• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara konformitas teman sebaya dan materialisme pada remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara konformitas teman sebaya dan materialisme pada remaja"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN MATERIALISME PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Disusun Oleh: Lusiana Jessica NIM : 139114057. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN MATERIALISME PADA REMAJA. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Disusun Oleh: Lusiana Jessica NIM : 139114057. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017. i.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN MOTTO. Matius 6 : 34 “Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”. iv.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini saya persembahkan untuk:. Tuhan Yesus Kristus yang tiada henti-hentinya mencurahkan rahmat dan karuniaNya yang begitu besar kepada saya dalam mengerjakan dan menyelesaikan skrispsi ini.. Mama, Papa, dan adik-adikku tercinta yang sudah memberikan dukungan dan semangat yang tiada henti-hentinya berupa doa dan materi selama proses penyelesaian skripsi ini.. Sahabat dan teman-teman saya yang selalu memberikan semangat dan kedamaian hati serta memotivasi saya dalam penyelesaian skripsi ini.. v.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS TEMAN SEBAYA DAN MATERIALISME PADA REMAJA. Studi pada Remaja. Lusiana Jessica ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konformitas teman sebaya dan materialisme pada remaja. Hipotesis dalam penelitian ini, yaitu adanya hubungan positif antara konformitas teman sebaya dan materialisme pada remaja. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 213 remaja dengan usia 12-23 tahun. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala, yaitu skala konfomitas dan skala materialisme yang diadaptasi dari Material Values Scale (Richins dan Dawson, 1992). Skala konformitas terdiri dari 24 item dengan koefisien reliabilitas α = 0,851, sedangkan skala materialisme menghasilkan koefisien reliabilitas α = 0,721 yang terdiri dari 18 item. Teknik analisis data menggunakan metode korelasi Spearman’s Rho karena data pada salah satu variabel tidak berdistribusi normal. Peneliti menemukan hasil perhitungan r sebesar 0,263 dan nilai p sebesar 0,000 < 0,05. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hipotesis diterima, yaitu terdapat hubungan yang positif antara konformitas teman sebaya dan materialisme pada remaja. Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi konformitas remaja, maka akan semakin tinggi pula materialisme pada remaja. Sebaliknya, semakin rendah konformitas teman sebaya yang dilakukan remaja, maka akan semakin rendah pula materialisme remaja. Kata Kunci : konformitas, konformitas teman sebaya, materialisme, dan remaja.. vii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. THE RELATIONSHIP BETWEEN PEER CONFORMITY AND MATERIALISM AMONG ADOLESCENTS A Study on Adolescents Lusiana Jessica. ABSTRACT This study was aimed to identify the relationship between peer conformity and materialism among the adolescents. The hypothesis in this study was there is a positive relationship between the peer conformity and the materialism among the adolescents. The subjects of this study were 213 adolescents with age around 12-23 years old. The data of this study is gathered using three scales which called the scale of conformity, and the scale of materialism that were adapted from the Material Values Scale (Richins and Dawson, 1992). The scale of conformity consisted of 24 items with the coefficient of reliability α = 0,851. Then, the scale of materialism consisted of 18 items with the coefficient of reliability α = 0,721. This study used the Spearman’s Rho correlation method because data on one of variable is not normal. The researcher found that the r had been equal to 0,263 and the p value had been 0,000 < 0.05. This finding showed that the hypothesis had been accepted; there is a positive correlation between the peer conformity and materialism among the adolescents. As a result, the higher level of peer conformity, the higher materialism among the adolescents will be. On the contrary, the lower level of peer conformity, therefore the lower materialism among the adolescents Keyword: conformity, the peer conformity, materialism, and adolescents.. viii.