MAKALAH STUDI KASUS
MAKALAH STUDI KASUS
FARMASI RUMAH SAKIT DAN KLINIK
FARMASI RUMAH SAKIT DAN KLINIK
“MALARIA” “MALARIA”
Dosen Pengampu : Dosen Pengampu :
Meta Kartika Untari, M.Sc., Apt Meta Kartika Untari, M.Sc., Apt
Kelompok A4 Kelompok A4
1.
1. Ida Ida Bagus Bagus Adi Adi Santikara Santikara 17203437621720343762
2.
2. Idyatulfitri Idyatulfitri Wulandari Wulandari 17203437631720343763
3.
3. Ikae Ikae Pratiwi Pratiwi 17203437641720343764
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2018
2018
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.A. LATAR BELAKANGLATAR BELAKANG
Malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi ancaman masyarakat di Malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi ancaman masyarakat di daerah tropis dan sub tropis terutama pada bayi, anak balita dan ibu melahirkan. daerah tropis dan sub tropis terutama pada bayi, anak balita dan ibu melahirkan. Diseluruh dunia setiap tahun ditemukan 500 juta kasus malaria yang mengakibatkan Diseluruh dunia setiap tahun ditemukan 500 juta kasus malaria yang mengakibatkan 1 juta orang meninggal dunia. Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat 1 juta orang meninggal dunia. Malaria merupakan masalah kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi angka kematian bayi, anak balita, ibu hamil serta dapat yang dapat mempengaruhi angka kematian bayi, anak balita, ibu hamil serta dapat menurunkan produktivitas kerja (Putra 2011). Tinjauan situasi di Indonesia tahun menurunkan produktivitas kerja (Putra 2011). Tinjauan situasi di Indonesia tahun 1997 s/d 2001 penyakit malaria ditemukan tersebar hampir di seluruh kepulauan 1997 s/d 2001 penyakit malaria ditemukan tersebar hampir di seluruh kepulauan Indonesia dengan jumlah kesakitan sekitar 70 juta orang atau 35 % penduduk Indonesia dengan jumlah kesakitan sekitar 70 juta orang atau 35 % penduduk Indonesia yang tinggal di daerah resiko malaria.
Indonesia yang tinggal di daerah resiko malaria.
Malaria masih merupakan penyakit infeksi yang menjadi perhatian WHO. Malaria masih merupakan penyakit infeksi yang menjadi perhatian WHO. Sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan daerah endemik infeksi Sebagian besar daerah di Indonesia masih merupakan daerah endemik infeksi malaria, yaitu Indonesia bagian Timur seperti Papua, Maluku, Nusa Tenggara, malaria, yaitu Indonesia bagian Timur seperti Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, walaupun endemitas sudah sangat rendah, masih sering dijumpai kasus Sulawesi, walaupun endemitas sudah sangat rendah, masih sering dijumpai kasus malaria. Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena malaria. Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat karena mempengaruhi tingginya angka kesakitan dan kematian, sampai saat ini malaria mempengaruhi tingginya angka kesakitan dan kematian, sampai saat ini malaria ditemukan tertular luas di Indonesia dan bahkan dapat timbul secara tiba-tiba di ditemukan tertular luas di Indonesia dan bahkan dapat timbul secara tiba-tiba di suatu daerah yang telah dinyatakan bebas malaria. Lebih dari 15 juta penderita suatu daerah yang telah dinyatakan bebas malaria. Lebih dari 15 juta penderita malaria klinis di Indonesia dengan 30.000 kematian dilaporkan melalui unit malaria klinis di Indonesia dengan 30.000 kematian dilaporkan melalui unit pelayanan kesehatan di Indonesia setiap tahun.
pelayanan kesehatan di Indonesia setiap tahun.
Penyakit Malaria merupakan penyakit tropis yang di sebabkan oleh Parasit Penyakit Malaria merupakan penyakit tropis yang di sebabkan oleh Parasit Genus
Genus Plasmodium Plasmodium yang termasuk golonganyang termasuk golongan Protozoa Protozoa melalui perantaraan gigitanmelalui perantaraan gigitan nyamuk
nyamuk Anopheles Anopheles spp. Penyebaran penyakit malaria berhubungan denganspp. Penyebaran penyakit malaria berhubungan dengan perubahan
perubahan iklim iklim baik baik musim musim kemarau kemarau atau atau musim musim penghujan. penghujan. Perubahan Perubahan musimmusim berdampak
berdampak langsung langsung maupun maupun tidak tidak langsung langsung terhadap terhadap kehidupan kehidupan vektor vektor penyakitpenyakit malaria. Kondisi iklim yang menyangkut temperatur,kelembaban,curah hujan,cahaya malaria. Kondisi iklim yang menyangkut temperatur,kelembaban,curah hujan,cahaya dan pola tiupan angin mempunyai dampak langsung pada reproduksi vektor, dan pola tiupan angin mempunyai dampak langsung pada reproduksi vektor, perkembangannya,
perkembangannya, lama lama hidup hidup dan dan perkembangan perkembangan parasit parasit dalam dalam tubuh tubuh vektor.vektor. Sedangkan dampak tidak langsung karena pergantian vegetasi dan pola tanam Sedangkan dampak tidak langsung karena pergantian vegetasi dan pola tanam pertanian yang dapat memengaruhi kep
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Malaria adalah penyakit infeksi disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia yang dapat ditandai dengan demam, hepatosplenomegali, dan anemia. Penyakit secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Spesies Plasmodium pada manusia antara lain P. falciparum, P. vivax, P. ovale, dan P. malariae dengan jenis spesies yang banyak ditemukan di Indonesia P. falciparum dan P. vivax (Depkes 2008; Menkes 2013). Malaria dapat berlangsung akut dan kronik. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat.
