• Tidak ada hasil yang ditemukan

TIM PENYUSUN PUSLITBANG STUDI KEBENCANAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TIM PENYUSUN PUSLITBANG STUDI KEBENCANAAN UNIVERSITAS HASANUDDIN"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

TIM PENYUSUN

PUSLITBANG STUDI KEBENCANAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

(4)

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara dengan gugusan kepulauan yang mempunyai potensi yang tinggi dan bervariasi terhadap segala aspek jenis bencana. Kondisi geografis Indonesia yang terletak pada jalur cincin api Pasifik (ring of fire), menjadikan Indonesia Negara yang memiliki paling banyak memiliki gunung berapi aktif. Indonesia dilewati oleh lempeng Indo-Australia di selatan, Pasifik dari timur dan Eurasia dari utara, yang memosisikan Indonesia sebagai Negara rawan bencana, baik dari aktivitas tektonik maupun vulkanik.

Berdasarkan definisi dalam Undang Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan bencana, bencana didefinisikan sebagai “peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan/ atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis”. Bencana yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 meliputi bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial.

Sesuai dengan amanah yang tertera pada UU No. 24 Tahun 2007 pasal 33, penyelenggaraan penanggulangan bencana terdiri atas 3 tahap yang meliputi: pra bencana, bencana, dan pasca bencana. Tahapan tersebut mesti dipahami sebagai satu kesatuan sistem mitigasi, yang sama sekali tak bisa dipisah satu sama lain. Bencana yang tak bisa diprediksi kejadiannya, membutuhkan upaya sistemik agar dampaknya kecil dan tak banyak merugikan dari sisi materil maupun non materil.

Salah satu upayanya pada tahap pra bencana ialah pemerataan pengetahuan terkait literasi kebencanaan. Masyarakat mesti diajak berdialog terkait informasi, yang sudah atau belum mereka pahami terkait kesiapsiagaan perihal bencana. Selain itu, pelatihan bersama untuk mengaplikasikan pengetahuan yang didapat menjadi penting. Sebab, pengetahuan yang tidak dibarengi kemampuan praktis akan mengendap dan menjadi kurang fungsional. Hal itu punya landasan hukum yang dihadirkan dalam UU No. 24 Tahun 2007, pasal 35.

Pihak yang posisinya sangat penting dalam pengimplementasian instruksi UU No. 24 tahun 2007 pasal 35, terkait penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana, tak lain ialah sekolah. Sekolah sebagai wadah memproduksi

(5)

pengetahuan dan nilai, sangat strategis untuk terlibat dalam diseminasi informasi ihwal literasi kebencanaan. Bayangkan saja jika semua sekolah di Indonesia memasukkan kurikulum pendidikan penanggulangan bencana pada materi ajar. Kita bisa berkaca pada Jepang yang sudah mengambil start lebih dulu mengambil langkah tersebut. Efeknya, generasi muda di Jepang tidak mudah panik, dan yang pasti mereka tahu harus berbuat apa untuk mengurangi potensi buruk kejadian bencana.

Sekolah dipercaya memiliki pengaruh langsung terhadap generasi muda, yaitu dalam menanamkan nilai-nilai budaya dan menyampaikan pengetahuan tradisional dan konvensional kepada generasi muda, generasi penerus bangsa. Untuk melindungi generasi muda dari ancaman bencana alam, diperlukan dua prioritas berbeda namun tidak bisa dipisahkan aksinya, yaitu pendidikan untuk mengurangi risiko bencana dan keselamatan dan keamanan sekolah. Sekolah harus mampu melindungi generasi muda dari suatu kejadian bencana alam. Mengurangi risiko bencana, dapat dimulai dari sekolah. Pendidikan di sekolah dapat membantu untuk memainkan peranan penting dalam penyelamatan hidup pada saat kejadian bencana.

Oleh karena itu, pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana di sekolah-sekolah bisa dilakukan dengan menyelenggarakan dan atau mengembangkan materi pembelajaran pengurangan risiko bencana ke dalam kurikulum muatan lokal dan ekstrakulikuler/pengembangan diri yang didedikasikan khusus untuk pendidikan pengurangan risiko bencana.

B. TUJUAN

1. Meningkatkan pengetahuan tentang bencana, siaga bencana dan risiko bencana. 2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan untuk pencegahan dan pengurangan

risiko bencana baik secara individu maupun kolektif. 3. Meningkatkan keterampilan siaga bencana.

4. Meningkatkan kemampuan tanggap darurat bencana.

5. Mengembangkan kesiapan untuk mendukung pembangunan kembali komunitas saat bencana terjadi dan mengurangi dampak yang disebabkan karena terjadinya bencana. 6. Meningkatkan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan besar dan

(6)

SOSIALISASI MITIGASI BENCANA

Mitigasi merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Mitigasi bertujuan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana, khususnya bagi masyarakat. Mitigasi juga menjadi landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan serta meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman.

a. Program sosialisasi mitigasi bencana memiliki jenis-jenis kegiatan sebagai berikut: b. Pengenalan dan pemantauan risiko bencana;

c. Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana; d. Pengembangan budaya sadar bencana;

e. Penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana; f. Identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana; g. Pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam;

h. Pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi;

i. Pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup.

1. Sosialisasi Mitigasi Bencana Gempa Bumi a. Pra-Bencana

 Mendirikan bangunan sesuai aturan baku (tahan gempa)

 Kenali lokasi bangunan tempat Anda tinggal

 Tempatkan perabotan pada tempat yang proporsional

 Siapkan peralatan seperti senter, P3K, makanan instan, dll

 Periksa penggunaan listrik dan gas

 Catat nomor telepon penting

 Kenali jalur evakuasi

(7)

b. Pada Saat Bencana

 Tetap tenang

 Menghindari sesuatu yang kemungkinan akan roboh, segera mencari tanah lapang

 Memperhatikan tempat Anda berdiri, kemungkinan ada retakan tanah

 Turun dari kendaraan dan menjauh dari pantai. c. Pasca Bencana

 Segera keluar dari bangunan dan menggunakan tangga biasa

 Memeriksa sekitar. Jika ada yang terluka, lakukan pertolongan pertama.

 Hindari bangunan yang berpotensi roboh.

 Usahakanlah mencari informasi tentang pusat gempa dan berbagai informasi lain yang penting melalui saluran radio jika alat komunikasi lain belum bisa berfungsi dengan baik.

2. Sosialisasi Mitigasi Bencana Tsunami

Sosialisasi ini bertujuan untuk menjelaskan sistem untuk mendeteksi tsunami dan memberi peringatan untuk mencegah jatuhnya korban, serta mensosialisasikan jenis mitigasi bencana tsunami, yaitu:

a. Pra-Bencana

• Sistem peringatan tsunami internasional (Samudra Pasifik, Samudera Hindia, dan Samudera Atlantik Timur Laut, Mediterania dan sekitarnya).

• Sistem peringatan tsunami regional.

• Sosialisasi terhadap warga sekitar terkhusus bagi yang bermukin di sekitar pantai tentang tsunami dan dampaknya.

b. Pada Saat Bencana

• Didahului oleh gempa besar, air laut surut.

• Gelombang air besar dating secara mendadak dengan energi yang besar • Terjadi kurang dari 40 menit setelah gempa terjadi

• Melaporkan segera jika melihat ada tanda-tanda tsunami kepada pihak terkait. c. Pasca Bencana

(8)

• Pembuatan tembok penahan tsunami • Penanaman Mangrove

3. Sosialisasi Mitigasi Bencana Gunungapi a. Pra-Bencana

b. Pada Saat Bencana c. Pasca Bencana

4. Sosialisasi Mitigasi Bencana Tanah Longsor a. Pra-Bencana

 Tidak membangun rumah di daerah rawan longsor

 Melakukan penanaman pohon-pohon pada daerah-daerah miring yang memiliki akar kuat, seperti bambu dll.

 Membangun tembok penahan atau batu-batu (bronjong) lereng yang rawan longsor.

 Penyuluhan menghindari daerah rawan longsor

 Tidak merusak hutan dengan cara menebang pohon.

 Membuat terasering pada lahan miring.

 Waspada gejala tanah longsor (retakan, penurunan tanah) terutama di musim hujan.

 Hindari daerah rawan bencana untuk membangun pemukiman

 Mengurangi tingkat keterjalan lereng dengan tidak membuat perkebunan

 Terasering dengan sistem drainase yang tepat

 Penghijauan dengan tanaman berakar dalam

 Mendirikan bangunan berpondasi kuat

 Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air cepat masuk b. Pada Saat Bencana

 Pastikan anda warga telah melaksanakan tahapan pra-bencana longsor.

 Apabila masyarakat di dalam rumah dan terdengar suara gemuruh, segera keluar cari tempat lapang dan tanpa penghalang serta jauh dari lokasi gerakan tanah/longsor.

(9)

 Apabila masyarakat berada di luar, cari tempat yang lapang dan perhatikan sisi tebing atau tanah yang mengalami longsor atau gerakan tanah. Menghindarlah sejauh mungkin.

c. Pasca Bencana

 Jangan segera kembali kerumah, perhatikan apakah longsor susulan masih akan terjadi.

 Apabila diminta untuk membantu proses evakuasi, gunakan sepatu khusus dan peralatan yang menjamin keselamatan Anda.

 Perhatikan kondisi tanah sebagai pijakan yang kokoh bagi tempat berpijak.

 Apabila harus menghadapi reruntuhan bangunan untuk menyelamatkan korban, pastikan tidak menimbulkan dampak yang lebih buruk.

