• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1    

Universitas Kristen Petra

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Dewasa ini, manusia telah menjalani sedikitnya tiga era, yaitu era pertanian, era industri dan yang sedang dijalani saat ini, era komunikasi. Era komunikasi ialah sebuah era di mana aktivitas komunikasi mendominasi kegiatan ekomoni dan kehidupan masyarakat (Ardianto, 2009, p.182). Proses Komunikasi ialah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan), sehingga komunikasi dapat dimaknai sebagai proses seseorang mengirimkan pesan atau informasi melalui sinyal-sinyal tertentu untuk ditangkap oleh penerima dan menimbulkan efek tertentu, atau disebut sebagai proses stimulus-organisme-respons (Effendy, 2003, p.254)

Terdapat dua jenis proses komunikasi yaitu proses komunikasi secara primer dan sekunder. Proses komunikasi primer merupakan proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu lambang

(symbol) sebagai media atau saluran. Lambang sendiri dapat dikategorikan

menjadi dua jenis yaitu lambang verbal dan non-verbal. (Effendy, 2003, p.33-38). Pesan yang disampaikan oleh komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran dan sebagainya yang dibawakan oleh lambang, salah satunya ialah dengan menggunakan gambar, yang termasuk dalam komunikasi non-verbal (Ardianto, 2009, p.190-191).

Komunikasi memiliki dampak yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis sesuai kadarnya yaitu dampak kognitif (pengetahuan), dampak afektif (sikap atau perasaan), dan behavioral (perilaku). Dampak kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan komunikan menjadi tahu atau meningkatkan intelektual komunikan. (Ardianto, 2009, p.191) Pengetahuan juga

(2)

2    

Universitas Kristen Petra

diartikan sebagai informasi yang tersimpan dalam ingatan, sehingga tingkat pengetahuan dapat didefinisikan sebagai seberapa banyak informasi yang tersimpan dalam ingatan ketika seseorang menerima sebuah informasi, apakah tinggi, sedang, atau rendah. Seberapa banyak informasi yang diterima seseorang yang tersimpan dalam ingatan ketika menerima informasi bergantung pada bagaimana stimulus yang diberikan pada awalnya, yang membuat individu tersebut mulai berpikir, sampai dengan menghasilkan respon. (Engel, 1994, p. 337)

Pengetahuan seseorang dapat diukur dengan menggunakan dua indikator yaitu pengetahuan obyektif dan pengetahuan subyektif. (Engel, 1994, p. 337). Sedangkan Brucks (1985) menjelaskan tiga kategori pengetahuan: pengetahuan subjektif, persepsi individual mengenai seberapa banyak dia tahu; pengetahuan obyektif, ukuran apa yang sebenarnya ia ketahui; dan pengalaman sebelumnya, pengalaman yang dimiliki dengan produk. (House, 2004, p.4) Perbedaan pengetahuan obyektif dan subjektif terjadi ketika orang tidak secara akurat memahami seberapa banyak atau sedikit mereka benar-benar tahu. Jacoby (1974) mencatat itu adalah "bukan apa yang disediakan oleh sumber, tapi bagaimana informasi ini dipandang dan mempengaruhi penerima (atau kelas penerima) yang harus menjadi fokus awal dan utama dari masalah kebijakan publik". (House, 2004, p.4)

Menurut Ardianto, pengetahuan atau pemahaman publik terhadap organisasi akan menimbulkan reputasi positif terhadap organisasi. Pemahaman ini termasuk mengenai identitas organisasi, yang terdiri dari atribut-atribut terbatas organisasi/ perusahaan seperti orang-orang perusahaan, produk dan jasa. Identitas

perusahaan membantu masyarakat me-recall citra sebuah organisasi atau

perusahaan (Ardianto, 2009, p.185) Argenti menyatakan bahwa Identitas perusahaan adalah manifestasi visual dari sebuah perusahaan yang tersampaikan dari nama perusahaan, logo, motto, produk, jasa, bangunan, fasilitas, seragam dan seluruh bagian-bagian perusahaan yang dapat terlihat, yang dibuat oleh perusahaan dan dikomunikasikan kepada berbagai konstitusi. (Hubner,2007,p.13)

(3)

