• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV METODE PENELITIAN"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi yang dipilih secara sengaja sebagai tempat penelitian adalah Kabupaten Lebak yang termasuk salah satu kabupaten di Provinsi Banten. Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Mei-November 2010. Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data-data dari pihak terkait terutama informan dari pemerintahan serta masyarakat sebagai stakeholder utama proses pembangunan wilayah Kabupaten Lebak.

Sebelum pelaksanaan penelitian, terlebih dahulu dilakukan survey pendahuluan dan penjajakan awal terhadap kondisi dan kultur dari Kabupaten Lebak pada bulan November-Desember 2009. Sehingga diharapkan penelitian yang dilaksanakan dapat berlangsung lebih objektif dan sistematis.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun bersifat kuantitatif. Data primer diperoleh dari keterangan yang langsung bersumber dari stakeholder baik dari masyarakat maupun Pemerintah Daerah Kabupaten Lebak. Masyarakat yang menjadi sumber data penelitian berasal dari wilayah tertinggal di Kabupaten Lebak bagian selatan dan utara. Sedangkan keterangan dari pihak pemerintah yang berkepentingan ini secara khusus berasal dari Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Bappeda dan anggota legislatif yang menangani kebijakan pembangunan modal manusia (Komisi IV) yang akan menjadi bahan berharga untuk dianalisis lebih lanjut.

Data sekunder diperoleh melalui studi literatur. Diantaranya terdiri dari berbagai instansi-instansi terkait, seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan yang berada dalam lingkup Kabupaten Lebak. Selain itu juga ditambah dengan laporan penelitian terdahulu, jurnal, internet dan literatur lain yang mendukung penelitian khususnya dalam pengembangan modal manusia di wilayah Kab. Lebak.

(2)

4.3 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data penelitian ini menggunakan dua cara, yakni dengan kuesioner, wawancara dan diskusi kelompok atau forum Group discusson (FGD). Kuesioner berisi pertanyaan yang behubungan langsung dengan topik penelitian dan diisi langsung oleh subjek penelitian. Penggunaan kuesioner ini akan memberikan manfaat sebagai jalan praktis untuk mendapatkan keterangan dari responden yang tersebar luas di dua titik wilayah Kabupaten Lebak yang mengalami ketertinggalan dalam pengembangan modal manusia, yakni bagian utara dan selatan. Kuesioner yang diberikan kepada masyarakat berisikan pertanyaan tertutup dan pertanyaan semi terbuka. Pertanyaan tertutup berupa pertanyaan yang alternatif jawabannya sudah tersedia, sehingga masyarakat hanya memilih satu dari beberapa alternatif jawaban yang sudah ada. Pertanyaan semi terbuka adalah pertanyaan yang selain memberikan pilihan juga menyediakan tempat untuk menjawab secara bebas apabila jawaban responden ada di luar alternatif pilihan yang ada.

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan langsung keterangan dari informan kunci dari subjek penelitian. Dengan wawancara ini, diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat seperti terkuasainya persoalan-persoalan yang akan diteliti, dapat menyampaikan semua pertanyaan dengan baik dan tepat, tercatatnya semua jawaban lisan dengan teliti dan jelas, dapat menggali lebih jauh tambahan informasi dari responden apabila ada jawaban yang kurang jelas.

Diskusi kelompok (focus group discussion/FGD) dilakukan terhadap masyarakat yang menjadi subjek penelitian. FGD ini merupakan salah satu cara yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai sesuatu melalui sebuah diskusi yang fokus dan terarah sesuai dengan perumusan masalah yang tengah dicari dalam penelitian. Pada kesempatan ini fokus persoalan yang hendak didiskusikan adalah mengenai kondisi dan jejak pendapat pembangunan manusia di daerah tertinggal. Tujuan akhir yang ingin dicapai dengan FGD ini adalah kita mendapatkan sebuah pemahaman mengenai situasi pembangunan manusia, permasalahan yang terjadi dan konsensus bersama masyarakat sesuai dengan kesepakan diskusi.

(3)

4.4 Teknik Penarikan Contoh

Teknik penarikan contoh pada penelitian ini terbagi menjadi lima langkah.

Pertama, Populasi target dari penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal pada

kecamatan di wilayah tertinggal Kabupaten Lebak. Selain masyarakat, juga mengambil contoh yang berasal dari pihak kepemerintahan khususnya pada Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Bappeda. Kombinasi dua sumber tersebut diharapkan mampu memberikan strategi baru yang kelak akan menjadi bahan evaluasi dan rekomendasi pemerintah daerah dalam menyusun rencana pembangunan modal manusia.

Kedua, kerangka penarikan contoh adalah daftar masyarakat yang tinggal

pada dua kecamatan tertinggal tersebut. Selain itu juga dilengkapi dengan daftar nama-nama pegawai negeri yang menduduki posisi kunci pada Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Bappeda dan Anggota Legislatif yang menangani pembangunan

Human Resource (Komisi IV).

Ketiga, teknik penarikan contoh dalam penelitian ini adalah teknik

penarikan contoh tanpa peluang. Dimana prosedur dalam teknik ini tidak memungkinkan untuk menghitung peluang terpilihnya anggota tertentu populasi ke dalam contoh. Karena dalam teknik ini, contoh dipilih berdasarkan pertimbangan dan keleluasaan peneliti, atau dalam istilah lain lebih sering disebut dengan personal judgement or convenient.

