• Tidak ada hasil yang ditemukan

KREATIVITAS GURU DALAM MERANCANG LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF DI SMK KOTA GORONTALO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KREATIVITAS GURU DALAM MERANCANG LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PRODUKTIF DI SMK KOTA GORONTALO"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KREATIVITAS GURU DALAM MERANCANG LINGKUNGAN

SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN

PRODUKTIF DI SMK KOTA GORONTALO

SAPIA HUSAIN

Dinas Pendidikan Kota Gorontalo

Abstract: Creative thinking, be creative, creative behaviour. This study aims to determine: (1) teachers of creative thinking in designing a learning environment as a source of earning on the subjects at Vocational High School (SMK) in Gorontalo city, (2) creative attitudes of teachers in designing learning environments as a source of earning on the subjects at school Vocational Secondary (PMS) in Gorontalo city, (3) creative behaviour of teachers in designing learning environments as a source of earning on the subjects at Vocational High School (SMK) in Gorontalo city. The study population is all teachers majoring Productive Vocational High School (SMK) Gorontalo numbering 138 persons. Perception of early obtained by researcher in field that from 138 productive subject teacher in SMK of town Gorontalo 47% or 65 one who include environment as source learn, while 53% [do] not. The sample of 69 teachers earning vocational studies in Gorontalo city by using simple random sampling. Defenisi Operational is Score obtained from answer instrument of pursuant to indicator. Analyse the data which is in using descriptive analysis technique. Percentage. Documentation and data collection using the questionnaire developed by the research indicators. The Hasil of this research is teachers' creativity in designing a learning environment as a source of earning on the subjects at vocational schools in Gorontalo city: (I) creative thinking Productive vocational teachers in Gorontalo city quite well. (2) a creative attitude in Gorontalo city vocational school teachers earning well, (3) creative behaviour in Gorontalo city vocational school teachers to be Productive on a category well.

Keywords: teacher creativity, environment and natura/learning

Abstrak: Variabel penelitian ini adalah Untuk Mengkaji. Kreativitas Guru Dalam Merancang Lingkungan Sebagai Sumber Bel ajar pada Mata Pelajaran Produktif SMK Kota Gorontalo.Dengan indikator:(1) berpikir kreatif,(2) bersikap kreatif, (3)perilaku kreatif. Populasi penelitian ini adalah seluruh guru jurusan Produktif Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo yang berjumlah 138 orang. pengamatan awal yang diperoleh peneliti di lapangan bahwa dari 138 guru mata pelajaran produktif di SMK kota Gorontalo 47% atau 65 orang yang memasukkan lingkungan sebagai sumber belajar, sedangkan 53% tidak. Sampel penelitian 69 guru produktif SMK Kota Gorontalo dengan menggunakan simple random sampling. Defenisi Operasional adalah Skor yang diperoleh dari jawaban instrument berdasarkan indikator. Analisis data yang di gunakan teknik analisis deskriptif persentase. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi dan kuesioner yang dikembang-kan berdasardikembang-kan indikator-indikator penelitian. Hasil penelitian ini adalah kreativitas guru dalam merancang Iingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran produktif di SMK Kota Gorontalo, yaitu : (1) berpikir kreatif guru Produktif SMK Kota Gorontalo cukup baik. (2) sikap kreatif guru produktif SMK Kota Gorontalo baik, (3) perilaku kreatif guru produktif SMK Kota Gorontalo berada pada kategori baik.

Kata Kunci: Kreativitas Guru, Lingkungan, dan Sumber Be/ajar

Dunia pendidikan saat ini sedang diha-dapkan pada dua masalah besar, yaitu mutu

endidikan yang rendah dan sistem

pembe-lajaran di sekolah yang kurang memadai. Dua hal tersebut sangat bertentangan dengan tuntut-an era globalisasi ytuntut-ang dittuntut-andai dengtuntut-an AFT A

(2)

Jurnal Penelitian dan Pen'didikan, Volume 8 Nomor 1, Maret 2011

2003 yang menuntut pendidikan agar memiliki pendidikan yang tanggap terhadap situasi per-saingan global dan memiliki pendidikan untuk dapat membentuk pribadi yang mampu belajar seumur hidup. Berdasarkan hal tersebut guru diharapkan dapat mampu merancang pembela-jaran yang dapat meningkatkan kemampuan

siswa dalam menyerap pembelajaran dan me-nangkap materi akademis yang mereka terima, dan siswa menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan in-formasi baru dengan pengetahuan dan penga-. Iaman yang sudah mereka miliki sebelumnya.

Dengan demikian guru yang kreatif adalah guru yang mampu menyelesaikan pembelajaran dengan baik yang ditunjukkan oleh peningkat-an basil belajar siswa Oleh sebab itu, seorang guru dituntut dapat berfikir kreatif, bersikap kreatif dan berperilaku kreatif. Berpikir kreatif merupakan keadaan seseorang yang dapat me-nemukan hal-hal yang baru atau mengembang-kan suatu keadaan dalam pencapaian tujuan. Bersikap kreatif merupakan keadaan terbuka terhadap pengalaman baru dan luar biasa, luwes dalam berpikir dan bertindak, bebas dalam mengekspresikan diri, dapat mengaprea-siasi fantasi, berminat pada kegiatan-kegiatan kreatif, dan percaya pada gagasan sendiri. Sedangkan perilaku kreatif adalah keadaan be-rani dalam pendirian, mandiri dalam berfikir, mampu bekerja keras dan ulet. Untuk mewu-judkan kurikulum tersebut maka dalam penyu-sunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) guru dapat mengidentifikasi dan menu-angkan sumber-sumber belajar yang berasal dari lingkungan sebagai media pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Lingkungan tersebut dirancang oleh guru dengan menggu-nakan strategi dan teknik tertentu sehingga proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat berlangsung dengan baik. Lingkungan merupakan sumber belajar yang baik dapat memberikan informasi kepada peserta didik · melalui panca inderanya. Peserta didik dapat mengamati langsung kejadian-kejadian yang terjadi di lingkungan, Dari pengamatan awal 40

