NARKOTIKA, ALKOHO
NARKOTIKA, ALKOHO
L
L
DAN
DAN
ZA
ZA
T ADIKTIF
T ADIKTIF
(NAZA)
NAZA adalah zat-zat yang menimbulkan
NAZA adalah zat-zat yang menimbulkan
pengaruh pada susunan saraf pusat
pengaruh pada susunan saraf pusat
yaitu :
yaitu :
•
•
Kelainan dalam persepsis
Kelainan dalam persepsis
•
•
Gangguan proses berpikir
Gangguan proses berpikir
•
•
Kelainan alam perasaan
Kelainan alam perasaan
•
NAZA nama lain adalah NARKOBA =
NAZA nama lain adalah NARKOBA =
Narkotika, Obat
Narkotika, Obat
terlarang dan Alkohol
terlarang dan Alkohol
Obat ini dikenal juga sebagai obat
Obat ini dikenal juga sebagai obat
penenang, obat bius atau candu
penenang, obat bius atau candu
Contoh nama morphin diambil dari nama
Contoh nama morphin diambil dari nama
dewa mimpi Yunani (Morphius)
Jenis-jenis Obat Antara Lain :
Jenis-jenis Obat Antara Lain :
I
I.. AALLKKOOHHOOL L / B/ BAARRBBIITTUURRAATT
Misalnya : etanol,
Misalnya : etanol, barbiturat, diazepam,barbiturat, diazepam,
khlordiaz
khlordiazepoksid, epoksid, meprobamat.meprobamat.
I
III.. AAMMFFEETTAAMMIINN
Misalnya : ecstasy, putauw, shabu-shabu.
Misalnya : ecstasy, putauw, shabu-shabu.
III.
III. KANAKANABIS, BIS, KOKAKOKAIN, IN, HALUHALUSINSINOGENOGEN
Misalnya : ganja, kokain, LSD
Misalnya : ganja, kokain, LSD
IV.
IV. OPIAOPIATT, dll, dll
Misalnya : morfin, heroin, candu,
PENGARUH/AKIBAT BURUK NAZA PADA MANUSIA
I. PADA TUBUH
Otak terganggu, Kelainan Hati (53%), Hepatitis C (56,56%), Pankreas melunak, denyut jantung tidak teratur, paru-paru sembab atau mengalami kelainan (55,56%), Ginjal terganggu, Otot nyeri, sel-sel darah berkurang, Perdarahan saluran cerna, Sistem kekebalan tubuh melemah.
II. PADA JIWA
Gangguan pada pikiran, perasaan, kehendak dan alam sadar. III. PADA ROHANI
Mementingkan hawa nafsu, keinginan kedagingan, menjauhkan diri dari ibadah, mencemarkan diri.
IV. PADA LINGKUNGAN
Melakukan perbuatan kriminal, pergaulan bebas, pergaulan buruk, memperluas pengedaran obat terlarang, menimbulkan kemiskinan.
MENGAPA ORANG MENGGUNAKANNYA
I. KARENA TIDAK MENGERTIII. SUDAH MENGERTI TETAPI TIDAK MENGHINDARINYA 1. Coba-coba
2. Dibujuk 3. Dipaksa
4. Terpaksa; karena ingin melarikan diri dari masalah : susah, kecewa, putus asa.
III. TERIKAT SEHINGGA TIDAK DAPAT MENGHINDAR (KETERGANTUNGAN/KETAGIHAN).
TAHAP SESEORANG MEMAKAI NAZA
1. KOMPROMI
Pada mulanya hanya ingin mencoba, ikut pergaulan, menyesuaikan lingkungan.
2. TOLERANSI
Ingin memakai lagi karena merasa enak, dan dosisnya semakin ditingkatkan .
3. ESKALASI
Mencoba jenis lain yang lebih keras, karena yg lama sudah kurang nikmat. 4. HABITUASI
Penggunaan obat menjadi kebiasaan yang tidak dapat dihindari lagi. 5. ADIKSI
Ketergantungan obat, jika tidak memakai obat tubuh dan jiwa menjadi kacau.
6. INTOKSIKASI
Obat semakin menumpuk didalam tubuh dan melewati ambang daya tubuh sehingga menyebabkan keracunan.