 Penetuan lokasi potensi gerakan tanah dan rawan longsor melalui survei Geologi dan Pemetaan.

 Melakukan relokasi pemukiman (dalam beberapa kasus) 5. Sosialisasi Mitigasi Bencana Banjir

a. Pra-Bencana

 Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW/desa terdekat, membersihkan lingkungan sekitar, terutama di saluran air atau selokan, dari timbunan sampah.

 Tentukan lokasi posko banjir yang tepat untuk mengungsi, lengkap dengan fasilitas dapur umum dan MCK, berikut pasokan air bersih melalui koordinasi dengan aparat terkait dan pengurus RT/RW/desa.

 Membentuk tim penanggulangan banjir di tingkat warga, salah satunya mengangkat penanggung jawab posko banjir.

 Mengkoordinasikan melalui RT/RW, dewan kelurahan/desa setempat, dan LSM untuk pengadaan tali, tambang, perahu karet, dan pelampung guna evakuasi.

 Memastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna memudahkan mencari informasi, meminta bantuan, atau melakukan konfirmasi.

 Menyimak informasi terkini melalui TV, radio, atau peringatan tim warga tentang curah hujan dan kondisi air.

(10)

 Melengkapi diri dengan peralatan keselamatan, antara lain radio baterai, senter, korek gas, dan lilin.

 Menyiapkan bahan makanan mudah saji dan persediaan air bersih, Siapkan obat-obatan darurat. Amankan dokumen penting.

b. Pada Saat Bencana

 Mematikan aliran listrik.

 Mengungsi ke daerah aman yang jauh dari lokasi banjir.

 Jangan berjalan dekat saluran air.

 Hubungi instansi yang berhubungan dengan penanggulangan bencana. c. Pasca Bencana

 Bergotong royong membersihkan rumah yang terkena banjir

 Menyiapkan sumber air bersih untuk menghindari diare

 Waspada terhadap binatang berbisa atau penyebar penyakit yang mungkin ada

 Selalu waspada terhadap banjir susulan 6. Sosialisasi Mitigasi Bencana Kebakaran Hutan

a. Pra-Bencana

 Memperhatikan wilayah hutan dengan titik api (hot spot) cukup tinggi terutama lahan gambut di musim panas dan kemarau yang berkepanjangan.

 Tidak membuka ladang atau lahan pertanian dengan cara membakar hutan.

 Hindari meninggalkan bekas api unggun yang membara di hutan.

 Tidak membuang punting rokok sembarangan di dalam hutan.

 Melakukan patrol keliling hutan secara rutin untuk mencegah kemungkinan kebakaran.

 Menyiapkan system transportasi mobil pemadam kebakaran yang siap digunkan.

 Melakukan pemotretan citra secara berkala, terutama di musim kemarau untuk memantau wilayah hutan dengan titik api cukup tinggi yang merupakan rawan kebakaran.

b. Pada Saat Bencana

 Melakukan pneyemprotan air secara langsung apabila kebaaran hutan masi dalam skala kecil.

(11)

 Melokalisasi api dengan membakar daerah sekitar kebakaran dan mengarahkan api ke pusat pembakaran jika api berada dalam skala yang besar. Umumnya dimulai dari daerah yang menghambat jalannya api seperti sungai, danau, jalan, dan puncak bukit.

 Melakukan pennyemprotan air secara merata dari udara dengan menggunakan helikopter atau pesawat udara.

 Mebuat hujan buatan. c. Pasca Bencana

 Pengumpulan bahan keterangan (Pulbaket) melalui pengecekan di lapangan pada areal yang terbakar dengan menggunakan data titik panas yang terpantau, pengumpulan contih tanah, tumbuhan, dan bukti lainnya di areal yang terbakar.

 Melakukan identifikasi untuk mengatahui penyebab kebakaran, tipe vegetasi yang terbakar, dan dampaknya terhadap lingkungan dan ekosistem.

 Memonitoring dan mengevaluasi kegiatan oengendalian kebekaran yang telah dilakukan dan perkembangan areal bekas kebakaran.

 MElakukan rehabilitasi Kawasan bekas kebakaran dengan mepertimbangkan rekomendasi dan atau saran berdasarkan data dan infromasi yang diperoleh dari hasil identifikasi.

 Penegakan hokum dalam rangka upaya proses penindakan hokum di bidang kebakaran hutan dengan cara mengumpulkan bahan dan keterangan yang berkaitan dengan terjadinya pelanggaran sebagai bahan penyelidikan.

 Berkoordinasi intens dengan instansi terkait PUSDALKARHUTNAS, PUSDALKARHUTDA dan SATLAK kebakaran hutan dan lahan.

(12)

BASIC LIFE SUPPORT

Mengobati seseorang dengan cara yang tidak benar dapat membuat kondisi korban lebih parah. Setiap menit sangat berharga bagi korban jadi lakukan tindakan pertolongan secepat mungkin.

1. Langkah Pertama dalam Menolong Korban Terluka

a. Tetap tenang. Hanya orang yang tenang dapat menolong orang lain.

b. Selamatkan diri terlebih dahulu, kemudian baru monolong korban. Periksa bahaya lalu lintas, kebakaran, aliran listrik, atau apa saja yang mengancam keselamatan Anda dan orangorang di sekitar Anda.

c. Cari bantuan. Sangatlah penting untuk meminta bantuan dari seorang ahli. Jika memungkinkan, kirimlah seseorang untuk mencari bantuan karena korban sebaiknya tidak ditinggalkan sendiri. Apabila Anda satu-satunya orang yang ada di lokasi, tinggalkanlah korban dan carilah bantuan.

d. Hubungi rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat. Keterangan yang diberikan harus singkat dan jelas termasuk (1) kondisi korban, (2) berapa jumlah korban, dan (3) lokasi korban.

e. Jangan pindahkan korban patah tulang atau luka di bagian punggung tanpa menggunakan tandu.

f. Jangan memberikan makanan atau minuman kepada korban.

g. Beri korban dukungan kejiwaan. Dukungan kejiwaan meningkatkan kemungkinan korban untuk bertahan hidup. Bahkan orang yang tidak menjawab atau tidak sadarkan diri mungkin dapat mendengar apa yang Anda katakan. Sangatlah penting untuk menjelaskan dengan tenang kepada korban bahwa Anda sedang menolongnya.

2. Menyadarkan yang Perlu Dilakukan Bila Seseorang Tidak Sadar

Pindahkan bahu korban secara perlahan sambil menanyakan beberapa pertanyaan mudah seperti siapa nama korban, bagaimana perasaan korban, dll. Orang yang sadar akan membalas dengan gerakan, membuat suara, atau menjawab pertanyaan.

(13)

Jika tidak ada gerakan atau reaksi, berarti korban tidak sadar; maka yang harus dilakukan adalah:

a. Hubungi 118 atau nomor gawat darurat di daerah Anda. Jika memungkinkan, minta orang lain untuk melakukan ini agar Anda dapat tetap bersama korban. b. Baringkan korban. Berlututlah di samping korban, dekat dengan bahunya.

c. Bersihkan saluran udara korban. Angkat dagu korban dan miringkan kepala korban ke belakang dan ke atas, pegang rahangnya dengan tangan Anda. Pastikan tidak ada hal yang menyumbat saluran pernapasan, seperti makanan atau lidah yang terlipat. Apabila ada hal-hal yang menyumbat, gunakan kedua jari Anda untuk mengeluarkan hal-hal tersebut.

d. Periksa pernapasannya. Lihat naik turun (kembang kempis) dada bagian bawah dan perut. Dengar dan rasakan keluarnya udara dari hidung dan mulut dengan meletakkan pipi Anda di wajah korban. Apabila korban tidak bernapas selama 5-10 detik, segera berikan napas bantuan dari mulut ke mulut (lihat keterangan di bawah).

e. Napas bantuan dari mulut ke mulut. Usahakan kepala korban tetap dalam posisi menengadah. Tutup hidung korban. Tarik napas dalam-dalam dan letakkan mulut Anda di atas mulut korban. Hembuskan udara dengan kuat ke dalam mulut korban. Pastikan udara yang dihembuskan tidak keluar dari hidung korban. Beri napas bantuan penuh dan pastikan dada korban naik saat udara dihembuskan. Apabila hal tersebut tidak terjadi, kembalikan posisi kepala korban dengan cara mengangkat dagu dan menengadahkan kepalanya, sambil memegang rahang korban dengan satu tangan. Beri napas bantuan penuh sekali lagi. Apabila dada korban tidak naik saat diberikan napas bantuan untuk kedua kalinya, lanjutkan proses tersebut; jangan mengubah posisi kepala korban lagi. Setelah hembusan napas kedua, lihat – dengar – rasakan untuk mengetahui apakah korban telah mulai bernapas dengan sendirinya. Catatan: memberikan dua napas bantuan akan memerlukan waktu lima detik.

f. Apabila korban masih belum mulai bernapas dengan sendirinya, mulailah menekan dada korban. Letakkan salah satu telapak tangan Anda di tengah dada korban di antara puting susu dan letakkan tangan satunya lagi di atas yang pertama. Tekan dada korban sedalam 4-5 cm dengan lembut dan cepat (setidaknya 100

(14)

tekanan per menit). Setelah 30 tekanan, beri 2 napas bantuan, seperti yang telah dijelaskan di atas.

g. Lanjutkan pemberian napas bantuan setiap 30 kali tekanan.

h. Setelah 5 putaran (5 set 30 tekanan dan 5 set 2 napas bantuan), lihat – dengar – rasakan untuk mengetahui apakah korban telah mulai bernapas dengan sendirinya. Bila perlu, bergantian dengan seseorang agar Anda dapat istirahat. Orang baru akan lebih kuat dan efektif.

i. Apabila korban mulai bernapas, miringkan badannya dalam posisi pemulihan (lihat penjelasan berikut) serta periksa saluran pernapasan dan pernapasan secara berkala.

