• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENILAIAN EKONOMI HASIL HUTAN NON KAYU SITI LATIFAH. Program Studi Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera utara I. PENDAHULUAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENILAIAN EKONOMI HASIL HUTAN NON KAYU SITI LATIFAH. Program Studi Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera utara I. PENDAHULUAN."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PENILAIAN EKONOMI HASIL HUTAN NON KAYU SITI LATIFAH

Program Studi Ilmu Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera utara I. PENDAHULUAN.

Hutan dan ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan keanekaragaman tumbuh-tumbuhan dan hasil kayu maupun non kayu memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia. Arief (2001) menjelaskan hasil-hasil hutan dibedakan berdasarkan sifat tangible dan intagible. Sifat-sifat intagible terdiri atas hasil yang berkaitan dengan sistem alami misalnya hidrologi dan wisata alam. Sedangkan sifat-sifat tangible berupa hasil hutan berupa kayu. Salim (1997) menggolongkan manfaat hutan ke dalam manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung adalah manfaat yang dapat dirasakan secra langsung oleh masyarakat yaitu masyarakat dapat menggunakan dan memanfaatkan hasil hutan, antara lain kayu yang merupakan hasil utama hutan, serta berbagai hasil hutan ikutan seperti rotan, getah, buah-buahan, madu dan lain-lain.

Salah satu desa yang berada dalam KEL adalah Desa Telagah. Desa ini terletak di Kawasan Ekosistem Leuser dan terdiri dari beberapa dusun-dusun kecil yang sebagian terletak di pinggir kawasan hutan yang berbatasan lansung dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Sebagian besar penduduknya didominasi oleh suku karo dan masih banyak memanfaatkan hasil hutan non kayu seperti bambu, rotan, kayu bakar dan lain-lain dari dalam kawasan hutan.

Untuk mengetahui jenis-jenis hasil hutan non kayu yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Telagah Kecamatan Sei Binge Kabupaten Langkat, mengetahui besarnya nilai ekonomi dari hasil hutan dan non kayu konstribusinya terhadap pendapatan masyarakat sekitar hutan Desa Telagah dan maka dirasa perlu di lakukan inventarisasi untuk mengetahui besarnya nilai ekonomi yang diperoleh dari kawasan hutan di sekitar Desa Telagah.

II. Manfaat dan Fungsi Hutan.

Makna hutan sangat bervariasi sesuai dengan spesifikasi ilmu yang dibidangi. Dari sudut pandang orang ekonomis, hutan merupakan tempat menanam modal jangka panjang yang sangat menguntungkan dalam bentuk Hak Pengusahaan Hutan (HPH). Menurut sudut pandang ahli silvika, hutan merupakan suatu assosiasi dari tumbuh-tumbuhan yang sebagian besar terdiri atas pohon-pohon atau vegetasi berkayu yang menempati areal luas. Sedangkan menurut ahli ekologi mengartikan hutan sebagai suatu masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh pohon-pohon dan mempunyai keadaan lingkungan berbeda dengan keadaan di luar hutan (Arief, 2001).

a. Manfaat Hutan.

Hutan memberikan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, mulai dari pengatur tata air, paru-paru dunia, sampai pada kegiatan industri. Pamulardi

(2)

(1999) menerangkan bahwa dalam perkembangannya hutan telah dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan, antara lain pemanfaatan hutan dalam bidang Hak Pengusahaan Hutan, Hak Pemungutan Hasil Hutan dan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri.

Sebagai salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia, manfaat hutan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : manfaat tangible (langsung/nyata) dan manfaat intangible (tidak langsung/tidak nyata). Manfaat tangible atau manfaat langsung hutan antara lain : kayu, hasil hutan ikutan, dan lain-lain. Sedangkan manfaat intangible atau manfaat tidak langsung hutan antara lain : pengaturan tata air, rekreasi, pendidikan, kenyamanan lingkungan, dan lain-lain (Affandi & Patana, 2002). Selanjutnya Arief (2001) menjelaskan manfaat tangible diantaranya berupa hasil kayu dan non kayu. Hasil hutan kayu dimanfaatkan untuk keperluan kayu perkakas, kayu bakar dan pulp. Sedangkan hasil-hasil hutan yang termasuk non kayu antara lain rotan, kina, sutera alam, kayu putih, gondorukem dan terpentin, kemeyan dan lain-lain.

