk dalam kategori sesuai, lereng 8%-16% termasuk dalam kategori cukup sesuai, lereng 16%-30% termasuk dalam kategori sesuai marginal dan lereng >30% termasuk dalam kategori tidak sesuai.

Tanaman kacang tanah baik ditanam pada daerah dataran rendah kurang dari 600 m di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng <8% (sesuai).

Pada tanah yang keadaannya tidak begitu miring (lereng yang tidak begitu curam) maka lajunya air di permukaan akan berkurang (tidak begitu cepat), lebih-lebih kalau tanah yang tidak begitu miring itu keadaannya begelombang. Dalam keadaan demikian kesempatan air di permukaan untuk berinfiltrasi adalah lebih besar, sehingga run off atau lajunya air tidak begitu membahayakan karena daya kikis dan daya angkutnya pun berkurang (agak lemah).

Pada tanah-tanah yang mempunyai kemiringan kurang dari 8% atau katakanlah hampir datar, yang memiliki kedalaman yang baik, merupakan tanah yang subur, bebas dari batu-batuan dan kerikil, tidak memperlihatkan gejala-gejala adanya pengikisan, mempunyai curah hujan dan musim yang cocok bagi tanaman kacang tanah. Menurut pendapat Kartasapoetra (1999), usaha penanaman disini memerlukan perlakuan-perlakuan bercocok tanam yang praktis yang baik, seperti rotasi tanaman dengan memperhatikan pemberian pupuk secara teratur.

(12)

ISSN: 1979-7362

Pada tanah-tanah yang mempunyai kemiringan antara 8%-16%, kedalaman tanah agak dangkal, memperlihatkan gejala-gejala telah berlangsungnya pengikisan tanah oleh aliran air permukaan, perlakuan-perlakuan praktis yang lebih baik banyak diperlukannya, terutama untuk melindungi tanah dalam jangka waktu panjang dan melindungi kelembaban tanahnya. Sisa-sisa tanaman dapat dibenamkan untuk mendorong kesuburan tanahnya, demikian pula penaburan biji-biji tanaman kacang tanah secara menyilang arah lereng (cross slope seedling of legumes) (Kartasapoetra, 1999).

Pada tanah-tanah yang mempunyai kemiringan antara 16%-30% yang pada mulanya merupakan tanah yang subur kemudian terkena pengikisan-pengikisan sehingga lapisan tanah permukaannya (top soil) hampir hilang. Menurut Kartasapoetra (1999), usaha bercocok tanam untuk kacang tanah di sini sebaiknya dilakukan dengan perlakuan kombinasi menurut larikan (strip cropping) selain terasering. Juga pemberian pupuk (pupuk hijau atau organis serta pupuk buatan) dan perlakuan-perlakuan praktis lainnya yang bertujuan memperbaiki tingkat produktivitas tanah dan penghambatan pengikisan perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya.

Pada tanah-tanah yang mempunyai kemiringan lebih dari 30% usaha bercocok tanam untuk tanaman kacang tanah adalah tidak untuk dilakukan, karena lereng-lereng tanahnya demikian terjal, sulit sekali untuk melakukan pertanaman, Biasanya tanah-tanah pada kemiringan yang lebih dari 30% hanya merupakan sub soil dan biasanya berbatu-batu.

Menurut pendapat Kartasapoetra (1999), pada tanah yang mempunyai kemiringan lereng lebih dari 30% dapat dilakukan (1) perbaikan dengan perlakuan-perlakuan

untuk mengolah tanah, menyiapkan bedeng pembibitan, membuat larikan tanaman sejajar dan searah dengan garis kontur atau menyilang lereng; (2) menanaminya dengan cara contour system ganti berganti dengan cara strip cropping dan ada baiknya diperkuat dengan pembuatan sengkedan-sengkedan (terasering); (3) mencegah timbulnya alur-alur pada permukaan tanah dengan jalan pembuatan check dam; (4) memasukkan sisa-sisa tanaman ke dalam tanahnya dan memberi pupuk kandang dan pupuk buatan secukupnya.

