• Tidak ada hasil yang ditemukan

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENYARADAN KAYU DENGAN SISTEM KUDA-KUDA DI HUTAN RAWA GAMBUT

(Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd, Prop. Sumatera Selatan)

MUHDI, S. Hut., M.Si Fakultas Pertanian Program Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN

Penyaradan kayu adalah kegiatan memindahkan kayu dari tempat tebangan ke tempat pengumpulan kayu (TPn) atau ke pinggir jalan angkutan. Kegiatan ini merupakan kegiatan pengangkutan jarak pendek.

Untuk mengurangi kerusakan lingkungan (tanah maupun tegakan tinggal) yang ditimbun oleh kegiatan penyaradan kayu, penyardan seharusnya dilakukan sesuai dengan rute penyaradan yang sudah direncanakan di atas peta kerja, selain itu juga dimaksudkan agar prestasi kerja yang dihasilkan cukup tinggi. Perencanaan jalan sarad ini dilakukan satu tahunsebelum kegiatan penebangan dimulai. Letak jalan sarad ini harus ditandai di lapangan sebagai acuan bagi pengemudi atau penyarad kayu. Hal ini terutama berlaku untuk penyaradan yang menggunakan traktor.

Penyaradan merupakan tahap pertama dari pengangkutan kayu, yang dimulai pada saat kayu diikatkan pada rantai penyarad di tempat tebangan kemudian disarad ke tempat tujuan (TPn/landing, tepi sungai, tepi jalan rel atau jalan rel) dan berakhir setelah kayu dilepaskan dari rantai penyarad (Elias, 1988).

Cara penyaradan yang dilakukan saat ini (Elias, 1988) : 1. Pemikulan dan penarikan kayu oleh manusia.

2. Penyaradan dengan bantuan binatang. 3. Penyaradan dengan traktor.

4. Penyaradan dengan gaya gravitasi bumi. 5. Penyaradan dengan kabel.

6. Penyaradan dengan balon.

7. Penyaradan dengan pesawat udara (helikopter).

Faktor-faktor yang mempengaruhi cara penyaradan adalah jatah tebang tahunan, volume kayu, topografi, iklim, pertimbngan silvikultur, jarak sarad, ukuran dan sifat kayu yang disarad (FAO, 1970).

KONSTRUKSI JALAN SARAD DI HUTAN RAWA GAMBUT

Satu unit anak petak memiliki jalan sarad dan TPn (betou). Jaringan jalan sarad ini dibuat untuk proses pengeluaran log yang berada pada petak tebang sampai log dikumpulkan di betou (Tpn). Satu jaringan jalan sarad memiliki satu buah jalan sarad utama. Jalan sarad utama ini dibuat sebelum dilakukan penebangan. Adapun jalan sarad cabang yang dibuat setelah pohon ditebang, yang berfungsi menghubungkan log dengan jalan sarad utama. Jalan sarad terbuat dari galangan kayu berukuran pancang dan tiang yang ditata berlapis. Jalan sarad ini terdiri dari 2-3 lapisan, dengan ukuran galang yang digunakan masiing-masing 8 – 1 cm untuk lapisan 1, 19-30 cm untuk lapisan 2 dan 6-12 cm untuk lapisan 3.

TPn (betou) berfungsi sebagai tempat pengumpulan kayu yang sudah ditebang di petak tebang sehingga memudahkan dalam pemuatan ke atas lori. TPn (betou) dibuat oleh regu sarad setelah jalan sarad utama selesai dibuat. Dalam satu betou ini terdapat 4-6 pelabuhan.

(2)

Pelabuhan dibuat dari susunan galang yang ditata sedemikian rupa sehingga setiap lapisa tegak lurus terhadap lapisan yang lain yang terbuat dari kayu berdiameter 7-15 cm. Ukuran diameter galang yang digunakan tiap lapisan adalah sebagai berikut ; 13-15 cm (lapisan 1), 8-10 cm (lapisan 2), 18-24 cm (lapisan 3), 8-10 cm (lapisan 4), dan 17-21 cm (lapisan 5). Pelabuhan berukuran panjang lebih kurang 22 meter tegak lurus jalan rel dan lebar lebih kurang 2 meter. Satu buah pelabuhan ini mampu menampung 30 batang log.

PROSES PENYARADAN DI HUTAN RAWA GAMBUT

Proses kegiatan mengeluarkan kayu dari petak tebang ke Tpn (betou) disebut penyaradan. Penyaradan di HPH PT. Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd. Dilakukan secara manual oleh regu-regu penyarad. Setiap regu penyarad terdiri dari 6-8 orang yang bekerja pada petak kerja berukuran 500 m x 200 m dengan sisi panjang tegak lurus jalan angkutan. Peralatan yang digunakan seperangkat alat kuda-kuda (ongkak).

Alat kuda-kuda ini terbuat dari kayu dengan panjang lebih kurang 3 m dan dipasang galang dengan lebar bukaan antar sisinya 30 cm. Galang ini berfungsi sebagai penahan dan sekaligus menyeimbangkan kayu yang disarad. Sebagai landasan alat kuda-kuda ini adalah jalan sarad. Lapisan paling atas (jari-jari0 sebagai landasan kuda-kuda diolesi sabun agar memperkecil gesekan antar alat sarad dengan landasan.

Tenaga kerja penyaradan menggunakan pekerja kontrak yang didatangkan dari pulau Jawa dengan masa kontrak 3 bulan. Sistem upah yang digunakan adalah sistem borongan. Usia pekerja tergolong produktif dengan tingkat pendidikan beragam dari SD sampai SMTA. Setiap regu penyarad bertanggung jawab terhadap jalannya pengeluaran kayu dari petak tebang ke TPn.

Waktu kegiatan penyaradan, dimulai pukul 6.00 wib dan selesai 17.00 wib. Adapun kegiatan penyaradan di hutan rawa meliputi : membuat jalan raya, membuat betou dan penyaradan.

TAHAP-TAHAP PENYARADAN KAYU DI HUTAN RAWA GAMBUT a. Pembuatan jalan sarad

Pembuatan jalan sarad dilakukan dalam dua tahap. Tahap pembuatan jalan sarad ini meluiputi pembuatan jalan sarad utama (jalan raya), yang dilakukan sebelum penebangan dan jalan sarad cabang yang dibuat setelah penebangan selesai. Jalan sarad dubuat untuk menghubungkan TPn (betou) dengan kayu yang akan disarad. Jalan sarad ini terbuat dari lapisan kayu yang berdiameter 6-12 cm. Kayu-kayu ini disusun menjadi 2-3 lapisan yang diambil dari pohon tingkat pancang dan tiang di petak kerja.

Pembuatan jalan sarad dimulai dengan perintisan dan pembersihan areal dengan menggunakan kampak dan parang. Kemudian dilakukan pemasangan bujuran dan jari-jari yang melintang bujuran dan dilanjutkan dengan perataan terhadap akar-akar lutut serta pengupasan kulit bagian atas jari-jari. Pengupasan kulit ini agar landasan yang bergesekan dengan alat sarad rendah dan agar setelah diberi saabun akan bertambah licin.

Pembuatan jalan sarad ini dilakukan bersama-sama oleh regu penyarad. Waktu kerja pembutaan jalan sarad untuk satu petak tebang ini rata-rata 4 hari untuk jalan sarad utama dan 3 hari untuk pemnbutan jalan sarad cabang. Lamanya pembutaan

(3)

jalan sarad ini dipengaruhi 9leh keadaan lapangan, apabila banyak akar lutut, akan membutuhkan waktu lebih lama.

b. Pembuatan Betou.

Betou merupakan tempat pengumpulan kyu semmentara seblum kayu diangkut ke logpond. Disamping itu betou berfungsi untuk memudahkan pemuatan kayu ke atas lori.

Satu buah betou terdiri dari 4-6 pelabuhan, dimana dalam satu hari dapat dibuat 2 buah pelabuhan, dengan ukuran pelabuhan lebar 2,4 m dan panjang 92 m yang terbuat dari kayu berdiameter 7-15 cm.

Pekerjaan pembuatan betou dimulai dengan pembersihan areal. Areal yang sudah bersih, dibuat betou dengan bahan baku dari pohon tingkat pancang/tiang. Betou dibuat di tepi jalan rel untuk memudahkan pemuatan.

c. Pengulitan kayu

Regu penyarad melakukan pengulitan dan penentuan ukuran panjang log sebagi dasar pelaksanaan pembagian batang. Kegiatan pengulitan ini dilakukan di petak tebang. Semua kayu dikuliti sampai bersih kecuali jenis ramin. Kayu ramin dikuliti setelah betou dan langsung diberi obat ramin (racun anti serangan kumbang Ambossia). Adapun pemotongan kayu dilakukan oleh regu penebang.

Pengulitan di petak tebang ini memiliki kelebihan, yakni mengurangi volme kayu yang disarad dan limbah kulit kayu di dalam tegakan, serta kondisi kayu yang masih segar memudahkan pengulitan.

d. Penyaradan dari petak tebang ke Tpn (betou)

Penyaradan mempunyai empat elemen kerja yakni berjalankososng menuju kayu yang akan disarad, memuat kayu ke atas kuda-kuda dan menyarad kayu ke betou dan membongkar muatan ke atas betou. Elemen kerja penyaradan adalah sebagai berikut :

1. Berjalan kosong menuju kayu yang akan disarad , yakni regu sarad berjalan menuju kayu yang akan disarad sambil menarik alat kuda-kuda. Penarikan alat sarad menuju kayu yang akan disrad ini dilakukan oleh 2 orang.

2. Memuat, yakni kegiatan menaikkan kayu ke ats kuda-kuda sampai kayu siap disarad. Kegiatannya meliputi memasang penyangga pada alat sarad agar stabil, memasang landasan (ender-ender) sebagai tempat menggulingkan kayu ke kuda-kuda, mengungkit dan mendorong kayu ke atas alat kuda-kuda dengan menggunakan locak dan mengatur posisi kayu di ats alat sarad agar seimbang.

3. Menyarad, meliputi memasang tali penarik dan menyarad.

4. Membongkar dan mengatur kayu di betou dengan menggunakan locak. WAKTU KERJA DAN PRODUKTIVITAS PENYARADAN KAYU

DI HUTAN RAWA GAMBUT Waktu kerja penyaradan

Waktu kerja penyaradan adalah waktu yang dibutuhkan oleh regu penyraad untuk mengeluarkan kayu dari petak tebangan sampai kayu diatur di betou. Dalam penelitian ini waktu yang diukur adalah waktu yang berhubungan langsung kegiatan penyaradan, yakni waktu kerja waktu berjalan kosong, memuat, menyarad dan membongkar muatan di betou.

(4)

Besarnya waktu memuat sebesar 5,163 menit (42,697 %) disebabkan letak alat sarad kuda-kuda lebih tinggi dari log yang dimuat ke alat sarad kuda-kuda dan kondisi areal yang berupa tanah gambut yang basah, sehingga regu penyarad kesulitan menaikkan kayu ke alat sarad kuda-kuda.

Kelemahan dari penyaradan sistem kuda-kuda ini adalah terbatasnya diameter kayu yang disarad, kayu yang berdiameter > 100 cm (jelutung) tidak bisa ditarik. Hal ini disebabkan jalan sarad tidak mampu menahan beban sehingga selalu slip (jari-jari selalu lepas).

Produktivitas Kerja penyaradan

Satu regu sarad di HPH PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd berjumlah 6-8 orang dengan jumlah kerja 20 hari per bulan dan jam kerja 10 jam per hari. Kegiatan penyaradan meliputi pembuatan jalan sarad dan menyarad kayu. Produktivitas kerja pembuatan jalan sarad adalah 16,67 m/jam dan produktivitas kerja penyaradan adalah 5,764 m3/jam dengan jarak sarad rata-rata 176,166 meter dan volume kayu rata-rata yang disarad per trip adalah 0,982 m3.

Tingkat produktivitas ini dipengaruhi pula oleh keterampilan dan kekompakkan dari regu penyarad. Sebagai contoh pada saat pemberian aba-aba ada yang belum siap, serta ada anggita penyarad yang sudah tua. Keadaan cuaca pada saat melakukan penyaradan juga mempengaruhi kegiatan penyarada, bila saat penyaradan terjadi hujan maka sabun sebagai pelicin jalan akan tercuci, sehingga gesekan antara alat kuda-kuda dengan landasan jalan sarad (jari-jari) besar.

Biaya Penyaradan Sistem Kuda-kuda

Biaya penyaradan kayu adalah biaya penyaradan ditambah biaya pembuatan jalan sarad. Biaya penyaradan terbesar terdapat pada upah penyarad yakni sebesar Rp 58.059,-/jam (Rp 10.000,-/m3). Hal ini dikarenakan penyaradan sistem kuda-kuda dilakukan secara manual.

KESIMPULAN

1. Sistem penyaradan kayu di hutan rawa gambut dilakukan secara manual dengan menggunakan alat kuda-kuda.

2. Elemen kerja penyaradan kayu di hutan rawa gambut meliputi : (1) berjalan kosong menuju log; (2) memuat kayu ke atas alat sarad; (3) menyarad kayu ke betou (TPn) dan (4) membongkar kayu di betou.

3. Kegiatan penyaradan meliputi pembuatan jalan sarad dan menyarad kayu.

4. Produktivitas kerja pembuatan jalan sarad adalah 16,67 m/jam dan produktivitas kerja penyaradan adalah 5,764 m3/jam dengan jarak sarad rata-rata 176,166 meter dan volume kayu rata-rata yang disarad per trip adalah 0,982 m3, serta satu regu sarad berjumlah 6-8 orang

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1994. Rencana Karya Pengusahaan Hutan. PT Kurnia Musi Plywood Industrial Co. Ltd. Palembang.

Conway, S. 1978. Logging Practices Principles of Timber Harvesting System. Miller Preeman Publication, Inc. Washington.

Dulsalam dan A. Sianturi. 1986. Biaya Konstruksi dan Volume Kayu pada Jalan Rel Kayu dan Besi. Jurnal Lembaga Penelitian Hasil Hutan Vol. 5 No. 4. LPHH. Bogor.

FAO. 1974. Logging and Log Transport in Tropical High Forest. FAO Forestry Development, Paper No. 18. Rome.

Muhdi. 1998. Analisis Biaya dan Produktivitas Penyaradan Kayu dengan Sistem Kuda-kuda dan Pengangkutan Kayu dengan Lokotraksi di Hutan Rawa Gambut

(6)

(Studi Kasus di Areal HPH PT Kurnia Musi Plywood Industries, Sumsel). Skripsi Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Mengikuti organisasi atau ekstrakulikuler disekolah karena banyak teman dan mayoritas dikelas yang mengikutinya adalah bentuk konformitas yang membawa siswa ke arah hal

Bentuk upaya yang dilakukan komunitas ikawangi Malang Raya dengan mempertahankan dan mengenalkan Tari Gandrung sebagai identitas budaya Banyuwangi.. Para pemudanya

The  consultant  will  work  with  DJPK  staff  in  developing  procedures  and  databases  (joint  development).  This  collaboration  is  necessary  condition 

Gambar 7.8 Hasil Simulasi terhadap Populasi Sapi Perah, Produksi Susu dan Konsumsi Susu ... 153 Gambar 8.1 Rantai Pemasaran Jeruk di Lokasi Penelitian Kabupaten Karo,

Berdasarkan hubungan sistem lingkungan pengendapan antara satuan batulempunglanauan yang lebih tua dan satuan batupasir batulempung yang lebih muda, menunjukkan adanya posisi

Berlawanan dengan dokumen terstruktur, dokumen yang tidak terstruktur sangat kaya akan informasi sehingga dapat menghasilkan sociogram yang lebih lengkap dari segi

Kebijakan luar negeri Indonesia untuk melakukan kerjasama pembangunan dengan China merupakan suatu pilihan kebijakan tepat karena politik luar negeri suatu negara

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’ala Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Konsep Perencanaan dan Perancangan