• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai nama ilmiah Tectona grandis linn. F. secara historis, nama tectona

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai nama ilmiah Tectona grandis linn. F. secara historis, nama tectona"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Jati

Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia berasal dari India. Tanaman yang mempunyai nama ilmiah Tectona grandis linn. F. secara historis, nama tectona berasal dari bahasa portugis (tekton) yang berarti tumbuhan yang memiliki kualitas tinggi. Di Negara asalnya, tanaman jati ini dikenal dengan banyak nama daerah, seperti ching-jagu (di wilayah Asam), saigun (Bengali), tekku (Bombay), dan kyun (Burma). Tanaman ini dalam bahasa jerman dikenal dengan nama teck atau teakbun, sedangkan di Inggris dikenal dengan nama teak (Sumarna, 2004). 2.1.1 Morfologi Tumbuhan

Secara morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai sekitar 30-45 m dengan pemangkasan, batang yg bebas cabang dapat mencapai antara 15–20 cm. Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu berwarna kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Pangkal batang berakar papan pendek dan bercabang sekitar 4. Daun berbentuk jantung membulat dengan ujung meruncing, berukuran panjang 20-50 cm dan lebar 15–40 cm, permukaannya berbulu. Daun muda (petiola) berwarna hijau kecoklatan, sedangkan daun tua berwarna hijau tua keabu-abuan.

Tanaman jati tergolong tanaman yang menggugurkan daun pada saat musim kemarau, antara bulan nopember hingga januari. Setelah gugur, daun akan tumbuh lagi pada bulan januari atau maret. Tumbuhnya daun ini juga secara umum ditentukan oleh kondisi musim (Sumarna, 2004).

(2)

2.1.2 Sistematika Tumbuhan

Berdasarkan hasil identifikasi sampel daun jati yang dilakukan di Herbarium Medanense, diperoleh klasifikasi tumbuhan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Class : Dicotylodonae Ordo : Solanales Famili : Verbenaceae Genus : Tectona

Spesies : Tectona grandis L.f.

2.1.3 Kandungan Zat Warna Daun Jati Muda

Daun jati muda memiliki kandungan pigmen alami yang terdiri dari pheophiptin, β-karoten, pelargonidin 3-glukosida, pelargonidin 3,7-diglukosida, klorofil dan dua pigmen lain yang belum diidentifikasi (Ati, dkk., 2006)

2.2 Antosianin

Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini merupakan penyebab hampir semua warna merah jambu, merah marak, merah, ungu, dan biru dalam daun bunga, daun, dan buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu struktur aromatik tunggal, yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini dengan penambahan atau pengurangan gugus hodroksil atau dengan metilisasi atau glikosilasi.

Antosianidin adalah aglikon antosianin yang terbentuk bila antosianin dihidrolisis dengan asam. Antosianidin yang paling umum sampai saat ini ialah

(3)

sianidin yang berwarna merah lembayung Warna jingga disebabkan oleh pelargonidin yang gugus hidroksilnya kurang satu dibandinkan sianidin, sedangkan warna merah senduduk, lembayung dan biru umumnya disebabkan oleh delfinidin yang gugus hidroksilnya lebih satu dibandingkan sianidin (Harborne, 1987).

Antosianin terdapat dalam semua tumbuhan tingkat tinggi, banyak ditemukan dalam bunga dan buah, tetapi ada juga yang ditemukan dalam daun, batang, dan akar. Antosianin sebagian besar ditemukan di luar lapisan sel. Bagi tumbuhan, antosianin memiliki banyak fungsi yang berbeda, misalnya sebagai antioksidan, pelindung untuk melawan sinar UV, sebagai mekanisme pertahanan terhadap serangga, dan penting pada proses penyerbukan dan reproduksi.

Antosianin telah digunakan untuk mewarnai makanan sejak zaman dahulu. Warna antosianin bergantung pada struktur dan keasaman. Sebagian besar antosianin berwarna merah pada kondisi asam dan berubah menjadi biru pada kondisi asam yang kurang. Selain itu, warna antosianin juga terpengaruh oleh suhu, oksigen dan sinar UV (anonim, 2011).