Catatan: apabila Anda merasa tidak nyaman atau tidak mampu memberikan pernapasan bantuan dari mulut ke mulut, memberikan tekanan pada dada masih dapat membantu.

Kapan berhenti untuk mencoba memberi bantuan pernapasan kepada korban • Saat korban sadar, atau mulai bernapas dengan sendirinya.

• Saat penyedia ahli pelayanan kesehatan tiba.

• Saat Anda telah lelah atau tidak ada harapan lagi untuk bantuan pernapasan. Apabila korban mulai tidak bernapas setelah memberikan napas bantuan selama 20 menit, maka sedikit kemungkinan mereka akan selamat. Setelah 30 menit mereka sudah meninggal. Tinggalkan korban dan bantu orang lain.

Catatan : bahkan seorang ahli yang terlatih dalam memberikan napas bantuan hanya memiliki kesempatan 1 dari 10 korban yang berhasil diselamatkan. Nyawa seseorang sangatlah berharga, jadi napas bantuan perlu dilakukan, tetapi apabila Anda memberikan napas bantuan dan orang tersebut tidak selamat, hal itu bukanlah kesalahan Anda.

Apabila seseorang terkena luka bakar, pastikan mereka aman dari bahaya kebakaran dengan mematikan api atau membilas semua bahan kimia yang menempel di kulitnya.

(15)

Lihat bagian mengenai luka bakar untuk keterangan lebih lanjut. Apabila seseorang terkena sengatan listrik, lihat bagian mengenai luka akibat sengatan listrik.

3. Napas Bantuan untuk Bayi dan Anak Berusia di Bawah 8 Tahun a. Jika memungkinkan, segera cari bantuan.

b. Letakkan bayi atau anak dalam posisi telentang.

c. Buka saluran pernapasan dengan menaikkan sedikit posisi kepala ke atas dan ke belakang. Bersihkan saluran pernapasannya.

d. Setelah saluran pernapasan bersih, baringkan anak sedikit miring. Untuk bayi berusia di bawah 1 tahun, baringkan telentang.

e. Apabila bayi atau anak tidak bernapas, tutup mulut dan hidung bayi dengan mulut Anda. Beri napas bantuan sebanyak 2 kali ke dalam mulut dan hidung bayi. Apabila tidak ada tanda-tanda pernapasan, lakukan langkah berikut.

f. Letakkan jari ketiga dan keempat Anda di tengah dada anak, 1,5cm di bawah puting susu; tekan ke bawah secara lembut sedalam 2,5-3,5cm selama 30 kali.

g. Periksa pernapasan. Apabila tidak ada kemajuan, beri napas bantuan dan tekanan dada, seperti penjelasan di atas. Lanjutkan mencoba untuk menyadarkan bayi sampai bantuan kesehatan tiba atau bayi mulai bergerak atau bernapas.

4. Posisi Pemulihan Apabila Seseorang Bernapas Namun Tidak Sadarkan Diri

Posisi pemulihan digunakan ketika seseorang bernapas namun tidak sadarkan diri. Hal ini membantu untuk menjaga saluran pernapasan serta mengeluarkan cairan dari mulut untuk mencegah korban tersedak.

PENTING: Jangan memindahkan korban yang kemungkinan menderita luka/cedera di bagian leher dan bagian belakang. Biarkan mereka dalam posisi semula, kecuali

korban dalam bahaya.

Cara menempatkan seseorang dalam posisi pemulihan

a. Baringkan korban dalam posisi telentang, luruskan kedua kakinya.

b. Periksa bagian saku/kantong korban untuk memastikan tidak ada benda tajam atau benda berbahaya lainnya.

(16)

c. Silangkan salah satu tangannya ke bahu dan tekukkan salah satu kakinya (lihat gambar di bawah). Biarkan tangan lainnya terulur.

d. Gulirkan korban ke samping dengan mendorong bahu dan pinggang korban menjauhi Anda.

e. Letakkan kepala korban di atas tangan yang disilangkan ke bahu. Tangan tersebut akan berperan sebagai bantal atau penopang kepala korban sekaligus mencegah cairan dari mulut korban masuk kembali ke dalam mulut pada saat korban muntah.

Untuk bayi berusia di bawah 1 tahun

a. Letakan bayi dalam posisi telentang dan tengadahkan kepalanya ke belakang. b. Wajah bayi diputar sedikit menghadap ke samping untuk memudahkan cairan

keluar dari mulut dan menjaga saluran pernapasan.

5. Memeriksa dan Merawat Kejutan

Apabila seseorang menderita luka parah, kemungkinan besar mereka akan mengalami kejutan. Kejutan sangat membahayakan dan kondisi seseorang dapat memburuk dengan cepat bila mereka mengalami kejutan. Oleh karena itu, dibutuhkan perawatan segera. Apabila seseorang mengalami kejutan, mereka mungkin akan jatuh pingsan dan perlu diberikan napas bantuan dengan menggunakan langkah-langkah yang dijelaskan pada bagian sebelumnya.

Gejala awal terjadinya kejutan

• Tidak tenang, kebingungan, dan tidak terarah. • Kulit pucat, dingin, dan basah.

• Denyut jantung bisa normal, pelan, atau lebih cepat dari normal. • Haus dan mulut kering.

Gejala kejutan sudah parah atau serius

• Tekanan darah rendah atau tidak dapat dibacat. • Denyut jantung cepat, tidak tepat, atau tidak teratur.

• Warna kulit, bibir, dan kuku berubah kebiruan dan keunguan • Mata membelalak

(17)

• Pernapasan tidak teratur atau tersengal-sengal • Tidak sadar

Saat seseorang mengalami kejutan

• Baringkan korban dalam posisi telentang (jika memungkinkan, di atas selimut), naikkan kakinya melebihi posisi kepala.

• Longgarkan bajunya dan tenangkan korban.

• Panggil atau hubungi ambulans, 118, atau nomor darurat di daerah Anda. • Selimuti korban apabila merasa kedinginan.

• Cek pernapasannya setiap 10 menit.

• Apabila korban tidak sadarkan diri dan berhenti bernapas, berikan napas bantuan (lihat bagian sebelumnya mengenai cara melakukan hal tersebut).

Catatan mengenai pemeriksaan denyut nadi dahulu menghitung denyut nadi dianggap bagian penting dari pertolongan pertama. Namun, anggapan para ahli telah berubah mengenai hal ini. Saat ini banyak ahli menganjurkan untuk tidak menghitung denyut nadi pada keadaan darurat karena lebih banyak nyawa yang dapat diselamatkan dengan tidak membuang waktu menghitung denyut nadi. Setiap detik sangat berharga dalam pertolongan pertama.

(18)

FIRST AID

1. Cara Memindahkan Korban dari Bahaya

Jangan memindahkan korban yang terluka parah, kecuali mereka atau Anda dalam keadaan berbahaya. Keadaan berbahaya termasuk berada dekat dengan api, lalu lintas, gas beracun, atau bangunan tidak stabil. Sebaiknya berikan pertolongan pertama kepada korban di tempat Anda menemukannya sambil menunggu bantuan datang. Apabila Anda harus memindahkan korban, perhatikan hal-hal berikut ini

• Apabila korban dicurigai menderita cedera di bagian leher, tulang punggung, atau tulang belakang, JANGAN DIPINDAHKAN kecuali memang benar-benar perlu.

• Selalu perhatikan bagian kepala, leher, dan tulang belakang korban, bagaimanapun cara Anda memindahkannya (terutama apabila korban tidak sadar). Pegang kepala, leher, dan punggung korban erat tetapi selembut mungkin untuk menghindari cedera lebih parah.

• Angkat korban perlahan-lahan tanpa merenggutnya.

2. Membuat dan Menggunakan Tandu

Tandu dapat dibuat menggunakan papan meja, pintu, atau 2 tiang yang kuat dengan selimut atau kain sarung yang dibentang di antara tiang. Apabila korban dicurigai menderita cedera pada bagian leher, punggung, atau tulang belakang, pastikan bahan-bahan yang digunakan sebagai tandu kuat (memiliki permukaan yang keras).

Membuat tandu dari selimut (atau kain sarung) dan tiang

Bentangkan selimut di tanah dan letakan kedua tiang di atasnya dengan jarak ¹/3 lebar selimut. Lipatlah kedua sisi selimut ke dalam agar menutupi tiang. Berat korban akan menahan lipatan selimut pada tempatnya.

PENTING: Sebelum menggunakan tandu pada korban, uji tandu tersebut pada seseorang yang memiliki berat badan yang sama atau lebih dari korban untuk

(19)

Cara memindahkan korban apabila tidak ada tandu

Apabila korban tidak memiliki cedera parah di bagian kaki: membungkuk dan berjongkoklah dekat kaki korban, pegang pergelangan kakinya dengan erat dan seret korban perlahan-lahan menjauhi bahaya. Pastikan bahwa kepala korban tidak akan membentur apa pun.

Apabila korban memiliki cedera di bagian kaki: membungkuk dan peganglah siku korban dengan erat dan seret korban perlahan-lahan menjauhi bahaya (lihat gambar). Jangan menyeret korban dengan memegang pakaiannya.

PENTING: Ketika menyeret korban, usahakan tubuh korban tetap rata dengan tanah.

