• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. PADLAN, pemanfaatan pestisida nabati ekstrak daun babadotan (Ageratum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. PADLAN, pemanfaatan pestisida nabati ekstrak daun babadotan (Ageratum"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

4

ABSTRAK

PADLAN, pemanfaatan pestisida nabati ekstrak daun babadotan (Ageratum

conyzoides L) untuk mengendalikan hama belalang Bertanduk panjang (Sexava nubila L.)

di bawah bibingan F. Silvi Dwi Mentari, S.Hut,MP.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas daun babadotan (Ageratum conyzoides L) terhadap pengendalian hama belalang pada aplikasi dosis yang berbeda.

Pengamatan dilakukan kurang lebih 2 hari terhitung dari tanggal 22 Juli sampai dengan 24 Juli 2009, mulai dari pengambilan data pertama hingga pengambilan data terakhir. Penelitian ini dilaksanakan di areal kampus tepatnya di Asrama Wana Sari Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan dan 10 kali ulangan, dengan taraf perlakuan aplikasi pestisida nabati yaitu :

P1 : pemberian ekstrak daun babadotan 25 ml : 50 ml air. P2 : pemberian ekstrak daun babadotan 50 ml : 50 ml air. P3 : pemberian ekstrak daun babadotan 100 ml : 50 ml air.

Hasil terbaik diduga ditunjukkan oleh perlakuan P1 (pemberian ekstrak daun babadotan 25 ml : 50 ml air), disusul perlakuan P2 (pemberian ekstrak daun babadotan 50 ml : 50 ml air), dan diikuti perlakuan P3 (pemberian ekstrak daun babadotan 100 ml : 50 ml air).

(6)

5

RIWAYAT HIDUP

PADLAN. Lahir pada tanggal 10 Januari 1985 di Desa Sesayap Kabupaten

Tanah Tidung Kalimantan Timur dan merupakan anak 5 dari 10 bersaudara pasangan Bapak Abdul Manap dan Ibu Siti Hajar (almarhum).

Pada tahun 1991 mulai menempuh pendidikan Sekolah Dasar SDN 015 di Kabupaten Tanah Tidung Kalimantan Timur dan lulus pada Tahun 1997, setelah itu melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP Negeri 02 Tarakan dan lulus pada Tahun 2000, kemudian pada tahun 2003 melanjutkan ke Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri Malinau dan lulus pada tahun 2006.

Pada tahun 2006 melanjutkan pendidikan tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Jurusan Pengelolaan Hutan Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan. Pada tahun 2009 melaksanakan Praktek Kerja Lapang di Perusahaan Perkebunan PT. Sawit Prima Nusantara Desa Mata Air Kecamatan Kaubun Kabupaten Kutai Timur Propinsi Kalimantan Timur.

(7)

6

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji dan Syukur Kehadirat Allah SWT, karena atas Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan karya ilmiah ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Kedua Orang tua yang telah memberikan dukungan secara penuh sehingga

penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan karya ilmiah ini sesuai pada waktunya.

2. F. Silvi Dwi Mentari, S.Hut,MP selaku dosen pembimbing yang telah banyak mengarahkan penulis mulai dari persiapan sampai penyusunan laporan karya ilmiah ini.

3. Jamaluddin, SP, MSi selaku dosen penguji yang telah memberikan masukkan dan saran kepada penulis demi kesempurnaan laporan karya ilmiah ini.

4. Rekan-rekan mahasiswa yang telah banyak membantu dalam pelaksanaan dan penyus unan laporan karya ilmiah ini.

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, karena telah memberikan sumbangsihnya terhadap terselesaikannya laporan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa laporan karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, namun laporan ini merupakan karya tulis terbaik yang dapat penulis sajikan pada kesempatan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis

(8)

7

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I. PENDAHULUAN ... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

A. Pestisida Nabati ... 4

B. Babadotan (Ageratum conyzoides L) ... 10

C. Belalang Bertanduk Panjang (Sexava nubila L.) ... 12

III. METODE PENELITIAN ... 14

A. Tempat dan Waktu ... 14

B. Alat dan Bahan ... 14

C. Rancangan Penelitian ... 14

D. Prosedur Kerja ... 15

E. Pengambilan dan Pengolahan Data ... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

A. Hasil ... 18

B. Pembahasan ... 19

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 21

A. Kesimpulan ... 21

B. Saran ... 21

DAFTAR PUSTAKA ... 22

(9)

