• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Teknik Penangkaran

5.1.1 Sumber dan Jumlah Bibit

Sebagian besar burung-burung yang terdapat di penangkaran burung MBOF berasal dari orang-orang yang memiliki hobi dalam mengoleksi burung. Burung kakatua-kecil jambul kuning yang terdapat di penangkaran burung MBOF juga berasal dari orang yang hobi mengoleksi burung kakatua yang mendapatkannya dari Sulawesi. Burung kakatua-kecil jambul kuning didatangkan ke penangkaran burung MBOF pada tanggal 11 November 2010. Jumlah burung kakatua-kecil jambul kuning adalah 4 ekor, 2 jenis kelamin betina dan 2 jenis kelamin jantan. Kedepannya pihak pengelola ingin menambah jumlah burung kakatua-kecil jambul kuning karena merasa jumlah tersebut masih sangat sedikit. Tetapi, pihak pengelola cukup kesulitan untuk menambah jumlahnya karena keberadaannya yang cukup langka.

5.1.2 Perkandangan

Kandang burung kakatua adalah habitat yang dibuat untuk memenuhi kebutuhan burung kakatua. Penangkaran merupakan upaya pengembangbiakan jenis di luar habitat alaminya. Agar penangkaran burung tersebut berhasil dibuutuhkan suasana habitat penangkaran yang mirip dengan habitat alaminya. Menurut Setio dan Takandjandji (2007), Untuk mendapatkan kondisi seperti habitat alami, maka beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam memilih lokasi penangkaran burung adalah:

a) Berada pada tempat yang bebas banjir pada musim hujan, b) Jauh dari keramaian dan kebisingan,

c) Berada pada tempat yang mudah diawasi dan mudah dicapai, d) Tidak terganggu oleh polusi udara (debu, asap, bau gas),

e) Tidak berada pada tempat yang lembab, becek, dan tergenang air, karena akan menimbulkan penyakit,

(2)

f) Di sekitar lokasi penangkaran hendaknya terdapat atau ditanami pohon-pohon pelindung agar suasana menjadi lebih sejuk dan burung merasa seperti berada pada habitat alam,

g) Terisolasi dari pengaruh binatang/ternak lain,

h) Tersedia air yang cukup untuk minum dan mandi burung serta pembersihan kandang,

i) Mudah mendapatkan pakan dan tidak bersaing dengan manusia.

Perkandangan meliputi segala aspek yang berhubungan dengan kandang dan pengelolaannya. Aspek perkandangan yang harus diperhatikan, meliputi jenis, fungsi, luasan atau ukuran, konstruksi, perlengkapan, perawatan, pengelolaan limbah, suhu dan kelembaban kandang.

5.1.2.1 Jenis dan Fungsi Kandang

Penangkaran burung kakatua-kecil jambul kuning di MBOF termasuk ke dalam jenis penangkaran intensif. Jenis kandang di penangkaran ini merupakan kandang permanen yang terdapat di luar ruangan. Jumlah kandang burung kakatua-kecil jambul kuning adalah 2 kandang. Setiap kandang berisi sepasang burung kakatua-kecil jambul kuning. Kandang permanen ini berukuran 300 cm x 157 cm x 154 cm. Kandang ini digunakan oleh burung kakatua untuk melakukan segala aktivitasnya, antara lain makan, minum, kawin dan aktivitas-aktivitas lainnya yang biasa dilakukan oleh burung kakatua. Lebih dari 50% ruangan yang terdapat di dalam kandang adalah ruang terbuka yang dapat ditembus oleh sinar matahari. Menurut Prahara (1999), minimal 70 % dari kandang harus merupakan ruang terbuka dan dapat ditembus oleh sinar matahari. Sinar matahari sangat penting untuk proses reproduksi karena dalam proses reproduksi membutuhkan intensitas sinar matahari yang cukup untuk mengerami telurnya sampai pada masa perawatan anak (Zaky 2006). Selain itu, menurut Prijono dan Handini (1998), sinar matahari pagi berfungsi membantu pembentukan vitamin D, dapat membunuh kuman penyakit, dan akan mengurangi kelembaban di dalam kandang. Kandang yang lembab akan mempermudah penyebaran kuman penyakit.

(3)

5.1.2.2 Konstruksi Kandang

Kandang burung kakatua-kecil jambul kuning yang terdapat di MBOF termasuk dalam kategori kandang permanen. Konstruksi dari kandang permanen ini terdiri dari pagar berupa tembok, kawat ram sebagai bahan utama kandang dengan dilengkapi besi di setiap sudutnya dan asbes sebagai atap. Burung kakatua sangat suka mematuk benda-benda yang ada di sekitarnya, termasuk kawat ram yang menjadi bahan utama pembuatan kandang. Karena paruh dari burung kakatua sangat kuat, konstruksi dari kandang harus terbuat dari kawat yang khusus. Kawat ram yang digunakan sebagai bahan utama pembuatan kandang burung kakatua tidak cukup kuat untuk mengantisipasi aktvitas yang biasa dilakukan oleh burung kakatua ini. Menurut Prahara (1999), kawat harus terbuat dari baja dan tahan karat (galvanized), pada umumnya digunakan kawat yang mempunyai ketebalan 0,2 cm dengan besar spasi sekitar 4 cm2. Pada kandang terdapat pintu kecil yang berukuran 70 cm x 50 cm yang dipergunakan pengelola untuk mengganti makan dan minum setiap harinya. Pada pintu kandang juga dipasang gerendel agar burung kakatua tidak mudah lepas.

5.1.2.3 Perlengkapan Kandang

Adanya perlengkapan di dalam kandang sangat berperan penting agar burung kakatua-kecil jambul kuning dapat merasa nyaman seperti berada di habitat alaminya dan dapat terhindar dari stres akibat perubahan habitat. Perlengkapan yang ada di kandang di sesuaikan dengan kebutuhan yang biasa di lakukan oleh burung. Kandang burung di penangkaran MBOF memiliki tempat untuk bertengger, tempat untuk bersarang, tempat minum, dan tempat makan. Keempat jenis perlengkapan kandang ini merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi burung. Burung kakatua melakukan kegiatan bertengger pada sebagian besar aktivitasnya. Kayu yang digunakan untuk burung kakatua dan sebagian besar burung sebagai tempat bertengger di dalam kandang penangkaran MBOF adalah kayu puspa. Kayu ini didapat dari Pelabuhan Tanjung Priok. Kayu ini dipilih karena di Pelabuhan Tanjung Priok hanya terdapat kayu puspa yang dijual secara gelondongan. Pengelola kesulitan dalam mendapatkan kayu gelondongan yang digunakan untuk tempat bertengger bagi sebagian besar burung yang ada di penangkaran burung MBOF.

(4)

Di dalam kandang juga terdapat perlengkapan berupa tempat bersarang yang berukuran 96,9 cm x 52 cm x 67 cm. Tempat bersarang biasa digunakan burung kakatua untuk bersembunyi dan beristirahat. Di alam, biasanya burung kakatua tidak membuat sarang, melainkan menggunakan lubang bekas cabang yang mati dan lapuk atau bekas sarang burung lain. Menurut Prahara (1999), di habitat aslinya burung kakatua mempunyai kebiasaan berbiak di dalam lubang-lubang pohon. Hal ini menyebabkan pentingnya tempat bersarang disediakan oleh pihak pengelola. Sarang yang terdapat di dalam kandang terbuat dari triplek. Berdasarkan pengamatan, triplek yang digunakan sebagai bahan untuk membuat tempat sarang sering dipatuk-patuk oleh kakatua sehingga dapat merusak bentuk dari tempat sarang tersebut. Menurut Prahara (2003), untuk mencegah hal ini kotak sarang dapat dilapisi dengan seng/besi atau dengan mengurung kotak sarang ini dalam sebuah “sangkar” kawat besi yang kuat. Selama pengamatan, kotak sarang yang disediakan oleh pengelola hanya dimasuki oleh burung kakatua jantan. Burung kakatua betina tidak pernah terlihat memasuki kotak sarang ini dikarenakan burung kakatua betina menghindari burung kakatua jantan. Teknik penjodohan yang dilakukan oleh pihak pengelola belum berhasil sehingga sering terjadi penolakan oleh burung kakatua betina terhadap burung kakatua jantan. Sebaiknya, kotak sarang yang disediakan berjumlah minimum 2 buah kotak sarang agar burung kakatua betina juga dapat menggunakan kotak sarang mengingat pentingnya kotak sarang bagi burung kakatua untuk istirahat dan bersembunyi. Apabila burung kakatua telah berhasil dijodohkan, kotak sarang dapat digunakan untuk kawin dan bertelur. Perlengkapan kandang yang lain adalah tempat makan dan tempat minum yang terbuat dari alumunium stainless.