II. Patofisiologi
Manusia akan terjangkit penyakit malaria saat nyamuk Anopheles yang membawa sporozoit malaria menggigit orang yang sehat. Sporozoit malaria masuk ke dalam aliran darah manusia mengikuti sekresi saliva nyamuk yang dibutuhkan untuk mencegah pembekuan darah saat menghisap darah korbannya. Sporozoit akan mengikuti aliran darah terbawa ke hati dan menginfeksi sel-sel hati dalam beberapa jam setelah gigitan. Pada saat ini belum ada gejala klinis yang kelihatan karena jumlah kuman yang masih terbatas. Sporozoit akan memasuki sel-sel hati dan akan mengalami replikasi aseksual, siklus eksoeritrositer primer, selama 10-14 hari di mana terjadi perkembangan dari sporozoit menjadi schizon yang menghasilkan banyak merozoit yang akan kembali menginfeksi sel hati di sekitarnya. Setelah beberapa siklus replikasi di dalam sel hati, merozoit akan mulai masuk ke dalam aliran darah dan menginfeksi sel darah merah (eritrosit). Dalam 10-14 hari, jumlah plasmodium yang menginfeksi eritrosit sudah cukup banyak untuk menimbulkan gejala klinis. Periode sejak gigitan nyamuk yang infektif sampai timbulnya gejala klinis dikenal sebagai masa inkubasi intrinsik.
Merozoit yang menginfeksi eritrosit akan berkembang menjadi parasit dengan bentuk cincin karena adanya vakuola di dalam sel parasit yang mendorong inti selnya ke tepi sel. Bentuk cincin ini dikenal sebagai bentuk tropozoit. Tropozoit muda akan berkembang menjadi tropozoit tua yang lebih besar sehingga bentuk
cincin kelihatan lebih tebal. Tropozoit kemudian bereplikasi aseksual dengan pembelahan inti menjadi schizon yang terdiri dari 10-30 inti bergantung species parasitnya. Setiap inti akan menjadi parasit baru yang akan keluar dari sel dengan melisiskan sel eritrosit dan keluar sebagai merozoit yang pada akhirnya akan menginfeksi kembali eritrosit yang lain. Demam yang timbul pada pasien malaria mengikuti siklus replikasi di dalam sel eritrosit ini yang dikenal sebagai siklus eritrositer, dimana demam terjadi pada akhir siklus saat eritrosit pecah bersamaan dan mengeluarkan merozoit secara serentak.
Gejala malaria timbul saat pecahnya eritrosit yang mengandung parasit. Demam mulai timbul bersamaan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan macam-macam antigen. Antigen ini akan merangsang makrofag, monosit atau limfosit mengeluarkan berbagai macam sitokin, diantaranya Tumor Necrosis Factor (TNF). TNF akan dibawa aliran darah ke hipothalamus, yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh manusia. Sebagai akibat demam terjadi vasodilatasi perifer yang mungkin disebabkan oleh bahan vasoaktif yang diproduksi oleh parasit. Limpa merupakan organ retikuloendotelial. Pembesaran limpa disebabkan oleh terjadi peningkatan jumlah eritrosit yang terinfeksi parasit, teraktifasinya sistem retikuloendotelial untuk memfagositosis eritrosit yang terinfeksi parasit dan sisa eritrsit akibat hemolisis.
Anemia terutama disebabkan oleh pecahnya eritrosit dan fagositosis oleh sistem retikuloendotetial. Hebatnya hemolisis tergantung pada jenis plasmodium dan status imunitas penjamu. Anemia juga disebabkan oleh hemolisis autoimun, sekuentrasi oleh limpa pada eritrosit yang terinfeksi maupun yang normal dan gangguan eritropoisis. Hiperglikemi dan hiperbilirubinemia sering terjadi. Hemoglobinuria dan Hemoglobinemia dijumpai bila hemolisis berat. Kelainan patologik pembuluh darah kapiler pada malaria tropika, disebabkan kartena sel darah merah terinfeksi menjadi kaku dan lengket, perjalanannya dalam kapiler terganggu sehingga melekat pada endotel kapiler karena terdapat penonjolan membran eritrosit. Setelah terjadi penumpukan sel dan bahan-bahan pecahan sel maka aliran kapiler terhambat dan timbul hipoksia jaringan, terjadi gangguan pada integritas kapiler dan dapat terjadi perembesan cairan bukan perdarahan kejaringan sekitarnya dan dapat menimbulkan malaria cerebral, edema paru, gagal ginjal dan malobsorsi usus (Putra 2011).