3    

Universitas Kristen Petra

Berkenaan dengan komponen yang sudah ditetapkan untuk membentuk identitas perusahaan, ada kesepakatan bahwa selain faktor-faktor seperti komunikasi korporat, perilaku perusahaan, budaya perusahaan, struktur perusahaan, identitas industri dan strategi perusahaan, komponen visual adalah

salah satu faktor yang paling dominan. (Bartholme, 2011, p.54) Corporate Visual

Identity (CVI) plays a significant role in the way an organization presents itself to

both internal and external stakeholders (Bosch,2005,p.16). Corporate Visual

Identity memiliki peran yang signifikan dalam bagaimana perusahaan

mencerminkan perusahaan tersebut kepada stakeholder internal dan eksternal

perusahaan. Secara rinci, corporate visual identity (CVI) telah didefinisikan

sebagai "aspek yang paling nyata dari identitas perusahaan", termasuk lima

elemen (nama perusahaan, simbol dan / atau logotype, tipografi, warna dan

slogan) yang mencerminkan budaya dan nilai-nilai perusahaan yang menciptakan pengakuan fisik bagi organisasi (Bartholme, 2011, p.54)

Tujuan dari penggunaan CVI adalah untuk mengumumkan keberadaan perusahaan, dan untuk menciptakan dan mendukung identitas perusahaan. Dalam penciptaan desain untuk logo, diperlukan adanya keserasian dengan organisasi serta bidang usaha. (Bosch,2005,p.16) Identitas Perusahaan dapat digambarkan sebagai lambang khas atau logo dari suatu perusahaan, mudah dikenali dan diingat oleh masyarakat. Ini meliputi sebagai nilai-nilai inti organisasi, standar, dan tujuan. (Reddi, 2009, p.151) Dengan kata lain, logo suatu perusahaan mengkomunikasikan perusahaan tersebut, terdapat pesan yang disampaikan melalui logo tersebut. Ketika sebuah logo berubah, walau hanya sedikit, maka semua yang berhubungan dengan implementasinya menghadapi masa-masa yang sibuk, karena barang-barang baru harus diproduksi, pegawai harus diinformasikan, dan produk yang lama harus dibuang. Kombinasi sebuah warna dapat berdampak pada cara masyarakat atau target pasar mengasosiasikan perusahaan. (Bosch,2005,p.10).

Schechter (1993) melakukan penelitian untuk mengukur nilai tambah logo melalui kontribusi citra dan pengenalan / asosiasi. Penelitian ini dilakukan dengan membagi subyek penelitian ke dalam tiga kelompok, kelompok yang pertama

(4)

4    

Universitas Kristen Petra

ditunjukkan nama perusahaan dengan warna hitam, kelompok berikutnya

ditunjukkan icon / simbol dengan warna, dan yang ketiga ditunjukkan nama dan

simbol bersama dengan warna. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dalam hal kontribusi citra, pictorials dan simbol huruf tampaknya memiliki skor signifikan lebih tinggi dari karakter, abstrak, dan wordmarks. Di sisi lain, dalam hal pengenalan, karakter dan simbol huruf mencetak lebih baik daripada pictorials dan jauh lebih baik daripada abstrak. (Alshebil,2007,p.10)

Dalam "menciptakan logo yang efektif," Kohli, Suri dan Thakor (2002) membagi pemikirannya tentang "dua aspek desain logo: konten dan style," di mana konten mengacu pada "unsur-unsur yang terkandung dalam logo, termasuk teks dan representasi grafis" dan style disebut "bagaimana elemen ini disajikan" dalam arti grafis. Para penulis memberikan beberapa panduan untuk menciptakan logo yang efektif, dan pedoman yang disajikan, mereka mengatakan bahwa desain citra logo harus dipilih dengan hati-hati, karena "citra yang kuat mungkin memakan waktu lama untuk membangun tetapi waktu yang lebih lama untuk melepaskan". Logo juga harus mencerminkan "gambaran besar, dan memastikan

konsistensi dari waktu ke waktu dan antara berbagai elemen" dari brand identity,

yaitu nama, logo, dan slogan (Alshebil, 2007, p.10-11). Dalam hal perubahan logo, Kohli, Suri dan Thakor (2002) memberikan beberapa panduan dan menyatakan bahwa "jika logo berubah, perubahan harus dibuat dalam konten, bila diperlukan

dalam perubahan brand strategy, atau style, ketika dirasakan kebutuhan untuk

pembaharuan. " Namun, perubahan logo sebaiknya dilakukan seminimal mungkin. Mereka lebih lanjut mengatakan bahwa "jika logo yang diubah, mereka harus

diubah untuk konten, bukan untuk style, dan perubahan harus bertahap" (Alshebil,

2007, p.20)