7. MATI
SEJARAH
4000 SM Ditemukan opium (Papaver somniverum) = lendir penghilang murung.
1806 Wilhelm Seturner membuat campuran opium dengan amoniak menjadi morfin.
1856 Pemakaian meluas terutama oleh serdadu dalam perang saudara di AS, banyak yg ketagihan.
1874 Alder Wright merebus morfin dengan asam anhidrat membentuk heroin.
1898 Kodein untuk obat batuk, heroin untuk pembiusan, kokain dari perdu koka di Peru dan Bolivia.
1914 Bahan dasar Ecstasy yaitu amfetamin. 1943 Albert Hofman menemukan LSD.
1950 Penemuan Marijuana (Canabis Sativa) di Maluku. 1970 Amfetamin menjadi MDMA.
1980 PUTAUW.
GEJALA DAN TANDA PEMAKAI
1. Euphoria.
2. Menghayal (Ilusi dan Halusinasi).
3. Malas, mati semangat, suka mengantuk.
4. Berpikir pasif, lamban dan tumpul, bicara cadel, linglung. 5. Gelisah, sukar mengendalikan diri, mual, pusing, nafsu
makan hilang.
6. Sukar bernafas, jantung berdetak lambat atau cepat. 7. Gigi rusak.
8. Mempercepat tumbuh kanker.
9. Badan dan jiwa terus nyeri dan menderita. 10. Menggeliat kesakitan jika putus obat.
MACAM “HALLUSINOGENS” :
1. LSD (lysergic acid diethyl-amide). 2. “Morning Glory” (tanaman keluarga
Convulaceae).
3. Mescaline (alkaloid peyote cactus). 4. Amphetamine dan turunannya.
5. Jamur tertentu (species Psilocybe, Conocybe). 6. Turunan trypthamine.
7. Biji-bijian (“nutmeg”). 8. Marijuana.
RIWAYAT PEMAKAIAN
1914 Amfetamin sebagai perangsang 1973 Untuk pengobatan Parkinson
1945 Perang Dunia II : untuk cegah keletihan
1950 Dipakai mahasiswa, atlet, sopir jarak jauh, pengusaha produktif.
1970 Obat kurus (85% ketergantungan)
1980 Di San Fransisco untuk dansa semalaman 1985 UU di USA
1990 Penggunaan medis untuk bius
PATOFISIOLOGI DAN EFEK
FARMAKOLOGI XTC
•
Bentuk pil atau bubuk
1. Bekerja pada neuronadrenergik, dopaminergik, serotogenik dalam SSP, langsung sebagai “false transmitter”, atau tak langsung dengan melepaskan “neurotransmitter”.
2. Menghambat MAO (monoamine oxidase), enzim perusak katekolamine.
3. Efek simpatetik akibat rangsangan langsung pada reseptor alfa dan beta adrenergik. Mulai 20-30 menit oral, berakhir 4-48 jam.
Dimetabolisir dalam hati dan diekskresi melalui urin
Dilaporkan pernah dikombinasi dengan kokain atau narkotik untuk memperkuat efek amfetamin atau dengan kafein, lidokain, aspirin, dll
MOTIVASI PENGGUNA XTC
1. Ingin coba-coba
2. Bisa bergaul (Percaya Diri)
3. Keberanian/kemampuan meningkat
4. Gembira, bersemangat
5. Tahan ajojing
6. Pelarian dari stres
7. Ketagihan
DIAGNOSIS DAN CARA
PENANGANAN PENYALAHGUNAAN
EKSTASI
MACAM AMFETAMIN DAN ANALOGNYA :
1. Methampethamin (Crank, Speed, Ice, Glass, Crystal tea
2. DOM (dimethoxy-methyl-amphetamine),atau STP (serenity, tranquility, peace)
3. MDA (methylene-dioxy-amphetamine, love drug, mellow drug)
4. MDMA (methylene-dioxy-methamphetamine, XCT, Adam)
5. MDEA (methylene-dioxy-methamphetamine, Eva)
PENYALAHGUNAAN EKSTASI : DIAGNOSIS
DAN CARA PENANGANANNYA
1. Kelompok ini masuk golongan halusinojenik dan stimulans SSP.
2. Halusinojenik : obat yang mampu untuk membuat ilusi visual, distorsi penerimaan sensori,”synesthesia” deperso nalisasi dan derealisasi.