yang dilakukan oleh peneliti di Sekolah Mene-ngah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo, nam-pak bahwa kreativitas guru dalam perencanaan pembelajaran belum optimal. Hal tersebut nam-pak dari basil pengamatan awal yang diperoleh peneliti di lapangan bahwa dari 138 guru mata pelajaran produktif di SMK kota Gorontalo 47 % atau 65 orang yang memasukkan lingkungan sebagai sumber belajar, sedangkan 53% tidak. Hal ini mengakibatkan pemahaman peserta di-dik terhadap materi pembelajaran tidak opti-mal.

Berdasarkan uraian tersebut perlu pene-litian lebih mendalam mengenai kreativitas guru dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran produktif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo?

Tujuan penelitian yaitu Untuk mengkaji Kretivitas guru dalam merancang lingkungan sebagai sumber bela jar pada mata · pelajaran produktif di SMK kota gorontalo. ini adalah untuk mengetahui hal-hal berikut ini: berpikir kreatif, bersikap kreatif, perilaku kreatif.

Pengertian kreativitas sudah banyak di -kemukakan oleh para ahli berdasarkan pan-dangan yang berbeda-beda, seperti yang dike-mukakan oleh Munandar (1992:47) menjelas-kan pengertian kreativitas dengan mengemu-kakan beberapa perumusan yang merupakan kesimpulan para ahli mengenai kreativitas. Pertama, kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada. Kedua, kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir diver-gen) adalah kemampuan berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanaannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban. Ke-tiga secara operasional kreativitas dapat diru-muskan sebagai kemampuan yang mencetmin-kan kelancaran, keluwesan (jleksibilitas), dan orisinilitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, mem-perkaya, merinci) suatu gagasan. Slameto

(3)

Husain, Kreativitas Guru dalam Merancang Lingkungan sebagai Sumber Be/ajar ..... (2003: 145) menjelaskan bahwa pengertian

kreativitas berhubungan dengan penemuan se--uatu, mengenai hal yang menghasilkan sesua-:u yang baru dcngan menggunakan sesuatu ::ang telah ada. Sesuatu yang baru itu mungkin · erupa perbuatan atau tingkah lakn, bangunan, dan lain-lain. Menurut Moreno (dalam Slamet, :2003: 146) yang penting dalam krcativitas itu · ukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah 'iketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa _ roduk kreativitas itu merupakan sesuatu yang · aru bagi diri sendiri dan tidak harus merupa-~·an sesuatu yang baru bagi orang lain atau

'unia pada umumnya, misalnya seorang guru :nenciptakan metode mengajar dengan diskusi ::ang belum pernah ia pakai. Semiawan, dkk 993:60) mengemukakan bahwa kreativitas .:: alah suatu kondisi, sikap, atau keadaan yang sangat khusus sifatnya dan hampir tnk mungkin 2:rumuskan secara tuntas. Lebii1 lanjut

dikemu-. an bahwa model integratif berpikir kreatif =encakup empat dasar, yaitu: (1) berpikir ra-:ional, (2) perkembangan emosional atau pera-~ pada tingkat tinggi, (3) perkembangan ~a! at khusus (penginderaan cipta telen) dalam _·ehidupan mental dan fisik pada tingkat tinggi, :-. (d) tingkat tinggi kesadaran uang meng-:.2silkan penggunaan imajinasi, fantasi, dan ;e::~dobrakan pada kondisi ambang kesadaran 2:au ketaksadaran. Dengan demikian dapat di-. e:nukakan bahwa kreativitas selalu mencakup :.:.:erpenetrasi (interpenetration) keseluruhan ebjdupan berpikir, merasa mengindera dan ...::.. isi, yang terjadi secara menyatu dan =enerobos. Dengan bergeraknya satu fungsi _ :zu sebagian fungsi dari keseluruhan fungsi x_=a.. kreativitas itu belum terjadi sepenuhnya. . ·.,odes ( dalam Munandar, 2009:20) menge-= akan bahwa pada umumnya kreativitas :.:_-umuskan dalam istilah pribadi (person), -; ::-o-es, dan produk. Kreativitas dapat pula .:.:.:injau dari kondisi pribadi dan lingkungan • ::.::1_., mendorong (press) individu keperilaku ~-~a if. Menu rut Hulbeck ( dalam Munandar, ~ · 9:20) bahwa creative action is an imposing _.· one's own whole personality on the

envi-ronment in a unique and characteristic away (tindakan kreatif adalah memaksakan seluruh kepribadian seseorang terhadap lingkungan dalam karakteristik yang unik). Torrance me-ngemukakan tentang kreativitas pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu.... the process of, (1) sensing difficulties, problems, gaps in information, missing elements, something asked, (2) making quesses and formulating hypotheses about these defeciencies, (3) evaluating and testing these quesses and hypotheses, (4) possibly revising and retesting them, (5) communicating the result. ( ... proses, (I) mengidentifikasi kesulitan, masalah, kesenjangan informasi, ele-men yang hilang, sesuatu yang diminta, (2) membuat keputusan dan merumuskan hipotesis tentang defisien, (3) evaluasi dan pengujian ini pertanyaan sdan hipotesis, (4) merevisi dan pengujian ulang, (5) mengkomunikasikan hasil-nya. Sedangkan menurut pendapat Sund ( dalam Slameto, 2003:147-148) menyatakan bahwa in-dividu dengan potensi kreatif dapat dikenal me-lalui pengamatan ciri-ciri sebagai berikut: (1) hasrat keingintahuan yang cukup besar; (2) ber-sikap terbuka terhadap pengalaman baru; (3) panj ang akal; ( 4) keinginan untuk menemukan dan meneliti; (5) cenderung lebih menyukai tu-gas yang berat dan sulit; (6) cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan; (7) memi-liki dedikasi bergairah serta aktif dalam melak-sanakan tugas; (8) berpikir jleksibel; (9) me-nanggapi pertanyaan yang diajukan serta cen -derung memberi jawaban lebih banyak; (1 0) kemampuan membuat analisis dan sitesis; (11) memiliki semangat bertanya serta meneliti; (12) memiliki daya abstraksi yang cukup baik; ( 13) memililki latar belakang membaca yang cukup luas. Pendapat Munandar dan Sund di atas mempunyai persamaan antara satu dan yang lainnya. Ke-duanya berpandangan bahwa kreativitas meru-pakan potensi yang dimiliki oleh seorang individu baik secara internal mau-pun secara eksternal. Secara internal seorang individu termotivasi untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dalam