Tabel 2 Instansi/Individu dan Jumlah Responden Subjek Penelitian

No. Instansi/Individu Tujuan Penelitian (Responden) Jumlah (Orang) Keterangan

1 Bappeda 1 Kabag. Perencanaan

2 Dinas Pendidikan 1 Kabag. Dikdasmen

3 Dinas Kesehatan 1 Kabag. Puskesmas

4 Legislatif 2 Komisi IV

5 Masyarakat Kecamatan Maja 20 -

6 Masyarakat Kecamatan Cibeber 20 -

7 Tokoh kunci 4 Kades/RW/RW

8 FGD 4 kelompok 10 orang/kelompok

Total 91 responden

Keempat, prosedur penarikan contoh adalah menggunakan judgement (purposive) sampling. Prosedur ini adalah salah satu prosedur penarikan contoh

(4)

berkaitan dengan anggota contoh yang diperlukan untuk menjawab tujuan penelitian. Prosedur pengambilan dimulai dari penentuan dua kecamatan yang menjadi objek penelitian, yakni dua kecamatan di wilayah tertinggal yang mewakili ketertinggalan di wilayah utara dan selatan. Dari tiap kecamatan tersebut diambil masing-masing dua desa, yakni desa yang relatif maju dan desa yang relatif tetinggal. Kedua kecamatan tersebut adalah Kecamatan Maja (kecamatan tertinggal bagian utara) yang terdiri dari Desa Maja (desa maju) dan Desa Sangiang (desa tertinggal) serta Kecamatan Cibeber (kecamatan tertinggal bagian selatan) yang terdiri dari Desa Cibeber (desa maju) dan Desa Cipinang (desa tertinggal). Responden yang dipilih adalah masyarakat yang terbagi menjadi tiga kelas pendidikan (bawah, menengah, atas) dan tokoh-tokoh kunci. Sedangkan responden dari pihak kepemerintahan, prosedur pengambilan sesuai dengan kebutuhan tujuan penelitian yakni informan-informan yang menduduki posisi strategis dalam Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Bappeda.

Tabel 3 Prosedur Penarikan Contoh Responden Elemen Masyarakat

No. Unsur Responden

Kec. Maja (Orang) Kec. Cibeber (Orang)

Total Ket. Desa maja Desa

Sangiang Desa Cibeber Desa Cipinang 1 Tokoh Kunci 1 1 1 1 4 2 Responden umum (kuesioner) a. Tingkat Pendidikan (lulusan SD-SMP) 4 4 4 4 16 b. Tingkat Pendidikan (Lulusan SMU) 4 4 4 4 16 c. Tingkat Pendidikan (Perguruan Tinggi) 2 2 2 2 8 3 Forum Group Discussion (FGD) 10 10 10 10 40 Total 21 21 21 21 84

Kelima, ukuran contoh yang diambil untuk responden masyarakat adalah

dengan mengambil masing-masing desa sepuluh penduduk yang memiliki tingkat pendidikan bawah, menengah dan atas, dua orang tokoh kunci dan dilaksanakan satu kali FGD. Ukuran contoh untuk institusi kepemerintahan sejumlah dua orang tokoh kunci di tiap dinas yang berhubungan dengan pembangunan modal manusia, yakni pada Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan dan Bappeda. Untuk mempermudah gambaran teknik penarikan contoh, maka dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

(5)

4.5 Metode Analisis data

Penyajian secara ringkas mengenai matriks pengumpulan data berupa tujuan penelitian, informasi yang dibutuhkan, jenis data dan alat analisis penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Matriks Tujuan Penelitian, Metode Analisis, Variabel/Parameter dan Sumber Data

No. Tujuan Penelitian Metode Analisis Variabel/Parameter Sumber Data 1 Menganalisis pengaruh kinerja pelayanan publik terhadap kualitas SDM di Kab. Lebak Deskriptif, Analisis Important Performance Analysis (IPA), Regresi Linier Berganda Data dasar pembangunan kabupaten dan tanggapan dan penilain sikap masyarakat, IPM, PDRB per kapita, data dasar pembangunan manusia Lebak dalam angka, kuesioner penilaian sikap masyarakat, Indeks Pembangunan Manusia Lebak 2008 2 Menganalisis keterkaitan kualitas SDM terhadap struktur ekonomi dan disparitas serta menyusun strategi alternatif kebijakan pembangunan SDM di Kab. Lebak Deskriptif, Location Quotient (LQ), Indeks Kemiskinan Manusia (IKM) dan Indeks Williamson, Tipologi Klassen, Regresi Linier Berganda, Analisis Strengths Weaknesses Opportunities and Threats (SWOT) PDRB sektor kecamatan kota/kabupaten, PDRB Kecamatan, pertumbuhan

ekonomi, rasio belanja infrastruktur, IPM, PDRB per kapita, data dasar pembangunan manusia, hasil analisis yang telah dilakukan pada poin sebelumnya, tanggapan dan penilain sikap masyarakat, pandangan stakeholder pemerintah, RPJMD dan RPJPD PDRB Kecamatan, Lebak dalam angka, APBD tiap kecamatan, APBD Dinas Kabupaten, Banten dalam angka, IPM Lebak 2008, RPJMD 2008-2014, PDRB kecamatan di Kabupaten Lebak

4.5.1 Analisis Deskriptif

Menurut Walpole (1995), statistika deskriptif adalah suatu metode yang berkaitan dengan pengumpulan dan penyajian suatu gugusan data, sehingga memberikan informasi yang berguna. Analisis deskriptif ini pada dasarnya adalah pendeskripsian suatu proses yang mencakup upaya penelusuran dan pengungkapan informasi yang relevan terkandung dalam data.

Analisis deskriptif ini akan menampilkan berbagai grafik dan diagram berupa plot data berkala dan diagram kotak-garis. Analisis deskriptif ini juga menampilkan rekapitulasi data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, khususnya yang berkaitan dengan data-data yang berhubungan dengan variabel-variabel pembangunan modal manusia di daerah, yakni Kabupaten Lebak (Juanda, 2009).

(6)

4.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas dapat didefinisikan sebagai ukuran untuk menilai apakah alat ukur yang digunakan benar-benar mampu memberikan nilai peubah yang ingin diukur (Juanda 2009). Uji validitas atau kesahihan dilakukan untuk mengetahui seberapa tepat suatu alat ukur mampu melakukan fungsi.

