HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, MOTIVASI DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN MEROKOK PADA REMAJA DI SMAN 6 KOTA JAMBI TAHUN 2015
*
Lisma1, Hardiana2
1
STIKes Prima Program Studi D IV Bidan Pendidik
2
STIKes Prima Program Studi D III Kebidanan
*
Korepodensi Penulis : ABSTRAK
Menurut Data Susenas (Survei Ekonomi Nasional) tahun 2004, menyebutkan sekitar 3% anak – anak mulai merokok sejak kurang dari 10 tahun. Persentase orang merokok tertinggi (64%) berada pada kelompok umur remaja (15-19 tahun). Hal ini berarti rokok pada masyarakat yang rentan yakni anak – anak dan berdampak pada masa remaja.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, motivasi dan dukungan keluarga dengan pencegahan merokok pada remaja di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015. Penelitian ini dilakukan di SMAN 6 Kota Jambi pada tanggal 20 Agustus 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dan XII yang berjumlah 486 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil proportional random sampling yang berjumlah 87 orang. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dalam bentuk tekstuler dan tabuler.
Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden melakukan pencegahan merokok (62,1%), memiliki pengetahuan baik (90,8%), sikap yang positif (65,5%), motivasi yang tinggi (67,8%) dan dukungan keluarga yang baik (49,5%). Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan, sikap, motivasi dan dukungan keluarga dengan pencegahan merokok karena nilai p value < 0,05
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga mempengaruhi pencegahan merokok. Oleh karena itu, diharapkan agar remaja dan guru serta orang tua saling bekerja sama seperti saling berkomunikasi tentang perkembangan anak di sekolah sehingga dapat melakukan pencegahan merokok dengan baik.
Kata kunci: Pengetahuan, Sikap, Motivasi, Dukungan Keluarga, Pencegahan Merokok
THE RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE, ATTITUDES, MOTIVATION AND FAMILY SUPPORT TO SMOKING PREVENTION IN ADOLESCENCE IN HIGH SCHOOL 6 JAMBI CITY 2015
ABSTRACT
According to data from National Economic Survey (As known in Indonesia as Susenas) in 2014 discover that many children have been smoking since their age less than 10 years. However, the high risk of smoking is in teenager between 15 to 19 years with the presentation up to 64%. This means that cigarretes are very vulnerable at children age and will impact when their get teeneges.
This research is descriptive analytic studies with cross sectional approach. The purpose of this study is to find the relationship between Knowledge, Attitudes, Motivation and Family Support for Smoking Prevention in Adolescence in High School 6 of Goverment of Jambi City 2015. This study was conducted on August 20, 2015. Population in this study were all Students in grade XI and XII with total 486 students, the sample was talking by using proportional random and obtained 87 students. The tool using in this study was quetionaire than data analyzed by using Univariate and Bivariate than appear into textular and tabular data.
As the result of research shows,majority of respondents do prevention of smoking as many as (62,1%), with good knowledge are (90,8%), with positive attitudes (65,5%), with high motivation (67,8%) and with good family support (49,5%). There is significant relationship between knowledge, attitudes, motivation and family support for smoking prevention in adolescence with P value < 0,05. Based on the results we can see that knowledge, attitudes, motivation and family support have an affect to the prevention of smoking in adolescents. Therefore we suggest to the parents and the teachers to colaborate and work together on the development of children in school to protect them from the harmful of cigarretes.
PENDAHULUAN
Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita mungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Kebiasaan merokok bukan saja
merugikan siperokok, tetapi juga bagi orang disekitarnya (Proverawati, 2012).
Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku
Bangsa Indian di Amerika, untuk
keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad ke -16, ketika bangsa Eropa menemukan Amerika, sebagian dari para penjelajah Eropa itu
ikut mencoba-coba menghisap dan
kemudian membawa tembakau ke
Eropa. Kemudian kebiasaan merokok mulai muncul dikalangan bangsawan Eropa. Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa orang merokok hanya untuk kesenangan semata-mata. Abad ke 17 para pedagang Spanyol masuk dari Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masusk negara-negara Islam (Wiarto, 2013).
Saat ini jumlah perokok, terutama
perokok remaja terus bertambah,
khususnya di Negara-Negara
berkembang. Keadaan ini merupakan tantangan berat bagi upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat
(Proverawati, 2012).
Perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja sering kita lihat di berbagai tempat, misalnya di warung dekat sekolah, perjalanan menuju sekolah, halte bus, kendaraan pribadi, angkutan umum, bahkan di lingkungan rumah (Aryani, 2010).
Menurut WHO, diduga hingga menjelang tahun 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta orang per tahunnya, dan 70% kematian yang disebabkan oleh rokok terjadi di Negara – Negara berkembang. Kebiasaan
merokok di Negara – Negara
berkembang meningkat sebanyak 2,1%
per tahun. Sedangkan di Negara –
Negara maju justru menurun 1,1% per tahun. WHO memperkirakan 1,1 miliar penduduk dunia adalah perokok dan 800
juta diantaranya terdapat di Negara berkembang (Aryani, 2010).
Menurut Data Susenas (Survei
Ekonomi Nasional) tahun 2004,
menyebutkan sekitar 3% anak – anak
mulai merokok sejak kurang dari 10
tahun. Persentase orang merokok
tertinggi (64%) berada pada kelompok umur remaja (15-19 tahun). Hal ini berarti rokok pada masyarakat yang rentan
yakni anak – anak dan berdampak pada
masa remaja (Maryunani, 2013).
Persentase nasional merokok
setiap hari pada penduduk umur > 10 tahun adalah 23,7%. Sebanyak 17 provinsi mempunyai prevalensi merokok setiap hari pada penduduk umur > 10 tahun di atas prevalensi nasional, yaitu Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Nusa
Tenggara Barat, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara (Kemenkes RI, 2007).
Indikator diluar MDGs yang
dikumpulkan pada Riskesdas 2010
adalah perilaku merokok dan
pemanfaatan jamu yang dilakukan
masyarakat. Secara nasional prevalensi penduduk umur 15 tahun ke atas yang merokok tiap hari sebesar 28,2%. Provinsi dengan prevalensi tertinggi yaitu Kalimantan Tengah (36%), Kepulauan Riau (33,4%), Sumatera Barat (33,1%), Nusa Tenggara Timur dan Bengkulu
masing – masing 33 persen (Kemenkes
RI, 2013).
Rata – rata umur mulai merokok
secara nasional terbanyak pada umur 15 – 19 tahun dimana yang tertinggi dijumpai di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (52,1%), disusul oleh Riau (51,3%), Sumatera Selatan (50,4%), Nusa Tenggara Barat (49,9%) dan
Lampung (49,5%). Perokok yang
terbanyak mulai merokok 15 – 19 tahun
cenderung menurun dengan
meningkatnya umur, demikian juga pada
anak umur 5 – 9 tahun. Mereka yang
mulai merokok baik pada umur 15 – 19
tahun maupun pada umur 5-9 tahun lebih
perempuan, berstatus kawin dan tinggal di perkotaan (Kemenkes RI, 2013),
Prevalensi merokok pada remaja di Provinsi Jambi yang terdiri dari perokok
setiap hari usia 10 – 14 tahun (12,8%)
dan usia 15 – 19 tahun (43,6%), jumlah
perokok kadang – kadang sebanyak
(5%), mantan perokok (2,5%) dan bukan perokok (68,1%) (Kemenkes RI, 2007).
Kebiasaan remaja yang sulit
dihindari ialah merokok, karena
dipengaruhi oleh banyak faktor.
Kebiasaan merokok pada remaja dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain karena masa perkembangan anak yang mencari identitas diri dan selalu ingin mencoba hal baru yang ada di lingkungannya. Keluarga dan teman
sebaya adalah orang – orang yang akan
sangat mempengaruhi kebiasaan
remaja. Jika orang tua dan teman sebaya merokok, maka sangat mungkin untuk diikuti oleh remaja (Aryani, 2010).
Perilaku seseorang atau
masyarakat tentang kesehatan
ditentukan oleh pengetahuan, sikap,
motivasi, kepercayaan, tradisi dan
sebagainya. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas
kesehatan dan keluarga terhadap
kesehatan akan mendukung dan dan
memperkuat terbentuknya perilaku
(Notoatmodjo, 2012).