8

DAFTAR TABEL

Tubuh Utama

Nomor Halaman

1. Pengamatan Persentase Kematian Dalam Ruangan Tertutup... 18 2. Pengamatan Persentase Kematian Dalam Ruangan Terbuka.... 19

(10)

9

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Penakaran Larutan Semprot... 24 2. Aplikasi Pestisida Nabati Ekstrak Daun

Babadotan... 25 3. Hasil Setelah Aplikasi Ekstrak Daun Babadotan Pada

Serangga uji... 26 4. Hasil Setelah Aplikasi Ekstrak Daun Babadotan Pada

(11)

10

I. PENDAHULUAN

Tanaman perkebunan merupakan komoditi yang mempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi. Apabila dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan sebagi pemasok devisa negara. Berbagai upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi dalam sektor pertaian salah satunya program dengan pestisida nabati adalah faktor yang sangat penting di dalam intensifikasi pengendalian hama dan penyakit tanaman yang mana hal ini dapat menurunkan produksi yang merugikan masyarakat.

Budidaya tanaman perkebunan sering mengalami gangguan atau dirusak oleh organisme penggangu tanaman (OPT) yang secara ekonomis akan sangat merugikan masyarakat. Organisme pengganggu tersebut dikenal sebagai hama tanaman, penyakit tanaman dan gulma.

Kegiatan perlindungan tanaman dan pengendalian terhadap hama tanaman dapat dilakukan dengan cara meggunakan pestisida kimia, mekanis, hayati dan kultur teknis.

Pestisida nabati ini sangat baik digunakan sebagai pengendalian hama yang telah kebal terhadap pestisida sintetis selain itu, pestisida nabati ini dikenal sebagai pestisida yang ramah lingkungan meskipun daya bunuh pestisida nabati ini rendah dan lemah, tetapi pestisida nabati ini dapat membantu masyarakat tani untuk menangani masalah-masalah yang dihadapi masyarakat tani untuk mengatasi kerugia n yang ditimbulkan akibat dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).

(12)

11

Hama adalah hewan atau binatang yang sering menyerang atau menganggu tanaman masyarakat akibat dari serangan hama ini masyarakat mengalami kerugian dan masalah yang sangat besar dalam meningkatkan produksi dari hasil perkebunan dan pertanian.

Pengendalian hama ini sangat penting dilakukan baik itu dilakukan dengan cara menggunakan pestisida kimia, mekanis, hayati dan kultur teknis. Untuk memperbaiki atau meningkatkan produksi hasil pertanian dan perkebunan masyarakat, jika tidak dikendalikan maka masyarakat akan mengalami kerugian yang besar seperti banyaknya tanaman yang mati, rusak, menurunnya hasil produksi pertanian, menurunnya kualitas dan kuantitas hasil perkebunan akibat dari serangan hama tersebut.

(Kardinan, 2000) diantaranya kasus keracunan, polusi lingkungan yaitu

kontaminasi air tanah, udara dan dalam jangka panjang dapat terjadi kontaminasi terhadap manusia dan kehidupan lainnya perkembangan serangga menjadi resisten, resurgen atau toleran terhadap pestisida.

Dalam masalah produksi pertanian, khusunya produksi pangan menjadi masalah yang sangat dilematis, di satu sisi penggunaan pestisida sintetis sangat dibutuhkan dalam produktifitas hasil pertanian walaupun telah disadari pula dampak negatif yang ditimbulkan tidak kecil.

Dalam rangka mengurangi akibat yang kurang baik dari penggunaan pestisida sintetis atau kimia, maka perlu dicari pestisida alami yang aman akan lingkungan, dan mudah diperoleh, salah satunya penggunaan pestisida nabati alami yang berasal dari tumbuhan yaitu salah satunya seperti tanaman babadotan

(13)

12

yang bisa dibuat pestisida nabati, ekstrak daun babadotan ini bisa menggantikan pestisida sintetis atau kimia, karena bahan kandungan aktif pada ekstrak daun babadotan berupa senyawa yang digunakan sebagai insektisida untuk mengendalikan hama.

Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas daun babadotan (Ageratum conyzoides L) terhadap pengendalian hama belalang.