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi antosianin dari tumbuhan segar adalah dengan menghancurkan bagian tumbuhan tersebut dalam tabung menggunakan sesedikit mungkin metanol yang mengandung HCl pekat 1%. Cara lain, jaringan tumbuhan yang jumlahnya lebih banyak dapat dimaserasi dalam pelarut yang mengandung asam, lalu maserat disaring. Ekstrak kemudian dipekatkan pada tekanan rendah dan suhu 35o - 40oC sampai volumenya menjadi kira-kira seperlima volume ekstrak asal (Harborne, 1987).

(4)

2.4 Kulit

Kulit menutupi seluruh tubuh dan melindunginya dari berbagai tipe stimulus eksternal yang merusak. Permukaan kulit orang dewasa sekitar 1,6 m2. Kulit terbagi atas tiga lapisan yang disebut epidermis, dermis, dan jaringan subkutan. Epidermis tersusun dari beberapa lapisan sel yang ketebalnnya sekitar 0,1-0,3 mm. Fungsi terpenting dari epidermis adalah perlindungan melawan rangsangan eksternal seperti dehidrasi dan sinar UV (Mitsui, 1997).

Epidermis, bagian terluar kulit dibagi menjadi dua lapisan utama: lapisan sel-sel tidak berinti (stratum korneum atau lapisan tanduk), dan lapisan dalam yaitu stratum malfigi. Stratum malfigi ini merupakan asal sel-sel permukaan bertanduk setelah mengalami proses diferensiasi. Stratum malfigi dibagi menjadi: stratum granulosum, lapisan sel basal (stratum germinativum), dan stratum spinosum.

Lapisan basal sebagian besar terdiri dari sel-sel epidermis yang tidak berdiferensiasi yang terus menerus mengalami mitosis, memperbaharui epidermis. Sel diferensiasi utama stratum spinosum adalah keratinosit yang membentuk keratin, suatu protein fibrosa. Stratum granulosum berada langung dibawah stratum korneum dan memiliki fungsi penting dalam menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum korneum. Sel utama kedua epidermis (setelah keratinosit) adalah melanosit, ditemukan dalam lapisan basal.

Dermis terletak tepat di bawah epidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin dan retikulin yang tertanam dalam suatu substansi dasar. Di sekitar pembuluh darah yang kecil terdapat limfosit, histiosit, sel mast dan neutrofil polimorfonuklear yang melindungi tubuh dari infeksi. Di bawah dermis

(5)

terdapat lapisan kulit ketiga yaitu lemak subkutan. Lapisan ini merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan energi (Price dan Wilson, 1986).

pH permukaan kulit memiliki peranan penting pada fisiologi kulit. Keasaman kulit telah diteliti oleh Heuss pada tahun 1892 dan divalidasi oleh Schade dan Marchonini pada tahun 1928, yang menekankan bahwa tingkat keasaman sebagai fungsi protektif dan menyebutnya sebagai ”mantel asam” (Barel, et al, 2009).

Marchionini (1929) menemukan bahwa stratum korneum dilapisi oleh suatu lapisan tipis lembab yang bersifat asam, sehingga ia menamakannya sebagai “mantel asam kulit” (sauremantel). pH umumnya berkisar antara 4,5 – 6,5.

Fungsi pokok “mantel asam” kulit yaitu :

1. Sebagai penyangga (buffer) yang berusaha menetralisir bahan kimia yang terlalu asam atau terlalu alkalis yang masuk ke kulit.

2. Membunuh atau menekan pertumbuhan mikroorganisme yang membahayakan kulit.

3. Dengan sifat lembabnya sedikit banyak mencegah kekeringan kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.5 Bibir

Bibir memiliki ciri yang berbeda dari kulit bagian lain, karena lapisan jangatnya sangat tipis. Stratum germinatum tumbuh dengan kuat dan korium mendorong papila dengan aliran darah yang banyak tepat dibawah permukaan kulit. Sangat jarang terdapat kelenjar lemak pada bibir, menyebabkan bibir hampir bebas dari lemak, sehingga dalam cuaca yang dingin dan kering lapisan jangat

(6)

akan cenderung mengering, pecah-pecah, yang memungkinkan zat yang melekat padanya mudah penetrasi ke stratum germinativum (Ditjen POM, 1985).

