• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERUSAKAN FISIK LINGKUNGAN AKIBAT PENYADARAN DENGAN SISTEM MEKANIS MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERUSAKAN FISIK LINGKUNGAN AKIBAT PENYADARAN DENGAN SISTEM MEKANIS MUHDI. Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KERUSAKAN FISIK LINGKUNGAN AKIBAT PENYADARAN DENGAN SISTEM MEKANIS

MUHDI

Program Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Latar Belakang

Penyaradan kayu merupakan salah satu tahap dari serangkaian kegiatan pemanenan kayu yang bertujuan untuk memindahkan kayu dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan sementara di tepi jalan angkutan. Alat penyaradan yang disarad menghendaki keleluasaan bergerak yang dapat mengakibatkan kerusakan pada pohon-pohon di sekitarnya. Demikian juga kontak antara alat penyarad dan kayu yang disarad dengan tanah lantai hutan dapat mengakibatkan kerusakan pada struktur tanah tersebut. Dengan kata lain kerusakan lingkungan yang ditimbulkan disamping kerusakan lingkungan biologis (tegakan sisa), juga mengakibatkan kerusakan fisik (tanah dan erosi).

Berdasarkan pengalaman dan hasil penelitian yang pernah dilakukan, sebagian besar jalan sarad yang dibuat dalam pengusahaan hutan ternyata tidak dirancang sebelumnya.. Operator tidak harus mencari sendiri kayu yang akan disarad dengan berputar-putar sampai tunggak kayu yang ditebang oleh regu penyarad ditemukan. Dengan demikian, kerusakan lingkungan yang ditimbulkan sengat besar baik kerusakan tegakan tinggal, tanah dan lingkungan hutan secara umum.

Di lain piha k, terutama ditingkat global, masalah kerusakan hutan (derorestasi) sudah menjadi isu politik yang sangat kuat. Hutan tropis Indonesia telah diakui sebagai paru-paru dunia yang mampu menjaga ekosistem bumi dari kemerosotan lingkungan. Kebijakan pemanfaat an hutan yang baik untuk kepentingan sektor kehutan serta sektor-sektor lainnya menjadi sangat strategis guna menunjukkan tingkat keseriusan dan bukti konkret bangsa Indonesia terhadap keberhasilan upaya kelestarian hutan tropis tanpa menghilangkan manfaat ekonominya. Dalam rangka menuju pengelolaan hutan lestari, dipandang perlu untuk mengurangi kerusakan tanah, pengaruh terhadap margasatwa, kerusakan tegakan tinggal dan menjamin integritas jangka panjang sumberdaya hutan yang bernilai (Hardiansyah, 1997). Oleh karena itu, praktek penyaradan kayu merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan agar kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dapat ditekan seminimal mungkin.

Tujuan

Tujuan dari paper ini adalah untuk mengetahui kerusakan ffisik lingkungan terutama pemadatan tanah akibat penyaradan kayu dengan system mekanis.

(2)

SISTEM PENYARADAN DENGAN TRAKTOR

Penyaradan kayu dengan traktor adalah proses pemindahan kayu dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan dengan menggunakan alat utama traktor atau skidder (Wackerman, 1949). Elias (1998) mendefenisikan penyaradan sebagai minor transportation yang dimulai pada saat kayu diikitkan pada rantai penyarad di tempat tebangan kemudian disarad ke tempat tujuan (tempat pengumpulan/Tpn/landing, tepi sungai, tepi ja lan rel atau tepi jalan mobil) dan berakhir setelah kayu dilepaskan dari rantai penyarad.

Cara penyaradan yang sering digunakan dalam pemanenan kayu di luar Jawa adalah menggunakan traktor. Pada penyaradan dengan traktor, posisi kayu yang disarad sebagian atau seluruhnya bersentuhan dengan tanah. Traktor yang digunakan berupa wheel skidder atau crawler.

Keuntungan penggunaan traktor menurut Suparto (1979) dalam Matangan (1995) adalah :

1. Dapat bergerak dengan leluasa diantara pohon inti pada system tebang pilih.

2. Dapat digunakan dengan aman sampai lereng 40 %. 3. Dapat digunakan pada jarak sarad yang cukup panjang.

Kerugian yang ditimbulkan berupa kerusakan vegetasi hutan dan kerusakan fisik tanah.

SIFAT FISIK TANAH

Tanah merupakan kumpulan dari tubuh alam di at as permukaan bumi yang mengandung beban hidup dan mampu mendukung pertumbuhan tanaman. Mengingat akan pentingnya arti tanah dalam proses produksi, adalah suatu keharusan untuk mencegah dan melindungi tanah dari segala bentuk kerusakan agar dapat dicapai produksi yang tinggi secara lestari.