5.1.2.4 Perawatan Kandang

Kegiatan perawatan di dalam kandang di penangkaran burung MBOF terdiri dari pembersihan kandang dari sisa-sisa makanan dan feses burung kakatua, membersihkan dan mengganti air minum dengan air bersih. Kegiatan ini rutin dilakukan setiap hari. Pembersihan di luar kandang meliputi pembersihan sampah di sekitar kandang, merapikan tanaman yang tumbuh di dalam penangkaran, dan menanam tanaman untuk memperindah penangkaran. Kegiatan pembersihan di luar kandang dapat dilihat pada gambar 2.

(5)

Gambar 2 Kegiatan pembersihan di luar kandang. Keterangan: a) Pegawai sedang membersihkan halaman; b) Sampah sekitar kandang.

Sebagian besar kegiatan ini bersifat insidental, tapi untuk pembersihan sampah di sekitar kandang dilakukan setiap hari. Perawatan kandang bertujuan untuk menjaga kebersihan kandang agar burung kakatua dapat hidup sehat dan dapat terhindar dari penyakit. Kegiatan pembersihan ini perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi kesehatan burung kakatua. Menurut Setio dan Takandjandji (2007), tindakan yang diperlukan untuk menjaga kebersihan kandang, antara lain adalah:

a) Mengeruk, menyikat dan menyapu kotoran yang melekat pada bagian-bagian kandang untuk dibuang pada tempat pembuangan yang telah disiapkan.

b) Menyemprot atau menyiram dengan air pada bagian kandang yang telah dibersihkan secara rutin dua kali sehari .

c) Menyemprot kandang dengan desinfektan secara reguler 1 bulan sekali.

5.1.2.5 Pengelolaan Limbah

Limbah yang dihasilkan dari penangkaran burung MBOF adalah limbah padat yang berasal dari pakan sisa, yang berupa jagung, kuaci, kacang tanah, pepaya, kulit pisang, daun pepaya, dan tauge. Selain itu, limbah padat dihasilkan dari feses burung. Limbah-limbah ini setelah dikumpulkan lalu ditampung ke dalam angkong atau gerobak dorong. Limbah-limbah ini kemudian didistribusikan ke penampungan terakhir yang terletak di dekat penangkaran dan diolah menjadi pupuk untuk tanaman-tanaman buah yang terdapat di penangkaran. Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal tanaman dan hewan

a) b)

(6)

yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman (Simanungkalit dkk. 2006). Dalam Permentan No.2/Pert/Hk.060/2/2006, tentang pupuk organik dan pembenah tanah, dikemukakan bahwa pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik ini dapat bermanfaat untuk peningkatan produksi tanaman, mengurangi pencemaran lingkungan karena berasal dari bahan-bahan yang alami, dan dapat juga meningkatkan kualitas dari tanah. Berbeda dengan menggunakan pupuk buatan yang dapat berdampak negatif terhadap lingkungan maupun terhadap produksi tanaman.

5.1.2.6 Suhu dan Kelembaban Kandang

Hasil pengukuran suhu di kandang penangkaran burung MBOF relatif stabil. Suhu rata-rata harian di kandang adalah 29,78°C. Suhu pada pagi hari adalah 23°C, siang hari bisa mencapai 33°C, dan suhu pada sore hari menurun menjadi 27°C. Kondisi suhu di penangkaran burung MBOF dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Grafik suhu kandang di penangkaran burung MBOF.

Kelembaban rata-rata harian di kandang adalah 67,42%. Kelembaban kandang pada pagi hari stabil pada 91%, siang hari berkisar antara 60-61%, dan

(7)

sore hari stabil pada kelembaban 75%. Kondisi kelembaban pada penangkaran burung MBOF dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4 Grafik kelembaban kandang di penangkaran burung MBOF.

Untuk burung kakatua-kecil jambul kuning tidak terlalu jelas mengenai suhu dan kelembaban yang paling baik untuk kehidupannya. Berdasarkan ketinggian tempatnya, burung kakatua-kecil jambul kuning dapat dijumpai dari permukaan laut sampai ketinggian 800 mdpl, tetapi burung kakatua-kecil jambul kuning cenderung lebih banyak dijumpai pada kisaran ketinggian antara 200-400 mdpl (Zaky 2006). Menurut Persulessy dan Trainor (2001), secara garis besar

Cacatua sulphurea penyebarannya mendapat pengaruh yang signifikan oleh variabel ketinggian. Suhu di permukaan bumi akan semakin rendah dengan bertambahnya ketinggian. Sedangkan kelembaban suatu tempat bergantung pada suhu yang menentukan kapasitas udara untuk menampung uap air serta kandungan uap air aktual di tempat tersebut (Handoko 1995).

Menurut Handoko (1995), hubungan antara suhu rata-rata harian pada bulan-bulan Januari, Februari dan Maret 1982 dengan berbagai ketinggian tempat di Indonesia, antara lain pada ketinggian 0-500 mdpl suhu rata-rata harian mencapai 24,5°C hingga 27°C, pada ketinggian 500-1000 mdpl suhu rata-rata harian mencapai 21,5°C hingga 24,5°C, dan pada ketinggian 1000-1500 mdpl suhu rata-rata harian mencapai 20°C hingga 21,5°C. Suhu rata-rata harian di dalam kandang penangkaran yang bisa mencapai 29,78°C dirasa cukup tinggi sebagai

(8)

habitat dari burung kakatua. Dengan tingginya suhu tersebut, secara garis besar berpengaruh terhadap aktivitas dari burung kakatua-kecil jambul kuning.

Pada pagi hari dengan suhu 23°C, burung kakatua terlihat lebih aktif. Pada siang hari dengan suhu yang meningkat menjadi 33°C, burung kakatua lebih banyak berdiam diri. Burung kakatua jantan lebih memilih untuk berdiam diri di dalam sarang, sedangkan burung kakatua betina lebih banyak diam sambil berteduh di bawah atap. Untuk sore hari dengan suhu yang mulai menurun menjadi 27°C, burung kakatua kembali aktif melakukan aktivitasnya. Untuk mengantisipasi suhu yang cukup tinggi disarankan agar menyiram kandang untuk menurunkan suhu yang ada di dalam kandang karena hujan sangat jarang sekali terjadi.

5.1.3 Pakan

Burung paruh bengkok merupakan jenis burung pemakan segala jenis makanan kecuali serangga. Makanan yang biasa dimakan adalah biji-bijian, buah, madu, bunga dan pucuk tanaman. Burung paruh bengkok memiliki paruh bagian bawah yang melengkung ke atas dan bagian atas yang melengkung ke bawah (kakatua, nuri dan bayan), biasanya menandakan bahwa burung tersebut merupakan pemakan segala jenis makanan kecuali serangga (Soemadi dan Mutholib 1995). Burung kakatua-kecil jambul kuning merupakan hewan herbivora. Dalam penyediaan pakan harus cukup untuk memenuhi kebutuhan burung sehingga berfungsi secara efektif dan efisien. Pakan yang disediakan harus pakan yang baik karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan burung kakatua. Kualitas dan kuantitas dari pakan harus diperhatikan sehingga dapat memberikan fungsi yang optimum bagi burung.

5.1.3.1 Jenis dan Sumber Pakan

Jenis pakan yang diberikan untuk burung kakatua-kecil jambul kuning yang terdapat di penangkaran burung MBOF meliputi jagung, biji bunga matahari atau kuaci, kacang tanah, dan pepaya (Gambar 5).

(9)

Gambar 5 Jenis pakan yang diberikan pada burung kakatua. Keterangan: a) Kuaci atau biji bunga matahari; b) Jagung muda; c) Kacang tanah; d) Pepaya.