III. Epidemiologi
Di indonesia terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38.000 kematian setiap tahunnya (survei kesehatan rumah tangga, 2001). Diperkirakan 35 % penduduk undonesia tinggal di daerah yang beresiko tertular malari a. Dari 293 kabupaten / kota yang ada di indonesia, 167 kabupaten / kota merupakn daerah endemis malaria. Upaya penanggulangan malaria telah menunjukkan peningkatan mulai dari tahun1997 s/d 2004. Kabupaten Bintan Kepulauan Riau tahun 2005-2006 terdapat 384 penderita malaria, 243 orang (63,3%) laki-laki dan 141 orang (36,7%) perempuan, kelompok umur 5-14 tahun 23 orang (6%), 15-44 tahun 326 orang (84,9%), dan >45 tahun 35 orang (9,1%). Kabupaten Jepara Jawa Tengah, diperoleh bahwa dari 145 kasus malaria yang diteliti, 44% berasal dari pekerjaan petani serta
tidak ditemukan pada PNS/TNI/POLRI (Depkes 2005).
Siklus hidup plasmodium
Siklus hidup
1. Siklus pada manusia: Pada saat nyamuk anopheles infeksi menghisap darah manusia, sporozoit yang berada dikelenjar liur nyamuk akan masuk ke dalam peredaran darah selama kurang lebih ½ jam. Setelah itu sporozoit akan masuk
ke dalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian berkembang menjadi skizon hati yang terdiri dari 10.000-30.000 merozoit hati (tergantung spesiesnya). Siklus ini disebut siklus eksoeritrositer yang berlangsung selama lebih kurang 2 minggu. Pada plasmodium vivax dan plasmodium ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dormant yang disebut hipnozoit. Hipnozoit tersebut dapat tinggal di dalam hati selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Pada suatu saat imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat menimbulkan relaps (kambuh). Merozoit yang berasal dari skizon hati yang pecah akan masuk keperedaran darah dan menginfeksi sel darah merah. Di dalam sel darah merah, parasit tersebut berkembang dari stadium sporozoit sampai skizon (8-30 merozoit, tergantung speciesnya). Proses perkembangan aseksual ini disebut skizogoni. Selanjutnya eritrosit yang terinfeksi (skizon) pecah dan merozoit yang keluar akan menginfeksisel darah merah lainnya. Siklus ini disebut siklus eritrositer.Setelah sampai 2-3 siklus skizogoni darah, sebagian merozoit yang menginfeksi sel darah merah akan membentuk stadium seksual (genosit jantan dan betina).
2. Siklus pada nyamuk anopheles : Apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit, di dalam tubuh nyamuk, gamet jantan dan betina melakukan pembuahan menjadi zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadio okista dan selanjutnya menjadi sporozoit ini bersifat infektif dan siap ditularkan ke manusia (Putra 2011).
IV. Etiologi
Penyakit malaria ini disebabkan oleh parasit plasmodium. Spesies plasmodium pada manusia adalah :
1. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika (demam tiap 24-48 jam). 2. Plasmodium vivax, penyebab malaria tertian (demam pada tiap hari ke t iga). 3. Plasmodium malariae, penyebab malaria malariae (quartana) (demam tiap hari
empat).
Plasmodium falciparum merupakan penyebab infeksi yang berat dan bahkan dapat menimbulkan suatu variasi manisfestasi-manifestasi akut dan jika tidak diobati, dapat menyebabkan kematian.
Seorang dapat menginfeksi lebih dari satu jenis plasmodium, dikenal sebagai infeksi campuran / majemuk (mixed infection). Pada umumnya lebih banyak dijumpai dua jenis plasmodium, yaitu campuran antara plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau plasmodium malariae. Kadang-kadang dijumpai tiga jenis plasmodium sekaligus, meskipun hal ini jarang terjadi. Infeksi campuran biasanya
terdapat di daerah dengan angka penualaran tinggi (Putra 2011). V. Klasifikasi Malaria
Pembagian jenis-jenis malaria berdasarkan jenis plasmodiumnya sebagai berikut: Malaria Tropika (Plasmodium Falcifarum)
Malaria tropika/falciparum malaria tropika merupakan bentuk yang paling berat, ditandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemia yang banyak dan sering terjadi komplikasi. Masa inkubasi 9-14 hari. Malaria tropika menyerang semua bentuk eritrosit. Disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium ini berupa Ring/cincin kecil yang berdiameter 1/3 diameter eritrosit normal dan merupakan satu-satunya spesies yang memiliki 2 kromatin inti (Double Chromatin).