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi tentang pemanfaatan daun babadotan sebagai pestisida nabati dalam memberantas hama belalang perusak daun tanaman perkebunan.

(14)

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pestisida Nabati

1. Mengenal Pestisida Nabati

Untuk menghadapi berbagai tantangan pembangunan pertanian, pemerintah bersama masyarakat harus mampu membuat terobosan-terobosan dengan berbagai alternarif yang dapat memberikan jalan keluar dari permasalahan dengan tidak melupakan keperdulian terhadap lingkungan dan mengutamakan keberpihakkan kepada petani. Suatu alternatif pengendalian hama penyakit yang murah, praktis dan relatif aman terhadap lingkungan sangat diperlukan oleh negara berkembang seperti Indonesia dengan kondisi pertaniannya yang memiliki modal terbatas untuk membeli pestisida sintetis. Oleh sebab itu, sudah tiba saatnya untuk memasyarakatkan pestisida nabati yang ramah lingkungan.

Secara umum, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan, oleh karena terbuat dari bahan alami/nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkuangan dan relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan karena residunya mudah hilang. Pestisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and run) yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh hama pada waktu itu dan setelah hamanya terbunuh maka residunya akan cepat menghilang di alam. Dengan demikian, tanaman akan terbebas dari residu pestisida dan aman untuk dikonsumsi.

(15)

14

Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggunya. Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang merupakan produksi metabolit sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya kaya akan bahan bioaktif. Walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi metabolit sekunder yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya jumlah bahan kimia pada tumbuhan dapat melampaui 400.000. lebih dari 2.400 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 235 famili dilaporkan mengandung bahan pestisida. Oleh, karena itu apabila kita dapat mengolah tumbuhan ini sebagai bahan pestisida maka akan sangat membantu masyarakat petani untuk mengembangkan pengendalian yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya setempat yang terdapat di sekitarnya. (Kardinan, 2000).

2. Fungsi Pestisida Nabati

Berbeda dengan pestisida sintetis, pestisida nabati umumnya memang tidak dapat langsung mematikan hama yang disemprot. Pada umumnya pestisida nabati berfungsi sebagai berikut :

a. Repelan. Yakni penolak kehadiran serangga, terutama disebabkan baunya yang menyengat.

b. Antipidan. Mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot, terutama disebabkan rasanya yang pahit.

c. Mencegah serangga meletakkan telur dan menghentikan proses penetasan telur.

(16)

15

e. Mengacaukan sistem hormon di dalam tubuh serangga.

f. Antraktan. Sebagai pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai sebagai perangkap serangga.

g. Beberapa jenis pestisida nabati berperan mengendalikan pertumbuhan jamur (fungisida) dan bakteri (bakterisida) perusak tanaman (Novizan,

2002).

3. Bahan dan Cara Pengolahannya

Pestisida nabati merupakan bahan insektisida yang terdapat secara alami di dalam bagian-bagian tertentu dari tanaman seperti akar, daun, batang, atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi berbagai bentuk seperti diuraikan di bawah ini.

a. Bahan mentah yang berbentuk tepung. Berasal dari bahan tanaman yang telah dikeringkan kemudian dihaluskan. Tepung ini dapat langsung dipakai dengan cara menebarkannya pada biji-bijian di gudang penyimpanan atau diambil ekstraknya.

b. Ekstrak tanaman atau resin yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tanaman tertentu, melalui beberapa metode ekstraksi.

c. Bahan kimia murni yang berasal dari tanaman. Resin yang telah diperoleh dimurnikan lagi dan diisolasi untuk diambil senyawa insektisidanya dengan proses penyulingan melalui berbagai proses manufaktur.

(17)

16

d. Bagian tanaman dibakar untuk diambil abunya dan dipakai sebagai insektisida. Seperti pada tanaman serai dan tembelekan (lantana camara) (Novizan, 2002).

