• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUATAN NILAI KEPEDULIAN SOSIAL BAGI MAHASISWA MELALUI KEGIATAN UKM BAKTI SOSIAL DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGUATAN NILAI KEPEDULIAN SOSIAL BAGI MAHASISWA MELALUI KEGIATAN UKM BAKTI SOSIAL DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG"

Copied!
303
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUATAN NILAI KEPEDULIAN SOSIAL BAGI

MAHASISWA MELALUI KEGIATAN UKM BAKTI SOSIAL

DI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Oleh:

Anita Ainun Ni’mah 3301416066

JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2020

(2)
(3)
(4)
(5)

v

mengharapkan imbalan apapun sebagai bentuk kepedulian sosial”

Anita Ainun Ni’mah PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Orangtuaku tercinta, Bapak M. Shoibi, S.Pd. dan Ibu Farichah, S.Pd. yang selalu mendidikku dengan sabar, tulus dan ikhlas, memberikan kasih sayang serta mencurahkan segala perhatian kepadaku, selalu mendo’akan dan memberikan dukungan di setiap langkah yang aku jalani. 2. Adikku Atsna Azimatul Ulya yang selalu memberikan

semangat untuk selalu berjuang meraih cita-cita.

3. Kakakku Noor Indah Fithriyana, S.Hum. dan Luthfi Hanif, S.Hum. serta keponakanku Sahasya Uzair Aluna yang selalu memberikan semangat untuk selalu berjuang meraih cita-cita. 4. Seluruh keluarga tercintaku, keluarga H. Kasnap dan Hj.

Sukesi serta keluarga H. Syukron (Alm) dan Hj. Zaro’ah (Alm) terima kasih telah menjadi nenek dan kakek yang baik dan selalu mendukungku untuk meraih cita-citaku.

5. Keluarga pertamaku di perantauan yakni anak-anak Kos Raka yang telah memberikanku suasana aman dan nyaman.

6. Sahabat-sahabat seperjuangan PPKn Angkatan 2016 kalian akan menjadi kenangan di hati.

7. Teman-teman PPL SMK N 1 Demak tahun 2019 serta KKN Desa Langgen tahun 2019.

(6)

vi M.Si. 161 Halaman.

Kata Kunci: Penguatan Nilai, Kepedulian Sosial, UKM Bakti Sosial

Dalam kehidupan masyarakat pastinya antara manusia yang satu dengan manusia yang lain saling membutuhkan bantuan terlebih pada bidang sosial karena manusia merupakan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk sosial dapat diartikan bahwa setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, melainkan saling membutuhkan antara manusia satu dengan yang lainnya. Sebagai makhluk sosial inilah yang menuntut manusia untuk hidup berdampingan dengan orang lain sehingga tercipta sebuah kondisi masyarakat yang saling tergantung antara satu dengan yang lain. Namun pada saat ini, seseorang cenderung mementingkan dirinya sendiri daripada memperhatikan atau peduli dengan lingkungan sosialnya. Oleh sebab itu, penting sekali adanya penguatan nilai kepedulian sosial, agar setiap individu memiliki rasa kepedulian sosial terhadap sesamanya. Universitas Negeri Semarang terdapat UKM Bakti Sosial yang bergerak di bidang pengabdian masyarakat khususnya pada masalah sosial kehadirannya sangat membantu dalam penguatan nilai kepedulian sosial terutama pada diri mahasiswa. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana penguatan nilai kepedulian sosial bagi mahasiswa melalui kegiatan UKM Bakti Sosial di Universitas Negeri Semarang; serta faktor pendukung dan penghambat dalam penguatan nilai kepedulian sosial bagi mahasiswa melalui kegiatan UKM Bakti Sosial di Universitas Negeri Semarang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini meliputi pembina UKM Bakti Sosial Universitas Negeri Semarang, ketua UKM Bakti Sosial Universitas Negeri Semarang, dan anggota UKM Bakti Sosial Universitas Negeri Semarang. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik wawancara serta teknik dokumentasi. Uji keabsahan data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Teknik analisis data dalam penelitian ini pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penguatan nilai kepedulian sosial bagi mahasiswa melalui kegiatan UKM Bakti Sosial di Universitas Negeri Semarang sudah dilaksanakan dengan cukup baik. Yang dibuktikan dengan indikator dari kepedulian sosial tolong menolong, tenggang rasa, toleransi, aksi sosial, dan berakhlak mulia telah sesuai dengan beberapa program kerja yang telah dilakukan UKM Bakti Sosial. Program kerja yang berkenaan dengan nilai kepedulian sosial yaitu kegiatan donor darah, Baksos Unnes Mengabdi, rekreasi bareng komunitas, Baksos Care, dan penggalangan dana. Berbagai macam program kerja tersebut dapat mendidik sekaligus menguatkan jiwa-jiwa sosial pada diri anggota UKM Bakti Sosial. Faktor pendukung dalam penguatan nilai kepedulian sosial bagi

(7)

vii

kegiatan UKM Bakti Sosial di Universitas Negeri Semarang adalah kurangnya sarana dan prasarana, faktor cuaca terutama saat turun hujan, dan transportasi yang belum cukup.

Saran kepada UKM Bakti Sosial ialah hendaknya bagi UKM Bakti Sosial selalu menyelenggarakan program kerja atau kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan kepedulian sosial agar dapat menguatkan jiwa-jiwa sosial yang pada dasarnya telah tertanam pada diri mahasiswa. Kemudian kepada Universitas Negeri Semarang ialah hendaknya dapat melakukan observasi dan pendataan terkait sarana prasarana atau fasilitas yang belum memadai di UKM Bakti Sosial. Selain itu, pihak Unnes dapat mengkaji ulang terkait pemberian dana untuk UKM Bakti Sosial yang dirasa belum mencukupi ketika digunakan untuk pelaksanaan program kerjanya.

(8)

viii

Semarang State University. Advisor Drs. Setiajid, M.Si. 161 Pages.

Keywords: Value reinforcement, social care, Social Service UKM

In social life, humans must need each other's help, especially in the social sphere because humans are social creatures. Humans as social creatures can be interpreted that each human being cannot live alone, but needs each other. As social creatures, it is this that requires humans coexist with others in order to create a condition of society that is interdependent with one another. But at this time, a person tends to be selfish rather than paying attention or caring about his social environment. Therefore, it is very significant to strengthen the value of social care, so that everyone will have an awareness of social care for each other. Semarang State University has a Social Service UKM which is engaged in community service, predominantly in social issues, its existence is very helpful in reinforcing the value of social care mainly for students. This research aims to find out how to reinforce the value of social care for college students through the activities of Social Service UKM at Semarang State University; as well as supporting and hindering factors in reinforcing the value of social care for students through the Social Service UKM activities at Semarang State University.

This research applied a qualitative approach. The subjects in this study consisted of the supervisor of the Semarang State University Social Service UKM, the chairman of the Semarang State University Social Service UKM, and members of the Semarang State University Social Service UKM. Data collection techniques applied in this study were interview techniques and documentation techniques. The test of data validity applied source triangulation and technical triangulation. Data analysis techniques used in this research were data collection, data reduction, data presentation, and drawing conclusions or verification.

The results indicate that reinforcing the value of social care for students through the Social Service UKM activities at Semarang State University had been implemented quite well. As evidenced by the indicators of social care to help each other, tolerance, social action, and having a noble character are in accordance with several work programs that have been performed by UKM Social Service. Work programs related to the value of social concern include blood donation, Baksos UNNES Mengabdi, community recreation, Baksos Care, and fundraising. These various work programs can educate as well as reinforce the social spirit in the members of UKM Social Service. Supporting factors in reinforcing the value of social care for students through the activities of UKM Social Services at Semarang State University are the student attendance level which is quite well in each activity, students industriously contribute, social concern for students, the role of the chairman, motivation from the supervisor and support from the university. While the hindering factors in reinforcing the value of social care for

(9)

ix

reinforce the social souls which are basically embedded in students. In addition, Semarang State University should be able to make observations and data collection related to insufficient infrastructure or facilities at Social Service UKM. Furthermore, UNNES can review the provision of funds for Social Service UKM which are considered inadequate when applied for performing their work programs.

(10)

x

yang berjudul “Penguatan Nilai Kepedulian Sosial bagi Mahasiswa melalui Kegiatan UKM Bakti Sosial di Universitas Negeri Semarang” dengan baik.

Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada beliau Baginda Nabi Muhammad SAW, yang syafa’atnya dinanti-nantikan di hari kiamat kelak.

Terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari wujud usaha, doa, bantuan serta

pertolongan dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini. Maka dari itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., selaku Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Dr. Moh. Solehatul Mustofa, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Semarang.

3. Drs. Tijan, M.Si., selaku Ketua Jurusan Politik dan Kewarganegaraan.

4. Drs. Setiajid, M.Si., selaku Dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, saran, serta arahan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

5. Eta Yuni Lestari, S.Pd., M.H., selaku Dosen Wali yang telah

mengarahkan, memberi saran, serta masukan dengan sabar kepada

(11)

xi

7. Prof. Dr. Zaenuri Mastur, S.E., M.Si, Akt., selaku Pembina UKM Bakrti

Sosial yang telah memberikan izin serta memberikan informasi demi

kelancaran penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh pihak pengurus dan anggota UKM Bakti Sosial yang telah

memberikan izin serta memberikan informasi demi kelancaran

penyusunan skripsi ini.

9. Rekan-rekan seperjuangan PPKn angkatan 2016 yang senantiasa

memberikan pemikiran-pemikiran maupun saran selama proses penulisan

skripsi.

10. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu

persatu, terima kasih atas segala perhatian, bantuan, dan kasih sayangnya.

Semoga segala kebaikan dan jasa dari semua pihak yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dapat diberikan balasan yang jauh lebih

baik dari Allah SWT. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi para pembaca secara umumnya.

Semarang, 23 Juli 2020

(12)

xii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

SARI ... vi

ABSTRACT ... viii

PRAKATA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR BAGAN ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 6 E. Batasan Istilah ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Deskripsi Teoretis ... 11

1. Penguatan Nilai ... 11

2. Kepedulian Sosial ... 25

3. Mahasiswa ... 31

4. UKM Bakti Sosial ... 36

B. Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan ... 66

(13)

xiii

D. Alat dan Teknik Pengumpulan Data ... 76

E. Uji Validitas Data ... 79

F. Teknik Analisis Data ... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 84

1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 84

a. Gambaran UKM di Universitas Negeri Semarang ... 84

b. Gambaran Umum UKM Bakti Sosial di Unnes ... 88

2. Bentuk Kegiatan Penguatan Nilai Kepedulian Sosial UKM Bakti Sosial di Universitas Negeri Semarang ... 95

3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Kegiatan Penguatan Nilai Kepedulian Sosial bagi Mahasiswa melalui UKM Bakti Sosial di Universitas Negeri Semarang ... 126

B. Pembahasan ... 141

1. Penguatan Nilai Kepedulian Sosial bagi Mahasiswa melalui UKM Bakti Sosial di Universitas Negeri Semarang ... 142

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penguatan Nilai Kepedulian Sosial bagi Mahasiswa melalui UKM Bakti Sosial di Universitas Negeri Semarang ... 153 BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 157 B. Saran ... 158 Daftar Pustaka ... 159 LAMPIRAN ... 162

(14)

xiv

Gambar 4.3 Kegiatan Donor Darah di C3 FE Unnes ... 102

Gambar 4.4 Proses Cek Kesehatan Warga ... 110

Gambar 4.5 Kegiatan Bersama Anak Panti Asuhan ... 113

Gambar 4.6 Kegiatan Bersama Anak Jalanan ... 118

Gambar 4.7 Proses Penggalangan Dana di Lampu Merah ... 121

(15)
(16)
(17)

1 A. Latar Belakang

Nilai kepedulian sosial itu penting keberadaannya bagi kehidupan

manusia. Manusia merupakan makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia

sebagai makhluk individu artinya setiap manusia berhak atas milik pribadinya

sendiri dan dapat disesuaikan dengan lingkungan sekitar. Sedangkan manusia

sebagai mahkluk sosial mengandung makna bahwa setiap manusia tidak dapat

hidup sendiri, melainkan saling membutuhkan antara manusia satu dengan

yang lainnya. Manusia sebagai makhluk sosial tersebutlah yang menuntut

manusia untuk hidup berdampingan dengan orang lain sehingga tercipta sebuah

kondisi masyarakat yang saling tergantung antara satu dengan yang lain. Jadi

dalam hal ini manusia memerlukan nilai kepedulian sosial untuk dapat

menjalani kodratnya tersebut.

Kepedulian sosial merupakan suatu sikap sosial yang harus dimiliki oleh

setiap warga Negara Indonesia sebagai bentuk peduli terhadap sesama

manusia. Taufik (2014:55) menjelaskan kepedulian sosial adalah “sikap dan

tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain dan masyarakat

yang membutuhkan. Secara umum, kepedulian sosial dapat diartikan sebagai

rasa yang muncul dari hati nurani yang mampu mendorong seseorang ingin

(18)

bentuk materi ataupun dalam bentuk bantuan tenaga, dengan tujuan yang mulia

yakni untuk meringankan beban atau kesulitan orang lain. Oleh sebab itu,

kepedulian sosial merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh setiap

individu agar mempunyai rasa peka terhadap masalah sosial yang terjadi di

sekitarnya. Jadi, sudah semestinya manusia peduli dengan lingkungan

sekitarnya.

Pada dasarnya setiap manusia memiliki hati nurani terhadap kepekaan

pada masalah-masalah sosial. Koesuma (2007:80) mengungkapkan, karakter

sama dengan kepribadian. Oleh sebab itu, hakikat manusia itu memiliki

kepribadian yang baik. Apalagi setiap manusia pasti memiliki emosi dan

perasaan yang mudah terharu, prihatin, dan peduli. Namun hal ini tidak serta

merta membuat setiap orang sadar akan perasaannya tersebut, hanya akan ada

beberapa orang yang akan peduli kepada sesama manusia. Alasannya karena

ketidakmampuan, waktu atau jarak yang tidak memungkinkan sehingga

menjadikan seseorang akan memendam keinginannya di dalam hati daripada

membantu orang lain yang sedang membutuhkan bantuan. Banyak orang

bahkan lebih mengutamakan kepentingan pribadi dan bersikap acuh tak acuh

pada lingkungan sekitarnya

Lebih lanjut, lingkungan terdekatlah yang memiliki pengaruh besar

dalam membentuk kepedulian sosial seseorang. Lingkungan terdekat yang

dimaksud ialah keluarga, sekolah, teman-teman, dan lingkungan masyarakat

tempat seseorang itu tinggal. Dari lingkungan tersebutlah seseorang

(19)

bukanlah untuk mencampuri urusan orang lain, akan tetapi lebih pada

membantu sesama manusia baik dalam bentuk materi maupun bantuan tenaga

untuk meringankan kesusahan atau kesulitan yang sedang dihadapi orang lain.

Seiring dengan perkembangan zaman, dinamika masyarakat Indonesia

saat ini memperlihatkan nilai-nilai kepedulian sosial terus mengalami degradasi

terutama di kalangan generasi muda. Nilai-nilai kepedulian sosial yang mulai

luntur seperti gotong royong, tolong menolong, rela berkorban, ikhlas

membantu meringankan beban orang lain dan sebagainya. Penyebab lunturnya

nilai kepedulian sosial tersebut sangat beragam, diantaranya karena

kesenjangan sosial atau status sosial, karena sikap individualis (mementingkan

diri sendiri) dan egois (merasa kepentingan sendiri lebih besar dari kepentingan

sosialnya), kurangnya pemahaman tentang nilai-nilai kepedulian sosial,

kurangnya sikap toleransi, simpati dan empati. Generasi muda yang diharapkan

sebagai penerus bangsa jika tidak memiliki karakter yang mencerminkan

kepribadian bangsa, maka hal tersebut dikhawatirkan akan berdampak buruk

pada kemajuan bangsa dan Negara Indonesia. Jadi, dalam hal ini penting sekali

upaya penguatan kepedulian sosial pada generasi muda.

Berdasarkan wawancara awal yang telah dilakukan dengan saudari

Anindita Rosalia Wijanarko selaku ketua UKM Bakti Sosial menjelaskan

bahwa menurunnya nilai-nilai kepedulian sosial seperti yang telah dijelaskan di

atas juga ditemukan pada mahasiswa di Universitas Negeri Semarang. Dalam

dunia pendidikan, mahasiswa menempati strata tertinggi yang diharapkan

(20)

kehidupan terutama di bidang sosial, akan tetapi mahasiswa sekarang ini

cenderung lebih mementingkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan atau

peduli dengan lingkungan di sekitarnya. Jadi tidak mengherankan jika sekarang

nilai-nilai kepedulian sosial mengalami penurunan.