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji syukur dan terimakasih saya panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan rahmat-Nya yang selalu diberikan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “Hubungan antara Konformitas Teman Sebaya dalam Kelompok Konformitas Positif dan Negatif, dan Nilai Materialisme pada Remaja”. Peneliti menyadari bahwa selama proses penulisan skripsi ini tidak lepas dari segala dukungan, nasehat, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan bagi saya untuk menimba banyak ilmu dan pengalaman. 2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M. Psi., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terimakasih atas dukungan Bapak, sehingga proses pengerjaan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar. 3. Bapak P. Eddy Suhartanto, M. Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terimakasih atas peran dan dukungan Bapak atas kelanjaran skripsi ini. 4. Ibu P. Henrietta P. D. A. D. S., S. Psi., M. A selaku dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membimbing peneliti dengan penuh kesabaran. Maaf ya mbak, saya sering merepotkan. Semoga selalu diberkati dalam segala hal, sukses terus ya mbak. 5. Bapak Minta Istono, M. Si selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberi nasehat dan mendukung saya selama perkuliahan. 6. Terimakasih banyak kepada dosen penguji Ibu P. Henrietta P. D. A. D. S., S. Psi., M. A, Ibu Monica Eviandaru M., M. App. Psych., dan Bapak Minta Istono, M. Si.. x.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. Dosen-dosen dan staff Fakultas Psikologi yang telah memberikan beribu ilmu dan pengalaman, serta bantuan yang bermanfaat selama saya berada di bangku perkuliahan ini. Terimakasih untuk canda tawa, dan keramahan yang selalu hadir. 8. Papa dan mama yang selalu sabar dan mencurahkan kasih sayangnya kepadaku. Selalu mendoakanku, menasehatiku, menyemangatiku. Donatur terbesarku, terimakasih banyak. Bersyukur sekali aku memiliki kalian  9. Teruntuk adik-adikku. Engel adikku yang paling besar dan paling cantik, sukses sekolahnya, semangat, jangan males-malesan!! Adik-adik kecilku, si tuyul-tuyul kecil Tiara dan Nanda, tanpa terasa kalian sudah semakin besar, belajar yang bener supaya gak jadi ranking terakhir ya! Tanpa kalian rumah sepi, hati juga sepi  10. Kepada seluruh teman-teman subjek penelitianku. Terimakasih banyak karna telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesionerku yang sangat banyak. Tanpa kalian, aku hanya serpihan debu. 11. Untuk bun Ndin, bun Na, bun Cip. Terimakasih banyak untuk segala canda, tawa, kebodohan, dan ke-gak-jelasan kalian selama 4 tahun ini. Kalian mengobati hatiku yang rapuh. Tanpa kalian aku hanyalah serbuk goodday. Semoga Huny Buny Sweety lebih keren kedepannya, yang gak keren, keluar aja! Semoga kita sukses terus ya bun-bunku.. aiyaflu :* 12. Untuk Widi, sahabat seperjuangan. Terimakasih masa-masa bodoh dan gokil yang kita lalui bersama. Maaf ya kak, adek selalu mood-mood an.. Apalah daya kami ya Tuhan, yang datang dalam keadaan seperti ini.. haha 13. Flamboyan Squad. Fani, Lia, Widi, Susan, Yuse, Pitados, Sisil dan seluruh anak kost Pak Guntur yang gak bisa ku sebutin satu-satu. Kalian membuat hariku berwarna dengan segala perhatian, kasih sayang, kekompakkan, kepekaan terutama untuk membersihkan kamar mandi. aku sayang kalian selalu. 14. Terimakasih untuk AAJMMNSP. Ajik, Andin, Momon, Mita, Nana, Syifa, Panca. Kapan kita kemana? Kangen main-main. xi.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. Mitra Pepustakaan angkatan dulu, sekarang, maupun angkatan bersenjata. Rossa, Retnok, Tia, Widi, Yuse, Vinny, dll. Terimakasih karena kalian selalu mendukungku. Bukan hanya untuk melakukan hal baik, tetapi juga hal-hal bodoh. Terimakasih untuk dukungan amarah dan emosi yang berkobar-kobar ketika skripsi ini tak kunjung didaftarkan karna suatu hal. Haha. 16. Temen-temen Psikologi 13 kelas C. Kalian petjahhh, kece, keren. Kalian permataku. Friends are diamonds. Seneng banget kenal kalian satu per satu. 17. Temen-temen se-bimbingan mbak Etta. Tanpa kalian, mungkin sekarang aku sudah putus asa dan tak tau arah. Kalian penyemangatku.. makasih banyak untuk semua kebersamaan, kekompakan, keceriaan, bantuan, motivasi, yang selalu kalian berikan dan tujukan terkhusus untukku. Maaf kalo aku suka ngerepotin kalian.. terimakasih banyak  18. Untuk adek-adek angkatan yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terimakasih karena kalian selalu bertanya kapan daftar, kapan sidang, sehingga hati ini terenyuh dan ingin bergerak. 