Berdasarkan data diatas maka
peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Hubungan
Pengetahuan, Sikap, Motivasi dan
Dukungan Keluarga dengan Pencegahan Merokok Pada Remaja Di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
analitik dengan pendekatan cross
sectional yang dilaksanakan untuk
mengetahui Hubungan Pengetahuan, Sikap, Motivasi dan Dukungan Keluarga Dengan Pencegahan Merokok pada Remaja di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015. Penelitian ini dilakukan karena banyaknya remaja yang memiliki perilaku merokok yang dapat membahayakan kesehatan dan mengganggu aktivitas belajarnya. Populasi penelitian adalah
keseluruhan kelas XI dan XII SMAN 6 yang berjumlah 486 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah 87 orang yang diambil dengan menggunakan
teknik proportional random sampling.
Penelitian ini telah dilakukan di SMAN 6 Kota Jambi pada Bulan Agustus 2015.
Pengumpulan data menggunakan
kuesioner dan lembar checklist sebagai
alat bantu penelitian. Data akan
dianalisis dengan 2 cara yakni secara univariat yaitu dengan menjabarkannya
atau menggambarkannya dengan
penampilan tabel distribusi frekuensi,
diagram dan dilanjutkan dengan
penjelasannya dan secara bivariat yaitu
analisis yang digunakan untuk
mengetahui apakah ada hubungan
antara variabel dependen (Pencegahan Merokok) dengan variabel independen (Pengetahuan, Motivasi dan Dukungan
Keluarga) dengan menggunakan
chi-square tingkat kepercayaan 95%
(Notoatmodjo,2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Pengetahuan, Sikap, Motivasi
dan Dukungan Keluarga dengan
Pencegahan Merokok pada Remaja di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015
Hasil penelitian pada gambaran pencegahan merokok pada remaja di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015 menunjukan bahwa responden yang
melakukan pencegahan merokok
sebanyak 54 responden (62,1%), dan
responden yang tidak melakukan
pencegahan merokok dengan sebanyak 33 responden (37,9%).
Hasil penelitian pada gambaran pengetahuan pada remaja di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015 menunjukan bahwa responden memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 79 responden (90,8%%)
dan memiliki pengetahuan rendah
sebanyak 8 responden (9,2%) terhadap pencegahan merokok pada remaja.
Hasil penelitian pada gambaran sikap pada remaja di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015 menunjukan bahwa responden yang memiliki sikap positif sebanyak 57 responden (65,5%) dan memiliki sikap negatif sebanyak 30 responden (34,5%).
Hasil penelitian pada gambaran motivasi pada remaja di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015 menunjukan bahwa responden yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 59 responden (67,8%) dan
responden yang memiliki motivasi
rendah sebanyak 28 responden (32,2%) terhadap pencegahan merokok.
Hasil penelitian pada gambaran dukungan keluarga pada remaja di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015 menunjukan bahwa responden yang
memiliki dukungan keluarga baik
sebanyak 43 responden (49,5%),
responden yang memiliki dukungan keluarga cukup baik sebanyak 25 responden (28,7%) dan responden yang memiliki dukungan keluarga kurang baik
sebanyak 19 responden (21,8%)
terhadap pencegahan merokok.
Hubungan Pengetahuan, Sikap, Motivasi dan Dukungan Keluarga dengan Pencegahan Merokok pada Remaja di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015
a. Hubungan Pengetahuan Dengan Pencegahan Merokok Pada Remaja Di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015
Tabel 1
Hubungan Pengetahuan Dengan Pencegahan Merokok Pada Remaja Di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015
Berdasarkan hasil uji statistik
pengetahuan dengan pencegahan
merokok pada remaja di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015 dapat dilihat uji
statistik chi-square menggunakan SPSS
yang menunjukkan bahwa nilai p value =
0,023 dengan taraf signifikan 5% (0,05). Jadi nilai 0,023 < 0,05, dengan demikian Ho ditolak yang berarti bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pencegahan merokok.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Friska (2014) dengan judul Hubungan Antara
Tingkat Pengatahuan dan Sikap
Tenatang Bahaya Merokok Dengan Tindakan Pengetahuannya di SMP Islam
Yapim Manado dengan nilai p=0,034,
dimana ,0034 < 0,05. Ini berarti ada
hubungan bermakna antara tingkat
pengetahuan tentang bahaya rokok dengan tindakan merokok di SMP Islam Yapim Manado.