Menurut pengelola, pemilihan pakan berupa jagung muda, kacang tanah, kuaci dan pepaya di penangkaran burung MBOF berdasarkan kesukaan burung kakatua dan juga berdasarkan buku-buku yang telah dibaca oleh pengelola. Di alam menurut PHPA et al. (1998), berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan penduduk setempat pada tahun 1995, dikombinasikan dengan pengamatan langsung di Sulawesi, ada 14 jenis tumbuhan yang tercatat menjadi makanan kakatua, yakni buah-buahan atau biji-bijian jagung, pisang, mangga, pepaya, buah ara, jambu biji, jambu bol, “kedondong batu”, “marang taipa”, pir berduri, sarikaya, bunga kelapa, asam jawa, bunga dan buah mangrove. Sedangkan menurut Prahara (1999), burung kakatua sangat menggemari jagung muda yang berbonggol, biji bunga matahari, kacang tanah, tebu, buah biji kenari, dan sedikit sayuran serta buah-buahan. Pemilihan pakan yang dilakukan oleh pihak pengelola sudah cukup tepat hanya perlu untuk menambah variasi jenis pakan untuk burung kakatua-kecil jambul kuning untuk menghindari kejenuhan yang dapat berdampak terhadap nafsu makannya. b) d) c) d) c) a)

(10)

Pakan yang paling sering diberikan adalah jagung, kuaci dan kacang tanah. Sedangkan untuk pepaya diberikan secara insidental tergantung persediaan, apabila jumlah pepaya yang terdapat di penangkaran berlebih akan diberikan pada burung kakatua sebagai makanan tambahan. Pepaya juga digunakan untuk mengganti salah satu jenis pakan utama yang sedang tidak tersedia di penangkaran. Pakan-pakan ini dipilih karena selain mudah untuk didapatkan, jenis pakan ini juga biasa dimakan burung kakatua di habitat alaminya. Menurut Prahara (1999), burung kakatua sangat menggemari jagung muda yang berbonggol, biji bunga matahari, kacang tanah, tebu, buah biji kenari, dan sedikit sayuran serta buah-buahan. Pakan harus diberikan dalam jumlah yang cukup agar dapat memenuhi kebutuhan dari burung kakatua. Sumber pakan diperoleh dari pasar tradisional.

5.1.3.2 Jumlah Pakan dan Cara Pemberian Pakan

Jumlah pakan yang diberikan di penangkaran burung MBOF pada setiap kandang tidak terdapat ukuran yang tetap atau secara kira-kira saja. Pengelola secara kira-kira saja dalam menentukan jumlah pakan yang diberikan. Pemberian pakan dilakukan 2 kali dalam sehari pada pagi dan sore hari. Persentase jumlah pakan yang diberikan pada burung kakatua-kecil jambul kuning dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Persentase jumlah pakan yang diberikan pada burung kakatua-kecil jambul kuning di penangkaran burung MBOF

No Bahan pakan Jumlah (gr) Persentase (%)

1 Jagung muda 260 52

2 Kacang tanah 130 26

3 Kuaci 110 22

Total 500 100

Pakan yang diberikan harus dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hariannya. Menurut Prahara (1999), misalkan dalam sehari setiap ekor burung diberikan sekitar 2 tongkol jagung muda, 50 gram biji bunga matahari, serta campuran tebu, wortel dan kangkung sebanyak 100 gram. Pakan campuran ini seminggu sekali dapat diganti dengan kacang tanah yang telah direbus atau kelapa. Dalam pemberian jagung setiap 1 tongkol jagung muda dibagi menjadi 4 potong

(11)

sehingga dalam sehari setiap ekor burung kakatua diberi pakan berupa jagung muda tidak mencapai satu tongkol jagung. Hal ini kurang mencukupi kebutuhan harian dari burung kakatua. Jagung memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi. Kadar karbohidrat untuk burung tidak boleh kelebihan dan tidak boleh juga kekurangan. Kelebihan karbohidrat dapat menyebabkan kegemukan dan malas berkicau bagi burung karena karbohidrat yang dikonsumsi ditimbun dalam bentuk lemak, sedangkan kekurangan kadar karbohidrat dapat mendorong tubuh burung secara terus menerus merombak lemak dan protein menjadi energi sehingga lama kelamaan dapat menyebabkan burung akan kelihatan kurus dan kurang lincah (Soemadi dan Mutholib 1995).

Kacang tanah memiliki kadar lemak yang cukup tinggi sehingga penggunaanya sebagai pakan harus secara hati-hati, jangan terlampau banyak diberikan kepada burung. Menurut Soemadi dan Mutholib (1995), apabila kekurangan lemak, burung akan memperlihatkan gejala berupa kulit bersisik dan mengalami proses reproduksi yang tidak normal bahkan bisa menyebabkan kematian. Sebaliknya, bila lemak berlebihan, juga merugikan karena tidak semua lemak dapat dicerna tubuh yang akhirnya akan terbuang percuma bersama kotoran atau menumpuk di antara otot-otot tubuh maupun di bawah kulit yang dapat menyebabkan burung menjadi gemuk sekali dan gerakannya kelihatan kurang lincah, serta dapat menyebabkan burung mencret (Soemadi dan Mutholib 1995). Biji bunga matahari juga memiliki kandungan lemak yang cukup tinggi walaupun tidak setinggi kacang tanah sehingga apabila diberikan secara berlebihan akan berdampak burung bagi burung kakatua.

Pakan-pakan yang terdapat di penangkaran burung MBOF tidak terlalu bervariasi sehingga dibutuhkan penambahan jenis pakan untuk menghindari terjadinya penurunan nafsu makan dari burung kakatua. Pengelola juga sejauh ini berusaha untuk menambah variasi dari pakan burung kakatua, tapi ketersediaan pakan-pakan tersebut di pasar sangat terbatas sehingga menghambat dalam penambahan jumlah jenis pakan burung kakatua.

Cara penyajian dan pemberian pakan burung kakatua di penangkaran burung MBOF tersaji pada tabel 4.

(12)

Tabel 4 Cara penyajian dan pemberian pakan di penangkaran burung MBOF

No Pakan Penyajian Pemberian

1 Jagung Dalam 1 tongkol dibagi menjadi

4

Diletakkan di dalam mangkuk

alumunium stainlees

2 Biji Bunga

Matahari

Dalam bentuk kuaci yang belum dikupas

Diletakkan di dalam mangkuk

alumunium stainlees

3 Kacang Tanah Dalam bentuk kacang tanah yang belum dikupas

Diletakkan di dalam mangkuk

alumunium stainlees

4 Pepaya Dikupas dan dipotong-potong

menjadi kecil

Diletakkan di dalam mangkuk

alumunium stainlees

Semua pakan yang ada di dalam kandang diletakkan di dalam mangkuk alumunium stainless dengan posisi di ujung tempat bertengger agar memudahkan burung kakatua dalam mengambil pakan karena sebagian besar aktivitas burung kakatua dilakukan pada tempat bertengger. Untuk penyajiannya, jagung diberikan dalam bentuk tongkol tidak dalam bentuk pipilan. Menurut Soemadi dan Mutholib (1995), tongkol jagung muda sangat disukai oleh burung paruh bengkok, seperti kakatua, nuri, parkit dan bayan. Untuk biji bunga matahari dan kacang tanah disajikan tidak dengan dikupas. Burung kakatua biasa memecahkan kulit dari biji bunga matahari dan kacang tanah dengan menggunakan paruhnya yang kuat.

5.1.3.3 Kandungan Gizi dan Alternatif Formula Pakan

Gizi pakan sangat penting untuk pertumbuhan dan pertambahan bobot badan burung kakatua sehingga dibutuhkan pemilihan jenis pakan yang tepat yang dapat menunjang pertumbuhan dan pertambahan bobot badan dari burung kakatua. Kualitas pakan sangat ditentukan oleh nilai gizi yang dikandung dalam pakan tersebut. Secara umum pakan yang diberikan kepada burung harus mengandung protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air (Soemadi dan Mutholib 1995). Apabila zat gizi tersebut telah terpenuhi, fungsi tubuh burung akan berjalan dengan normal.

Peranan dari protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin dan air dalam tubuh burung adalah (Soemadi dan Mutholib 1995):

1. Protein berfungsi sebagai bahan pembangun tubuh dan pengganti jaringan yang aus atau rusak; bahan baku pembentukan enzim, hormon, dan antibodi (zat

(13)

kekebalan); mengatur peredaran cairan tubuh dan zat yang larut di dalamnya ke dalam dan ke luar sel; serta metabolisme energi.

2. Lemak berfungsi sebagai sumber energi, mengatur suhu tubuh, melindungi organ tubuh, membawa vitamin (A, D, E dan K), membawa asam lemak esensial, dan sebagai bahan baku pembentukan hormon steroid.

3. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi, membakar lemak, membantu memperkecil oksidasi protein menjadi energi, dan memelihara fungsi alat pencernaan makanan agar berjalan normal.

4. Mineral berfungsi untuk memelihara kesehatan tulang dan bulu, menambah nafsu makan, dan menghindari kanibalisme antar burung

5. Vitamin sendiri didefinisikan sebagai substansi organik yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil untuk pengaturan berbagai proses dalam tubuh.

6. Air sangat penting untuk pertumbuhan dan kesehatan burung.

Hasil perhitungan kandungan gizi pakan burung kakatua yang diberikan di penangkaran burung MBOF dengan mengacu pada nilai gizi dari bahan penyusunnya (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI 1979) dapat dilihat pada tabel 5. Dalam sehari, 260 gram jagung yang diberikan oleh pengelola dalam sehari memiliki kandungan energi 335,4 kalori ; 130 gram kacang tanah memiliki kandungan energi 587,6 kalori dan 110 gram kuaci memiliki kandungan energi 566,5 kalori. Jumlah kalori yang didapatkan burung kakatua-kecil jambul kuning dari jagung muda, kacang tanah dan kuaci adalah 879,74 kalori. Apabila mengacu kepada Praha (1999), dalam sehari setiap ekor burung diberikan sekitar 2 tongkol jagung muda, 50 gram biji bunga matahari, dengan pakan campuran dapat diganti dengan kacang tanah sebanyak 100 gram, dapat dilihat hasil perhitungan kandungan gizi pakan tersebut dengan mengacu juga pada nilai gizi dari bahan penyusunnya (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI 1979) pada tabel 6.