Tanah merupakan kumpulan tanah alam di atas permukaan bumi yang mengandung benda-benda hidup dan mampu mendukung pertumbuhan tanaman (Hamzah, 1983). Sifat fisik tanah hutan telah lama diyakini oleh para peneliti sebagai faktor yang penting dalam proses pertumbuhan tegakan. Tekstur tanah yang erupakan perbandingan relatif bobot fraksi psir, debu dan liat mempunyai pengaruh besar terhadap produktivitas dan daya guna suatu lahan. Tanah yang bertekstur kasar dan pasir bergaluh tidak dapat menyimpan air dan zat hara sehingga tidak memberikan hasil yang maksimal. Sebaliknya tanah yang bertekstur halus misalnya liat, liat berlempung atauliat berdebu mampu menyekap air dan zat hara.

Menurut Lutz dan Chander (1965) dalam Matangaran (1995), tanah merupaka media alam tempat tumbuh tanaman, tempat berpijak akar dan tempat mendapatkan kebutuhan air dan unsure-unsur hara. Kondisi fisik tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman yaitu udara, air dan partikel tanah haruslah cukup terbuka me nerima curah hujan tetapi tidak terlalu banyak kjehilangan air dan zat hara akibat perkolasi. Di samping itu, kadar air aerasi yang cukup diperlukan agar sel akar pohon mendapatkan oksige. Hamzah (1983) menyatakan bahwa tanah liat “berat” dapat menghalangi tumbuhnya permukaan dan menghambat pertumbuhan pohon, terlebih lagi kalau di atas tanah ada penggembalaan ternak atau penyaradan kayu dilakukan di musim hujan.

Sifat fisik tanah lainnya yaitu struktur tanah menggambarkan secara umum susunan bagian padat tanah. Struktur tanah merupakan pengelompokkan

(3)

butir primer tanah menjadi agregat kemudian tertata letaknya dalam profil tanah. Struktur tanah dapat dinilai dari stabilitas agregat, kerapatan limbak dan porositas tanah. Kerapatan limbak tanah (bulk density) diberi batasan sebagai nisbah kering tanur contoh tanah tidak terusik bervolume tertentu dengan berat air pada volume setara.

Kerapatan limbak tanah menunjukkan kepadatan tanah. Makin tinggi nilai kerapatan limbak tanah, makin padat tanah tersebut (Poerwowidodo, 1987; Hamzah, 1983) yang akan menyulitkan perembesan air dan penetrai akar.

Besarnya tingkat pemadatan tanah akibat pemanenan kayu dapat diduga dari hasil pengukuran kerapatan limbak tanahnya. Hovland et al. (1996) dalam Hamzah (1983) membedakan kelas pemadatan tanah sebagai berikut :

a. Tanah longgar (loose soils) dengan kerapatan limbak tanah 0,9 – 1,3 g/cm3.

b. Tanah normal (normal soils) dengan kerapatan limbak tanah 1,3-1,5 gr/cm3

c. Tanah padat (compact soils) dengan kerapatan limbak tanah 1,5-1,8 gr/cm3.

PENGARUH PENYARADAN KAYU DENGAN SISTEM MEKANIS TERHADAP EMADATAN TANAH

Dampak pemanenan kayu terhadap tanah akan mengakibatkan penurunan kesuburan tanah, yang disebabkan : (a) pemadatan tanah yang disebabkan oleh penggunaan alat-alat berat, (b) keterbukaan permukaan tanah yang disebabkan oleh keterbukaan areal akibat penebangan, pembuatan jalan sarad, tempat pengumpulan kayu, jalan angkutan dan penyaradan.

Pemadatan Tanah dan Laju Infiltrasi

Ewel dan Cone (1978) dalam Idris (1987) mengemukakan, bahwa salah satu dampak fisik pada tanah hutan akibat pembalakan secara mekanis adalah terjadinya kompaksasi atau pemadatan tanah yang merusak struktur tanah. Tanah hutan yang belum mengalami gangguan cenderung memiliki nilai stabilitas keremahan dan porositas yang lebih tinggi serta kerapatan masa tanah (soil bulk density) yang lebih rendah dibandingkan dengan yang sudah mengalami pembalakan. Tabel 1 menunjukkan pemadatan tanah di hutan bekas tebangan. Tabel 1. Hasil pengukuran infiltrasi dan bulk density terhadap tanah podsolik di

hutan bekas tebangan di Kenangan, Kalimantan Timur (Hamzah, 1983). Infiltrasi mm/menit) Kedalaman Tanah (cm) Bulk Density (gr/cm3) Dalam tegakan bekas tebangan

