• Tidak ada hasil yang ditemukan

(HUMAN RESOURCE DEVELOPMENT STRATEGY IN THE CONSTRUCTION INDUSTRY SECTOR IN SUPPORTING INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT AND READINESS TO FACE GLOBAL MARKET)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(HUMAN RESOURCE DEVELOPMENT STRATEGY IN THE CONSTRUCTION INDUSTRY SECTOR IN SUPPORTING INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT AND READINESS TO FACE GLOBAL MARKET)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA

SEKTOR INDUSTRI JASA KONSTRUKSI DALAM MENDUKUNG

RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DAN KESIAPAN

MENGHADAPI PASAR GLOBAL

Studi Kasus Kota Bandar Lampung

(HUMAN RESOURCE DEVELOPMENT STRATEGY IN THE

CONSTRUCTION INDUSTRY SECTOR IN SUPPORTING

INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT AND READINESS TO FACE

GLOBAL MARKET)

Case Studies of Bandar Lampung

Dian Perwitasari

1

1

Program Studi Teknik Sipil Universitas Pancasila

E-mail: dian.si.ftup@gmail.com

ABSTRAK

Sektor konstruksi dalam MP3EI menjadi bagian penting terkait penyediaan berbagai infrastruktur yang diperlukan sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi. Dalam dunia Internasional juga terjadi suatu dinamika perdagangan bebas termasuk dalam sektor jasa konstruksi. MEA dan perjanjian internasional lain yang diikuti Indonesia menjadi sebuah peluang untuk memperluas akses pasar jasa konstruksi nasional ke dalam dunia internasional. Namun juga menjadi ancaman bagi pelaku jasa konstruksi apabila tidak didukung dengan SDM yang berkualitas dan berdaya saing. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh profil SDM konstruksi dan tingkat kesiapan dalam mendukung pemerintah pada upaya penyediaan infrastruktur yang tertuang dalam MP3EI dan keikutsertaan dalam pasar global serta strategi pengembangan SDM konstruksi. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif deskriptif dengan membatasi penelitian pada Kota Bandar Lampung. Dari hasil analisis diketahui bahwa 44% reponden mengetahui program MP3EI, 81% lulusan S1, 72% memiliki SKA dan 68% telah berpengalaman ≥ 7 tahun, maka SDM konstruksi tersebut dapat dikatakan siap mendukung rencana MP3EI, sementara dengan hanya 20% responden mengetahui MEA dan 100% tidak memiliki ACPE maka dapat dinyatakan belum siap menghadapi MEA. Strategi pengembangan SDM kemudian dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan, pelaksanaan latihan kerja ataupun seminar, penyempurnan sistem informasi ketenagakerjaan dan pembinaan organisasi konstruksi, sosialisasi informasi, penguasaan teknologi informasi, sertifikasi serta penguasaan bahasa asing. Kata Kunci: MP3EI, MEA, SDM, Bandar Lampung

ABSTRACT

The construction sector in the MP3EI become an important part related to the provision of various infrastructure needed as a catalyst of economic growth. In the international world also there is a free trade dynamics, including in the construction sector. MEA and other international agreements that followed Indonesia into an opportunity to expand market access national construction services to the international world. But also a threat to the perpetrator of construction services if not supported by qualified human resources and competitiveness. The purpose of this study was to obtain construction of HR profile and degree of readiness in supporting the government's efforts on infrastructure provision contained in MP3EI and participation in the global market as well as human resource development strategy of construction. The study was conducted with descriptive qualitative approach by limiting research on the city of Bandar Lampung. From the analysis it is known that 44% of respondents know MP3EI program, 81% of graduates S1, 72% have a SKA and 68% had experienced ≥ 7 years, the HR construction can be said to be ready to support the plan MP3EI, while with only 20% of respondents know the MEA and 100% have no ACPE it can be declared not ready for the MEA. Human resource development strategy and then do with improving the quality of education, implementation of vocational training or seminar, penyempurnan employment information and guidance system construction organizations, dissemination of information, mastery of information technology, certification and mastery of foreign languages.

(2)

PENDAHULUAN

MP3EI merupakan sebuah roadmap yang disusun sebagai upaya transformasi ekonomi untuk mendorong aktivitas perekonomian sekaligus mempercepat pertumbuhan ekonomi dalam rangka meningkatkan daya saing. Upaya transformasi ekonomi tersebut tentunya dilakukan dengan mempertimbangkan seluruh potensi dan tantangan yang dimiliki oleh Indonesia. Selain itu, MP3EI juga menjadi langkah awal dalam mengembangkan komitmen bersama antara Pemerintah dan dunia usaha untuk melaksanakan berbagai langkah-langkah pembangunan yang konkret.