Berdasarkan kemampuan untuk dipasarkan, manfaat hutan juga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : manfaat marketable dan manfaat

non-marketable. Manfaat hutan non-marketable adalah barang dan jasa hutan yang

belum dikenal nilainya atau belum ada pasarnya, seperti : beberapa jenis kayu lokal, kayu energi, binatang, dan seluruh manfaat intangible hutan (Affandi & Patana, 2002).

b. Fungsi Hutan.

Dalam Undang-undang nomor 41 tahun 1999 tentang kehutanan, hutan mempunyai tiga fungsi, yaitu fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi. Selanjutnya pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokoknya ada tiga, yaitu hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan (1999) menerangkan hutan lindung adalah hutan yang diperuntukan bagi perlindungan tata tanah dan air bagi kawasan di sekitarnya. Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu yang diperuntukan bagi perlindungan alam, pengawetan jenis-jenis flora dan fauna, wisata alam dan keperluan ilmu pengetahuan. Hutan produksi adalah hutan yang diperuntukan bagi produksi kayu dan hasil hutan lainnya untuk mendukung perekonomian negara dan perekonomian masyarakat.

Fungsi hutan ditinjau dari kepentingan sosial ekonomi, sifat alam sekitarnya, dan sifat-sifat lainnya yang berkenan dengan kehidupan manusia, dapat dikatakan bahwa hutan berperan sebagai sumber daya. Dengan kondisi ini, sumber daya hutan menjadi salah satu modal pembangunan, baik dari segi produksi hasil hutan atau fungsi plasma nutfah maupun penyanggah kehidupan. Peranan tersebut menjadi salah satu modal dasar pembangunan berbagai segi, tergantung pada keadaan dan kondisi setempat. Oleh karena agar sumber daya hutan dapat dimanfaatkan secara optimal, maka kawasan hutan dibedakan menjadi beberapa kelompok berdasarkan fungsinya yakni fungsi pelindung, fungsi produksi dan fungsi lainnya. Hutan yang berfungsi sebagai pelindung merupakan kawasan yang keadaan alamnya diperuntukan sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir, pencegahan erosi dan pemeliharaan kesuburan tanah. Hutan yang berfungsi produksi adalah kawasan hutan yang ditumbuhi oleh pepohonan keras yang perkembangannya selalu diusahakan dan dikhususkan untuk dipungut hasilnya, baik berupa kayu-kayuan maupun hasil sampingan lainnya seperti getah, damar, akar dan lain-lain. Fungsi lain dari hutan adalah

(3)

sebagai hutan konversi. Hutan ini diperuntukan untuk kepentingan lain misalnya pertanian, perkebunan dan pemukiman. Walaupun hutan mempunyai fungsi lindung, fungsi konservasi, dan fungsi produksi, namun fungsi utama hutan tidak akan berubah, yakni untuk menyelenggarakan keseimbangan oksigen dan karbon dioksida, serta untuk mempertahankan kesuburan tanah, keseimbangan tata air wilayah dan kelestarian daerah dari erosi (Arief, 2001).

Secara ekologi fungsi hutan adalah sebagai penyerap air hujan untuk mencegah terjadinya erosi. Hutan mempunyai peranan penting dalam mengatur aliran air ke daerah pertanian dan perkotaan, baik lokal, regional maupun global. Sebagai contoh, 50 % sampai 80 % dari kelembaban yang ada di udara di atas hutan tropik berasal dari hutan melalui proses transpirasi dan respirasi. Jika hutan dirambah presipitasi atau curah hujan yang turun akan berkurang dan suhu udara akan naik (Miller, 1993).