Terasering pada umumnya yaitu suatu saluran yang dapat memperlambat terpenuhinya sebidang tanah miring yang diteras oleh aliran air permukaan karena saluran itu mengatur pembuangannya ke bidang tanah sengkedan lainnya dan di bidang tanah sengkedan ini saluran airnya merupakan pengatur pembuangan pula ke bidang tanah sengkedan lain yang letaknya lebih rendah, demikian seterusnya. Dengan demikian pengikisan dan penghanyutan tanah pun akan sangat minim sekali atau dapat tercegah sama sekali.

Terasering (sengkedan) berfungsi untuk (1) mengendalikan erosi (pengikisan dan penghanyutan) dengan mengurangi kemiringan pada tanah atau daerah-daerah yang dijadikan lahan pertanian; (2) menjadikan tanah yang curam agar memungkinkan digunakan sebagai pertanian; (3) untuk menahan dan mengalihkan aliran air permukaan kecepatannya berkurang dan tidak erosif; (4) untuk menahan dan mengawetkan air hujan pada daerah-daerah dengan curah hujan yang rendah.

Tanaman kacang tanah mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang luas dan kemiringan lereng tetap merupakan kendala yang memberikan pengaruh tidak langsung.

(13)

ISSN: 1979-7362

Tanah yang tidak banyak mengandung batu-batuan akan sangat membantu dalam pertumbuhan akar tanaman. Keberadaan batuan permukaan cukup memberikan pengaruh yang negatif terhadap produktivitas dibandingkan jika kondisi tanah kurang bahkan tidak dijumpai batuan permukaan dalam jumlah yang sedikit karena dengan kondisi seperti itu maka perkembangan akar berpengaruh serta berdampak pada ketersediaan air dan hara serta perlu suatu pemupukan. Perkembangan akar pada tanah halus akan lebih baik sehingga pertumbuhannya selalu meningkat disamping ini daya simpan air pun lebih tinggi sehingga ketersediaan air tanaman dan hara dapat terpenuhi (Rukmana, 2003). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada peta tematik kemiringan tanah di Kabupaten Gowa disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Peta tematik kemiringan tanah

Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas: penggunaan lahan semusim, tahunan dan permanen. Penggunaan lahan tanaman semusim yang dalam polanya dapat dengan rotasi atau tumpang sari dan panen dilakukan setiap musim dengan periode biasanya kurang dari setahun misalnya pada tanaman kacang tanah. Penggunaan lahan tanaman tahunan merupakan penggunaan tanaman jangka panjang yang pergilirannya dilakukan setelah hasil tanaman tersebut secara ekonomi tidak produktif lagi, seperti pada tanaman perkebunan seperti hutan, daerah konservasi, perkotaan, desa

dan sarananya, lapangan terbang dan pelabuhan.

Penggunaan lahan di Kabupaten Gowa dibagi menjadi lahan yang sesuai untuk pertanian terutama tanaman kacang tanah dan lahan yang tidak sesuai bagi pertanian atau dengan komoditi lain. Lahan yang sesuai untuk tanaman kacang tanah adalah tegal/ladang, kebun, belukar dan sawah tadah hujan. Sedangkan lahan yang tidak sesuai untuk tanaman kacang tanah yaitu sawah dan hutan.

Tanaman kacang tanah dapat ditanam pada lahan sawah tadah hujan dan tegal/ladang dan dapat ditanam sepanjang tahun, asalkan tersedia kelembaban tanah yang cukup dan drainase tanah dijaga tetap baik. Pengaruh musim tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tidak begitu nampak, asalkan drainase dan kelembaban tanah diperhatikan. Lahan belukar dan kebun juga baik untuk lahan tanaman kacang tanah.

Sawah pada peta penggunaan lahan merupakan sawah irigasi yang lebih menguntungkan untuk tanaman padi karena merupakan tanaman pokok dan memungkinkan dibudidayakan sepanjang tahun karena adanya suplai air yang mencukupi dengan pemanfaatan irigasi dari beberapa sungai yang mengalir di Kabupaten Gowa.