Tabel 5 Atribut Pelayanan Publik Bidang Pendidikan Sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal Departemen Pendidikan yang Diuji Validitas

No. Atribut

1 Tersedianya satuan pendidikan padat penduduk di atas 1000 : SD/MI jarak maksimal 3km, SMP/Mts jarak maksimal 6 km

2 Jumlah peserta didik setiap rombongan belajar untuk SD/MI tidak melebihi 32 orang, SMP/Mts tidak melebihi 36 orang dan setiap rombongan tersedia satu ruang kelas

3 SMP/MTs menyediakan 1 ruang laboratorium IPA dilengkapi meja-kursi untuk 36 peserta didik dan 1 set peralatan praktek IPA untuk demonstrasi dan eksperimen

4 SD/MI menyediakan satu ruang guru setiap guru serta tenaga kependidikan lainnya dan SMP/Mts menyediakan ruang kepala sekolah yang terpisah dari ruang guru

5 SD/MI menyediakan satu orang guru untuk setiap 32 peserta didik dan 6 orang guru untuk setiap satuan pendidikan, serta menyediakan 4 orang guru untuk daerah khsusus tiap satuan pendidikan

6 SMP/MTs menyediakan 1 orang guru untuk setiap mata pelajaran dan pada daerah khusus tersedia satu orang guru untuk setiap rumpun mata pelajaran

7 SD/MI menyediakan 2 guru yang memenuhi kualifikasi S1 dan telah memiliki sertifkat pendidik

8 SMP/MTs menyediakan guru dengan kualifikasi S-1 70% dan daerah khusus 40% serta menyediakan guru bersertifikat 35% dan daerah khusus 20%

9 Tersedianya guru kualifikasi s-1 bersertifikat masing-masing untuk matematika, IPA, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

10 Kabupaten memiliki kepala SD/MI S-1 bersertifikat 11 Kabupaten memiliki kepala SMP/MTs S-1 bersertifikat

12 Kabupaten memiliki pengawas sekolah berkualifikasi S-1 dan bersertifikat

13 Pemkab memiliki rencana dan melaksanakan pengembangan kurikulum dan pembelajaran efektif 14 Kunjungan pengawas dilakukan setiap bulan dan selama 3 jam

15 SD/MI menyediakan buku teks yang tersertifikasi mencakup Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS dan memenuhi SPM per jumlah sekolah

16 SMP/MTs menyediakan buku teks yang tersertifikasi mencakup Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS dan memenuhi SPM per jumlah sekolah

17 SD/MI menyediakan satu set peraga IPA

18 SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, SMP/Mts memiliki 200 judul buku pengayaan dan memiliki 20 buku referensi

19 Guru bekerja 35 jam per minggu

20 Proses pembelajaran selama 34 minggu per tahun

21 Setiap satuan pendidikan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sesuai ketentuan berlaku 22 Setiap guru menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran

23 setiap guru mengembangkan dan menerapkan program penilaian untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar

24 Kepala sekolah melakukan supervisi kelas dan memberikan umpan balik dua kali tiap semester 25 Guru menyampaikan laporan evaluasi mata pelajaran kepada kepalas sekolah dalam bentuk laporan

prestasi belajar peserta didik

26 Kepala Sekolah Menyampaiakn laporan hasil ulangan akhir semester (UAS), ujian kenaikakkan kelas dan ujian akhir sekolah/ujian nasional

27 Penerapan Prinsip Manajemen berbasis sekolah Sumber : Kemendiknas, Tahun 2010

(7)

Pengujian kuesioner akan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan di dalam kuisioner dapat dimengerti oleh responden. Uji pendahuluan atau ujicoba yang dilakukan adalah uji validitas dengan menyebarkan kuisioner kepada 20 orang responden dengan kriteria adalah orang yang berdomisili di kecamatan tempat penelitian Kabupaten Lebak.

Uji validitas dilakukan dengan menggunakan meteode Cochran Q Test, yaitu dengan memberikan pertanyaan tertutup kepada responden. Pilihan jawaban dari pertanyaan tersebut sudah disediakan. Responden tinggal memilih atribut mana yang dianggap berkaitan dengan kinerja pemerintah daerah. Atribut-atribut yang diuji dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.

Tabel 6 Atribut Pelayanan Publik Bidang Kesehatan Sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal Departemen Kesehatan yang diuji validitas

No Atribut 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Pelayanan kunjungan ibu hamil k4 (kunjungan antenatal/pemeriksaan ibu hamil) Pelayanan komplikasi kebidanan

Pelayanan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan kebidanan Pelayanan nifas

Penanganan neonatus dengan komplikasi Pelayanan kunjungan bayi

Pelayanan imunisasi anak tingkat desa/kelurahan Pelayanan anak balita

Pemberian makanan pendamping asi pada anak usia 6-24 bulan pada keluarga miskin Pelayanan perawatan balita gizi buruk

Pelayanan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat Pelayanan peserta KB

Pelayanan penemuan dan penanganan penderita penyakit Pelayanan dasar kesehatana masyarakat miskin

Pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

Pelayanan gawat darurat level 1 yang harus diberikan sarana kesehatan (rumah sakit) di kabupaten/kota

Pelayanan penyelidikan epidemiologi pada desa/kelurahan yang mengalami kasus luar biasa Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat program desa siaga

Sumber : Kemenkes, Tahun 2010

Setelah melakukan pengujian validitas, selanjutnya dilakukan pengujian reliabilitas. Reliabilitas dapat didefinisikan sebagai ukuran untuk menilai apakah alat ukur yang digunakan mampu memberikan nilai pengukuran yang konsisten (Juanda 2009). Tujuan utama pengujian ini adalah untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran atau instrumen apabila instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode Alpha-Cronbach.

Uji reliabilitas akan dilakukan dengan menggunakan rumus alpha (α). Uji ini dilakukan untuk mengetahui keandalan kuesioner. Nilai r11 dibandingkan

(8)

dengan nilai rtabel. Apabila nilai r11 lebih besar dari rtabel

4.5.3 Skala Likert

maka dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut reliabel. Rumus ini digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai.