Memindahkan korban dengan membantu mereka berjalan

Cara ini dapat dilakukan untuk korban yang masih dapat berjalan dengan bantuan. a. Berdirilah di samping korban, di sisi tubuh yang terluka. Namun, apabila tangan

atau bahu korban cedera, berdirilah di sisi tubuh yang tidak terluka (lihat gambar). b. Rangkulkan salah satu tangan Anda di pinggang korban, rangkulkan tangan korban

di bahu Anda, dan pegang tangan korban. Dukung tubuh korban dengan bahu Anda. c. Berjalan bersama korban secara perlahan-lahan, dengan melangkahkan kaki bagian

dalam terlebih dahulu.

3. Cara Merawat Luka

a. Gunakan perban penyerap

Tutupi luka dengan perban penyerap yang steril dan tidak lengket sebelum dibalut. Ini akan mengurangi rasa sakit dan mencegah infeksi atau cedera lebih lanjut. Apabila tidak ada perban yang steril dan tidak lengket, gunakan kain katun yang menyerap, bersih, dan tidak lengket, seperti kain sarung atau seprai. Pembalut wanita dapat menjadi perban penyerap yang baik. Hindari menggunakan kain yang terbuat dari serat langsung pada luka, sebab seratnya akan menempel dan mengakibatkan masalah lebih lanjut.

b. Mengisi bantalan

Bantalan dapat dibuat dengan melipat beberapa lapis pembalut atau kain yang kemudian diletakkan di atas atau sekitar perban. Ini akan meningkatkan daya serap dan memberi tekanan pada daerah terluka untuk memperlambat pendarahan.

(20)

Apabila ada patah tulang atau benda-benda yang menonjol dari luka, bantalan juga dapat digunakan untuk mencegah pembalut menyentuh luka agar benda-benda yang menonjol tidak bergerak. Catatan: jangan mencoba untuk menggerakkan tulang yang retak dan benda-benda yang menonjol dari luka, karena hal ini harus dilakukan oleh orang yang ahli.

c. Balut daerah luka

Luka perlu dibalut untuk mengendalikan pendarahan, mengencangkan perban/ bantalan, mengurangi atau mencegah pembengkakan, mengurangi rasa sakit, dan mencegah pergeseran pada kaki atau sendi.Anda dapat menggunakan kain sarung, seprai, atau kain bersih lainnya sebagai pembalut.

Jangan mengikat pembalut terlalu kencang. Tanda-tanda bahwa pembalut terlalu kencang dan perlu dilonggarkan adalah terjadi pembengkakan, jari tangan pucat atau biru, rasa kaku dan nyeri. Hal-hal tersebut adalah tanda-tanda bahwa sirkulasi darah tidak lancar di bagian bawah perban.

Menggunakan Bidai

Bidai dapat digunakan sambil menunggu bantuan kesehatan untuk

 MELINDUNGI LUKA agar tidak bertambah parah

 Mengurangi rasa sakit

 Menopang bagian tubuh yang terluka Membuat Penyangga

Penyangga digunakan apabila lutut, kaki, tangan, pergelangan tangan dan kaki, atau jari patah.

Anda dapat menggunakan payung yang dilipat, koran yang digulung, kayu tebal, atau barang-barang keras lainnya sebagai penyangga.

Saat menggunakan penyangga

 Pastikan bagian tubuh yang cedera tidak bergeser saat memasang penyangga.

 Penyangga harus cukup panjang sampai kedua ujungnya menjangkau bagian yang retak.

(21)

 Periksa pengikat yang memegang penyangga setiap 15 menit untuk memastikan bahwa sirkulasi darah tidak terganggu.

Catatan: kaki yang tidak terluka juga dapat digunakan sebagai penyangga. Ikat kaki yang terluka dan yang tidak terluka dengan erat, seperti pada gambar di bawah. Periksalah secara teratur bagian ikatan kaki korban untuk memastikan ikatan tidak terlalu longgar atau pun terlalu erat. Hal ini penting untuk menghindari pembengkakan atau lepasnya ikatan sehingga membuat kaki korban terjatuh/terlepas.

4. Pendarahan dan Cara Menghentikannya

Pendarahan dapat berakibat fatal apabila tidak di rawat. Sangatlah penting untuk menghentikan pendarahan secepat mungkin. Ada 2 jenis pendarahan: luar dan dalam. Pendarahan dalam (di dalam tubuh) lebih sulit untuk diketahui dan dapat lebih berbahaya daripada pendarahan luar. Tanda-tanda berikut harus selalu diperhatikan. Tanda-tanda pendarahan dalam

 Batuk atau muntah darah.

 Pembengkakan atau pengerasan di perut atau paha.

 Tinja berwarna merah atau hitam.

 Air kencing merah.

 Otot perut nyeri, lemas, atau kaku.

 Kejutan

Penanganan pendarahan dalam

a. Baringkan korban dalam posisi yang nyaman. b. Longgarkan pakaian korban.

c. Angkat dan tekuk kaki korban (kecuali retak). d. Segera cari bantuan kesehatan.

e. Jangan berikan makanan dan minuman kepada korban. f. Periksa korban setiap ia mengalami kejutan

Penanganan pendarahan luar

(22)

b. Periksa apakah luka berisi benda asing atau tulang yang menonjol. Apabila ada, jangan menyentuh atau menggerakkan luka atau benda yang menonjol. Gunakan pembalut di sekitar luka. Lihat bagian “Cara merawat luka” untuk keterangan lebih lanjut.

c. Apabila tidak ada tulang yang menonjol atau benda asing, segera tekan bagian tubuh yang terluka. Gunakan kain atau baju bersih, atau tangan untuk mengendalikan pendarahan apabila tidak ada pembalut yang steril. Apabila korban mampu, minta mereka untuk menekan lukanya sendiri, untuk mengurangi risiko infeksi silang.

d. Balut luka dengan erat.

e. Angkat bagian tubuh yang terluka lebih tinggi dari posisi jantung korban.

f. Apabila darah membasahi pembalut, bukalah pembalut dan ganti bantalan. Apabila terlihat bahwa pendarahan telah berhenti, jangan lepaskan pembalut untuk memeriksa luka, karena hal tersebut mungkin dapat mengakibatkan pendarahan baru.

g. Jangan berikan makanan dan minuman kepada korban. h. Periksa korban setiap saat kalau dia mengalami kejutan. i. SEGERA cari bantuan kesehatan.

Cara menghentikan pendarahan luar yang parah

a. Angkat bagian tubuh yang terluka lebih tinggi dari posisi jantung korban.

b. Tekan bagian tubuh yang terluka dengan kain bersih atau gunakan tangan Anda. c. Tetap menekan sampai pendarahan berhenti.

d. Apabila pendarahan tidak berhenti, walaupun sudah diberi tekanan, dan korban kehilangan banyak darah.

 Tetap menekan dengan kuat bagian tubuh yang terluka.

 Angkat bagian tubuh yang terluka setinggi mungkin

 Ikatkan kain atau sabuk di bagian lengan atau kaki sedekat mungkin dengan luka dan di antara bagian yang terluka dan badan korban. Kencangkan kain atau sabuk sampai pendarahan berhenti.

(23)

Catatan penting mengenai penggunaan cara ini untuk menghentikan pendarahan

 Cara ini hanya digunakan bila cara lainnya tidak dapat menghentikan pendarahan.

 Kendurkan ikatan setiap 30 menit untuk memeriksa apakah pendarahan telah berhenti dan periksa sirkulasi darah. Apabila hal ini tidak dilakukan atau ikatan dibiarkan terlalu lama, ada kemungkinan bahwa bagian tubuh yang sangat kekurangan darah akan terluka dan bahkan mungkin perlu diamputasi/dipotong.

PENTING: Jangan menggunakan tali yang kecil atau kawat untuk menghentikan pendarahan. Jangan menggunakan tanah, minyak, air jeruk, kopi, atau bahan lainnya untuk menghentikan pendarahan. Apabila pendarahan dan luka korban berat, selalu angkat bagian tubuh yang terluka dan rendahkan tubuh korban untuk

mencegah terjadinya kejutan.

5. Cara Menangani Luka Bakar

Luka bakar umumnya di bagi menjadi (1) luka bakar tingkat pertama, (2) luka bakar tingkat kedua, dan (3) luka bakar tingkat ketiga. Makin tinggi tingkatannya, makin serius kerusakan pada kulit. Luka bakar tingkat ketiga adalah yang paling parah.

Luka bakar tingkat pertama. Hanya bagian atau lapisan atas kulit yang terbakar. Kulit berubah menjadi merah, kering, dan membengkak. Bagian kulit yang terbakar dapat mengelupas dan sakit sekali. Biasanya perawatan luka bakar pada tingkat ini tidak membutuhkan seorang dokter, kecuali kulit yang terbakar cukup luas. Luka bakar tingkat pertama biasanya sembuh dalam waktu 5-6 hari dan jarang meninggalkan bekas.

Luka bakar tingkat kedua. Dua lapisan kulit atas terbakar. Luka bakar tingkat kedua dapat membahayakan nyawa seseorang apabila lebih dari setengah badan terbakar. Apabila hanya sedikit kulit yang terbakar, korban masih dapat dirawat tanpa bantuan seorang dokter. Namun, apabila kulit yang terbakar lebih dari 3cm2 atau bila kulit melepuh atau luka terdapat di bagian tangan, wajah, dan selangkangan maka harus dibawa ke dokter.