III. Kawasan Ekosistem Leuser (KEL).

KEL pertama kali diperkenalkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 227/Kpts-II/1995 yang kemudian dikuatkan dengan Keputusan Presiden (Keppres) No. 33 tahun 1998. kawasan ini sangat penting bukan hanya karena keanekaragaman hayatinya yang tinggi tetapi juga karena fungsinya sebagai sumber kehidupan masyarakat di sekitarnya dan sebagai kawasan hutan alami di pulau Sumatera bagian utara (UML, 2002)

KEL terdiri dari Taman Nasional Gunung Leuser, Suaka Margasatwa, Hutan Lindung, Cagar Alam dan lain-lain. KEL adalah bagian terbesar dari hutan-hutan asli yang masih tersisa di pulau Sumatera. Pelestarian kawasan ini diharapkan dapat menyelamatkan keanekaragaman hayati di dalamnya dan utuhnya penyangga kehidupan manusia dalam bentuk udara bersih dan air bersih (UML, 2002).

Hutan KEL merupakan sumber hasil hutan non kayu. Suatu anggapan yang salah apabila beranggapan bahwa kekayaan hutan hanyalah kayu. Bila pemanfaatan hutan hanya dengan cara mengeksploitasi kayu maka hanya akan memberi keuntungan pada beberapa kelompok orang yang memiliki modal kuat dan kayu-kayu akan habis hanya dalan satu generasi tanpa memberi kesempatan bagi pepohonan hutan untuk beregenerasi. Bila pemanfaatan hutan dengan memanfaatkan hasil hutan non kayu secara lestari dan tetap memberi kesempatan hutan untuk terus memulihkan dirinya, maka nilai ekonomi yang dihasilkan akan jauh lebih tinggi (UML, 2002).

IV. Penilaian Sumber Daya Hutan. a. Pengertian

Penilaian adalah penentuan nilai manfaat suatu barang ataupun jasa bagi manusia atau masyarakat. Adanya nilai yang dimiliki oleh suatu barang dan jasa (sumber daya dan lingkungan) pada gilirannya akan mengarahkan perilaku pengambilan keputusan yang dilakukan oleh individu, masyarakat maupun organisasi. Jika nilai sumber daya (ekosistem) hutan, ataupun lebih spesifik barang dan jasa hutan telah tersedia informasinya, seperti halnya harga berbagai produk yang ada di pasar, maka pengelolan hutan dapat memanfaatkannya

(4)

untuk berbagai keperluan seperti pengambilan keputusan pengelolaan, perencanaan dan lain-lain (Bahruni, 1999).

Tidak tersedianya informasi nilai (harga) dari produk/jasa hutan maka diperlukan suatu usaha kreatif untuk menduga nilai sumber daya hutan. Belum tersedianya informasi nilai (harga) dari hutan disebabkan karena produk barang/jasa hutan tidak seragam/tidak standar, karena merupakan hasil alam, sehingga sulit dibuat harga standar yang berlaku umum. Oleh karena diperlukan suatu usaha untuk menduga nilai dari sumber daya hutan (Bahruni, 1999).

Penilaian ekonomi merupakan suatu peralatan ekonomi yang menggunakan teknik penilaian sumber daya untuk mengestimasi nilai uang dari barang dan jasa yang diberikan oleh suatu kawasan (Anonim, 2001). Bahruni (1999) menjelaskan penilaian hutan bukan berusaha untuk mengadakan nilai yang tidak ada, tetapi suatu upaya bagaimana memunculkan nilai nilai sesungguhnya yang dimiliki oleh hutan, yang secara nyata dirasakan manfaatnya oleh individu atau masyarakat, yang oleh berbagai sebab besar nilai tersebut belum diketahui.

b. Pengumpulan Data.

Data yang dikumpulkan untuk mendukung paparan tulisan tentang penilaian hasil hutan Non kayu tangible atau manfaat langsung hutan antara lain sebagai berikut:

a. Data primer.

Data primer merupakan hasil observasi dan wawancara terhadap responden di lapangan yang meliputi :

- Faktor sosial, ekonomi dan budaya responden yang meliputi umur, suku, agama, pekerjaan, pendapatan, mata pencaharian, pendidikan, jumlah tanggungan, usaha pertanian yang dimiliki, lama menetap.

- Jenis dan jumlah hasil hutan non kayu yang diambil responden, frekuensi pengambilan, lama dan waktu pengambilan, cara pemasaran hasil hutan yang diperoleh.

