• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords: public healthnursing, program, the nursecenter health community.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keywords: public healthnursing, program, the nursecenter health community."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PROGRAM PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT DI PUSKESMAS

WILAYAH KOTA SUKABUMI

FACTORS AFFECTINGIMPLEMENTATION OF PUBLIC HEALTH NURSING PROGRAMINTHE HEALTH CENTER AREA OF THE CITYSUKABUMI

Iwan Permana*

iwantatat.permana73@gmail.com STIKES Sukabumi

ABSTRACT

Background : In order to support national development the government took a

policy in an effort to revitalize health centers where nursing as one of the professions in the health sector through the efforts of health care masyarakat. The result Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, the prevalence of malnutrition among children under five around 13 percent less nutrition and 4, 9 percent of malnutrition .Dinas Kesehatan Sukabumi through the health services in the field of application of community health efforts through the implementation of Klinik Terpadu Kesuma since 2006 that were held in all health centers Sukabumi region.

Methods : The purpose of this study to know and analyze the factors - factors that

affect the implementation of public health care in health centers. The research was conducted in October through November 2011 with a sample of 63 nurses in 15 health centers with a purposive sampling technique. Research design using survey methods that are equipped with interview data and Focused Group Discussion. Methods of survey research conducted by logistic regression test performed to determine the influence of input factors to the factor process.

Result : The results showed that 73% implementation of public health care is less

good. The factors related to the implementation of PHN is the training (p = 0.002 <0.05), SOP / standard (p = 0.000 <0.05), and a special room askep (p = 0.033 <0.05) and the dominant factor influencing implementation of public health care is nursing training with Exp (B): 0.135 and SOPs / standards / guidelines for implementation of the Exp (B): 0.074.

Conclusion : Training and standards / guidelines have an important role in

implementing public health care in health centers so that in this case there is need for policies to improve public health care coverage program.

(2)

ABSTRAK

Latar Belakang :Guna mendukung pembangunan nasional pemerintah mengambil suatu kebijakan dalam upaya revitalisasi puskesmas dimana keperawatan sebagai salah satu profesi di bidang kesehatan melalui upaya perawatan kesehatan masyarakat.Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, prevalensi kekurangan gizi pada anak balita sekitar 13 persen gizi kurang dan 4,9 persen gizi buruk.Dinas KesehatanKota Sukabumi melalui bagian pelayanan kesehatan di bidang kesehatan komunitas melakukan upaya penerapan pelaksanaan keperawatan kesehatan masyarakat melalui Klinik Terpadu Kesuma sejak tahun 2006 yang dilaksanakan di seluruh Puskesmas wilayah Kota Sukabumi. Tujuan penelitian ini mengetahui dan menganalisa faktor – faktor yang mempengaruhi pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat di puskesmas. Metode : Penelitian ini dilakukan pada bulan oktober sampai dengan november 2011 dengan sampel 63 perawat di 15 puskesmas dengan teknik purposive sampling. Rancangan penelitian menggunakan metode survei yang dilengkapi dengan data wawancara dan Focused Group Discussion. Metode penelitian survei dilakukan dengan uji regresi logistik yang dilakukan untuk menentukan pengaruh faktor input terhadap faktor proses.

Hasil :Hasil penelitian menunjukan bahwa 73 % pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat kurang baik. Adapun faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan perkesmas adalah pelatihan (p=0,002<0,05), SOP/standar (p=0,000<0,05), dan ruangan khusus askep (p=0,033<0,05) dan faktor yang dominan mempengaruhi pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat adalah pelatihan keperawatan dengan Exp(B) : 0,135 dan SOP/standar/pedoman pelaksanaan dengan Exp(B) : 0,074.

Kesimpulan : Pelatihan dan standar/pedoman mempunyai peranan penting dalam hal pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat di puskesmas sehingga dalam hal ini perlu adanya kebijakan dalam meningkatkan cakupan program perawatan kesehatan masyarakat.

Kata Kunci : program, perawatan kesehatan masyarakat, perawat puskesmas Pendahuluan (intorduction)

Indonesia merupakan salah satu yang terkena dampak dari globalisasi yakni mengalami masalah kesehatan yang cukup kompleks, ada beberapa isu strategis masalah kesehatan masyarakat saat ini meliputi : (1) Kerjasama lintas sektoral, (2) Jumlah dan mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDM) dan Pemberdayaan Masyarakat , (3) Mutu dan KeterjangkauanPelayanan Kesehatan , (4) Prioritas pembangunan dan Pembiayaan pelayanan kesehatan untuk pembangunan sektor lain., (5) Beban ganda penyakit (double burden) yaitu penyakit menular belum bisa diberantas dan penyakit tidak menular sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat. Keadaan ini diperberat dengan adanya reemerging dan newemerging

(3)

disease, serta (6) Sistem dan Hukum Kesehatan, (7) Disparitas status kesehatan, (8) Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah, (9) Rendahnya kualitas kesehatan penduduk miskin, (10) Perilaku masyarakat yang kurang (11) Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. (Muninjaya, 2004).