19. Terimakasih untuk temen-temen OSIS SMA Pangudi Luhur Sedayu periode 2010/11 yang selalu bertanya kapan didadar, sehingga aku semakin termotivasi. 20. Terimakasih kepada seluruh pihak yang belum dapat saya ucapkan satu per satu. Thank you so muchhhh :* .. Tuhan selalu memberkati kalean!!!. Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Terimakasih.. Peneliti. xii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL …………………………………………………………….... i. HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………………………... ii. HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………. iii. HALAMAN MOTTO …………………………………………………………….. iv. HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………………….. v. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN HASIL KARYA ILMIAH …………. vi. ABSTRAK ………………………………………………………………………… vii ABSTRACT ……………………………………………………………………….. viii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……………. ix. KATA PENGANTAR ……………………………………………………..……… x DAFTAR ISI ……………………………………………………………………... xiii DAFTAR TABEL..………………………………………………………………. xvii DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………….. xviii DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………… xix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ……………………………………………………….. 1. B. Rumusan Masalah …………………………………………………..... 9. C. Tujuan Penelitian ……………………………………………...………. 9. D. Manfaat Penelitian …………………………………………………… 10. xiii.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II DASAR TEORI A. Konformitas 1. Definisi Konformitas ………………………………………………… 11 2. Aspek-aspek Konformitas …………………………………………..... 12 3. Dampak dari Konformitas ……………………………………………. 16. B. Materialisme 1. Definisi Materialisme………………………………………………….. 16 2. Aspek-aspek Materialisme…………………………………………….. 19 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Materialisme ………………….... 20. C. Remaja …………………………………………………………………...… 24 D. Dinamika Hubungan Konformitas dengan Materialisme pada Remaja…. 27. E. Skema Penelitian …………………………………………………………... 30 F. Hipotesis …………………………………………………………………... 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian …………………………………………………………..... 32 B. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel Tergantung ………………………………………………….. 32 2. Variabel Bebas………………………………………………………… 32 C. Definisi Operasional 1. Materialisme …………………………………………………………... 33 2. Konformitas Teman Sebaya ………………………………………….. 33 D. Subjek Penelitian …………………………………………………………... 34 xiv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. E. Metode dan Pengumpulan Data 1. Materialisme …………………………………………………………... 34 2. Konformitas Teman Sebaya ………………………………………….. 36. F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas ……………………………………………………………….. 38 2. Seleksi Item a. Skala Konformitas ………………………………………………… 40 b. Materialisme ………………………………………………………. 41 3. Reliabilitas a. Skala Konformitas ………………………………………………... 42 b. Materialisme ………………………………………………………. 43 G. Analisis Data 1. Uji Asumsi a. Uji Normalitas …………………………………………………….. 43 b. Uji Linearitas ……………………………………………………… 43 2. Uji Hipotesis ………………………………………………………….. 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ……………………………………………………. 46 B. Data Demografi Subjek Penelitian ………………………………………... 46 C. Deskripsi Data Penelitian ………………………………………………….. 47 D. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi xv.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. a. Uji Normalitas ………………………………………………… 49 b. Uji Linieritas ………………………………………………….. 50 2. Uji Hipotesis …………………………………………………………... 51 E. Pembahasan ………………………………………………………………. 52 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………………………. 56 B. Saran 1. Bagi Subjek Penelitian ………………………………………………… 57 2. Bagi Peneliti Selanjutnya ……………………………………………… 57 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………... 58 LAMPIRAN ………………………………………………………………………. 