Pada tahun 2013 lalu, terdapat beberapa perusahaan yang berlomba-lomba mengubah logo perusahaannya, baik media, perusahaan swasta maupun BUMN. Beberapa media yang melakukan perubahan logo pada 2013 lalu ialah Trans TV, dan Trans 7 (http://www.trans7.co.id/?halaman=artikel&id=39, diakses 16

Oktober 2014) serta kompas

(5)

5    

Universitas Kristen Petra

n.Wajah.Baru, diakses 16 Oktober 2014) . Beberapa perusahaan swasta yang

melakukan perubahan logo ialah Aqua,

(http://finance.detik.com/read/2013/03/06/110751/2187083/1036/, diakses 16 Oktober 2014) Bank Mega, (http://www.bankmega.com/detil_article.php?id=9, diakses 16 Oktober 2014) Mercure Hotel, Hoka-hoka Bento, Motorola, dan Nivea. Beberapa BUMN yang melakukan perubahan logo pada 2013 lalu ialah

Pegadaian,

(http://bumntrack.co.id/?ForceFlash=true#/blog/Marketing-Track-Logo-Baru-Bisnis-Makin-Berkilau.html, diakses 16 Oktober 2014) Semen

Indonesia

(http://www.semenindonesia.com/page/read/semen-gresik-berganti-nama-menjadi-semen-indonesia-93, diakses 16 Oktober 2014) , dan Telkom Indonesia. Hal ini menunjukkan betapa banyaknya perusahaan-perusahaan yang menganggap bahwa perubahan logo itu penting. Dari beberapa perusahaan yang mengubah logonya, peneliti memilih untuk meneliti perubahan logo Telkom Indonesia.

Gambar 1.1 Beberapa perubahan logo perusahaan pada tahun 2013 Sumber : olahan peneliti, 2014

(6)

6    

Universitas Kristen Petra

Telkom Indonesia merupakan perusahaan BUMN milik negara yang bergerak di bidang telekomunikasi dan memiliki banyak anak perusahaan. Telkom Indonesia juga berhasil masuk dalam daftar Forbes Global 2000. Dengan nilai kapitalisasi pasar 21,4 miliar dollar AS atau, Telkom berada di peringkat ke-685 dunia dan menjadi perusahaan telekomunikasi Indonesia satu-satunya yang tercantum dalam Forbes Global 2000. Forbes Global 2000 adalah daftar peringkat tahunan atas 2.000 perusahaan publik di dunia yang mencakup 62 negara dan

dikeluarkan oleh majalah Forbes sejak tahun 2003. Pemeringkatan tersebut

disusun berdasarkan kombinasi empat kriteria, yakni penjualan, laba, aset, dan kapitalisasi pasar. Telkom Indonesia merupakan satu-satunya perusahaan telekomunikasi Indonesia yang masuk daftar Forbes Global 2000. Perusahaan lainnya sebagian besar bergerak di sektor jasa perbankan, komoditas, konstruksi,

dan perusahaan energi.

(http://news.detik.com/read/2013/10/04/120004/2377804/727/telkom-raih-penghargaan-forbes-global-2000?nd771104bcj, diakses 29 Maret 2014)

Telkom juga dinobatkan sebagai The Best BUMN on Marketing 2013 dalam BUMN Marketing Award 2013 dan The Best Chief Marketing Officer 2013 (CMO), Gold Winner Strategic Marketing 2013 dan Gold Winner Tactical Marketing 2013, pada ajang BUMN Marketing Award pada tanggal 27 Agustus di Hotel Borobudur Jakarta. Ajang ini diselenggarakan oleh Majalah BUMN Track dan didukung penuh oleh Kementerian BUMN. Selain itu, Frost & Sullivan, lembaga internasional yang bergerak bidang konsultasi dan analisis bisnis berbasis riset asal Amerika Serikat tersebut pada 17 Juli 2013 lalu juga menobatkan Telkom sebagai “Best of The Best Service Provider of The Year” dalam ajang Asia Pasific ICT Award di St Regis, Singapura. di bulan Juni, Telkom meraih penghargaan BUMN Innovation Award 2013. Dalam ajang BUMN Innovation Award ini, Telkom menampilan tujuh inovasi unggulannya, yakni Speedy Instan, Telkom Solution, Indigo, IndiFinance, Himbara-Link, UseeTV, dan SATU (Cloud Computing). Telkom meraih penghargaan kategori inovasi produk untuk produk IndiFinance dan teknologi melalui Indigo untuk sektor BUMN infrastruktur. Selain itu, Telkom juga meraih penghargaan

(7)

7    

Universitas Kristen Petra

(http://www.telkom.co.id/bumn-marketing-award-2013.html, diakses 19 Maret 2014) Dapat dikatakan bahwa Telkom Indonesia merupakan salah satu BUMN terbaik milik negara Indonesia.