(4)

Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Nomor I, Maret 2011 nakan pekerjaan, sedangkan secara ekstemal

seseorang terrnotivasi untuk kreatif karena melihat keberhasilan yang diraih orang lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang yang kreatif mempunyai suatu motivasi yang tinggi dalam mengenal masalah-masalah yang bernilai. Mereka dapat memusatkan per-hatiannya pada suatu masalah secara alamiah dan mengkaitkannya baik secara sadar atau tidak, untuk memecahkannya. Ia menerima ide yang baru, yang muncul dari dirinya sendiri atau yang dikemukakan oleh orang lain. Kemu-dian ia mengkombinasikan pikirannya yang matang dengan intuisinya secara selektif, seba-gai dasar pemecahan yang baik. Ia secara ener-gik menterjemahkan idenya melalui tindakan dan mengakibatkan hasil pemecahan masalah yang sangat berguna. Ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memberikan sumbangan kreatifyang menonjol terhadap ma-syarakat dikemukakan oleh Munandar (1992: 36) sebagai berikut: ( 1) Berani dalam pendiri-an/keyakinan; (2) lngin tahu; (3) Mandiri da-lam berpikir dan mempertimbangkan; (4) Me-nyibukkan diri terus menerus dengan kerjanya; (5) Intuitif; (6) Ulet; (7) Tidak bersedia mene-rima pendapat dan otoritas begitu saja. Ber-bagai macam karakteristik di atas jarang sekali tampak paqa seseorang secara keseluruhan,

I

akan tetapi orang-orang yang kreatif akan lebih banyak memiliki ciri-ciri tersebut, adalah: pu-nya rasa ingin tahu yang dimanfaatkan semak-simal mungkin, mau bekerja keras, berani, ke-mampuan intelektualnya dimanfaatkan semak-simal mungkin, mandiri, dinamis, penuh ino-vasi/gagasan dan daya cipta, bersedia meneri-ma inforrnasi, menghubungkan ide dan penga-laman yang diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda, cenderung menampilkan berba-gai altematif terhadap subyek tertentu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kreativitas guru adalah kemampuan seseorang untuk mela-hirkan sesuatu yang baru maupun mengem-bangkan hal-hal yang sudah ada untuk membe-rikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Berdasarkan uraian di atas dapat

di-42

katakan bahwa kreativitas dapat ditumbuhkem-bangkan melalui suatu proses yang terdiri dari beberapa faktor yang. dapat mempengaruhinya di antaranya iklim kerja, keijasama, perbedaan status yang tidak terlalu tajam, pemberian ke-percayaan kepada guru, memiliki wewenang, dan mempunyai kesempatan untuk berpartisi-pasi dalam kegiatan.

Lingkungan sebagai sumber belajar da-lam kamus umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebgai bulatan yang me-lingkungi (melingkari). Pengertian lainnya ya-itu sekalian yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan ling-kungan ini cukup beragam diantaranya ada isti-lah circle, area, surroundings, sphere, doma-in, range, dan environment, yang artinya ku-rang lebih berkaitan dengan keadaan atau sega-la sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling. Lebih lanjut Learning Comunity Centre, (2009: 1) disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan ke-adaan makhluk hidup terrnasuk di dalamnya manusia. dan perilakunya serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup), a-biotik (benda mati) dan budaya manusia. Menurut Sartain (2006: 24), yang dimaksud lingkungan meliputi kon-disi dan alam dunia ini yang dengan cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, per-tumbuhan, perkembangan atau life processes. Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun meru-pakan faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik, sebab bagaimana pun anak tinggal dalam satu lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada dasamya ling-kungan mencakup lingling-kungan fisik, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial. lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan (pakaian, keadaan rumah, alat perrnainan, buku-buku, alat pera-ga,) dinamakan lingkungan pendidikan. Secara umum fungsi lingkungan pendidikan adalah membantu peserta didik dalam interaksi dengan

(5)

Husain, Kreativitas Guru dalam Merancang Lingkungan sebagai Sumber Be/ajar ..... erbagai lingkungan sekitarnya, utamanaya

erbagai sumber daya pendidikan yang

ter-·edia, agar dapat mencapai tujuan pendidikan

yang optimal. Dengan demikian, sekolah

seba-=ai suatu sistem memiliki tiga aspek pokok

. ·ang san gat berkaitan erat dengan mutu

se-·oiah, yakni: proses belajar mengajar,

kepe-'mpinan dan manajemen sekolah, serta

ling-. ngan sekolah. Lingkungan merupakan

pan-~gan hidup yang diakui bersama oleh suatu

:·elompok masyarakat, yang mencakup cara

· rfikir, perilaku, sikap, nilai yang tercermin

· aik dalam ujud fisik maupun abstrak. Oleh

L(3.fena itu, suatu lingkungan secara alami akan

iwariskan oleh satu generasi kepada generasi

· rikutnya. Sekolah merupakan lembaga utama

g yang didesain untuk memperlancar proses

:::ansmisi lingkungan antar generasi tersebut.