Klasifikasi penyebaran Malaria Tropika: Plasmodium Falcifarum menyerang sel darah merah seumur hidup. Infeksi Plasmodium Falcifarum sering kali menyebabkan sel darah merah yang mengandung parasit menghasilkan banyak tonjolan untuk melekat pada lapisan endotel dinding kapiler dengan akibat obstruksi trombosis dan iskemik lokal. Infeksi ini sering kali lebih berat dari infeksi lainnya dengan angka komplikasi tinggi (Malaria Serebral, gangguan gastrointestinal, Algid Malaria, dan Black Water Fever).
Malaria Kwartana (Plasmoduim Malariae)
Plasmodium Malariae mempunyai tropozoit yang serupa dengan Plasmoduim vivax, lebih kecil dan sitoplasmanya lebih kompak/ lebih biru. Tropozoit matur mempunyai granula coklat tua sampai hitam dan kadang-kadang mengumpul sampai membentuk pita. Skizon Plasmodium malariae
mempunyai 8-10 merozoit yang tersusun seperti kelopak bunga/ rossete. Bentuk gametosit sangat mirip dengan Plasmodium vivax tetapi lebih kecil.Ciri-ciri demam tiga hari sekali setelah puncak 48 jam. Gejala lain nyeri pada kepala dan punggung, mual, pembesaran limpa, dan malaise umum. Komplikasi yang jarang terjadi namun dapat terjadi seperti sindrom nefrotik dan komplikasi terhadap ginjal lainnya. Pada pemeriksaan akan di temukan edema, asites, proteinuria, hipoproteinemia, tanpa uremia dan hipertensi.
Malaria Ovale (Plasmodium Ovale)
Malaria Tersiana (Plasmodium Ovale) bentuknya mirip Plasmodium malariae, skizonnya hanya mempunyai 8 merozoit dengan masa pigmen hitam di tengah. Karakteristik yang dapat di pakai untuk identifikasi adalah bentuk eritrosit yang terinfeksi Plasmodium Ovale biasanya oval atau ireguler dan fibriated. Malaria ovale merupakan bentuk yang paling ringan dari semua malaria disebabkan oleh Plasmodium ovale. Masa inkubasi 11-16 hari, walau pun periode laten sampai 4 tahun. Serangan paroksismal 3-4 hari dan jarang
terjadi lebih dari 10 kali walau pun tanpa terapi dan t erjadi pada malam hari.
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax)
Malaria Tersiana (Plasmodium Vivax) biasanya menginfeksi eritrosit muda yang diameternya lebih besar dari eritrosit normal. Bentuknya mirip dengan plasmodium Falcifarum, namun seiring dengan maturasi, tropozoit vivax berubah menjadi amoeboid. Terdiri dari 12-24 merozoit ovale dan pigmen kuning tengguli. Gametosit berbentuk oval hampir memenuhi seluruh eritrosit, kromatinin eksentris, pigmen kuning. Gejala malaria jenis ini secara periodik 48 jam dengan gejala klasik trias malaria dan mengakibatkan demam berkala 4 hari sekali dengan puncak demam setiap 72 jam.Dari semua jenis malaria dan jenis plasmodium yang menyerang system tubuh, malaria tropika merupakan malaria yang paling berat di tandai dengan panas yang ireguler, anemia, splenomegali, parasitemis yang banyak, dan sering terjadinya komplikasi.
VI. Manifestasi Klinik
Gejala-gejala penyakit malaria dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita, jenis plasmodium malaria, serta jumlah parasit yang meginfeksinya. Waktu terjadinya infeksi pertama kali sampai timbulnya gejala penyakit disebut masa
inkubasi, sedangkan waktu antara terjadinya infeksi sampai ditemukannya parasit malaria di dalam darah disebut periode prapaten. Masa inkubasi maupun periode prapaten ditentukan oleh jenis plasmodiumnya. Berikut tabel periode prapaten dan
masa inkubasi plasmodium.
Tanda dan gejala awal malaria bervariasi dan tidak spesifik, mirip dengan gejala penyakit infeksi virus sistemik ringan. Umumnya sebagian besar pasien akan menderita demam. Biasanya ditandai dengan serangan yang berulang dari menggigil, demam tinggi, dan berkeringat pada saat turunnya demam, perasaan tidak nyaman dan malaise. Tanda dan gejala lainnya adalah sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri abdomen, myalgia, nyeri punggung, kelemahan, pusing, kebingungan. Pada pemerikasaan fisik akan dijumpai splenomegali (24-40% pasien). Sebagian besar pasien yang terinfeksi P,falciparum yang tidak diterapi, dapat dengan cepat
terjadinya coma, gagal ginjal, udem pulmonal dan bahkan kematian.