(24)

Luka bakar tingkat ketiga. Ketiga lapisan atas kulit terbakar, dapat merusak jaringan otot, urat saraf, tulang, atau lemak di bawah kulit. Pada luka bakar tingkat ketiga, kulit berubah menjadi merah, putih, berlilin, atau hitam hangus. Apabila urat sarafnya terbakar, korban mungkin tidak akan merasa sakit. Daerah tubuh yang terbakar mengeluarkan cairan bening. Korban harus segera dibawa ke dokter. Perawatan dari ahli kulit atau bedah plastik dibutuhkan, karena luka ini akan meninggalkan bekas pada kulit.

Pertolongan Perama untuk Luka Bakar

PENTING: jangan mengoleskan salep, pasta gigi, bahan berlemak, mentega, dll karena panas akan tertahan di dalam dan mempersulit pemeriksaan. Jangan

memecahkan gelembung yang terbentuk di atas kulit. Untuk Luka Bakar Parah

a. Apabila pakaian korban terbakar, gunakan selimut, handuk, atau seprai tebal untuk mematikan api. Pastikan bahwa korban tidak memiliki risiko menderita luka bakar yang lebih parah dengan mematikan api, membilas bahan-bahan kimia yang telah mengakibatkan kebakaran, dll.

b. Segera cari bantuan kesehatan.

c. Periksa pernapasan dan saluran pernapasan korban. Apabila dibutuhkan, berikan napas bantuan.

d. Perhatikan tanda-tanda kejutan karena dapat berakibat fatal. Lihat bagian mengenai kejutan untuk keterangan lebih lanjut.

e. Hentikan pendarahan.

f. Sambil menunggu bantuan datang, pindahkan korban ke tempat perawatan.

g. Singkirkan benda-benda yang menahan panas, seperti pakaian atau perhiasan. Gunakan gunting untuk memotong sekeliling pakaian yang dapat dengan mudah dilepas, tetapi jangan memindahkan pakaian yang melekat pada luka bakar.

h. Dinginkan luka dengan air bersih. Jika memungkinkan, biarkan luka di bawah air yang mengalir selama mungkin sampai benar-benar dingin.

i. Tutupi luka yang sudah dingin dengan kasa atau kain basah yang bersih. Jangan menggunakan kapas atau kain berbulu.

(25)

k. Apabila korban sadar dan haus, beri mereka banyak air minum hangat. Air membantu menggantikan cairan yang hilang

Untuk luka bakar ringan

a. Dinginkan luka di bawah air yang mengalir selama 10 menit, atau gunakan kain lembab.

b. Tutupi luka dengan pembalut atau kain bersih yang tidak lengket. Pastikan bahwa pembalut atau kain menutupi seluruh bagian luka. Daun pisang muda juga dapat digunakan untuk menutupi luka. Lendir dari tanaman lidah buaya dapat membantu untuk mengurangi rasa sakit dan membantu penyembuhan.

6. Cara Menangani Luka Akibat Sengatan Listrik

Kontak dengan aliran listrik dapat menyebabkan seseorang pingsan atau bahkan berhenti bernapas serta dapat menyebabkan luka bakar dalam dan kerusakan di dalam tubuh.

PENTING: jangan menyentuh secara langsung orang yang terkena sengatan listrik sampai sumber aliran listrik telah dimatikan atau Anda akan terkena sengatan juga.

a. Matikan aliran listrik, jika memungkinkan. Lalu, matikan sumber aliran listrik. Gunakan benda panjang yang tidak akan mengalirkan listrik (seperti sebatang kayu atau gagang sapu non-besi) untuk memutuskan kontak antara sumber aliran listrik dan korban. JANGAN gunakan tongkat besi dan menjauh dari air. Besi dan air mengaliri listrik dan Anda juga dapat terkena sengatan.

b. Kirim seseorang untuk mencari bantuan SECEPATNYA.

c. Periksa pernapasan korban. Apabila mereka tidak bernapas, berikan napas bantuan (lihat bagian sebelumnya untuk keterangan lebih lanjut).

d. Apabila korban bernapas, tempatkan korban dalam posisi pemulihan (lihat bagian sebelumnya untuk keterangan lebih lanjut).

e. Rawat luka Selalu berikan pertolongan pertama secepat mungkin. Setiap saat berharga bagi korban dalam keadaan darurat.

(26)

7. Trauma Kejiwaan dalam Bencana Siapa yang dapat terkena?

Setiap orang yang menemukan dirinya atau orang yang mereka sayangi berada dalam keadaan terkena dampak bencana akan mengalami gangguan kejiwaan. Hal ini juga dapat terjadi pada orang yang membantu pada saat bencana. Trauma kejiwaan adalah hal yang biasa terjadi, bahkan sebuah tanggapan yang normal untuk menanggapi keadaan yang buruk saat dan setelah terjadi bencana. Reaksi-reaksi berikut ini sangat biasa terjadi terhadap orang yang terkena dampak bencana.

 Perasaan putus asa, sedih, dan ketakutan.

 Perubahan dalam keadaan kejiwaan biasanya akan datang setelah kehilangan

 Beberapa orang takut untuk memulai hidup baru Gangguan Stres Pasca Trauma (GSPT)

Orang yang mengalami bencana menderita dampak emosional dan psikologis yang serius dan kesehatan mental mereka berada dalam risiko. Mereka dapat menjadi trauma dan mengalami gangguan kejiwaan. Orang-orang ini membutuhkan perawatan khusus, dukungan yang sesuai, dan bimbingan. Trauma emosional atau mental parah sering kali disebut Gangguan Stres Pasca Trauma (GSPT). Orang-orang yang dapat mengalami GSPT termasuk :

 Korban selamat.

 Anggota regu KMPB, relawan, dan pekerja lainnya.

 Masyarakat di sekitar lokasi bencana.

 Orang yang baru pulih dari gangguan kejiwaan s lainnya sangat rentan terhadap GSPT.

Orang yang mengalami GSPT merasa terperangkap dalam perasaannya sendiri. Keinginan mereka untuk berhubungan dengan orang lain akan menurun. Kondisi mereka dapat menjadi semakin parah apabila mengkonsumsi alkohol atau obat-obatan terlarang. Di daerah yang terkena bencana, seluruh anggota masyarakat perlu memperhatikan siapa saja yang memperlihatkan gejala-gejala berikut karena biasanya mereka tidak akan terbuka dan meminta bantuan.

(27)

Beberapa gejala penting GSPT

 Teringat kembali pengalaman buruk.

 Perasaan tertekan, selalu bersedih, atau kaku.

 Tidak mau berinteraksi dengan orang lain, mengasingkan diri.

 Menjauhi kegiatan, situasi, atau apapun yang berhubungan dengan penyebab trauma.

 Kecemasan berlebihan, cepat panik, dan agresif.

 Mudah terkejut dan latah.

 Sulit dan takut tidur; mimpi buruks Teringat, mendengar, dan melihat kembali pengalaman buruk.

 Gelisah, cemas, dan tegang.

 Kehilangan nafsu makan.

 Memiliki kecenderungan untuk bunuh diri.

 Menyakiti diri sendiri atau orang lain.

 Lebih mudah menangis.

Pihak yang dapat membantu orang yang menderita stres

Pada dasarnya dukungan dari orang-orang yang peduli terhadap kita akan dapat membantu memulihkan stabilitas mental kita. Anggota keluarga, teman-teman, tokoh agama, dan anggota masyarakat dapat membantu memulihkan orang yang mengalami trauma, kecuali kondisi mereka telah benar-benar tidak stabil, mereka mungkin memerlukan bimbingan dari orang ahli.

Regu Pertolongan Pertama perlu mendukung kegiatan pemulihan trauma dan bekerja sama dengan pihak terkait (pemerintah dan organisasi lainnya) untuk mengatur pelayanan pengobatan mental yang sesuai, bimbingan spiritual, dan pelayanan terapi, apabila dibutuhkan. Setelah terjadi bencana, Regu Pertolongan Pertama perlu mengawasi kesehatan mental seluruh anggota masyarakat secara umum dan memastikan agar siapa pun yang membutuhkan perhatian khusus mendapatkan dukungan yang dibutuhkan.

(28)

Cara menolong seseorang yang mengalami trauma kejiwaan

Bimbingan dan dukungan dari orang yang dipercaya oleh penderita atau konselor profesional dapat membantu orang yang mengalami gangguan kejiwaan.

 Bantu mereka untuk mengerti bahwa apa yang mereka rasakan adalah hal biasa.

 Bantu mereka untuk mengerti bahwa penyembuhan adalah sebuah proses yang terjadi secara perlahan.

 Membicarakan tentang pengalaman yang menakutkan dan melepaskannya.

 Bantu mereka mengingat dan mengalami perasaan tenang dan santai.

 Mengerti apa yang telah mereka alami.

 Bantu mereka mengenang kembali pengalaman buruk dan melangkah ke depan dengan memusatkan pikiran mereka langkah demi langkah kembali pada saat sekarang.

 Bantu mereka mengingat kembali pengalaman positif juga dapat membantu menguatkan kondisi kejiwaan seseorang.

(29)

LATIHAN EVAKUASI MANDIRI

1. Potensi Bencana di Indonesia

Kondisi geografs, geologis, dan demografs Indonesia menyebabkan negeri ini dikenal sebagai laboratorium bencana. Sesuai dengan Undang-Undang No. 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, Bab 1, tentang ketentuan umum, pasal 1, jenis-jenis bencana dapat dikelompokkan menjadi bencana alam, antara lain (1) gempa bumi, (2) tsunami, (3) gunung meletus, (4) banjir, (5) kekeringan, (6) angin topan, (7) tanah longsor. Sedangkan bencana non alam, seperti (8) gagal teknologi, (9) gagal modernisasi, (10) epidemi, (11) wabah penyakit, dan bencana sosial (12) konfik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, (13) teror.