4. Kelebihan dan Kekurangan Pestisida Nabati

Pestisida nabati memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan jika dibandingkan dengan pestisida sintetis. Setiap orang yang akan memakai pestisida nabati sebaiknya menge tahui dengan baik kelebihan dan kekurangan itu, sehingga dapat memanfaatkan pestisida nabati secara maksimal. Kelebihan pestisida nabati sebagai berikut.

a. Degradasi atau penguraian yang cepat. Pestisida nabati cepat terurai oleh sinar matahari, udara, kelembaban dan komponen lainnya, sehingga mengurangi resiko pencemaran tanah dan air.

b. Dibandingkan dengan jenis pestisida alami lainnya, pestisida nabati memiliki aksi ya ng tergolong cepat.

c. Toksisitas (daya racun) umumnya rendah terhadap mamalia, sehingga relatif lebih aman terhadap manusia dan hewan ternak.

d. Selektivitas tinggi. Dari hasil pengujian di laboratorium, pestisida alami merupakan pestisida yang memiliki spektrum pengendalian yang luas. Dengan kata lain dapat mengendalikan berbagai jenis OPT. e. Cara kerja yang berbeda dengan pestisida sintetis menyebabkan

pestisida alami dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal terhadap pestisida sintetis.

(18)

17

f. Phitotoksisitas rendah. Umumnya pestisida nabati tidak meracuni dan tidak merusak tanaman.

Berikut ini beberapa kelemahan yang terdapat pada pestisida nabati : a. Untuk menghindari pencemaran lingkungan, sangat diinginkan

pestisida yang terurai cepat, tetapi untuk efektifitas pengendalian hama, residu yang cepat hilang dianggap kurang efektif.

b. Walaupun toksisitasnya lebih rendah dibandingkan dengan pestisida sintetis. Pestisida alami tetap harus ditangani dengan berhati- hati karena racunnya hanya berguna jika dipakai dan dikelola dengan benar. Beberapa jenis pestisida nabati bahkan lebih beracun dibandingkan dengan pestisida sintetis.

c. Produksi pestisida nabati secara masal untuk keperluan komersial masih menghadapi beberapa kendala, diantaranya ketersediaan bahan baku yang tidak mencukupi.

d. Kurangnya publikasi dan data-data penunjang tentang keampuhan pestisida ini. Hal ini dapat dimaklumi karena kecenderungan pemakaiannyapun baru meningkat sekitar 10 tahun terakhir.

(Novizan, 2002).

5. Beberapa Jenis Tumbuhan Penghasil Pestisida Nabati a. Kelompok tumbuhan insektisida nabati.

(19)

18

2) Aglaia (Aglaia adorata).

3) Babadotan (Ageratum conyzoides L.) 4) Bengkuang (Pachyrrhyzus erosus Urban). 5) Bitung : (Berringtonia acurangula BL). 6) Jeringa u (Acorus calamus L).

7) Saga (Abrus precatorius). 8) Serai (Andropogon nardus L). 9) Sirsak (Annona muricata L). 10) Srikaya (Annona squamosa L).

b. Kelompok Tumbuhan Antraktan atau Pemikat 1) Daun wangi (Melaleuca bracteata). 2) Selasih (Ocimum sanctum).

c. Kelompok Tumbuhan Rodentisida Nabati 1) Gadung KB (Dioscorea composita L). 2) Gadung Racun (Dioscorea hispida Denst). d. Kelompok Tumbuhan Moluktisita Nabati

1) Tefrosia (Tephrosia vagelii Hook). 2) Tuba (Derris eliptica (Roxb) Bent). 3) Sembung (Blumea balsamifera L).

e. Kelompok tumbuhan pestisida serba guna 1) Jambu mete (Anacardium occidantale L). 2) Lada (Piper nigrum L).

(20)

19

3) Mimba (Azadinachta indica A. Juss). 4) Mindi (Melia azeaddarach L). 5) Tembakau (Nicotiana tabacum L)

6) Cengkeh (Syzygium aromaticum L (Kardinan, 2000).

B. Babadotan (Ageratum conyzoides L)

1. Deskripsi Tumbuhan

Babadotan merupakan tumbuhan herba setahun yang tingginya dapat mencapai 30–90 cm dan tumbuh tegak atau batang bawah berbaring. Batang bulat berambut panjang dan bercabang. Daun tunggal, bertangkai, bentuk bulat telur, tepi bergerigi, ujung runcing, pangkal membulat, panjang 3–4 cm, lebar letak berhadapan bersilang, dan berwarna hijau.

Bunga majemuk terletak di ketiak daun. 6–8 mm, berwarna putih dan ungu, dan tiap tangkai berkumpul 3 atau lebih kuntum bunga majemuk. Buah bulat panjang berwarna hitam. Biji kecil hitam. Akar tunggang. Babadotan dapat tumbuh di lingkungan sampai ketinggian 2.100 m dpl, di ladang tandus, padang rumput, pinggir jalan, dan kebun-kebun. Perbanyakan melalui biji dan bila batangnya menyentuh maka akan keluar akar dan tumbuh.