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dipandang penting upaya yang

bersifat preventif yaitu melalui penguatan nilai kepedulian sosial bagi

mahasiswa. Penguatan nilai tersebut salah satunya dapat dilakukan melalui

kegiatan UKM Bakti Sosial di Universitas Negeri Semarang. UKM Bakti

Sosial adalah suatu unit kegiatan mahasiswa yang bergerak di bidang

pengabdian masyarakat, khususnya pada masalah sosial. UKM Bakti Sosial

merupakan unit kegiatan mahasiswa yang menanamkan nilai-nilai kepedulian

sosial kepada mahasiswa agar mampu meringankan penderitaan sesama

manusia, baik dengan bantuan materi ataupun bantuan tenaga secara sukarela

tanpa pamrih sebagai bentuk kepedulian sosial.

Penguatan nilai kepedulian sosial sangat penting adanya dalam diri

seseorang dan hal tersebut didukung pula dengan penelitian yang telah

dilakukan oleh Annisa Nur Khoiriyah pada tahun 2018 yang berjudul “Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Kepedulian Sosial Siswa MAN 2 Sleman”. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa: Tahap-tahap bimbingan kelompok dalam meningkatkan kepedulian sosial siswa MAN 2 Sleman yaitu:

1) tahap pembentukan adalah tahap awal dari sebuah kelompok yang dimulai

dengan pengumpulan calon anggota kelompok; 2) tahap peralihan adalah tahap

(21)

tahap inti dari kegiatan suatu kelompok; dan 4) tahap pengakhiran adalah tahap

diakhirinya kegiatan dari suatu kelompok. Penelitian ini memiliki perbedaan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Annisa Nur Khoiriyah, di mana dalam

penelitian ini topiknya yakni tentang penguatan nilai kepedulian sosial melalui

kegiatan di UKM Bakti Sosial sedangkan dalam penelitian sebelumnya

topiknya hanya sebatas bimbingan kelompok untuk meningatkan kepedulian

sosial.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

peneliti merasa tertarik utuk melakukan penelitian, dengan judul: “Penguatan

Nilai Kepedulian Sosial Bagi Mahasiswa Melalui Kegiatan UKM Bakti Sosial

di Universitas Negeri Semarang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam

penelitian ini adalah:

1. bagaimana penguatan nilai kepedulian sosial bagi mahasiswa melalui

kegiatan UKM Bakti Sosial di Universitas Negeri Semarang?

2. apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam penguatan nilai

kepedulian sosial bagi mahasiswa melalui kegiatan UKM Bakti Sosial di

(22)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka

tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah untuk mengetahui:

1. bagaimana penguatan nilai kepedulian sosial bagi mahasiswa melalui

kegiatan UKM Bakti Sosial di Universitas Negeri Semarang.

2. apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam penguatan nilai

kepedulian sosial bagi mahasiswa melalui kegiatan UKM Bakti Sosial di

Universitas Negeri Semarang.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini pada intinya berhubungan dengan upaya pengumpulan data

dan informasi mengenai penguatan nilai kepedulian sosial bagi mahasiswa

melalui kegiatan UKM Bakti Sosial di Universitas Negeri Semarang. Adapun

manfaat yang diharapkan dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoretis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya

khazanah keilmuan dalam dunia pendidikan, khususnya berkaitan dengan

penguatan nilai kepedulian sosial bagi mahasiswa melalui kegiatan UKM

Bakti Sosial di Universitas Negeri Semarang.

2. Manfaat Praktis

Selain memberikan manfaat secara teoritis, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan manfaat secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan

(23)

a. Manfaat bagi Pembina UKM Bakti Sosial

Harapannya penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pembina

UKM Bakti Sosial sehingga dapat memberikan pengetahuan lebih pada

mahasiswa tentang pentingnya kepedulian sosial di lingkungannya.

b. Manfaat bagi UKM Bakti Sosial

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi bagi

tim pengelola UKM Bakti Sosial di Universitas Negeri Semarang dalam

hal upaya memaksimalkan penguatan nilai kepedulian sosial pada

mahasiswa.

c. Manfaat bagi Mahasiswa

Sebagai pengetahuan dan informasi tentang penguatan nilai

kepedulian sosial bagi mahasiswa melalui kegiatan UKM Bakti Sosial di

Universitas Negeri Semarang.

E. Batasan Istilah

Suatu penelitian diperlukan gambaran yang jelas mengenai istilah dalam

judul penelitian, untuk itu diberikan batasan-batasan istilah dengan tujuan agar

tetap berada dalam pengertian yang dimaksud dalam judul. Adapun istilah

tersebut adalah sebagai berikut.

1. Penguatan Nilai

Penguatan adalah proses, cara, perbuatan menguati atau menguatkan.

Sedangkan menurut Notonagoro (dalam Suyahmo, 2016:81) nilai adalah

suatu kualitas yang melekat pada suatu hal (objek) sehingga halnya

(24)

menguatkan suatu yang berharga berupa ide dan sifatnya abstrak dapat

diyakini serta dijadikan dasar oleh seseorang dalam bersikap dan bertingkah

laku.

Penguatan nilai yang dimaksud dalam penelitian ini ialah suatu upaya

untuk memperkuat kepedulian sosial mahasiswa melalui kegiatan UKM

Bakti Sosial di Universitas Negeri Semarang. Berbicara tentang penguatan

nilai tentunya sangat penting adanya khususnya bagi mahasiswa di

Universitas Negeri Semarang supaya dapat menguatkan nilai-nilai yang

telah tertanam pada dirinya.

2. Kepedulian sosial

Kepedulian sosial berperan penting dalam membentuk individu yang

peka terhadap lingkungan sosial yang bertujuan meringankan beban orang

lain. Darmiatun (2013:142) mengungkapkan, peduli sosial adalah sikap dan

tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat

yang membutuhkan. Darmiatun (2013:142) mengemukakan bahwa indikator

yang dapat digunakan mendeskripsikan peduli sosial yaitu: (1)

Tolong-Menolong (2) Tenggang Rasa (3) Toleransi (4) Aksi Sosial (5) Berahklak

Mulia.

Kepedulian sosial yang dimaksud bukanlah untuk mencampuri urusan

orang lain, akan tetapi lebih dimaksudkan untuk membantu menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi orang lain dengan tujuan kebajikan atau

(25)

peduli antar mahasiswa yang mengikuti UKM Bakti Sosial di Universitas

Negeri Semarang terhadap lingkungan sosial di sekitarnya.

3. Mahasiswa

Siswoyo (2007:121) mengungkapkan, mahasiswa adalah individu

yang sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun

swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan Perguruan Tinggi.

Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan

dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan

bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat

pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling

melengkapi.

Mahasiswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa

yang menjadi anggota UKM Bakti Sosial dan menempuh pendidikan di

Universitas Negeri Semarang.

4. UKM Bakti Sosial

UKM Bakti Sosial merupakan suatu unit kegiatan mahasiswa atau

suatu program Universitas Negeri Semarang di luar mata kuliah yang

berguna untuk menyalurkan minat dan bakat mahasiswa yang kegiatannya

berkenaan dengan kepedulian sosial. Lebih jelasnya, UKM Bakti Sosial

adalah unit kegiatan mahasiswa yang bergerak pada bidang pengabdian

masyarakat khususnya pada masalah sosial. Ada banyak sekali program

kerja dari UKM Bakti Sosial yaitu: 1) rekreasi bareng; 2) bukber sambang

(26)

mengabdi; 6) unnes fair; 7) Baksos goes to Karimunjawa; 8) bulan Baksos

(Baksos clean day, Baksos sowan, Baksos outbound, Baksos teach, Baksos

care, Baksos cup, dan malam puncak); 9) penggalangan dana; dan 10) pos

belajar.

UKM Bakti Sosial yang dimaksud di sini ialah unit kegiatan

mahasiswa yang program kerjanya berkenaan dengan kepedulian sosial

yaitu: Donor Darah, Baksos Unnes Mengabdi, Rekreasi Bareng, Baksos

Care, dan Penggalangan Dana. 5. Universitas Negeri Semarang

Universitas Negeri Semarang merupakan salah satu perguruan tinggi

negeri yang terletak di Semarang. Universitas Negeri Semarang adalah

perguruan tinggi negeri yang diselenggarakan oleh Kementerian Riset,

Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Republik Indonesia

untuk melaksanakan pendidikan akademik dan profesional dalam sejumlah

disiplin ilmu, teknologi, olahraga, seni, dan budaya.

(https://unnes.ac.id/sejarah-singkat). Universitas Negeri Semarang ialah salah satu perguruan tinggi yang dapat menguatkan nilai-nilai karakter

(27)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Deskripsi Teoretis 1. Penguatan Nilai

a. Pengertian Nilai

Nilai atau value (bahasa Inggris) atau velere (bahasa Latin) berarti

berguna, mampu akan, berdaya, berlaku, dan kuat (Sjarkawi, 2008:29).

Nilai merupakan rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan

(Mulyana, 2004:11). Fitri (2012:89) mengatakan nilai merupakan realita

abstrak. Nilai yang kita rasakan dalam diri kita masing-masing sebagai

daya pendorong atau prinsip-prinsip yang menjadi pedoman dalam hidup.

Oleh sebab itu, nilai menduduki tempat penting dan strategis dalam

kehidupan seseorang, sampai pada suatu tingkat di mana orang lebih siap

untuk mengorbankan hidup mereka daripada mengorbankan nilai.

Nilai sangat dibutuhkan oleh semua manusia mengingat nilai

merupakan landasan dari tingkah laku dan perbuatan manusia (Admizal,

2018:164). Adisusilo (2012:56) mengungkapkan bahwa nilai berasal dari

bahasa Latin vale’re yang artinya berguna, mampu akan berdaya,

berlaku, sehingga nilai diartikan sebagai sesuatu yang dipandang baik,

bermanfaat dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau

(28)

Nilai sebagai sesuatu yang abstrak mempunyai sejumlah indikator

yang dapat dicermati, yaitu:

1) nilai memberi tujuan dan arah (goals or purpose) kemana kehidupan

harus menuju, harus dikembangkan atau harus diarahkan;

2) nilai memberikan aspirasi (aspiration) atau inspirasi kepada seseorang

untuk hal yan berguna, yang baik, yang positif bagi kehidupan;

3) nilai mengarahkan seseorang untuk bertingkah laku (attitudes) atau

bersikap sesuai dengan moralitas masyarakat, jadi nilai itu memberi

acuan atau pedoman bagaimana seharusnya seseorang harus

bertingkah laku;

4) nilai itu menarik (interest), memikat hati seseorang untuk dipikirkan,

untuk direnungkan, untuk memiliki, untuk diperjuangkan dan

dihayati;

5) nilai mengusik perasaan (feelings), hati nurani seseorang ketika

sedang mengalami berbagai perasaan atau suasana hati, seperti

senang, sedih, tertekan, bergembira, bersemangat dan lain-lain;

6) nilai terikat dengan keyakinan atau kepercayaan (beliefs and

convictions) seorang, suatu kepercayaan atau keyakinana terkait dengan nilai-nilai tertentu;

7) suatu nilai menuntut adanya aktivitas (activities), perbuatan atau

tingkah laku tertentu sesuai dengan nilai tersebut, jadi nilai tidak

berhenti pada pemikiran, tetapi mendorong atau menimbulkan niat

(29)

8) nilai biasanya muncul dalam kesadaran, hati nurani atau pikiran

seseorang ketika yang bersangkutan dalam situasi kebingungan,

mengalami dilema atau menghadapi berbagai persoalan hidup

(worries, problems, obstacles).

Dalam sebuah laporan yang ditulis oleh A Club of Rome UNESCO

(Mulyana, 2004:8) nilai diuraikan dalam dua gagasan yang saling

berseberangan. Di satu sisi, nilai dibicarakan sebagai nilai ekonomi yang

disandarkan pada nilai produk, kesejahteraan, dan harga, dengan

penghargaan yang demikian tinggi padahal yang bersifat material.

Sementara di lain hal, nilai digunakan untuk mewakili gagasan atau

makna yang abstrak dan tak terukur dengan jelas. Nilai yang abstrak dan

sulit diukur antara lain keadilan, kejujuran, kebebasan, kedamaian dan

persamaan. Dikemukakan pula, sistem nilai merupakan sekelompok nilai

yang saling berkaitan satu dengan lainnya dalam sebuah sistem yang

saling menguatkan dan tidak terpisahkan. Nilai-nilai itu bersumber dari

agama maupun tradisi humanistik. Tyler sebagaimana dikutip Djemari

(2008:106) mengatakan, nilai adalah suatu objek, aktivitas atau ide yang

dinyatakan oleh individu yang mengendalikan pendidikan dalam

mengarahkan minat, sikap, dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa

sejak manusia belajar menilai suatu objek, aktivitas dan ide sehingga

objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap dan kepuasan. Oleh

karena itu, sekolah harus menolong siswa menemukan dan menguatkan

(30)

kebahagiaan personal dan memberi kontribusi positif terhadap

masyarakat.

Dari berbagai macam pendapat di atas, nilai merupakan suatu yang

abstrak karena nilai dapat dianggap baik dan dapat dianggap buruk. Nilai

yang baik akan mendorong integritas sosial dan nilai yang buruk

cenderung menimbulkan dampak negatif seperti konflik yang akan

memicu perpecahan dalam suatu kelompok. Pada dasarnya nilai akan

memberikan makna yang cukup penting dalam kehidupan manusia

sehari-hari, misalnya nilai yang diartikan sebagai suatu gagasan terkait

apa yang dianggap baik, indah, layak, suatu yang positif dan juga

dikehendaki oleh seluruh lapisan masyarakat tentunya dapat menjadi

cerminan serta gambaran kehidupan dalam tatanan masyarakat yang

saling membantu dalam keteraturan sosialnya.

b. Klasifikasi Nilai

Spranger (dalam Mulyana, 2004:32-36) dalam teori nilai gagasan

Spranger menjelaskan adanya enam orientasi nilai yang sering dijadikan

rujukan oleh manusia dalam kehidupannya. Dalam pemunculannya,

enam nilai tersebut cenderung menampilkan sosok yang khas terhadap

pribadi seseorang. Karena itu, dalam teorinya nilai itu dalam istilah tipe

manusia (the types of man), yang berarti setiap orang memiliki orientasi

yang lebih kuat pada salah satu diantara enam nilai yang terdapat dalam

(31)

1) nilai teoretik

Nilai ini melibatkan pertimbangan logis dan rasional dalam

memikirkan dan membuktikan kebenaran sesuatu. Nilai teoretik

memiliki kadar benar-salah menurut timbangan akal pikiran. Karena

itu, nilai ini erat dengan konsep, aksioma, dalil, prinsip, teori, dan

generalisasi yang diperoleh dari sejumlah pengamatan dan

pembuktian ilmiah. Kadar kebenaran teoretik muncul dalam beragam

bentuk sesuai wilayah kajiannya. Kebenaran teoretik filsafat lebih

mencerminkan hasil pemikiran radikal dan komperhensif atas

gejala-gejala yang lahir dalam kehidupan, sedangkan kebenaran ilmu

pengetahuan menampilkan kebenaran obyektif yang dicapai dari hasil

pengujian dan pengamatan yang mengikuti norma ilmiah. Karena itu,

komunitas manusia yang tertarik pada nilai ini adalah para filosof dan

ilmuwan.

2) nilai ekonomis

Nilai ini terkait dengan pertimbangan nilai yang berkadar

untung-rugi. Obyek yang ditimbangnya adalah “harga” dari suatu

barang atau jasa. Karena itu, nilai ini lebih megutamakan kegunaan

sesuatu bagi kehidupan manusia. Secara praktis nilai ekonomi dapat

ditemukan dalm pertimbangan nilai produksi, pemasaran, konsumsi

barang, perincian kredit keuangan, dan pertimbangan kemakmuran

hidup secara umum. Oleh karena pertimbangan nilai ini relatif

(32)

seringkali terjadi konflik antara kebutuhan nilai ini dengan lima nilai

lainnya (teoretik, estetik, sosial, politik, dan religius). Kelompok

manusia yang memiliki minat kuat terhadap nilai adalah para

pengusaha, ekonom, atau setidaknya orang yang memiliki jiwa

materialistik.

3) nilai estetik

Nilai estetik menempatkan nilai tertingginya pada bentuk dan

keharmonisan. Apabila nilai ini ditilik dari sisi subyek yang

memilikinya, maka akan muncul kesan indah-tidak indah. Nilai estetik

berbeda dengan nilai teoretik. Nilai estetik lebih mencerminkan pada

keragaman, sementara nilai teoretik mencerminkan identitas

pengalaman. Dalam arti kata lain, nilai estetik lebih mengandalkan

pada hasil penilaian pribadi seseorang yang bersifat subyektif,

sedangkan nilai teoretik melibatkan timbangan obyektif yang diambil

dari kesimpulan atas sejumlah fakta kehidupan. Dalam kaitannya

dengan nilai ekonomi, nilai estetik melekat pada kualitas barang atau

tindakan yang diberi bobot secara ekonomis. Ketika barang atau

tindakan memiliki sifat indah maka dengan sendirinya ia akan

memperoleh nilai ekonomis yang tinggi. Nilai estetik banyak dimiliki

oleh para seniman, seperti musisi, pelukis, atau perancang model.

4) nilai sosial

Nilai yang tertinggi yang terdapat dalam nilai ini adalah kasih

(33)

antara kehidupan yang individualistik dengan altruistik atau sifat

sesorang yang selalu mengutamakan kepentingan orang lain. Sikap

tidak berpraduga jelak terhadap orang lain, sosiabilitas, keramahan,

dan perasaan simpati dan empati merupakan perilaku yang menjadi

kunci keberhasilan dalam meraih nilai sosial. Dalam psikologi sosial,

nilai sosial yang paling ideal dapat dicapai dalam konteks hubungan

interpersonal, yakni ketika seseorang dengan yang lainnya saling

memahami. Sebaliknya, jika manusia tidak memiliki perasaan kasih

sayang dan pemahaman terhadap sesamanya, maka secara mental ia

hidup tidak sehat. Nilai sosial banyak dijadikan pegangan hidup bagi

orang yang senang bergaul, suka berderma, dan cinta sesama manusia

atau yang dikenal sebagai sosok filantropik atau sosok yang suka

berbuat kebajikan kepada sesamanya.

5) nilai politik

Nilai tertinggi dalam nilai ini adalah kekuasaan. Karena itu,

kadar nilainya akan bergerak dari intensitas pengaruh yang rendah

sampai pada pengaruh yang tertinggi (otoriter). Kekuatan merupakan

faktor penting yang berpengaruh terhadap pemilikan nilai politik pada

diri seseorang. Sebaliknya, kelemahan adalah bukti dari seseorang

yang kurang tertarik pada nilai ini. Ketika persaingan dan perjuangan

menjadi isu yang kerap terjadi dalam kehidupan manusia, para filosof

melihat bahwa kekuatan (power) menjadi dorongan utama dan berlaku

(34)

kepemilikannya nilai politik memang menjadi tujuan utama orang

tertentu, seperti para politisi atau penguasa.

6) nilai agama

Secara hierarki sebenarnya nilai ini merupakan nilai yang

memiliki dasar kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan

nilai-nilai sebelumnya. Nilai ini bersumber dari kebenaran tertinggi

yang datang dari Tuhan. Cakupan nilainya pun lebih luas. Struktur

mental manusia dan kebenaran mistik-transendetal merupakan dua sisi

unggul yang dimiliki nilai agama. Karena itu, nilai tertinggi yang

harus dicapai adalah kesatuan (unity). Kesatuan berarti adanya

keselarasan semua unsur kehidupan, antara kehendak manusia dengan

perintah Tuhan, antara ucapan dan tindakan, atau antara ‘itiqad dengan

perbuatan. Spanger melihat bahwa pada sisi nilai inilah kesatuan

filsafat hidup dapat dicapai. Di antara kelompok manusia yang

memiliki orientasi kuat terhadap nilai ini adalah para nabi, imam, atau

orang-orang yang shaleh.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui ada berbagai macam

klasifikasi nilai, dan setiap nilai memiliki peranan masing-masing dalam

kehidupan manusia. Dalam hal ini, nilai sosial adalah suatu nilai yang

berkaitan dengan penelitian. Nilai sosial semestinya dijadikan setiap

manusia sebagai pegangan hidup dalam berinteraksi, bergaul,

tolong-menolong, gotong-royong, agar tercipta kehidupan yang aman, tentram

(35)

c. Pengertian Penguatan Nilai

Penguatan adalah proses, cara, perbuatan menguati atau

menguatkan. Dalam hal ini penguatan dapat diartikan sebagai suatu

usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk menguatkan suatu kebaikan

yang berkaitan dengan dirinya atau berkaitan dengan orang lain sesuai

dengan maksud dan tujuannya. Selain itu, perlu diketahui bahwa

siapapun yang menguatkan serta memantapkan seseorang dalam hal

kebaikan untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain tentunya akan

diperoleh balasan kebaikan juga bagi yang menguatkan dan

memantapkan diri seseorang tersebut. Sedangkan menurut Admizal

(2018:164) nilai adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh semua

manusia mengingat nilai merupakan landasan dari tingkah laku dan

perbuatan manusia.

Dari pengertian penguatan dan pengertian nilai dapat ditarik

kesimpulan, penguatan nilai adalah suatu proses menguatkan nilai-nilai

yang dijadikan landasan dalam bertingkah laku di dalam masyarakat.

Koesoema (2010:199) menyatakan, terdapat istilah pendidikan nilai yang

dipahami sebagai sebuah usaha untuk mendagingkan nilai-nilai tertentu

yang bermakna bagi individu maupun sosial demi keberlangsungan

pertumbuhan dan pemanusiaan kehidupan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penguatan nilai adalah suatu

tindakan yang dilakukan untuk menguatkan nilai tertentu yang dianggap

(36)

berada di masyarakat dan nilai yang dianggap baik itu pula dapat

dijadikan sebagai pedoman dalam bertingkah laku manusia di kehidupan

sehari-harinya di dalam masyarakat agar selalu tercipta suasana aman,

tertib dan damai.

d. Faktor yang Menentukan dalam Penguatan Nilai

Penguatan nilai ialah suatu proses menguatkan nilai-nilai yang

dijadikan landasan dalam bertingkah laku di dalam masyarakat.

Penguatan nilai merupakan suatu bagian dari proses pendidikan, dimana

pendidikan berarti mentransfer pengetahuan, penanaman dan penguatan

nilai dari tenaga pendidik kepada anak didiknya. Faktor yang

menentukan dalam penguatan nilai dapat ditemukan dalam faktor-faktor

pendidikan. Hasbullah (dalam Dewi, 2018:25-26) membagi faktor-faktor

tersebut dalam lima faktor, sebagai berikut.

1) Faktor tujuan

Setiap kegiatan apapun bentuk dan jenisnya, sadar atau tidak

sadar, selalu diharapkan kepada tujuan yang ingin dicapai.

Bagaimanapun segala sesuatu atau usaha yang tidak mempunyai

tujuan tidak akan mempunyai arti apa-apa. Dengan demikian, tujuan

merupakan faktor yang sangat menentukan.

2) Faktor pendidik

Pendidik ialah orang yang memikul pertanggungan jawab untuk

(37)

a) orang dewasa;

b) orang tua;

c) guru;

d) pemimpin masyarakat;

e) pemimpin agama.

Bagi seorang pendidik harus memperlihatkan bahwa ia mampu

mandiri, tidak tergantung kepada orang lain. Ia harus mampu

membentuk dirinya sendiri. dia juga bukan saja dituntut bertanggung

jawab terhadap anak didik, namun dituntut pula bertanggung jawab

terhadap dirinya sendiri. Tanggung jawab ini didasarkan atas

kebebasan yang ada pada dirinya untuk memilih perbuatan yang

terbaik menurutnya. Apa yang dilakukannya menjadi teladan bagi

masyarakat.

3) Faktor anak didik

Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang

menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang

menjalankan kegiatan pendidikan. Sedang dalam arti sempit anak

didik ialah anak (pribadi yang belum dewasa) yang diserahkan kepada

tanggung jawab pendidik. Dalam proses pendidikan, kedudukan anak

didik sangat penting. Proses pendidikan tersebut akan berlangsung di

dalam situasi pendidikan yang dialaminya. Dalam situasi pendidikan

(38)

4) Faktor alat pendidikan

Maksud dari alat pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi

yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan

yang tertentu. Alat pendidikan merupakan faktor pendidikan yang

sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan

yang diinginkan.

5) Faktor lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang menentukan karena

pengaruhnya yang sangat besar terhadap anak didik. Anak tinggal

dalam lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi

anak. Pada dasarnya faktor lingkungan ini meliputi:

a) tempat (lingkungan fisik) keadaan iklim, keadaan tanah, dan

keadaan alam;

b) kebudayaan (lingkungan budaya) dengan warisan budaya tertentu,

seperti bahasa, seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup,

dan keagamaan;

c) kelompok hidup bersama (lingkungan sosial atau masyarakat)

keluarga, kelompok bermain, desa, dan perkumpulan.

Faktor tujuan, pendidik, anak didik, alat pendidik, serta

lingkungan sebagai faktor-faktor yang menentukan dalam proses

penguatan nilai. Faktor-faktor tersebut dapat menjadi acuan berhasil

(39)

e. Metode Penguatan Nilai

Dalam penguatan nilai pada diri mahasiswa tentunya diperlukan

suatu metode atau cara supaya proses penguatan nilai dapat terlaksana

dengan baik. Penguatan nilai merupakan suatu bagian dari proses

penanaman nilai. Metode yang menentukan dalam penguatan nilai dapat

ditemukan dalam metode penanaman nilai. Mulyasa (2013:165)

menyatakan metode-metode tersebut dibagi menjadi tiga, sebagai berikut.

1) Pembiasaan

Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara

berulang-ulang agar sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Pembiasaan

sebenarnya berintikan pengalaman, yang dibiasakan itu adalah sesuatu

yang istimewa, yang dapat menghemat kekuatan, karena akan menjadi

kebiasaan yang melekat dan spontan, agar kekuatan itu dapat

dipergunakan untuk berbagai kegiatan dalam setiap pekerjaan dan

aktivitas lainnya. Pembiasaan dalam pendidikan hendaknya dimulai

sedini mungkin. Pembiasaan dapat mendorong mempercepat perilaku

dan tanpa pembiasaan hidup seseorang akan berjalan lamban, sebab

sebelum melakukan sesuatu harus memikirkan terlebih dahulu apa

yang akan dilakukannya.

Dalam bidang psikologi pendidikan, metode pembiasaan dikenal

dengan istilah operan conditioning, mengajarkan peserta didik untuk

membiasakan perilaku terpuji, disiplin, giat belajar, bekerja keras,

(40)

Pembiasaan akan membangkitkan internalisasi nilai dengan cepat,

karena nilai merupakan suatu penetapan kualitas terhadap objek

menyangkut suatu jenis aspirasi atau minat.

2) Keteladanan

Pribadi pendidik memiliki andil yang sangat besar terhadap

keberhasilan pendidikan, terutama dalam pendidikan karakter, yang

sangat berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Hal ini

sangat dimaklumi karena manusia merupakan mahluk yang suka

mencontoh, termasuk peserta didik mencontoh pribadi pendidik dalam

proses pembentukan pribadinya. Pribadi pendidik akan menjadi

teladan, diteladani, atau keteladanan bagi peserta didik.

3) Bermain peran

Melalui bermain peran, para peserta didik mencoba

mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara

memperagakannya dan mendiskusikannya sehingga secara bersamaan

para peserta didik dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan,

sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah. Metode

bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan sosial. Dari dimensi

pribadi, metode ini berusaha membantu para peserta didik

menemukan makna dari lingkungan lingkungan sosial yang

bermanfaat bagi dirinya. Dalam pada itu, melalui model ini para

peserta didik diajak untuk belajar memecahkan masalah-masalah

(41)

yang beranggotakan teman-temannya. Dari dimensi sosial, metode ini

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama

dalam menganalisis situasi-situasi sosial, terutama masalah yang

menyangkut hubungan antar pribadi peserta didik.

Hakikat bermain peran dalam pendidikan karakter terletak pada

keterlibatan emosional pemeran dan pengamat dalam situasi masalah

yang secara nyata dihadapi. Melalui bermain peran, diharapkan para

peserta didik dapat (1) mengeksplorasi perasaan-perasaannya, (2)

memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan persepsinya, (3)

mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah

yang dihadapi, dan (4) mengeksplorasi inti permasalahan yang

diperankan melalui berbagai cara.

Dalam proses penguatan nilai, metode yang tepat untuk digunakan

dalam menguatkan nilai pada diri mahasiswa melalui kegiatan UKM

Bakti Sosial sama seperti yang telah dijelaskan di atas, akan tetapi hanya

menggunakan dua metode dari tiga metode yang telah dijelaskan yakni:

pembiasaan dan bermain peran.

2. Kepedulian Sosial

a. Pengertian Kepedulian

Kepedulian berasal dari kata peduli. Peduli adalah sikap dan

perbuatan yang diarahkan untuk berbagi dan membantu orang lain dan

berbuat untuk memelihara lingkungan alam secara berkelanjutan (Tijan

(42)

memperlakukan orang lain dengan sopan, bertindak santun, toleran

terhadap perbedaan, tidak suka menyakiti orang lain, mau mendengar

orang lain, mau berbagi, tidak merendahkan orang lain, tidak mengambil

keuntungan dari orang lain, mampu bekerjasama, mau terlibat dalam

kegiatan masyarakat, menyayangi manusia dan mahluk lain, setia, cinta

damai dalam menghadapi persoalan.

Rachman, dkk (2017:230) mendefinisikan kepedulian sebagai sifat

peduli atau memprihatinkan atau ikut merasakan kesulitan/ masalah yang

dialami orang lain kemudian secara aktif ikut membantu mengatasinya.

Kepedulian berkembang dari sikap simpati yang berkembang menjadi

empati. Dalam kehidupan sehari-hari kita bergaul dengan teman, saudara,

tetangga, dan kelompok masyarakat lainnya. Untuk mencapai kehidupan

bersama yang damai, kita harus peduli terhadap masalah atau kesulitan

yang dialami orang lain. Selanjutnya, kita berusaha sesuai kemampuan

kita untuk mengatasi kesulitan atau memecahkan masalah tersebut. Jika

kita peduli terhadap orang lain, maka orang lain juga akan peduli kepada

kita sehingga tercipta kehidupan saling menyayangi, saling menghormati,

dan cinta damai. Contoh sikap kepedulian adalah (1) memberi makan/

minum kepada pengemis, (2) menyantuni yatim piatu, (3) menjenguk

teman sakit, (4) menjadi donor darah, (5) membantu korban bencana, (6)

menolong korban kecelakaan, (7) meminjamkan pensil kepada teman, (8)

(43)

ibu tanpa diminta, (10) membersihkan rumah atau kelas yang dalam

keadaan kotor dan sebagainya.

Kepedulian itu sangat penting adanya dan harus selalu tertanam di

dalam diri setiap orang serta penting untuk dilakukan penguatan

kepedulian pada diri setiap orang. Kepedulian di sini dapat didefinisikan

sebagai suatu perbuatan atau tindakan seseorang untuk selalu berbuat

kebaikan, membantu meringankan beban hidup orang lain, menolong

orang yang sedang berada dalam kesulitan atau kesusahan, rela

berkorban dengan ketulusan dan keikhlasan tanpa mengharapkan suatu

imbalan. Begitu sangat mendalam makna dari kata kepedulian tersebut,

sehingga diharapkan sikap kepedulian selalu diterapkan manusia dalam

kehidupan di masyarakat agar terciptanya suasana yang tentram dan

harmonis.

b. Pengertian Kepedulian Sosial

Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin

memberikan bantuan kepada orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan (Kemendiknas, 2010:29). Kurniasih (2017:139)

mengungkapkan, Peduli sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu

ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan.

Kurniawan (Admizal, 2018:165) menjelaskan, kepedulian sosial

adalah tindakan, bukan hanya sebatas pemikiran atau perasaan. Tindakan

(44)

kemauan melakukan gerakan sekecil apapun. Murniati (2011:206) mengungkapkan, kata “kepedulian sosial” dalam kehidupan bermasyarakat lebih kental diartikan sebagai perilaku baik seseorang

terhadap orang lain sekitarnya, misalnya, orang yang kuat membantu

yang lemah, yang kaya membantu yang miskin, menyantuni anak yatim,

orang jompo, atau para kerabat yang hidup dalam kekurangan, dan

sebagainya. Perilaku-perilaku tersebut pada hakekatnya merupakan

bagian kecil dalam kehidupan bermasyarakat. Kemudian, Darmiatun

(2013:142) mengemukakan bahwa indikator yang dapat digunakan

mendeskripsikan kepedulian sosial yaitu: 1) tolong-menolong; 2)

tenggang rasa; 3) toleransi; 4) aksi sosial; 5) berahklak mulia.

Kepedulian sosial merupakan salah satu pendidikan karakter yang

harus diajarkan kemudian dilakukan penguatan kepada seseorang dan

harus diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kepedulian sosial dapat

diartikan sebagai sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan

pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Oleh karena itu,

kepedulian sosial adalah minat atau ketertarikan seseorang untuk

membantu orang lain. Perlu diketahui bahwa lingkungan terdekat seperti

keluarga, teman sebaya, tempat pendidikan, masyarakat dan lainnya

sangat berpengaruh besar dalam menentukan tingkat kepedulian sosial

(45)

c. Jenis-Jenis Kepedulian Sosial

Purwulan (2014:61) Kepedulian sosial dapat dikategorikan menjadi

3 jenis, yaitu:

1) kepedulian dalam suka maupun duka. Kepedulian atau kepekaan diri

timbul tanpa membedakan situasi baik dalam situasi suka maupun

duka, turut merasakan apa yang sedang dirasakan atau dialami oleh

orang lain;

2) kepedulian pribadi dan bersama. Kepedulian timbul karena gerak hati

yang sifatnya pribadi namun juga disaat kepedulian harus dilakukan

bersama yang sifatnya komunitas dan kegiatannya berkelanjutan;

3) kepedulian mendesak. Kepedulian yang bersifat kepentingan bersama

dan harus diutamakan. Prinsip berlaku “kepentingan umum diatas kepentingan pribadi ataupun golongan”.

d. Cara Pembentukan Nilai Kepedulian Sosial

Berikut ini adalah berbagai macam cara dalam proses pembentukan

kepedulian sosial pada diri seseorang, yaitu:

1) mengamati dan meniru perilaku peduli sosial orang-orang yang

diidolakan;

2) melalui proses pemerolehan informasi verbal tentang kondisi dan

keadaan sosial orang yang lemah sehingga dapat diperoleh

pemahaman dan pengetahuan tentang apa yang menimpa dan

dirasakan oleh mereka dan bagaimana ia harus bersikap dan

(46)

3) melalui penerimaan penguat/reinforcement berupa konsekuensi logis

yang akan diterima seseorang setelah melakukan kepedulian sosial.

Pendapat Character Counts (six Pilar of Character Education)

(dalam Samani, 2011:56) mengenai cara untuk menjadi orang yang

memiliki sikap kepedulian sosial, yaitu:

1) perlakukan orang lain dengan penuh kebaikan dan kedermawanan;

2) bantulah orang yang memerlukan bantuan;

3) pekalah terhadap perasaan orang lain;

4) jangan pernah menjadi kasar atau senang menyakiti hati;

5) pikirkanlah bagaimana tindakanmu akan dapat menyakiti hati atau

melukai hati orang lain;

6) selalu ingatlah akan menjadi orang yang peduli dengan perbuatan

yang dilandasi kepedulian.

Rachman, dkk (2017:230-231) menungkapkan, cara menerapkan

kepedulian dalam kehidupan sehari-hari adalah: (1) jika ada orang yang

minta-minta diberi seikhlasnya, (2) memberikan tempat duduk kita

kepada orang tua yang berdiri di angkutan umum, (3) mengajak

teman-teman untuk menjenguk teman-teman yang sedang sakit, (4) membersihkan

kelas yang kotor walaupun tidak sedang piket, (5) mengumpulkan

bantuan jika ada orang kena musibah, (6) berbagi makanan dengan teman

di sekolah, (7) meminjami teman yang kehilangan pensil, dan lain-lain.

Begitu amat penting sikap kepedulian sosial bagi kehidupan

(47)

dibayangkan ketika banyak orang tidak memiliki kepedulian sosial

terhadap sesamanya, maka akan terjadi perpecahan di dalam masyarakat

tersebut.

3. Mahasiswa

a. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah seorang peserta didik berusia 18 sampai 25

tahun yang terdaftar dan menjalani pendidikannnya di perguruan tinggi

baik dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas

(Hulukati, 2018:74). Hartaji (2012:5), mahasiswa adalah seseorang yang

sedang dalam proses menimba ilmu ataupun belajar dan terdaftar sedang

menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang

terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.

Salam (2004:69) menyatakan, mahasiswa adalah kelompok manusia

penganalisis yang bertanggung jawab untuk mengembangkan

kemampuan penalaran individualnya. Dan mahasiswa juga memiliki

tugas yang harus diembannya yaitu (1) mengembangkan penalaran

individualnya, (2) mengembangkan praktik komunikasi teratur yang

sesuai dengan disiplin budaya, ilmu yang memberikan batas-batas

tertentu sesuai dengan hukum dan nilai-nilai yang berlaku, (3) pembinaan

karakter, cinta tanah air, dan lain-lain, (3) mengeluarkan pendapat yang

didapat dari penalaran, dengan cara-cara yang lazim dipakai dalam dunia

(48)

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun

2012 Tentang Pendidikan Tinggi, mahasiswa adalah peserta didik pada

jenjang Pendidikan Tinggi. Mahasiswa merupakan anggota Sivitas

Akademika diposisikan sebagai insan dewasa yang memiliki kesadaran

sendiri dalam mengembangkan potensi diri di Perguruan Tinggi untuk

menjadi intelektual, ilmuwan, praktisi, dan/ atau profesional. Mahasiswa

di sini diharapkan mampu secara aktif mengembangkan potensinya

dengan melakukan pembelajaran, pencarian kebenaran ilmiah, dan/atau

penguasaan, pengembangan, dan pengamalan suatu cabang Ilmu

Pengetahuan dan/atau Teknologi untuk menjadi ilmuwan, intelektual,

praktisi, dan/atau profesional yang berbudaya. Mahasiswa juga memiliki

kebebasan akademik dengan mengutamakan penalaran dan akhlak mulia

serta bertanggung jawab sesuai dengan budaya akademik.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan, mahasiswa

merupakan komponen terpenting dalam pendidikan tinggi dan sedang

menempuh pendidikan di dalamnya yang berusia 18-25 tahun.

b. Peran dan Fungsi Mahasiswa

Mahasiswa ialah seseorang yang memiliki potensi dalam

memahami perubahan dan perkembangan di dunia pendidikan dan

lingkungan masyarakat. Mahasiswa memiliki posisi dan peran sebagai

agent of change, social controler, dan the future leader. Mahasiswa sebagai generasi muda dalam tatanan masyarakat yang mau tidak mau

(49)

pasti terlibat langsung dalam tiap fenomena sosial, oleh karena itu

mahasiswa harus mampu menyesuaikan diri di lingkungan masyarakat.

Berikut ini beberapa peran dan fungsi dari mahasiswa.

1. Mahasiswa sebagai ‘iron stock”

Mahasiswa sebagai “iron stock”, sebagai mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia yang memiliki kemampuan dan akhlak

yang mulia, di sini mahasiswa berperan sebagai pengganti

generasi-generasi sebelumnya, yaitu sebagai cikal bakal atau cadangan untuk

masa depan yang akan memajukan bangsa ini. Karena kalau bukan

generasi-generasi muda yang akan menjadi penerus bangsa, maka

siapa lagi yang akan memajukan bangsa yang tercinta ini tanah air

Indonesia. Kemudian dalam dunia kampus dari kemahasiswaanya

menjadi momentum yang sangat bagus untuk mengkaderisasi

penerus-penerus bangsa nantinya.

2. Mahasiswa sebagai “agent of change”

Mahasiswa sebagai “agent of change”, sesuai dengan artinya agen perubahan, sebagai mahasiswa juga berperan sebagai agen

perubahan untuk masyarakat, sebab mahasiswa itu sebagai langkah

terakhir untuk para pelajar, untuk penempuh pendidikan yang lebih

tinggi, mahasiswa itu seperti ditinggikan. Dengan mendapat gelar para

mahasiswa sebagai agen perubahan, seharusnya bersungguh-sungguh

dalam menuntut ilmu setinggi-tingginya agar dapat mengaplikasikan

(50)

agen perubahan bangsa yang lebih maju. Bukan malah membuat gelar

itu hanya menempel sebagai mahasiswa, sebab gelar yang telah

diberikan kepada mahasiswa sebagai agen perubahan itu bukan

diberikan begitu saja tetapi di dalam gelar itu terdapat sebuah harapan

untuk perubahan bangsa ini, dari bangsa yang tidak terarah menjadi

bangsa yang lebih terarah. Kebanyakan mahasiswa mungkin tidak

menyadari bahwa sebagai mahasiswa telah menjadi tumpuan “kebangkitan” untuk bangsa Indonesia yang lebih maju lagi.

3. Mahasiswa sebagai “guardian of value”

Mahasiwa sebagai “guardian of value”. Guardian of value artinya penjaga nilai-nilai. Sesuai dengan artinya di sini sebagai

mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-nilai, nilai-nilai tersebut

bukanlah nilai-nilai yang negatif malainkan nilai-nilai yang positif.

Nilai positif yang bisa membawa nagara ini lebih maju yaitu nilai “kebaikan” yang ada dalam masyarakat Indonesia. Sebagai mahasiswa jangan membiarkan nilai kebaikan yang dari dulu telah ada itu hilang,

terus berubah menjadi nilai keburukan kepada masyarakat Indonesia.

Mahasiswa telah dipercaya sebagai kalangan muda yang mampu

menjaga dan mencari nilai-nilai kebaikan yang lebih baik lagi.

Sekarang ini sudah banyak nilai-nilai keburukan yang ada dalam

Negara Indonesia seperti maraknya terjadi korupsi oleh

pejabat-pejabat besar, hukum-hukum yang berlaku di negara ini bagaikan

(51)

kalangan-kalangan bawah yang ekonominya lemah yang mencuri

sandal jepit hukumannya lebih berat dibandingkan pejabat-pejabat

tinggi yang telah melakukan korupsi, yang notabenenya telah

mengambil uang Negara. Maka dari itu sebagai mahasiswa harus bisa

menghilangkan budaya buruk seperti itu, dan harus menjaga nilai-nilai

kebaikan yang sudah ada agar bisa mengarahkan Negara ini kearah

yang lebih maju lagi.

4. Mahasiswa sebagai “moral force”

Mahasiswa sebagai “moral force”, sebagai mahasiswa berperan sebagai kekuatan moral. Gelar moral force ini diberikan kepada

mahasiswa oleh masyarakat, sebab mahasiswa salah satunya yang

akan menjadi kekuatan moral untuk negri. Sebagai mahasiswa harus

memiliki acuan dasar dalam berprilaku. Acuan dasar itu adalah

tingkah laku, perkataan, cara berpakaian, cara bersikap, dan lain

sebagainya yang berhubungan dengan moral yang baik. Semua acuan

itu harus selalu diperbaiki agar memiliki moral yang baik, bukanya

moral yang buruk. Di sini mahasiswa dituntut untuk keintelektualan

dalam kekuatan moral di dalam masyarakat.

5. Mahasiswa sebagai “social control”

Mahasiswa sebagai “social control”, sebagao mahasiswa harus berperan sebagai pengontrol kehidupan sosial. Dalam hal ini

mahasiswa bisa mengontrol kehidupan masyarakat, dengan cara

(52)

menyampaikan aspirasi yang telah dikeluarkan oleh masyarakat

kepada pemerintah. Mahasiswa juga sebagai gerakan yang mengkritisi

kebutuhan politik ketika ada kebijakan diberikan oleh pemerintah

yang tidak baik atau tidak bijak bagi masyarakat. Cara mahasiswa

mengkritisi pemerintahan tersebut juga dengan banyak cara,

contohnya dengan menyampaikan aspirasi lewat media massa maupun

dengan berdemonstrasi, dan lain sebagainya

(http://abulyatama.ac.id/?p=4868).

Mahasiswa memiliki peran dan fungsi seperti yang telah dijelaskan

di atas. Mahasiswa merupakan peserta didik yang sedang menempuh

pendidikan di perguruan tinggi atau di suatu universitas. Sebagai seorang

mahasiswa tentunya sangat diharapkan oleh masyarakat dan bangsa

Indonesia untuk menjadi generasi penerus perjuangan bangsa.

Mahasiswa dapat mengubah bangsa ini menjadi bangsa yang lebih maju

apabila dapat merealisasikan dan menggabungkan perannya sebagai

mahasiswa yang melanjutkan dan mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia

di hari esok.

4. UKM Bakti Sosial a. Pengertian UKM

Sadewa (2016:135) menjelaskan, Unit Kegiatan Mahasiswa

(UKM) adalah lembaga kemahasiswaan tempat berhimpunnya para

mahasiswa yang memiliki kesamaan minat, kegemaran, kreativitas, dan

(53)

Unit Kegiatan Mahasiswa pada perguruan tinggi memiliki andil yang

cukup besar bagi perguruan tinggi, hal ini dikarenakan kegiatan

ekstrakurikuler dapat membentuk pribadi mahasiswa yang berwawasan,

bersosialisasi, beradaptasi dengan orang sekitar dan lingkungan, kreatif

dan melatih diri menjadi pemimpin dalam organisasi, yang tentunya

hal-hal di atas tidak didapatkan mahasiswa dalam kegiatan perkuliahan

didalam kelas.

Unit Kegiatan Mahasiswa atau yang disingkat dengan UKM adalah

suatu aktivitas kemahasiswaan di luar kelas untuk mewadahi dan

mengembangkan minat, bakat serta keahlian tertentu yang dimiliki oleh

mahasiswa dari segala program studi. Unit Kegiatan Mahasiswa

merupakan tempat yang cocok untuk bersosialisasi dan mengenal dunia

luar. Dengan berkenalan dengan banyak teman, maka pengalaman yang

didapat akan semakin beragam. Dalam dunia perkuliahan, IPK tinggi

belum tentu menjamin akan memperoleh kesuksesan dan keberhasilan.

Maka sebagai mahasiswa yang nantinya akan terjun dalam masyarat akan

lebih baik jika ikut bergabung dengan salah satu UKM yang diminati,

karena hal tersebut dapat menambah keterampilan mahasiswa seperti

lancar dalam public speaking, mampu bersosialisasi dan berkomunikasi

dengan baik, dan sebagainya.

b. Jenis-jenis UKM

Secara umum, di suatu universitas tentunya terdapat beberapa unit

(54)

dalam 3 jenis yang merupakan suatu wadah yang dapat mengembangkan

bakat dan juga menambah pengalaman mahasiswa. jenis-jenis dari

kegiatan UKM yakni sebagai berikut.

1. UKM Olahraga

UKM ini diperuntukkan untuk mahasiswa yang gemar

berolahraga ataupun yang bercita-cita untuk menjadi seorang atlet

professional yang berprestasi. Kegiatan yang ada pada UKM olahraga

antara lain futsal, sepakbola, bulutangkis, bola voli, bola basket, tenis

meja dan masih banyak yang lain.

Jika seorang mahasiswa suka berolahraga yang berhubungan

dengan bola besar, maka bergabunglah dengan UKM sepakbola,

futsal, bola voli dan bola basket. Dan jika seorang mahasiswa lebih

suka bermain bola kecil, maka bergabunglah dengan UKM tenis meja

dan bulutangkis. Untuk yang lebih suka kegiatan atletik, dapat

bergabung dengan UKM lari, lompat jauh, lempar bola, lempar

lembing, panjat tebing, renang, karate dan pencak silat.

2. UKM Kesenian

UKM Kesenian adalah kegiatan mahasiswa yang mewadahi

berbagai macam bidang kesenian, seperti gamelan, tari, musik, band,

sholawat, teater, seni lukis, desain grafis dan banyak kegiatan

kesenian lainnya. Jika mahasiswa memiliki bakat dan minat di bidang

Gambar

Tabel 3.1 Data Informan
Gambar 4.1 Struktur Organisasi UKM Bakti Sosial  Sumber: Dokumentasi UKM Bakti Sosial
Gambar 4.2 Kegiatan Donor Darah di C3 FE Unnes  Sumber: Dokumentasi UKM Bakti Sosial
Gambar 4.3 Kegiatan Donor Darah di D1 FMIPA Unnes  Sumber: Dokumentasi UKM Bakti Sosial
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dalam Tugas Akhir ini akan dibuat sebuah Aplikasi Sistem Informasi Akademik Berbasis Web yang merupakan suatu sistem yang memberikan informasi laporan

Manufaktur V 01 Praktek Motor Bensin & Motor Diesel 2 Sunaryo, S.Pd.T, M.Pd. Manufaktur V 01 Praktek Teknik Bodi & Pengecatan 2 Sunaryo,

2. Simpan dengan nama unitku.pas. Kompilasi dan pastikan Anda sudah mempunyai file unitku.tpu. Tuliskan program berikut ini untuk menguji unit yang telah dibuat. Akhir program

pendahuluan atau latar belakang), dan harus sesuai dengan materi yang telah di jelaskan pada pertemuan di kelas sebelumnya (jadi tidak boleh lagi isi resume

Hasil uji simultan menunjukkan bahwa inflasi, tingkat suku bunga SBI, pendapatan per kapita dan ekspor memiliki pengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah dan

Sistem informasi merupakan sekumpulan unsur atau elemen yang saling berkaitan serta saling berpengaruh dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai tujuan yang telah

5) Penyimpangan sintaksis. Kata-kata dalam puisi tidak membangun kalimat, tetapi membangun larik atau baris. Larik-larik puisi tidak harus berupa kalimat karena makna yang dikemukakan

Selain itu, tujuan akhir dari program ini adalah lebih kepada pariwisata yang ada di Desa Sidowayah semakin maju dan mempunyai banyak pengunjung yang