Dari jenis-jenis bencana tersebut, terdapat enam bencana yang paling mengancam daerah-daerah di Indonesia. Bencana itu, yakni gempa bumi, kebakaran gedung, tsunami, banjir dan banjir bandang, tanah longsor, serta letusan gunung api. Bab ini akan mengurai latihan evakuasi untuk enam bencana yang sering terjadi di Indonesia. Maka, untuk mengurangi risiko bencana, masyarakat perlu secara rutin melakukan latihan evakuasi mandiri sebagai langkah peningkatan kapasitas menghadapi situasi darurat bencana.

2. Aktivasi Sirine-Peringatan Dini

Keberhasilan suatu sistem peringatan dini tergantung pada kemampuan moda komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan informasi peringatan, sehingga dapat sampai pada masyarakat sebelum terjadi ancaman bencana. Tujuan utama sistem peringatan dini adalah menyelamatkan hidup orang banyak dan mengurangi terjadinya korban jiwa maupun kerusakan. Jika serangkaian prosedur dilakukan dengan benar, maka kerusakan akibat bencana

dapat diminimalkan.

Sirine merupakan salah satu moda komunikasi peringatan dini yang cukup efektif, karena dapat diaktifkan dari jarak jauh, suaranya khas, jangkauan suara hingga sekitar 2 km dari sumber suara, dan mampu bekerja tanpa listrik selama 30 menit.

(30)

Menyadari betapa besar korban/kerugian yang diakibatkan bencana gempa bumi dan tsunami, sejak tahun 2005 didirikan sistem peringatan dini tsunami di Indonesia, yang biasa dikenal dengan InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System). Tujuan didirikan InaTEWS adalah memberikan peringatan dini pada masyarakat jika ada indikasi terjadi ancaman bencana tsunami akan menimpa kawasan Indonesia. InaTEWS adalah suatu sistem peringatan dini tsunami yang komprehensif, yang meliputi dua komponen utama, yakni komponen struktur dan kultur. Komponen struktur, yaitu mekanisme pengumpulan data dari peralatan yang diletakan di lapangan, pengiriman data ke pusat pengolahan data dan hingga penyampaian peringatan dini pada pihak yang berwenang dan masyarakat.

Sistem sirine InaTEWS adalah sistem sirine peringatan dini terintegrasi, dapat memberikan peringatan nada dan suara kepada masayarakat di lokasi bencana, yang diaktifkan dari pusat kendali. Pusat kendali berada pada Pusat Pengendali Operasional tiap-tiap Pemerintahan Daerah. Tata cara membunyikan sirine dituangkan dalam Protokol Sirine yang disepakati antara BMKG dan PEMDA.

PROTOKOL SIRINE

Sirene adalah media yang dapat digunakan di udara terbuka dan berperan penting untuk menyampaikan peringatan tsunami. Protokol sirene bertujuan untuk menentukan secara jelas bunyi sirene sebagai standar di seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu, pada tahun 2007, pemerintah pusat yang terdiri atas Kemendagri, Kemenristek, BNPB, dan BMKG bersama dengan perwakilan pemerintah daerah di daerah rawan tsunami menyepakati sebuah protokol sirene yang baku dan berlaku untuk seluruh wilayah rawan tsunami di Indonesia. Protokol tersebut berisi ketetapan sebagai berikut:

a. Untuk peringatan dini tsunami, sirene akan berbunyi dengan nada tetap selama 3 menit, yang berarti perintah evakuasi harus dilakukan dan dapat berbunyi berulang-ulang apabila masih terdapat bahaya yang mengancam.

b. Untuk keperluan perawatan, sirene perlu diuji coba secara rutin setiap tanggal 26 Desember pukul 10.00 pagi waktu setempat (sebagai peringatan kejadian tsunami di Aceh pada tanggal 26 Desember 2004, pada pukul 10.00).

(31)

c. Untuk uji coba, sirene dibunyikan dengan bunyi nada tetap selama 1 (satu) menit yang sebelumnya didahului oleh pernyataan suara rekaman yang berbunyi ”Ini merupakan tes untuk peringatan dini tsunami, ini hanya tes”. Format ini diulang sebanyak 3 kali setiap uji coba.

d. Mulai dari terjadinya gempabumi sampai dengan berakhirnya ancaman tsunami, BMKG akan mengeluarkan empat tahapan berita, yaitu:

1) Berita 1: didiseminasikan parameter gempa bumi dan perkiraan dampak tsunami yang digambarkan dalam empat status ancaman (NORMAL, WASPADA, SIAGA, dan AWAS,) untuk masing-masing daerah yang berpotensi terkena dampak tsunami.

2) Berita 2: berisikan perbaikan parameter gempa bumi dan sebagai tambahan status ancaman pada berita no.1. Selain itu, juga berisi perkiraan waktu tiba tsunami di pantai.

3) Berita 3: berisikan hasil observasi tsunami dan perbaikan status ancaman yang dapat didiseminasikan beberapa kali tergantung pada hasil pengamatan tsunami di stasiun tide gauge, buoy, CCTV, dan radar tsunami

4) Berita 4: merupakan pernyataan peringatan dini tsunami telah berakhir (ancaman telah berakhir).

Sirene di daerah pada awalnya dikendalikan oleh BMKG. Berdasarkan UU 24/2007, khususnya pasal 12, BNPB bertanggung jawab langsung dan bertugas menyampaikan informasi kepada masyarakat. Berdasarkan PP 21/2008, BNPB dan BPBD bertugas mengkoordinasi tindakan untuk menyelamatkan masyarakat merujuk pada hasil analisis yang dikeluarkan oleh BMKG. Pada tahun 2010, Pemda Provinsi Bali mengambil alih kontrol sirene sepenuhnya, sementara di daerah lain masih dioperasikan oleh BMKG. Kendali sirene di pusat masih dioperasikan oleh BMKG pusat sampai BPBD siap untuk mengoperasikannya sendiri.

TAHAPAN KEGIATAN LATIHAN UJI SIRINE PERINGATAN DINI a. Sebelum Latihan Uji Sirine Peringatan Dini

1) Pemerintah Daerah dan BMKG menetapkan Tim Perancang dan mengidentifkasi pelaku yang perlu dilibatkan dalam pelaksanaan uji sirine peringatan dini.

(32)

2) Perancang menyusun skenario strategis dan skenario taktis latihan uji.

3) Perancang dan pelaku latihan uji sirine menyepakati waktu pelaksanaan latihan dan memastikan seluruh peralatan pendukung dapat dioperasikan sesuai SOP. 4) Pemerintah Daerah menyebarluaskan berita tentang waktu pelaksanaan uji

sirine agar tidak menimbulkan kepanikan masyarakat.

5) BMKG memberi penjelasan kepada Perancang dan Pelaku tentang SOP Aktivasi Sirine dan istilah-istilah asing serta akronim yang dipakai dalam lingkup tugas BMKG.

6) BMKG akan menerbitkan berita gempa bumi atau berita peringatan dini tsunami dalam kurun waktu 5 menit setelah gempa bumi terjadi yang kemudian diikuti oleh beberapa kali berita pemutakhiran dan diakhiri berita ancaman tsunami telah berakhir. Pesan peringatan dini tsunami berisi tingkat ancaman tsunami untuk wilayah kabupaten dengan status ‘Awas’, ‘Siaga’ dan ‘Waspada’.

b. Saat Latihan Uji Sirine Peringatan Dini

1) Ketika gempa bumi terjadi (T0-T1), seluruh sensor pencatat gempa bumi yang berada di stasiun seismik di sekitar sumber gempa bumi akan mencatat data-data gempa bumi dan mengirimkannya ke pusat pengolahan di BMKG Pusat untuk diproses. Untuk gempa bumi di wilayah Indonesia, diperlukan waktu kurang dari 5 menit (T0-T1). Sistem pengolahan otomatis data seismik di BMKG Pusat mengeluarkan parameter gempa bumi, kemudian petugas SeisComP3 melakukan pemeriksaan hasil pengolahan otomatis dan mengoreksinya secara interaktif hingga diperoleh parameter gempa bumi yang sesuai. Jika terdapat potensi tsunami, operator dapat menentukan daerah yang berpotensi terkena dampak dan status ancaman dengan menggunakan Decision Support System (DSS). Parameter gempa bumi dikirim ke sistem diseminasi dan juga ke DSS. Kemudian, DSS memprosesnya dan memberikan gambaran proposal yang siap untuk dilanjutkan di mana petugas DSS harus menekan tombol guna memperoleh proposal dari DSS. Hasil akhir dari DSS adalah proposal berita peringatan dini atau proposal berita gempa bumi yang akan dikirimkan ke sistem diseminasi atas keputusan petugas DSS.

(33)

2) Pengiriman berita gempa bumi atau berita peringatan dini tsunami (T1 = 5 menit). Berita gempa bumi dengan kekuatan di atas 5.0 SR akan didiseminasikan secara serentak melalui sms, email, dan faks ke pemda, para pejabat terkait, dan nomor ponsel yang telah terdaftar dalam daftar penerima informasi gempa BMKG. Jika parameter gempa bumi menunjukkan adanya ancaman tsunami (gempa bumi teknonik dengan kekuatan > 7 SR dan kedalaman < 100 km serta letak episenter di laut atau di daratan dekat laut), maka Berita 1 didiseminasikan berdasarkan hasil keluaran DSS menggunakan model tsunami pada database tsunami. Berita 1 berisikan parameter gempa bumi dan/atau jika sudah tersedia akan berisi informasi perkiraan dampak tsunami yang digambarkan dalam tiga status ancaman (AWAS, SIAGA, atau WASPADA) untuk masing-masing daerah yang berpotensi terkena dampak. 3) Pemerintah Daerah Menerima (T2) berita gempa bumi dan berita peringatan

dini tsunami serta saran dari BMKG secara tepat dan terus menerus (24/7) melalui berbagai alat komunikasi yang tersedia.