Syarat-syarat tumbuh tanaman babadotan : a. Iklim

iklim yang dikehendaki daerah yang beriklim lembab, tropis, basah dan panas mendukung.

(21)

20

b. Ketinggian tempat

Ketinggian tempat yang dikehendaki sekitar 600 m – 1.200 m dpl. 1. Bagian Tumbuhan Yang Digunakan

Untuk insektisida nabati, daun babadotan dapat langsung dihaluskan dengan mixer atau ditumbuk secara manual dan dicampur dengan pelarut. Selain untuk insektisida nabati, daun babadotan berkhasiat sebagai obat luka baru, wasir, sakit dada, mata, dan perut. Sementara akarnya sering digunakan obat demam.

2. Kandungan Aktif

Daun dan bunganya mengandung saponin, flavanoid dan polifenol. Selain itu, daunnya mengandung minyak atsiri.

3. Hama Yang Dikendalikan

Daun yang diekstrak dengan metanol pada konsentrasi 1 % beracun terhadap serangga. Tepung daunnya yang dicampur dengan tepung terigu mampu menghambat pertumbuhan larva serangga menjadi pupa.

(Kardinan, 2000).

C. Belalang Bertanduk Panjang (Sexava nubila L.)

Belalang dan jangkrik : ordo orthoptera, mempunyai 2 sayap, sayap depan panjang dan menyempit, biasanya mengeras perkamen, sayap belakang lebar dan membraneus. Ukuran tubuh sedang-besar. Antena pendek-panjang, ada yang

(22)

21

melebihi panjang tubuh. Beberapa jenis jantan mempunyai alat penghasil suara, beberapa betina mempunyai ovipositor yang berkembang dengan baik ada yang berbentuk seperti pedang dan seperti jarum.

Nimpha dan dewasa hidup dalam habitat yang sama. Telur diletakkan oleh induk di dalam tanah, jaringan tanaman, dalam kantung atau di bagian tanaman lain dengan ditutup dengan bahan seperti busa. Ada jenis betina yang membunuh jantannya setelah melakukan perkawinan.

Sebagian besar sebagai pemakan tanaman dan beberapa sangat merugikan tanaman budidaya, ada yang merusak bahan simpanan, sedikit yang bertindak sebagai predator. Beberapa jenis mampu untuk bermigrasi ke tempat yang jauh.

Belalang Bertanduk Panjang Famili Tettigoniidae

Ciri-ciri: ukuran tubuh besar, posisi muka miring, antena seperti rambut, sama panjang/lebih panjang dari tubuh. Ada yang bersayap ada yang tidak. Warna sayap hijau tetapi ada yang dapat menyamar dengan sayap coklat atau seperti karat. Betina mempunyai ovipositor panjang dan ramping berbentuk seperti pedang. Jenis yang bisa menyanyi mempunyai tympana di pangkal tibia kaki depan. Nimpha berwarna hijau.

Hidup di rerumputan atau pertanaman padi yang siap di panen. Sebagian besar telur diletakkan induk dengan disisipkan pada jaringan tanaman menggunakan ovipositornya. Serangga ya ng sangat aktif pada malam hari. Beberapa sebagai hama, sebagian lagi sebagi predator yang merusak telur kepinding padi, walang sangit, telur penggerek batang padi dan nimpha wereng

(23)

22

padi. Sexava SPP menyerang tanaman kelapa. Conocephalus SP predator telur penggerek batang padi dan walang sangit.

Belalang ini aktif pada malam hari untuk memakan tanaman perkebunan, tanaman perkebunan yang sering diserang hama belalang ini seperti tanaman kakao (Theobroma cacao L.), kopi (Coffea sp.), kapuk (Ceiba ptandra) dan kelapa sawit (Elaies guinensis Jack.). belalang ini menyerang tanaman perkebunan yang masih muda atau masih dalam tahap pembibitan. Gejala yang ditimbulkan serangan hama belalang pada tanaman perkebunan ini daun berlubang- lubang atau pinggiran daun rusak sehingga daun tanaman daun tanaman berubah warna menjadi kekuning-kuningan pada daun yang terkena serangan hama belalang.