Indonesia sudah berupaya mengatasi masalah tersebut melalui pembangunan dibidang kesehatan. Guna mendukung pembangunan nasional dibidang kesehatan dan seiring dengan adanya reformasi puskesmas pemerintah mengambil suatu kebijakan dalam upaya revitalisasi puskesmas dimana keperawatan sebagai salah satu profesi di bidang kesehatan berkontribusi melalui pengembangan pelayanan keperawatan kesehatan mayarakat.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010, prevalensi kekurangan gizi pada anak balita komposisinya sekitar 13 persen anak mengalami gizi kurang dan 4,9 persen gizi buruk. Jumlah anak balita saat ini sekitar 12 persen (sekitar 28,5 juta jiwa) dari total penduduk, yang berdasarkan Sensus Penduduk 2010 sebanyak 237,6 juta jiwa, tingginya usia perkawinan pertama di bawah usia 20 tahun, yakni 4,8 persen pada usia 10-14 tahun dan 41,9 persen pada usia 15-19 tahun.

Dinas Kesehatanmelalui bagian Yankes di bidang kesehatan komunitas melakukan upaya penerapan keperawatan kesehatan masyarakat melalui Klinik Terpadu Kesuma sejak tahun 2006 yang dilaksanakan di seluruh Puskesmas wilayah Kota Sukabumi. Hal ini juga menurut hasil Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kota Sukabumi (2010) belum optimalnya hasil/output program Perkesmas dilihat dari hasil kegiatan program untuk cakupan pelaksanaan perkesmas melalui kegiatan Klinik Terpadu Kesuma pada sasaran kelompok individu adalah 0% (target 25 %), cakupan pada sasaran kelompok khusus adalah 0,1 % (target 10%), cakupan pengembangan kegawatdaruratan dan bencana berbasis masyarakat adalah ditargetkan 4 kelurahan menerapkan program tersebut atau sekitar 12,5%belum ada kelurahan yang sudah menerapkan program tersebut, cakupan penjangkauan populasi risti adalah 13 % (target 40%).

Metode (Method)

Jenis penelitian ini ialah penelitian analitik dengan observasi sesaat (cross sectional) menggunakan metode survei yang dilengkapi dengan hasil wawancara dan focus group discution (FGD). Pengumpulan data menggunakan kuasioner, daftar tilik, daftar pertanyaan, dan panduan FGD. Sampel di tetapkan dengan purposive sampling yaitu 15 orang perawat penanggungjawab perkesmas, 32 orang perawat koordinator wilayah dan 16 orang perawat pelaksana di setiap puskesmas. Data yang di kumpulakan meliputi pendidikan, pelatihan, PHN Kit, dana operasional, dukungan administrasi dan ruangan khusus asuhan keperawatan (variabel independen sebagai faktor input) dan proses pelaksanaan perkesmas (variabel dependen).

(4)

Hasil dan Pembahasan (Result and Discution) 1. Faktor Input Perawatan Kesehatan Masyarakat

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Menurut Indikator Input Pelaksanaan Perkesmas No Variabel Faktor Input Juml ah Porsentase (%) Pendidikan : 1 Rendah (SPK) 3 4,8 2 Tinggi (D III Keperawatan dan S1 Keperawatan) 60 95,2 Dilakukan Pelatihan Perkesmas : 1 Tidak pernah 51 81 2 Ya, pernah 12 19 Ketersediaan PHN Kit : 1 Kurang mencukupi 39 61,9 2 Mencukupi 24 38,1 Ketersediaan Dana Operasional : 1 Kurang mencukupi 41 65,1 2 Mencukupi 22 34,9 Standar/SOP/Pedoman : 1 Kurang baik 46 73 2 Baik 17 27 Dukungan Administrasi 1 Kurang mencukupi 44 69,8 2 Mencukupi 19 30,2 Ruangan Khusus Asuhan

1 Tidak ada 36 57,1

2 Ada 27 42,9

Sumber : Hasil olah data program SPSS 17.0

Berdasarkan hasil tabel 4.1 diatas menunjukan data pendidikan responden lebih banyak berpendidikan tinggi (D III dan S1 keperawatan) sebanyak 60 orang (95,2%), responden tidak melakukan pelatihan perkesmas sebanyak 51 orang (81%), sedangkan untuk data faktor input pelaksanaan perkesmas yang kurang yaitu : ketersedian PHN Kit kurang mencukupi sebanyak 39 orang (61,9%), dana operasional kurang mencukupi sebanyak 41 orang (65,1%), standar/pedoman/SOP

(5)

kurang baik sebanyak 46 orang (73%), dukungan administrasi kurang mencukupi sebanyak 44 orang (69,8%) dan ruangan khsusus pelaksanaan asuhan keperawatan tidak ada sebanyak 36 orang (57,1%).