Jenis plasmodium Periode prapaten (hari) Masa inkubasi (hari)
Plasmodium vivax 12,2 12-17
Plasmodium falciparum 11 9-14
Plasmodium malariae 32,7 18-40
Plasmodium ovale 12 16-18
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium.
Anamnesis :
1. Keluhan utama : demam, menggigil, berkeringat dan daat disertai sakit kepala, mual muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
2. Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu ke daerah endemik malaria. 3. Riwayat tinggal di daerah endemik malaria
4. Riwayat sakit malaria
5. Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir 6. Riwayat mendapat transfusi darah.
Untuk penderita tersangak malaria berat, dapat disertai satu atau lebih gejala berikut: 1. Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat.
3. Kejang-kejang 4. Panas sangat tinggi 5. Mata ataua tubuh kuning
6. Pendarahan gusi, hidung, atau saluran cerna. 7. Nafas sesak dan atau seak nafas
8. Muntah terus dan tidak dapat makan dan minum. 9. Warna air seni seperti teh tua sampai kehitaman 10. Jumlah air seni kurang sampai tidak ada air seni 11. Telapak tangan sangat pucat.
Pemeriksaan fisik:
1. Demam (> 37° )
2. Konjungtiva atau telapak tangan pucat 3. Pembesaran limpa (splenomegali) 4. Pembesaran hati (hepatomegali)
Untuk malaria berat ditemukan tanda-tanda klinis berikt : 1. Temperatur rektal >40°
2. Nadi cepat dan lemah
3. Tekanan darah sistolik <70 mmHg pada orang dewasa dan anak-anak <50 mmHg.
4. Frekuensi nafas >35X per menit pada orang dewasa atau >40X per menit pada balita, anak dibawah 1 tahun > 50X per menit.
5. Penurunan derajat kesadaran dengan Glasgow coma scale (GCS) <11 6. Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, hematom)
7. Dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir kering, produksi air seni berkurang).
8. Adanya ronki pada kedua paru dan pembesaran limpa atau hepar
Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan sediaan darah (SD) untuk menentukan : 1. Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif) 2. Spesies dan stadium plasmodium
3. Kepadatan parasit : a. Semi kuantitatif
o (+) : SD positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB). o (++) : SD positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB). o (+++) : SD positif 3 (ditemukan 1-100 parasit dalam 1 LPB). o (++++) : SD positif 4 (ditemukan 11-100 parasit dalam 1 LPB). b. Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah tebal (leukosit) dengan menghitung jumlah parasit per 200 lekosit, atau sediaan darah tipis(eritrosit) dihitung per 1000 eritrosit.
Bila
A. SASARAN
- Parasit malaria
- Penurunan suhu tubuh - Peningkatan Hb
- Mual muntah
B. TUJUAN
- Menyembuhkan demam dan menghilangkan parasetemia malaria (p.falciparum dan p.vivax).
- Mencegah kekambuhan dan efek yang tidak diinginkan, serta mencegah terjadinya penularan.
C. STRATEGI TERAPI
A. NON FARMAKOLOGI
Bagi individu yang sudah positif terdiagnosa malaria maka dapat melakukan perawatan penyakit malaria tanpa obat selain menggunakan obat malaria itu sendiri
yang bertujuan untuk mengurangi gejala-gejala penyakit malaria, seperti : Jangan dekatkan air dingin
Air dingin dapat membuat penderita malaria semakin menggigil karena demam yang tinggi maka agar demam tidak semakin parah lebih baik menjauhkan dari air dingin.
Kompres demam
Untuk mengurangi rasa panas akibat demam yang tinggi selain obat bisa dengan handuk kecil yang dicelupkan ke dalam air dingin kemudian dikompres kedahi. Istirahat cukup
Kelelahan berlebih akibat malaria yang apabila tidak ditangani maka berakibat pada pingsan dadakan, lakukan istirahat yang cukup dan baik selama kurang
lebih 10 jam sehari.
Perbanyak konsumsi air putih
Rasa akan haus yang kuat yang tidak bisa hanya dengan minum segelas air putih saja maka untuk menghindari dehidrasi/kekurangan cairan perbanyaklah minum air putih minimal 10 gelas setiap harinya.
Makan-makan bergizi
Perbanyak makanan bergizi untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh guna mengembalikan stamina dan sistem kekebalan tubuh.
B. FARMAKOLOGI GUIDELINE
Sumber: Young’s et al(2013)
Tabel 2. Guideline terapipenyakit malaria (Kemenkes RI, 2012)
Sumber: buku saku penatalaksanaan malaria. diterbitkan oleh ditjen pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan kementerian kesehatan RI tahun 2012. Ikatan
BAB III STUDI KASUS KASUS 3 : MALARIA Nama : Ny A Umur : 28 tahun Pekerjaan : IRT Alamat : Purworejo
Datang berobat tanggal 19 Desember 2016, pukul 14.05
Keluhan utama : demam tinggi disertai menggigil dan muntah-muntah.