Perusak tanaman, secara umum tidak begitu merugikan tetapi bila populasi besar dapat juga mengakibatkan kerugian yang cukup berarti (Anonim, 2008).

(24)

23

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di areal kampus tepatnya di Asrama Wana Sari Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan dilaksanakan selama 2 hari, terhitung dari 22 Juli sampai dengan 24 Juli 2009.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan :

1. Plastik 5. Karet gelang 9. Timbangan 2. Kain kasa 6. Toples 10. Pengaduk 3. Ember 7. Alat tulis 11. Blender 4. Gelas ukur 8. Saringan teh 12. Botol plastik 13. Hand sprayer

Bahan-bahan yang digunakan :

1. Daun babadotan 3. Air 5. Deterjen

2. Daun sawi 4. Belalang bertanduk panjang (Sexava nubila L.)

C. Rancangan Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu :

(25)

24

2. Pengujian Kemanjuran Pestisida Nabati yang terdiri dari 3 perlakuan masing-masing diulang sebanyak 10 ulangan, dengan taraf perlakuan ekstrak daun babadotan sebagai berikut :

P1 = Pemberian ekstrak daun babadotan 25 ml : air 50 ml. P2 = Pemberian ekstrak daun babadotan 50 ml : air 50 ml. P3 = Pemberian ekstrak daun babadotan 100 ml : air 50 ml

Pestisida nabati ekstrak daun babadotan diulang dengan interval 1 kali sehari.

D. Prosedur Kerja

1. Persiapan Penelitian

a. Penangkapan serangga uji, serangga harus sehat dan besar. b. Pembuatan ekstrak daun babadotan

1) Belender/hancurkan 150 gram daun babadotan segar dengan penambahan 250 ml air, hingga menjadi larutan.

2) Masukkan larutan tersebut kedalam saringan dan peras. Tampung hasil perasan dalam ember.

3) Tambahkan 50 gram deterjen dan aduk sampai rata kemudian masukkan dalam botol plastik dan ditutup rapat kemudian di diamkan selama 1 malam.

4) ekstrak daun babadotan yang telah didiamkan selama satu malam dan dicampurkan air sesuai dengan perlakuan.

(26)

25

2. Pengujian Kemanjuran Pestisida Nabati dalam toples atau dalam ruangan tertutup sesuai dengan perlakuan.

Belalang yang telah dipersiapkan selanjutnya dimasukkan ke dalam toples yang telah dipersiapkan. Di dalam toples tersebut terlebih dahulu di masukkan daun sawi sebanyak 10 lembar/toples sebagai bahan pakan belalang. Larutan eksrak daun bebadotan yang sudah disiapkan disemprotkan ke belalang menggunakan hansprayer sesuai dengan perlakuan 3. Pengujian kemanjuran pestisida nabati dalam ruangan terbuka.

Belalang yang telah dipersiapkan selanjutnya dimasukkan ke dalam ruang terbuka sebanyak 10 ekor yang telah disiapkan sebesar 1 m x 1 m x 2 m. Di dalam ruangan tersebut terlebih dahulu di masukkan daun sawi sebanyak 10 lembar sebagai bahan pakan belalang. Larutan ekstrak daun bebadotan yang sudah disiapkan disemprotkan ke belalang menggunakan handsprayer sesuai dengan perlakuan

E. Pengambilan dan Pengolahan Data

1. Pengambilan data.

Pengambilan data dilakukan dengan cara mengamati kematian belalang selama 2 hari dengan interval waktu 6 jam.

2. Pengolahan data

Data yang diperoleh dihitung dengan menggunakan persentase kematian dengan rumus (Agus Zumrotul Arifin 2007)

% 100 x b a P ? ? ?

