• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARIWISATA. Analisis PILIHAN PENGEMBANGAN PARIWISATA. Potensi Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan I Putu Anom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARIWISATA. Analisis PILIHAN PENGEMBANGAN PARIWISATA. Potensi Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan I Putu Anom"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis

PARIWISATA

VOL. 12, NO. 1, 2012

ISSN 1410 - 3729

PILIHAN PENGEMBANGAN

PARIWISATA

Potensi Kepariwisataan

Provinsi Sulawesi Selatan

I Putu Anom

Desa Wisata Berbasis Masyarakat

Sebagai Model Pemberdayaan

Masyarakat Di Desa Pinge

I Made Adikampana

Analisis Kelayakan Desa Bedulu Sebagai

Desa Wisata di Kabupaten Gianyar

(Kajian Aspek Pasar dan Pemasaran)

I Gusti Putu Bagus Sasrawan Mananda

Diterbitkan Oleh :

Fakultas Pariwisata

Universitas Udayana

(2)

VOL. 12, NO. 1, 2012

DIPUBLIKASIKAN OLEH

FAKULTAS PARIWISATA UNIVERSITAS UDAYANA

Analisis Pariwisata terbit sebagai media komunikasi dan informasi ilmiah kepariwisataan, yang memuat tentang hasil ringkasan penelitian, survei dan tulisan ilmiah populer kepariwisataan. Redaksi

menerima sumbangan tulisan para ahli, staf pengajar perguruan tinggi, praktisi, mahasiswa yang peduli terhadap pengembangan pariwisata. Redaksi dapat menyingkat atau memperbaiki tulisan yang

akan dimuat tanpa mengubah maksud dan isinya.

SUSUNAN PENGURUS JURNAL ANALISIS PARIWISATA Penanggung Jawab

Drs. I Putu Anom, M.Par. (Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana)

Penasehat

Dra. Ida Ayu Suryasih, M.Par. (Pembantu Dekan I Fakultas Pariwisata Universitas Udayana) Dra. Ni Made Oka Karini, M.Par. (Pembantu Dekan II Fakultas Pariwisata Universitas Udayana) I Nyoman Sudiarta, SE., M.Par. (Pembantu Dekan III Fakultas Pariwisata Universitas Udayana)

Ketua Dewan Penyunting

Drs. Ida Bagus Ketut Astina, M.Si.

Penyunting Ahli (Mitra Bestari)

▪ Prof. Adnyana Manuaba, M.Hons.F.Erg.S.FIPS,SF.

Universitas Udayana ▪ Prof. Dr. I Wayan Ardika, MA. Universitas Udayana ▪ Prof. Dr. Michael Hichcoch University of North London ▪ Prof. Dae-Sik Je, M.Pd. Young San University – Korsel.

▪ Prof. Ir. Wiendu Nuryanti, M.Arch. Ph.D. Universitas Gajah Mada

▪ Prof. Dr. Ir. I Gede Pitana, M.Sc. Universitas Udayana

▪ Prof. Dr. I Made Sukarsa, SE., MS. Universitas Udayana

▪ Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH., MS. Universitas Udayana

▪ Dr. Hans-Henje Hild SES Bonn – Germany

Penyunting Pelaksana

▪ I Wayan Suardana, SST.Par., M.Par. ▪ IGA. Oka Mahagangga, S.Sos., M.Si. ▪ I Made Kusuma Negara, SE., M.Par. ▪ Made Sukana, SST.Par., M.Par., MBA.

▪ I Nyoman Sukma Arida, S.Si., M.Si. ▪ Yayu Indrawati, SS., M.Par.

▪ I Gde Indra Bhaskara, SST.Par., M.Sc. ▪ I Gst. Bagus Sasrawan Mananda, SST.Par.

Tata Usaha dan Pemasaran

▪ AA. Ketut Muliatini, S.Pd.

▪ AA. Ketut Muliatini, S.Pd. ▪ Wayan Sudarma, SH. ▪ I Gusti Putu Setiawan, SH.

ALAMAT PENYUNTING DAN TATA USAHA

Fakultas Pariwisata Universitas Udayana Jl. Dr. R. Goris 7 Denpasar Bali, Telp/Fax : 0361-223798

E-mail : analisispariwisata@par.unud.ac.id

Cover Depan Analisis Pariwisata : Pantai Lovina, Kab. Buleleng, Bali (Kusuma, 2008)

(3)

VOL. 12, NO. 1, 2012

Majalah Analisis Pariwisata Volume 12, Nomor 1, Tahun 2012 mengangkat topik, ”Pilihan Pengembangan Pariwisata” sebagai suatu upaya publikasi temuan dari hasil penelitian terbaru. ”Pilihan Pengembangan Pariwisata” diarahkan untuk kembali mengingatkan bahwa pariwisata senantiasa dinamis namun tetap harus dipelajari dan dimaknai proses dari perjalanan kepariwistaan tersebut. Begitu banyak ”pilihan-pilihan” justru mengharuskan para pemegang kebijakan dan para praktisi semakin bijaksana dan tidak hanya ”taken for granted” tanpa memilah dampak-dampak negatif yang mungkin ditimbulkan.

Tulisan pertama dari I Made Kusuma Negara berjudul ”Potensi Ikan Air Tawar di Danau Batur sebagai Pengembangan Wisata Alternatif”. Dikatakan Kab. Bangli masih menyimpan potensi pariwisata yaitu ikan air tawar, jika dikelola dengan baik diyakini akan mampu membantu meningkatkan PAD dari sektor pariwisata.

Tulisan kedua masih menyinggung wisata alternatif berjudul ”Analisis Kelayakan Desa Bedulu sebagai Desa Wisata di Kab. Gianyar (Kajian Aspek Pasar dan Pemasaran)” oleh I Gusti Putu Bagus Sasrawan Mananda. Hasil penelitiannya menunjukkan pentingnya kajian aspek pasar dan pemasaran agar pengembagan suatu wisata alternatif seperti desa wisata tidak mubazir.

Tulisan ketiga berjudul ”Desa Wisata Berbasis Masyarakat sebagai Model Pemberdayaan Masyarakat di Desa Pinge” oleh I Made Adikampana. Desa wisata Pinge terletak di Kab. Tabanan dan saat ini sedang giat menata desa untuk menarik perhatian wisatawan. Tulisan ini menekankan aspek perencanaan pariwisata dengan perspektif pemberdayaan masyarakat.

Tulisan keempat berjudul ”Karakteristik Restoran India sebagai Sarana Wisata Baru di Kawasan Wisata, Kuta, Nusa Dua dan Ubud oleh Ni Made Ariani dkk. Pangsa pasar wisatawan sebagai ”the sleeping giant” menuntut praktisi pariwisata untuk menyiapkan infrastruktur memadai dalam kasus penelitian ini adalah restoran India di Bali yang memiliki keseragaman karakter.

Tulisan kelima datang dari pulau Borneo berjudul,”Persepsi Pengunjung Terhadap Kualitas Pelayanan pada Museum Mulawarman Tenggarong” oleh A. Rinto Dwi Atmojo. Disampaikan berdasarkan persepsi pengunjung, pihak pengelola harus lebih memperhatikan aspek perawatan dan aspek promosi untuk semakin meningkatkan kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara ke museum Mulawarman.

Tulisan keenam dari I Putu Anom M. Par, berjudul”Potensi Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan” yang mengulas tentang beraneka potensi yang belum tergarap untuk pengembangan kepariwisataan secara berkelanjutan di Provinsi Sulawesi Selatan.

Tulisan ketujuh dari I Gusti Agung Oka Mahagangga dkk berjudul”Peran dan Kendala Pemulihan Pariwisata Bali Pascabom (Suatu Kasus Disparda Provinsi Bali)” mengungkapkan secara sintetis-diakronik mengenai upaya dan kendala pemerintah mengatasi krisis pariwisata pascabom sebagai upaya pembelajaran jika peristiwa serupa terulang maka sudah disiapkan langkah-langkah strategik untuk mengatasinya.

Tulisan kedelapan berjudul”Prilaku Berbahasa Wisatawan Jepang di Bali sebagai Pencerminan Karakteristik Wisatawan Jepang” oleh I Made Sendra yang disajikan secara komprehensif dan menarik yang dapat dijadikan pedoman baku bagi para guide Jepang sebagai bekal komunikasi lintas budaya dalam dunia kepariwisataan.

Beberapa tulisan ilmiah tersebut diharapkan mampu memenuhi dahaga para akademisi, mahasiswa dan stakeholders pariwisata termasuk para praktisi yang hingga saat ini masih sulit mendapatkan literatur-literatur ilmiah bidang pariwisata di Indonesia. Besar harapan tim redaksi agar kedepannya segenap pihak, yang terjun di sektor primadona ini dapat menyumbangkan banyak sumbangan pemikiran, kritik, saran dan masukan dalam tulisan ilmiah melalui jurnal majalah analisis pariwisata, Fakultas Pariwisata-Universitas Udayana.

Denpasar, Juli 2012

(4)

VOL. 12, NO. 1, 2012

PERSYARATAN NASKAH UNTUK ANALISIS PARIWISATA

1. Naskah dapat berupa hasil penelitian atau kajian pustaka yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya.

2. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris (abstrak bahasa Inggris). Abstrak tidak lebih dari 250 kata dengan disertai 3-5 istilah kunci (keywords). Naskah berupa ketikan asli dan CD dengan jumlah maksimal 15 halaman ketikan A4 spasi 1½, kecuali abstrak, tabel dan kepustakaan.

3. Naskah ditulis dengan batas 2,5 cm dari kiri dan 2 cm dari tepi kanan, bawah dan atas.

4. Judul singkat, jelas dan informatif serta ditulis dengan huruf besar. Judul yang terlalu panjang harus dipecah menjadi judul utama dan anak judul.

5. Nama penulis tanpa gelar akademik, alamat e-mail dan asal instansi penulis ditulis lengkap. 6. Naskah hasil penelitian terdiri atau judul, nama penulis, abstrak, pendahuluan, tinjauan pustaka

dan metode, hasil dan pembahasan, simpulan dan saran serta kepustakaan.

7. Naskah kajian pustaka terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, pendahuluan, masalah, pembahasan, simpulan dan saran serta kepustakaan.

8. Tabel, grafik, histogram, sketsa dan gambar harus diberi judul serta keterangan yang jelas. 9. Dalam mengutip pendapat orang lain, dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh : Astina

(1999); Suwena et al. (2001).

10. Kepustakaan memakai “harvard style” disusun menurut abjad nama penulis tanpa nomer urut. a. Untuk buku : nama pokok dan inisial pengarang, tahun terbit, judul, jilid, edisi, tempat

terbit dan nama penerbit.

Picard, Michael. 1996. Cultural Tourism and Touristic Culture. Singapore: Archipelago Press.

b. Karangan dalam buku : nama pokok dari inisial pengarang, tahun terbit, judul karangan, inisial dan nama editor : judul buku, hal permulaan dan akhir karangan, tempat terbitan dan nama penerbit.

McKean, Philip Frick. 1978. “Towards as Theoretical analysis of Tourism: Economic Dualism

and Cultural Involution in Bali”. Dalam Valena L. Smith (ed). Host and Guests: The

Antropology of Tourism. Philadelphia : University of Pensylvania Press.

c. Untuk artikel dalam jurnal: nama pokok dan inisial pengarang, tahun, judul karangan, singkatan nama majalah, jilid (nomor), halaman permulaan dan akhir.

Pitana, I Gde. 1998. “Global Proces and Struggle for Identity: A Note on Cultural Tourism in Bali, Indonesia” Journal of Island Studies, vol. I, no. 1, pp. 117-126.

d. Untuk Artikel dalam format elektronik : Nama pokok dan inisial, tahun, judul, waktu, alamat situs.

Hudson, P. (1998, September 16 - last update), "PM, Costello liars: former bank chief", (The Age), Available: http://www.theage.com.au/daily/980916/news/news2.html (Accessed: 1998, September 16).

11. Dalam tata nama (nomenklatur) dan tata istilah, penulis harus mengikuti cara penulisan yang baku untuk masing-masing bidang ilmu.

12. Dalam hal diperlukan ucapan terima kasih, supaya ditulis di bagian akhir naskah dengan menyebutkan secara lengkap : nama, gelar dan penerima ucapan.

(5)

VOL. 12, NO. 1, 2012

D A F T A R I S I

POTENSI IKAN AIR TAWAR DI DANAU BATUR

SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA ALTERNATIF _________________ (1 – 12)

I Made Kusuma Negara

ANALISIS KELAYAKAN DESA BEDULU SEBAGAI DESA WISATA DI KABUPATEN GIANYAR (KAJIAN ASPEK PASAR

DAN PEMASARAN) ________________________________________ (13 – 29)

I Gusti Putu Bagus Sasrawan Mananda

DESA WISATA BERBASIS MASYARAKAT

SEBAGAI MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

DI DESA PINGE ___________________________________________ (30 – 36)

I Made Adikampana

KARAKTERISTIK RESTORAN INDIA SEBAGAI SARANA WISATA BARU DI KAWASAN WISATA KUTA,

NUSA DUA DAN UBUD _____________________________________ (37 – 46)

Ni Made Ariani, Ni Nyoman Sri Aryanti, I Gusti Agung Oka Mahagangga

PERSEPSI PENGUNJUNG TERHADAP KUALITAS PELAYANAN

PADA MUSEUM MULAWARMAN TENGGARONG ___________________ (47 – 53)

A. Rinto Dwi Atmojo

POTENSI KEPARIWISATAAN PROVINSI SULAWESI SELATAN _________ (54 – 61)

I Putu Anom

PERAN DAN KENDALA PEMULIHAN PARIWISATA BALI PASCABOM

(SUATU KASUS DISPARDA PROVINSI BALI) ______________________ (62 – 78)

I Gusti Agung Oka Mahagangga, Putu Agus Wikanatha Sagita, Ida Ayu Ratih

PERILAKU BERBAHASA WISATAWAN JEPANG DI BALI SEBAGAI PENCERMINAN KARAKTERISTIK

WISATAWAN JEPANG ______________________________________ (79 – 93)

(6)

Vol. 12 No. 1 Th. 2012, Hal. 1

POTENSI IKAN AIR TAWAR DI DANAU BATUR

SEBAGAI PENGEMBANGAN WISATA ALTERNATIF

I Made Kusuma Negara

kusumatourism@gmail.com Dosen Fakultas Pariwisata Unud

Abstract

Bali is the common destination for foreign traveller as well as domestic traveller. The problem that often arises is the inequality of economic development of tourism. Bangli District’s PAD is lowest in Bali and they need to explore their potential. Batur Lake’s fish are potentially as an alternative tourism. The purpose of this research is to analyze the public perception related to Batur Lake’s Fishery as an alternative tourism development.

In order to achieve the purpose of this research, sampling is done by 100 respondents. There are two variables which divided into two parts: physical and non-physical. Perception index is used in analysing data.

Based on the analysing result, there is one conclusion that the public perception related to Batur Lake’s Fishery as an alternative tourism development is as good as what they expected, physicaly and non-physicaly. The potential of Batur Lake’s fishery are supported by the community. There are work ethic variable’s has the highest perception index, and location variabel’s have the lowest perception index.

Key words: public perceptions, tourism potential, and alternative tourism.

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pariwisata Bali telah tumbuh dan berkembang sedemikian rupa memberikan sumbangan yang besar terhadap pembangunan daerah dan masyarakat Bali baik secara langsung maupun tidak langsung. Meskipun pariwisata Bali diguncang oleh berbagai fenomena seperti, isu virus SARS, teror Bom Bali dan berbagai permasalahan keamanan, pariwisata Bali tetap berupaya untuk menjadi daya tarik wisata utama di Indonesia bahkan di dunia. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah, stakeholders

pariwisata, pihak keamanan bahkan oleh masyarakat untuk membuat wisatawan domestik maupun mancanegara tetap tertarik mengunjungi pulau dewata.

Pariwisata ternyata memberikan peran yang sangat besar bagi penggerak roda perekonomian masyarakat Bali. Harus disadari Bali tanpa pariwisata maka Bali akan kehilangan segalanya bahkan mungkin kebudayaannya yang sudah tersohor itu dapat lenyap begitu saja. Pariwisata Bali dengan demikian sangat mengandalkan destinasi wisata dan atraksi wisata yang dimiliki untuk tetap menarik perhatian wisatawan. Pengembangan pariwisata dengan berbagai potensi terus diupayakan untuk tetap menjaga bahkan semaksimal mungkin memacu pertumbuhan ekonomi dari sektor pariwisata.

(7)

Vol. 12 No. 1 Th. 2012, Hal. 2

Kehadiran pariwisata yang diikuti oleh berkembangnya sektor industri jasa pariwisata memberikan multiplayer effect bagi seluruh masyarakat Bali bahkan bagi beberapa pulau di sekitar Bali hingga ke Jakarta sebagai pusat pemerintahan Indonesia. Industri jasa pariwisata berkembang hingga ke pelosok-pelosok desa di Bali yang semula mengandalkan sektor pertanian perlahan berubah bertumpu kepada sektor pariwisata.

Fakta ini ternyata menimbulkan beberapa permasalahan seperti tidak meratanya pembangunan ekonomi, terputusnya suatu tradisi masyarakat agraris dan terjadinya perubahan pola pikir masyarakat bahwa berkecimpung di dunia pariwisata lebih ”menjanjikan” dari pada harus bergelut dengan lumpur dalam mengolah tanah persawahan yang mereka miliki.

Seperti yang terjadi di Kabupaten Bangli, kawasan wisata Kintamani, tepatnya penyeberangan menuju Desa Trunyan. Pencitraan buruk telah di bangun oleh beberapa oknum sehingga membuat banyak wisatawan kecewa bahkan trauma. Keadaan ini membuat hampir seluruh biro perjalanan wisata di Bali memboikot sehingga tidak ada wisatawan yang berkunjung ke Trunyan. Hingga kini pemulihan nama baik Trunyan akan sulit dihidupkan kembali karena kebanyakan wisatawan sudah trauma dan menginformasikan ketika mereka tiba kembali di negaranya bahwa Desa Trunyan tidak pantas untuk dikunjungi.

Sebagai masyarakat Bali yang sangat mengandalkan pariwisata tentunya tidak dapat hanya pesimis menindaklanjuti hal tersebut. Pencitraan desa Trunyan akan dapat dibenahi jika semua komponen terlibat dan duduk bersama mencari pokok permasalahannya. Kabupaten Bangli yang sejak dulu PAD-nya selalu paling rendah di Bali harus makin berbenah diri. Potensi yang dimiliki oleh kabupaten berhawa sejuk ini sangat banyak, namun sayangnya masih belum tertata dengan baik. Sektor pertanian yang sangat menjanjikan ditambah dengan sumber daya alam seperti Danau Batur yang berpotensi pula untuk pengembangan sektor perikanan. Secara teoritis, banyak tipe wisata alternatif yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bangli. Seperti misalnya ekowisata, agrowisata atau wisata alam yang dapat disesuaikan dengan potensi yang dimiliki.

Pengembangan sektor primer di Bangli masih memiliki potensi besar melalui usaha intensifikasi, yaitu peningkatan produksi per satuan luas dengan menggunakan teknologi kimia-biologi seperti penggunaan varietas unggul, pupuk organik/anorganik, teknologi mekanik dan teknologi budidaya. Kabupaten Bangli yang potensial unggul adalah komoditas kopi arabika, sapi potong, ayam petelur, dan ikan air tawar. Pilihan komoditi unggulan ini sesuai dengan potensi serta dukungan iklim dan alam topografi kabupaten Bangli.

Meski Bangli merupakan satu-satunya kabupaten yang tidak memiliki panorama pantai seperti halnya kabupaten lain, namun di Bangli terdapat objek Gunung Batur dan juga Danau Batur yang merupakan danau terluas di Pulau Bali. Selain menawarkan keindahannya, potensi-potensi alam ini juga dapat dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk mengembangkan usaha lain, yaitu membudidayakan ikan air tawar yaitu ikan nila. Dibudidayakannya ikan nila di danau Batur tidak terlepas dari beberapa karakteristik yang dimiliki antara lain : (i) cukup tahan terhadap penyakit; (ii) tahan terhadap kualitas air yang jelek; (iii) memiliki kemampuan untuk beradaptasi pada berbagai lingkungan; (iv) punya kemampuan untuk membentuk protein dari bahan organik; dan (v) mudah tumbuh dalam sistem budidaya yang intensif (Bappeda Bangli, 2010).

(8)

Vol. 12 No. 1 Th. 2012, Hal. 3

Sebagai salah satu sub sistem agribisnis yaitu sub sektor usaha tani. Budi daya ikan nila dalam jakapung memiliki potensi yang menjanjikan. Dengan hasil ikan yang tidak berbau tanah (karena tidak sempat menyentuh tanah), budidaya ikan nila dalam jakapung dapat dikatakan sebagai produk unggulan daerah yang memiliki daya saing dengan memanfaatkan keunggulan komparatif yang dimiliki Kabupaten Bangli berupa potensi Danau Batur.

Jika pembudidayaan ikan nila dalam jakapung telah mencapai angka maksimal, diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yakni kemiskinan dan tenaga kerja khususnya di pedesaan. Kemiskinan disini diartikan sebagai kemiskinan penduduk terutama di pedesaan, maka dari itu dimaksimalkannya pembudidayaan ikan nila dalam jakapung dimaksudkan agar petani nelayan tidak menganggur dan masalah tenaga kerja sedikit demi sedikit teratasi terutama untuk penduduk yang bertempat tinggal di desa sekitar Danau Batur (dalam lingkup mikro).

Dimaksimalkannya budidaya ikan nila dalam Jakapung diharapkan diikuti dengan hasil produksi ikannya pun meningkat. Ikan nila Danau Batur yang banyak diminati karena selain sehat, tidak bau dan tidak kotor ini nantinya bisa diekspor sehingga pendapatan untuk kabupaten meningkat. Saat ini produksi ikan nila Danau Batur baru dimanfaatkan oleh penduduk untuk bisnis restoran yang menyediakan menu ikan nila Danau Batur.

Danau Batur memiliki potensi yang layak diperhitungkan untuk menunjang kegiatan kepariwisataan. Beberapa petani nelayan sudah mencoba pembudidayaan ikan air tawar yang hasilnya cukup menjanjikan. Tetapi pembudidayaan ini belum secara serius digarap untuk kepentingan pariwisata yang seharusnya dapat memberikan manfaat cukup besar bagi masyarakat lokal dan bagi para wisatawan. Pembudidayaan ikan nila dalam jakapung di Danau Batur bisa menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung dan melihat kegiatan petani nelayan dalam memelihara ikan nila. Selain menikmati pemandangan indah Gunung Batur dan Danau Batur, juga dapat menyaksikan secara langsung bagaimana pembudidayaan ikan nila di Danau Batur. Wisatawan terutama wisatawan mancanegara dipastikan akan tertarik untuk mengamati kegiatan tersebut.

Keberadaan restoran-restoran yang menyediakan menu olahan ikan nila Danau Batur dapat dirancang sebagai finishing kegiatan berwisata di Batur. Adanya potensi ikan air tawar sebagai pengembangan wisata alternatif di Danau Batur jika dapat direalisasikan bukan tidak mungkin akan menambah PAD Pemkab Bangli dari sektor pariwisata. Termasuk pula peran petani nelayan di sekitar Danau Batur tentunya akan memperoleh peningkatan penghasilan dengan disajikannya berbagai paket tour melalui pengembangan wisata alternatif seperti wisata alam maupun agrowisata.

1.2 Rumusan Masalah

Bertolak dari pemikiran diatas maka permasalahan dalam tulisan ini dapat dirumuskan, yaitu : “Bagaimana persepsi masyarakat terhadap potensi ikan air tawar di Danau Batur sebagai pengembangan wisata altenatif?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah sebagai untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap potensi ikan air tawar di Danau Batur sebagai pengembangan wisata alternatif.

(9)

Vol. 12 No. 1 Th. 2012, Hal. 4

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi pengembangan.

Penelitian ini merupakan kesempatan untuk dapat mengetahui peluang dan dukungan untuk pengembangan potensi perikanan sebagai wisata alternatif. 2. Manfaat operasional berkaitan dengan kebijakan dan pebisnis pariwisata.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pemerintah maupun swasta untuk pariwisata alternatif sebagai salah satu komponen penting dalam pengambilan keputusan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persepsi

Rangkuti (2005) mengemukakan bahwa persepsi diidentifikasikan sebagai suatu proses dimana individu memilih, mengorganisasikan, serta mengartikan stimulus yang diterima melalui alat inderanya menjadi suatu makna. Meskipun demikian, makna dari proses persepsi tersebut juga dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu individu yang bersangkutan. Persepsi terhadap produk atau jasa berpengaruh terhadap tiga faktor, yaitu :

1. Tingkat kepentingan.

Tingkat kepentingan didefinisikan sebagai keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau membeli produk atau jasa, yang akan dijadikan standar acuan dalam menilai kinerja produk atau jasa tersebut. Terdapat dua tingkat kepentingan pelanggan, yaitu :

a. Adequate service, yaitu kinerja jasa minimal yang masih dapat diterima berdasarkan perkiraan jasa yang mungkin akan diterima dan tergantung pada alternatif yang tersedia.

b. Desired service, yaitu tingkat kinerja jasa yang diharapkan diterima yang merupakan gabungan dari kepercayaan mengenai apa yang dapat dan harus diterimanya.

2. Kepuasan.

Kepuasan didefinisikan sebagai respons terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah pemakaian. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan, salah satunya adalah persepsi mengenai kualitas jasa yang berfokus pada lima dimensi jasa. Selain itu juga dipengaruhi oleh persepsi kualitas jasa, kualitas produk, harga, dan faktor-faktor yang bersifat pribadi serta yang bersifat situasi sesaat. Persepsi mengenai kualitas jasa tidak mengharuskan pelanggan menggunakan jasa tersebut terlebih dahulu untuk memberikan penilaian.

3. Nilai.

Nilai didefinisikan sebagai pengkajian secara menyeluruh manfaat dari suatu produk, yang didasarkan pada persepsi atas apa yang telah diterima dan yang telah diberikan oleh produk tersebut. Pengguna akan semakin loyal apabila produk atau jasa tersebut semakin bernilai baginya.

2.2 Pariwisata Alternatif

Koslowski dan Travis dalam Sunarta (2002), pariwisata alternatif merupakan suatu kegiatan kepariwisataan yang tidak merusak lingkungan, berpihak pada ekologis,

(10)

Vol. 12 No. 1 Th. 2012, Hal. 5

dan menghindari dampak negatif dari pembangunan pariwisata berskala besar yang dijalankan pada suatu area yang tidak terlalu cepat pembangunannya.

Selain itu oleh Saglio, Bilsen, dan Gonsalves dalam Sunarta (2002) menyebutkan bahwa pariwisata alternatif adalah kegiatan kepariwisataan yang memiliki gagasan yang mengandung arti sebagai suatu pembangunan yang berskala kecil atau juga sebagai suatu kegiatan kepariwisataan yang disuguhkan kepada wisatawan, dimana segala aktivitasnya turut melibatkan masyarakat.

Holden dalam Sunarta (2002), pariwisata alternatif merupakan suatu proses yang mempromosikan suatu destinasi yang kondisinya memang benar-benar layak dan pantas diantara komunitas yang berbeda-beda, dimana diperlukan untuk memperoleh pemahaman, solidaritas, dan kesamaan diantara seluruh komponen.

Middleton (1998), menyebutkan bahwa pariwisata alternatif merupakan suatu bentuk produk pariwisata yang mempertimbangkan bahkan menuntut lebih akrab lingkungan dan tidak merusak budaya.

Archer and Cooper (1993), menyatakan bahwa pariwisata alternatif merupakan suatu pergerakan yang memiliki jalan keluar untuk “mengobati sakit” dari pariwisata massal (Mass Tourism).

Cohen (1987) dalam Gartner (1996), menyebutkan bahwa pariwisata alternatif bersumber dari dua pandangan ideologi yang sejaman, yaitu bahwa pariwisata alternatif merupakan reaksi atas konsumerisme modern, dan pariwisata alternatif merupakan reaksi dari eksploitasi yang dilakukan negara berkembang.

Butler dalam Gartner (1996) memaparkan dampak yang mungkin terjadi dari adanya pariwisata alternatif terhadap aspek sosial, lingkungan, dan ekonomi, yaitu pada Tabel 2.1.

Variasi pariwisata alternatif dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1. Pariwisata Adventure

Merupakan suatu kegiatan pariwisata alternatif yang bernuansa petualangan (Adventure). Petualangan dalam skala kecil dapat terdiri dari bird watching, scuba diving, dalam skala menengah terdiri dari kegiatan yang bernuansa olah raga seperti canoing, dan rafting. Sedangkan dalam skala besar meliputi kegiatan petualangan seperti halnya taman safari.

2. Pariwisata Alam

Merupakan kegiatan pariwisata alternatif yang memfokuskan diri pada studi dan observasi yang berkaitan dengan flora (tumbuhan) dan fauna (binatang), selain itu juga berkaitan dengan kegiatan landscape.

3. Community Tourism

Community Tourism atau pariwisata kerakyatan merupakan suatu kegiatan pariwisata yang dijalankan oleh rakyat, baik dari perencanaan sampai evaluasi dan segala manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut sepenuhnya untuk rakyat yang bersangkutan.

(11)

Vol. 12 No. 1 Th. 2012, Hal. 6

Tabel 2.1. Dampak yang Mungkin Terjadi dari Adanya Pariwisata Alternatif Terhadap Aspek Sosial, Lingkungan, dan Ekonomi

Dampak

Sosial Lingkungan Ekonomi

A. Wisatawan - Jumlah - Tingkah Laku - Lokasi - Waktu - Hubungan - Kesamaan B. Sumber Daya - Kerapuhan - Keunikan - Kapasitas C. Kegiatan Ekonomi - Merugikan - Kebocoran D. Politik - Kontrol Lokal - Perencanaan Tambahan Positif Dipertanyakan Negatif Positif Negatif Negatif Netral Netral Netral Positif Sedikit Positif Positif Sedikit Negatif Positif Sedikit Positif Negatif Negatif - Sedikit Negatif Negatif Negatif Sedikit Positif Netral Netral Tidak Diketahui Tidak Diketahui Negatif Negatif Negatif Positif Netral Positif Netral Netral Netral Negatif Negatif Netral Netral Sumber : Butler dalam Gartner (1996)

III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Obyek Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Dipilihnya Desa Songan sebagai lokasi penelitian, karena pada lokasi tersebut banyak ditemui masyarakat yang berorientasi pada ikan air tawar berupa ikan nila. Obyek penelitian ini adalah masyarakat yang berorientasi pada ikan air tawar berupa ikan nila.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa angka-angka yang berhubungan dengan perikanan air tawar, sedangkan data kualitatif berupa penjelasan-penjelasan yang menyangkut perikanan air tawar dan pariwisata di Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000).

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh berdasarkan observasi. Untuk mencapai tujuan penelitian, objek penelitian (masyarakat) diajukan pertanyaan melalui kuisioner yang pertanyaannya telah dipersiapkan sebelumnya (Rangkuti, 2005).

(12)

Vol. 12 No. 1 Th. 2012, Hal. 7

Selain itu, data sekunder juga dipergunakan dalam penelitian ini, dimana data sekunder merupakan data yang diperoleh dari publikasi yang diterbitkan oleh berbagai instansi yang berkaitan dengan perikanan air tawar, seperti BPS, Dinas Peternakan Kabupaten Bangli, Dinas Pariwisata Kabupaten Bangli serta data sekunder oleh pihak-pihak lain yang berhubungan dengan perikanan air tawar.

3.3 Penentuan Sampel

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling (Dajan, 1993)). Besarnya sampel yang diambil sejumlah 100 responden yang terdiri dari masyarakat di Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.

3.4 Identifikasi Variabel

Untuk dapat menjawab pokok permasalahan tentang persepsi masyarakat terhadap potensi ikan air tawar di Danau Batur sebagai pengembangan wisata alternatif. Variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu keberadaan berupa potensi fisik dan potensi non fisik, seperti yang tersaji pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Variabel Persepsi Masyarakat terhadap Potensi Ikan Air Tawar di Danau Batur sebagai Pengembangan Wisata Alternatif

Variabel Tingkat I Tingkat II Potensi Fisik - Jarak - Lokasi - Aksesibilitas - Fasilitas penunjang - Petunjuk dan informasi

Potensi Non Fisik

- Etos kerja - Mentalitas - Sikap masyarakat

Sumber : Berdasarkan Hasil Observasi, 2011 3.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional berbagai variabel dalam penelitian ini yaitu :

1. Potensi fisik, berupa jarak menuju Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, kebersihan lokasi budi daya ikan air tawar, aksesibilitas menuju Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, fasilitas penunjang berupa fasilitas keamanan dan kesehatan, serta petunjuk dan informasi fasilitas di lokasi budi daya ikan air tawar.

2. Potensi non fisik, berupa etos kerja masyarakat sekitar untuk terlibat dalam pengembangan wisata alternatif ikan air tawar, mentalitas masyarakat sekitar dalam kesiapannya mengelola wisata alternatif ikan air tawar, dan sikap masyarakat sekitar untuk terlibat dalam pengembangan wisata alternatif ikan air tawar.

(13)

Vol. 12 No. 1 Th. 2012, Hal. 8

3.6 Teknik Analisis Data

Guna menjawab pokok permasalahan, maka digunakan analisis deskriptif kuantitatif dengan indeks persepsi. Sebelum menentukan indeks persepsi, ukuran persepsi dari responden diukur melalui skala Likert. Skala ini merupakan alat untuk mengukur sikap dari keadaan yang sangat positif ke jenjang yang sangat negatif, untuk menunjukkan sejauh mana tingkat penilaiannya terhadap pertanyaan yang diajukan (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000). Dalam penelitian ini, responden harus memilih satu dari lima alternatif penilaian, yaitu : Skor 1 = Sangat buruk, Skor 2 = Buruk, Skor 3 = Cukup, Skor 4 = Baik, dan Skor 5 = Sangat baik.

Dari kelima skala penilaian diatas, dapat dirumuskan interval untuk masing-masing kelas (Dajan, 1993), yaitu : Interval = R / k

dimana : R = Nilai skor tertinggi – nilai skor terendah. k = Jumlah skala penilaian.

Dari perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, dapat diketahui bahwa interval sebesar 0,8. Berdasarkan interval ini, maka dapat ditentukan skala penilaian seperti yang disajikan pada Tabel 4.2. Indeks persepsi baik secara parsial maupun secara simultan yang diperoleh dengan selanjutnya akan diinterpretasikan dengan berpedoman pada skala penilaian yang terdapat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Interval Kelas yang Dijadikan Dasar Pemikiran

No. Interval Penilaian

1 1,00 – 1,79 Sangat buruk 2 1,80 – 2,59 Buruk 3 2,60 – 3,39 Cukup 4 3,40 – 4,19 Baik 5 4,20 – 5,00 Sangat baik

Sumber : Kusmayadi dan Sugiarto, 2000.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Sektor Perikanan dan Pariwisata Kab. Bangli 4.1.1 Sektor Perikanan

Budidaya perikanan di Danau Batur memiliki peranan yang strategis sebagai sumber pertumbuhan baru dalam upaya meningkatkan perekonomian Kabupaten Bangli di masa mendatang. Kontribusi perikanan terhadap PDRB 0,44% di tahun 2008 relatif dibandingkan tahun 2004 sebesar 0,40%. Komoditi perikanan yang paling potensial untuk dikembangkan di Danau Batur dengan sistem Keramba Jaring Apung (KJA) adalah ikan nila. Adapun luas lahan yang baru dimanfaatkan rata-rata 0,8 Ha per tahun dari potensi lahan perairan Danau Batur yang dapat dikembangkan masih sangat luas yaitu maksimal 5-10% dari luas perairan Danau Batur sebesar 1.607,50 Ha. Adapun benih ikan yang dihasilkan rata-rata pertahunnya sebesar 8.394.120 ekor/tahun dengan luas pembenihan rata-rata 5,59 Ha (Pemkab Bangli, 2009).

4.1.2 Sektor Pariwisata

Pariwisata Kabupaten Bangli telah tumbuh dan berkembang dan telah memberikan sumbangan yang besar terhadap pembangunan masyarakatnya. Dalam kurun lima tahun, sarana akomodasi sebagai sarana pokok pariwisata telah mampu menyediakan kamar hotel rata-rata sebanyak 239 kamar. Sebagai pasar wisata yang

(14)

Vol. 12 No. 1 Th. 2012, Hal. 9

juga diperhitungkan, dalam kurun lima tahun telah mencapai angka 279.464 orang wisatawan manca negara dan 69.680 orang wisatawan nusantara. Sedangkan komposisi kunjungan antara wisatawan manca negara dengan nusantara perbandingannya adalah rata-rata 80% berbanding 20% (BPS, 2010).

Kunjungan wisatawan, baik manca negara maupun nusantara tidak terlepas dari beragamnya daya tarik wisata yang dimiliki Kabupaten Bangli. Daya tarik tersebut di katagorikan menjadi tiga, yaitu : (1) daya tarik wisata yang sudah dikembangkan, (2) daya tarik wisata sedang dikembangkan, dan (3) daya tarik wisata yang belum dikembangkan. Dari 32 daya tarik wisata yang dimiliki Kabupaten Bangli, terlihat bahwa sebagian besar atau 68,76% daya tarik wisata tersebut belum dikembangkan yang tersebar di Kecamatan Bangli, Susut, Tembuku, dan Kintamani. Hanya 18,75% saja daya tarik wisata di Kabupaten Bangli yang telah dikembangkan dan sebagian besar berlokasi di Kecamatan Kintamani, dan sisanya berlokasi di Kecamatan Bangli. Sedangkan daya tarik yang sedang dikembangkan sebesar 12,50%, sebagian besar berlokasi di Kecamatan Bangli, yaitu : Desa Adat Pengotan, Taman Bali Raja, dan Kolam Renang Seganing (Bappeda Pemkab Bangli, 2011).

4.2 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini sebanyak 100 responden yang terdiri dari masyarakat di Desa Songan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Dari 100 orang responden, 43 orang (43%) berjenis kelamin wanita, dan sisanya sejumlah 57 orang (57%) berjenis kelamin pria. Dilihat dari segi usia, responden dalam penelitian ini memiliki usia terendah 18 tahun dan tertinggi 67 tahun. Mereka terdiri dari usia 18-22 sejumlah 14 orang (14%), usia 23-27 sejumlah 28 orang (28%), usia 28-32 sejumlah 19 orang (19%), usia 33-37 sejumlah 5 orang (5%), usia 38-42 sejumlah 9 orang (9%), serta usia 42 tahun keatas sampai dengan 67 tahun sejumlah 25 orang (25%). Tingkat pendidikan responden terdiri dari sejumlah 21 orang (21%) universitas serta sisanya sejumlah 79 orang (79%) memiliki latar belakang pendidikan SMA.

4.3 Hasil dan Pembahasan 4.3.1 Frekuensi Persepsi

Berdasarkan 100 responden, mereka memberikan persepsi terhadap potensi ikan air tawar di Danau Batur sebagai pengembangan wisata alternatif, bahwa rata-rata sebesar 4% mempunyai persepsi sangat buruk, 19% mempunyai persepsi buruk, 67% mempunyai persepsi cukup, 9% mempunyai baik, serta 1% mempunyai persepsi sangat baik. Secara lebih rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1.

4.3.2 Indeks Persepsi

Selanjutnya dilakukan perhitungan indeks persepsi dengan menggunakan metode rata-rata tertimbang, seperti yang terlihat pada Tabel 4.2. Berdasarkan Tabel 4.2, bahasan akan dibagi menjadi empat bagian, yaitu potensi fisik, potensi non fisik, persepsi secara parsial, serta persepsi secara simultan. Selanjutnya, masing-masing bagian ini dibagi menjadi beberapa sub-bagian, yaitu sub-bagian jarak, lokasi, aksesibilitas, fasilitas penunjang, dan petunjuk serta informasi untuk potensi fisik, sub-bagian etos kerja, mentalitas, dan sikap masyarakat untuk potensi non fisik. Sedangkan interpretasi masing-masing indeks persepsi yang akan diuraikan, didasarkan atas patokan pada Tabel 3.2. Berikut akan dibahas dan diuraikan secara beruntun, yaitu :

(15)

Vol. 12 No. 1 Th. 2012, Hal. 10

1. Potensi Fisik.

Persepsi masyarakat terhadap jarak, lokasi, aksesibilitas, fasilitas penunjang, dan petunjuk serta informasi adalah cukup, ini terlihat dari indeks persepsinya sebesar 2,8.

2. Potensi Non Fisik.

Persepsi masyarakat terhadap etos kerja, mentalitas, dan sikap masyarakat adalah cukup, ini terlihat dari indeks persepsinya sebesar 2,9.

3. Secara Parsial.

Secara parsial dari ke-8 variabel tersebut, ditemui seluruh variabel yaitu : jarak, lokasi, aksesibilitas, fasilitas penunjang, petunjuk dan informasi, etos kerja, mentalitas, dan sikap masyarakat, memiliki persepsi yang cukup.

4. Secara Simultan.

Secara simultan, persepsi masyarakat terhadap potensi ikan air tawar di Danau Batur sebagai pengembangan wisata alternatif adalah cukup, ini terlihat dari indeks persepsinya sebesar 2,8.

Berdasarkan hasil interpretasi indeks persepsi, mengungkapkan bahwa persepsi masyarakat terhadap potensi ikan air tawar di Danau Batur sebagai pengembangan wisata alternatif baik dilihat berdasarkan potensi fisik maupun potensi non fisik, memiliki persepsi yang cukup. Hal ini mengindikasikan bahwa potensi ikan air tawar di Danau Batur sebagai pengembangan wisata alternatif cukup didukung oleh masyarakat. Berdasarkan data Bali Dalam Angka (2010), potensi ikan air tawar seperti ikan nila untuk dikembangkan di Danau Batur masih memiliki potensi yang luas untuk dikembangkan, mengingat baru hanya 5-10% saja, perairan Danau Batur yang telah dimanfaatkan. Rerata jumlah kunjungan wisatawan dalam kurun waktu lima tahun, baik manca negara maupun nusantara ke Kabupaten Bangli sebesar 349.144 orang, menunjukkan sangat mendukung pasar bagi ikan air tawar di Danau Batur dalam pengembangan wisata alternatif.

Tabel 4.1 Persentase Persepsi Masyarakat terhadap Potensi Ikan Air Tawar di Danau Batur sebagai Pengembangan Wisata Alternatif

Variabel Sangat Persepsi (%)

Buruk Buruk Cukup Baik Sangat Baik

Potensi Fisik Jarak 2 21 69 6 2 Lokasi 4 32 55 8 1 Aksesibilitas 5 19 67 8 1 Fasilitas penunjang 5 14 74 6 1 Petunjuk dan informasi 5 22 63 10 0 Potensi Non Fisik Etos kerja 2 17 68 10 3 Mentalitas 4 16 65 11 3 Sikap masyarakat 3 13 75 9 0 Rata-rata 4 19 67 9 1

(16)

Vol. 12 No. 1 Th. 2012, Hal. 11

Tabel 4.2 Indeks Persepsi Persepsi Masyarakat terhadap Potensi Ikan Air Tawar di Danau Batur sebagai Pengembangan Wisata Alternatif

secara Parsial dan Simultan

Variabel Indeks

Tingkat II Tingkat I Indeks Simultan Indeks

Tingkat I Tingkat II Potensi Fisik Jarak 2,9 2,8 2,8 Lokasi 2,7 Aksesibilitas 2,8 Fasilitas penunjang 2,8 Petunjuk dan informasi 2,8 Potensi Non Fisik Etos kerja 3,0 2,9 Mentalitas 2,9 Sikap masyarakat 2,9

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dikemukakan simpulan bahwa persepsi masyarakat terhadap potensi ikan air tawar di Danau Batur sebagai pengembangan wisata alternatif baik dilihat berdasarkan potensi fisik (jarak, lokasi, aksesibilitas, fasilitas penunjang, dan petunjuk serta informasi) maupun potensi non fisik (etos kerja, mentalitas, dan sikap masyarakat), memiliki persepsi yang cukup. Hal ini mengindikasikan bahwa potensi ikan air tawar di Danau Batur sebagai pengembangan wisata alternatif cukup didukung oleh masyarakat. Dilihat secara parsial, ternyata variabel etos kerja memiliki indeks persepsi tertinggi, sedangkan variabel lokasi memiliki indeks persepsi terendah.

5.2 Saran

1. Etos kerja masyarakat perlu dipertahankan sebagai benefit yang tak ternilai bagi pemerintah maupun swasta guna mendukung pengembangan ikan air tawar di Danau Batur.

2. Lokasi pengembangan ikan air tawar di Danau Batur perlu ditata sedemikian rupa, untuk lebih menarik minat wisatawan berkunjung.

3. Sosialisasi mengenai wisata alternatif harus mulai dilakukan sebagai upaya mempersiapkan masyarakat setempat untuk mengenal dan meyakini bahwa wisata alternatif memiliki karakter berbeda dengan model wisata yang mengandalkan

mass tourism.

4. Dukungan dari segenap pihak seperti Pemkab Bangli dan stakeholders pariwisata diperlukan untuk pengembangan wisata alternative secara berkelanjutan.

5. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai strategi pengembangan wisata alternatif dan dampak yang ditimbulkan yang nantinya dapat disinergikan dengan penelitian ini untuk dapat dijadikan rekomendasi kepada pemegang kebijakan.

(17)

Vol. 12 No. 1 Th. 2012, Hal. 12

KEPUSTAKAAN

Anonim. Badan Pusat Statistik. 2010. Bali Dalam Angka. Denpasar.

______. BAPPEDA Pemkab. Bangli. 2011. Rencana Profil Industri. Bangli :Percetakan Daerah

______. Dinas Peternakan Perikanan Darat Kabupaten Bangli. 2009. Laporan Tahunan. Bangli : Percetakan Daerah

Bisnis Bali. 2009, “Prospektif Budi Daya Ikan Nila di Danau Batur”, Edisi 18 Juli 2009. Cooper, Chris. 1993. Tourism : Principles & Practice. England : Longman Group

Limited.

Dajan, Anto. 1993. Pengantar Metode Statistik. Jakarta : LP3ES.

Diparda Bali. 2011. Statistik Kepariwisataan Bali. Denpasar : Diparda Bali.

Gartner, William C. 1996. Tourism Development : Principles, Processes, and Policies. United States of America : Thomson.

Kusmayadi dan Sugiarto, Endar. 2000. Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Middleton, Victor T.C. 1998. Sustainable Tourism : A Marketing Perspective. Oxford : Butterworth Heinemann.

Rangkuti, Freddy. 2005. Riset Pemasaran. Jakarta : Elex Media Computindo.

Sunartha, Nyoman. 2002. Bahan Mata Kuliah Pariwisata Alternatif pada Fakultas Pasca Sarjana P.S. Kajian Pariwisata Unud.

Gambar

Tabel 2.1.  Dampak yang Mungkin Terjadi dari Adanya Pariwisata Alternatif  Terhadap Aspek Sosial, Lingkungan, dan Ekonomi
Tabel 3.1  Variabel Persepsi Masyarakat terhadap Potensi Ikan Air Tawar  di Danau Batur sebagai Pengembangan Wisata Alternatif
Tabel 3.2  Interval Kelas yang Dijadikan Dasar Pemikiran
Tabel 4.1  Persentase  Persepsi  Masyarakat  terhadap  Potensi  Ikan  Air  Tawar  di  Danau Batur sebagai Pengembangan Wisata Alternatif
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penilitian yaitu untuk menentukan dosis HCG yang dapat mempercepat waktu laten pemijahan, dan meningkatkan persentase telur yang menetas dan kelangsungan

Setelah Google membeli hak dari software ini, sekarang menjadi populer dan diketahui banyak pengguna.Perangkat lunak ini memungkinkan pengguna untuk dengan cepat

● Desain Industri ­­ berdasarkan pasal 1 ayat 1 Undang­Undang Nomor 31 

Untuk ekspresi gen metallothionein (MT), beberapa peneliti juga menggunakan Real Time PCR antara lain van Hoof et al (2001) yang menggunakan metode ini untuk

Hasil analisis deskriptif variabel menunjukkan bahwa variabel komitmen pemeliharaan mesin memiliki tingkat skor tanggapan yang tinggi (tabel IV.2.5.1). Hal ini

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para guru/pelatih olahraga khususnya cabang atletik tentang kemampuan lompat jauh gaya menggantung untuk dapat

Ketatnya persaingan dalam bisnis laundry saat ini membuat para pemilik usaha tersebut bersaing dalam banyak hal agar dapat merebut pangsa pasar atau menciptakan

Sasaran yang dituju dalam kegiatan yaitu meningkatnya fungsi kelembagaan pemerintahan kampung dengan target kinerja 100% dengan tingkat capaian 100%.