-oerjani, dkk. (2007:3) mengemukakan bahwa

j gkungan sekolah yang sehat memiliki

kore-, ~i yang tinggi dengan: (1) prestasi dan

moti-·: i siswa untuk berprestasi, (2) sikap dan

::1otivsi kerja guru, dan (3) produktivitas dan

'-epuasan kerja guru. Namun demikian, analisis

:.:ngkungan sekolah harus dilihat sebagai

ba-gjan suatu kesatuan sekolah yang utuh.

Ar-::nya, sesuatu yang ada pada suatu lingkungan

-, ·olah hanya dapat dilihat dan dijelaskan

.:.atam kaitan dengan aspek yang lain, seperti,

:) rangsangan untuk berprestasi, (2)

penghar-=aan yang tinggi terhadap prestasi, (3)

komu-~··as sekolah yang tertib, (4) pemahaman

tu-.' an sekolah, (5) ideologi organisasi yang kuat,

6 partisipasi orang tua siswa, (7)

kepemim-. inan kepala sekolah, dan (8) hubungan akrab

.:· antara guru. Dengan kata lain, dampak

.!.3gkungan sekolah terhadap prestasi siswa

::1e kipun sangat kuat tetapi tidaklah bersifat

2.11gsung, melainkan lewat berbagai variabel,

· ara lain seperti semangat kerja keras dan

--emauan untuk berprestasi. Dalam

implement-. ·i kurikulum 2004, para ahli menyarankan

enciptakan lingkungan belajar yang kondusif

.:m

akademik, baik secara fisik maupun non-:~ ·i · lingkungan fisik merupakan kondisi

· !ajar yang harus didukung oleh berbagai

sarana, laboratorium dan media lain. Ling-kungan nonfisik memiliki peran yang besar juga dalam mempengaruhi kondisi belajar, terutama pengaturan lingkungan belajar, pe-nampilan, sikap guru, hubungan harmonis anta-ra guru dan peserta didik, peserta didik dengan guru, dan sesame peserta didik itu sendiri, serta

organisasi dan bahan pembelajaran secara

te-pat, sesuai dengan kemampuan dan perkem-bangan peserta didik. Berdasarkan seluruh urai-an di atas maka lingkungurai-an sebagai sumber be-lajar adalah segala sesuatu di dalam lingkungan yang berbentuk abstrak dan nyata baik yang bergerak maupun tidak bergerak yang dapat

di-gunakan untuk meningkatkan minat dan moti-vasi belajar peserta didik sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat sesuai yang di-harapkan.

Kreativitas Guru dalam Perencanaan Pcm-belajaran

Perencanaan ialah suatu unsur yang esen-sial daripada proses pembelajaran. Anderson ( dalam Sutisna, 2000: 192) mengemukakan bahwa perencanaan adalah proses mempersiap-kan seperangkat putusan bagi perbuatan di masa datang. Defenisi ini menyarankan bahwa perencanaan itu membawa kepada dan meli-puti pembuatan putusan. Cumminings ( dalam Uno, 2006:1) mengemukakan bahwa perenca-naan adalah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta, imajinasi, dan asumsi un-tuk masa yang akan datang dengan tujuan memvisualisasikan dan memformulasi basil yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlu-kan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang akan datang serta usaha untuk mencapainya. Pembelajaran yang akan diren-canakan memerlukan berbagai teori untuk me-rencanakan agar rencana pembelajaran yang di-susun benar-benar dapat memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu Per-tama, perencanaan pembelajaran perlu ada per-baikan sebagai berikut: (1) untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan pe-rencanaan pembelajaran yang diwujudkan

(6)

Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Hornor 1, Maret 2011

ngan adanya desain pembelajaran, (2) untuk mrancang suatu pembelajaran perlu mengguna-kan pendekatan sistem, (3) perencanaan desain pembelajaran diacukan pada bagaimana sese-orang belajar, (4) untuk merencanakan suatu desain pembelajaran diacukan pada siswa seca-ra peroseca-rangan, (5) pembelajaseca-ran yang

dilaku-kan adilaku-kan bermuara pada ketercapaian tujuan

pembelajaran, dalam hal ini akan ada tujuan langsung pembelajaran dan tujuan pengiring dari pembelajaran, (6) sasaran akhir dari

peren-canaan desain pembelajaran adalah mudahnya

siswa untuk belajar. Kedua, Cara guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar; unsur-unsur yang ada dalam pelaksanaan proses be-lajar mongajar ad.alah bagaimana seorang guru dituntut kreasinya dalam mengadakan apersep-si. Apersepsi yang baik akan membawa siswa memasuki materi pokok atau inti pembelajaran dengan lancar dan jelas. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, bahasan yang akan diajarkan dibahas dengan bermacam-macam metode dan teknik mengajar. Guru yang kreatif

akan memprioritaskan metode dan teknik yang

mendukung berkembangnya kreativitas. Dalam hal ini pula, keterampilan bertanya sangat

me-megang peranan penting. Guru yang kreatif

akan mengutamakan pertanyaan divergen,

per-tanyaan ini akan membawa para siswa dalam

suasana belajar aktif. Dalam hal ini guru harus memperhatikan cara-cara mengajarkan kreati-vitas seperti tidak langsung memberikan peni-laian terhadap jawaban siswa. Jadi guru me-lakukan teknik brainstorming. Diskusi dalam belajar kecil memegang peranan didalam mengembangkan sikap kerjasama dan kemam-puan menganalisajawaban-jawaban siswa

sete-lah dikelompokkan dapat merupakan beberapa

hipotesa terhadap masalah. Ketiga, cara guru

dalam mengadakan evaluasi; proses belajar

mengajar senantiasa disertai oleh pelaksanaan evaluasi. Lebih lanjut dikemukakan oleh

Hamalik (2008:59) bahwa terdapat

model-model perencanaan pengajaran, yaitu: (1) f:C-rencanaan pengajaran versi PBTE, (2)

peren-44

canaan pengajaran sistematis, (3) perencanaan

pengajaran model Davis.