2. Faktor Proses Pelaksanaan Perawatan Kesehatan Masyarakat

Berdasarkan hasil data pada tabel 4.2 menunjukan proses pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat adalah pelaksanaan perkesmas kurang baik sebanyak 46 responden ( 73% ) dan pelaksanaan perkesmas baik sebanyak 17 responden ( 27% ), dengan median 175,00, seperti terlihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2Distribusi Frekwensi Proses Pelaksanaan Program PerKesMas

No Proses Pelaksanaan Perkes-mas Jumlah Persentase 1 Pelaksanaan kurang 46 73 2 Pelaksanaan baik 17 27 Total 63 100 Median = 175.00

(6)

3. Faktor-Faktor YangMempengaruhi Proses Pelaksanaan Pereksmas

Hasil analisa hubungan diantara kedua variabel tersebut di tunjukan pada tabel 4.3 berikut ini.

Berdasarkan hal tersebut yang telah dibahas hasil bivariat menggunakan uji Chi-square diperoleh pelatihan (p=0,002<0,05), SOP/pedoman/standar (p=0,000<0,05), dan ruangan khusus (p=0,033<0,05) (tabel 4.3). Selanjutnya variabel-variabel tersebut diuji statistik regresi logistik, hasil uji multivariat menunjukan bahwa variabel yang mempunyai hubungan yang bermakna (p<0,05) adalah variabel pelatihan keperawatan (p=0,042<0,05), dan variabel SOP/standar/pedoman (p=0,17<0,05) (tabel 4.19). Dengan demikian hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan yang bermakna adalah variabel pelatihan dan SOP/standar terhadap faktor proses pelaksanaan perkesmas atau dengan kata lain hipotesis dapat diterima.

Tabel 4.3 Hubungan Faktor Input dengan Proses Pelaksanaan Perkesmas

No Faktor Input

Faktor Proses

Jumlah Nilai p

Kurang Baik

Frek % Frek % Frek % 1 Pendidikan

0,618

1. Rendah ( SPK) 3 100 - 3 100

2. Tinggi (D III dan S1

Keperawatan 44 73,3 16 26,7 60 100 2 Pelatihan 0,002 1. Tidak 42 82,3 9 17,7 51 100 2. Pernah 4 33,3 8 66,7 12 100 3 PHN kit 0,513 1. Kurang mencukupi 35 89,7 4 10,3 39 100 2. Ada mencukupi 11 45,3 13 54,2 24 100 4 Dana operasional 0,403 1. Kurang mencukupi 29 70,7 12 29,3 41 100 2. Ada mencukupi 17 77,3 5 22,7 22 100 5 SOP/pedoman 1. Kurang baik 40 86,9 6 13,1 46 100 0,000 2. Baik 6 35,3 11 64,7 17 100 6 Dukungan administrasi 0,197 1. Kurang baik 34 77,3 10 22,7 44 100 2. Ada 12 63,1 7 36,9 19 100

7 Ruangan khusus askep

0,033 1. Tidak ada 30 83,3 6 16,7 36 100

2. Ada 16 58,3 11 40,7 27 100

(7)

a. Variable(s) entered on step 1: latih1, phn1, dana1, sop1, adm1, gedung1, didik1. Hasil focus group discution dengan 15 perawat penaggung jawab perkesmas diperoleh hasil terlihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5 Urutan Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan PerKesMas

No Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan peogram perkesmas 1 Pelatihan 2 Standar/SOP/pedoman perkesmas 3 Pendidikan 4 Dana operasional 5 Dukungan administrasi 6 Ruangan khusus 7 PHN Kit

Sumber : Hasil data wawancara.