Hutan tidak dapat dijadikan sebagai lahan pertanian karena berfungsi untuk mereduksi kecepatan aliran air permukaan, mereduksi berlangsung-nya pengikisan-pengikisan atas tanah disekitarnya juga dapat membantu penahanan air di dalam tanah. Disinilah letak arti atau nilai pentingnya hutan, karena itu hutan tidak dapat dijadikan sebagai lahan pertanian. Pengolahan tanah yang baik yaitu dapat menjaga atau memelihara dengan sebaik-baiknya agar lapisan tanah atasnya/lapisan Jurnal AgriTechno (Vol. 5, No. 1, September 2012) 60

(14)

ISSN: 1979-7362

olah tanah tetap dalam keadaan baik serta tidak terangkut/terpindahkan ke tempat lain. Membiarkan lapisan olah tanah (top soils) terangkut ke tempat lain dari tempat asalnya dapat dikatakan sebagai suatu tindakan pengolahan yang tidak baik, meskipun di tempat lain endapan-endapannya dapat membentuk tanah yang subur (daerah kaki bukit, dataran). Detail penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta tematik penggunaan lahan

Hasil pengolahan data

Dari peta tematik yang telah diolah berdasarkan diagram pada Gambar 1 diperoleh hasil data kesesuaian lahan untuk kacang tanah yang disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Peta kesesuaian lahan untuk kacang tanah.

Luas lahan yang tidak sesuai untuk komoditi kacang tanah (komoditas lain) yaitu luas kelas lahan S1 sekitar 1.217.356 ha dengan persentase 1,25%, luas kelas lahan S2 sekitar 2.513.472 ha dengan persentase 2,58%, luas kelas lahan S3

sekitar 4.223.343 ha dengan persentase 4,34% dan luas kelas lahan N sekitar 89.425.593 ha dengan persentase 91,8%. Dibawah ini dapat dijelaskan tiap kelas lahan yang ada pada lahan tidak sesuai untuk tanaman kacang tanah.

Kelas lahan S1. Tanah pada lahan kelas S1 tidak sesuai untuk ditanami dengan tanaman semusim terutama, tetapi lebih sesuai untuk ditanami dengan vegetasi permanen seperti tanaman makanan ternak atau dihutankan. Tanah pada lahan kelas S1 terletak pada tempat yang hampir datar, basah atau tergenang air atau terlalu banyak batu di atas permukaan tanah. Sebagai contoh tanah lahan kelas S1 adalah: (a) tanah didaerah cekungan yang sering tergenang air sehingga menghambat pertumbuhan tanaman; (b) tanah berbatu; dan (c) tanah di daerah berawa-rawa yang sulit untuk didrainasekan.

Kelas lahan S2. Tanah pada lahan kelas S2 tidak sesuai untuk digarap bagi usahatani semusim, tetapi sesuai untuk vegetasi permanen yang dapat

digunakan sebagai tanaman makanan ternak/padang rumput atau dihutankan, dengan penghambat yang sedang. Tanah ini mempunyai lereng yang curam, sehingga mudah tererosi atau lebih mengalami erosi yang sangat berat, atau mempunyai solum tanah yang sangat dangkal. Jika digunakan untuk tanaman semusim diperlukan tindakan pengawetan khusus seperti pembuatan teras tangga/teras bangku, pengolahan menurut kontur, dan sebagainya. Penggunaan untuk padang rumput harus diusahakan sedemikian rupa sehingga rumputnya selalu menutupi tanah dengan baik.

Kelas lahan S3. Tanah pada lahan kelas S3 tidak sesuai untuk digarap bagi usahatani tanaman semusim, dan sebaliknya digunakan untuk penanaman dengan vegetasi permanen seperti padang rumput atau hutan yang disertai dengan tindakan

(15)

ISSN: 1979-7362

pengelolaan yang tepat dan lebih intensif dari yang diperlukan pada lahan kelas S2. Tanah pada lahan kelas S3 terletak pada lereng yang sangat curam atau mengalami erosi berat, atau tanah sangat dangkal atau berbatu.

Kelas lahan N. Tanah pada lahan kelas N tidak sesuai untuk tanaman semusim dan usaha produksi pertanian lainnya dan harus dibiarkan pada keadaan alami dibawah vegetasi alami. Tanah pada lahan kelas N dapat digunakan untuk cagar alam, hutan lindung atau rekreasi. Tanah pada lahan kelas N merupakan tanah yang berlereng sangat curam atau permukaan tanah sangat berbatu yang dapat berupa batuan lepas (stone) atau batuan singkapan (rock outcrops) atau tanah pasir (di pantai).Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada peta kesesuaian lahan untuk komoditi kacang di Kabupaten Gowa.