Pada jalan sarad system traktor Pada lorong sarad system kabel

0,0 0,0 0,26 0 20 0 20 0 20 1,08 1,33 1,67 1,45 1,65 1,66

(4)

Pemadatan tanah adalah proses dimana partikel-partikel tanah secara mekanis bergerak ke posisi keadaan yang lebih rapat satu dengan lainnya (Mackwick, 1944) dalam Idris (1995). Dikemukanan pula beberapa prinsip dasar pemadatan tanah adalah sebagai berikut :

1. Kerapatan limbak tanah merupakan ukuran kerapatan partikel tanah. 2. Secara umum pengeluaran air tanah dapat meningkatlkan volume

bagian padatnya dan pemadatan merupakan peningkatan kerapatan partie kl tanah.

3. Pada kondisi kadar air tertentu, kepadatan tanah akan bertambah jika daya pemadatan bertambah dan laju pertambahannya akan menurun sampai udara sisa di dalam tanah kurang dari 3 %.

4. Jika tanah diberi pemadatan pada variasi kadar air yang berbeda maka akan terdapat kerapatan limbak maksimum tanah tersebut pada kadar air tertentu. Kadar air ini merupakan kadar air optimum.

5. Kerapatan limbak tanah maksimum dan kadar air yang optimum bervariasi antar tipe tanah dan besarnya daya pemadatan yang diberikan.

6. Penggilasan tanah bermanfaat bagi tanah yang relatif kering dan digilas pada kadar air di bawah optimum.

7. Penggilasan tanah liat yang sangat lunak akan mengaduk tanah tersebut dan hasilnya akan merusak tanah.

8. Kenaikan kepadatan tanah akan meningkatkan pula kekuatan dan stabilitas tanah dan mengurangi penurunan tanah. Kemampuan menyerap air menjadi menurun dengan meningkatnya kerapatan tanah.

9. Umumnya efektivitas peratalatan pemadat tanah menurun dengan bertambah tebal (dalamnya) lapisan tanah yang dipadatka n. Itulah sebabnya diperlukan pemadatan tanah lapis demi lapis dan tiap lapis tidak perlu tebal.

10. Jika semua faktor sama, makin berat alat pemadat tanah makin efektif pemadatan dan makin dalam tanah yang ikut terpadatkan.

Froelich (1982) mengemukakan secara umu pengaruh kegiatan pemanenan kayu terhadap kondisi fisik tanah hutan sebagai berikut :

1. Meningkatkan kerapatan limbak. 2. Berkurangnya total ruang pori. 3. Berkurangnya pori non kapiler.

4. Terjadinya peningkatan pori kapiler pada tingkat pemadatan tanah yang re ndah.

5. Berkurangnya pori kapiler jika terjadi tingkat pemadatan tanah yang tinggi

6. Berkurangnya laju infiltrasi air pada tanah. 7. Berkurangnya permeabilitas tanah.

8. Berkurangnya diameter pori efektif.

9. Berkurangnya kemampuan kapasitas daya tampung air.

10. Meningkatnya kekuatan tanah tergantung dari kadar air tanah.

11. Terjadinya perubahan struktur butir tanah ke bentuk pipih jika terjadi peningkatan kekuatan tanah.

Tanah yang mempunyai zone kepadatan tinggi dapat menurunkan laju pergerakan air di dalam tanah sehingga aerasi tanah menjadi rendah. Pada pemadatan tanah terus-menerus dapat meningkatkan penetrasi tanah, sehingga

(5)

perkembangan akar tanaman terganggu. Menurut Hardjowigeno dalam Satori (1998), tanah dengan kerapatan isi yang besar berarti sulit meneruskan air atau sukar ditembus akar tanaman. Tetapi adanya perakaran ini akan membantu memperbaiki agregasi tanah., sehingga struktur tanah menjadi sarang dan menyebabkan meningkatnya jumlah ruang pori tanah, yang akhirnya dapat menurunkan kerapatan isi tanah.

Peranan penting tumbuh-tumbuhan yaitu pada luas jaringan akarnya yang menembus tanah, cenderung membentuk agregat. Ketika akar mendesak terbentuklah agregat memadat yang terpisah antar yang satu dengan yang lainnya. Daun-daun vegetasi yang tumbuh dan sisa-sisa tanamannya, juga melindungi agregat di permukaan tanah terhadap gaya perusak air terutama dari pukulan butir-butir hujan, sehingga agregat-agregat tanah menjadi lebih mudah pecah jika terjadi pembukaan atau penghilangan penutup tanah dalam jangka waktu yang lama. Selanjutnya disebutkan bahwa pengaruh system tanaman pada tanah adalah fungsi dari aktivitas akarnya (kerapatan dan kedalaman akar serta kecepatan perkembangan akar), kerapatan dan kesinambungan tanaman penutup, cara dan jumlah pengolahan dan lalu lintas alat -alat pengolahan.