Telkom Indonesia telah lima kali melakukan perubahan logo untuk mengkomunikasikan transformasi yang terjadi dalam Telkom Indonesia, salah satunya transformasi visi dan misi. Pada tanggal 23 Oktober 2009, Telkom Indonesia merayakan ulang tahunnya yang ke 153 tahun. Sekaligus pada tanggal

tersebut dilaksanakan soft launching suatu transpormasi dan perubahan landscape

bisnis Telkom. Suatu perubahan landscape bisnis dari bisnis Informasi dan

Komunikasi menjadi Telecommunication, Information, Media and Education

(TIME). Sekaligus perubahan visi Telkom dari sebelumnya (2001-2009): To

become a leading InfoCom player in the region dan To be dominant infoCom

player in the region and having strong brand equit, menjadi Telkom Indonesia

menjadi perusahaan yang unggul dalam penyelenggaraan Telecommunication,

Information, Media dan Edutainment (TIME) di kawasan regional (2009-2013).

Untuk menandai perubahan tersebut, Telkom Indonesia merubah logo yang telah digunakannya selama 9 tahun dan meluncurkan logo dengan bentuk, warna dan tipografi yang baru.

Logo Telkom Indonesia pada tahun 2009-2013 lalu terdiri dari bentuk lingkaran yang merupakan simbol kelengkapan dari produk dan jasa dalam TIME, tangan yang meraih keluar mencerminkan pertumbuhan dan ekspansi ke luar, Jemari mencerminkan kecermatan, perhatian serta kepercayaan dan hubungan erat, kombinasi tangan dan lingkaran menjadi simbol matahari terbit merupakan simbol perubahan dan awal yang baru, serta telapak tangan secara universal diartikan untuk menceritakan kehidupan seseorang sebagai simbol pencapaian dan untuk menggapai masa depan. Tipografi yang digunakan juga tipe huruf dengan sudut yang bulat disertai denga kombinasi huruf besar dan kecil mencerminkan suatu keseimbangan yang natural. Penggubaan huruf kecil juga merupakan upaya untuk

lebih akrab dan bersahabat. Selain itu warna yang digunakan ialah warna expert

blue yang melambangkan pengalaman dan keahlian yang tinggi, vital yellow yang

(8)

8    

Universitas Kristen Petra

menyeimbangkan expert blue. Ada juga warna infinite blue sky yang

mencerminkan inovasi dan peluang tak terhingga untuk masa depan. (Arka, 2010)

Gambar 1.2. Logo Telkom Indonesia (2001-2009) Sumber : www.Telkom.co.id, 2014

Gambar 1.3. Logo Telkom Indonesia (2009-2013) Sumber : Sumber : www.Telkom.co.id, 2014

Gambar 1.4. Logo Telkom Indonesia (2013 – sekarang) Sumber : Sumber : www.Telkom.co.id, 2014

Bertepatan pada ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia pada 2013 lalu, Telkom Indonesia kembali memperkenalkan logo baru Telkom Indonesia yang bertujuan untuk mencerminkan komitmen Telkom Indonesia untuk selalu memberikan layanan yang terbaik bagi negara. Menurut Ivone Andayani, PR Telkom Indonesia Timur, pada wawancara pribadi 6 Mei 2014 lalu, Perubahan

(9)

9    

Universitas Kristen Petra

logo ini bertujuan untuk menandai perubahan pola pikir perusahaan dari macro menjadi mega. Pola pikir micro berpusat pada bagaimana kita dapat memberikan profit untuk perusahaan, kemudian pola pikir macro berpusat pada bagaimana kita bisa memberikan profit dan value untuk perusahaan dan juga pelanggan, pola pikir mega bukan lagi hanya memberikan profit bagi perusahaan dan pelanggan tetapi juga untuk Indonesia, karena tidak semua orang Indonesia merupakan pelanggan Telkom. Perubahan ini juga menandai peambahan visi dan landscape bisnis Telkom dari Telecommunication, Information, Media and Education (TIME) menjadi Telecommunication, Information, Media, Education and Services (TIMES). Seiring itu juga dilakukan transformasi teknologi, struktur organisasi, budaya perusahaan, sumber daya, dan sebagainya.