3. Beberapa macam “hallusinogens” yang dikenal.
PATOFISIOLOGI DAN EFEK FARMAKOLOGI XCT
Kelompok obat ini berbentuk pil atau bubuk
1. Obat ini bekerja pada neuroadrenergik, serotonegik dalam SSP, dengan cara langsung sebagai “false transmitter” atau tak langsung dengan melepaskan “neurotransmitter”.
2. Bahan ini menghambat MAO (“monoamine oxidase) yang merupakan enzim perusak katekolamine.
PATOFISIOLOGI DAN EFEK FARMAKOLOGI XCT
3. Mempunyai efek simpatetik akibat rangsangan langsung pada reseptor alfa dan beta adrenergik. Efek mulai 20-30 menit setelah pemberian oral, berakhir 4-48 jam. Kelompok obat ini dimetabolisir dalam hati dan diekskresi melalui urin. Obat ini juga dilaporkan pernah dikombinasi dengan
kokain atau narkotik yang lain untuk memperkuat efek amfetamine atau dengan kafein, lidokain, aspirin, dll.
DIAGNOSIS :
Keracunan amfetamin dan analognya dengan gejala-gejala fokal neurologi, nyeri dada, iskemi jantung EKG, fasikulasi otot atau kejang-kejang, hiperpireksi tanpa tanda-tanda infeksi atau rhabdomyolysis dengan atau tanpa syok.
ANAMNESIS :
1. Perlu dipertanyakan nama obat, jumlah, waktu minum obat, dan saat timbulnya keluhan, serta warna obat.
2. Keluhan penderita : nyeri kepala, palpitasi, sesak yang menunjukkan adanya ishkemia extremitas atau organ. Banyak omong, euforia, empati, terlalu PD, insomnia, kadang-kadang perubahan persepsi visual ringan, yang mirip dengan halusinasi.
KERACUNAN RINGAN :
Mudah tersinggung, palpitasi, hipertensi ringan, tak bisa istirahat, dan tremor.
KERACUNAN SEDANG :
Takut, mual, nyeri perut, takhikardi, dan hipertermi.
KERACUNAN BERAT :
Kejang-kejang, gejala fokal SSP (menunjukkan adanya perdarahan intrakranial), koma, aritmia, kekakuan otot dan rhabdomyolysis.
ISKHEMIA ANGGOTA GERAK :
Pucat, nadi menghilang, teraba dingin. Organ lain yang peka : otak, jantung dan ginjal. Infark dari organ-organ ini dapat terjadi setiap saat.
PEMERIKSAAN FISIK :
• Kardiovaskuler : takhikardia, takhipnea, hipertensi. • SSP : gejala fokal (+), hiperaktivitas, kejang-kejang,
fasikulasi.
• Kulit : mukosa kering, “flushing”, disforesis, bekas
suntikan.
• Pupil : midriasis, reaksi lambat.
• Saluran Makan : bising usus meningkat,
perut tampak tegang.
• Saluran Urogenital : retensi urin.
• Kesan Umum : psikosis dengan halusinasi,
paranoia, compulsive behaviour. Penderita biasanya tetap sadar terhadap sekitarnya, tanpa kehilangan memori.
PEMERIKSAAN LAB. DAN PENUNJANG LAIN :
Pemeriksaan lab. rutin tak banyak menolong. Pada keracunan sedang sampai berat, sebaiknya
pemeriksaan darah lengkap, elektrolit, sakar darah, faal ginjal, CPK, analisis gas darah, urinalisis, EKG dan foto dada.
Drug Length of time detected in urine
Alcohol 7-12 hours
Amphetamine 2 days
Barbiturates 1 day (short-acting) 3 weeks (long-acting) Benzodiazepines 3 days
Cannabis 3 days to 4 weeks (depending on use)
Cocaine 2-4 days Codeine 2 days Heroin 1-2 days Methadone 3 days Methaqualone 7 days Morphine 2-3 days Phencyclidine 8 days
APPROXIMATE DURATION OF DETECTABILITY OF ABUSED DRUGS IN URINE
DIAGNOSIS BANDING
• Perangsang SSP lain : Kafein, teofilin, kokain, dll. • Halusinojenik lain : LSD, mescalin, kokain, dll.