MP3EI disusun dengan mengemban visi mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan 10 besar dunia di tahun 2030 dan 6 besar dunia pada tahun 2050 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif dan berkelanjutanMP3EI merupakan sebuah komitmen bersama antara pemerintah dan dunia usaha dalam upaya pembangunan nasional. Pemerintah dalam hal ini berfungsi sebagai regulator, fasilitator dan katalisator, sedang pihak swasta akan memegang peran utama dalam hal pembangunan, peningkatan investasi dan penciptaan lapangan kerja. Pengembangan ekonomi melalui MP3EI oleh pemerintah dilakukan secara inklusif dan berkelanjutan, wilayah Indonesia kemudian dibagi kedalam 6 koridor utama dimana masing-masing daerah dikembangkan sesuai dengan potensi sumberdaya alam yang dimiliki dengan mempertimbangkan keterkaitan antar wilayah.

Gambar 1. Peta Koridor Ekonomi

Pengembangan perekonomian tidak hanya terjadi di Indonesia saja, dalam dunia Internasional, terjadi suatu pergeseran sistem ekonomi yang menimbulkan dampak besar bagi dinamika hubungan perdagangan antar Negara. Di kawasan Asia Tenggara, negara-negara yang tergabung dalam ASEAN mengalami perubahan fase perekonomian dengan memiliki pasar tunggal dan basis produksi yang dinamai ASEAN Economic Community (AEC) atau dapat disebut juga dengan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA merupakan bentuk integrasi ekonomi dalam rangka mendapatkan perekonomian ASEAN yang stabil, menguntungkan dan berdaya saing tinggi.

MEA dan perjanjian internasional lain yang telah diikuti oleh Indonesia merupakan sebuah peluang untuk memperluas akses pasar jasa konstruksi nasional ke dalam dunia internasional. Sumber daya Manusia (SDM) kemudian menjadi isu penting untuk dapat terlibat dan berdaya saing dalam perkembangan sektor jasa konstruksi. Dalam hal penyediaan tenaga teknik, Indonesia masih memiliki tingkat yang rendah dalam penyediaan tenaga teknik dibandingkan dengan negara lainnya seperti Malaysia, Thailand, Vietnam, Korea, China dan India sebagaimana terlihat pada grafik dibawah ini.

Gambar 2 Perbandingan Populasi Insinyur Gambar 3. Perbandingan Lulusan ST/Tahun Sumber: Persatuan Insinyur Indonesia 2014 Sumber: Persatuan Insinyur Indonesia 2014

(3)

orang tenaga teknik per 1 juta penduduk pertahunnya. Sehingga dengan demikian Indonesia harus mampu mengejar ketertinggalan tersebut terlebih daya serap tenaga teknik yang masih besar untuk mendorong pembangunan infrastruktur di Indonesia. Diprediksi dalam periode antara 2015-2025 Indonesia akan mengalami kekurangan insinyur sebanyak 10.000/tahun, dan kekurangan ini akan dimanfaatkan oleh tenaga teknik dari negara lain khususnya dari ASEAN.

Gambar 4. Proyeksi Pertumbuhan Sarjana Teknik Indonesia Sumber: Persatuan Insinyur Indonesia 2014

Dalam MP3EI Provinsi lampung merupakan bagian dari koridor Sumatera, dimana koridor ini merupakan sentra produksi dan pengolahan hasil bumi dan lumbung energi nasional, dan secara geografis Provinsi Lampung menjadi pintu gerbang utama pulau Sumatera sehingga mobilitas penduduk serta lalu lintas di setiap ruas jalan protokol di kota Bandar Lampung sebagai ibukota provinsi ini cenderung padat dan menjadi salah satu kota tersibuk di Indonesia bagian barat. Bandar Lampung memiliki andil penting dalam jalur transportasi darat dan aktivitas pendistribusian logistik dari Jawa menuju Sumatera maupun sebaliknya.