Pengetahuan dapat langsung
menghasilkan tindakan (respon terbuka)
dan dapat pula didahului sikap (respon tertutup) kemudian tindakan (respon terbuka). Oleh sebab itu, dalam rangka perilaku sehat, masyarakat perlu diberi pengetahuan atau informasi-informasi yang benar dan lengkap tentang penyakit dan pelayanan-pelayanan kesehatan. Kepercayaan yang tidak didasarkan pengetahuan yang benar dan lengkap, akan menyebabkan kesalahan bertindak (Notoatmodjo, 2010).
Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan yaitu dengan
memberikan brosur, menempel pamflet –
pamflet kecil di lingkungan sekolah serta memberikan gambaran tentang bentuk tubuh yang merokok sehingga remaja mengetahui dan tidak mencoba rokok karena bahayanya terhadap kesehatan.
Pengetahuan tentang rokok
banyak didapatkan melalui iklan rokok, baik jenis rokok terbaru maupun bahaya dari rokok itu sendiri. Iklan di pelayanan kesehatan masyarakat tentang pengaruh perilaku merokok dan televisi sebagai media informasi yang dapat diakses oleh
Pengetahuan Pencegahan Merokok Total PValue
Ya Tidak
F % F %
Tinggi 52 65.8 27 34.3 79 0,023
Rendah 2 25 6 75 8
remaja untuk memperoleh pengetahuan.
Selain itu, untuk meningkatkan
pengetahuan remaja dilakukan pelatihan
pola pengasuhan anti merokok.
Pelaksanaan pengasuhan anti merokok diukur dengan reaksi orangtua, aturan yang diterapkan di rumah, dan frekuensi
komunikasi tentang merokok seperti tentang risiko kesehatan merokok dan risiko gangguan sistem pernapasan karena merokok.
b. Hubungan Sikap Dengan Pencegahan Merokok Pada Remaja Di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015
Tabel 2
Hubungan Sikap Dengan Dengan Pencegahan Merokok Pada Remaja Di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015
Berdasarkan hasil uji statistik sikap dengan pencegahan merokok pada remaja di SMAN 6 Kota Jambi Tahun
2015 dapat dilihat hasil uji statistik
chi-square menggunakan SPSS yang
menunjukkan bahwa nilai p value =
0,032 dengan taraf signifikan 5% (0,05). Jadi nilai 0,032 < 0,05, dengan demikian Ho ditolak yang berarti bahwa ada
hubungan antara sikap dengan
pencegahan merokok.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Santi
(2013) dengan judul Hubungan
Pengetahuan Tentang Rokok dengan Sikap Terhadap Bahaya Merokok pada Siswa SMK Batik 1 Surakarta dimana
nilai p value 0,18 > 0,05, yang artinya
tidak ada hubungan yang signifikan dengan sikap remaja terhadap merokok dengan perilaku merokok remaja dengan responden siswa SMK Betik 1 Surakarta.
Sikap yang positif akan
mendukung pencegahan merokok
sehingga remaja harus mempertahankan sikap tersebut dan mengaplikasikan ke
dalam kehidpan sehari – hari dan sikap
yang negatif tidak mendukung
pencegahan merokok sehingga remaja perlu diberikan pengetahuan sebagai dasar pembentukan sikap seseorang.
Upaya untuk mempertahankan
sikap adalah dengan adanya peraturan sekolah yang mengatakan “Dilarang Merokok” dan sanksi yang diberikan jika remaja ketahuan merokok di sekolah dan memasang iklan – iklan bahaya merokok yang dipasang di lingkungan sekolah sehingga remaja mempertahankan sikap positif terhadap pencegahan merokok. Perilaku yang menolak adanya asap rokok yang mengotori udara yang dihirup dapat meningkatkan sikap positif karena merupakan hak asasi setiap orang, menjauhi teman yang merokok juga dapat meningkatkan sikap yang positif terhadap pencegahan merokok. Muatan gambar dan pesan iklan rokok juga mendorong sikap yang positif pada remaja.
c. Hubungan Motivasi Dengan Pencegahan Merokok Pada Remaja Di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015
Sikap Pencegahan Merokok Total P Value
Ya Tidak
F % F %
Positif 40 70 17 30 57 0,032
Negatif 14 46.6 16 53.4 30
Tabel 3
Hubungan Motivasi Dengan Dengan Pencegahan Merokok Pada Remaja Di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015
Berdasarkan hasil uji statistik
motivasi dengan pencegahan merokok pada remaja di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015 dapat dilihat hasil uji
statistik chi-square menggunakan SPSS
yang menunjukkan bahwa nilai p value =
0,038 dengan taraf signifikan 5% (0,05). Jadi nilai 0,038 < 0,05, dengan demikian Ho ditolak yang berarti bahwa ada
hubungan antara motivasi dengan
pencegahan merokok.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Kumboyono (2011) dengan judul Analisis Faktor Penghambat Berhenti Merokok dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,001 (p<0,05), yang berarti terdapat hubungan
antara motivasi dengan berhenti
merokok.