(27)

26

Keterangan :

P = Persentase kematian

? = Jumlah

a = Serangga yang mati b = Serangga yang diamati

(28)

27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan aplikasi pestisida nabati ekstrak daun babadotan ke belalang ditempat ruangan tertutup dan ruangan terbuka dayah bunuhnya berbeda, karena di dalam ruangan terbuka udaranya bebas, panas dan luas atau besar sehingga pestisida nabati dapat terurai dengan cepat atau habis tertiup angin, sinar matahari dan menyebar luas dalam ruangan sehingga daya bunuhnya menjadi rendah. Sedangkan yang dalam ruangan tertutup dan ruangannya kecil daya bunuhnya tinggi dan cepat. Berdasarkan pengamatan aplikasi pestisida nabati ekstrak daun babadotan ke belalang dalam ruangan terbuka dan tertutup menunjukkan bahwa perlakuan P1 memberikan hasil yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan P2 dan P3, Perlakuan P1 yaitu dengan aplikasi ekstrak daun babadotan 25 ml : 50 ml air, lebih baik digunakan walaupun daya bunuhnya rendah tetapi dosis yang digunakan rendah dan dapat membunuh belalang

Tabel 1. Persentase kematian dalam ruangan tertutup. Tanggal Pengamatan Perlakuan Jumlah Belalang Uji 22/07/09 24/07/09 Persentase Kematian (%) Total Keterangan P1 10 4 6 40 60 100 Mati semua dalam waktu 24 jam P2 10 10 - 100 - 100 Mati semua dalam waktu 12 jam P3 10 10 - 100 - 100 Mati semua dalam waktu 2 jam

(29)

28

Tabel 2. Pengamatan persentase kematian dalam ruangan terbuka. Tanggal pengamatan Perlakuan Jumlah Belalang Uji 10/08/09 13/08/09 Persentase Kematian (%) Total Keterangan P1 10 2 1 20 10 30 Mati 3 dalam waktu 24 jam P2 10 5 - 50 - 50 Mati 5 dalam waktu 12 jam P3 10 6 - 60 - 60 Mati 6 dalam waktu 2 jam

Sedangkan hasil yang terburuk ditunjukkan oleh P3 yaitu, dengan aplikasi ekstrak daun babadotan 100 ml : 50 ml air, memerlukan waktu yang lebih cepat untuk membunuh semua belalang yaitu dalam waktu 2 jam tetapi dosis yang digunakan terlalu tinggi.

B. Pembahasan

Berdasarkan pengamatan aplikasi pestisida nabati ekstrak daun babadotan dengan perbandingan 25 ml : 50 ml air (P1) lebih baik dari pada P2, P3 dan P0. Hal ini menunjukkan bahwa P1 memiliki dosis yang paling rendah dan dapat membunuh hama belalang. Adapun kandungan bahan aktif yang terdapat pada daun babadotan menurut Kardinan (2005), daun babadotan mengandung saponin, flavanoid dan lifenol. Bahan aktif ini merupakan racun kontak yang bekerja sebagai racun saraf terhadap serangga dan bekerja cepat, menimbulkan gejala kelumpuhan dan akhirnya menyebabkan kematian.

(30)

29

Ditambahkan oleh Sastroutomo (1992), saponin, flavanoid dan lifenol 1 % bisa membunuh serangga, pengaruhnya sangat cepat terhadap serangga-serangga yang sedang terbang sehingga mengakibatkan otot-otot menjadi paralisis (kejang atau kaku), akhirnya serangga bisa lumpuh dan tak bisa bergerak lagi atau terbang dan mengakibatkan kematian, karena bahan aktif yang ada dalam ekstrak daun babadotan merusak sistem saraf pusat serangga sehingga mengakibatkan sel-sel dalam tubuh serangga tidak berfungsi atau bekerja dengan baik. Hal ini dikarenakan takaran atau jumlah dosis yang digunakan sudah memenuhi. Hal ini didukung oleh Djojosumarto (2000) yang menyatakan bahwa organisme pengganggu tanaman hanya dapat dikendalikan bila terdapat bahan aktif pestisida dalam jumlah yang cukup untuk mematikan hama. Selanjutnya Kardinan (2001) menyebutkan bahwa bahan kandungan aktif pada daun babadotan berupa senyawa yang digunakan sebagai insektisida. Keberadaan tanaman babadotan saat ini jarang atau sedikit di lingkungan sekitar kita.

Maka dari itu kita harus membudidayakan tanaman babadotan sebanyak mungkin agar kita mudah memperoleh bahan baku untuk membuat pestisida nabati dari ekstrak daun babadotan dalm jumlah yang banyak. Meskipun tanaman babadotan bisa tumbuh liar di lingkungan kita, kita harus tetap membudidayakan tanaman bebadotan ini dengan baik karena tanpa dibudidayakan dengan baik kita akan kesulitan mendapatakan bahan baku pestisida nabati (pesnab) dalam jumlah yang banyak, apa lagi kita mengunakan dosis yang tinggi. Hal ini diduga merupakan salah satu solusi pengganti pestisida kimia yang bisa merusak lingkungan pertanian dan membahayakan para petani.