Sebagai pintu gerbang utama provinsi ini dapat menjadi representative sektor jasa konstruksi di Pulau Sumatera sehingga dapat meneruskan informasi dan strategi pengembangan sumberdaya manusia yang dilakukan oleh pusat pemerintahan Jakarta ke seluruh wilayah di Sumatera dan pada akhirnya dapat meningkatkan sumber daya manusia konstruksi berdaya saing tidak hanya pada proyek-proyek konstruksi di seluruh tanah air tetapi juga terlibat dalam berbagai pasar konstruksi global.

Tujuan dari penelitian ini adalah memperoleh profil SDM konstruksi Kota Bandar Lampung dan tingkat kesiapan SDM konstruksi dalam mendukung pemerintah pada upaya penyediaan infrastruktur yang tertuang dalam MP3EI dan keikutsertaan dalam pasar global serta strategi pengembangan sumber daya manusia konstruksi sehingga dapat meningkatkan kualitas dan daya saing SDM Konstruksi diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi model untuk diterapkan di seluruh wilayah Provinsi Lampung pada khususnya dan provinsi-provinsi lain di Pulau Sumatera.

METODA

Metoda analisa yang dipakai dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara jelas berdasarkan hasil analisa yang diperoleh terhadap profil SDM konstruksi Kota Bandar Lampung, tingkat kesiapan Sumber Daya Manusia konstruksi dalam upaya mendukung rencana pembangunan infrastruktur dan kesiapan menghadapi pasar global. Penelitian literatur dilakukan dalam upaya mencari variable kuisioner dan strategi terbaik terhadap pengembangan sumber daya manusia konstruksi di Kota Bandar Lampung.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil SDM Konstruksi

Secara umum jumlah penduduk usia kerja Kota Bandar Lampung pada Februari 2016 sedikit meningkat, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, hal ini dikarenakan adanya peningkatan lapangan kerja sektor industri jasa konstruksi di kota ini. Berdasarkan isian data responden yang berhasil dikumpulkan, maka dapat diketahui profil SDM Konstruksi Kota Bandar Lampung seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Angkatan kerja dimulai pada umur 15 tahun keatas akan tetapi tingkat partisipasi sumber daya manusia konstruksi konstruksi Kota Bandar Lampung yang menjadi responden berada pada rentang 20 – 44 tahun dengan prosentase tertinggi berada pada rentang usia 25 – 29 tahun sebesar 32% hal ini disebabkan karena Kota Bandar Lampung merupakan pusat pendidikan Provinsi Lampung sehingga sebagian sumber daya manusia konstruksi usia produktif dengan rentang umur 15 – 22 tahun masih menempuh pendidikan.

(4)

Tabel 1. Profil SDM Konstruksi Kota Bandar Lampung

Data BPS, Februari 2016 menyatakan bahwa proporsi jumlah pekerja lulusan SD dan SMP di kota Bandar Lampung cenderung mengalami penurunan, sementara itu pekerja yang lulus SMA dan Perguruan Tinggi mengalami peningkatan. Terbukti dengan dominasi pekerja lulusan tingkat Sarjana (S1) mencapai 84% dari total jumlah responden, sehingga dapat disimpulkan bahwa bahwa kualitas responden SDM konstruksi Kota Bandar lampung sudah memenuhi standar dilihat dari sisi pendidikan. Hal ini sangat baik mengingat diperlukan tenaga kerja yang berkualitas untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas SDM konstruksi Kota Bandar Lampung.

Gambar 5. Diagram Rentang Usia Gambar 6. Diagram Tingkat Pendidikan

Dalam data BPS, Provinsi Lampung tercatat memiliki 2342 perusahan yang bergerak dalam sektor konstruksi dengan 16.109 orang pekerja tetap pada tahun 2013. Dari data SDM konstruksi yang menjadi responden dengan sebaran Kota Bandar Lampung, diperoleh bahwa 76% responden merupakan tenaga jasa konstruksi sementara 24% merupakan jasa konsultansi hal ini menunjukkan tingkat sumber daya manusia konstruksi Konstruksi di Kota Bandar Lampung lebih banyak terserap dalam bidang jasa kontruksi, dimana bidang ini memang membutuhkan banyak tenaga kerja ahli, terampil maupun tidak terampil dalam upayanya untuk membangun sebuah proyek konstruksi. No. Us ia (Tahun) Tingkat Pe ndidikan Pe ngalaman Ke rja (Tahun)