Tabel 4.5. di atas menunjukkan bahwa korelasi secara bersama-sama menggunakan analisis multivariat dengan regresi logistik terhadap variabel pendidikan, pelatihan, PHN kit, dana operasional, SOP/standar, dukungan administrasi, dan ruangan khusus ternyata hanya variabel pelatihan keperawatan dan SOP/pedoman (nilai signifikan < 0,05) yang mempunyai hubungan signifikan dengan proses pelaksanaan perkesmas dengan nilai Exp(B): 0.135 yang berarti bahwa responden yang pernah mengikuti pelatihan perkesmas berpeluang 0,135 kali untuk pelaksanaan perkesmas baik dibandingkan dengan responden yang tidak pernah mengikuti pelatihan dan variabel SOP/pedoman dengan nilai Exp(B): 0.074 yang berarti bahwa responden yang menggunakan SOP/pedoman perkesmas berpeluang 0,074 kali untuk pelaksanaan perkesmas baik dibandingkan dengan responden yang tidak menggunakan SOP/pedoman.

Tabel 4.4

Hasil uji Multiple Regresi Logistik

Variabel B SE Wald Df Sig Exp(B) didik(1) -20.059 14046.565 .000 1 .999 .000 latih(1) -2.002 .984 4.142 1 .042 .135 phn(1) -22.588 14046.565 .000 1 .999 .000 dana(1) .121 1.008 .014 1 .905 1.128 sop(1) -2.605 1.089 5.726 1 .017 .074 adm(1) .871 1.127 .597 1 .440 2.389 ruangan(1) 21.363 14046.565 .000 1 .999 1.8969 Constant 2.312 1.269 3.320 1 .068 10.099

(8)

Pembahasan Pendidikan

Berdasarkan hasil analisa kuantitaif menunjukan hubungan antara pendidikan perawat dengan pelaksanaan Perkesmas, berdasarkan uji Chi Square dengan uji Pearson Chi Square menunjukan tidak adanya hubungan yang bermakna (p=0,618>0,005). Hasil uji regresi logistik tidak mempengaruhi pelaksanaan perkesmas.

Walaupun hasil tersebut pendidikan tidak mempunyai hubungan yang bermakna tetapi hasil data univariat menunjukan pendidikan tinggi (D III keperawatan dan S1 keperawatan) dalam pelaksanaan perkesmas kurang sebanyak 44 orang (73,3%) dan pelaksanaan perkesmas baik sebanyak 16 orang (26,7%), menunjukan ada beberapa kemungkinan yang menjadikan pertimbangan bahwa pelaksanaan perkesmas tidak dipengaruhi oleh pendidikan saja tetapi ada faktor lain yang mempengaruhi seperti : pengalaman, motivasi, dll, tetapi pendidikan penting untuk di tingkatkan karena peningkatan pendidikan dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan perkesmas karena standar kompetensi perawat D III berbeda dengan pendidikan S1 keperawatan atau S2 keperawatan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.

2) Pelatihan

Hasil analisis kuantitatif terhadap variabel pelatihan dengan pelaksanaan perkesmas berdasarkan uji Chi Square dengan Pearson Chi Square diperoleh nilai (p=0,002<0,05) menunjukan adanya hubungan yang bermakna. Hasil uji logistik pelatihan mempunyai pengaruh dominan terhadap pelaksanaan program perkemas.

Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif pada tabel 4.1 menunjukan sebagian besar tidak pernah mengikuti pelatihan selama 3 tahun terakhir sebanyak 51 responden (81 %) dan yang pernah mengikuti sebanyak 12 responden (19%). Ada kesuaian dengan hasil penelitian Dian (2011) di Kota Bandung diperoleh informasi bahwa dari 150 orang perawat sebagai sampel, 81,3% belum pernah mengikuti pelatihan keperawatan dan sisanya 18,7% pernah mengikuti pelatihan keperawatan.

Hal ini menunjukan kemampuan perawat dalam pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat baik di Kota Sukabumi dan Kota Bandung sangat kurang dibuktikan bahwa para perawat belum pernah mengikuti pelatihan.

3) PHN Kit

Hubungan variabel PHN Kit dengan pelaksanaan perkesmas berdasarkan uji Chi Square dengan Pearson Chi Square diperoleh nilai (p=0,513>0,05) menunjukan tidak adanya hubungan yang bermakna. Hasil uji regresi logistik PHN Kit tidak mempunyai pengaruh terhadap pelaksanaan program perkesmas. Hal ini sesuai dengan hasil focus group diskusi menurut responden bahwa PHN kit tidak terlalu mempunyai pengaruh karena hanya sekedar alat saja dan jika rusak bisa di ganti juga hanya digunakan untuk kegiatan sewaktu – waktu untuk pemeriksaan, senada dengan (Septino, 2007) PHN kit tidak mempunyai hubungan bermakna karena disediakan oleh Dinas Kesehatan.

(9)

Hasil tidak bermaknanya variabel PHN Kit terhadap pelaksanaan perkesmas di karenakan rata – rata sudah tersedia di setiap puskesmas 1- 3 set setiap puskesmas di gabung dengan kit kebidanan untuk pelaksanaan perkesmas dan hanya belum mencukupi untuk 1 set setiap desa/kelurahan.