Bibir berfungsi untuk membantu proses berbicara dan makan. Hal ini menyebabkan bibir harus ditarik, berbelok, dan berkontraksi ke berbagai arah yang berbeda. Untuk melaksanakan tugasnya, bibir memiliki permukaan kulit transisi yang dikenal dengan nama vermillion (Draelos and Thaman, 2006)

Daerah vermillion adalah bingkai merah bibir, merupakan daerah transisi dimana kulit bibir bergabung kedalam membran mukosa. Ini merupakan daerah dimana wanita sering mengaplikasikan lipstik. Secara eksternal dibatasi oleh persimpangan mukokutan, persimpangan antara kulit wajah dan bingkai vermillion bibir. Dalam mulut, Vermillion dibatasi oleh garis basah dimana mucosa bibir dimulai. Garis basah (atau garis kering-basah) adalah perbatasan antara bagian merah luar (bingkai vermillion) yang biasanya kering, dan bagian dalam mukosa yang lembut dan lembab. Pada beberapa orang, bibir berwarna merah kecoklatan, hal ini disebabkan oleh adanya pigmen melanin coklat (Woelfel and Scheild, 2002).

2.6 Kosmetik

Kata kosmetik berasal dari bahasa Yunani ”kosmetikos” yang berarti keterampilan menghias, mengatur. Defenisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/ MenKes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut: ”Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik,

(7)

memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.”

Penggolongan kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, dibagi ke dalam 13 kelompok :

1. Preparat untuk bayi, misalnya: minyak bayi, bedak bayi, dll. 2. Preparat untuk mandi, misalnya: sabun mandi, dll.

3. Preparat untuk mata, misalnya: maskara, eye shadow, dll. 4. Preparat wangi-wangian, misalnya: parfum, colognes, dll. 5. Preparat untuk rambut, misalnya: sampo, hair spray, dll. 6. Preparat pewarna rambut, misalnya: cat rambut, dll.

7. Preparat make-up (kecuali mata), misalnya: bedak, lipstick, dll.

8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya: pasta gigi, mouth washes, dll. 9. Preparat untuk kebersihan badan, misalnya: deodorant, dll.

10. Preparat kuku, misalnya: cat kuku, losion kuku, dll.

11. Preparat perawatan kulit, misalnya: pembersih, pelembab, pelindung kulit, dll.

12. Preparat cukur, misalnya: sabun cukur, dll.

13. Preparat untuk suntan dan suncreen, misalnya suncreen foundation, dll (Tranggono dan Latifah, 2007)

Kosmetik umumnya mengandung bahan-bahan seperti lemak, minyak, ester lilin, minyak ester, humektan, pewarna, dan lain-lain. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih bahan baku kosmetika salah satunya adalah sangat baik dan aman untuk digunakan serta stabil terhadap pengaruh oksidasi dan pengaruh luar lainnya (Mitsui, 1997).

(8)

Penggunaan kosmetik yang tidak selektif dapat menyebabkan timbulnya berbagai efek samping dari bahan yang digunakan dalam kosmetik. Oleh karena itu dilakukan usaha untuk menanggulangi kemungkinan efek samping kosmetik tersebut dengan berhati-hati dan selektif dalam memilih kosmetik yang akan digunakan. Salah satu penyebab resiko efek samping dari kosmetik adalah zat warna yang digunakan (Wasitaatmadja, 1997).

2.7 Kosmetik Dekoratif

Kosmetik dekoratif fungsi utamanya hanya untuk mempercantik dan memperindah diri. Pewarna merupakan komponen utama dalam setiap formulasi kosmetik dekoratif. Tujuan kosmetik dekoratif yaitu untuk memperbaiki penampilan, memberikan rona, meratakan warna kulit, menyembunyikan ketidaksempurnaan, dan fungsi protektif. Tipe formulasi kosmetik dekoratif berupa suspensi, cair, dan anhydrous. (Barel, et al, 2001).

Persyaratan untuk kosmetik dekoratif antara lain adalah warna yang menarik, bau yang harum dan menyenangkan, tidak lengket, tidak menyebabkan kulit tampak berkilau, dan tidak merusak atau mengganggu kulit, bibir, kuku, dan adeneksa lainnya.

Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu:

1. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar, misalnya bedak, lipstik, perona pipi, eye shadow, dan lain-lain.

2. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu lama batu luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut, pengeriting rambut, dan preparat penghilang rambut (Tranggono dan Latifah, 2007)

(9)

Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetik dekoratif dapat dibagi menjadi:

1. Kosmetik rias kulit (wajah) 2. Kosmetik rias bibir

3. Kosmetik rias rambut 4. Kosmetik rias mata

5. Kosmetik rias kuku (Wasitaatmadja, 1997). 2.8 Lipstik

Lipstik menambah warna pada wajah agar terlihat lebih sehat dan juga membentuk bibir. Lipstik dapat digunakan untuk harmonisasi wajah antara mata, rambut, dan pakaian. Lipstik juga mampu menciptakan ilusi bibir agar terlihat lebih kecil atau lebih besar tergantung dari warnanya. Ada dua tipe lipstik, yaitu klasik dan volatile based (Barel, et al, 2001).

Lipstik terdiri dari zat warna yang terdispersi dalam pembawa yang terbuat dari campuran lilin dan minyak, dalam komposisi yang sedemikian rupa sehingga dapat memberikan suhu lebur dan viskositas yang dikendaki. Suhu lebur lipstik yang ideal sesungguhnya diatur hingga suhu yang mendekati suhu bibir, bervariasi antara 36-38oC. Tetapi karena harus memperhatikan faktor ketahanan terhadap suhu cuaca sekelilingnya, terutama suhu daerah tropik, suhu lebur lipstik dibuat lebih tinggi, yang dianggap lebih sesuai diatur pada suhu lebih kurang 62oC, biasanya berkisar antara 55-75oC (Ditjen POM, 1985).

Dari segi kualitas, lipstik harus memenuhi beberapa persyaratan berikut: 1. Tidak menyebabkan iritasi atau keruskan pada bibir

(10)

3. Polesan lembut dan tetap terlihat baik selama jangka waktu tertentu

4. Selama masa penyimpanan bentuk harus tetap utuh, tanpa kepatahan dan perubahan wujud.

5. Tidak lengket

6. Penampilan tetap menarik dan tidak ada perubahan warna (Mitsui, 1997) 2.9 Komponen Utama dalam Sediaan Lipstik

Bahan-bahan utama dalam lipstik antara lain:

a. Emolien, seperti minyak jarak, ester, lanolin, minyak alkohol (dodecanol oktil), minyak jojoba dan trigliserida.

b. Lilin, seperti Candelilla, carnauba, lilin lebah, ozokerit/ceresein, silikon alkil, polietilen, parafin.

c. Modifier wax yang bekerja bersama dengan malam untuk memperbaiki tekstur, aplikasi dan stabilitas termasuk setil asetat, lanolin, setil alkohol, oleil alkohol, dan vaselin (putih dan kuning).

d. Pewarna

• D & C, untuk obat-obatan dan kosmetik (tidak digunakan untuk makanan), misalnya: Red 6 and Ba Lake, Red 7 and Ca Lake, Red 30, Yellow 10

• FD & C (untuk makanan, obat-obatan, dan kosmetik), misalnya: Yellow 5,6

Al Lake dan Blue 1 Al Lake

• Besi oksida • TiO2

• ZnO • Mutiara • Mn violet

(11)

e. Zat aktif. Zat aktif yang ditambahkan dalam sediaan pewarna bibir adalah sebagai pelembab dan pelembut yaitu untuk memperbaiki kulit bibir yang kering dan pecah-pecah diantaranya: tokoferil asetat, natrium hyaluronate, ekstrak lidah buaya, ascorbyl palmitate, silanols, ceramides, Panthenol, asam amino, dan beta karoten.

f. Pengisi. Mica, silica, boron nitride, BiOCl, pati, lisin lauroyl

g. Antioksidan/Pengawet BHA, BHT, ekstrak rosemary, asam sitrat, propil paraben, metil paraben, dan tokoferol (Barel, et al, 2001).