Gambar 1.5. Print screen website Telkom Indonesia.

Sumber : www.Telkom.co.id, 2014

Perubahan logo Telkom Indonesia dari warna expert blue, vital yellow dan

infinite blue sky menjadi warna Merah, Putih, Hitam dan Abu-Abu didasari

dengan beberapa filosofi yang ingin disampaikan pada masyarakat. Warna Merah untuk menggambarkan semangat Telkom Indonesia untuk selalu optimis dan

(10)

10    

Universitas Kristen Petra

berani dalam menghadapi tantangan dari perusahaan-perusahaan lain. Warna Putih untuk menggambarkan semangat Telkom Indonesia untuk selalu memberikan yang terbaik bagi negara. Warna Hitam untuk menggambarkan determinasi, dan warna abu-abu untuk menggambarkan teknologi. (www.Telkom.co.id , diakses pada 18 Februari 2014)

Telkom Group memiliki 9 anak perusahaan dengan entitas langsung, 25 anak perusahaan dengan entitas tidak langsung, 4 entitas asosiasi, dan 2 perusahaan ventura bersama. Beberapa di antaranya yakni PT. Telekomunikasi Indonesia Selular (Telkomsel), PT. Telekomunikasi Indonesia International (Telin), PT. Telkom Metra dan PT. Daya Mitra Telekomunikasi (Mitratel). Perubahan ini diaplikasikan dalam semua anak perusahaan Telkom Indonesia seperti Telkomsel, Telkom Mitra, Telin, Telkominfra, dan sebagainya untuk menunjukkan kesatuan sebagai sebuah grup Telkom. “Sebelumnya, perubahan

logo Telkom tidak wajib di-endorse oleh anak-anak perusahaan Telkom, tapi kali

ini sudah mulai diwajibkan untuk diletakkan di bawah logo anak perusahaan. Biasanya kalo liat di iklan Telkomsel misalnya, habis iklan Telkomsel, belakanganya ada logo Telkom Indonesia gitu”. Ujar Ivonne Andayani, PR Telkom Indonesia Timur dalam wawancara pribadi pada 6 Mei 2014 lalu.

Dalam penelitian Rosson dan Mary (2004) mengenai Merger and

Acquisition and Corporate Visual Identity, dikatakan bahwa salah satu saat di

mana system visual identity diuji ialah pada saat terjadinya merger atau

acquisition. Kleefeld menyatakan bahwa terdapat tiga respons yang dapat terjadi

ketika dua perusahaan menjadi satu, yaitu : 1. Satu identitas perusahaan memonopoli (yang lainnya menghilang) 2. Sebuah identitas baru yang menggabungkan kedua identitas tersebut. 3. Suatu identitas yang baru diciptakan. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa 57,8% perusahaan menggunakan pilihan pertama, 22,9% menggunakan pilihan kedua, namun CVI mereka digunakan untuk membedakan brand utama atau turunan dari perusahaan baru atau perusahaan yang lebih besar. (Rosson and Mary, 2004, p.181-189)

Telkom Indonesia merupakan salah satu perusahaan BUMN dengan banyak anak perusahaan, dan dalam perubahan logo kali ini, seluruh anak

(11)

11    

Universitas Kristen Petra

Indonesia. Bukan hanya menambahkan logo Telkom Indonesia di bagian bawah logo anak perusahaan tetapi ada beberapa logo anak perusahaan yang warnanya pun turut berganti menyesuaikan warna baru Telkom Indonesia. Perubahan

tersebut juga berdampak pada website, iklan baik cetak, elektronik maupun digital

darianak perusahaan.

Gambar 1.6. Logo baru Telkom Indonesia di endorse oleh tiap anggota Telkom Group.