(14)

Tabel 5 Kandungan gizi pakan burung kakatua di penangkaran burung MBOF mengacu pada nilai gizi dari bahan penyusunnya (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan 1979)

No Kandungan Jenis pakan Total

gizi Jagung muda (260 gr) Kacang tanah (130 gr) Kuaci (110 gr)

1 Kalori 93,91 kal 587,6 kal 198,23 kal 879,74 kal

2 Protein 4,12% 25,30% 30,60% 19,75% 3 Lemak 1,31% 42,80% 42,10% 30,17% 4 Karbohidrat 30,30% 21,10% 13,79% 22,71% 5 Kalsium 3,64 mg 75,4 mg 20,79 mg 99,83 mg 6 Fosfor 78,62 mg 435,5 mg 120,12 mg 634,24 mg 7 Besi 0,8 mg 1,69 mg 2,39 mg 4,88 mg

8 Vitamin A 1,24 S.I. 0 0 1,24 S.I.

9 Vitamin B1 0,13 mg 0,39 mg 0,008 mg 0,528 mg

10 Vitamin C 6,55 mg 3,9 mg 0 10,45 mg

11 Air 46,23 gr 5,2 gr 3,81 gr 55,24 gr

Tabel 6 Kandungan gizi pakan burung kakatua menurut Prahara (1999) mengacu pada nilai gizi dari bahan penyusunnya (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan 1979)

No Kandungan Jenis pakan Total

gizi Jagung muda (1040 gr) Kacang tanah (100 gr) Kuaci (50 gr)

1 Kalori 375,65 kal 452 kal 90,13 gr 917,78 kal

2 Protein 4,20% 25,30% 30,63% 10,49% 3 Lemak 1,30% 42,80% 42,11% 13,20% 4 Karbohidrat 30% 21,10% 13,83% 27,13% 5 Kalsium 14,56 mg 58 mg 9,45 mg 82,01 mg 6 Fosfor 314,50 mg 335 mg 54,6 mg 704,1 mg 7 Besi 3,20 mg 1,3 mg 1,09 mg 5,59 mg

8 Vitamin A 4,95 S.I. 0 0 4,95 S.I.

9 Vitamin B1 0,52 mg 0,3 mg 0,004 mg 0,83 mg

10 Vitamin C 26,21 mg 3 mg 0 29,21 mg

11 Air 184,91 gr 4 gr 1,73 gr 190,64 gr

Dalam 1040 gram jagung muda memiliki kandungan energi 475,65 kalori, 100 gram kacang tanah memiliki kandungan energi 452 kal dan 50 gram kuaci memiliki kandungan energi 90,12 kalori. Jumlah total energi yang seharusnya didapatkan oleh burung kakatua-kecil jambul kuning dalam sehari adalah 917,78 kalori. Apabila jumlah pakan yang diberikan oleh pengelola dan jumlah pakan

(15)

yang diacu dalam Prahara (1999) diasumsikan habis, maka jumlah energi dari pakan yang diberikan oleh pihak pengelola kurang dari jumlah energi yang seharusnya didapatkan oleh burung kakatua. Hal ini lama kelamaan akan mempengaruhi performa dari burung kakatua-kecil jambul kuning jika tidak menjadi perhatian pihak pengelola.

Berdasarkan tingkat kesukaan pakan dan jumlah energi minimum yang harus dimiliki oleh burung kakatua adalah sehari, dapat dibuat dua alternatif formulasi pakan. Alternatif formulasi pakan yang pertama adalah jagung muda sebanyak 700 gram, kelapa 180 gram dan kuaci 273 gram. Jenis-jenis pakan ini merupakan jenis pakan yang sangat disukai oleh burung kakatua dan ketersediaannya di pasar juga cukup banyak dan mudah untuk dicari. Kandungan gizi dari formulasi pakan ini dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 Kandungan gizi formula pakan satu yang dianjurkan mengacu pada nilai gizi dari bahan penyusunnya (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan 1979)

No Kandungan Jenis pakan Total

gizi Jagung muda (700 gr) Kelapa (180 gr) Kuaci (273 gr)

1 Kalori 252,84 kal 171,72 kal 492,08 kal 916,64 kal

2 Protein 4,10% 4% 30,60% 10,62% 3 Lemak 1,30% 15% 42,10% 14,75% 4 Karbohidrat 30,30% 10% 13,80% 21,22% 5 Kalsium 9,8 mg 7,63 mg 51,6 mg 69,03 mg 6 Fosfor 211,68 mg 52,47 mg 298,12 mg 562,27 mg 7 Besi 2,16 mg 1,24 mg 5,92 mg 9,32 mg

8 Vitamin A 3,33 S.I. 9,54 S.I. 0 12,87 S.I.

9 Vitamin B1 0,35 mg 0,05 mg 0,02 mg 0,42 mg

10 Vitamin C 17,64 mg 3,82 mg 0 21,46 mg

11 Air 124,46 gr 66,78 gr 9,46 gr 200,7 gr

Berdasarkan penelitian Masy’ud dan Effendy (2003) di Resort Loh Niang, Taman Nasional Komodo, burung kakatua-kecil jambul kuning sangat suka sekali memakan buah asam. Buah asam juga dapat dijadikan sebagai alternatif pakan melihat tingginya tingkat kesukaan dari burung kakatua-kecil jambul kuning. Untuk alternatif formulasi pakan yang kedua, antara lain jagung muda 500 gram,

(16)

kacang tanah 50 gram, kuaci 220 gram dan asam 100 gram. Kandungan gizi dari formulasi pakan ini dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8 Kandungan gizi formula pakan dua yang dianjurkan mengacu pada nilai gizi dari bahan penyusunnya (Direktorat Gizi Departemen Kesehatan 1979)

No Kandungan Jenis pakan Total

gizi Jagung muda (500 gr) Kacang tanah (50 gr) Kuaci (150 gr) Asam (210 gr)

1 Kalori 180,6 kal 226 kal 270,38 kal 240,91 kal 917,89 kal

2 Protein 4,10% 25,30% 30,61% 2,80% 10,86% 3 Lemak 1,30% 42,80% 42,10% 0,61% 13,38% 4 Karbohidrat 30,30% 21,10% 13,80% 62,50% 35,89% 5 Kalsium 7 mg 29 mg 28,35 mg 74,6 mg 138,95 mg 6 Fosfor 151,2 mg 167,5 mg 163,8 mg 113,9 mg 596,4 mg 7 Besi 1,54 mg 0,65 mg 3,255 mg 0,61 mg 6,06 mg

8 Vitamin A 2,38 S.I. 0 0 30,24 S.I. 32,62 S.I.

9 Vitamin B1 0,252 mg 0,15 mg 0,01 mg 0,34 mg 0,75 mg

10 Vitamin C 12,6 mg 1,5 mg 0 2,02 mg 16,12 mg

11 Air 88,9 gr 3 gr 5,20 gr 31,65 gr 128,75 gr

5.1.4 Penyakit dan Perawatan Kesehatan

Burung kakatua-kecil jambul kuning pada saat datang langsung diperiksa kesehatannya oleh pihak pengelola. Pengelola ingin memastikan kesehatan burung kakatua agar tidak salah dalam melakukan tindakan manajemen. Apabila salah dalam melakukan tindakan manajemen dapat menyebabkan kematian bagi burung tersebut. Menurut pihak pengelola, kesehatannya dapat terlihat dari kotorannya, keaktivannya dan juga nafsu makannya. Burung yang sehat dicirikan oleh tingkah lakunya yang selalu lincah dan sering berkicau, makan dan minum secara wajar, matanya bening dan bersinar, bulunya tetap mulus atau tidak kusut (Soemarjoto dan Prayitno 1999). Apabila burung sakit menurut Soemarjoto dan Prayitno (1999) juga dapat segera diketahui bila menunjukkan beberapa hal, antara lain keadaannya lesu atau loyo seperti kedinginan dan kurang mau berkicau, kurang suka makan dan minum, bulunya tampak kusut, napasnya tersengal-sengal, hidung atau paruhnya kadang-kadang berlendir, dan kotorannya cair (mencret) berwarna hijau keputih-putihan. Setelah memastikan keadaan burung kakatua benar-benar sehat, burung kakatua-kecil jambul kuning dimasukkan ke dalam kandang sementara karena

(17)

kandang permanen yang dipergunakan oleh burung kakatua-kecil jambul kuning sekarang sedang dibangun.