PENGOBATAN :
• Yang terpenting penderita ditenangkan dulu, karena
penderita sering dalam keadaan panik dan gelisah.
• Resusitasi : ABC, bila perlu dengan pemasangan
ELIMINASI :
• Emesis : sebaiknya dihindari karena dapat memacu
timbulnya konvulasi.
• KL, dan katarsis plus norit (1-2 gram/kk BB),
dikerjakan bila keracunan <6 jam dalam dosis tinggi.
• Diuresis paksa alkali dan hemodialisis
PENUNJANG :
• Benzodiazepine : pilihan untuk mengatasi keadaan
panik.
• Diazepam diberikan dalam dosis 0.05-0.10mg/kg iv
atau po, setiap 5-30 menit bila perlu. Bila penderita sangat agitasi atau gejala-gejala psikosis, dapat
diberikan haloperidol 5-10mg iv/im atau 10-20mg po, dapat diulang setiap 10-60 menit bila perlu.
• Bila kejang : diazepam atau phenitoin.
• Hipotensi : infus cairan kristaloid, bila perlu dapat
• Hipertensi berat : diatasi dengan alfa+beta bloker
(labetolol 20mg iv), atau vasodilator (nifedipin).
• Takhikardi supraventrikuler : lidokain dan
betabloker.
• Iskemi miokard : morfin, nitrat.
• Hipertermia : dengan pendinginan badan. • Koagulopati : transfusi komponen darah.
DIAGNOSIS DAN
PENATALAKSANAAN KERACUNAN
MORFIN
Natural
: morphine
heroin
codein
hydrocondone
Sintetik : fentanyl
butorphanol
meperidine
methadone
Drug Type of activity Usual dose Elimination half life (h) Duration of analgesia (h) Morphine Agonist 10 3 4-5 Hydromorphone Agonist 1.5 2.5 4-5 Methadone Agonist 10 35 4-6 Heroin Agonist 4 (b) 3-4 Meperidine Agonist 100 3 2-4 Fentanyl Agonist 0.2 4 1-2 Codein Agonist 60 3 3-4 Oxycodone Agonist 4.5 4 3-4 Propoxyphene Agonist 100 15 4-5
TABLE COMMON OPIATES AND OPOIDS
Drug Type of activity Usual dose Elimination half life (h) Duration of analgesia (h) Pentazocine Mixed 50 3 3-4 Nalbuphine Mixed 10 3.5 3-6 Butorphanol Mixed 2 3 3-4 Naloxone Antago-Nist 1-2 1 NA
(b) = Rapidly hydrolyzed to morphine
Usual dose : Dose equivalen to 10mg of morphine.
Reference : Mills J : Acute gastroenteritis : The When, what and how of treatment. Mod Med „79
DOSIS TOKSIK TERGANTUNG :
Jenis, rute pemberian, dosis toleransi.
GEJALA KLINIK :
Ringan atau sedang pinpont, tekanan
darah+nadi menurun, bising usus dan otot lemas. Dosis tinggi, koma, respiratory failure, apnoe,
oedema paru-paru.
Serangan mendadak oleh karena overdosis opium tidak pernah terjadi, bisa terjadi karena meperidine, propoxyphene, dextromethorphan.
Beberapa obat baru sintetik opium menimbulkan gejala yang sulit dideteksi.
DIAGNOSIS :
1. Tanda-tanda goresan / pemakaian obat.
2. Gejala klinis pinpoint, depresi pernapasan, bangun setelah pemberian Naloxone.
PENGOBATAN :
a. Emergency dan suportif
1. Perhatikan jalan nafas+oksigen.
2. Obati koma, gejala akut, hypotensi.
b. Obat-obat spesifik dan antidotes, seperti : Naloxone 0,4-2mg iv selama 2‟-3‟.
Total dosis 10-20mg dengan masa kerja 2-3jam. Awasi penderita paling sedikit 6-12jam.
c. Dekontaminasi
- Usahakan muntah atau aspirasi lambung. - Berikan norit atau pencahar.
- Pengosongan lambung tak diperlukan. d. Pembersihan darah tak ada gunanya.