Skala Likert, atau seringkali dikenal dengan nama Summated Scales, mengharuskan responden untuk memilih tingkat kesepahaman atau tingkat persetujuan (degree of agreement) antara responden yang bersangkutan dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada kuesioner.

Tingkat persetujuan yang dipakai pada skala Likert adalah: sangat setuju-setuju-titik netral (neither agree nor disagree)-tidak setuju-sangat tidak setuju. Untuk menganalisis respon yang diukur dengan mengikuti skala Likert ini, setiap respons mendapatkan nilai numerik. Misalnya, sangat setuju mendapat nilai 1 dan sangat tidak setuju mendapat nilai 5, atau sebaliknya, atau bisa juga dipakai penilaian sebagai berikut: -2, -1, 0, 1, 2. Kelebihan skala Likert adalah mudah digunakan, dibangun dan diadministrasikan kepada responden. Instruksi yang dipakai untuk menerangkan skala Likert umumnya mudah dipahami.

Evaluasi dengan skala likert biasanya diukur secara khas pada sebuah skala evaluasi 5-angka yang berjajar dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sampai sangat tidak setuju.

Sebelum memberikan interpretasi hasil penilaian masyarakat terhadap kinerja Pemkab Lebak, sebelumnya ditentukan terlebih dahulu rentang skala penilaian, pertama adalah menentukan skor minimum dan skor maksimum penilaian yang mungkin diberikan oleh masyarakat.

Rumus rentang skala :

Keterangan :

m = Angka tertinggi dalam pengukuran

n = Angka terendah dalam pengukuran

b = Banyak kelas interpretasi

b n m

(9)

Angka tertinggi untuk menentukan interpretasi penilaian sikap masyarakat terhadap pelayanan publik pendidikan adalah 5.400 yaitu nilai jawaban tertinggi yakni 5 yang dipilih oleh 40 responden untuk 27 atribut. Sedangkan angka terendah adalah 1.080, yaitu jika responden memilih angka 1 untuk seluruh atribut. Banyaknya kelas interpretasi yang akan dibentuk adalah lima kelas. Hasil rentangan nilainya yaitu :

Jadi skala penilaiannya adalah : 1.080 – 1.944 = sangat buruk 1.945 – 2.808 = buruk

2.809 – 3.672 = biasa 3.673 – 4.536 = baik

4.537 – 5.400 = sangat baik

Sedangkan untuk nilai setiap variabel atau atau atribut, maka Angka tertinggi untuk menentukan interpretasi adalah 25 yaitu nilai jawaban rata-rata tertinggi yakni 5 yang dipilih oleh 40 responden untuk 39 atribut. Sedangkan angka terendah adalah 1, yaitu jika responden memilih angka 1 untuk seluruh atribut. Banyaknya kelas interpretasi yang akan dibentuk adalah lima kelas. Hasil rentangan nilainya yaitu :

Jadi skala penilaiannya adalah : 1 – 5,8 = sangat buruk 5,9 – 10,6 = buruk

10,7 – 15,4 = biasa 15,5 – 20,3 = baik

20,4 – 25 = sangat baik

4.5.4 Important Performance Analysis (IPA)

Analisis dengan menggunakan metode Important Performance Analysis (IPA) dimaksudkan untuk mengetahui keadaan masing-masing variabel dari

192

5

20 = −= RS

(10)

faktor-faktor kepuasan ditinjau dari segi kepentingan dan kinerja. Selanjutnya untuk penilaian kinerja terhadap variabel-variabel dari faktor kepuasan ditunjukan dengan tanda huruf X, sedangkan untuk penilaian faktor kepentingan ditunjukan dengan huruf Y. Terdapat beberapa langkah dalam mengoperasikan metode

Important Performance Analysis (IPA), yakni :

1. Sebagai indikator skala ukuran kuantitatif untuk tingkat kepentingan menurut persepsi masyarakat dan tingkat kinerja secara nyata dari suatu produk dinyatakan dalam skala Likert. Skala ini memungkinkan responden untuk dapat mengekspresikan intensitas perasaan mereka terhadap karakteristik produk kebijakan dalam pelayanan publik pendidikan dan kesehatan dengan cara menentukan jumlah skor dari setiap indikator dari variabel X dan Y. Kemudian mengalikan seluruh frekeansi data dengan bobotnya (Simamora 2001). Total penilaian tingkat kepentingan masing-masing atribut diperoleh dengan cara menjumlahkan hasil perkalian skor masing-masing skala dengan jumlah responden yang memilih pada skala tersebut.

2. Selanjutnya dilakukan pembagian jumlah bobot dengan banyaknya responden, hasilnya berupa rata-rata bobot (X) untuk kinerja dan rata-rata bobot (Y) untuk kepentingan.

3. Membuat diagram kartesius yang merupakan suatu bangun yang dibagi atas empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak. Selanjutnya dilakukan pembandingan jumlah bobot dengan banyaknya responden, hasilnya berupa rata-rata bobot (X) untuk kinerja dan rata-rata bobot (Y) untuk kepentingan.

Tingkat unsur-unsur tersebut akan dijabarkan dan dibagi menjadi empat bagian ke dalam diagram kartesius IPA seperti pada Gambar 8.

Keterangan :

1. Kuadran 1 (Prioritas Utama) : Kinerja suatu faktor/variabel/atribut dianggap sangat penting akan tetapi kinerja lebih rendah dari keinginan masyarakat sehingga menimbulkan kekecewaan masyarakat. Oleh karena itu pemerintah harus meningkatkan kinerjanya agar optimal.

(11)

2. Kuadran II (Pertahankan Prestasi) : Kinerja suatu atribut dianggap masyarakat penting. Kinerja dari faktor/variabel/atribut dan berada pada tingkat tinggi dan sesuai, sehingga pemerintah cukup mempertahankan kinerja atribut tersebut. 3. Kuadran III (Prioritas Rendah) : Menunjukan bahwa atribut yang memang

dianggap kurang penting oleh masyarakat dimana sebaiknya pemerintah menjalankannya secara sedang saja.

4. Kuadran IV (Berlebihan) : Menunjukan bahwa atribut jasa yang dianggap kurang penting akan tetapi telah dijalankan dengan sangat baik oleh pihak pemerintah atau sangat memuaskan. Hal ini dapat dianggap berlebihan.

Y Tingkat Kepentingan

Tingkat Pelaksanaan X Sumber : Simamora, Tahun 2001

Gambar 8 Diagram Kartesius Important Performance Analysis (IPA)

4.5.5 Location Quotient (LQ)

Model yang sering digunakan untuk melakukan analisis kegiatan pada suatu wilayah antara lain dengan model analisis Location Quotient (LQ). Teknik ini merupakan cara permulaan untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu.

Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang lebih luas. Adapun variabel yang digunakan sebagai alat ukur untuk menghasilkan koefisien dapat menggunakan satuan jumlah tenaga

II Pertahankan Prestasi I Prioritas Utama

IV Berlebihan III Prioritas Rendah

(12)

kerja pada sektor tersebut, hasil produksi atau satuan lain yang dapat dijadikan kriteria.

Perbandingan relatif Model Location Quotient (LQ) di Kabupaten Lebak dapat dinyatakan melalui persamaan matematis berikut :

LQi = =

dimana :

Si = Jumlah PDRB industri-i di Kabupaten Lebak S = Jumlah total PDRB di Kabupaten Lebak Ni

• LQ > 1 : Menyatakan sub wilayah Kab. Lebak memiliki potensi surplus = Jumlah PDRB industri-i di Provinsi Banten

N = Jumlah total PDRB di Provinsi Banten

Struktur perumusan LQ memberikan beberapa nilai sebagai berikut :

• LQ < 1 : Menunjukan sub wilayah Kab. Lebak memiliki kecenderungan impor dari wilayah lain

• LQ = 1 : Menunjukan sub wilayah Kab. Lebak telah mencukupi dalam kegiatan tertentu

4.5.6 Indeks Kemiskinan Manusia (IKM)

Indikator kemampuan hidup manusia (P1) metode penghitungannya sama dengan metode penghitungan Angka Harapan Hidup yang digunakan dalam penyusunan IPM. Indikator kedua (P2) diukur dengan angka buta huruf penduduk usia dewasa (15 tahun keatas) yang dihitung berdasarkan data Susenas 2008. Sedangkan keterbatasan akses terhadap pelayanan dasar (P3

a. Persentase penduduk tanpa akses terhadap air bersih (P

) terdiri dari beberapa variabel, yaitu:

31

b. Persentase penduduk yang tidak memiliki akses ke sarana kesehatan (P ) yang didefinisikan sebagai persentase rumah tangga yang tidak menggunakan air PAM, air pompa atau air sumur yang letaknya lebih dari 10 m dari septik tank.

32) di definisikan sebagai persentase populasi yang tinggal di tempat yang jaraknya 5 km atau lebih dari sarana kesehatan.

(13)

c. Persentase anak berumur lima tahun ke bawah (balita) dengan status gizi kurang (P32

Metode penghitungan IKM mengikuti metode penghitungan yang digunakan dalam Human Development Report yang diterbitkan oleh UNDP

(United Nation Development Programme).

IKM = [ 1/3 (P

) yang didefinisikan sebagai persentase balita yang tergolong dalam status gizi rendah.

1 + P2 + P3)] P3

Dimana:

P3 = 1/3 (P31 + P32 + P33

4.5.7 Indeks Williamson (IW) )

Indeks Williamson digunakan untuk mengukur penyebaran (dispersi) tingkat pendapatan per kapita daerah relatif terhadap rata-rata nasional. Indeks ini merupakan ukuran ketimpangan pembangunan yang pertama kali ditemukan oleh Jeffrey G. Williamson dalam studinya pada tahun 1966. Berbeda dengan Gini

Ratio yang lazim digunakan dalam mengukur distribusi pendapatan, Indeks

Williamson menggunakan PDRB perkapita sebagai data dasar. Karena yang diperbandingkan adalah tingkat pembangunan antar wilayah dan bukan tingkat kemakmuran antar kelompok. Secara statistik, Indeks Williamson dapat diformulasikan sebagai berikut :

Keterangan :

Iw = Indeks kesenjangan Williamson yi = PDRB per kapita wilayah ke-i

= Rata-rata PDRB per kapita nasional, kawasan, pulau, provinsi Pi

Nilai angka indeks (I

= fi/n dimana fi jumlah penduduk kabupaten/kota ke-i dan n adalah total penduduk nasional, provinsi, pulau atau kawasan

w) yang semakin kecil atau mendekati nol menunjukan ketimpangan yang semakin kecil atau merata. Sedangkan jika semakin jauh dari

(14)

nol atau mendekati satu, hal tersebut menunjukan ketimpangan yang semakin lebar pada suatu wilayah.

4.5.8 Tipologi Klassen

Deskripsi komparatif untuk melihat struktur ekonomi termasuk di dalamnya adalah PDRB per kapita, baik tingkat provinsi maupun untuk kabupaten/kota. Analisis ini dilakukan dengan analisis tipologi daerah menggunakan Matriks Klassen. Hal ini seperti dilakkan oleh Syafrizal dalam penelitiannya di daerah Sumatera Barat tentang Analisis Pertumbuhan Ekonomi Regional : Kasus Sumatera Barat dalam bukunya, Ekonomi Regional (Syafrizal, 2008)

Menurut Hill dalam Kuncoro (2004), analisis tipologi daerah digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai pola dan struktur pertumbuhan ekonomi dan masing-masing daerah. Tipologi daerah pada dasarnya membagi daerah menjadi dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita (PDRB per kapita). Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan per kapita (PDRB per kapita) sebagai sumbu horizontal, daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu (Tabel 7) :

5) High growth and high income (daerah cepat maju dan cepat tumbuh) 6) High growth but low income (daerah berkembang cepat)

7) Low growth and low income (daerah relatif tertinggal) 8) High income but low growth (daerah maju tapi tertekan) Tabel 7 Matriks Tipologi Daerah Klassen

PDRB per kapita (y) Laju Pertumbuhan (r)

(yi < y) (yi > y)

(ri

Pendapatan rendah dan pertumbuhan tinggi

> r)

Pendapatan tinggi dan pertumbuhan tinggi

(ri

Pendapatan rendah dan pertumbuhan rendah

< r)

Pendapatan tinggi dan pertumbuhan rendah

Sumber : Hill dalam Kuncoro (2004)

Keterangan : r : Rata-rata pertumbuhan ekonomi kabupaten y : Rata-rata PDRB per kapita kabupaten

ri : Pertumbuhan ekonomi kecamatan yang diamati yi : PDRB per kapita kecamatan yang diamati

(15)

Kriteria daerah untuk membagi kecamatan adalah sebagai berikut :

1) High growth and high income (daerah cepat maju dan cepat tumbuh) adalah kecamatan yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan PDRB per kapita yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata kecamatan di wilayah penelitian

2) High growth but low income (daerah berkembang cepat) adalah kecamatan yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi tetapi tingkat PDRB per kapita yang lebih rendah dibandingkan rata-rata kecamatan di wilayah penelitian 3) Low growth and low income (daerah relatif tertinggal) adalah kecamatan

yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih rendah dibanding rata-rata kecamatan di wilayah penelitian 4) High income but low growth (daerah maju tapi tertekan) adalah daerah

yang memiliki tingkat PDRB per kapita yang lebih tinggi tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibanding rata-rata kecamatan di wilayah penelitian

Disebut tinggi apabila indikator di suatu kecamatan lebih tinggi dibanding rata-rata kecamatan di wilayah penelitian. Digolongkan rendah apabila indikator di suatu kecamatan lebih rendah dibanding rata-rata kecamatan di wilayah penelitian.

4.5.9 Pemodelan Ekonometrika Regresi Berganda

Pemodelan regresi berganda bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh salah satu varibel terhadap varibel lainnya. Pemodelan ini untuk menjawab bagaimana pengaruh kualitas pelayanan publik terhadap kualitas sumberdaya manusia (IPM) dan pengaruh kualitas sumberdaya manusia terhadap tingkat disparitas pembangunan wilayah. Agar bisa melihat langsung pengaruh variabel

independent terhadap dependent melalui elastisitas, maka pemodelan yang coba

diformulasikan menggunakan model ln. Melalui model tersebut akan terlihat variabel mana saja yang paling berpengaruh dan memberikan kontribusi terbesar dalam meningkatkan IPM dan menurunkan tingkat disparitas khususnya pengaruh pelayanan publik pendidikan dan kesehatan terhadap IPM yang selanjutnya IPM tersebut mampu menjadi faktor untuk menurunkan disparitas wilayah.

(16)

4.5.9.1 Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Publik Pendidikan terhadap Kualitas Sumberdaya Manusia (IPM)

Dalam hipotesis penelitian, kualitas pelayanan publik sektor pendidikan akan memberikan pengaruh terhadap kualitas sumberdaya manusia. Kualitas seumberdaya manusia yang dilihat melalui IPM akan menjadi variabel dependent atau variabel yang dipengaruhi. Beberapa variabel pelayanan publik di sektor pendidikan yang dianggap mempengaruhi IPM adalah rasio bangunan dan guru SD, SMP dan SMA terhadap penduduk usia sekolah pada masing-masing tingkat sekolah. Pemodelan ekonometrik dapat dilihat di bawah ini.

ln IPMit = β0 + β1 ln RBSDit + β2 ln RBSMPit + β3 ln RBSMAit + β4 ln RGSDit + β5 ln RGSMPit + β5 ln RGSMAit + eit

Keterangan :

IPMit = Variabel dependent, yaitu Tingkat Kualitas Sumberdaya Manusia (Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Pada Tahun ke-t)

β0 = Konstanta

β1,… β9 = Koefisien variabel independent

RBSDit = Rasio bangunan SD dengan penduduk usia SD Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Tahun ke-t

RBSMPit = Rasio bangunan SMP dengan penduduk usia SMP Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Tahun ke-t

RBSMAit = Rasio bangunan SMA dengan penduduk usia SMA Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Tahun ke-t

RGSDit = Rasio guru SD dengan penduduk usia SD Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Tahun ke-t

RGSMPit = Rasio guru SD dengan penduduk usia SMP Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Tahun ke-t

RGSMAit = Rasio guru SD dengan penduduk usia SMA Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Tahun ke-t

eit

4.5.9.2 Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Publik Kesehatan terhadap Kualitas Sumberdaya Manusia (IPM)

= Error

Analisis pengaruh kualitas pelayanan publik sektor kesehatan terhadap kualitas sumberdaya manusia (IPM) di Kabupaten Lebak akan dilihat berdasarkan fasilitas dan tenaga kesehatan. Pelayanan publik kesehatan berupa rasio

(17)

puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, dokter, perawat dan bidan terhadap penduduk masing-masing kecamatan. Keenam variabel independent tersebut akan diduga akan mempengaruhi variabel dependent berupa tingkat IPM di Kabupaten Lebak, karena salah satu indikator IPM adalah kualitas hidup manusia suatu wilayah. Adapun pemodelan secara matematis dapat dilihat di bawah ini.

ln IPMit = β0 + β1 ln RPUSit + β2 ln RPSTit + β3 ln RRSit + β4 ln RDOKit + β5 ln RPERit + β5 ln RBIDit + eit

Keterangan :

IPMit = Variabel dependent, yaitu Tingkat Kualitas Sumberdaya Manusia (Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Pada Tahun ke-t)

β0 = Konstanta

β1,… β9 = Koefisien variabel independent

RPUSit = Rasio puskesmas dengan penduduk Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Tahun ke-t

RPSTit = Rasio puskesmas pembantu dengan penduduk Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Tahun ke-t

RRSit = Rasio rumah sakit dengan jumlah penduduk Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Tahun ke-t

RDOKit = Rasio dokter dengan jumlah penduduk Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Tahun ke-t

RPERit = Rasio perawat dengan jumlah penduduk Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Tahun ke-t

RBIDit = Rasio bidan Pembantu dengan jumlah penduduk Kabupaten Lebak di Kecamatan ke-i Tahun ke-t

eit

4.5.9.3 Analisis Sumber Disparitas Pembangunan Wilayah

= Error

Secara teoritis, sumber disparitas pembangunan wilayah dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah faktor geografis, historis, politis, kebijakan, administratif, sosial dan ekonomi. Mengikuti Hipotesa Neo-Klasik, variabel yang dapat digunakan sebagai variabel independen sebagai sumber disparitas yang diduga dalam pemodelan ekonometrik adalah pertumbuhan PDRB, pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), rasio belanja infrastruktur umum, rasio belanja infrastruktur pendidikan dan rasio belanja infrastruktur kesehatan. Secara matematis, pemodelan tersebut dapat digambarkan pada model di bawah ini.

(18)

ln IWt = α + β1 ln Yt + β2l ln IPMt + β3 ln RBIUt + β4 ln RBIPt + β5 ln RBKt + et Keterangan :

IWt : Indeks Williamson di Kabupaten Lebak pada Tahun ke-t Yt : Pertumbuhan PDRB di Kabupaten Lebak pada Tahun ke-t

IPMt : Pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Lebak pada Tahun ke-t

RBIUt : Rasio Belanja Infrastruktur Umum di Kab. Lebak pada Tahun ke-t RBIPt : Rasio Belanja Infrastruktur Pendidikan di Lebak pada Tahun ke-t RBIKt : Rasio Belanja Infrastruktur Kesehatan di Kab. Lebak pada Tahun ke-t

4.5.9.4 Uji-F

Untuk menguji apakah suatu model regresi dapat menjelaskan atau memprediksi keragaman, maka digunakan statistik uji-F melalui analisis ragam (Analysis of Variance). Koefisien determinasi (R2

1. Perumusan hipotesis :

) dihitung untuk menjelaskan berapa persen keragaman permintaan dapat dijelaskan dalam suatu model. Apabila koefisien determinasi makin mendekati nol, maka persamaan regresi yang dihasilkan makin baik untuk mengestimasi nilai variabel tak bebas (Y).

Tahapan untuk menguji apakah model regresi tersebut dapat menjelaskan atau memprediksi keragaman, maka menggunakan tahapan sebagai berikut :

H0 : β1 = … = β5 = 0 (model tidak dapat menjelaskan atau memprediksi keragaman)

H1 : paling sedikit ada β1

2. Penentuan nilai kritis, misalnya dengan taraf nyata α = 5%. Pada uji ini digunakan uji-F (F test).

≠ 0 (model dapat menjelaskan atau memprediksi keragaman)

3. Nilai Fhitung

4. Kriteria Pengambilan Keputusan (Decision Rule) :

dapat diketahui dari hasil perhitungan computer dalam Tabel Analisis Ragam (ANOVA)

Terima H0 jika Fhitung < Ftabel, artinya secara statistik belum dapat dibuktikan bahwa suatu model dapat menjelaskan atau memprdiksi keragaman. Hal tersebut berarti bahwa semua variabel bebas tidak berpengaruh terhadap nilai variabel tak bebas (Y).

(19)

Terima H1 (tolak H0), jika Fhitung > Ftabel, artinya secara statistik telah dibuktikan bahwamodel tersebut dapat menjelaskan atau memprediksi keragaman. Hal tersebut juga berarti bahwa semua variabel bebas berpengaruh terhadap nilai variabel tak bebas (Y).

Kriteria keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan angka probabilitas (P_value atau sign) yang diperoleh dari perhitungan komputer kemudian diperbandingkan dengan taraf nyata pengujian yang digunakan (α=5%). Jika probabilitas (sign) lebih kecil dari taraf nyata (α=5%), maka keputusannya adalah menolak H0 atau menerima hipotesis alternatif (H1). P_value atau significance yang dikeluarkan oleh software Minitab atau SPSS ini dapat diinterpretasikan sebagai peluang (resiko) kesalahan dalam menyimpulkan H1

1. Perumusan Hipotesis : .

4.5.9.5 Uji-t

Jika dalam pengujian model dengan uji-F disimpulkan bahwa model tersebut dapat menjelaskan keragaman, maka permasalahan selanjutnya adalah faktor mana yang dapat menjelaskan atau berpengaruh nyata terhadap variabel

dependent (Y) atau biasa disebut dengan uji-t.

Untuk menjawab permasalahan tersebut, digunakan statistik uji-t, yaitu uji hipotesis yang berkaitan dengan masing-masing koefisien model regresi. Tahapan uji-t adalah sebagai berikut :

H0 : βi = 0 (faktor ke-I tidak berpengaruh terhadap peubah tak bebas atau variabel dependent (Y)

H1 : βi

2. Penentuan nilai kritis, misalnya dengan taraf nyata α=5%. Karena pengujian dua sisi (two-tailed test) maka pada penentuan t

≠ 0 (faktor ke-I berpengaruh terhadap peubah tak bebas atau variabel dependent (Y)

tabel menggunakan α/2. Untuk tabel t, derajat bebas (degree of freedom) adalah n-p-1, dimana p menyatakan banyaknya peubah bebas dan n adalah banyaknya kasus.

(20)

3. Nilai thitung

4. Pengambilan keputusan (Decision Rule) :

masing-masing koefisien regresi dapat diketahui dari hasil perhitungan komputer.

Terima H0, jika |thitung | < ttbel, artinya secara statistik belum dapat dibuktikan bahwa faktor ke-i tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas atau variabel dependent (Y).

Terima H1, (tolak H0) jika |thitung | > ttbel, artinya secara statistik telah dapat dibuktikan bahwa faktor ke-i tersebut berpengaruh nyata terhadap peubah tak bebas atau variabel dependent (Y).

Kriteria keputusan dapat dilakukan dengan menggunakan angka probabilitas (P_value atau sign) yang diperoleh dari perhitungan komputer kemudian diperbandingkan dengan tarfnyata pengujian yang digunakan (α=5%). Jika probabilitas (sign) lebih kecil dari taraf nyata (α=5%), maka keputusannya adalah menolak H0 atau menerima hipotesis alternatif (H1). P_value atau significance yang dikeluarkan oleh software Minitab atau SPSS ini dapat diinterpretasikan sebagai peluang (resiko) kesalahan dalam menyimpulkan H1

4.5.10 Analisis Strengths Weaknesses Opportunities and Threats (SWOT)

.

Analisis SWOT adalah analisis yang menggunakan matriks dalam menyusun strategi suatu perusahaan atau instansi. Pada awalnya, SWOT digunakan untuk menganalisis suatu kelayakan atau strategi bisnis dan usaha, Namun saat ini ternyata SWOT pun dapat digunakan untuk menyusun strategi perumusan kebijakan publik suatu institusi. Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk merancang analisis strategi suatu perusahaan.

Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapai suatu institusi atau organisasi yang disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Untuk mempermudah analisis, maka perumusan strategi dapat dilihat dari struktur matriks SWOT pada Tabel 12.

(21)

Tabel 8 Matriks SWOT Pengembangan Human Resources Kab. Lebak

POSITIF/MEMBANTU

Untuk mencapai tujuan

NEGATIF/MENGGANGGU

Untuk mencapai tujuan

INTERNAL

Fakta/faktor dari dalam Kabupaten Lebak

Strengths (Kekuatan)

Sesuatu yang baik sekarang pada lingkungan internal, perlu

dipelihara, kemudian dimanfaatkan sebagai keunggulan

Weaknesses (Kelemahan)

Sesuatu yang buruk sekarang pada lingkungan internal, perlu diperbaiki dieliminasi atau dihindari

EKSTERNAL

Fakta/faktor dari luar Kabupaten Lebak yang turut berpengaruh

Opportunities (Peluang)

Sesuatu yang baik di masa depan berasal dari faktor ekternal atau lingkungan luar, diprioritaskan, dibangun dan dioptimalkan.

Threats (Ancaman)

Sesuatu yang buruk di masa depan berasal dari faktor ekternal atau lingkungan luar, diperbaiki, dikelola atau dihindari.

Metode yang digunakan untuk mendapatkan masukan bagi matriks SWOT akan mempengaruhi kualitas analisis. Kualitas dari analisis akan meningkat secara signifikan jika memuat spektrum informasi yang lebih luas, misalnya dari para tokoh kunci masyarakat dan pelaku pembangunan modal manusia di Kabupaten Lebak. Pemilihan masukan bagi matriks SWOT dalam penelitian ini lebih berdasarkan pada hasil analisis penelitian serta masukan dari FGD.

Tabel 9 Matriks Strategi SWOT Pengembangan Human Resources Kab. Lebak

Internal Eksternal Strengths (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan) Opportunities (Peluang) Strategi S-O Kekuatan dikembangkan untuk meraih peluang

Strategi W-O

Kelemahan diminimalkan untuk meraih peluang

Threats

(Ancaman)

Strategi S-T

Kekuatan dikembangkan untuk mengurangi ancaman

Strategi W-T

Kelemahan diminimalkan untuk mengurangi ancaman

Langkah analisis selanjutnya adalah melakukan perumusan strategi. Untuk mengembangkan strategi-strategi yang berasal dari analisis SWOT, maka diperlukan konstruksi matriks SWOT yang ditampilkan pada Tabel 13.

Kombinasi matriks SWOT di atas, akan menghasilkan empat tipe strategi sebagai berikut :

1. Strategi S-O adalah strategi dalam memanfaatkan peluang yang sesuai dengan kekuatan suatu wilayah. Pada intinya, strategi ini adalah cara menggunakan kekuatan internal untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar.

(22)

2. Strategi W-O adalah strategi dalam mengatasi kelemahan untuk mengoptimalkan peluang. Melalui strategi ini, maka suatu organisasi akan bertujuan memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang eksternal.

3. Strategi S-T adalah strategi dengan mengidentifikasi kekuatan untuk mengatasi ancaman. Sehingga strategi ini akan memberikan penekanan kepada suatu organisasi agar mampu menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal.

4. Strategi W-T adalah strategi dalam merancang rencana pertahanan untuk mengatasi kelemahan dan ancaman. Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman.

Gambar

Tabel 9 Matriks Strategi SWOT Pengembangan Human Resources Kab. Lebak  Internal  Eksternal  Strengths  (Kekuatan)  Weaknesses  (Kelemahan)  Opportunities  (Peluang)  Strategi S-O  Kekuatan dikembangkan untuk meraih peluang

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 200 responden dan uraian-uraian yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa tingkat kualitas

Abstrak: Penelitian ini bertujuan 1) Untuk mengetahui kemampuan mengenal lambang bilangan anak usia 4-5 tahun sebelum penerapan bermain Puzzle jam di PAUD Bunga Kiambang

Tarekat Halveti-Jerrahi merupakan organisasi bantuan budaya, pendidikan dan sosial, yang tujuan utamanya adalah untuk membantu orang menjadi manusia yang lebih

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian merupakan randomized controlled trial dengan menggunakan pos tes saja (post test only

Survey GPS untuk pemantauan penurunan muka tanah yang dilakukan di Jakarta ini telah dilakukan tiga belas kali dimulai dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2011, seperti

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia

Melalui kegiatan diskusi kelompok, siswa dapat membandingkan penggunaan teknologi tradisional dan teknologi modern terkait dengan keberadaan sumber daya alam dengan

Hasil penelitian yang diperoleh dengan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi tentang pertanggungjawaban dana pendidikan meliputi: Kepala sekolah sebagai