4) BMKG menyampaikan Berita 2 (T3) kepada Pemerintah Daerah yang berisikan perbaikan parameter gempa bumi dan status ancaman. Selain itu, juga berisi perkiraan waktu tiba tsunami di pantai.

5) Pemerintah Daerah Mengambil keputusan tentang tindakan evakuasi di daerah berdasarkan pada informasi gempa bumi, peringatan dini tsunami dan saran dari BMKG secara cepat dan tepat waktu melalui prosedur pengoperasian standar.

6) Pemerintah Daerah Mengaktifkan/Membunyikan Sirine Peringatan Dini sesuai SOP.

7) Pemerintah Daerah Menyebarluaskan berita gempa bumi dan berita peringatan dini secara luas langsung, dan tepat waktu mengunakan berbagai metode dan saluran komunikasi yang memungkinkan seluruh masyarakat yang terancam tsunami dapat menerimanya.

8) Pemerintah Daerah Memberikan arahan yang jelas serta instruktif kepada masyarakat dan lembaga lembaga daerah secara luas, langsung, dan tepat waktu mengunakan berbagai metode dan saluran komunikasi yang

(34)

memungkinkan seluruh masyarakat yang terancam tsunami dapat menerimanya.

9) BMKG menyampaikan Berita 3 (T4) yang berisikan hasil observasi tsunami dan perbaikan status ancaman yang dapat didiseminasikan beberapa kali tergantung pada hasil pengamatan tsunami di stasiun tide gauge dan buoy. 10) Masyarakat menyebarluaskan berita peringatan dini tsunami menggunakan

kearifan lokal, di antaranya dengan memukul kentongan, tiang listrik serta lonceng gereja dan pengeras suara di masjid-masjid. Jika gempa bumi tersebut besar dan dirasakan sangat kuat, atau gempa bumi tidak begitu kuat tetapi terasa cukup lama, masyarakat di daerah berisiko bencana harus segera mengambil tindakan penyelamatan diri secara mandiri tanpa harus menunggu berita peringatan dini dari BMKG.

11) Masyarakat secepatnya menjauhi pantai dan tepi sungai ke tempat aman yang telah ditentukan dan terus mencari update informasi dari Pemerintah Daerah.

12) BMKG terus memantau (T5-T6) penyebaran tsunami dan memberikan pembaruan informasi tsunami melalui Berita 3 (bisa berkali-kali).

13) BMKG mengeluarkan Berita 4 (T7) berisikan pengumuman “Ancaman tsunami telah berakhir” dan dikeluarkan setelah menerima data pendukung dari tide gauge dan/atau masyarakat telah memberikan konfrmasi jika tsunami tidak nampak lagi. Berita 4 dikeluarkan paling cepat 2 jam setelah Berita 1 (T1) didiseminasikan.

c. Setelah Latihan Uji Sirine Peringatan Dini

1) Pemerintah Daerah memberikan pengumuman kepada masyarakat luas, bahwa latihan uji sirine peringatan dini sudah berakhir.

2) Pemerintah Daerah mengadakan pertemuan evaluasi pelaksanaan latihan uji sirine peringatan dini.

3) Pemerintah Daerah menindak lanjuti rekomendasi dari hasil evaluasi latihan uji sirine peringatan dini.

(35)
(36)

3. Latihan Evakuasi Bencana Gempa Bumi

Gempa bumi merupakan gejala alam berupa goncangan atau getaran tanah yang timbul akibat terjadinya patahan atau sesar karena aktivitas tektonik. Selain itu, gempa bumi juga disebabkan aktivitas vulkanik, hantaman benda langit (misalnya, meteor dan asteroid), atau ledakan bom.

Dalam situasi gempa bumi yang terjadi tiba-tiba, seseorang biasanya sulit bergerak dan harus mengambil keputusan. Untuk selamat dari bencana ini, yang terpenting adalah memahami pengetahuan dan keterampilan sebelum bencana terjadi, saat harus melaksanakan evakuasi mandiri dan setelah kejadian bencana

Tindakan Sebelum Bencana

Perabot (seperti lemari, dan lain-lain) diatur menempel pada dinding (dipaku/diikat) untuk menghindarijatuh, roboh, dan bergeser saat terjadi gempa.

Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah.

Cek kestabilan benda yang tergantung dan dapat jatuh pada saat gempa bumi terjadi (misalnya: lampu, dan lain-lain).

Matikan aliran air, gas, dan listrik apabila sedang tidak digunakan

(37)

Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang aman dan tidak mudah pecah untuk menghindari kebakaran.

Perhatikan letak pintu, elevator, serta tangga darurat. Sehingga apabila terjadi gempa bumi, dapat mengetahui jalan keluar bangunan atau tempat paling aman untuk berlindung.

Tentukan jalan melarikan diri: pastikan Anda tahu jalan yang paling aman untuk meninggalkan rumah setelah gempa.

Tentukan tempat bertemu. Jika teman atau anggota keluarga terpencar, tentukan dua tempat bertemu. Pertama, semestinya lokasi yang aman dekat rumah, dan kedua dapat berupa bangunan atau taman di luar desa.

Persiapkan makanan praktis untuk bertahan hidup sampai bantuan datang.

Siapkan beberapa cara untuk berkomunikasi keluar, dengan asumsi ponsel tidak berfungsi.

(38)

Pelajari cara memberikan pertolongan pertama, sebab ambulans bisa datang terlambat lantaran akses jalan terputus.

Adakan latihan cara melindungi diri dari gempa bumi, seperti berlindung di bawah meja, berlari sambil melindungi diri, dan lain-lain

.

Untuk tingkat keluarga, sepakati area berkumpul setelah gempa bumi terjadi supaya tidak saling mencari satu sama lain.

(39)

Saat Latihan Evakuasi di dalam Gedung/Sekolah

Petugas membunyikan peluit/ alat bunyi lain, yang menandakan dimulainya latihan.

Peserta latih berada di dalam gedung dalam keadaan sibuk, tibatiba dikejutkan oleh terjadinya gempa bumi.

Petugas membunyikan tanda peringatan dini untuk evakuasi seperti pukulan lonceng/megaphone/sirine/ bel panjang menerus dan cepat, atau alat bunyi lain yang telah disepakati sebelumnya.

Peserta latih mengambil posisi aman di mana respon mandiri yang diharapkan sesaat setelah gempa sebagai berikut:

Jangan panik/menimbulkan kepanikan yang bisa mengakibatkan korban, berjongkok dan ikuti petunjuk petugas yang berwenang (safety ofcer/captain foor/).

Hindari benda-benda yang bisa jatuh menimpa badan dan gunakan segitiga aman.

(40)

Jika berada di lantai satu atau dasar, segera keluar bangunan menuju tempat terbuka sembari lindungi kepala jika memungkinkan.

Jika berada di lantai dua atau lebih tinggi, berlindunglah di bawah meja yang kokoh sambil memegang kakinya.

Merapatlah ke dinding (dekat pondasi) dengan merunduk seraya melindungi kepala.

Konstruksi terkuat gedung bertingkat berada di dinding dekat elevator. Jika memungkinkan, merapatlah ke sana.

Jauhi jendela kaca, rak, lemari, dan barang-barang yang tergantung, seperti lukisan, cermin, jam dinding, lampu gantung, dan lain-lain.

Jika tengah di dalam elevator, tekan tombol semua lantai, dan segeralah keluar saat pintu terbuka di lantai berapa pun. Jika pintu tak terbuka, tekan tombol darurat untuk memanggil bantuan.

(41)

Jika tengah berada di tangga, berpeganglah pada pagar untuk menjaga kesimbangan agar tidak jatuh.

Jangan menyalakan korek api sebab adanya gas yang bisa mengakibatkan ledakan.

Jangan me-reset sirkuit listrik karena bisa mengakibatkan kebakaran.

Jika menemukan api masih kecil, padamkan dengan air atau pemadam api. Tetapi ingat, keselamatan nyawalah yang paling utama.

Jangan menyentuh sakelar lampu karena bisa mengakibatkan kebakaran atau ledakan.

Gunakan menyelamatkan diri, gunakan tangga darurat, jangan gunakan elevator. Menggunakan elevator karena berisiko terjebak di dalam.

(42)

Jika terjebak dalam ruangan atau tertimpa benda sehingga tidak dapat bergerak, jangan menghabiskan energi dengan terus-menerus berteriak. Lebih baik ketuk benda yang ada untuk mendapatkan pertolongan.

Jangan berdiri dekat tiang/benda/ bangunan/pohon, yang berpotensi menimpa.

Peserta latih melakukan evakuasi menuju tempat berhimpun sementara/assembly area yang sudah ada. Safety Ofcer memastikan evakuasi berjalan sesuai SOP yang ada.

Petugas membunyikan peluit panjang/tanda bunyi lain yang menandakan latihan berakhir

Tim penggendali latihan menyatakan latihan selesai dilaksanakan masyarakat dan tim evaluator memberitahukan hasil evaluasi berupa rekomendasi untuk penyelenggaraan maupun substansi latihan, termasuk memberikan masukan bagian persiapan yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan.

Perencanaan untuk tidakan perbaikan harus melibatkan semua pihak yang terkait dan mendapat kesepakatan.

(43)

Saat Latihan Evakuasi di dalam Rumah

Petugas membunyikan peluit/ alat bunyi lain, yang menandakan dimulainya latihan.

Peserta latih berada di dalam rumah tiba-tiba dikejutkan oleh terjadinya gempa bumi.

Peserta latih mengambil posisi aman di mana respon mandiri yang diharapkan sesaat setelah gempa sebagai berikut:

Jauhi jendela kaca, rak, lemari, dan benda-benda yang tergantung.

Hati-hati pada runtuhan benda, seperti papan reklame, kaca, dan dinding bangunan

.

Jika tengah berada di tangga, berpeganglah pada pagar untuk menjaga keseimbangan agar tidak jatuh.

Jika tengah memasak, selamatkan diri lebih dulu, kemudian matikan api setelah gempa reda.

(44)

Jika tengah berada di kamar, gunakan bantal atau selimut tebal untuk melindungi kepala.

Jika tengah berada di kamar mandi, manfaatkan gayung atau ember untuk melindungi kepala. Lalu, segeralah pindah ke tempat aman.

Jangan nyalakan korek api sebab adanya gas alam yang bisa mengakibatkan ledakan.

Jangan me-reset sirkuit listrik karena bisa mengakibatkan kebakaran.

Jangan menyentuh sakelar lampu karena bisa mengakibatkan kebakaran atau ledakan.

Jika menemukan api masih kecil, padamkan dengan air atau pemadam api. Tetapi ingat, keselamatan nyawalah yang paling utama.

(45)

Jika terjebak dalam ruangan atau tertimpa benda sehingga tidak dapat bergerak, jangan menghabiskan energi dengan terus-menerus berteriak. Lebih baik ketuk benda yang ada untuk mendapatkan pertolongan.

Tinggalkan memo mengenai kondisi diri dan keluarga, serta tempat evakuasi yang dituju. Jangan lupa mengunci rumah.

Bawalah barang-barang berharga yang tidak merepotkan, seperti dokumen, surat-surat tanah, perhiasan, atau uang tunai.

Pergilah menuju tempat pengungsian (shelter) terdekat yang ditentukan setelah memastikan keadaan memungkinkan.

Ketika proses evakuasi berlangsung malam hari, gunakan senter untuk mencegah tersandung dan jatuh.

Jika seseorang di sekitar tertimpa runtuhan bangunan, panggil orang lain yang lebih berkompeten untuk membantu menyelamatkan. Jangan menyelamatkan seorang diri karena berbahaya.

(46)

Usahakan jangan menggunakan mobil untuk upaya penyelamatan, sebab bisa menghambat akses kendaraan darurat.

Membantu tetangga yang memerlukan bantuan khusus – bayi, orang jompo, orang disabilitas – dan orang lain yang membutuhkan bantuan.

Petugas membunyikan tanda peringatan dini untuk evakuasi seperti pukulan lonceng/megaphone/sirine/ bel panjang menerus dan cepat, atau alat bunyi lain yang telah disepakati sebelumnya.

Peserta latih melakukan evakuasi menuju tempat berhimpun sementara/assembly area yang sudah ada. Koordinator warga memastikan evakuasi berjalan sesuai SOP yang ada.

Petugas membunyikan peluit panjang/tanda bunyi lain yang menandakan latihan berakhir.

Tim penggendali latihan menyatakan latihan selesai dilaksanakan masyarakat dan tim evaluator hasil evaluasi serta memberitahukan hasil evaluasi berupa

(47)

rekomendasi untuk penyelenggaraan maupun substansi latihan, termasuk

memberikan masukan bagian persiapan yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Pada saat situasi sudah aman dari ancaman gempa, masyarakat perlu memahami pada saat hal-hal berikut:

Waspadai terjadinya gempa susulan, dengarkan informasi mealui radio atau media komunikasi lainnya untuk informasi gempa susulan, dan lainlain

Gunakan sandal atau sepatu beralas tebal untuk melindungi kaki dari serpihan kaca atau benda-benda.

(48)

4. Latihan Evakuasi Bencana Tsunami

Secara harfah, tsunami berasal dari Bahasa Jepang. Tsu berarti “pelabuhan” dan nami berarti “gelombang”. Secara umum tsunami diartikan sebagai gelombang laut yang besar di pelabuhan. Jadi, secara bebas kita bisa mendeskripsikan tsunami sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang ditimbulkan gangguan impulsif yang terjadi pada medium laut. Gangguan impulsif itu bisa berupa gempa bumi tektonik di laut, erupsi vulkanik (meletusnya gunung api) di laut, longsoran di laut, atau jatuhnya meteor di laut.

Tindakan Sebelum Bencana

Pembangunan sistem peringatan dini. Pembangunan tempat evakuasi (shelter) di sekitar daerah pemukiman, pembangunan tembok penahan tsunami pada garis pantai yang berisiko, penanaman mangrove serta tanaman lainnya di sepanjang garis pantai untuk meredam gaya air tsunami.

Meningkatkan pengetahuan masyarakat lokal khususnya yang tinggal di pinggir pantai tentang tsunami dan cara-cara penyelamatan diri terhadap bahaya tsunami.

Melaporkan secepatnya jika mengetahui tanda tanda akan terjadinya tsunami kepada petugas yang berwenang: Kepala Desa, polisi, stasiun radio, SATLAK PB maupun

(49)

Cari tahu informasi bencana melalui radio atau sumber informasi yang tersedia untuk menghindari bahaya.

Siapkan beberapa cara untuk berkomunikasi keluar, dengan asumsi ponsel tidak berfungsi.

Saat Latihan Evakuasi

BMKG membunyikan sirine peringatan untuk evakuasi.

Pengelola tempat evakuasi mempersiapkan tempat evakuasi.

Pahami status peringatan dini. BMKG biasanya mengeluarkan peringatan dini dalam tiga kategori berbeda,

Awas: Tinggi tsunami diperkirakan bisa mencapai lebih dari tiga meter. Warga diminta segera melakukan evakuasi menyeluruh ke arah tegak lurus dari pinggir pantai. Pemerintah daerah harus menyediakan informasi jelas tentang jalur dan tempat evakuasi terdekat. Siaga: Tinggi tsunami berada dikisaran 0,5 meter hingga tiga meter. Pemerintah daerah diharapkan bisa mengerahkan warga untuk melakukan evakuasi. Waspada: Tinggi tsunami kurang dari 0,5 meter. Walau tampak kecil, warga tetap diminta menjauhi pantai dan sungai.

(50)

Segera jauhi pantai dan sungai ke tempat tinggi saat gempa kuat terjadi.

Waspada apabila terjadi air surut. Jangan hampiri, tetapi segeralah naik ke tempat tinggi.

Ciri-ciri gempa kuat adalah jika goncangan yang menyebabkan kita sulit berdiri serta mengalami pusing.

Jika tidak terjadi gempa, namun terdengar suara gemuruh yang keras seperti kereta api atau pesawat jet segara jauhi pantai, dan pergi ke tempat yang lebih tinggi atau shelter yang ditentukan.

Pergi ke tempat evakuasi. Ikuti jalur evakuasi yang telah ditentukan menuju tempat aman terdekat.

Mulailah dengan menyelamatkan diri sendiri sesuai petunjuk evakuasi yang ada. Tahan untuk tidak gegabah mencari keluarga yang hilang.

(51)

Jika berada dalam perahu/kapal di tengah laut, dan mendengar kabar tsunami, jangan mendekat ke pantai, tetapi arahkan perahu ke laut.

Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan segera turun ke daerah rendah. Biasanya, gelombang berikutnya akan menerjang.

Dalam kondisi ramai, hati-hati dalam bergerak sehingga tidak menimbulkan kepanikan yang mengakibatkan korban.

Lakukan evakuasi dengan berjalan kaki ke tempat tinggi, atau tempat kumpul terdekat. Jangan gunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Tetaplah bertahan sampai ada pemberitahuan resmi dari pihak berwajib tentang keadaan aman.

Jika memungkinkan, bantulah orang disabilitas, wanita hamil, anak-anak, atau mereka yang membutuhkan bantuan.

Referensi

Dokumen terkait

4 Keengganan untuk menjadi orang yang menyimpang Seseorang akan dikucilkan dan dipandang sebagai orang yang menyimpang apabila mereka memiliki pendapat yang berbeda dengan orang

Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat memberikan informasi tentang keadaan suatu perusahaan sekaligus merupakan alat komunikasi antara data keuangan

Apabila bernadzar di masjid-masjid lain, maka tidak ada keharusan untuk dilakukan di masjid-masjid tersebut, tetapi boleh dilakukan di salah satu dari tiga

Di samping pernak-pernik gadget yang semakin banyak saat ini, kita tidak hanya berposisi sebagai seseorang yang konsumtif terhadap perangkat gadget, tetapi juga menjadi cerdas

Beban kerja, kompetensi, motivasi, dan kompensasi secara simultan melalui kinerja pegawai secara parsial juga berpengaruh terhadap kinerja Dinas Pengelolaan Keuangan

7 Osnovne trditve: • konfliktne situacije so v podjetjih neizogibne • konfliktne situacije so nujne za delovanje podjetja • na nastanek konfliktov vpliva organizacija sama,

(Tanggal) SELESAI (Tanggal) mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/ Jasa untuk Pelaksanaan Kegiatan Tahun Anggaran 2013 seperti tersebut dibawah ini:..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan, harga, dan Kepuasan pelanggan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap loyalitas