Hasil penelitian di atas
menunjukkan bahwa motivasi juga
memberi pengaruh terhadap perilaku kesehatan seseorang. Jika sesorang memiliki motivasi untuk hidup sehat maka akan ada aplikasi yang dilakukan untuk menerapkan pola hidup sehat tersebut.
Kumboyono (2011) menyebutkan bahwa salah satu hal yang dapat
mempengaruhi seseorang untuk
merokok adalah motivasi. Keinginan
seseorang untuk merokok timbul
disebabkan oleh pengetahuan seseorang yang disertai dengan keinginan dan
motivasi yang kuat untuk
melaksanakannya.
Motivasi yang tinggi akan
mendukung pencegahan merokok
karena adanya dorongan untuk tidak melakukan dan motivasi yang rendah tidak akan mendukung pencegahan merokok karena tidak adanya niat dan dorongan yang kuat untuk remaja tidak mencoba rokok.
Upaya yang dapat menumbuhkan motivasi yang tinggi adalah dengan
diadakannya kampanye anti rokok
dengan menggunakan peringatan
kesehatan bergambar misalnya tentang bentuk tubuh yang rusak akibat rokok dan pengalaman orang lain akibat merokok yang akhirnya mendorong remaja untuk tidak mencoba rokok yang sangat membahayakan kesehatan.
Meningkatkan motivasi remaja
untuk mencegah merokok adalah
dengan adanya dukungan orang-orang sekitar, dukungan orang tua, sekolah sebagai tempat belajar dan teman sebayanya. Peningkatan motivasi juga dapat dilakukan dengan memberikan hadiah atau penghargaan baik dari
sekolah maupun orangtua kepada
remaja yang tidak merokok sehingga remaja lain terdorong untuk mencegah merokok sehingga dapat memperoleh hadiah yang sama.
d. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pencegahan Merokok Pada Remaja Di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015
Motivasi Pencegahan Merokok Total PValue
Ya Tidak
F % F %
Tinggi 41 69.5 18 30.5 59 0,038
Rendah 13 46.4 15 53.6 28
Tabel 4
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pencegahan Merokok Pada Remaja Di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015
Berdasarkan hasil uji statistik
dukungan keluarga dengan pencegahan merokok pada remaja di SMAN 6 Kota Jambi Tahun 2015 dapat dilihat hasil uji
statistik chi-square menggunakan SPSS
yang menunjukkan bahwa nilai p value =
0,035 dengan taraf signifikan 5% (0,05). Jadi nilai 0,035 < 0,05, dengan demikian Ho ditolak yang berarti bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pencegahan merokok.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujiantoro (2013) dengan judul Hubungan Peran Orang Tua Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja di Wilayah Kelurahan Mlilir Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun
dimana hasil uji statistik Chi-Square Nilai
x2 hitung : 9,96 ≥ x2 tabel : 3,841 yang artinya ada hubungan peran orang tua dengan perilaku merokok pada remaja.
Hasil penelitian di atas
menunjukkan bahwa dukungan keluarga
memberi pengaruh terhadap
pencegahan merokok. Orang tua yang merokok di dalam rumah, memberi uang untuk membeli rokok serta melarang untuk merokok menjadi upaya yang baik untuk melakukan pencegahan merokok pada remaja.
Pujiantoro (2013) menyebutkan bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia,
dimana orang tua tidak begitu
memperhatikan anak-anaknya dan
memberikan hukuman fisik yang keras, lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Peran dari orang tua sangatlah penting dalam upaya menekan meningkatnya
jumlah perokok di kalangan remaja, karena orang tua sebagai figur contoh. Ketika orang tua adalah perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya.