2.9.1 Komponen Lipstik yang Digunakan dalam Formulasi a. Cera alba (Malam putih)

Cera alba adalah hasil pemuenian dan pengentalan malam kuning yang diperoleh dari sarang lebah madu Apis mellifera Linne (familia apidae). Pemeriannya berupa padatan putih kekuningan, sedikit tembus cahaya dalam keadaan lapisan tipis, nau khas lemah dan bebas bau tengik. Kelarutannya tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dingin. Larut sempurna dalam kloroform, eter, minyak lemak, dan minyak atsiri. Suhu leburnya antara 62oC hingga 65oC (Ditjen POM, 1995).

b. Vaselin alba

Vaselin alba adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang telah diputihkan, diperoleh dari minyak mineral. Pemeriannya yaitu berupa massa lunak, lengket, bening, putih, sifat ini tetap walaupun zat telah dileburkan. Kelarutannya yaitu praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%), tetapi larut dalam kloroform dan eter. Suhu leburnya antara 38oC hingga 56oC. Khasiat umumnya digunakan sebagai zat tambahan (Ditjen POM, 1979).

(12)

c. Lanolin

Lanolin adalah adeps lanae yang mengandung air 25% dan digunakan sebagai pelumas dan penutup kulit yang mudah dipakai (Anief, 1994).

Lanolin secara luas digunakan dalam formulasi kosmetik dan berbagai sediaan topikal lanolin dapat mengalami auto-oksidasi selama proses penyimpanan. Untuk menghambat proses ini, dibutuhkan penambahan butil hidroksitoluen sebagai antioksidan (Rowe, et al, 2009).

d. Setil alkohol

Pemeriannya yaitu berupa serpihan putih licin, granul, atau kubus, putih, bau khas lemah, dan rasa lemah. Kelarutannya yaitu tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan dalam eter, kelarutannya bertambah dengan naiknya suhu. Suhu leburnya yaitu antara 45oC hingga 50oC (Ditjen POM, 1995).

e. Oleum ricini (Minyak jarak)

Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dengan perasan dingin biji Ricinus communis L. yang telah dikupas. Pemeriannya berupa cairan kental, jernih, kuning pucat atau hampir tidak berwarna, bau lemah, rasa manis dan agak pedas. Kelarutannya yaitu larut dalam 2,5 bagian etanol (90%), mudah larut dalam etanol mutlak, dan dalam asam asetat glasial (Ditjen POM, 1979).

f. Cetaceum

Cetaceum adalah malam padat murni, diperoleh dari minyak lemak yang terdapat pada kepala lemak dan badan Physeter Catodon L. dan Hyperoodan

costralos Muller. Pemberiannya yaitu massa hablur, bening, licin, putih mutiara,

bau dan rasa lemah. Kelarutannya yaitu paktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (96 %) P, larut dalam 20 bagian etanol (96 %) P mendidih, kloroform P,

(13)

éter P, minyak lemak dan minyak atsiri. Suhu leburnya antara 42oC hingga 50oC. Khasiat umumnya digunakan sebagai zat tambahan (Ditjen POM, 1979).

g. Propilen glikol

Propilen glikol adalah cairan jernih, tidak berwarna, kental, tidak berbau, dan berasa manis. Propilen glikol diketahui sebagai material non-toksik telah digunakan secara luas dalam formulasi farmasetik dan kosmetik sebagai humektan, penawet, dan pelarut (Rowe, et al, 2009).

h. Titanium dioksida

Berupa serbuk putih nonhigroskopis, amorf, tidak berbau, dan tidak berasa. Walaupun ukuran partikel rata-rata dari serbuk titanium dioksida kurang dari 1 milimikron, titanium dioksida komersial umumnya terdapat sebagai partikel agregat yang mencapai diameter 100 milimikron. Titanium dioksida telah digunakan secara luas dalam kosmetik, makanan, dan dalam formulasi sedian oral dan topikal sebagai pigmen putih. Titanium dioksida praktis tidak larut dalam pelarut organik, asam nitrat, asam klorida, dan air (Rowe, et al, 2009).

i. Butil Hidroksitoluen

Pemeriannya hablar padat, putih, bau khas, lemah. Tidak larut dalam air dan propilen glikol, nudah larut dalam etanol, dalam kloroform, dan dalam eter (Ditjen POM, 1995).