RPS: lebih kurang sejak 2 minggu yang lalu pasien demam, kadang menggigil dan berkeringat, sakit kepala. Nafsu makan menurun, sejak 4 hari yang lalu pasien tidak
dapat makan dan minum lagi. Perut terasa sakit. Apapun yang dimakan dan yang diminum keluar lagi/dimuntahkan. BAB 1 kali sehari konsistensi lembek, warna dbn. BAK dbn, warna seperti teh. Pasien sudah berobat ke bidan, diberikan obat (os lupa nama obatnya) tetapi tidak ada perubahan.
RPD: pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya Riwayat Sosial :Pasien menikah dan sedang hamil 3 bulan Pemeriksaan umum :
Pasien sadar, Keadaan Umum lemah.
TD: 100/60 mmHg, respirasi 32 kali/menit. Nadi: 98 kali/menit, lemah, teratur. Suhu: 38,5 derajat celsius.
Fisik Diagnostik : - Konjungtiva pucat
- Splenomegali 2 jari di bawah arcus costa - Lever tdk ada pembesaran
- Kaku kuduk (-) - Peristaltik usus dbn
Pemeriksaan Laboratorium : - Hb: 10,2
- RDT Malaria : positif 2 (Malaria mix)
Diagnosa Kerja :Malaria dengan komplikasi. Diagnosa Banding :
2. Demam dengue 3. ISPA
Pengobatan :
1. Infus RL 40 tetes/menit (selang seling dgn dekstrose 5%) 2. Ranitidin intravena/12 jam
3. Artesunat intravena 2,4 mg/kgBB. Diulangi 12 jam kemudian. Selanjutnya Artesunat dgn dosis yang sama diberikan per 24 jam, sampai penderita mampu makan/minum. Selanjutnya kalau sudah makan-minum diberikan regimen artesunat+amodiakuin+primakuin (sesuai dosis).
4. Parasetamol 4 x 500 mg secara oral. 5. B compleks 3x1.
Pertanyaan :
1. Analisislah kasus diatas dengan metode SOAP/PAM/FARM! 2. Bagaimana monitoring dan evaluasinya?
PENYELESAIAN KASUS FORM DATA BASE PASIEN
UNTUK ANALISIS PENGGUNAAN OBAT IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny A No. Rek Medik :
-Tempt/tgl lahir :
-Usia : 28 tahun Dokter yg merawat :
-Alamat : Purworejo
Ras :
-Pekerjaan : IRT
Sosial :
-Riwayat masuk RS : Datang berobat tanggal 19 Desember 2016, pukul 14.05
Riwayat Penyakit Terdahulu :
-Riwayat Sosial : Pasien menikah dan sedang hamil 3 bulan
Kegiatan Ya/Tidak
Pola makan/diet
-
VegetarianMerokok
Meminum Alkohol Meminum Obat herbal
Tidak Tidak Tidak Tidak
Riwayat Alergi : -Keluhan / Tanda Umum :
Tanggal Subyektif Obyektif
2 minggu sebelum MRS
Demam
kadang menggigil dan berkeringat sakit kepala
nafsu makan menurun
-4 hari sebelum MRS
Tidak dapat makan dan minum lagi perut sakit
muntah
BAB 1 kali sehari konsistensi lembek,
warna dbn
BAK dbn, warna seperti teh
-19 Desember 2010 pukul 14.05 (MRS)
Demam tinggi disertai menggigil muntah-muntah
keadaan umum lemah nadi lemah teratur
TD 100/60 mmHg RR 32 kali/menit HR 98 kali/menit suhu 38,5oC Konjungtiva pucat Splenomegali 2 jari di bawah arcus costa
Liver tidak ada pembesaran Kaku kuduk (-) Peristaltik usus dbn Hb: 10,2 RDT Malaria positif 2 (Malaria mix)
Data Pemeriksaan Pasien
Pemeriksaan Data Pasien Nilai Normal Keterangan
Pemeriksaan umum
TD (mmHg) 100/60 <120/<80 mmHg
normal
≤90/60 Hipotensi
Normal
HR (x/menit) 98 60-100x/menit normal Normal
RR (x/menit) 32 14-20x/menit normal Tinggi
Suhu (oC) 38,5 36,5-37,5oC normal Tinggi
Pemeriksaan fisik
Konjungtiva Pucat Tidak pucat Tidak
normal Splenomegali 2 jari di bawah arcus
costa
Liver Tidak membesar Tidak membesar Normal
Kaku kuduk - Negatif Normal
Peristaltik usus Dbn dbn Normal
Pemeriksaan Laboratorium
Hb (gram/dL) 10,2 11-12 gram/dL
(hamil)
Rendah
RDT malaria ++
Hemoglobin rendah Terjadi pada kehamilan trimester pertama
RDT malaria ++ Terdapat 2 tanda pada pemeriksaan RDT (malaria mix)
Riwayat penyakit dan pengobatan:
Tanggal Penyakit Pengobatan
4 hari sebelum MRS Demam tinggi dan menggigil, muntah-muntah
Diberikan obat (pasien lupa nama obat) oleh Bidan