Burung kakatua-kecil jambul kuning didatangkan ke dalam penangkaran burung MBOF belum genap satu tahun sehingga untuk pengelolaan kesehatan dari burung kakatua belum terlalu mendalam. Burung kakatua di dalam penangkaran burung MBOF belum pernah terserang penyakit yang biasanya sering diderita oleh burung kakatua. Menurut Prahara (1999), gangguan fisik yang biasa diderita oleh burung kakatua dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10 Gangguan fisik yang biasa di derita oleh burung kakatua (Prahara 1999)

No Nama Gejala Pengobatan

A Penyakit Internal 1 Berak darah

Feses bercampur darah, tubuh lemah, tidak dapat terbang, nafsu makan berkurang

Menggunakan obat

anticoccidiosis 2 Cacingan Tubuh lemah, badan kurus, bulu kusam,

nafsu makan kurang.

Menggunakan obat cacing

3 Moniliasis Tubuh lesu dan bulu kusam Pemberian vitamin A

4 Aspergilosis

Nafsu makan kurang dan kesulitan bernafas

Menggunakan itraconazole

B Penyakit Eksternal

1 PBDF Bulu rontok dan paruh rusak Setiap pagi dimandikan

dengan larutan seperti Bird InTM

C Penyakit defisiensi

Memakan bulunya sendiri Ditambahkan zat mineral Ca

dalam pakan

D Trauma Luka pada tubuh burung Diberi obat luka anti-infeksi

Keterangan : PBDF : Pssitacine beak and feather disease

Berdasarkan hasil uji laboratorium terhadap feses burung kakatua jantan dan burung kakatua betina dengan menggunakan metode natif dan pengapungan menunjukkan hasil negatif, yang berarti bahwa burung kakatua dalam keadaan sehat, tidak menderita penyakit (tabel 11).

Tabel 11 Hasil identifikasi feses burung kakatua-kecil jambul kuning

No Kode Satwa Hasil Pemeriksaan Keterangan

1 Burung kakatua jantan (-) Negatif

(18)

Pengelola biasa memberikan tambahan vitamin dan antibiotik ke dalam air yang akan diminum oleh burung kakatua pada saat pertama kali datang ke penangkaran, pada saat cuaca yang tidak menentu dan pada saat pancaroba. Vitamin dan antibiotik ini dapat menjaga stamina burung kakatua, mencegah penyakit, dan mengatasi segala bentuk stres. Secara berturut-turut selama 5 hari, burung kakatua diberi tambahan antibiotik, lalu pada minggu kedua diberi tambahan vitamin selama 5 hari berturut-turut juga. Manajemen yang dilakukan oleh pengelola kurang tepat, antibiotik seharusnya diberikan pada saat burung menderita penyakit karena antibiotik dapat membunuh dan menghambat pertumbuhan kuman penyakit. Sejauh ini, burung kakatua-kecil jambul kuning yang terdapat di dalam kandang penangkaran burung MBOF masih sehat, tidak terkena penyakit apapun sehingga tidak membutuhkan pemberian antibiotik di dalam air minumnya.

5.1.5 Reproduksi

Suatu penangkaran dikategorikan berhasil apabila satwa yang ditangkarkan dapat menghasilkan keturunan. Untuk pengelolaan reproduksi di penangkaran burung MBOF adalah penentukan jenis kelamin dan pemilihan bibit.

5.1.5.1 Penentuan Jenis Kelamin

Cara membedakan jenis kelamin dari burung kakatua-kecil jambul kuning adalah dengan mengecek iris matanya. Untuk membedakannya, harus melihat dari jarak yang cukup dekat. Jenis kakatua yang jantan iris matanya akan berwarna hitam, sedangkan untuk jenis kakatua betina iris matanya akan berwarna merah. Menurut Prahara (1999), penentuan jenis kelamin kakatua dapat dilakukan dengan melihat warna biji matanya (iris), burung jantan memiliki biji mata berwarna hitam dan burung betina memiliki biji mata berwarna merah. Perbedaan iris mata ini akan semakin terlihat apabila burung kakatua telah masuk kategori dewasa. Perbedaan warna biji mata pada burung kakatua-kecil jambul kuning dapat dilihat pada gambar 6.

(19)

Gambar 6 Cara membedakan jenis kelamin burung kakatua. Keterangan: a) Jenis kelamin betina (iris mata merah); b) Jenis kelamin jantan (iris mata hitam).

5.1.5.2 Pemilihan Bibit

Pemilihan bibit (calon induk) yang berkualitas di dalam penangkaran sangat dibutuhkan agar dapat menghasilkan keturunan yang yang baik. Pemilihan bibit di penangkaran burung MBOF dilakukan dengan memperhatikan kondisi fisik dari burung kakatua-kecil jambul kuning, antara lain sehat, tidak cacat tubuh, terhindar dari penyakit, dan tidak berasal dari satu keturunan untuk menghindari terjadinya

in-breeding. Pengelola membeli 2 pasang burung kakatua dari pehobi burung yang menjual burungnya ke penangkaran. Dua pasang burung kakatua tersebut dijadikan indukan awal dengan meletakkan ke dalam kandang secara terpisah yang letaknya bersebelahan.

5.1.5.3 Pengaturan Kawin

Teknik penjodohan burung kakatua di penangkaran burung MBOF dilakukan secara paksa dengan memasukkan burung yang telah dipilih atau diseleksi ke dalam sebuah kandang yang telah disiapkan oleh pihak pengelola. Cara ini dianggap dapat mempermudah tugas pihak pengelola karena tidak perlu pemantauan secara intensif. Menurut Prahara (2003), kelebihan dari metode ini adalah tidak perlu biaya yang banyak karena hanya memerlukan sepasang burung saja dan sebuah kandang penangkaran, sedangkan kekurangannya adalah bila penjodohan ini tidak sesuai maka perkawinan yang diharapkan tidak akan terjadi bahkan seringkali terjadi perkelahian yang dapat membawa kematian. Penjodohan burung kakatua-kecil jambul kuning yang terjadi di penangkaran burung MBOF a))

a)

b) a)

(20)

kurang berhasil. Burung kakatua betina sering terlihat menjauhi atau menolak burung kakatua jantan. Hal ini dapat dikarenakan karena burung kakatua betina yang tidak menyukai burung kakatua jantan dan juga dapat dikarenakan pada saat pengamatan belum memasuki musim kawinnya. White dan Bruce (1986) dalam

PHPA et al. (1998) menyebutkan masa perkembangbiakan di Buton pada bulan September-Oktober dan Nusa Tenggara pada bulan April-Mei.\Selain itu, adaptasi yang belum terlalu lama juga dapat mempengaruhi penjodohan. Burung kakatua termasuk burung yang pemilih dalam menentukan pasangan kawinnya sehingga perlu adanya pendekatan yang dilakukan sebelum burung tersebut mencapai dewasa (Budiman 2002). Kedepannya pihak pengelola ingin menambahkan kembali jumlah burung kakatua-kecil jambul kuning yang ada di penangkaran burung MBOF. Pihak pengelola ingin melakukan metode penjodohan secara alami dengan menggabungkan beberapa burung kakatua jantan dan beberapa burung kakatua betina ke dalam kandang yang cukup besar dan membiarkan burung-burung ini memilih sendiri pasangannya. Dengan pemantauan secara rutin, apabila telah didapatkan ciri-ciri pasangan yang berjodoh akan diletakkan di dalam kandang secara berpasangan. Metode ini memerlukan pemantauan secara intensif oleh pihak pengelola.

5.2 Aktivitas Harian

Aktivitas harian burung kakatua kecil jambul kuning di kandang akan sangat berbeda dengan aktivitas hariannya di habitat alami. Terbatasnya luasan dari kandang akan membuat burung kakatua beradaptasi pada kondisi tersebut. Berikut adalah persentase alokasi waktu aktivitas harian burung kakatua-kecil jambul kuning berdasarkan jenis kelamin di penangkaran burung MBOF (Gambar 7). Berdasarkan gambar 7, burung kakatua jantan lebih banyak melakukan waktu beraktivitasnya untuk melakukan aktivitas lain berupa aktivitas bermain, memerikasa keadaan, mengibaskan sayap, menggantung dan berputar, dan aktivitas bersembunyi , yaitu selama 427,12 menit. Untuk aktivitas lain yang paling sering dilakukan adalah aktivitas bermain, yaitu selama 330,2 menit. Sedangkan burung kakatua betina lebih banyak melakukan aktivitas diam, yaitu selama 302,41 menit.