Dalam upaya untuk menghentikan
atau mencegah seseorang untuk
merokok, diperlukan dukungan keluarga dan perhatian orang tua agar anak tidak mencoba dan terjerumus dalam dunia rokok. Dukungan tersebut adalah tidak menyediakan asbak rokok dirumah, menerapkan pola hidup bersih dan sehat, tidak merokok didalam rumah dan tidak menyuruh anak dan memberikan uang untuk membeli rokok. Adanya aturan dan sanksi bila anak merokok dan tidak merokok saat bersama remaja juga dapat mendorong remaja untuk tidak merokok. Orang tua merupakan sumber remaja merokok atau tidak merokok. Anak-anak dari orangtua yang telah
berhenti merokok lebih tinggi
dibandingkan dengan anak-anak dengan orang tua yang tidak pernah merokok. Hal ini menjadi acuan orang tua untuk mengantisipasi dan memberi perhatian kepada remaja agar tidak mengikut jejak orang tua untuk merokok.
SIMPULAN
Dari 87 responden sebanyak 54
responden (62,1%) melakukan
pencegahan merokok dan sebanyak 33 responden (37,9%) tidak melakukan
pencegahan merokok; Dari 87
responden sebanyak 79 responden (90,8%%) memiliki pengetahuan tinggi dan sebanyak 8 responden (9,2%) memiliki pengetahuan rendah terhadap pencegahan merokok pada remaja; Dari Dukungan
Keluarga
Pencegahan Merokok Total P Value
Ya Tidak F % F % Baik 29 67.5 14 32.5 43 0,035 Cukup 18 72 7 28 25 Kurang 7 36.8 12 63.2 19 Jumlah 54 62.1 33 37.9 87
87 responden responden sebanyak 57 responden (65,5%) memiliki sikap positif dan sebanyak 30 responden (34,5%) memiliki sikap negatif; Dari 87 responden sebanyak 59 responden (67,8%) memiliki
motivasi tinggi dan sebanyak 28
responden (32,2%) memiliki motivasi rendah terhadap pencegahan merokok;
Dari 87 responden sebanyak 43
responden (49,5%) memiliki dukungan keluarga baik, sebanyak 25 responden (28,7%) memiliki dukungan keluarga cukup baik dan sebanyak 19 responden
(21,8%) responden yang memiliki
dukungan keluarga kurang baik terhadap pencegahan merokok; Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pencegahan merokok karena
nilai p value 0,023 < 0,05; Ada hubungan
yang signifikan antara sikap dengan pencegahan merokok karena nilai p
value 0,032 < 0,05; Ada hubungan yang
signifikan antara motivasi dengan
pencegahan merokok karena nilai p
value 0,038 < 0,05; Ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan pencegahan merokok karena
nilai p value 0,035 < 0,05.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, Ns Ratna, 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Jakarta : Salemba Medika
Friska, Daju.S, 2013. Hubungan Antara Tingkat Pengatahuan dan Sikap Tenatang Bahaya Merokok Dengan Tindakan Pengetahuannya di SMP
Islam Yaoim Manado .
fkm.unsrat.ac.id. Diakses tanggal 24 Agustus 2015
Kemenkes RI, 2007. Riset Kesehatan
Dasar. www.litbang.depkes.go.id.
Diakses tanggal 13 Mei 2015
Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan
Dasar. www.litbang.depkes.go.id.
Diakses tanggal 13 Mei 2015
Kumboyono, 2011. Analisis Faktor
Penghambat Berhenti Merokok.
Digilib.uin.suka.ac.id. Diakses
tanggal 24 Agustus 2015
Maryunani, 2013. Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat. Jakarta : Trans Info Media
Notoatmodjo, 2010. Metode Penelitian
Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta
Notoatmodjo, 2012. Promosi Kesehatan
dan Perilaku Kesehatan. Jakarta Rineka Cipta
Proverawati, Atikah, 2012. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta : Nuha Medika
Pujiantoro, Mamik, 2013. Hubungan Peran Orang Tua Dengan Perilaku Merokok Pada Remaja di Wilayah Kelurahan Mlilir Kecamatan Dolopo Kabupaten Madiun. Lib.umpo.ac.id. Diakses tanggal 24 Agustus 2015 Santi, 2013. Hubungan Pengetahuan
Tentang Rokok dengan Sikap
Terhadapap Bahaya Merokok pada Siswa SMK Batik 1 Surakarta. Eprints.ums.ac.id. Diakses tanggal 24 Agustus 2015
Wiarto, Giri, 2013. Budaya Hidup Sehat.