4) Dana Operasional

. Hasil analisa penelitian pada tabel 4.1 tentang ketersediaan dana operasional adalah kurang mencukupi sebanyak 41 orang (65,1%) dan mencukupi sebanyak 22 orang (34,9%). Dana tersebut yang teralokasi dari dana BOK di puskesmas.

Hubungan variabel dana operasional dengan pelaksanaan perkesmas berdasarkan uji Chi Square dengan Pearson Chi Square diperoleh nilai (p=0,403>0,05) menunjukan tidak adanya hubungan yang bermakna. Hasil uji regresi logistik tidak mempuyai pengaruh terhadap pelaksanaan program perkesmas. Hasil tidak bermaknanya variabel dana operasional terhadap pelaksanaan perkesmas karena kegiatan perkesmas mempunyai dana yang bersumber dari BOK.

5) SOP/Pedoman/Standar

Hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukan SOP/pedoman/standar kurang baik sebanyak 46 responden (73%) dan masih ada responden mengatakan baik sebanyak 17 responden (27%) .

Berdasarkan hasil peneltian kuantitatif menunjukan hubungan variabel SOP/standar/pedoman dengan pelaksanaan perkesmas berdasarkan uji Chi Square dengan Pearson Chi Square diperoleh nilai (p=0,000<0,05) menunjukan adanya hubungan yang bermakna. Hasil uji regresi logistik diperoleh ada pengaruh dominan terhadap pelaksanaan program perkesmas. Berbeda dengan puskesmas yang berada di Kota Bandung SOP/standar/pedoman hampir seluruhnya terpenuhi (Dian, 2011)

Bermaknanya variabel SOP/standar terhadap pelaksanaan perkesmas di karenakan sesuai dengan hasil dokumentasi dengan menggunakan daftar tilik SOP yang tersedia belum mencukupi sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan perkesmas adapun yang belum terpenuhi seperti : pelaksanaan kegawat daruratan berbasis masyarakat, home care, direct care setiap kasus, asuhan keperawatan pada sasaran pekerja, pesantren dan Lapas.

6) Dukungan Administrasi

Dukungan administrasi disini adalah berupa family folder, buku register, , buku laporan dan format – format asuhan keperawatan pada semua kelompok sasaran di perkesmas. Hasil penelitian pada tabel 4.1 di seluruh puskesmas dukungan admnistrasi kurang baik dengan pelaksanaan kurang baik sebanyak 34 responden (77,3%) dan mengatakan baik dengan pelaksanaan perkesmas kurang baik sebanyak 10 responden (22,7%).

Hasil analisa data kuantitatif diperolehh hubungan variabel dukungan administrasi dengan pelaksanaan perkesmas berdasarkan uji Chi Square dengan Pearson Chi Square diperoleh nilai (p=0,197>0,05) menunjukan tidak adanya

(10)

hubungan yang bermakna. Hasil uji regresi logistik dukungan administrasi tidak mempunyai pengaruh yang dominan terhadap pelaksanaan perkesmas.

Hasil tidak bermaknanya variabel dukungan administrasi dikarenakan motivasi perawat dalam pencatatan dan pelaporan masih kurang karena lebih terfokus dalam pencapaian target program dan perawat sebagian ada yang bertanggung jawab 2 sampai dengan 3 program. Hal lain yang diinginkan oleh para perawat adalah pengisian format harus mudah di kerjakan.

7) Ruangan Khusus Asuhan Keperawatan

Bedasarkan hasil penelitian tentang ada ruangan khusus asuhan keperawatan dengan pelaksanaan perkesmas kurang baik sebanyak 30 responden (83,3%) dari 36 responden. Masih ada puskesmas dengan tersedianya ruangan khusus asuhan keperawatan dengan pelaksanaan perkesmas kurang baik sebanyak 16 responden (58,3%) dari 27 responden.

Hubungan variabel ruangan khusus asuhan keperawatan dengan pelaksanaan perkesmas berdasarkan uji Chi Square dengan Pearson Chi Square diperoleh nilai (p=0,033<0,05) menunjukan adanya hubungan yang bermakna. Dari hasil uji logisitk diperoleh ruangan khusus asuhan keperawatan tidak mempunyai pengaruh. Hasil tidak bermaknanya variabel ruangan khusus berdasarkan hasil dilapangan tidak semua puskesmas mempunyai fasilitas ruangan khusus untuk perkesmas, jika ada ruangan tersebut digunakan untuk kegiatan lain karena penggunaan ruangan tidak optimal serta masih ada puskesmas yang terbatas dengan kondisi ruangan yang ada tetapi pelaksanaan perkesmas lebih banyak dilaksanakan di luar gedung.

