MAKALAH Pemikiran Alder dan Jung Mata Kuliah : Sejarah Aliran Psikologi Dosen Pengampu : Dewi Khurun Aini, M. A
Disusun oleh :
Bagas Rizal Firmansyah ( 1707016076 )
Dwi Uji Astuti ( 1707016052 )
Khoirurrozikin ( 1707016058 )
Mohamad Fathul Faqih Madaniy ( 1707016045 ) Yulfa Choiru Umma ( 1707016074 )
PSIKOLOGI 1 – B
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2017
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan selalu berkembang dan mengalami kemajuan yang sangat pesat, seusai dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Begitu juga psikologi yang dahalu pada zaman Yunani merupakan bagian dari filsafat kini menjadi ilmu yang berdiri sendiri dan mempunyai
pembahasan tersendiri. Psikologi sendiri secara bahasa mempunyai arti ilmu jiwa, pengertian ini diambil dari bahasa Yunani yaitu psyche ( jiwa ) dan logos ( ilmu ). Secara etimologi psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa manusia.
Psikologi mengalami banyak sekali perkembangan yang sangat panjang sebelum berdiri sebagai ilmu pengetahuan. Williem Wundt adalah orang yang dikenal sebagai bapak psikologi, alasan yang menjadikan Williem Wundt menjadi bapak psikologi adalah karena beliau mendirikan laboratorium psikologi pertama di Leipzig, Jerman. Kemudian muncul berbagai aliran-aliran psikologi.
Dalam makalah ini penulis mencoba untuk menjelaskan tentang aliran-aliran psikologi. Khususnya psikoanalisis dan individual psikologis yang diprakarsai oleh Alferd Adler dan Carl Jung
B. Rumusan Masalah
1. Biografi serta pemikiran konsep kehidupan psikis individu Alferd Adler? 2. Biografi serta pemikiran konsep kehidupan psikis individu Carl Jung? 3. Perbedaan Alferd Adler dan Carl Jung dengan Sigmund Freud?
C. Tujuan Penulisan
Menjelaskan biografi Alferd Alder dan Carl Jung serta pemikiran tentang konsep manusia sebagai makhluk individu dan menjelaskan tentang perbedaan Alferd Alder dan Carl Jung dengan Sigmund Freud.
BAB II PEMBAHASAN 1. Biografi serta pemikiran konsep Alfred Adler I. Biografi Alfred Adler
Alfred Adler dilahirkan di Wina pada tanggal 7 Februari 1870 sebagai anak ketiga. Ayahnya adalah seorang pengusaha. Sewaktu kecil Adler merupakan anak yang sakit-sakitan. Ketika berusia 5 tahun dia nyaris tewas akibat
pneumonia. Pengalaman tidak menyenangkan berkaitan dengan kesehatan inilah yang kemudian mendorong dirinya untuk menjadi dokter. Adler lulus sebagai dokter dari Universitas Wina tahun 1895. Adler memulai karirnya sebagai seorang optalmologis, tetapi kemudian dirinya beralih pada praktik umum di daerah kelas bawah di Wina, sebuah tempat percampuran tempat bermain dan sirkus sehingga banyak pasien-nya yang pekerjaannya sebagai pemain sirkus. Kekuatan dan kelemahan para pemain sirkus inilah yang mengilhami dia mengembangkan konsep tentang inferioritas dan kompensasi.
II. Berikut pemikiran Alfred Adler : Psikologi Individual
Adler berpendapat bahwa manusia pertama-tama dimotivasikan oleh
dorongan-dorongan sosial. Menurut Adler manusia pada dasarnya adalah mahluk sosial. mereka menghubungkan dirinya dengan orang lain, ikut dalam
kegiatankegiatan kerja sama sosial, menempatkan kesejahteraan sosial diatas kepentingan diri sendiri dan mengembangkan gaya hidup yang mengutamakan orientasi sosial.
sosial dibangun sejak bayi melalui pengalaman-pengalaman yang dijadikan sebagai pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan keyakinan Adler bahwa manusia paling banyak dipengaruhi oleh rencana-rencana untuk masa depan. Berusaha mencapai cita-cita atau mengantisipasi kejadian-kejadian yang akan terjadi di waktu yang akan datang dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang.
Perasasan – perasaan Inferioritas
Adler mengemukakan tentang perasaan inferioritas yang umum dirasakan sebagai kekuatan pemotivasi. Perasaan – perasaan inferioritas beroprasi untuk menuntun ke peningkatan yang berkelanjutan. Dalam arti bahwa proses ini menunjukkan bahwa kekuatan motivasi mampu membuat seseorang bekerja lebih giat agar sesuatu yang diinginkan dapat tercapai.
Gaya hidup
Menurut Adler, dorongan untuk mencapai superioritas atau kesempurnaan bersifat universal, tetapi masing-masing seseorang berperilaku dengan cara yang
berbeda dalam usahanya untuk meraih hal tersebut, gaya hidup melibatkan perilaku-perilaku yang dengannya kita menyeimbangkan inferioritas yang sesungguhnya ataupun yang imajinatif.
Kekuatan Kreatif Diri
Konsep Adler tentang daya keatif diri adalah bahwa manusia memiliki kapasitas untuk menentukan kepribadian seusai dengan gaya hidup. Kemapuan dan pengalaman tertentu pada diri manusia melalui hereditas dan lingkungan, tetapi cara manusia menggunakannya secara aktif dan menginterpretasi pengalaman-pengalaman ini memberi dasar bagi kepribadian, sikap terhadap lingkungan.