Butil hidroksitoluen digunakan sebagai antioksidan dalam obat, kosmetik, dan makanan. Biasanya digunakan untuk menunda atau mencegah oksidasi lemak dan minyak menjadi tengik, dan juga untuk mencegah hilangnya aktivitas vitamin-vitamin yang larut dalam minyak. Konsentrasi butil hidroksitoluen yang

(14)

digunakan untuk formulasi sediaan topikal adalah 0,0075-0,1 (Rowe, et al, 2009).

j. Oleum rosae (Minyak mawar)

Minyak mawar adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan uap bunga segar Rosa gallica L., Rosa damascena Miller, Rosa alba L., dan varietas Rosa lainnya. Pemeriannya yaitu berupa cairan tidak berwarna atau kuning, bau menyerupai bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25oC kental, dan jika didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi massa hablur bening yang jika dipanaskan mudah melebur. Kelarutannya yaitu larut dalam kloroform dan berat jenisnya yaitu antara 0,848 sampai 0,863 (Ditjen POM, 1979).

k. Metilparaben

Pemeriannya yaitu berupa hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam minyak, propilen glikol, dan dalam gliserol. Suhu leburnya antara 125oC hingga 128oC. Khasiatnya adalah sebagai zat tambahan (zat pengawet) (Ditjen POM, 1995).

2.10 Uji Tempel (Patch Test)

Uji tempel adalah uji iritasi dan kepekaan kulit yang dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan uji pada kulit normal panel manusia dengan maksud untuk mengetahui apakah sediaan tersebut dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak.

Iritasi umumnya akan segera menimbulkan reaksi kulit sesaat setelah pelekatan pada kulit, iritasi demikian disebut iritasi primer. Tetapi jika iritasi

(15)

tersebut timbul beberapa jam setelah pelekatannya pada kulit, iritasi ini disebut iritasi sekunder. Tanda-tanda yang ditimbulkan reaksi kulit tersebut umumnya sama, yaitu akan tampak sebagai kulit kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak.

Lokasi uji lekatan adalah bagian kulit panel yang dijadikan daerah lokasi untuk uji tempel. Biasanya yang paling tepat dijadikan daerah lokasi uji tempel adalah bagian punggung, lengan tangan, dan bagian kulit di belakang telinga (Ditjen POM, 1985).

2.11 Uji Kesukaan (Hedonic Test)

Uji Kesukaan (Hedonic Test) adalah pengujian terhadap kesan subyektif yang sifatnya suka atau tidak suka terhadap suatu produk. Pelaksanaan uji ini memerlukan dua pihak yang bekerja sama, yaitu panel dan pelaksana. Panel adalah seseorang atau sekelompok orang yang melakukan uji melalui proses penginderaan. Orangnya disebut panelis. Panel terbagi dua, yaitu panel terlatih dan tidak terlatih. Jumlah panel uji kesukaan makin besar semakin baik, sebaiknya jumlah itu melebihi 20 orang. Jumlah lebih besar tentu akan menghasilkan kesimpulan yang dapat diandalkan (Soekarto, 1981).

Referensi

Dokumen terkait

Kawasan Strategis Nasional (KSN) yang ada di Kabupaten Gowa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 ayat (2) huruf a, adalah Kawasan Perkotaan Mamminasata yang merupakan KSN

Dengan adanya kerangka kerja fuzzy set theory akan lebih baik menyatakan penilaian dalam bentuk fuzzy set dari M 1 = ‘mendekati 1’ sampai M 9 = ‘mendekati 9’,

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode analisis yang selektif untuk pemisahan diklazuril dari matriks tepung jagung dan tepung tulang pada sediaan veteriner

Selain itu, di dalam sebuah karya sastra juga terungkap berbagai konflik sosial, konflik batin, tentang berbagai bentuk protes terhadap ketidakadilan, kritik terhadap pemangku jabatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pemeriksaan ultrasonografi kebuntingan kambing kacang memperlihatkan perkembangan vesikel embrionik (V) berwarna hitam (hypoechogenic)

1 Tahun 2008 Tentang Pemberian Tambahan Penghasilan Bagi Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Dan Para Dokter Spesialis Yang

Yang dimaksud dengan permintaan adalah jumlah barang yang diminta/dibeli oleh pembeli (konsumen) pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat pendapatan

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu di atas, terdapat banyak hasil penelitian yang memiliki hasil yang berbeda-beda, karena itu penelitian ini bertujuan