Bidang Jas a Jabatan/ Bidang Ke rja

1 24 D3 2 Kontraktor Drafter

2 24 S1 2 Kontraktor Staff Engineering

3 25 D3 3 Kontraktor Staff Engineering

4 26 S1 4 Kontraktor Staff Engineering

5 26 S1 4 Kontraktor Staff Engineering

6 27 S1 5 Kontraktor Supervisi

7 28 S1 6 Kontraktor Supervisi

8 28 S1 6 Kontraktor Supervisi

9 29 S1 7 Kontraktor Struktur Engineer

10 29 S1 7 Kontraktor Struktur Engineer

11 30 S1 8 Kontraktor Project Control

12 30 S1 8 Kontraktor Quality Engineer

13 30 S1 8 Kontraktor Supervisi

14 30 S2 8 Kontraktor Site Manager

15 30 S1 8 Kontraktor Procurement Staff

16 34 S1 12 Konsultan Tenaga Ahli Pemberdayaan

(Infrastruktur Perdesaan)

17 34 S1 12 Kontraktor Supervisi

18 35 D3 14 Kontraktor Supervisi

19 36 S1 14 Kontraktor Construction Manager

20 37 S1 15 Konsultan Wakil Direktur

21 38 S1 16 Kontraktor Asisten Quality Engineer

22 38 S1 16 Konsultan Site Manager

23 39 S1 17 Konsultan Direktur

24 41 S1 19 Konsultan Direktur

(5)

Bidang kerja kemudian menunjukkan peran pengalaman kerja dan jenjang pendidikan. Dari data di atas 68% responden telah memili ki pengalaman kerja ≥ 7 tahun, hal ini berarti bahwa SDM Konstruksi kota Bandar Lampung telah cukup berpengalaman dalam bidang konstruksi yang mereka geluti.

Tingkat Kesiapan SDM Konstruksi

Berdasarkan kuisioner yang berhasil dikumpulkan dari responden hanya 24% reponden yang telah mengetahui tentang kebijakan MP3 EI akan tetapi seluruh reponden mengetahui tentang adanya berbagai proyek infrastruktur yang sedang di bangun oleh pemerintah. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya informasi ataupun sosialisasi yang dilakukan pemerintah daerah kepada seluruh tenaga kerja kon struksi di Kota Bandar Lampung dan atau pun rendahnya minat tenaga kerja konstruksi dalam upaya mengetahui perkembangan informa si konstruksi yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat maupun daerah.

Analisa variable selanjutnya diperoleh 88% responden menyatakan bahwa tenaga kerja konstruksi Kota Bandar Lampung mampu untuk bersaing dengan tenaga kerja konstruksi yang berasal dari berbagai provinsi di Indonesia, 64% reponden menyatakan keinginan untuk keluar dari Bandar Lampung dan siap bekerja di proyek-proyek di seluruh Indonesia dimana 72% dari total jumlah responden telah memiliki sertifikat keprofesian atau keahlian (SKA) di bidang konstruksi.

Diagram 7. Tingkat Kesiapan SDM dalam MP3EI

Dengan persentase tersebut di atas menyiratkan bahwa tenaga kerja konstruksi Kota Bandar Lampung cukup memiliki motivasi yang tinggi untuk bersaing dan terlibat aktif di seluruh proyek-proyek MP3EI. Akan tetapi perlu dilakukan peningkatan kepemilikan sertifikat kompetensi dengan 92% reponden telah memiliki pengalaman kerja ≥ 3 tahun maka dapat melakukan pembuatan SKA sebagai syarat keikutsertaan dalam berbagai proyek yang tertuang dalam MP3EI dan bersaing dengan tenaga kerja konstruksi di seluruh Indonesia.

Adapun persyaratan dalam pembuatan Surat Keterangan Ahli (SKA) konstruksi adalah fotokopi/scan ijazah, KTP, NPWP serta pas photo ukuran 3 x 4, SKA ini dibagi dalam 3 kategori yaitu SKA muda, madya dan utama, dimana masing-masing kategori tersebut harus memiliki pengalaman 3, 6 dan 11 tahun.

Sementara dalam menghadapi pasar global hanya 20% responden mengetahui tentang Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dan hanya 8% reponden pernah mendengar/mengetahui tentang adanya Mutual Recognition Arrangement (MRA) on Engineering Service.

ASEAN telah menyepakati skema pergerakan tenaga terampil (profesional) di bidang ketenagakerjaan dimana sebanyak delapan profesi saat ini telah memiliki MRA yaitu keinsinyuran, arsitek, tenaga medis, perawat, dokter gigi, akuntan, surveyor, dan kepariwisataan. Khusus bagi tenaga terampil (profesional) untuk sektor jasa konstruksi, ASEAN telah memiliki kesepakatan saling pengakuan yang disebut dengan ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA) on Engineering Services dan Architectural Services.

Tujuan MRA adalah menciptakan prosedur dan mekanisme akreditasi untuk mencapai kesamaan/ kesetaraan serta mengakui perbedaan antar negara dalam hal pendidikan dan latihan, pengalaman, serta persyaratan lisensi untuk praktek profesi inisnyur dan arsitek. Terdapat enam komponen yang akan saling diakui yaitu pendidikan, ujian, registrasi dan pemberian lisensi, pengalaman pendidikan profesional lanjutan dan kode etik (professional conduct).

Dampak positif dengan diberlakukannya MEA yaitu akan memacu pertumbuhan investasi baik dari luar maupun dalam negeri sehingga akan membuka lapangan pekerjaan baru. Selain itu, tenaga kerja Indoneia dapat mencari pekerjaan di negara ASEAN lainnya dengan aturan yang relatif lebih mudah dengan demikian, hadirnya MEA diharapkan akan mengurangi pengangguran, laporan Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Organisasi Buruh Internasional (ILO), MEA dapat menciptakan 14 juta lapangan kerja tambahan atau mengalami kenaikan 41 persen pada 2015 karena semakin bebasnya pergerakan tenaga kerja terampil.

(6)

Adapun dampak negatif dari MEA, yaitu MEA mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang sebelumnya menghalangi perekrutan tenaga kerja asing sehingga membuka peluang tenaga kerja asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi di Indonesia yang selama ini tertutup atau minim tenaga asing.

Analisa variable selanjutnya diperoleh 84% responden telah memiliki kemampuan bahasa asing yaitu bahasa Inggris, 72% menyatakan keinginan untuk bekerja di luar negeri dalam bidang konstruksi beberapa waktu mendatang. Sementara seluruh responden menyatakan tidak mengetahui perkembangan IPTEK konstruksi di negara lain terutama ASEA dan dalam hal kepemilikan sertifikat keprofesian yaitu ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE) seluruh responden menyatakan tidak memiliki.

Variabel-variabel pertanyaan di atas bertujuan untuk mengetahui kesiapan SDM Konstruksi untuk untuk dapat bersaing dengan tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia maupun pada proyek-proyek di negara lain khususnya ASEAN, akan tetapi hal ini tidak didukung dengan pengetahuan perkembangan IPTEK di negara ASEAN yang menjadi tujuan dan kepemilikan sertifikat kompetensi ACPE maka akan sangat sulit bagi tenaga kerja konstruksi untuk dapat berperan aktif dan berdaya saing dengan tenaga kerja asing.

Diagram 8. Tingkat Kesiapan SDM dalam MEA

Hingga bulan September 2015, terdata sebanyak 1.483 insinyur bersertifikat ASEAN dengan rincian: 569 dari Indonesia, 2 dari Brunei Darussalam, 3 dari Laos, 228 dari Malaysia, 133 dari Myanmar, 119 dari Filipina, 230 dari Singapura, 65 dari Thailand dan 134 dari Viet Nam. Sementara jumlah arsitek bersertifikat ASEAN sebanyak 285 arsitek dengan rincian: 1 dari Brunei Darussalam, 84 dari Indonesia, 6 dari Laos, 35 dari Malaysia, 12 dari Myanmar, 53 dari Filipina, 74 dari Singapura, 11 dari Thailand dan 9 dari Viet Nam.

ASEAN telah menyepakati persyaratan dan mekanisme untuk mendapatkan sertifikat ASEAN (ACPE) bagi insinyur dan arsitek dari negara-negara anggota ASEAN sebagai berikut :

1. Telah tamat dari pendidikan tinggi teknik yang program studinya telah terakreditasi oleh lembaga kewenangan di negaranya 2. Telah memiliki sertifikat keahlian atau sertifikat kompetensi dan terdaftar di negaranya sebagai Tenaga Ahli yang berhak untuk

berpraktek independen

3. Memiliki pengalaman kerja minimal 7 tahun setelah tamat

4. Selama dua tahun diantaranya mengelola pekerjaan keinsinyuran yang berbobot (significant works)

5. Telah memenuhi persyaratan program pemutakhiran keprofesiannya (Continuing Professional Development) sebagai syarat perpanjangan masa berlakunya sertifikat ACPE.

Dengan 68% reponden telah memiliki pengalaman kerja ≥ 7 tahun dan bekerja pada bidang keinsinyuran yang berbobot serta memiliki SKA maka dapat mendaftarkan diri untuk menjadi anggota ACPE dan meningkatkan kemampuan bahasa asingnya sehingga dapat berdaya saing dengan tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia ataupun dapat bekerja di bidang konstruksi di negara-negara ASEAN.

Strategi Pengembangan SDM Konstruksi

Untuk membina dan mengembangkan kemampuan tenaga kerja konstruksi sehingga menghasilkan tenaga kerja berkualitas dan berdaya saing sesuai dengan kebutuhan masyarakat di era global dapat dilakukan melalui kegiatan sebagai berikut :

1. Peningkatan mutu pendidikan

Terdiri dari pendidikan umum dan kejuruan mulai dari tingkat sekolah dasar, sekolah menengah tingkat pertama dan atas, dan perguruan tinggi. Peningkatan mutu dapat dilakukan dengan perbaikan kurikulum, prasarana dan fasilitas pendidikan, peningkatan mutu tenaga pengajar, buku-buku referensi, dan program kerjasama atuapun studi banding ke beberapa lembaga/institusi pendidikan terkemuka di tanah air ataupun diluar negeri.

Peningkatan kesadaran akan pentingnya pendidikan juga perlu dilakukan kepada masyarakat untuk mengenyam dunia pendidikan cara lain melalui pemberian beasiswa tidak mampu mapun prestasi. Hal ini guna mendorong peningkatan jumlah tenaga kerja berpendidikan umumnya dan jumlah insinyur pada khususnya dimana saat ini Inonesia memiliki pertumbuhan insinyur yang cukup

(7)

mengakibatkan kekurangan insinyur yang tidak dapat mengisi kebutuhan dalam negeri. Diprediksi dalam periode antara 2015-2025 Indonesia akan mengalami kekurangan insinyur sebanyak 10.000/tahun, dan kemungkinan gap ini akan dimanfaatkan oleh tenaga teknik dari negara lain khususnya dari ASEAN.

2. Pendidikan dan latihan kerja, bimbingan teknis, seminar, dan sejenisnya.

Jalur ini merupakan proses pengembangan keahlian dan ketrampilan kerja yang bertujuan meningkatkan kemampuan professional. Kegiatan ini dapat dipandang sebagai suplemen atau kelengkapan sistem pendidikan formal. Dimana pada sistem pendidikan formal yang diterima tenaga konstruksi masih sangat mendasar dan umum, sementara dalam kegiatan ini tenaga kerja konstruksi diberikan pemahaman bidang kosntruksi yang terkonsentrasi sesuai dengan tema kegiatan dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing tenaga kerja konstruksi dalam upayanya menjadi tenaga kerja professional dan ahli dibidangnya. Hal ini sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah terhadap hak-hak penduduk untuk memperoleh pekerjaan dan dalam rangka mendayagunakan jumlah penduduk yang besar sebagai modal pembangunan yang potensial dan produkstif.

3. Penyempurnaan Sistem Informasi Ketenagakerjaan dan Pembinaan Organisasi Konstruksi

Salah satu kelemahan manajemen ketenaga kerjaan di Indonesia adalah lemahnya sistem informasi ketenagakerjaan (SIK). SIK dapat menyajikan peta ketenagakerjaan. Peta tersebut dapat memberikan informasi berapa jumlah pencari kerja, klasifikasi ketrampilan/spesialisasi, lapangan kerja apa saja yang tersedia atau potensial, di mana, berapa persentase yang dapat terserap tiap periode tertentu, bagaimana tingkat kesejahteraan, dan lain-lain. Adanya SIK ini bermanfaat bagi pemerintah dan tenaga kerja sendiri. Pemerintah akan dengan mudah membuat perencanaan, pemantauan, dan evaluasi. Sedangkan bagi tenaga kerja sendiri dapat memudahkan dalam pencarian peluang sesuai dengan kemampuan dirinya.

Cara lain adalah dengan pembinaan organisasi konstruksi, dan mendorong para pelaku/tenaga kerja konstruksi untuk dapat terlibat dalam organisasi sehingga akan memudahkan dalam penyampaian informasi, pendataan dan lain sebagainya.

4. Sosialisasi Informasi

Dalam upaya pengembangan sektor konstruksi pemerintah telah melakukan pengembangan IPTEK dan berbagai inovasi selain itu juga pemerintah menetapkan kebijakan-kebijakan melalui undnag-undang, perpres dan lain sebagainya, hal ini juga terjadi di berbagai negara untuk itu perlu adanya peran pemerintah untuk melakukan sosialisasi kepada tenaga kerja konstruksi di tanah air sehingga mengetahui perkembangan terbaru tersebut sehingga mampu menjadi SDM konstruksi yang berkualitas dan berdaya saing.

5. Penguasaan Teknologi Informasi (TI)

Menurut Hartono (2002) TI merupakan kunci pokok bagi tenaga kerja untuk berkiprah di era global ini disamping harus menguasai teknologi informasi dan wawasan global pada abad 21. TI merupakan piranti terpenting abad ini. Berbagai software-software bidang konstruksi telah diciptakan untuk mempermudah tenaga kerja konstruksi dalam pekerjaannya. Oleh karena itu penguasaan komputer sebagai basis TI mutlak harus dikuasai para tenaga kerja konstruksi Indonesia. Dengan penguasaan teknologi informasi berbasis web tenaga kerja akan dapat dengan mudah memperoleh perkembangan-perkembangan terbaru terkait konstruksi sehingga dapat meningkatkan kualitas dirinya.

6. Sertifikasi

Sertifikasi merupakan persyaratan lisensi dan pembuktian kemampuan professional kerja yang harus dimiliki oleh SDM kontruksi untuk dapat terlibat dalam berbagai proyek-proyek pemerintah ataupun swasta di negeri ini melalui SKA/SKT yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi Indonesia. Sertifikasi juga berlaku bagi tenaga kerja konstruksi yang akan bekerja di luar negeri khususnya negara ASEAN dengan sertifikat ACPE yang telah disepakati bersama persyaratan dan mekanismenya oleh negara-negara anggota yang terlibat. Sehingga perlu adanya sosialiasi dan peningkatan kesadaran kepada tenaga kerja konstruksi untuk dapat mengurus sertifikasi kompetensinya dan mempermudah proses dan mekanisme pembuatan sertifikat tersebut.

7. Penguasaan Bahasa Asing

Dengan diberlakukannya MEA maka akan memicu investasi baik dari luar maupun dalam negeri. Selain itu, tenaga kerja Indoneia dapat mencari pekerjaan di negara ASEAN lainnya dengan aturan yang relatif lebih mudah. MEA juga mensyaratkan adanya penghapusan aturan-aturan yang sebelumnya menghalangi perekrutan tenaga kerja asing sehingga membuka peluang tenaga kerja asing untuk mengisi berbagai jabatan serta profesi di Indonesia yang selama ini tertutup atau minim tenaga asing. Hal ini berarti penguasaan bahasa asing mutlak diperlukan untuk dapat berdaya saing dengan tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia ataupun saat tenaga kerja konstruksi Indonesia berkeinginan untuk bekerja ke luar negeri khususnya ASEAN.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. SDM konstruksi yang menjadi responden mayoritas berada pada rentang 25 – 29 tahun dengan prosentase sebesar 32%, dari sisi pendidikan responden tersebut dapat dinyatakan berkualitas dan memenuhi standard, sedangkan dalam hal pengalaman 68% reponden telah memiliki pengalaman ≥ 7 tahun.

2. SDM konstruksi berdasarkan hasil analisa dapat dikatakan telah memiliki kesiapan dan daya saing untuk terlibat dalam proyek -proyek MP3EI namun perlu ditingkatkan kembali dalam hal pengembangan kualitas dan kepemilikan SKA, sementara dalam menghadapi MEA, SDM konstruksi Kota Bandar Lampung dapat dikatakan belum siap.

(8)

mendukung rencana pembangunan infrastruktur dan kesiapan menghadapi pasar global adalah melalui peningkatan mutu pendidikan, pelaksanaan latihan kerja, bimbingan teknis, seminar, penyempurnan sistem informasi ketenagakerjaan dan pembinaan organisasi konstruksi, sosialisasi informasi, penguasaan teknologi informasi, sertifikasi serta penguasaan bahasa asing.

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah :

1. Penelitian terbatas pada studi kasus, sehingga disarankan untuk melakukan penelitian terhadap seluruh kabupaten/kota di Provi nsi Lampung dengan reponden yang lebih luas sehingga akan memberikan gambaran profil SDM konstruksi Provinsi Lampung yang lebih akurat.

2. Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut dalam menyusun variable kuisioner, baik melalui studi literature ataupun judgment exp ert sehingga akan menghasilkan gambaran yang lebih rinci mengenai tingkat kesiapan Sumber Daya Manusia sektor konstruksi Provinsi Lampung dalam upaya mendukung rencana pembangunan infrastruktur dan kesiapan menghadapi pasar global.

3. Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai strategi pengembangan sumber daya manusia konstruksi di Kota Bandar Lampung sehingga memberikan pedoman pada pihak-pihak terkait dalam peningkatan kualitas dan daya saing tenaga kerja dan dapat menjadi acuan/roadmap bagi provinsi-provinsi lain di Pulau Sumatera. Strategi penanganan tersebut dapat diperoleh melalui expert judgment kepada pemerintah daerah setempat ataupun pemerintah pusat yang terkait.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Pada Sektor Industri Jasa Konstruksi Dalam Mendukung Rencana Pembangunan Infrastruktur dan Kesiapan Menghadapi Pasar Global (Studi Kasus Kota Bandar Lampung)” ini.

Bersama dengan selesainya penulisan penelitian ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak dan Ibu serta keluarga besar tercinta di Bandar Lampung atas doa, dorongan dan dukungannya baik moral maupun materi. Para narasumber dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat ditulis satu persatu. Semoga kebaikan dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis akan diberikan balasan yang berlimpah dari Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. (2015). Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Lampung. Lampung : Kantor Perwakilan BI Provinsi Lampung.

Bappeda Lampung, BPS Provinsi Lampung. (2013). Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012. Lampung : Badan Pusat Statistik.

Bappenas. (2011). Edisi Khusus Konektivitas Nasional. Jakarta : Partnership.

BPS Provinsi Lampung. (2016). Provinsi Lampung Dalam Angka 2016. Lampung : Badan Pusat Statistik.

Direktorat Perundingan Perdagangan Jasa. (2015). Kesiapan Sektor Jasa Konstruksi Nasional menghadapi Masyarakat Ekonomi

ASEAN. Jakarta : Kementerian Perdagangan.

PII. (2011). Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia. Jakarta : Engineer Monthly.

Pramudyo, Anung. (2014). Mempersiapkan Sumber Daya Manusia Indonesia Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN

Tahun 2015

.

Yogyakarta : YPK Yogyakarta.

Sutrisnowati, S.Agustin., Hadi, Bambang S. Tantangan Pengembangan Sumber Daya Manusia Indonesia Di Era Global. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Winanda, Raynaldo Vea., Devin Ham., P. Nugraha. Analisis Kesiapan Sumber Daya Manusia pada Kontraktor di Surabaya

Gambar

Gambar 2 Perbandingan Populasi Insinyur     Gambar 3. Perbandingan Lulusan ST/Tahun                        Sumber: Persatuan Insinyur Indonesia 2014                                Sumber: Persatuan Insinyur Indonesia 2014
Gambar 4. Proyeksi Pertumbuhan Sarjana Teknik Indonesia  Sumber: Persatuan Insinyur Indonesia 2014
Tabel 1. Profil SDM Konstruksi Kota Bandar Lampung
Diagram 7. Tingkat Kesiapan SDM dalam MP3EI
+2

Referensi

Dokumen terkait

DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI, INFORMASI DAN TELEMATIKA POKJA PENGADAAN JASA KONSULTANSI KOTA SABANG.. TAHUN

Universitas Negeri

JADWAL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU ( PLPG ) DI LINGKUNGAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAN PROVINSI GORONTALO.. PSG RAYON 128 UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO TAHAP - II

pengenalan wajah, pembelajaran terawasi lebih cocok karena menggunakan target keluaran, diantaranya yang termasuk metode pembelajaran.. terawasi

Menyikapi hal ini, Serikat Petani Indonesia yang tergabung dalam GERAK LAWAN (Gerakan Rakyat Indonesia Melawan Neokolonialisme – Imperialisme) dan Social Movements for an

[r]

Sehubungan dengan akan dilakukan Pembuktian Data Isian Kualifikasi untuk paket pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan DED Jalan Desa Impol - Desa Sunggak , Kegiatan

Sehubungan dengan akan dilakukan Pembuktian Data Isian Kualifikasi untuk paket pekerjaan Belanja Jasa Konsultansi Perencanaan DED Jalan Dusun Besuh - Desa Air Biru ,