- Biaya pengambilan hasil hutan yang meliputi biaya transportasi, konsumsi, peralatan dan biaya lainnya yang dikeluarkan untuk mengambil hasil hutan.

b. Data sekunder.

Data sekunder merupakan informasi yang diperoleh dari hasil pencatatan terhadap data yang sudah tersedia di instansi seperti :

- Kondisi umum lokasi penelitian. - Kondisi umum KEL.

Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan cara kuesioner dan observasi terhadap responden. Observasi dalam hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih akurat dan mendalam dari responden.

C. Perhitungan nilai sumberdaya hutan

Data lapangan hasil kuisioner dapat ditabulasikan berdasarkan karateristiknya. Data-data tersebut kemudian dianalisis secara kuantitatif. Data mengenai jumlah pemungut tiap jenis hasil hutan serta jumlahnya yang didapat dari hasil wawancara dapat disajikan seperti dalam Tabel 1.

(5)

Tabel 1. Jenis Hasil Hutan yang Dimanfaatkan Masyarakat Desa Sekitar Hutan.

Nilai barang hasil hutan untuk setiap jenis per tahun yang diperoleh masyarakat dihitung dengan cara :

No Jenis Hasil Hutan

Satuan (unit)

Jumlah yang Diambil (Unit/frekuensi/responden) Frekuensi Pengambilan (Unit/tahun/responden) Jumlah Pengambil (Orang/jenis barang) 1 2 … n Jumlah Rata-rata

1. Menghitung nilai rata-rata jumlah barang yang diambil per responden, frekuensi pengambilan per jenis barang per responden per tahun dan jumlah pengambil per jenis barang.

n

X

X

X

diambil

yang

barang

jumlah

rata

rata

=

1

+

2

+

...

+

n

Keterangan : Xi = Jumlah barang yang diambil per responden

n = Jumlah pengambil per jenis barang

2. Nilai rata-rata jumlah yang diambil dikali rata-rata frekuensi pengambil , lalu dikali total jumlah pemungut akan diperoleh total pengambilan per unit barang per tahun.

Total pengambilan per tahun = (rata-rata Jumlah yang diambil) x (Frekuensi pengambilan) x (Jumlah Pengambil)

3. Harga barang hasil hutan diperoleh dari hasil wawancara dengan pendekatan harga pasar, harga relatif dan pendekatan biaya pengadaan. Untuk barang dan jasa hutan yang sudah dikenal pasarnya, penilaian digunakan dengan metode nilai pasar. Nilai pasar adalah harga yang berlaku di pasar. Untuk hasil hutan yang belum dikenal pasarnya, tetapi dapat ditukarkan atau dibandingkan dengan nilai barang atau jasa yang telah ada pasarnya, penilaian dilakukan dengan menggunakan metode nilai relatif. Sedangkan untuk jenis barang hasil hutan yang belum dikenal pasarnya dan tidak termasuk sistem pertukaran, penilaian dilakukan dengan metode biaya pengadaan yaitu banyaknya biaya yang dikeluarkan untuk mendapat barang/jasa hutan. Metode nilai pengadaan dihitung dengan rumus :

JV

BP

N

=

Keterangan :

N = Nilai ekonomi hasil hutan (Rp/unit volume) BP = Biaya pengadaan hasil hutan (Rp/pengambilan)

(6)

4. Nilai ekonomi barang hasil hutan per jenis barang per tahun dihitung dari perkalian antara total pengambilan per jenis barang dikalikan harga.

Nilai hasil hutan per jenis = Total pengambilan (unit/tahun) x Harga hasil hutan.

Tabel 2. Hasil Perhitungan Barang yang Dimanfaatkan Masyarakat Desa Telagah.

Dari hasil perhitungan nilai hasil hutan ini akan didapat total nilai hasil hutan per jenis per tahun dan total hasil hutan seluruh jenis per tahun yang selanjutnya akan dapat dihitung kontribusi nilai masing-masing jenis terhadap pendapatan lokasi yang bersangkutan.