4.2.2 Indikator proses pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat Berdasarkan hasil pada tabel 4.2 menunjukan proses pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat adalah pelaksanaan perkesmas kurang baik sebesar 73,3% dan pelaksanaan perkesmas baik sebesar 26,7%. Hal ini di dukung dengan hasil penelitian Indra dan Hari (2006) realisasi pelaksanaan program perkesmas di kabupaten Agam belum mencapai target sesuai dengan kebijakan program.

Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dan daftar tilik rencana usulan kegiatan perkesmas terintegrasi dengan rencana kegiatan puskesmas yang dilakukan di tingkat puskesmas ada tidak lengkap, sehingga perencanaan tersebut terkotak – kotak. Hasil penelitian tentang rencana pelaksanaan kegiatan perkesmas (POA) seluruh puskesmas ada dilakukan setiap tahun untuk mengajukan dana operasional kegiatan di puskesmas yaitu dana BOK. Dalam menyusun POA umumnya puskesmas tidak melibatkan seluruh staf dan pemegang program dan tidak bedasarkan kajian rencana tahun sebelumnya juga tidak dilakukan secara bertahap.

Penelitian ini menunjukan bahwa Dinas kesehatandi Kota Sukabumi sudah membuat perencanaan tahunan. Dalam membuat perencanaan, puskesmas membuatnya tidakterintegrasi dengan perencanaan program puskesmas lainnya, sehingga perencanaan tersebut itu terkotak-kotak. Dalam membuat perencanaan, puskesmas terlebih dahulu menyusun usulan kegiatan sesuai

(11)

prioritas sasaran dan kegiatan puskesmas, kemudian usulan kegiatan diajukan secara terpadu dengan kegiatan puskesmas ke dinas Kesehatan Kota untuk mendapat persetujuan pembiayaan. Berdasarkan usulan kegiatan yang telah disetujui maka, perlu disusun rencana pelaksanaan kegiatan (Planning Of Action) yang terintegrasi dengan program puskesmas lainnya. Rencana usulan kegiatan (POA) dilakukan untuk mencairkan dana kegiatan setiap program di puskesmas. Simpulan dan Saran (Conclusion and Suggestion)

Simpulan

1. Faktor input yang belum mendukung pelaksanaan perkesmas seperti : SOP/standar/pedoman, pelatihan perkesmas, dan ruangan khusus.

2. Berdasarkan hasil pengolahan data faktor proses pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat sebagian besar adalah kurang baik sebanyak 73%. Perencanaan program perkesmas belum maksimal dan pelaporan atau dokumentasi perencanaan belum lengkap sesuai dengan kebutuhan.

3. Terdapat hubungan beberapa faktor input dengan faktor proses pelaksanaan perkesmas yaittu variabel pelatihan, SOP/pedoman/standar, dukungan administrasi dan ruangan khusus. Yang lebih berpengaruh di antara variabel tersebut adalah variabel pelatihan dan SOP/standar/pedoman dari hasil analisa data dan hasil focus group discussion.

Saran

1. Evaluasi program pelaksanaan perawatan kesehatan masyarakat pada perawat dari penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu rujukan penelitian dan pengembangan selanjutnya dan hendaknya penelitian ini dilanjutkan tidak hanya faktor input dan proses tetapi digali lagi output dan outcome serta dilihat faktor internal dari proses sistem perawatan kesehatan masyarakat.

2. Hasil penelitian dapat dijadikan usulan bagi penentu kebijakan, dalam upaya meningkatkan pelaksanaan program Perkesmas sehingga bisa meningkatkan cakupan program,

Ucapan Terimakasih (Acknowledgement)

Pada kesempatan ini pula penulis juga mengucapan termakasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA selaku Rektor Universitas Padjajaran Bandung.

2. Prof. Dr. Ir. Mahfud Arifin, M.S selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Padjajaran Bandung.

3. H. Mamat Lukman, SKM, SKp, Msi selaku dekan Fakultas Keperawatan beserta staf yang telah meberikan bantuan dan fasilitas belajar mengajar. 4. Dr. Tri Wahyu M, dr,Sp.BTKV, MH.Kes selaku ketua Program Magister

Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Padjajaran Bandung. 5. Hj. Hartiah Haroen, SKp, MN, Mkes.AIFO selaku Koordinator peminatan

Keperawatan Komunitas Program Magister Keperawatan Universitas Padjajaran Bandung.

(12)

6. Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi yang telah memberikan ijin untuk mengikuti jenjang pendidikan S2 Keperawatan Universitas Padjajaran Bandung.