Urutan Kelahiran
Selain menggunakan energi untuk menanggapi superioritas, Adler juga meyakini bahwa urutan kelahiran juga berpengaruh pada kepribadiannya
Anak sulung biasanya merasa diabaikan, minder, dan pendiam. Hal ini terjadi karena orang tua yang sebelumnya memberikan kasih sayang penuh terhadap anak sulung, akan memberikan kasih sayangnya kepada anak yang lebih muda
Anak tengah biasanya cenderung ambisius. Karena ia selalu ingin melebihi kakaknya. Ia cenderung memberontak atau iri hati. Namun, anak tengah mampu menyesuaikan diri dengan kakak atau adiknya.
Anak bungsu biasanya lebih manja. Karena anak bungsu biasanya
mendapatkan kasih sayang yang teramat banyak dibandingkan dari anak sulung dan anak tengah. Anak bungsu biasanya sulit beradaptasi dengan kedua kakaknya.
2. Biografi serta pemikiran konsep kehidupan psikis individu Carl Jung? I. Biografi Carl Jung
Carl Gustav Jung, lahir 26 Juli 1875 di desa Kesswil (dekat Basel, Swiss) di pinggir danau Konstanz (Bodensee). Ia seorang anak laki-laki tunggal dari Paul Jung. Seorang pendeta desa dan ibunya bernama Emilie Preswerk Jung. Dia lahir di tengah keluarga besar yang cukup berpendidikan. Di antara anggota keluarga besar Jung senior ada yang jadi pendeta dan mempunyai pemikiran yang eksentrik.
Ayah Carl Gustav Jung adalah seorang filolog dan seorang pendeta protestan, yang lahir dari keluarga yang banyak menghasilkan banyak ahli kitab suci, teolog, dan dokter. Kakek Jung dari pihak bapak adalah anggota dewan katolik di kota Meinz (jerman). Tapi moyangnya menjadi protestan sebab dipengaruhi oleh Schleiermacher pada tahun 1813. Warisan religius inilah yang dikemudian hari sangat mempengaruhi Jung dan intresnya yang sangat besar tehadap masalah- masalah relegius dalam psikologinya dan mempengaruhi psikologi arketepis tentang kristus dan psikologi tentang protestanisme dan katolisisme.
Carl Gustav Jung remaja adalah seorang yang penyendiri, tertutup dan tidak peduli dengan masalah sekolah, apalagi dia tidak punya semangat bersaing. Kemudian dimasukan di sekolah asrama Bassel, swis. Di sini ia merasa tertekan karena dicemburui teman- temanya. Lalu dia mulai sering bolos dan pulang ke rumah dengan alasan sakit, mulai belajar dalam keadaan perasaan tertekan. Jung memfokuskan pada kekuatan-kekuatan tak sadar yang terletak di bawah permukaan pikiran
Penyelidikanya dalam bidang filsafat, mitologi, literatur kristen dari abad- abad pertama, misistisisme, ghotisisme, dan alkemia diteruskan sepanjang hidupnya, bersamaan dengan minatnya dalam penelitian- penelitian ilmiah. Latar belakang dan pikiran-pikiranya yang memadukan antara ilmu eksakta dan ilmu humanisme, dapat menghasilkan sebuah pemikiran yang unik dan
mempersatukan dua pemikiran yang berbeda dalam satu kestuan. Sehingga ia dapat mengungkapkan dengan baik struktur dari psike.
II. Pemikiran Carl Jung
Psikologi Analitis : Teori Kepribadian Jung
Sebelum Jung bertemu dengan Freud, Jung telah mempunyai teori psikoanalisis dan metode terapinya sendiri yang kemudian terkenal dengan nama psikoanalitik, dan secara konsisten dikembangkannya selama ia bersatu dengan Freud (Jung, 1913). Teorinya disebut psikoanalitik, karena mendasarkan ketidaksadaran jiwa, tetapi
mempunyai banyak perbedaan dengan teori Freud.Jung memandang manusia dengan
menghubungkan teleologi (tujuan) dan kausalitas (sebab – akibat). Bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh sejarah individu dan rasnya (kausalitas), dan tujuan – tujuan dan aspirasi (teleologi). Jadi faktor – faktor masa lalu dan masa yang akan datang
berpengaruh pada tingkah laku manusia.Bahwa tingkah laku manusia dibimbing baik
oleh masa lalu sebagai aktualitas dan masa yang akan datang sebagai potensialitas. Kepribadian manusia dipandang sebagai prospektif, dalam arti bahwa Jung melihat ke depan ke arah garis perkembangan sang pribadi di masa depan, dan retrospektif dalam arti dia mempertahankan masa lampau. Dalam hal ini Jung menyatakan bahwa : “ Orang
hidup dibimbing oleh tujuan – tujuan maupun sebab – sebab”.Penekanan Jung pada
masa depan, menyebabkan teorinya berbeda dengan teori Freud, yang menekankan pada masa lampau dan motif – motif atau insting sebagai sebab – sebab utama tingkah
laku manusia.Jung menganggap, bahwa ada perkembangan yang konstan dan seringkali
kreatif, pencapaian kearah kesempurnaan dan kepenuhan serta kerinduan lahir kembali. Teori kepribadian Jung berbeda dengan teori – teori lainya karena ia menekankan pada
dasar – dasar ras, dan filogenetik kepribadian.Dengan dasar – dasar diatas Jung
berpendapat bahwa kepribadian individu adalah produk dan wadah sejarah leluhurnya. Jadi, dasar – dasar kepribadian bersifat arkais, primitif, bawaan, tidak sadar dan mungkin universal.
Pikiran Tak Sadar Kolektif