No Jenis Barang Hasil

Hutan Total Pengambilan (Unit/Tahun) Harga Hasil Hutan (Rp/Unit) Nilai Hasil Hutan (Rp/Tahun) 1. 2. 3. 4. … n Jumlah Rata-rata IV. Kesimpulan

Adanya penilaian sumberdaya hutan diharapkan memberikan manfaat untuk membantu memecahkan persoalan khususnya dibidang penilaian ekonomi hasil hutan non kayu, serta memberikan kontribusi bagi pemerintah, masyarakat dan lembaga pendidikan (penelitian) dengan mendapatkan : a). data mengenai jenis-jenis hasil hutan non kayu. b) informasi mengenai bentuk-bentuk pemanfaatan hasil-hasil hutan dan c). data nilai ekonomi hasil hutan non kayu dapat dijadikan pertimbangan dalam membuat kebijakan dan pengelolaan sumber daya hutan di Kawasan Ekosistem Leuser

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, O., Patana, P. 2002. Perhitungan Nilai Ekonomi Pemanfaatan Hasil Hutan

Non-marketable oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan (Studi Kasus Cagar

Alam Dolok Sibual-buali, Kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan). Laporan Penelitian. Program Ilmu Kehutanan – Universitas Sumatera Utara. Tidak diterbitkan. Hal 1-21.

Arief, A. 2001. Hutan dan Kehutanan. Cetakan ke-5. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Hal 11-59.

Arief, A. 1994. Hutan : Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Hal 153.

Bahruni, 1999. Penilaian Sumber Daya Hutan dan Lingkungan. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal 1-26.

Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999. Panduan Kehutanan Indonesia. Jakarta. Hal 1-2.

Miller, G., Tyler., 1993. Environment Science Sustaining The Earth. Woodworth

Publishing Company. Belmont California.

Pamulardi, B., 1996. Hukum Kehutanan dan Pembangunan Bidang Kehutanan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal 119.

Natural Resources Management Program, 2001. Peranan Valuasi Ekonomi dalam

Pengelolaan Sumber Daya Alam. Pelatihan Valuasi Ekonomi Sumber Daya Alam. Samarinda 18-19 September 2001. Hal 6-11.

_____ , 2001. Peranan Valuasi Ekonomi dalam Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara. Makalah pada Pelatihan Valuasi Ekonomi Sumber daya Alam. Samarinda 18-19 September 2001. Hal 1-7.

Salim, H.S., 1997. Dasar-dasar Hukum Kehutanan. Sinar Grafika. Jakarta.38-39. Supranto, J., 2000. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Penerbit

Rineka Cipta. Jakarta. Hal 225-229.

UML, 2002. Sekilas Tentang Kawasan Ekosistem Leuser. Unit Manajemen Leuser. Medan. Hal 6-13.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Gambar

Tabel 1. Jenis Hasil Hutan yang Dimanfaatkan Masyarakat Desa Sekitar Hutan.
Tabel 2. Hasil Perhitungan Barang yang Dimanfaatkan Masyarakat Desa Telagah.

Referensi

Dokumen terkait

Secara khusus, untuk daerah tujuan Malaysia, rombongam Madam Dakwah ulama Banjar yang dikenalpasti dalam catatan sejarah adalah Qadhi Abu Su’ud bin Syekh Muhammad

Sebagaimana analisis Ravenhill serta Hoekman dan Kostecki, analisis ini juga akan diimbangi dengan faktor luar negeri dalam proses pembuatan kebijakan, yaitu

Hal ini sesuai dengan pasal 10 ayat (1) undang- undang nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan : Pengadilan dilarang menolak untuk memeriksa, mengadili,

strategi guru yang digunakan dalam proses pembentukan akhlakul karimah. bertujuan untuk menarik minat belajar peserta didik dan

Kebebasan dasar dan hak-hak dasar manusia disebut Hak Asasi Manusia.Hak asasi manusia melekat pada manusia secara kodrati sebagai anugerah tuhan yang maha esa yang tidak dapat

merumuskan bahan kebijakan di bidang pembangunan ketahanan pangan di daerah yang meliputi kegiatan di bidang penyediaan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan,

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul sebagaimana telah

[r]