OBAT YANG DIGUNAKAN SAAT INI No Nama obat Indikasi Dosis Rute
pemberian Interaksi ESO Outcome terapi 1 Ringer Laktat infusa Keseimbangan elektrolit pada dehidrasi 40 tetes/menit Parenteral -Edema jaringan, infeksi tempat penyuntikan Menjaga keseimbangan tubuh 2 Dekstrosa 5% Hipoglikemia Selang seling
dengan RL Parenteral
- Edema, demam, hiperglikemia
Menjaga
keseimbangan tubuh 3 Ranitidin Ulkus stress,
ulkus gastrik 12 jam sekali Parenteral
- Sakit kepala, nyeri perut, diare
Mencegah stres ulkus
4 Artesunat Malaria 2,4 kgBB diulang 12 jam kemudian Dosis sama per 24 jam Parenteral, Oral -Kardiotoksisitas, ruam Menyembuhkan demam dan berkurangnya jumlah parasit plasmodium 5 Amodiakuin Malaria Sesuai dosis diberikan setelah sudah bisa makan minum Oral - Nyeri perut, mual, muntah Menyembuhkan demam dan berkurangnya jumlah parasit plasmodium 6 Primakuin Malaria Sesuai dosis diberikan setelah sudah bisa makan minum Oral -Mual, muntah, anoreksia, sakit perut Menyembuhkan demam dan berkurangnya jumlah parasit plasmodium 7 Parasetamol Analgetik, antipiretik 4x500 mg Oral
-Hepatotoksik Menurunkan suhu tubuh/demam
8 B kompleks Pemenuhan
kebutuhan 3x1 Oral
-Edema, mual Jumlah eritrosit dan kadar Hb kembali
ASSESMENT
PENYELESAIAN KASUS : Metode SOAP
Problem Medik Subyektif Obyektif Terapi Analisis DRP Malaria Demam, menggigil
Muntah-muntah
RR 32x/menit Suhu 38,5oC Konjungtiva pucat Splenomegali 2 jari di bawah arcus costa
RDT malaria ++
Artesunat IV 2,4 mg/kgBB, diulangi 12 jam. kemudian per 24 jam, sampai penderita mampu
makan/minum.
Kalau sudah makan-minum artesunat+amodiakuin+prim akuin
Pasien mengalami malaria amodiakuin dan primakuin tidak dianjurkan untuk ibu hamil dan artesunat diberinakan pada trisemester kedua dan ketiga kehamilan
Pemilihan obat tidak tepat Dihentikan Tidak bisa makan dan minum Mengeluhkan tidak bisa makan minum, memuntahkan makan minum
- Infus RL
Dekstrosa 5%
Pasien harus diberikan terapi suportif untuk keseimbangan elektrolit
Pemberian obat sudah tepat
Penurunan Hb Keadaan umum lemah
Hb: 10 gram/dL Vitamin B Kompleks Pasien mengalami penurunan Hb karena merupakan manifestasi malaria dan efek kehamilan, merasakan lemas
Pemberian obat sudah tepat
Sakit perut Perut terasa sakit - Ranitidin IV/12 jam Perut terasa sakit karena pasien tidak dapat makan
minum, atau memuntahkan makan minum. Pasien berisiko stress ulcer karena MRS.
Pemilihan obat tepat Demam, sakit kepala Demam, menggigil Sakit kepala
Suhu 38,5oC Paracetamol 500 mg 4x1 Pasien mengalami demam menggigil merupakan manifestasi malaria, juga mengalami sakit kepala Paracetamol pilihan utama untuk terapi penunjang malaria Pemberian obat sudah tepat vitamin B kompleks normal
CARE PLAN
1. Menghentikan penggunaan Artesunat IV, Amodiakuin dan Primakuin. Kemudian diganti dengan kina 3x10mg/kgBB + klindamicin 2x10mg/kgBB selama 7 hari untuk terapi pengobatan malaria pada kehamilan trisemester pertama (Edukia.org 2017).
2. Melanjutkan penggunaan infus RL 40 tetes/menit untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit karena pasien tidak dapat makan minum atau memuntahkan makan minum. Penggunaan diselang-seling dengan Dekstrosa 5% untuk mencegah hipoglikemia yang dapat terjadi pada pasien tersebut karena asupan makanan dan minuman yang kurang. 3. Melanjutkan penggunaan B Kompleks 3 kali sehari 1 tablet sebagai multivitamin untuk
stamina pasien tersebut karena pasien mengeluhkan keadaan umum yang lemah.
4. Penggunaan Ranitidin IV dilanjutkanuntuk pengobatan stress ulcer yang mungkin terjadi karena pasien masuk rumah sakit dan tidak pernah makan.