(21)

Gambar 7 Kurva persentase alokasi waktu aktivitas harian burung kakatua-kecil jambul kuning berdasarkan jenis kelamin di penangkaran burung MBOF.

Berdasarkan hasil uji khi-kuadrat diperoleh X2 hitung (481,709) > X2 tabel (4,575), dengan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan aktivitas harian burung kakatua-kecil jambul kuning. Terdapat perbedaan perilaku antara burung kakatua jantan dan burung kakatua betina. Di dalam kandang penangkaran burung MBOF, burung kakatua jantan terlihat lebih aktif daripada burung kakatua betina yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan berdiam diri. Hal ini sesuai dengan pendapat Houpt dan Thomas (1982) dalam

Rekapermana et al. (2006), yang menyatakan bahwa pada umumnya satwa jantan lebih agresif dibandingkan dengan satwa betina, baik dalam hubungan interspesies maupun intraspesies.

(22)

Untuk pola sebaran waktu aktivitas harian burung kakatua-kecil jambul kuning berjenis kelamin jantan (lampiran 2), terdapat beberapa aktivitas yang lebih banyak dilakukan pada pagi hari, antara lain aktivitas jalan, mematuk benda, Bersuara, mengangkat kaki, geser, makan, dan minum. Aktivitas yang banyak dilakukan pada siang hari, yaitu aktivitas diam dan buang kotoran. Sedangkan aktivitas yang banyak dilakukan pada sore hari adalah aktivitas siaga, menelisik bulu, dan aktivitas lain. Pola sebaran waktu aktivitas harian untuk burung kakatua-kecil jambul kuning berjenis kelamin betina (lampiran 3), aktivitas yang banyak dilakukan pada pagi hari, antara lain aktivitas siaga, Bersuara, minum dan aktivitas lain. Untuk aktivitas yang banyak dilakukan pada siang hari adalah aktivitas mematuk benda dan diam. Sedangkan aktivitas yang banyak dilakukan pada sore hari, yaitu aktivitas jalan, menelisik bulu, mengangkat kaki, geser, makan dan buang kotoran.

Pola sebaran waktu aktivitas lain untuk burung kakatua-kecil jambul kuning berjenis kelamin jantan (lampiran 4), aktivitas lebih banyak dilakukan pada siang hari (aktivitas bersembunyi dan memeriksa keadaan) dan pada sore hari (aktivitas bermain, mengibaskan sayap, menggantung dan berputar). Sedangkan pola sebaran waktu aktivitas lain untuk burung kakatua-kecil jambul kuning berjenis kelamin betina (lampiran 5), aktivitas lebih banyak dilakukan pada pagi hari, yaitu aktivitas mengembangkan sebelah sayap dan aktivitas membersihkan kaki.

5.2.1 Aktivitas Jalan

Burung kakatua-kecil jambul kuning yang terdapat di penangkaran burung MBOF melakukan aktivitas berjalan pada bagian bawah kandang yang terbuat dari kawat ram dan dahan pohon puspa yang disediakan oleh pengelola. Burung kakatua jantan melakukan aktivitas berjalan selama 22,2 menit atau sekitar 3,08% dari waktu pengamatan. Sedangkan burung kakatua betina melakukan aktivitas berjalan sebanyak 7,87 menit atau sekitar 1,09% dari waktu pengamatan. Burung kakatua jantan lebih banyak melakukan aktivitas berjalan daripada burung kakatua betina karena burung kakatua jantan di penangkaran burung MBOF terlihat lebih aktif daripada burung kakatua betina yang lebih banyak melakukan aktivitas diam. Burung kakatua jantan sering terlihat berjalan-jalan di atas tempat bertengger. Aktivitas berjalan lebih banyak disebabkan oleh adanya rangsangan eksternal dan

(23)

internal dari dalam tubuh (takandjandji dan Mite 2008). Menurut Takandjandji dan Mite (2008), rangsangan internal berasal dari dalam tubuh, di mana burung merasa lapar, haus, dan ingin kawin, sehingga melakukan aktivitas berjalan untuk mencari yang diinginkan, sedangkan rangsangan eksternal merupakan rangsangan dari luar, misalnya adanya gangguan di sekitar lingkungan kandang yang membuat burung kakatua melakukan aktivitas.

5.2.2 Aktivitas Mematuk Benda

Burung kakatua merupakan spesies burung paruh bengkok. Paruhnya yang tajam biasa digunakan untuk mematuk benda. Kegiatan ini biasa dilakukan oleh burung kakatua untuk membersihkan paruh dan juga untuk mempertajam paruhnya. Selain itu, burung kakatua di penangkaran burung MBOF juga melakukan aktivitas mematuk benda untuk berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan paruh dan kakinya. Burung kakatua jantan melakukan aktivitas mematuk benda selama 44,23 menit atau sekitar 6,1% dari waktu pengamatan. Sedangkan burung kakatua betina melakukan aktivitas mematuk benda selama 74,95 menit atau sekitar 10,41% dari waktu pengamatan. Burung kakatua betina lebih banyak melakukan aktivitas mematuk benda daripada burung kakatua jantan. Burung kakatua betina yang pasif banyak memanfaatkan waktu diamnya untuk mematuk benda-benda yang ada di sekitarnya.

5.2.3 Aktivitas Diam

Aktivitas diam merupakan aktivitas yang sangat dominan dilakukan oleh burung kakatua betina. Burung kakatua betina di penangkaran burung MBOF lebih pasif dalam melakukan berbagai aktivitas sehingga burung kakatua betina lebih banyak melakukan aktivitas diam. Aktivitas diam lebih sering dilakukan oleh burung kakatua betina dan burung kakatua jantan pada waktu siang hari. Suhu yang tinggi membuat burung kakatua lebih banyak diam dan berlindung di bawah atap untuk menghindari panasnya sinar matahari.

Burung kakatua jantan melakukan aktivitas diam selama 131,78 menit atau sekitar 18,30% dari waktu pengamatan. Sedangkan burung kakatua betina melakukan aktivitas diam selama 302,41 menit atau sekitar 42% dari waktu pengamatan. Burung kakatua betina lebih banyak melakukan aktivitas diam daripada burung kakatua jantan. Burung kakatua jantan menguasai sebagian besar

(24)

wilayah yang ada di dalam kandang sehingga ruang yang dimiliki oleh burung kakatua betina lebih sedikit. Hal ini berdampak terhadap aktivitas dari burung kakatua betina yang menjadi lebih terbatas. Selama pengamatan, burung kakatua betina terlihat lebih banyak menghindari burung kakatua jantan dengan berdiam diri di satu tempat yang berjauhan dari burung kakatua jantan dalam waktu yang cukup lama. Perilaku diam juga merupakan perilaku istirahat yang dilakukan burung. Menurut Purnama (2006), perilaku istirahat (bukan perilaku tidur) pada burung merupakan suatu perilaku dimana burung tidak melakukan aktivitas dan untuk memulihkan energi setelah melakukan aktivitas.

5.2.4 Aktivitas Geser

Aktivitas bergeser biasa dilakukan oleh burung kakatua secara singkat. Untuk burung kakatua jantan, aktivitas bergeser sering dilakukan di sela-sela aktivitas bermain. Sedangkan burung kakatua betina biasa melakukan aktivitas bergeser untuk menghindari burung kakatua jantan. Selain itu, burung kakatua betina sering bergeser ke suatu tempat untuk melanjutkan aktivitas diam yang telah dilakukan di tempat sebelumnya.

Burung kakatua jantan melakukan aktivitas geser selama 4,32 menit atau sekitar 0,6% dari waktu pengamatan. Sedangkan burung kakatua betina melakukan aktivitas geser selama 4,23 menit atau sekitar 0,59% dari waktu pengamatan. Pada aktivitas bergeser, tidak terdapat perbedaan yang besar antara burung kakatua jantan dan burung kakatua betina. Aktivitas ini tidak terlalu sering dilakukan, hanya sesekali saja dilakukan oleh burung kakatua.

5.2.5 Aktivitas Siaga

Aktivitas siaga burung kakatua-kecil jambul kuning di penangkaran burung MBOF ditandai dengan jambul burung kakatua yang berdiri apabila burung kakatua merasa terganggu atau terancam (gambar 8). Menurut Doane (2001), beberapa perilaku burung paruh bengkok yang mengindikasikan bahwa mereka merasa terancam, antara lain: (1) Membungkukkan badan dengan rendah pada tempat bertengger dengan sayap direntangkan dan bulu ekor dikibaskan, paruh terbuka; (2) Sayap ditinggikan dengan bulu ekor dikibaskan, paruh terbuka; (3) tubuh tegak dan satu kaki dinaikkan untuk mengusir orang atau objek; (4) Tubuh tegak, sayap direntangkan, paruh terbuka, bulunya ditegakkan, dan jambul

(25)

ditegakkan (untuk spesies berjambul); dan (5) bergerak bolak-balik dan berpindah-pindah di tempat bertengger disertai dengan suara pelan.

Gambar 8 Bentuk aktivitas siaga oleh burung kakatua betina.

Burung kakatua jantan melakukan aktivitas siaga selama 7,15 menit atau sekitar 0,99% dari waktu pengamatan. Sedangkan burung kakatua betina melakukan aktivitas siaga selama 36,32 menit atau sekitar 5,04% dari waktu pengamatan. Burung kakatua betina lebih banyak melakukan aktivitas siaga daripada burung kakatua jantan karena burung kakatua betina gampang stres. Stres yang dialami oleh burung kakatua betina banyak diakibatkan oleh kegiatan pengelola yang sering melakukan aktivitas di sekitar kandang. Selain itu, letak penangkaran yang berada di dekat pemukiman masyarakat dapat menyebabkan burung kakatua sering stres. Karena masyarakat sekitar penangkaran tidak diperkenankan masuk ke dalam penangkaran, mereka sering melihat burung-burung yang ada di dalam penangkaran dari luar pagar. Hal ini juga yang menyebabkan burung kakatua gampang stres karena letak kandang burung kakatua-kecil jambul kuning yang dekat dengan pagar.

5.2.6 Aktivitas Mengangkat Kaki

Aktivitas mengangkat kaki tidak terlalu sering dilakukan oleh burung kakatua jantan tapi cukup sering dilakukan oleh burung kakatua betina. Burung kakatua jantan melakukan aktivitas mengangkat kaki selama 0,73 menit atau sekitar 0,10% dari waktu pengamatan. Sedangkan burung kakatua betina

(26)

melakukan aktivitas mengangkat kaki selama 36,67 menit atau sekitar 5,09% dari waktu pengamatan. Burung kakatua betina lebih banyak melakukan aktivitas mengangkat kaki daripada burung kakatua jantan. Aktivitas ini dilakukan oleh burung kakatua jantan secara singkat (gambar 9). Berbeda dengan burung kakatua jantan, burung kakatua betina lebih sering melakukan aktivitas mengangkat kaki karena aktivitas ini juga sering dilakukan berbarengan dengan aktivitas mengembangkan sebelah sayap.

Gambar 9 Bentuk aktivitas mengangkat kaki oleh burung kakatua jantan.

5.2.7 Aktivitas Menelisik Bulu

Aktivitas menelisik bulu merupakan aktivitas yang dilakukan burung dalam merawat tubuh agar bulu tetap sehat, segar dan mengkilat. Bulu merupakan bagian utama yang perlu dibersihkan karena penting artinya dalam kehidupan burung, yakni sebagai pelindung bagi tubuh dari hujan dan panas, berguna juga untuk terbang mencari makan, sebagai penghangat pada saat mengerami telur dan mengasuh anak (Takandjadji dan Mite 2008).

Burung kakatua jantan melakukan aktivitas menelisik bulu selama 50,07 menit atau sekitar 6,95% dari waktu pengamatan. Sedangkan burung kakatua betina melakukan aktivitas menelisik bulu selama 115,91 menit atau sekitar 16,10% dari waktu pengamatan. Aktivitas menelisik bulu burung kakatua betina lebih banyak daripada burung kakatua jantan karena aktivitas ini dapat dilakukan sambil berdiam diri sehingga sangat sering dilakukan oleh burung kakatua betina yang pasif.

(27)

5.2.8 Aktivitas Makan

Burung kakatua melakukan aktivitas makan untuk bertahan hidup dan menunjang segala aktivitasnya. Selama pengamatan, burung kakatua betina lebih banyak melakukan aktivitas makan daripada burung kakatua jantan. Burung kakatua melakukan aktivitas makan hampir setiap jam.

Burung kakatua jantan melakukan aktivitas makan selama 29,22 menit atau sekitar 4,06% dari waktu pengamatan. Sedangkan burung kakatua betina melakukan aktivitas makan selama 85,63 menit atau sekitar 11,89% dari waktu pengamatan. Aktivitas makan dapat dilakukan sambil berdiam diri sehingga burung kakatua betina yang pasif jadi lebih sering melakukan aktivitas makan. Hal inilah yang membuat burung kakatua betina memiliki alokasi waktu makan yang lebih banyak daripada burung kakatua jantan.

5.2.9 Aktivitas Bersuara

Di penangkaran burung MBOF, burung kakatua melakukan aktivitas Bersuara terhadap burung-burung jenis lain yang kandangnya berdekatan dengan kandang burung kakatua-kecil jambul kuning. Menurut Martin (2002), burung paruh bengkok secara alami cenderung berteriak saat melihat matahari terbit dengan mengeluarkan suara yang kuat, aktivitas ini merupakan ekspresi kebahagiaan dan merupakan aktivitas yang sangat penting untuk menetapkan batas-batas teritorial dan juga untuk tetap berhubungan dengan sejenisnya atau untuk berlainan jenis. Perilaku berteriak secara alami terjadi pada pagi dan sore hari (Martin 2002).

Burung kakatua jantan melakukan aktivitas Bersuara selama 1,22 menit atau sekitar 0,17% dari waktu pengamatan. Sedangkan burung kakatua betina melakukan Bersuara benda selama 1,42 menit atau sekitar 0,20% dari waktu pengamatan. Burung kakatua betina lebih banyak melakukan aktivitas Bersuara daripada burung kakatua jantan. Aktivitas Bersuara yang dilakukan oleh burung kakatua betina kadang dilakukan berbarengan dengan aktivitas siaga sehingga intensitasnya lebih sering karena burung kakatua betina lebih gampang stres daripada burung kakatua jantan.

(28)

5.2.10 Aktivitas Minum

Air merupakan bagian tubuh yang penting dan terbesar. Kekurangan air di dalam tubuh burung menyebabkan terganggunya proses-proses yang berkaitan dengan fungsi air tersebut. Menurut Prijono dan Handini (1998), air berfungsi untuk mengangkut makanan, mempertahankan bentuk sel, membantu mengatur suhu tubuh burung, dan air digunakan dalam reaksi-reaksi biokemis dalam tubuh. Burung memperoleh air dari air yang diminum, bahan makanan, dan yang berasal dari pemecahan karbohidrat, lemak dan protein (Prijono dan Handini 1998). Burung kakatua jantan melakukan aktivitas minum selama 1,53 menit atau sekitar 0,21% dari waktu pengamatan. Sedangkan burung kakatua betina melakukan aktivitas minum selama 1,47 menit atau sekitar 0,20% dari waktu pengamatan. Untuk aktivitas minum antara burung kakatua jantan dan burung kakatua betina tidak terdapat perbedaan yang terlalu besar.

5.2.11 Aktivitas Buang Kotoran

Aktivitas membuang kotoran tidak terlalu sering dilakukan oleh burung kakatua. Selama pengamatan, burung kakatua jantan lebih banyak melakukan aktivitas membuang kotoran daripada burung kakatua betina. Burung kakatua jantan melakukan aktivitas buang kotoran selama 0,43 menit atau sekitar 0,06% dari waktu pengamatan. Sedangkan burung kakatua betina melakukan aktivitas buang kotoran selama 0,3 menit atau sekitar 0,04% dari waktu pengamatan. Untuk aktivitas membuang kotoran antara burung kakatua jantan dan burung kakatua betina tidak terdapat perbedaan yang terlalu jauh.

5.2.12 Aktivitas Lain

Aktivitas lain adalah aktivitas-aktivitas yang berbeda antara burung kakatua jantan dan burung kakatua betina, atau dengan kata lain aktivitas yang dilakukan oleh burung kakatua jantan tapi tidak dilakukan oleh burung kakatua betina begitu juga sebaliknya. Burung kakatua jantan dan betina di penangkaran burung MBOF melakukan aktivitas-aktivitas yang berbeda. Burung kakatua jantan melakukan aktivitas-aktivitas lain yang tidak dilakukan oleh burung kakatua betina, seperti memeriksa keadaan, mengibaskan sayap, menggantung dan berputar, bermain dan bersembunyi. Sedangkan burung kakatua betina melakukan aktivitas-aktivitas lain yang tidak dilakukan oleh burung kakatua jantan, seperti mengembangkan sebelah

(29)

sayap dan membersihkan kaki. Burung kakatua jantan lebih banyak melakukan aktivitas lain daripada burung kakatua betina.

Burung kakatua jantan melakukan aktivitas lain selama 427,12 menit atau sekitar 59,32% dari waktu pengamatan. Sedangkan burung kakatua betina melakukan aktivitas lain selama 52,82 menit atau sekitar 7,34% dari waktu pengamatan. Pada burung kakatua jantan, aktivitas lain yang paling sering dilakukan adalah aktivitas bermain selama 330,2 menit. Untuk aktivitas memeriksa keadaan selama 3,43 menit, aktivitas mengibaskan sayap 8,12 menit, aktivitas menggantung dan berputar selama 4,2 menit, dan aktivitas bersembunyi selama 81,17 menit. Burung kakatua jantan paling sering melakukan aktivitas bermain. Menurut Anonim (2011), burung kakatua senang pamer diri dan membuat tingkah lucu dengan membentangkan sayapnya, kepalanya naik turun, bermain dan berteriak. Terdapat dua kegiatan yang hanya dapat terlihat menjelang sore hari, seperti aktivitas mengibaskan sayap dan aktivitas menggantung dan berputar karena menurut pihak pengelola burung kakatua akan terlihat lebih aktif menjelang sore hari.

Pada burung kakatua betina, aktivitas lain yang paling sering dilakukan adalah aktivitas mengembangkan sebelah sayap selama 49,68 menit, sedangkan aktivitas membersihkan kaki terjadi selama 3,13 menit. Aktivitas mengembangkan sebelah sayap sering dilakukan oleh burung kakatua betina saat sedang berdiam diri untuk melemaskan otot-otot. Sebagian besar burung paruh bengkok melakukan aktivitas ini, seperti burung nuri dan burung betet. Gerakan merentang pada nuri dan betet adalah seperti manusia yang sedang berolahraga untuk melemaskan otot-ototnya (Prijono 1998; Prijono dan Handini 1998). Aktivitas membersihkan kaki merupakan salah satu aktivitas perawatan tubuh untuk membersihkan jari dan kuku dari kotoran yang menempel.

5.2.13 Aktivitas Melompat, Mandi, Kawin dan Aktivitas Sosial

Selama pengamatan, tidak terdapat aktivitas melompat, aktivitas mandi, aktivitas kawin, dan aktivitas sosial. Burung kakatua biasanya melakukan aktivitas melompat tapi selama pengamatan tidak terdapat aktivitas melompat yang umum dilakukan oleh burung kakatua. Perbedaan luasan habitat dari habitat in-situ ke habitat eks-situ akan menyebabkan terjadinya perubahan perilaku. Perubahan

(30)

perilaku dapat terjadi karena faktor adaptasi yang dilakukan oleh burung kakatua. Menurut Satriyono (2008), setiap satwa akan belajar tingkah lakunya sendiri untuk beradaptasi dengan lingkungan tertentu, tingkah laku pada tingkat adaptasi ditentukan oleh kemampuan belajar hewan untuk menyesuaikan tingkah lakunya terhadap suatu lingkungan yang baru.

Untuk aktivitas mandi, burung kakatua lebih mengandalkan air hujan untuk mandi. Selama pengamatan, tidak terjadi hujan sama sekali sehingga tidak terjadi aktivitas mandi. Burung kakatua suka mandi dan dengan mandi yang rutin akan menjaga bulunya akan tetap bersih dan mengkilat (Pinter 1993). Mandi merupakan cara alami yang dilakukan burung untuk merawat bulu-bulunya, selain itu dapat juga untuk mendinginkan badan terutama ketika udara terasa panas (Prijono dan Handini 1998). Perlu dilakukan kegiatan penyiraman kandang oleh pengelola, selain untuk menurunkan suhu kandang, juga agar burung kakatua dapat melakukan aktivitas mandi yang disukainya.

Selama pengamatan, tidak terjadi aktivitas sosial antara burung kakatua jantan dan burung kakatua. Jarak terdekat antara burung kakatua jantan dan burung kakatua betina adalah ± 30 cm, sedangkan jarak terjauh adalah ± 270 cm. Hal ini dapat dikarenakan teknik penjodohan antara burung kakatua jantan dan burung kakatua betina yang belum berhasil karena jumlah burung kakatua-kecil jambul kuning yang terbilang sedikit. Hal ini juga menyebabkan aktivitas kawin tidak terjadi antara burung kakatua jantan dan burung kakatua betina. Perlu penambahan jumlah burung kakatua agar dapat menemukan pasangan-pasangan burung kakatua yang tepat.

5.3 Perilaku Makan

Dalam hal cara makan, tidak ada perbedaan cara makan antara burung kakatua jantan dan burung kakatua betina. Burung kakatua memiliki kaki-kaki tajam yang difungsikan untuk mencengkeram. Pada saat makan, kakatua menggunakan satu kaki untuk mencengkeram dahan atau tempat bertenggger, sedangkan satu kaki yang lain memegang pakan, berupa tongkol jagung muda, biji bunga matahari, dan kacang tanah. Cara lain yang dilakukan oleh burung kakatua dalam melakukan aktivitas makan adalah dengan memakannya langsung, baik dari

(31)

dalam alumunium stainless ataupun dari atas lantai untuk pakan berupa tongkol jagung muda yang terjatuh dari alumunium stainless (gambar 10). Burung kakatua biasa mengambil jenis pakan yang mudah digenggam dengan kaki. Dengan menggunakan paruhnya, burung kakatua mematahkan kulit dari kacang tanah dan biji bunga matahari. Sebelum memakan kacang tanah, burung kakatua memecah kulit kacang tanah dengan menggunakan paruhnya.

Gambar 10 Perilaku makan burung kakatua.

Untuk biji bunga matahari, burung kakatua melakukan aktivitas makan dengan cara menggenggam dengan kaki dan juga dengan cara langsung memakannya dari dalam tempat makan aluminium stainless yang telah disediakan oleh pengelola dengan cara merundukkan kepala sementara paruhnya mematuk makanan. Sama seperti pada kacang tanah, sebelum makan kulit dari biji bunga matahari dikupas terlebih dahulu dengan menggunakan paruhnya, lalu setelah kulitnya terlepas burung kakatua memakan biji bunga matahari tersebut. Pada jagung muda, burung kakatua juga memegang tongkol jagung muda dengan menggunakan sebelah kakinya. Dengan menggunakan paruhnya, sebelum makan burung kakatua terlebih dahulu melepas kulit ari dari jagung muda. Burung kakatua, nuri, parkit dan bayan menyukai tongkol jagung muda, tetapi burung-burung tersebut hanya memakan sebagian kecil dari biji (lembaga biji), sisanya dibuang (Soemadi dan Mutholib 1995).

Secara umum tidak terdapat perbedaan perilaku antara burung kakatua yang terdapat di alam dan burung kakatua yang terdapat di penangkaran. Di alam,

(32)

kakatua ini memiliki perilaku saat mencari makan maupun saat makan seperti menggantung pada ujung dahan dengan satu kaki, sedangkan kaki lainnya digunakan untuk memegang buah sambil paruhnya mematahkan tangkai buah dan burung kakatua cenderung memilih bentuk makanan yang mudah digenggam dengan kaki dengan paruh, makanan itu akan diiris dan dipotong hingga menjadi potongan-potongan kecil (Soemadi dan Mutholib 1995). Di dalam kandang, burung kakatua juga menggunakan satu kakinya untuk mencengkeram dahan sedangkan satu kaki lagi untuk memegang makanan.

Gambar

Gambar 2  Kegiatan pembersihan di luar kandang. Keterangan: a) Pegawai sedang  membersihkan halaman; b) Sampah sekitar kandang
Gambar 3  Grafik suhu kandang di penangkaran burung MBOF.
Gambar 4 Grafik kelembaban kandang di penangkaran burung MBOF.
Tabel 4 Cara penyajian dan pemberian pakan di penangkaran burung MBOF
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian lain yang dengan menggunakan metode atau teknik yang berbeda seperti yang pernah dilakukan oleh Kekre, Sarode dan Natu (2013) melakukan komparasi

Oleh karena itu, perlu bagi guru untuk membawa perasaan anak pada kekecewaan, ketegangan, pertengkaran, kegembiraan dengan maksud memberi kesempatan kepada anak untuk dapat

Kadar lemak pada surimi ikan gabus diduga dipengaruhi oleh banyaknya air yang tertarik oleh fraksi tepung sagu untuk membuat gel, dimana air yang tersuspensi

Pada ikan lele yang sudah besar, penyakit ini juga bisa dihilangkan dengan memindahkan ikan ke kolam dengan suhu 28 o C..  Penyakit gatal ( Trichodiniasis ) disebabkan

Bahasa Indonesia menjadi simbol utama bagi bangsa Indonesia yang terdapat dalam ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 dengan bunyi, “ Kami putra dan putri

Hasil penelitian mendapatkan ada perbedaan kontrol diri pada remaja yang berasal dari keluarga utuh dan bercerai, yakni remaja dari keluarga utuh memiliki kontrol diri yang lebih

[r]

Bintek kepada lembaga masyarakat oleh badan kesbanglinmas (narasumber oleh pihak satpol PP, kepolisian, kodim dan kejaksaan)3. Kota Depok