Berdasarkan hasil peta penyebaran komoditi kacang tanah, maka diperoleh luas potensi areal tanam tanaman kacang tanah yaitu 3.161.448 ha sedangkan luas potensi areal tanam dari hasil revisi Dinas Pertanian yaitu 1.350 ha yang termasuk wilayah Kecamatan Parigi, Bontomarannu, Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu.

Berdasarkan peta penyebaran budidaya untuk komoditi kacang tanah maka diperoleh luas lahan yang sesuai (berpotensi) untuk kacang tanah yaitu 3.161.448 ha dengan persentase 2% dan lahan yang tidak sesuai untuk kacang tanah sekitar 153.813.775 ha dengan persentase 98%.

Model penilaian kesesuaian lahan dapat digunakan sebagai alat untuk penyusunan para perwilayahan komoditas berdasarkan keadaan iklim, tanah dan lereng yang berguna untuk perencanaan tataguna lahan yang mendukung usaha agribisnis. Akan

tetapi dalam kesesuaian lahan ini di prioritaskan pada ketersediaan air di sekitar lahan tersebut. Salah satu usaha untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan melakukan pengelolaan sumber daya lahan yang lebih sesuai dengan potensinya, karena semakin tinggi tingkat kesesuaian lahan yang dikelola untuk suatu komiditi, semakin rendah masukan (input) yang diperlukan untuk memperoleh tingkat produksi dan mutu tertentu.

KESIMPULAN

Peta kesesuain lahan untuk kacang tanah telah dihasilkan berdasarkan kondisi fisik wilayah Kabupaten Gowa yang dapat digunakan sebagai informasi dalam perencanaan pembangunan pertanian di Sulawesi Selatan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007. Gowa dalam Angka 2007. Balai Pusat Statistika, Gowa.

Anonim, 2003. Pengelolaan Tanaman

Terpadu. Direktorat Jenderal Bina

Produksi Hortikultura, Jakarta.

Atmadilaga, A.H., 1995. Data Base

Management System (DBMS) untuk Mendukung GIS. Disajikan pada

Short Course Geographic Information System. Pusat Komputer PIKSI, Institut Teknologi Bandung. Tanggal 21-23 November 1995, Bandung.

Aziz, L.T., 1995. Sistem Informasi

Geografis (SIG) : Konsep dan Aplikasi. Makalah disajikan pada

Short Course Geographic Information System. Pusat Komputer PIKSI, Institut Teknologi Bandung. Tanggal 21-23 November 1995, Bandung.

Driessen, P.M., N.T. Konijn, 1992.

Land-Use System Analysis. Wageningen

(16)

ISSN: 1979-7362

Agricultural University Departemen of Soil Science & Geology, Netherlands.

FAO, 1996. A Framework for Land

Evaluation. FAO Soils Bull, Roma.

Foth, H. D., 1984. Fundamentals for Land

Evalution. John Wiley and Sons,

Inc., New York (435).

Jhonson, E., 2009. Geographic

Information System in Water Resources Engineering. CRC Press,

New York.

Kartasapoetra, A.G., 1999. Kerusakan

Tanah Pertanian dan Usaha untuk Merehabilitasinya. Bina Aksara,

Jakarta.

Kartasapoetra, A.G., 2004. Klimatologi:

Pengaruh Iklim terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta.

Kasno, Astanto, Winarto, dan Sunardi, 1993. Kacang Tanah. Departemen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Balai Penelitian Tanaman Pangan, Malang.

Pierce, Francis, J. dan David Clay, 2007.

GIS Aplications in Agriculture. CRC

Pres, New York.

PPTA (Pusat penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat), 1999. Kunci

Taksonomi Tanah. Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian.

PPTA (Pusat penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat), 1991. Petunjuk Teknis

Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Badan Litbang Pertanian

Departemen Pertanian.

Prahasta, 2005. Konsep-Konsep Dasar

Sistem Informasi Geografis. Cetakan

Kedua, Penerbit Informatika, Bandung.