5. Melanjutkan penggunaan Parasetamol 500 setiap 6 jam atau 4x sehari (bila perlu) sebagai pengobatan simptomatik pasien malaria dengan demam dan menggigil serta sakit kepala
(ISO Farmakoterapi) (Edukia.org 2017).
6. Melakukan terapi non farmakologi untuk mencegah terjadinya malaria: Tidur menggunakan kelambu atau menggunakan lotion antinyamuk
Menjaga kebersihan lingkungan seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan genangan air, dan menutup penampungan air
Menjaga kesehatan seperti banyak minum air putih, makan dan minum bersih dan sehat, olahraga untuk ibu hamil, dan menghindari stress.
Terapi Non Farmakologi : Jangan dekatkan air dingin
Air dingin dapat membuat penderita malaria semakin menggigil karena demam yang tinggi maka agar demam tidak semakin parah lebih baik menjauhkan dari air dingin. Kompres demam
Untuk mengurangi rasa panas akibat demam yang tinggi selain obat bisa dengan handuk kecil yang dicelupkan ke dalam air dingin kemudian dikompres kedahi.
Istirahat cukup
Kelelahan berlebih akibat malaria yang apabila tidak ditangani maka berakibat pada pingsan dadakan, lakukan istirahat yang cukup dan baik selama kurang lebih 10 jam
Perbanyak konsumsi air putih
Rasa akan haus yang kuat yang tidak bisa hanya dengan minum segelas air putih saja maka untuk menghindari dehidrasi/kekurangan cairan perbanyaklah minum air putih minimal 10 gelas setiap harinya.
Makan-makan bergizi
Perbanyak makanan bergizi untuk mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh guna mengembalikan stamina dan sistem kekebalan tubuh.
KOMUNIKASI, INFORMASI, EDUKASI
1. Memberitahukan tentang penyakit malaria, faktor risiko, tanda dan gejala, sehingga pasien mengetahui penyakitnya dan dapat melaksanakan pengobatan dengan baik.
2. Memberitahukan kepada pasien tentang penggunaan obat peroral: Kina 3x sehari 10mg/kgBB
klindamicin 2x sehari 10mg/kgBB
ranitidine IV digunakan 12 jam sekali (2x sehari)
Parasetamol 4 kali sehari 1 tablet, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan B Kompleks 3 kali sehari 1 tablet, 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan
3. Memberitahukan kepada pasien tentang efek samping terhadap penggunaan obat yang telah disebutkan pada Monitoring.
4. Memberitahukan kepada pasien bahwa obat harus dikonsumsi secara rutin dan sesuai aturan pakai untuk mencegah kekambuhan/relaps atau kemungkinan terjadi ancaman keganasan seperti malaria dengan komplikasi yang lebih parah.
5. Memberitahukan kepada pasien tentang terapi non farmakologi yang telah disebutkan pada Care Plan guna peningkatan keberhasilan terapi.
6. Memberitahukan kepada pasien apabila sudah pulang rumah sakit harus kontrol pada hari ke-14 dan ke-28 sejak hari pertama mendapatkan obat anti malaria.
7. Memberitahukan kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan sediaan darah untuk mengecek apakah parasit dalam tubuh sudah hilang.
MONITORING
1. Monitoring pemeriksaan tanda vital seperti tekanan darah pada range normal 90-120/60-80 mmHg, suhu 36-37,5 ºC, HR 60-100, RR 14-20.
2. Monitoring pemeriksaan fisik seperti demam, konjungtiva, splenomegaly, manifestasi malaria berat.
3. Monitoring pengobatan dilakukan pada hari ke-3, ke-7, ke-14, sampai hari ke-28. Evaluasi pengobatan dilakukan setiap hari dengan memonitor gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopis. Evaluasi dilakukan sampai bebas demam dan tidak ditemukan parasite aseksual dalam darah selama 3 hari berturut-turut.
4. Monitoring keberhasilan terapi dilihat berdasarkan berkurangnya gejala-gejala yang dialami pasien seperti demam, muntah, perut sakit, batuk, sesak nafas, dan pemeriksaan laboratorium menunjukkan nilai normal atau mendekati normal, menunjukkan bahwa penggunaan obat-obatan yang dipilih adekuat.
DAFTAR PUSTAKA
- Departemen Kesehatan RI. 2005. Pedoman Tatalaksana Kasus Malaria di Indonesia
Jakarta.
- Departemen Kesehatan RI. 2008. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di
Indonesia. Jakarta
- DIPIRO 2008 - DIPIRO 2009
- ISO FARMAKOTERAPI II
- Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Permenkes Nomor 5 Tahun 2013
tentang Pedoman Tata Laksana Malaria. Jakarta: Menkes Indonesia.
- Putra, Teuku Romi Imansyah. 2011. Malaria dan permasalahannya. Jurnal Kedokteran syiah Kuala 11(2).
- Young’set al . 2013. Koda- Kimble and Young’s - Applied Therapeutics The Clinical