7. Ketua Sekolah Tinggi Kesehatan Kota Sukabumi bersama staf yang telah memberikan kesempatan dan memotivasi dalam menyelesaikan tesis ini. 8. Kepada para penguji tesis bapak H. Mamat Lukman, SKM, SKp, Msi,

ibu Hj. Hartiah Haroen, SKp, MN, Mkes.AIFO dan ibu Lia Melianingsih, SKp, M.Kep.Sp.Kom yang telah memberikan saran dan masukan dalam

penyelesaian tesis ini.

Referensi

American Nurses Association. (2004). Scope and Standards for Nurses Administrator. 2 Edition. Washington: Nursesbooks.org.

American Public Health Association, Public Health Nursing Section.(1996). Essential of Master's Level Nursing Education for Advance Community/Public Health Nursing Practice. New York: Association of Community Health Nurse Educator.

Anderson. McFarlane (2000). Community As Partner : Theory and Practice ini Nursing. 3th.ed. Philadelhia. Lippincott

Arikunto, S. (1998:229-230). Prosedur penelitian suatu pendekatan Praktek,Edisi Revisi, cetakan kesebelas. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

_________. (2000). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

_________. (2002). Evaluasi Program Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: PT.Rhineka Cipta

Azrul, A. (2001). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara. Azwar, S. (2009). Sikap Manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

pelajar Offset.

Bacal, R. (2002:149). How To Manage Performance Management. New York: McGraw-Hill Companies.Inc.

Barbara L. Paterson1, L. D.-L., Kathleen Cruttenden3. (2009). contextual Factors Influencing the Evolution of Nurses' Roles in a Primary Health Care. public Health Nursing,DOI: 10.1111/j.1525-1446.2009.00800.x.

(13)

Bernadin, H. d. J. R. (1993). Human Resource Management. Singapore: MacGraw Hill.Inc.

Budiarto, E. (2001). Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.

Brockopp, D.Y (2000). Dasar - Dasar Riset Keperawatan. Alih Bahasa; Yasmin, Aniek. Ed.2. Jakarta: EGC

CHS. (1997). Community Health Service.

Clark, M. J (1999). Community Health Nursing Hand Book. Appleton & Lange. Stamford, Connecticut.

Cowman, M. O. N. a. S. (2008). Partners in care: investigating community nurses’ understanding of an interdisciplinary team-based approach to primary care. Journal of Clinical Nursing, 17, 3004–3011doi: 10.1111/j.1365-2702.2008.02068.x

Creswell, J.W. (2010) Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. ALih Bahasa; Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dale, T. A. (1992). Seri Manajemen Sumber Daya Manusia: Kinerja. Jakarta:

Elex Media.

Danim, S. (2002). Riset Keperawatan Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC Daruji, M. (2001). Hubungan faktor indvidu dengan pelaksanaan perkesmas di

Puskesmas Sleman. Undip. Skripsi: S1 Keperawatan.

Dedi, A. (2011). Manajemen Pelayanan Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Depkes RI. (2001). Penyelenggaraan Puskesmas Di Era Desentralisasi. Jakarta:

Dirjen Binkesmas.

Dian.(2011). Pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap kinerja perawat dalam pelaksanaan perkesmas di kabupaten Bandung.Universitas Padjajaran Bandung

Dinkes. (2009b). Profil Dinas Kesehatan Provinsi. jawa barat.

Dinkes. (2010).Profil Dinas Kesehatan Kota Sukabumi.Dinkes Kota Sukabumi Dinkes. (2010).Laporan Kinerja Kegiatan Instansi Pemerintah Dinas Kesehatan

(14)

Efendi & Mahkfudli. (2009) Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Endang. (2009). Manajemen Kesehatan Teori dan Praktik di Puskesmas.Surakarta. Universitas Surakarta

Hasibuan, M. (1997; 97-99). Manajemen Sumber daya Manusia dan kunci keberhasilan. Jakarta: Penerbit Haji Masagung.

Hastono, S. P. (2007 ; 46-99). Analisis Data Kesehatan. Jakarta: FKM UI.

Hill, S. ( 2011). Community Health Center. Journal. Retrieved from http://www.sandyhillchc.on.ca/mainEngl/faq.engl.html 15 september 2011 Indra. Hari (2006). Pelaksanaan Program Perkesmas Keluarga Miskin Di

Kabupaten Agam. Universitas Dipenogoro.

IKeban. (2008 ; 210-220). Enam Dimensi Strategis Administrasi Pubik:Konsep, Teori dan Isu. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.

Institute of Medicine. (2003). Who Will Keep the Public Health. Washington: National Academy Press.