Sumber : www.Telkom.co.id, 2014

Seperti yang dalam jurnal Sustaining Corporate Identity Through Better

Public Relations oleh Sharma et.al p.164-165 2013 lalu, seorang PR Profesional

memiliki peran yang penting dalam membentuk citra perusahaan di mata publik. PR berkontribusi terhadap pengembangan, keberlanjutan dan fungsional organisasi. Mereka juga berkontribusi dalam mengidentifikasi, membangun dan memperluas pengaruh yang dilakukan oleh organisasi tersebut. Peran mereka juga termasuk membantu dalam pemantauan, pengendalian dan membangun identitas perusahaan serta citra perusahaan. Menurut informasi yang didapatkan dari Ivonne Andayani, PR Telkom Indonesia Timur dalam wawancara pribadi pada 6 Mei 2014 lalu, PR Telkom Indonesia juga turut memantau, mengendalikan, membangun, menyalurkan atau mensosialisasikan logo baru Telkom Indonesia sebagai identitas perusahaan melalui komunikasi internal dan eksternal, salah

satunya dengan event-event seperti launching logo baru Telkom di RCTI pada

(12)

12    

Universitas Kristen Petra

dari logo baru tersebut baik kepada media-media maupun melalui website Telkom

Indonesia sendiri. Selain itu juga melalui pewajiban endorsement oleh anak

perusahaan. PR juga mengecek bagaimana penggunaan logo Telkom Indonesia ini

di merchandise-merchandise Telkom Indonesia, seperti di mobil Telkom

Indonesia, gedung Telkom Indonesia, seragam pegawai Telkom Indonesia dan

merchandise-merchandise lainnya.

Gambar 1.7. Capture screen Peluncuran Logo Baru Telkom Indonesia di

RCTI.

Sumber : olahan peneliti, 2015

Gambar 1.8. Capture screen berita mengenai perubahan logo di detik.com

(13)

13    

Universitas Kristen Petra

Gambar 1.9. Logo Telkom Indonesia pada Digital Billboard

Sumber : Olahan peneliti, 2015

Gambar 1.10. Logo baru Telkom Indonesia pada mobil dinas dan gedung Telkom Indonesia

Sumber : Dokumentasi peneliti, 2014

Perubahan logo dilakukan secara bertahap dikarenakan ketika logo perusahaan berubah, maka segala atribut-atribut perusahaan juga mengalami perubahan, dan tentunya untuk merubah segala atribut-atribut perusahaan dibutuhkan waktu, biaya dan tenaga. Salah satu kota yang telah merasakan perubahan logo Telkom Indonesia ialah kota Surabaya. Beberapa gedung Telkom Indonesia telah di cat ulang sesuai dengan warna logo Telkom Indonesia yang baru, begitu pula pada mobil-mobil dinas Telkom Indonesia juga telah di cat atau diberi stiker dengan logo Telkom Indonesia yang baru. Di Surabaya juga terdapat beberapa gedung anak perusahaan Telkom Indonesia yang telah turut merubah

(14)

14    

Universitas Kristen Petra

warnanya seiring perubahan logo Telkom Indonesia, salah satunya ialah infomedia.

Kota Surabaya berkembang sebagai Kota Metropolitan. Posisi strategis Kota Surabaya sebagai pusat kegiatan ekonomi masyarakat membuatnya selalu dinamis. Kota Surabaya juga merupakan kota dagang dan jasa yang mengembangkan teknologi informasi sebagai sarana mempercepat dan mempermudah akses serta komunikasi dengan berbagai pihak. Beragam informasi dan komunikasi sudah sedemikian berkembang dan dapat diakses dengan mudah dan cepat. Berbagai media menggempur kota Surabaya jauh lebih banyak daripada di kota besar lain di Indonesia. (www.surabaya.go.id, diakses pada 13 Oktober 2014). Kota Surabaya juga merupakan pusat operasional Telkom Indonesia Timur, sekaligus salah satu kota yang telah mengalami perubahan logo Telkom Indonesia. Kantor Telkom Indonesia Timur juga berada di kota Surabaya tepatnya di jalan ketintang. Selain itu, kota Surabaya juga merupakan ibu kota Provinsi Jawa Timur, Indonesia dan merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta (www.republika.co.id, diakses 27 Februari 2014). Dalam penelitian ini, peneliti memilih untuk meneliti tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai perubahan logo Telkom Indonesia.

Masyarakat merupakan stakeholder yang sangat penting bagi Telkom

Indonesia, sekaligus menjadi salah satu sasaran perubahan logo kali ini. Salah satu alasannya ialah karena Telkom Indonesia merupakan badan usaha milik negara. Masyarakat Indonesia menurut badan pusat statistik (www.bps.go.id, diakses 18 Februari 2014) berjumlah sebanyak 237.641.326 jiwa pada tahun 2010 lalu, dan lebih dari 163 juta jiwa merupakan konsumer atau pelanggan Telkom Indonesia. Dari 163 juta jiwa tersebut, 125,1 juta jiwa merupakan pelanggan dari

bisnis cellular Telkom Indonesia. (www.Telkom.co.id, diakses 18 Februari 2014).

Penelitian mengenai tingkat pengetahuan telah beberapa kali dilakukan. Pada tahun 2012 lalu, Aprilia melakukan penelitian mengenai tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai logo baru citilink dan dari penelitian tersebut diketahui bahwa tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai logo baru

(15)

15    

Universitas Kristen Petra

citilink tergolong tinggi. Pada penelitian Aprilia, tingkat pengetahuan elemen pembentuk logo yang dianalisa hanyalah warna dan tipografi dikarenakan logo Citilink tidak memiliki elemen bentuk pada logonya, sedangkan dalam penelitian ini, peneliti hendak meneliti tingkat pengetahuan mengenai ketiga elemen pembentuk logo Tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya Indonesia yaitu warna, tipografi dan bentuk logo melalui media. Pada tahun 2013, Jennie Linando melakukan penelitian tingkat pengetahuan karyawan JW Marriott Hotel Surabaya

terhadap brand identity perusahaan. Penelitian ini merupakan penelitian tingkat

pengetahuan mengenai brand identity pada internal perusahaan, yaitu karyawan,

sedangkan penelitian peneliti kali ini lebih berfokus pada eksternal perusahaan yaitu masyarakat Surabaya.

Pada tahun 2014 ini kembali diadakan penelitian tingkat pengetahuan

masyarakat Surabaya mengenai corporate identity hoka-hoka bento (hokben) oleh

Lucia Anastasia. Penelitian ini juga meneliti mengenai tingkat pengetahuan

obyektif dan sample yang digunakan juga merupakan masyarakat Surabaya, hanya

saja pada penelitian Lucia Anastasia meneliti corporate identity secara

keseluruhan, sedangkan peneliti hanya meneliti tingkat pengetahuan masyarakat

Surabaya mengenai logo baru saja, bukan corporate identity secara keseluruhan.

Dari ketiga penelitian terdahulu, peneliti menyadari bahwa penelitian-penelitian

tersebut meneliti tingkat pengetahuan mengenai logo atau corporate identity pada

perusahaan swasta dan anak perusahaan BUMN, sementara peneliti kali ini lebih memilih untuk meneliti perusahaan BUMN korporat dengan banyak anak perusahaan.

Menurut Ardianto dalam bukunya yang berjudul Public Relations Praktis,

pengetahuan atau pemahaman publik terhadap perusahaan, termasuk identitas perusahaan tersebut, akan menimbulkan reputasi positif terhadap organisasi. (Ardianto, 2009, p.185) Sehingga semakin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat, semakin besar kemungkinan reputasi positif organisasi yang akan dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa penting bagi perusahaan untuk mengetahui bagaimana

(16)

16    

Universitas Kristen Petra

Berangkat dari fenomena ini, peneliti hendak meneliti bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai logo baru Telkom Indonesia

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masyarakat yang telah dipaparkan, permasalahan yang peneliti angkat ialah “Bagaimanakah tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai logo baru Telkom Indonesia?”.

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui bagaimanakah tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai logo baru Telkom Indonesia 1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan referensi untuk bidang

ilmu komunikasi khususnya Corporate Public Relations yang mengkaji

mengenai tingkat pengetahuan masyarakat mengenai perubahan Corporate

Visual Identity khususnya Logo.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai bahan referensi Telkom Indonesia mengenai tingkat pengetahuan masyarakat mengenai logo baru Telkom Indonesia.

1.5 Batasan Penelitian

Batasan dalam Penelitian Tingkat Pengetahuan Masyarakat Surabaya mengenai Logo baru Telkom Indonesia adalah :

1. Sample yang digunakan dalam penelitian ini hanya penduduk Surabaya

berusia 17-60 tahun, dengan pertimbangan bahwa pada usia tersebut seseorang dapat dikategorikan dewasa dan dianggap telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat, serta memiliki kemandirian dan pengetahuan yang cukup baik dalam menerima informasi (Hurlock, 2004, p.246).

2. Sample yang digunakan dalam penelitian ini ialah masyarakat Surabaya

yang pernah melihat logo Telkom Indonesia dikarenakan untuk menghasilkan suatu efek (dalam hal ini kognitif), maka organisme tersebut

(17)

17    

Universitas Kristen Petra

harus terkena stimulus terlebih dahulu, dan stimulus dalam penelitian ini ialah logo Telkom Indonesia.

3. Media yang digunakan dalam penelitian ini ialah media publik eksternal yang dapat dikontrol oleh perusahaan. Media yang digunakan dalam penelitian ini ialah media eksternal yang dapat diakses oleh masyarakat Surabaya. Selain itu, media eksternal tersebut akan dikategorikan

berdasarkan metode teknik produksi media yang digunakan yaitu Print

Media, Electronic Media dan Digital Media.

4. Logo baru Telkom Indonesia yang diteliti hanyalah pada logo baru Telkom Indonesia yang diluncurkan pada 17 Agustus 2013 lalu.

5. Batasan waktu dalam melakukan penelitian ini ialah Mei 2014 sampai dengan Januari 2015.

1.5. Sistematika Penelitian

Sistematika dari penelitian mengenai tingkat pengetahuan masyarakat Surabaya mengenai logo baru Telkom Indonesia ini mencakup lima bagian, mulai dari pendahuluan hingga kesimpulan dan saran yaitu :

1. Pendahuluan

Menjelaskan latar belakang adanya logo baru sebagai bagian dari

Corporate Visual Identity PT. Telkom Indonesia sehingga perlu untuk

diketahui oleh masyarakat, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

2. Landasan Teori

Berisi Teori-teori yang menjadi dasar dan menunjang penelitian meliputi teori mengenai proses komunikasi SOR

(Stimulus-Organisme-Response) tingkat pengetahuan, logo, Corporate Visual

Identity, Corporate Identity, Nisbah antar Konsep dan Kerangka

Pemikiran.

3. Metode Penelitian

Bagian ini menjelaskan definisi konseptual dan operasional mengenai

tingkat pengetahuan dan logo, jenis penelitian, populasi dan sample,

(18)

18    

Universitas Kristen Petra

teknik analisis data yang digunakan untuk meneliti topik atau permasalahan yang telah dijabarkan di dalam latar belakang.

4. Analisis dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum subyek penelitian yaitu Telkom Indonesia, analisis uji validitas dan reliabilitas, serta analisis data mengenai Tingkat Pengetahuan masyarakat mengenai logo baru Telkom Indonesia yang didapatkan melalui hasil pengkodingan kuesioner.

5. Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang dapat diberikan oleh peneliti berkaitan dengan hasil penelitian yang telah didapatkan.

Gambar

Gambar 1.1 Beberapa perubahan logo perusahaan pada tahun 2013  Sumber : olahan peneliti, 2014
Gambar 1.5. Print screen website Telkom Indonesia.
Gambar 1.6. Logo baru Telkom Indonesia di endorse oleh tiap anggota  Telkom Group.
Gambar 1.8. Capture screen berita mengenai perubahan logo di detik.com  Sumber : www.detik.com, 2015
+2

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu alternatif kegiatan yang bisa dilaksanakan untuk membantu anak yang mengalami masalah perkembangan motorik halus anak usia dini adalah dengan

Diketahui bahwa pupuk organik cair vinasse dengan perlakuan penambahan dekomposer (EM4, Rumen, Duta- Max, Campuran) memiliki nilai EC yang secara nyata lebih tinggi

Perubahan Sosial, 2003), hal.. Upacara kematian adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sejumlah keluarga untuk memberikan peringatan terakhir kepada orang yang dikasihinya

(2016) menemukan bahwa penambahan pupuk organik limbah kulit kopi dapat memberikan efek yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi dan lebar daun bibit kopi.. Khalil

Tegasan utama primer pada daerah penelitian mempunyai 2 arah yaitu berarah N-S dan NE- SW didapatkan dari bidang perlapisan dan analisis tegasan utama terputar pada

Student Team Achievement Divisio n pada pelajaran matematika di kelsa VI telah dirancang sesuai dengan kurikulum satuan tingkatan pendidikan/ silabus dan Permendiknas no 41

 Jika kamu sudah memahami tentang prinsip kerja peralatan TIK, kamu akan memiliki pengetahuan yang banyak mengenai etika dan moral penggunaan hardware dan

Halaman ini antara lain memuat logo ITS, judul skripsi atau tesis/karya ilmiah yang ditulis dengan huruf kapital, tulisan “skripsi atau tesis atau karya ilmiah