(31)

30

IV. KESIMPULAN DANSARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penyemprotan pestisida nabati yang baik ke dalam toples adalah P1 (25 ml : 50 ml air) dapat membunuh belalang dalam waktu 1 hari 1 malam, tapi dosisnya rendah, sedangkan penyemprotan pestisida yang jelek adalah P3 (100 ml : 50 ml air) dapat membunuh belalang dalam waktu 2 jam tetapi dosisnya tinggi.

2. Penyemprotan pestisida nabati yang baik ke dalam ruangan terbuka adalah P3 (100 ml : 50 ml air) dapat membunuh belalang dalam waktu 2 jam sebanyak 6 ekor, sedangkan penyemprotan pestisida yang jelek adalah P 1 (25 ml : 50 ml air) hanya bisa membunuh belalang 3 ekor dalam waktu 1 hari 1 malam.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil pengamatan ini adalah :

1. Perlu dilakukan pengujian lebih lanjut dengan menggunakan pestisida nabati yang sama pada hama yang berbeda .

2. Adanya penggunaan dosis yang berbeda sehingga diperoleh dosis optimum dengan hasil yang maksimal.

(32)

31

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Program Nasional Pelatihan Dan Pengembangan Pengendalian

Hama Terpadu. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Djojosumarto. 2000. Pestisida Nabati Penerbit Unversity Yogyakarta.

Kardinan, A. 2000. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penerbit Penebar

Swadaya. Jakarta.

Kardinan. 2001. Jenis-Jenis Tanaman Obat-Obatan dan Fungsinya. Penerbit

Swadaya. Jakarta.

Kardinan. 2005. Pengendalian Hama dan Penyakit Menggunakan Pestisida

Nabati. Penerbit Penebar Swadaya Jakarta.

Novizan. 2002. Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Membuat dan

Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan. Penerbit Agro Media Pustaka. Jakarta.

Widyaningsih, S. 1997. Pengendalian Hama Tanaman Pangan. CV. Aneka.

(33)

32

(34)

33

Lampiran 1. Aplikasi pestisida nabati ekstrak daun babadotan.

Gambar 1. Pengukuran larutan ekstrak daun babadotan.

(35)

34

Lampiran 2. Aplikasi pestisida nabati ekstrak daun babadotan.

Gambar 3. Aplikasi pestisida nabati daun babadotan pada belalang

(36)

35

Lampiran 3. Hasil setelah aplikasi ekstrak daun babadotan pada serangga uji.

Gambar 5. Belalang uji kemanjuran pestisida nabati ekstrak daun babadotan (P0) tidak mengalami kematian.

(37)

36

Lampiran 4. Hasil setelah aplikasi ekstrak daun babadotan pada belalang.

Gambar 7. Belalang uji pestisida nabati ekstrak daun babadotan (P2)

Gambar

Tabel 1.  Persentase kematian dalam ruangan tertutup.
Tabel 2.  Pengamatan persentase kematian dalam ruangan terbuka.
Gambar 1.  Pengukuran larutan ekstrak daun babadotan.
Gambar 4.  setelah aplikasi ekstrak daun babadotan pada belalang.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan Taufiq dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian tugas akhir dengan

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada santriwati pondok pesanteren Islam Al-Muslimun Sekijang ini membuktikan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan

minta melanjutkan .mengerjakaan kegiatan 3 pada buku siswa halaman 2 yaitu mengenai notasi baris kolom elemen dan ordo matrik (Guru membimbing siswa mengerjakan kegiatan

Saya memilih lokasi tersebut karena banyak terdapat warga dari golongan etnis Cina muslim dan juga masyarakat pribumi yang mempelajari atau mendalami agama Islam

Terdapat tiga sasaran uji coba aplikasi yang telah dilakukan yaitu dua orang ahli gizi menghasilkan persentase sebesar 81%, kemudian uji coba aplikasi oleh lima

Menggunakan konteks, artinya dalam pembelajaran matematika realistik  lingkungan keseharian atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa dapat dijadikan sebagai

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan berkat dan kasih karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan