• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUBAH LAVA SEBAGAI SALAH SATU CIRI HASIL LETUSAN G. KELUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUBAH LAVA SEBAGAI SALAH SATU CIRI HASIL LETUSAN G. KELUD"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

KUBAH LAVA SEBAGAI SALAH SATU CIRI HASIL LETUSAN G. KELUD

AKHMAD ZAENNUDIN

Penyelidik Bumi Madya pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Sari

G. Kelud merupakan gunungapi tipe A di Jawa Timur yang sering meletus secara eksplosif. Endapan aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik mendominasi penyusun tubuh gunungapi tersebut. Aliran lava dan kubah lava hanya terdapat di sekitar pusat erupsi baik yang dihasilkan dari erupsi pusat maupun erupsi samping, membentuk G. Kelud yang tidak beraturan seperti kerucut gunung-gunungapi strato pada umumnya.

Ada 7 (tujuh) kubah lava yang terdapat di komplek G. Kelud yaitu Lirang, Kombang, Kelud, dan Sumbing yang terbentuk di sekitar pusat erupsi utama, serta Kramasan, Pisang, dan Umbuk terbentuk akibat erupsi samping. Sejak abad ke 11 erupsi G. Kelud tercatat terjadi pembentukan kubah dan sumbat lava sebanyak 3 (tiga) kali yaitu tahun 1376, 1920, dan terakhir 2007. Sejak erupsi yang terjadi pada tahun 2007 sampai saat ini kubah lava masih dalam pertumbuhan. Apakah kubah lava yang terbentuk pada erupsi terakhir ini akan dihancurkan lagi oleh letusan yang akan datang seperti kubah lava lainnya yang terbentuk dalam masa sejarah?

Sejarah geologi G. Kelud memperlihatkan bahwa perpindahan pusat erupsi dan kubah lava di komplek gunungapi ini merupakan salah satu cirinya. Perpindahan pusat erupsi tersebut sangat tergantung pada kekuatan kubah yang terbentuk sebagai sumbat pada konduit saluran keluarnya magma, besarnya energi yang terjadi pada erupsi yang akan datang. Disamping itu komposisi dan volume magma yang berada dibawahnya sebagai pengontrol suatu letusan sangat mempengaruhi. Bila kubah lava yang terbentuk cukup kuat untuk didobrak maka kemungkinan besar jalan keluar magma akan melewati zona lemah lainnya yang ada di komplek G. Kelud untuk membentuk pusat erupsi baru.

Pendahuluan

Gunung Kelud merupakan gunungapi tipe A di Jawa Timur yang sangat aktif. Letusan yang tercatat dalam sejarah dimulai pada tahun 1000 dan dalam selang waktu antara 15 – 30 tahun gunungapi ini meletus secara eksplosif. Seluruh letusan yang terjadi pada masa lalu hingga sekarang berasal dari kawah G. Kelud saat ini.

Dalam sejarah pembentukan G. Kelud dapat dijumpai sedikitnya ada 4 (empat) kubah lava yang terbentuk hasil erupsi pusat dan ada 3 (tiga) kubah lava sebagai hasil erupsi samping. Empat kubah lava hasil erupsi pusat yang terdapat di sekitar puncak adalah Lirang, Kombang, Kelud, dan Sumbing, sedangkan tiga kubah lava yang lainnya hasil erupsi samping adalah Kramasan, Pisang, dan Umbuk. Kusumadinata (1978) mencatat bahwa G. Kelud dalam sejarah letusannya pernah menghasilkan kubah lava pada tahun 1376 dan sumbat lava

pada tahun 1920. Keduanya kemudian terhancurkan lagi oleh letusan-letusan yang terjadi kemudian.

Aktivitas tahun 2007 merupakan letusan G.Kelud terkini yang menghasilkan kubah lava di dalam Danau Kawah, yang mengakibatkan hampir seluruh bagian danau tersebut tertutup oleh kubah lava ini. Apakah Kubah Lava 2007 ini akan terhancurkan lagi oleh letusan kemudian? Berdasarkan sejarah geologi G.Kelud, pusat-pusat letusannya berpindah-pindah. Oleh karena itu kemungkinan pusat erupsi yang akan datang dapat tetap berada di kawah sekarang dengan cara menghancurkan kubah 2007 yang ada. Pusat erupsi dapat juga bergeser dari satu titik ke titik lainnya baik di daerah puncak maupun di lereng G. Kelud.

(2)

Tataan Tektonik

Gunung-gunungapi di P. Jawa umumnya terbentuk dan muncul di atas sedimen-sedimen laut berumur Neogen dari pada di atas kompleks sedimen Pra Tersier (Hamilton, 1990). Tipe batuan vulkanik di P. Jawa didominasi oleh andesit basaltik dengan kandungan silika sekitar 55 % berat (Nicholls dan Withford, 1976). Ada hubungan positip antara kedalaman Beniof Zone (zona penunjaman) dengan kandungan K2O, trace

element, dan isotop Sr yang mengindikasikan bahwa magma di bawah gunungapi di P. Jawa berasal dari mantel bumi. Hal ini dicerminkan oleh adanya pengaruh subduksi dari penunjaman lempeng samudra Australia di bawah lempeng benua Euro-Asia untuk membentuk batuan vulkanik yang dierupsikan. Ketebalan kerak bumi di bawah busur kepulauan di P. Jawa berkisar antara 20–25km dengan sudut penunjaman 55o ke arah utara (Hutchison, 1981). Wirakusumah (1991) menyatakan bahwa ketebalan kerak bumi di bawah G. Kelud sekitar 34km yang terdiri atas lima lapisan berbeda berdasarkan pada kecepatan rambat gelombang P (P-velocity) yang terdapat antara 1,8km/detik sampai dengan 7,8 km/detik.

Geologi G. Kelud

G. Kelud adalah salah satu gunungapi Kuarter di Jawa Timur yang berada di antara gunungapi yang berumur lebih tua yaitu G.Kawi dan G. Butak di sebelah timur, G.Anjasmoro dan G. Arjuno-Welirang di sebelah timurlaut, dan G. Wilis di sebelah baratnya (Gambar 1). G. Kelud hanya berketinggian 1.731m di atas permukaan air laut dan 1.500m muncul di atas dataran sekitarnya. Gunungapi ini terlihat seperti gunungapi kecil yang bermorfologi sangat kasar di daerah puncaknya.

Aktivitas vulkanik pertama dari kompleks G. Kelud berasal dari G. Lirang yang terjadi

sekitar 238.000 tahun yang lalu. Setelah terbentuknya Kubah Lava Lirang, kemudian aktivitas berpindah ke arah timur membentuk G. Gajahmungkur yang dalam aktivitasnya, juga diakhiri dengan pembentukan Kubah Lava Kombang. Pada perioda ini terjadi erupsi samping G. Kramasan di kaki sebelah timur yang berjarak sekitar 6km dari kawah sekarang. Aktivitas tersebut diakhiri dengan pembentukan kubah lava berumur 99.000 tahun (Wirakusumah, 1991).

Gambar 1: Lokasi G. Kelud terdapat diantara gunungapi tua Wilis, Anjasmoro, Arjuno-Welirang, dan Kawi-Butak.

Setelah aktivitas erupsi samping dari G.Kramasan terhenti, aktivitas vulkanik kemudian berpindah ke daerah puncak menghasilkan aliran lava, aliran piroklastik, jatuhan piroklastik dari Kawah Tumpak. Aktivitas ini kemudian diakhiri dengan pembentukan Kubah Lava Kelud yang merupakan puncak tertinggi di komplek G.Kelud. Kubah Lava Pisang terbentuk sebagai hasil erupsi samping pada perioda aktivitas vulkanik komplek G. Kelud pada periode ini. Kubah lava ini terdapat sekitar 6km sebelah selatan Kawah Kelud sekarang.

KEL

Aktivitas berikutnya terjadi di sebelah selatan Kawah Tumpak dan membentuk dua kawah yaitu Kawah Sumbing I dan Kawah Sumbing II. Aktivitas tersebut menghasilkan

(3)

aliran lava, aliran piroklastik, dan jatuhan piroklastik, serta kubah lava Sumbing yang terbentuk pada Kawah Sumbing I (Wirakusumah, 1991). Kawah Sumbing hanya menghasilkan aliran piroklastik dan tidak menghasilkan endapan batuan vulkanik lainnya. Setelah terbentuk Kawah Sumbing II, aktivitas berpindah ke arah lereng baratdaya membentuk G. Gupit sebagai erupsi samping. Gunungapi ini mempunyai dua kawah yaitu Kawah Dargo dan Kawah Gupit. Kawah Gupit merupakan kawah yang lebih muda dari Kawah Dargo. Aktivitas gunungapi ini diakhiri dengan terbentuknya Kubah Lava G. Umbuk yang berumur 39.000 tahun (Wirakusumah, 1991, Zaennudin. 1992).

Aktivitas berikutnya kemudian bergeser ke arah timurlaut dekat dengan G. Lirang membentuk Kawah Badak I dan II. Aktivitas tersebut tidak menghasikan aliran lava dan kubah lava, namun hanya menghasilkan aliran piroklastik (Wirakusumah, 1991).

Kemungkinan besar sumbat lava yang terbentuk di bagian konduitnya yang tidak muncul ke permukaan. Setelah aktivitas dari kawah ini terhenti, kemudian bergeser lagi ke arah timur membentuk Kawah G. Kelud sekarang. Hal ini berarti magma dari bawah tidak dapat menerobos sampai ke atas karena terhalang oleh batuan yang cukup kuat, dan kemungkinan adalah sumbat lava yang ada dalam pipa kepundan.

Kawah Kelud sekarang telah menghancurkan bagian timurlaut Kawah Lirang, bagian selatan Kawah Gajahmungkur, bagian barat Kawah Tumpak, dan bagian utara Kawah Sumbing. Aktivitas dari Kawah Kelud sekarang ini menghasilkan endapan freatik, freatomagmatik, aliran piroklastik, jatuhan piroklastik yang tersebar hampir ke segala arah kecuali ke arah timur. Aliran piroklastik umumnya tersebar ke bagian baratlaut, barat, baratdaya, dan selatan. Sebelum terjadi erupsi Nopember 2007 di bagian puncaknya terdapat

danau kawah berukuran 600 X 500 m, namun sejak terbentuk kubah lava tersebut, danau kawah hilang karena kubah lava tumbuh semakin besar.

Erupsi G. Kelud didominasi oleh endapan-endapan piroklastika. Aliran lava dan kubah lava hanya menempati daerah di sekitar puncak dan pusat-pusat erupsi. Sebaran dari endapan-endapan tersebut terlihat pada Gambar 2.

Kubah Lava

Erupsi G. Kelud baik yang terjadi pada pra-sejarah maupun dalam pra-sejarah manusia didominasi oleh letusan-letusan eksplosif yang menghasilkan endapan aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik. Disamping endapan tersebut terdapat juga endapan-endapan freatomagmatik dan freatik yang merupakan proses awal dari suatu rentetan letusan eksplosif dari suatu gunungapi yang di puncaknya mempunyai danau kawah. Endapan tersebut pada umumnya terbentuk pada masa sejarah yang berasal dari kawah sekarang. Kubah lava banyak dijumpai di komplek G.Kelud yang merupakan ciri tersendiri dari gunungapi ini. Karena tubuh dan daerah puncaknya tersusun oleh endapan-endapan piroklastik yang mudah tererosi sedangkan kubah lava tahan terhadap erosi, sehingga bentuk gunungapi ini terlihat seperti bukit yang pada bagian puncaknya tidak beraturan.

Ada 7 (tujuh) kubah lava yang terdapat di komplek G. Kelud yang terdapat di sekitar kawah pusat maupun yang terdapat di daerah lereng sebagai hasil erupsi samping. Sebagian contoh dari kubah-kubah lava tersebut terlihat pada Gambar 3.

Dalam masa sejarah G. Kelud pernah terjadi pembentukan kubah lava pada tahun 1376 dan sumbat lava pada tahun 1920 (Tabel 1), tetapi keduanya kemudian terhancurkan lagi oleh letusan berikutnya (Kusumadinata, 1979).

(4)

Gambar 2: Peta geologi Gunungapi Kelud (Zaennudin dkk., 1992). Ap : Aliran piroklastika

Jp. : Jatuhan piroklastik

(5)

B A Kelud Kombang C D F E

Gambar 3: Kubah lava di komplek G. Kelud baik yang terdapat di pusat erupsi maupun erupsi

samping. Foto: Akhmad Zaennudin, PVMBG, Agustus 2005, Juli 2007, dan Januari 2008. A : Kubah lava Lirang B : kubah lava Kombang

C : Kubah lava Kelud D : Kubah lava Sumbing E : Kubah lava Umbuk F : Kubah lava 2007.

(6)

Tabel 1: Sejarah Letusan G. Kelud dan Korban yang diakibatkannya (Kusumadinata, 1979)

KORBAN TAHUN

Ada/Tidak Jumlah KETERANGAN

1000 1311 1334 1376 1385 1395 1411 1451 1462 1481 1548 1586 1641 1716 1752 1771 1776 1785 1811 1825 1826 1835 1848 1851 1864 1901 1919 1920 1951 1966 1990 2007 ? Ada Ada Ada ? ? ? ? ? ? ? Ada ? Ada Tidak ada Tidak ada ? ? ? Ada Tidak ada ? Ada ? ? Tidak ada Ada Tidak ada Ada Ada Tidak ada Tidak ada ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? 10,000 ? ? - - ? ? ? ? - ? ? ? ? - 5,160 - 7 210 - - Erupsi pusat.

Informasi kurang detail. Informasi kurang detail

Erupsi Pusat. Kubah lava terbentuk: tidak ada awan panas. Informasi kurang detail.

Informasi kurang detail. Informasi kurang detail. Informasi kurang detail. Informasi kurang detail. Informasi kurang detail. Informasi kurang detail. Informasi kurang detail. Informasi kurang detail. 20 Juli. Informasi tidak detail. 1 Mei. Erupsi pusat .

10 Januari. Erupsi pusat. Informasi kurang detail. Informasi kurang detail. 5 Juni. Informasi tidak detail. Informasi tidak detail.

11, 14, 18, dan 25 Oktober. Informasi tidak detail. Informasi tidak detail.

16 Mei. Kawah terbuka ke arah selatan. 24 Januari. Informasi tidak detail. 3 – 4 Januari. Informasi tidak detail.

Erupsi eksplosif di kawah pusat pada 22–23 Mei dengan volume material kira 20 juta m3.

Erupsi eksplosif di kawah pusat pada 20 Mei. Aliran piroklastik terendapkan pada beberapa lokasi.

Sumbat lava terbentuk di dasar kawah dan tertutup air pada Desember 1921.

Erupsi eksplosif di kawah pusat pada 31 Agustus. Bom vulkanik jatuh sampai Wlingi, 17km sebelah selatan kawah. Aliran piroklastik terjadi. Dasar kawah turun 79 m akibat letusan tersebut. Volume material letusan ini sekitar 200 juta m3 dengan 2 juta m3 air. Lahar pada umumnya mengalir sepanjang K. Bladak (sebelah barat G. Kelud).

Erupsi eksplosif di kawah pusat pada 24 April menghasilkan aliran piroklastik. Volume material yang diletuskan sekitar 90 juta m3. Dasar kawah naik sekitar 43m. Lahar panas mengalir ke dalam aliran S. Bladak. Lahar dingin mengalir hampir ke semua sungai yang berhulu di puncak.

Erupsi eksplosif di kawah pusat dengan aliran piroklastik dan jatuhan piroklastik yang terjadi selama letusan. Volume material letusan sekitar 24 juta m3 dari endapan aliran piroklastik yang mengalir hampir ke segala arah dari kawah G. Kelud dan beberapa sungai.

Pembentukan kubah lava di dalam danau kawah yang sampai saat ini masih tumbuh.

(7)

Kubah lava di komplek G. Kelud pada umumnya mempunyai komposisi andesit basaltik. Wirakusumah (1991) menyatakan bahwa seluruh lava G. Kelud baik terdapat sebagai kubah lava maupun aliran lava pada umumnya bertekstur porfiritik, tetapi kadang-kadang dijumpai bertekstur glomeroporfiritik, berbutir halus–medium atau kadang-kadang berbutir kasar dengan mikrokristalin plagioklas atau gelas vulkanik sebagai masa dasarnya. Pada umumnya fenokris terdapat lebih dari 50% dari volume total batuan yang terdiri atas kristal-kristal plagioklas sebagai fenokris utamanya yang kemudian diikuti oleh fenokris-fenokris klino piroksen, orto piroksen, mineral gelap, dan kadang-kadang dijumpai amfibol. Kubah Lava Lirang adalah kubah lava paling tua yang terdapat di komplek G. Kelud berumur sekitar 238.000 tahun (Wirakusumah, 1991). Kubah lava ini berkomposisi andesit basaltik dengan kandungan silika antara 54,6 – 56,6% berat bertekstur porfiritik. Mineral utama pembentuk batuan ini adalah plagioklas, diikuti oleh klinopiroksen, ortopiroksen serta mineral gelap, yang kadang-kadang dijumpai amfibol sebagai fenokris. Masa dasarnya adalah mikrolit-mikrolit plagioklas, klinopiroksen, ortopiroksen, magnetit, dan gelas vulkanik. Kubah lava kedua adalah Kombang, berkomposisi andesit dengan kandungan silika sekitar 59,2% berat dan bertekstur hipokristalin. Amfibol banyak dijumpai sebagai fenokris disamping plagioklas dan mineral gelap yang tertanam dalam masa dasar mikrolit-mikrolit plagioklas, piroksen, dan gelas vulkanik. Kubah lava lainnya yang terbentuk pada perioda ini adalah Kubah Lava Kramasan yang berumur sekitar 99.000 tahun (Wirakusumah, 1991). Kubah lava ini terdapat sebagai erupsi samping dari Kawah Gajahmungkur. Kubah Lava Kramasan berkomposisi andesit dengan kandungan silika antara 60,5–61,3%berat. Komposisi mineraloginya hampir sama dengan komposisi Kubah Lava Kombang yang pada

fenokrisnya juga banyak dijumpai amfibol disamping plagioklas dan klinopiroksen yang terdapat pada masa dasar mikrolit plagioklas, amfibol, ortopiroksen, dan gelas vulkanik. Kubah lava berikut adalah Kubah Lava Pisang yang terdapat sebagai hasil erupsi samping dari Kawah Tumpak (Zaennudin, 1986 dan Wirakusumah, 1991). Batuan ini bertekstur porfiritik berkomposisi andesit basaltik, berbutir medium dengan kandungan silika sekitar 54,1% berat. Fenokrisnya didominasi oleh plagioklas yang diikuti kemudian oleh klinopiroksen, ortopiroksen, dan mineral gelap. Masa dasarnya terdiri atas mikrolit-mikrolit plagioklas, ortopiroksen dan klinopiroksen, mineral gelap, dan gelas vulkanik. Kawah Tumpak sebagai pusat erupsi utama kemudian rentetan erupsinya diakhiri dengan pembentukan Kubah Lava Kelud. Batuan dari kubah lava ini pada umumnya telah mengalami alterasi sehingga sangat sukar menemukan contoh dalam keadaan masih segar. “Xenolith” gabro amfibolit terdapat pada batuan Kubah Lava Kelud.

Kubah lava paling akhir sebelum terbentuk Kubah Lava 2007 yang terdapat di wilayah pusat erupsi utama adalah Kubah Lava Sumbing. Kubah lava ini disebut juga sebagai Kubah Lava Merak (Wirakusumah, 1991). Kubah lava ini merupakan ciri khusus dari G. Kelud karena memperlihatkan struktur kekar kolom (columnar joints) yang sangat jelas, sebagian telah terusakkan oleh pembentukan Kawah Kelud sekarang (Gambar 4). Batuan kubah lava ini berkomposisi andesit basaltik bertekstur porfiritik, berbutir halus–medium dengan kandungan silika sekitar 53,9–55,3% berat. Total fenokris terdapat antara 40–55% dari volume total batuan yang didominasi oleh mineral plagioklas kemudian diikuti oleh klinopiroksen dan ortopiroksen serta mineral gelap. Masa dasarnya adalah mikrolit-mikrolit plagioklas, klinopiroksen berbentuk anhedral, mineral gelap, dan gelas vulkanik.

(8)

Kubah lava lainnya yang terdapat sebagai hasil erupsi samping dari G. Gupit adalah Kubah Lava Umbuk terdapat sekitar 4,5km sebelah barat Kawah Kelud sekarang. Wirakusumah (1991) menyatakan bahwa kubah lava ini berumur sekitar 39.000 tahun. Batuannya berkomposisi andesit basaltik dengan kandungan silika sekitar 53,7% berat, bertekstur hipokristalin dan kadang-kadang glomeroporfiritik, berbutir halus – medium. Fenokrisnya tersusun oleh plagioklas, amfibol, dan mineral gelap yang tertanam dalam masadasar kristal halus dari plagioklas, amfibol, mineral gelap, dan klinopiroksen membentuk tekstur subophitik.

Gambar 4: Struktur kekar kolom (Columnar joints) pada kubah lava Sumbing. (Foto: Akhmad Zaennudin, Juli 2007).

Pembahasan

Pembentukan kubah lava di komplek G.Kelud merupakan salah satu ciri tersendiri dari aktivitasnya. Seperti yang telah dikemukakan pada uraian sebelumnya bahwa kubah lava yang terdapat di komplek G. Kelud sedikitnya ada 7 (tujuh) kubah lava, yang terdapat baik di sekitar erupsi pusat maupun di erupsi samping. Setiap siklus erupsi pada kawah-kawah yang terdapat di komplek gunungapi ini hampir semuanya diakhiri dengan pembentukan kubah lava atau sumbat lava.

Wirakusumah (1991) menyatakan bahwa berdasarkan komposisi kimia dari batuan-batuan hasil erupsi G. Kelud dapat dikelompokkan menjadi tiga seri dan setiap seri selalu diakhiri dengan pembentukan kubah lava atau sumbat lava. Ketiga seri tersebut yaitu: • Seri pertama diwakili oleh endapan-endapan

batuan yang berasal dari kawah-kawah Lirang, Gajahmungkur, dan kubah lava Kramasan yang berumur lebih tua dari 100.000 tahun,

• Seri kedua diwakili oleh batuan-batuan yang berasal dari Kawah Tumpak dan Sumbing yang berumur lebih muda dari 100.000 tahun dan lebih tua dari 39.000 tahun, dan • Seri ketiga adalah endapan-endapan batuan

yang berasal dari Kawah Dargo, Gupit, Badak, dan Kelud sekarang.

Berdasarkan klasifikasi dari Peccerillo dan Taylor (1976) batuan-batuan hasil erupsi Kawah Kelud termasuk dalam basalt, andesit basaltik, dan andesit yang mempunyai kandungan potasium (K) medium (Gambar 5). Dalam gambar tersebut disebutkan Kelut 1 artinya batuan Kelud dari seri 1, dan seterusnya. Kubah lava 2007 mempunyai kandungan SiO2 :

54,12% berat dan K2O : 0,672% berat dan

diplot pada klasifikasi Peccerillo dan Taylor (1976) termasuk dalam batuan andesit basaltik mengandung K medium.

Gambar 5: Diagram Silika versus Potasium (Peccerillo & Taylor, 1976) dari seluruh batuan G.Kelud (Wirakusumah, 1991) dibandingkan dengan data kimia Kubah Lava 2007.

(9)

Berdasarkan hasil analisis elemen major dan elemen jejak (trace element) dari batuan G.Kelud, Withford (1975) dan Wirakusumah (1991) mengklasifikasikannya ke dalam kelompok batuan seri calc – alkaline (Gambar 6). Hal ini menunjukkan bahwa magma yang mengontrol aktivitas G. Kelud sangat dipengaruhi oleh proses pergerakan lempeng yang umum dijumpai pada gunung-gunungapi dalam lingkungan busur kepulauan (island arc). Dengan banyak ditemukannya xenolith gabro pada lava dan kubah lava di komplek G. Kelud, maka hal ini mengindikasikan bahwa batuan basa (gabro) yang berasal dari mantel bumi telah mengalami pembekuan lebih dahulu sebelum ikut terbawa dan akhirnya terlemparkan oleh erupsi G. Kelud. Adanya suplai magma dari mantel bumi ke kantong magma G. Kelud yang lebih dangkal sangat diperlukan dalam aktivitas vulkanik gunungapi ini. Hal ini dapat dilihat dari adanya 3 (tiga) seri batuan G. Kelud yang dikemukakan oleh Wirakusumah (1991) dan selang waktu letusan yang satu dengan yang lainnya pada catatan sejarah manusia berkisar antara beberapa tahun sampai ratusan tahun, tetapi pada umumnya rata-rata 15 sampai 30 tahun.

Erupsi G. Kelud pada masa sejarah pada umumnya terjadi dalam kurun waktu yang singkat yaitu berlangsung hanya beberapa hari saja (Reksowirogo, 1979). Hal ini mencerminkan bahwa kantong magma yang mengontrol letusan-letusan G. Kelud berukuran kecil sehingga energi yang dihasilkannyapun kecil. Bila batuan penutup yang terdapat di kawah atau konduit cukup kuat, sedangkan energi untuk mendobrak batuan yang berada di atasnya tidak mampu, maka aktivitas yang terjadi kemudian akan mencari zona lemah lainnya untuk membentuk saluran atau titik erupsi yang baru. Batuan G. Kelud berkomposisi dari basalt sampai andesit. Pada umumnya batuan G. Kelud berkomposisi andesit basaltik (Gambar 5). Batuan yang

berkomposisi basalt hanya terdapat pada Aliran Lava Gupit yang merupakan representasi dari seri ketiga dan batuan yang berkomposisi andesit terdapat pada Kubah Lava Kombang dan Kubah Lava Kramasan (Wirakusumah, 1991). Plot diagram AFM dari seluruh batuan G. Kelud ada sebagian batuan yang termasuk dalam kelompok Tholeiit yaitu batuan dari seri ketiga (Wirakusumah). Hal ini menunjukkan bahwa adanya indikasi magma dari mantel bumi yang mempengaruhi aktivitas G. Kelud.

Gambar 6: Diagram AFM dari batuan G. Kelud (Wirakusumah, 1991).

Batuan G. Kelud umumnya berkomposisi andesit basaltik yang artinya kandungan gas dalam magma tidak cukup banyak. Hal ini sangat berbeda dengan batuan yang berkomposisi lebih asam seperti andesit maupun dasit. Sedangkan endapan batuan hasil erupsi gunungapi ini didominasi oleh endapan-endapan piroklastik sebagai hasil dari letusan eksplosif yang tentunya faktor gas lebih dominan. Dalam hal ini faktor gas vulkanik yang berperan sehingga terjadi letusan eksplosif. Bila gas tidak cukup banyak terdapat dalam suatu proses letusan dan pipa kepundan yang terbuka maka erupsi secara efusif lebih memungkinkan untuk terjadi. Pembentukan sumbat lava atau kubah lava merupakan salah

(10)

satu hasil erupsi efusif bila volume magmanya kecil dan relatif kental. Tetapi bila konduit (pipa kepundan) tertutup maka terjadi akumulasi gas vulkanik dan uap air akan terbentuk dan yang mengakibatkan terjadinya letusan eksplosif. Kondisi seperti inilah yang mempengaruhi pembentukan kubah-kubah lava dan sumbat lava di komplek G. Kelud. Seperti yang telah dikemukakan oleh Wirakusumah (1991) bahwa setiap akhir suatu seri batuan Kelud selalu diakhiri dengan pembentukan kubah lava. Satu seri batuan dengan seri lainnya dapat diasosiasikan dengan proses terjadinya suplai magma dari mantel magma.

Bila ada suplai magma dari mantel bumi akan terjadi proses asimilasi, kontaminasi dan pencampuran magma lama dengan magma baru (magma mixing) di dalam kantong magma untuk menghasilkan komposisi magma baru dengan volume yang lebih besar. Kondisi magma baru di dalam kantong magma ini mempunyai kandungan gas yang lebih banyak karena adanya reaksi kimia dalam kantong magma tersebut. Hal ini dapat dilihat dari letusan pada periode awal dari suatu siklus biasanya didahului oleh letusan-letusan eksplosif.

Pada masa sejarah G. Kelud pernah mengalami tiga kali pembentukan kubah dan sumbat lava yaitu pada tahun 1376, 1920, dan yang terakhir 2007 dengan selang waktu 87 tahun antara yang 1376 dan 1920 dan 70 tahun antara 1920 dan 2007. Waktu yang cukup lama untuk suatu proses dalam skala hidup manusia, tetapi tentunya merupakan waktu yang pendek dalam skala waktu geologi. Apakah kubah lava 2007 akan terus berkembang semakin besar dan kuat sehingga dapat menutup jalannya magma G. Kelud atau akan terhancurkan lagi oleh letusan yang akan datang seperti kubah dan sumbat lava yang terbentuk pada tahun 1376 dan 1920. Bila Kubah Lava 2007 ini dapat mencapai ketinggian bibir kawah sekarang atau hampir sama tinggi dengan G. Lirang dan telah

beku, maka kemungkinan besar kubah lava ini cukup kuat untuk didobrak oleh letusan yang akan datang, karena merupakan sumbat yang cukup kuat dan sangat besar. Disamping itu komposisi kubah lava ini adalah andesit basaltik yang miskin akan gas vulkanik, sehingga akumulasi gas-gas yang bertekanan kuat untuk mendobrak batuan yang ada di atasnya akan memerlukan waktu yang sangat lama.

Kesimpulan

Pembentukan kubah lava adalah salah satu bentuk erupsi G. Kelud yang sangat umum dijumpai di komplek gunungapi ini disamping erupsi eksplosif yang menghasilkan endapan piroklastik. Kubah lava terbentuk baik di sekitar pusat erupsi utama maupun erupsi samping. Komposisi batuan dari kubah lava adalah andesit basaltik dengan kandungan silika antara 53 – 56 % berat. Kubah lava yang berkomposisi andesit adalah Kubah Lava Kombang dan Kramasan. Keduanya merupakan kubah-kubah lava yang terbentuk pada periode awal pembentukan komplek G. Kelud yang berumur lebih tua dari 100.000 tahun. Kubah lava Umbuk merupakan kubah lava hasil erupsi samping yang berumur sekitar 39.000 tahun.

Kubah lava yang paling muda adalah Kubah Lava 2007 yang masih tumbuh dan berkembang sampai saat ini. Erupsi yang akan datang dapat terjadi lagi di pusat erupsi sekarang atau bergeser ke tempat lain. Bila terjadi pada kawah sekarang, dengan cara menghancurkan Kubah :ava 2007 diperlukan energi yang cukup besar dan waktu yang cukup lama. Seperti sumbat lava yang terbentuk pada erupsi tahun 1920 kemudian dihancurkan lagi oleh erupsi eksplosif pada tahun 1951, yang memerlukan waktu 31 tahun.

(11)

Daftar Pustaka

Hamilton, W., 1990. Convergent Plate Tectonics Viewed from the Indonesian Region, Geologi Indonesia, Majalah Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Volume Khusus 60 Tahun, Jakarta, 35-88.

Hutchison, C. S., 1981. Review of the Indonesian Volcanic Arc, in: Barber, A. J., and Wiryosujono, S., (editors), Review of Indonesian Volcanic Arc, Proceeding of the CCOP-IOC SEATAR Working Group Meeting, Bandung, Indonesia, 9-14 July 1979. Pergamon Press, 65-88.

Kusumadinata, K., Hadian, R., Hamidi, S., dan Reksowirogo, L.D., 1979. Data Dasar Gunungapi Indonesia, Bandung: Direktorat Vulkanologi. Nicholls, I. A., and Whitford, D. J., 1976.

Primary Magmas Associated with Quaternary Volcanism in Western Sunda Arcs, Indonesia, In: Johnson, R.W., A Collection of papers in honor of the late G. A. M. Taylor, G. C., Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam – Oxford – New York, 77-90.

Peccerillo, A., and Taylor, S. R., 1976. Geochemistry of Eocene Calc-Alkaline Volcanic Rocks from the Kastamonu Area. Northern Turkey, Contr. Miner. Petrol, 58, 63-81. Reksowirogo, L. D., 1979a. G. Kelud, In

Kusumadinata, K. (editor), Data Dasar Gunungapi Indonesia, Direktorat Vulkanologi, Indonesia, 281-303.

Wirakusumah, A.D, 1991. Some Studies of Volcanology, Petrology And Structure of Mt. Kelut, East Java, Indonesia, Ph.D. Thesis in Research

School of Earth Sciences, Victoria University of Wellington (Unpublished).

Zaennudin, A., Dana, I.N., Wahyudin, D., Dalimin, R., and Bacharudin, R., Laporan Pemetaan Geologi G. Kelud, 1986. Bandung: Direktorat Vulkanologi (Unpublished).

Zaennudin, A., Dana, I. N., and Wahyudin, D. 1992. Geological Map of Kelud Volcano, East Java. Bandung: Direktorat Vulkanologi.

Gambar

Gambar 1: Lokasi G. Kelud terdapat diantara  gunungapi tua Wilis, Anjasmoro, Arjuno-Welirang,  dan Kawi-Butak
Gambar 2: Peta geologi Gunungapi Kelud (Zaennudin dkk., 1992).
Gambar 3: Kubah lava di komplek G. Kelud baik yang terdapat di pusat erupsi maupun erupsi  samping
Tabel 1: Sejarah Letusan G. Kelud dan Korban yang diakibatkannya (Kusumadinata, 1979)  KORBAN
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tugas Akhir ini diharapkan menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada plant dengan Cuckoo Search Algorithm yaitu penentuan kapasitas kompensasi optimal SVC yang akan

Menurut Wardi (2001), irigasi mikro merupakan suatu sistem irigasi yang menggunakan air secara efisien dan bekerja secara pasti, tetes demi tetes memenuhi kebutuhan setiap

1.2 Justifikasi Halia merupakan antara rempah ratus yang gemar digunakan oleh masyarakat tempatan sebagai bahan perasa yang mampu meningkatkanaroma dalam pelbagai jenis

Menurut Pasal 77 Kompilasi Hukum Islam Studi Kasus Marching Band USU Medan. Penelitian ini membahas tentang tanggung jawab orang tua dalam mengawasi anak mereka pada kegiatan

Selanjutnya untuk penelitian berikutnya dapat dibahas penentuan harga opsi call tipe Eropa menggunakan metode trinomial dengan koefisien naik-turun harga saham berbeda dengan

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam tindakan keperawatan terutama pengaruh latihan Range Of Motion terhadap kekuatan otot pada pasien stroke

• Silinder yang digunakan adalah silinder vertikal kaku yang pada ujung bagian atas diberikan tumpuan pegas dengan arah transversal (tegak bagian atas diberikan tumpuan pegas