KESIMPULAN

1. Kerugian yang ditimbulkan akibat penyaradan dengan system mekanis (traktor) berupa kerusakan vegetasi hutan dan kerusakan fisik tanah.

2. Dampak fisik pada tanah hutan akibat penyaradan secara mekanis adalah terjadinya kompaksasi atau pemadatan tanah yang merusak struktur tanah. 3. Tanah hutan yang belum mengalami gangguan cenderung memiliki nilai

stabilitas keremahan dan porositas yang lebih tinggi serta kerapatan masa tanah (soil bulk density) yang lebih rendah dibandingkan dengan yang sudah mengalami pembalakan.

4. Tanah yang mempunyai zone kepadatan tinggi dapat menurunkan laju pergerakan air di dalam tanah sehingga aerasi tanah menjadi rendah. Pada pemadatan tanah terus-menerus dapat meningkatkan penetrasi tanah, sehingga perkembangan akar tanaman terganggu.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit IPB Press. Bogor.

Direktorat Jenderal Pengusahaan Hutan. 1993. Pedoman dan Petunjuk Teknis Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) pada Hutan Alam Daratan. Jakarta. Dykstra, D.P. and R. Heinrich. 1996. Model Code of Forest Harvesting Practice.

Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome.

Elias. 1997. State of The Art of Timber Harvesting Operations in The Tropical Natural Forest in Indonesia. Paper Presented on Exchange Meeting Between Staffts of Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University, Bogor, Indonesia and Staffts of Shimane University, Japan 30 June 1997 in Shimane. Japan.

(6)

Hamzah, Z. 1983. Ilmu Tanah Hutan. M Proyek Penignkatan Pengembangan Perguruan Tinggi. IPB Bogor.

Idris, M.M. Pengaruh Penyaradan Kayu dengan Traktor Berban Ulat Terhadap Kerusakan Tegakan Tinggal, Pergeseran serta Pemadatan Tanah. Tesis Pascasarjana IPB Bogor.

Matangaran. 1995. Pengaruh Intensitas Penyaradan Kayu Oleh Traktor Berban Ulat Terhadap Pemadatan Tanah dan Pertumbuhan Kecambah Sengon (Paraserianthes falcataria) dan meranti (Shorea sp.). Tesis Pascasarjana IPB Bogor.

Poerwowidodo. 1987. Lima Watak Fisis Tanah. Jurusan Manajemen Hutan. Fakultas Kehutanan IPB Bogor.

Wackerman, A.E. 1949. Harvesting Timber Crops. Mc Graw Hill Book Company, Inc. New York.

Gambar

Tabel 1. Hasil pengukuran infiltrasi dan bulk density terhadap tanah podsolik di  hutan bekas tebangan di Kenangan, Kalimantan Timur (Hamzah, 1983)

Referensi

Dokumen terkait

Produktivitas kerja pembuatan jalan sarad adalah 16,67 m/jam dan produktivitas kerja penyaradan adalah 5,764 m3/jam dengan jarak sarad rata-rata 176,166 meter dan volume

Selanjutnya Penulis melakukan penelitian yang berjudul “Sistem Pengelolaan Hutan Rakyat dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Masyarakat (Studi kasus: kecamatan Salapian, Kutambaru

Tingkat kerusakan hutan mangrove di Indonesia saat ini telah mengalami peningkatan yang sangat cepat, sehingga sangat penting untuk mengolah, memanfaatkan dan

Andalas Merapi Timber pada bulan Maret tahun 2009 dengan judu l “Potensi dan Pemanfaatan Limbah Pemanenan Kayu di Tempat Pengumpulan Kayu (TPn) IUPHHK-HA PT.. Andalas

Berdasarkan taraf regenerasinya, hutan mangrove pantai timur Sumatera Utara mirip dengan hutan mangrove di Aceh Singkil (Soehardjono, 1999), yakni berada pada taraf

Untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Sumatera Utara, penulis melakukan penelitian dengan judul Pemanfaatan Hasil Hutan oleh Masyarakat Sekitar Hutan di Desa Sekitar

Untuk mengetahui jenis-jenis hasil hutan non kayu yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Telagah Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, mengetahui besarnya nilai ekonomi

Mata kayu pada pinggir bawah suatu gelagar lebih berat dari pada apabila terletak di pinggir atas, karena mata kayu mempunyai pengaruh yang sangat besar pada kekuatan tarik dari