Kemenkes. (2001a). Pedoman Pembinaan/Supervisi Upaya Kesehatan Puskesmas, Dirjen Bin Kesmas. Jakarta.

Kemenkes. (2001b). Pedoman Supervisi/Pembinaan Upaya Kesehatan Puskesmas. Jakarta: Dirjen Binkesmas.

Kemenkes. (2005). Pedoman Manajemen Kinerja Perawat. Jakarta.

Kemenkes. (2006a). Pedoman Kegiatan Perawat kesehatan masyarakat di Puskesmas, Dir.Yan.Kep. Jakarta.

Kemenkes. (2006b). Pedoman Peningkatan Kinerja Perawat di Puskesmas (panduan bagi Kabupaten/Kota). Direktorat keperawatan dan Keteknisan Medik. Jakarta: Kemenkes RI Dirjen Yanmed.

Kemenkes. (2006c). Pedoman penyelenggaraan upaya keperawatan kesehatan masyarakat di Puskesmas. Jakarta.

Kemenkes.dirjenbinkesmas. (2005). Hasil evaluasi peran dan fungsi perawat kesehatan masyarakat di Puskesmas daerah terpencil. Jakarta.

(15)

Marquis & Huston. (2010). Kepemimpinan dan manajemen Keperawatan Teori dan Aplikasi. Alih Bahasa, Widyawati, dkk. Jakarta: EGC

Mc. Mahon, R. (1999). Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer. Alih Bahasa, Popy Kumala; editor, Brahm. Jakarta: EGC

Muninjaya. (2004). Manajemen Kesehatan. Edisi. 2. Jakarta: EGC

Nawawi, H.(2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi.7. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Notoatmojo, S. (2003 : 34-39). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan. Yogyakarta: PT.Rineka Cipta.

____________. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

____________. (2007 : 144-146). Kesehatan Masyarakat:ilmu dan Seni. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

Nugroho, M. K. (2004). Analisis Faktor-faktor yang berhubungan dengan Kinerja Perawat Pegawai Daerah di Puskesmas Kabupaten Kudus. Universitas Diponogoro Semarang.

Nursalam. (2007) Manajemen Keperawatan Teori dan Praktek.Jakarta:EGC Pangabean. (2004). Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Kumala, P. (2000). Manajemen Pelayanan Kesehatan Primer.Edisi 2.Jakarta.EGC

Riduwan. (2010). Skala Pengukuran Variabel - Variabel Penelitian. Alfabeta : Bandung

_______. (2010), Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan ke-8. Alfabeta: Bandung.

Rusli.Syarif. (1987). Teknik Manajemen Latihan dan Pembinaan. Bandung: Angkasa.

Riyanto, (2010). Model Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Makalah Seminar Nasional Pada Stikes Kharisma di Karawang, 28 Juli.

Sastrohadiwiryo. (2005). Manajemen tenaga kerja Indonesia, pendekatan administratif dan operasional. Jakarta: Bumi aksara.

Septino (2007). Evaluasi Pelaksanaan Program Perkesmas Dalam Meningkatkan Kinerja Puskesmas di Puskesmas Mantrijeron Kota Yogyakarta. Universitas Dipenogoro.

(16)

Sinambela, L. P. (2006 : 136-137). Reformasi Pelayanan Publik:Teori, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta: PT.Bumi Aksara.

Spradley, A. (2001). Community Health Nursing:Concepts and Practice 5th.ed. Philadelphia:Lipincott.

Stanhope.Knollmueller. (2001). Hand Book Of Public And Community Health Nursing Practice: A Health Promotion Guide. 2 Edition

Sugiyono. (2006). Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk memberikan gambaran yang jelas dan sistematis, maka dapat dibuat suatu kerangka berpikir dari pengaruh Non Performing Loan (NPL), kualitas manajemen, dan

Pernikahan usia dini atau nikah di bawah umur di Indonesia memang menjadi isu yang patut diteliti, sebab isu ini berkembang seiring dengan tidak dilaksanakannya ketentuan Pasal 7

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis kuat lentur pada balok beton bertulang High Volume Fly Ash – Self Compacting Concrete (HVFA-SCC) 60% fly ash yang akan

In teaching and learning English there are some factors that must be taken much by the teacher as the main person who teaches the English materials for her

Syndromic Management of Vaginal discharge among women in A Reproductive Health Clinic in India.. Sexually Transmitted Infections ,

Tingginya frekuensi kemunculan jenis Cymodocea rotundata pada seluruh stasiun pengamatan menunjukkan jenis ini dapat menyesuaikan diri dengan karakteristik

Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas- tugas yang

Pada otak bayi yang baru lahir terdapat banyak ruang kosong di antara neuron-neuron, namun neuron-.. neuron ini segera