63. xvi.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL Tabel 1. Sebaran Item Skala Materialisme. ………….…………………………... 35. Tabel 2. Skor Respon pada Variabel Materialisme ……………………………... 36 Tabel 3. Sebaran Item Skala Konformitas Tinggi/ Rendah Sebelum Uji Coba ...… 37 Tabel 4. Skor Respon pada Variabel Konformitas Teman Sebaya …………….. 37 Tabel 5. Sebaran Item Skala Konformitas………………………………………. 40 Tabel 6. Kualitas Item Skala Materialisme. ……………………………………… 41. Tabel 7. Data Demografi Subjek Menurut Usia ……………………………….….. 46 Tabel 8. Data Subjek Menurut Jenis Kelamin ……………………………………. 47 Tabel 9. Data Empirik Konformitas ………………………….…………………… 48 Tabel 10. Data Empirik Materialisme …………………………...………………… 48 Tabel 11. Hasil Uji Normalitas Subjek Penelitian …………………...……………. 50 Tabel 12. Hasil Uji Liniearitas Subjek Penelitian ……………………..………….. 51 Tabel 13. Uji Korelasi Subjek Penelitian …..…………………………………….. 52. xvii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Surat Keterangan Penerjemah Skala Materialisme ……………. 63. LAMPIRAN 2 Skala Penelitian ………………………………………………….. 68. LAMPIRAN 3 Reliabilitas Skala Konformitas dan Skala Materialisme…………. 77. LAMPIRAN 4 Skala Setelah Uji Coba …………………………………………… 82 LAMPIRAN 5 Hasil Uji t Mean Teoretik dan Mean Empiris …………………… 89 LAMPIRAN 6 Hasil Uji Normalitas .……………………………………………... 90 LAMPIRAN 7 Hasil Uji Linearitas ………………………………………………. 91 LAMPIRAN 8 Hasil Uji Hipotesis ……………………………………………….. 92. xviii.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Skema Hubungan antara Konformitas Teman Sebaya dan Materialisme pada Remaja …..……………………………………………………… 30. xix.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Di jaman modern ini, seseorang akan memutuskan untuk memiliki sesuatu dengan membeli suatu produk karena dianggap menarik, tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu apakah produk tersebut berguna atau tidak. Seseorang juga mudah mencari kesenangan dengan hanya memperoleh produk tersebut, serta mampu mengukur kesuksesan dari sesuatu yang telah ia miliki. Banyak orang yang juga menilai bahwa dengan membeli barang merk terkenal serta mementingkan kepemilikan benda-benda materi yang bernilai tinggi, mampu membuat dirinya terlihat baik di mata orang lain (Mulyono, 2011). Tidak heran bahwa materi menjadi salah satu faktor yang paling penting saat ini. Sekitar 17,5 % jumlah penduduk di Indonesia adalah remaja menurut Survei Penduduk Antar Sensus (2015), dan para remaja inilah yang nantinya menjadi penentu kemajuan bangsa Indonesia (Wongso, 2016). Remaja adalah seseorang yang berusia antara 12 hingga 23 tahun yang diharapkan mampu mempersiapkan karirnya dengan baik dan merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab (dalam Sarwono, 2010). Penting bagi para remaja untuk menyaring mana yang baik dan kurang baik bagi dirinya dan menyeleksi pergaulan yang baik atau buruk bagi dirinya. Namun, pola pikir (mindset) yang salah sejak lama telah tertanam dalam benak para remaja, yaitu. 1.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. bahwa kehidupan yang mereka jalani adalah hanya untuk mendapatkan kesenangan. Telah banyak ditemukan pula kasus kriminalitas yang dilakukan oleh para remaja dan motif utama dari sebagian kasus yang terjadi adalah harta benda. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2013 angka kenakalan remaja di Indonesia mencapai 6325 kasus, sedangkan pada tahun 2014 jumlahnya mencapai 7007 kasus dan pada tahun 2015 mencapai 7762 kasus (Utami, 2016). Pada tahun 2014 dilaporkan terjadi aksi kekerasan oleh geng motor remaja yang berusia sekitar 15 hingga 19 tahun yang meresahkan warga Jakarta. Aksi geng motor tersebut yaitu merampas harta benda dan membunuh korbannya (Friastuti, 2017). Aksi geng motor remaja berusia 15 sampai 19 tahun juga pernah terjadi pada tahun 2015 yang melakukan aksi begal dengan merampas harta pengendara motor yang dibegal (Ramadhan, 2015). Kegiatan begal motor tersebut sangat meresahkan warga yang dilakukan apabila salah satu anggota didalam geng tersebut sedang merayakan ulang tahun. Selain maraknya kasus begal motor, ditemukan pula kasus pembunuhan antar pelajar SMP karena cemburu dan ingin memiliki HP android milik korban pada tahun 2015 (Azzahra, 2015). Maraknya kasus begal motor serta kasus pembunuhan remaja tersebut merupakan contoh dari beberapa kasus kriminalitas remaja dan harta benda menjadi motif utama terjadinya kasus tersebut. Para tersangka yang masih berusia belasan tahun, namun tidak segan melukai hingga membunuh korbannya. Beberapa kasus tersebut juga membuktikan bahwa materi berupa.