Menurut Permendiknas Nomor 41 tahun

2007 bahwa perencanaan proses

pembelajar-an meliputi silabus dpembelajar-an rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) yang memuat identitas

mata pelajaran, standar kompetensi (SK),

kom-petensi dasar (KD), indikator pencapaian

kom-petensi, tujuan pembelajaran, materi ajar,

alo-kasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, penilaian basil belajar, dan sum-her belajar.

Silabus sebagai . acuan pengembangan

RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegi-atan pembelajaran, indikator pencapaian kom-petensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber

belajar. RPP dijabarkan dari silabus untuk

mengarahkan kegiatan belajar peserta didik

dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada

satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP

secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, me-nyenangkan, menantang, memotivasi peserta di-dik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang discsuaikan dengan pen-jadwalan di satuan pendidikan.

Komponen RPP adalah:

1. Identitas mata pelajaran; identitas mata pe-lajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester, program/program keahlian, mata pe-lajaran atau tema pelajaran, jumlah perte-muan.

2. Standar kompetensi; sandar kompetensi me-rupakan kualifikasi kemampuan minimal pe-serta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/ atau semester pada suatu mata pelajaran.

(7)

Husain, Kreativitas Guru dalam Merancang Lingkungan sebagai Sumber Be/ajar ... 3. Kompetensi dasar; kompetensi dasar adalab

sejumlab kemampuan yang barus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran.

4. Indikator pencapaian kompetensi; indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur danlatau diobservasi untuk menunjukkan ke-tercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. In-dikator pencapaian kompetensi dirumus-kan dengan menggunadirumus-kan kata kerja ope-rasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetabuan, sikap, dan ke-terampilan.

5. Tujuan pembelajaran; tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan basil belajar yang dibarapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

6. Materi ajar; materi ajar memuat fakta, kon-sep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi. 7. Alokasi waktu; alokasi waktu ditentukan

se-suai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.

8. Metode pembelajaran; metode pembelajar-an digunakpembelajar-an oleh guru untuk mewujud-kan suasana belajar dan proses pembela-jaran agar peserta didik mencapai kompe-tensi dasar atau seperangkat indikator yang te-lab ditetapkan. Pernilihan metode pembela-jaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi

peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang bendak di-capai pada setiap mata pelajaran.

9. Kegiatan pembelajaran; a. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

b. Inti

Kegiatan inti merupakan proses

pem-belajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif

,

inspiratif, menyenangkan, menantang, me-motivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkem-bangan fisik serta psikologis pcserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sis-tematis dan sistemik melalui proses, eks-plorasi, elaborasi, dan konfinnasi.

c. Penutup

Penutup merupakan kegiatan yang di-lakukan untuk mengakhiri aktivitas pem-belajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman a tau kesimpulan, peni-laian dan ret1eksi, umpan balik dan tindaklanjut.

10. Penilaian basil belajar

Prosedur dan instrumen penilaian pro-ses dan basil belajar dipro-sesuaikan dengan in-dikator pencapaian kompetensi dan menga-cu kepada Standar Penilaian.

11. Sumber belajar

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembel-ajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Berdasarkan seluruh uraian di atas, maka kreativitas guru dalam perencanaan pembela-jaran adalab kemampuan yang dimiliki oleh

guru untuk menciptakan atau mengembangkan sesuatu menjadi baru menjadi sejumlab penge-tabuan kepada anak didik di sekolah yang di-tuangkan dalam perangkat pembelajaran berupa silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

METODE

Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 1 Gorontalo 43 Orang, SMK Negeri 2 Gorontalo 25 orang, SMK Negeri 3 Gorontalo 50 orang, SMK Negeri 4 Gorontalo 6 orang, SMK Negeri 5 Gorontalo 3 orang, SMK PGRI Gorontalo 3 orang, SMK Bina Taruna Gorontalo 6 orang

(8)

Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Nomor I, Maret 2011 dan SMK Tirtayasa Gorontalo 2 orang. Alasan

pemilihan subyek dan menjadi Jatar dalam pe-nelitian di atas mengacu pada petunjuk yang diberikan oleh Spradley (1990:46-51) bahwa, bagi peneliti subyek penelitiannya hendaknya: (1) sederhana, (2) mudah memasukinya, (3) ti-dak begitu kentara dalam melakukan peneliti-an, (4) mudah memperoleh ijin, dan (5) kegiat-annya dapat dilakukan secara berulang-ulang. Waktu yang digunakan untuk penelitian ini ada-lab selama 4 ( empat) bulan terhitung dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deksriptif kuantitatif. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan atau meng-gambarkan basil temuan penelitian dalam ben-tuk kalimat kalimat berupa keterangan atau pernyataan-pernyataan dari responden sesuai dengan kenyataan yang ada.

Populasi dalam penelitian ini adalah selu-ruh guru jurusan Produktif Sekolah Menengah Kejuruan(SMK) Kota Gorontalo yang

berjum-adalah kemampuan yang dimiliki oleh guru un-tuk menciptakan atau mengcmbangkan sesuatu menjadi baru atas sejumlah pengetahuan kepa-da anak didik di sekolah, memuat dimensi krea-tivitas dan lingkungan berupa perencanaan pem-belajaran pada RPP.

Kreativitas guru dalam merancang ling-kungan sebagai sumber belajar pada mata pe-lajaran produktif di Sekolah Menengah Keju-ruan (SMK) Kota Gorontalo adalah skor yang diperoleh dari jawaban responden setelah men-jawab instrumen kreativitas guru dalam meran-cang lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran produktif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo dengan indi -kator (1) berpikir kreatif, (2) bersikap kreatif, (3) perilaku kreatif. Dengan Pengujian validitas dalam penelitian ini menggunakan korelasi product moment dari Pearson dengan :

Ket:

r

xy

= Nilai product moment n = sampel

L

'Y =jumlahperkalian X dan Y x2 =

lah 138 orang. Sumber Data: Dinas Pendidikan kuadrat dari X y2 = kuadrat dari Y Kota Gorontalo, Maret 2010.

Sampel yang digunakan adalah sebagian dari anggota populasi. Untuk sampel dalam pe-nelitian ini Dasar penetapan 50% untuk setiap sekolah yaitu: SMK Negeri 1 Gorontalo 22 orang, SMK Negeri 2 Gorontalo 13 orang, SMK Negeri 3 Gorontalo 25 orang, SMK Negeri 4 Gorontalo 3 orang, SMK Negeri 5 Gorontalo 2 orang, SMK PGRI Gorontalo 2 orang, SMK Bina Taruna Goronta1o6 orang d~m

SMK Tirtayasa Gorontalo 1 orang. Jumlah se-mua SMK 69 orang. Sumber Data: Dinas Pen-didikan Kota Gorontalo, Maret 2010

Teknik sampling yang digunakan adalah

Proporsional yaitu pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memper-hatikan strata yang ada dalam populasi itu. Hal tersebut dilakukan dengan anggapan bahwa anggota populasi dianggap homogen.

Variabel Penelitian kreativitas guru da-lam merancang lingkungan sebagai sumber be-lajar pada mata pebe-lajaran produktif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo

Butir pertanyaan akan valid bila nilai hi tung ( t hitung) lebih besar dari t tabel ( ttahel ).

Berdasarkan basil pengujian validitas instru-men kreativitas guru dalam merancang ling-kungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran produktif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo, menunjuk-kan bahwa dari pernyataan pada kuesioner yang berjumlah 35 butir, ternyata ada 4 butir yang tidak memenuhi kriteria validitas (inalid), ya-itu nomor 12, 23, 28 dan 31 Selanjutnya ke 4 butir pernyataan tersebut didrop. Dengan demi-kian diperolch 31 butir yang valid.

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Alpha

Crombach. Hasil pengujian reliabilitas instru-men kreativitas guru dalam merancang ling-kungan sebagai sumber. belajar pada mata pelajaran produktif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo yaitu diper-oleh keofisien korelasi alpha sebesar 0,92. Ini berarti instrumen kreativitas guru dalam

(9)

meran-Husain. Kreativitas Guru dalom Merancang Lingkungan sebagai Sumber Be/ajar .....

cang lingkungan sebagai sumbcr behjar pada mata pelajaran produktif di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo memiliki

reliabilitas sangat baik. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah

data berupa angka-angka yang diperoleh

mela-lui penyebaran angket. Untuk memperoleh data

dalam penelitian ini dilakukan dengan

teknik-eknik yaitu: Dokumentasi,Kuesioner.

Sebagaimana menjawab permasalahan

dalam penelitian ini dan berdasarkan jenis data

. ·ang terkumpul digunakan teknik analisis

des-kriptif persentase yang digunakan untuk

men-eskripsikan kreativitas guru dalam merancang

lingkungan sebagai sumber belajar pada mata

elajaran produktif di Sekolah Menengah

Keju-ruan (SMK) Kota Gorontalo. Hasil analisis

isajikan dalam bentuk Tabel frekuensi Data

dianalisis secara deskrip1 if prosentase dengan bantuan rumus (Notoatmodjo, 2005:65)

Pr=LxiOO dimana: Pr = persentase f =

frekuen-n

sin n = jumlah sampel, scdangkan untuk meng-bitung persentase dalam bentuk skor digunakan formula (Notoatmodjo, 2005: 65) Pr =

sc

xlOO

Sf

di mana: Pr=persentase SC=Skor capaian yaitu merupakan total skor yang diperoleh selurub SI=Skor ideal yaitu jumlah skor maksimum yang bisa dicapai. Untuk interpretasi data kreativitas guru dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar pada mata pelajaran produktif di Sekolab Menengah Kejuruan (SMK) Kota Gorontalo digunakan kriteria: berdasarkan Buku Podoman Penilaian Kemam-puan Guru dengan rentangan sebagai berikut pada Table! dibawah ini lnterprestasi Skor Ca-paian Responden.

No Rentangan presentase

(%)

Kualitas kategori 91- 100

2 75 -90

3 56 -74

4 < 59

Sumber Pedoman Penilaian Kemampuan Guru

Jika basil yang di uraikan dasar

penetap-::_:} kriteria dapat di kolompokan dalam empat

· · egori yaitu kategori san gat baik, baik, cukup

· a·k, kurang baik. Jika jawaban responden

· erorintasi pada skor 91%-100%, maka basil

:..erada pada kriteria sangat baik, 75%-90%

>rada pada kriteria baik, 56%-74% berada

:- da criteria cukup, dan paling kecil <59 pada

· · tegori kurang. Selanjutnya presentasi skor

:~ ebut di atas akan dipaparkan secara

kuali-:z if.

HA.SIL DAN PEMBAHASAN

Sebagaimana dipaparkan pada bagian

?~ndabuluan babwa penelitian telab melakukan

::.:1alisis dan deskripsi data sebagai basil temuan

::a:1g diperoleb dari lapangan, maka selanjutnya

Sangat Baik baik Cukup Kurang

akan dikemukakan pembahasan atas data yang digambarkan pada deskri psi data berdasarkan pertanyaan-pertanyaan penelitian.

1. Berpikir Kreatif Guru

Dari basil penelitian dapat dikemukakan bahwa berpikir positif Responden dalam me-rancang lingkungan sebagai sumber belajar yang mcnarik bagi peserta didik berada pada kategori baik atau sebesar 84%, berupa Renca-na PelaksaRenca-naan Pembelajaran (RPP). Selain itu, berpikir positif guru secara luwes dalam meran-cang lingkungan sebagai sumbcr belajar yang menarik bagi peserta didik berada pada kategori baik atau sebesar 80%. Berpikir kreatif guru secara rasional dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar yang menarik bagi peserta didik berada pada kategori baik atau 47

(10)

Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Nomor 1, Maret 2011

sebesar 80,3%. Dengan demikian dapat dike-mukakan bahwa responden mempunyai kete-rampilan berpikir secara rasional yang baik dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar yang baik melalui perangkat pem-belajaran. Pada aspek keterampilan guru meme-rinci lingkungan sebagai sumber belajar yang menarik bagi peserta didik berada pada kategori sangat baik atau sebesar 86,1%. Dengan demi-kian dapat dikemukakan bahwa Responden mempunyai keterampilan memerinci lingkung-an denglingkung-an baik untuk peningkatlingkung-an kualitas pembelajaran, Sedangkan pada aspek keteram-pilan guru dalam menilai/mengevaluasi berada pada kategori sangat baik atau sebesar 86,4%. Berdasarkan seluruh temuan penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif guru perlu dikembangkan secara terns menerus, mengingat perangkat pembelajaran yang disu-sun oleh guru merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas.

2. Sikap Kreatif Guru

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sikap kreatif guru dalam perancangan lingkungan sebagai sumber belajar yang me-narik bagi peserta didik baik, pembuatan sila-bus dan RPP serta penilaian proses pem-belajaran. Dari hasil penelitian persentase rasa ingin tahu pada kataegori baik atau sebesar 80,%. Selanjutnya pada aspek bersifat ima-jinatif berada pada kategori sangat baik atau

sebesar 91 ,9%. Dengan demikian dapat dike-mukakan bahwa guru berusaha menuangkan ide-ide yang _baik dalam penyusunan perangkat pembelajaran, terutama pada perangkat silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Aspek lainnya yang menandakan sifat kreatif guru baik adalah sifat guru merasa tertantang oleh kemajuan dalam merancang lingkungan seba-gai sumber belajar yang menarik bagi peserta didik berada pada kategori sangat baik atau sebesar 92,2%. Sifat guru merasa tertantang akan berdampak pada keberanian guru dalam menerima resiko akibat keputusan yang diteri-48

manya. Sifat berani guru dalam mengambil resiko dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar yang menarik bagi peserta didik berada pada kategori Sangat baik atau sebesar 93,9%. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pada umumnya guru telah melaksanakan perancangan perangkat pembelajaran dengan baik, sehingga siap untuk mengambil resiko terhadap perangkat yang dibuatnya. Selain itu guru sudah mengetahui dengan benar bahwa perangkat yang dibuatnya sudah sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga resiko apapun dapat ditanggungnya. Selanjutnya, as-pek lainnya adalah sikap saling menghargai guru dalam merancang lingkungan sebagai sumber belajar yang menarik bagi peserta didik berada pada kategori sangat baik atau sebesar 86,8%.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa perlunya sikap kepedulian pada diri guru untuk saling iklas berbagi dan rela berbagi dalam penyusunan perangkat pembelajaran maupun dalam pelaksanaan pembelajaran di dalam ke-las. Berdasarkan seluruh uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap kreatif guru dalam perancangan perangkat pembelajaran perlu di-bina secara terns menerus. Hal terse but di-pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah sikap guru yang mudah bosan pada satu aspek kegiatan, motivasi guru untuk mening-katkan kualitas pembelajaran tidak menentu, dan adanya reward yang diberikan kepada guru tidak dilaksanakan secara kontinu.

3. Perilaku Kreatif Guru

Perilaku kreatif guru merupakan perwu-judan dari pengetahuan dan pemahaman yang dapat dilihat pada aspek keberanian guru dalam pendirian. Dari hasil penelitian bahwa kebe -ranian guru berada pada kategori baik atau se-besar 82,5%. Dengan demikian dapat dikemu-kakan bahwa guru memiliki keberanian yang baik dalam penyusunan perangkat pembelajar-an. Selanjutnya data lain yang diperoleh adalah kemandirian guru dalam berpikir dan memper-timbangkan lingkungan sebagai sumber belajar yang menarik bagi peserta didik berada pada

(11)

Husain, Kreativitas Guru dalam Merancang Lingkungan sebagai Sumber Bel ajar .....

kategori cukup baik atau sebesar 75,9%. De-ngan demikian dapat dikemukakan bahwa guru memiliki perilaku yang belum mampu mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan ling-kungan sebagai sumber-sumber pembelajaran yang menarik dan membangkitkan motivasi pe-serta didik dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Data lain yang diperoleh peneliti Tentang Kegiatan guru menyibukkan diri dengan peker-jaan berada pada kategori Sangat baik atau

sebesar 92,5%. Data lain tentang penelitian diperoleh bahwa keuletan guru dalam meran-cang lingkungan sebagai sumber belajar yang menarik bagi peserta didik berada pada kategori

sangat baik atau sebesar 89,7%. Dengan

demi-kian dapat dikemukakan bahwa guru perlu di-bina secara terus menerus dalam pe\aksanaan

pembelajaran. Aspek lainnya yang menjadi

in-dikator perilaku kreatif berada pada kategori

Sangat baik atau sebesar 90,6%.