Pracaya, 2004. Bertanam Kacang Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rukmana, 2001. Kacang Tanah. Cetakan Ketiga, Kanisius, Yogyakarta.

Sitorus, S.R.P., 2004. Evaluasi Sumber

Daya Lahan. Tarsito, Bandung.

Sumarno, 2003. Teknik Budidaya Kacang

Tanah. Cetakan Ketiga, Penerbit

Sinar Baru, Bandung.

Sys, C., E. V. Ranst dan J. Debaveye., 1991. Land Evaluation. Part I-III. General Administrasion For Development Cooperation Place du Champ de Mars 5 bte 57-1050 Brussels, Belgium.

(17)

Jurnal AgriTechno

Volume 5, No. 1, September 2012

ISSN : 1979 - 7362

Daftar Isi

Uraian Hal

Simulasi Tataguna Lahan Derdasarkan Tingkat Bahaya Erosi Di Sub Daerah Aliran Sungai Jeneberang

Deni Indrowanto, Sitti Nur Faridah Dan Totok Prawitosari……… 1

Uji Kinerja Pembangkit Listrik Sistem Hibrid Tenaga Angin – Matahari Di Kabupaten Bantaeng

Mistianto, Ahmad Munir dan Abdul Waris……….. 12

Pengaruh Penambahan Lesitin Dan Suhu Conching Terhadap Sifat Reologi Pasta

Kakao (Theobroma Cacao L)

Budi Akra, Salengke, Dan Supratomo………. 23

Mempelajari Karakteristik Tingkat Kekerasan Padi Varietas Ciliwung Dan Ciherang Berdasarkan Letak Bulir Pada Malai

Abdul basith, Junaedi Muhidong, dan Supratomo………. 30

Pendugaan Pertumbuhan Bakteri Pada Ikan Kerapu Sunu (Plectropomus Leopardus)

Dan Ikan Baronang (Siganus Guttatus) Selama Penyimpanan

Rina Apriana, Helmi A.Koto, dan Junaedi Muhidong……… 40

Teknologi Pengelolaan Serasah Tebu Dan Pengaruh Kompos Terhadap Tanaman

Iqbal………. 46

Penerapan Sig Untuk Kesesuaian Lahan Tanaman Kacang Tanah Di Kabupaten Gowa

Mahmud Achmad, Ahmad Munir dan Suhardi……… 53

Analisis Finansial Irigasi Airtanah pada Budidaya Padi

Suhardi ... 64

Simulasi Fluktuasi Muka Air Tanah Di Daerah Pesisir Jeneponto

Gambar

Tabel 1. Persyaratan Keadaan Biofisik  Lahan untuk Tanaman Kacang  Tanah
Gambar 1. Alur pemrosesan data untuk kesesuaian lahan kacang tanah
Gambar 3. Peta tematik suhu udara   Tanah (Jenis dan Tekstur)
Gambar 4. Peta tematik jenis tanah   Topografi dan Lereng
+3

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) bentuk kesalahan penggunaan bahasa Indonesia yang meliputi kesalahan ejaan, diksi, kalimat, dan

BLITAR, JATIM - Ratusan masyarakat Kota Blitar yang ada di sekitar wilayah Tlumpu di Kecamatan Sukorejo tumplek blek menghadiri acara Deklarasi Pemenangan Capres

Penyandang Disabilitas) Pasal 12 ayat (1), dan ayat (2). Secara vertikal telah ada sinkronisasi, sehingga prinsip penalaran hukum yang digunakan adalah prinsip penalaran hukum

Dalam penelitian ini dilakukan sintesis material konduktor ionik dengan beberapa variasi jenis zat aditif dan variasi konsentrasi yang diharapkan mampu menstabilkan sol

Dengan mengacu kepada Surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor R/863/M.PAN-RB/12/2013, dapat dilakukan pengisian formasi jabatan dari

memperoleh pengalaman berbeda dalam menggali pengetahuan dan memperkaya wawasannya. Siswa akan merasakan kedekatan dengan alam sehingga dapat meningkatkan kecintaan

Verification menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep,

Beliau mulai menghafal Al-Quran pada usia dini hingga diselesaikan hingga diselesaikan dengan baik dan sempurna pada usia dua belas tahun, kemudian dengan baik dan sempurna pada