Berdasarkan seluruh temuan penelitian di

atas dapat disimpulkan bahwa perlunya bagi

guru untuk dibiasakan memberikan dan

meneri-ma saran untuk perbaikan silabus dan rencana

pelaksanaan pembelajaran setta bahan ajar. Adanya saran yang baik akan memberikan

pengetahuan dan pemahaman yang lebih baik

epada guru. Selain itu, otoritas yang diberikan oleh kepala sekolah, guru, orang tua dan

ma--yarakat akan menjadikan guru tersebut

men-jadi guru yang profesional sebagaimana yang

·ercantum dalam standar nasional pendidikan.

PENUTUP

Kesimpu/an

Berdasarkan seluruh temuan penelitian

i atas dapat disimpulkan bahwa berpikir

krea-.· guru perlu dikembangkan secara terns

mene-:us, mengingat perangkat pembelajaran yang

disusun oleh guru merupakan salah satu kunci

·eberhasilan pelaksanaan pembelajaran di

da-:

am

kelas. Guru dilibatkan secara optimal da-.am penyusunan program pembelajaran yang

ilaksanakan setiap tahun di sekolah. Selain itu,

·epala sekolah dan supervisor perlu melatih

guru-guru untuk menciptakan hal-hal bam pada

perancangan dalam perangkat pembelajaran, se-perti silabus, rencna pelaksanaan pembelajaran dan bahan ajar. Hal-hal baru tersebut seperti penegasan istilah dan materi serta indikator yang hams dicapai oleh peserta didik pada pe-riode tertentu. Dengan adanya kejelasan ind-ikator pembelajaran akan memudahkan guru memberikan materi pelajaran dan peserta didik akan dengan mudah untuk memahaminya mela-melalui literatur-literatur lainnya.

Saran

Mencermati basil temuan pada penelitian 1ni maka disarankan beberapa hal sebagai beri-kut:

1. Kepala sekolah sebaiknya selalu memper-hatikan perkembangan guru dalam peren-canaan pelaksanaan pembelajaran, terutama dalam peningkatan kreatifitas guru dalam berpikir dalam menuangkan ide-ide dan ga-gasan-gagasan dalam perencanaan perang-kat pembelajaran yang meliputi silabus, RPP dan bahan ajar.

Guru sebaiknya terus mengembangkan diri-nya dalam proses pembelajaran dengan cara bersikap kreatif dan mengembangkan imaji-nasinya untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas sehingga prestasi belajar siswa meningkat pula. Sikap kreatif guru perlu dikembangkan melalui berbagai kegi-atan pembiasaan, sepe1ti membiasakan guru merencanakan perangkat pembelajaran seca-ra mandiri melalui kerjasan1a dalam IGS, MGMP. dalam maupun di luar sekolah (MAGANG) sesuai dengan tuntutan kuriku-lum yang sesuai dengan KTSP.

Pengawas dan Diknas Kota perlu memberi-. kan penguatan dalam hal mendorong guru

untuk melaksanakan tugas.

(12)

Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Volume 8 Nomor 1. Maret 2011

50

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Penga-jaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.

Jakarta: Bumi Aksara

Learning Comunity Centre. Lingkungan Seba-gai Sumber dan lvfedia Pembelajaran.

(http://www.lingkungan sebagai sumber

dan media pembelajaran«Learning

Center Community.htm)

Munandar, Utami 1992. Kreativitas Manusia.

Jakarta: Balai Pustaka

... 2009. Pengembangan Krea-tivitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Pene-litian Kesehatan. Jakmia: Rineka Cipta.

Sartain, 2006. Partisipasi Masyakarat dalam Pengelolaan Lingkungan. Bandung: Ros-dakarya

Semiawan, C.R. dan Raka Joni, T. 1993, Pen-dekatan Pemhelajaran: Acuan Konseptu-al Pengelolaan Kegiatan Be/ajar Meng-ajar di sekolah, Jakarta: Konsorsium

11-mu Pendidikan Ditjen Pendidikan Tinggi

Slameto, 2003. Teori Pembelajaran. Semarang.

UPT MKK UNNES.

Soerjani, Yuwono dan Fardiaz. 2007. Pengelo-laan Lingkungan Sekolah. (http:///www. pengelolaan Jingkungan_ sekolah.html)

Sutisna, Oteng. 2000. Administrasi Pendidikan.

Bandung: Rosdakarya

Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembel-ajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Keluarga yang kepala keluarganya bekerja sebagai pelaut, biasanya ia harus berlayar dan meninggalkan keluarganya selama berbulan-bulan, hal ini mengakibatkan istri sering

Oleh sebab itu penelitian ini bermaksud mempelajari bagaimana gambaraan pencapaian tugas perkembangan waria yang nampak berhasil memenuhi tugas-tugas perkembangan dewasa madya

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tenaga kerja tidak puas dengan 3 program Jamsostek yang diterapkan PT Biotis Nusantara yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja,

Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universita Gunadarma, 2004 Kata Kunci : Pendistribusian Roti, MAYAN EXCELENCE BAKERY (ix + 38 + lampiran) Dalam menjalankan suatu

sebagai perusahaan yang mempunyai pekerja kurang dari 20 orang atau nilai aset.. yang kurang dari

psn@psn.co.id B 2.05.08 email Kualifikasi SAMPAI DENGAN DESEMBER 2011. ASOSIASI SATELIT INDONESIA ( ASSI ) DAFTAR

Dalam Penulisan Ilmiah ini hasil peramalan penjualan produk Haneda Electric Ovenpada PT Batin Eka Perkasa dengan menggunakan metode Moving Average ( MA ) untuk semester dua tahun

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Sepakbola Melalui Penerapan Aktivitas Soccer Like Games Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..