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. harta benda menjadi hal yang penting di hidup remaja saat ini. Kriminolog dari FISIP UI Bambang Widodo Umar (Arjawinangun, 2015) menjelaskan empat penyebab dari banyaknya kasus pembegalan kendaraan bermotor yang didominasi oleh remaja, menyebutkan faktor yang pertama adalah maraknya budaya konsumerisme dan materialisme. Bambang juga menjelaskan bahwa industri gadget dan otomotif (sepeda motor) menjadi sebuah tren yang harus senantiasa diikuti oleh remaja (Arjawinangun, 2015). Keyakinan seseorang mengenai pentingnya materi tersebut dapat mengubah gaya hidup seseorang, serta membuat mereka melakukan suatu hal yang merugikan orang lain seperti menyakiti orang disekitarnya. Keyakinan seseorang yang menekankan pentingnya kepemilikan harta benda serta materi yang ia miliki, lebih dikenal dengan istilah materialisme. Materialisme menurut Richins dan Dawson (1992) merupakan sebuah nilai yang terpusat tentang pentingnya kepemilikan dalam kehidupan seseorang. Materialisme terdiri dari nilai-nilai dan tujuan yang berfokus pada kekayaan, kepemilikan, gambaran, dan status (Kasser, 2016). Menurut Richins (1994), materialisme berkenaan dengan mengoleksi barang secara aktif guna membentuk dan meningkatkan identitas diri. Kemunculan materialisme memberikan dampak yang kurang baik terhadap kualitas pribadi karena cenderung lebih besar pasak daripada tiang, apalagi para remaja sebagian besar belum memiliki penghasilan sendiri. Hal tersebut dapat memperlihatkan bahwa para remaja yang sebenarnya tidak mampu membeli sebuah merk akan memaksa dan mengorbankan apapun.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. untuk membelinya (Mulyono, 2011). Myers (2008) memandang materialisme sebagai salah satu ancaman bagi keberlanjutan hidup manusia dimasa depan (dalam Husna, 2015). Penelitian terhadap seribu remaja oleh Froh dkk (2010) menemukan bahwa materialisme meramalkan nilai sekolah yang lebih rendah, rasa iri, dan kurangnya kepuasan hidup. Berbagai penelitian lain yang mereka lakukan juga ditemukan bahwa orang dewasa, remaja, ataupun anak yang berfokus pada materi akan kurang puas dengan standar hidupnya, kehidupan keluarga, ataupun kesenangan yang berhasil diperoleh (Froh, dkk, 2010). Materialisme membuat seseorang untuk lebih mengejar penghargaan eksternal (dipuji karena keren, punya mobil mewah), lebih berpusat pada diri, cenderung kurang berkomitmen dengan sekolah, kurang menunjukkan sikap saling membantu dalam komunitas, dan kurang peduli pada kesejahteraan orang lain (dalam Poerwandari, 2015). Penelitian yang dilakukan oleh Kasser (2016), menguraikan beberapa dampak dari materialisme itu sendiri terhadap individu, seperti mengkonsumsi banyak produk, memiliki hutang yang banyak, memiliki kualitas hubungan interpersonal yang rendah, bertindak merusak jalan, merugikan pekerjaan dan motivasi pendidikan, dan melaporkan bahwa pribadi serta kesejahteraan fisik yang lebih rendah. Selain itu, konsumen yang materialistik melakukan lebih banyak pembelian pada pakaian serta lebih banyak melakukan pembelian kompulsif (Johan, 2016). Kashdan dan Breen (2007) menemukan hasil bahwa nilai materialistik yang lebih kuat ternyata menyebabkan seseorang menjadi.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. tidak bahagia, karena meningkatnya resiko penurunan kesejahteraan (kebahagiaan) yang akan berdampak pada kesejahteraan pribadi, kurang memiliki self-determination (kebutuhan akan keterikatan), sehingga lebih terikat kepada materi, rendahnya level bersyukur, dan pemaknaan hidup yang negatif. Fenomena materialisme ini ada pada setiap orang, baik pada anakanak,. remaja,. sampai. dewasa,. yang. selalu. muncul. karena. bukan. mengkonsumsi sesuatu yang bermanfaat. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi materialisme, diantaranya adalah pengaruh komunikasi yang sering dengan teman-temannya (Zaman, 2016; John, 1999 dalam Clark et al, 2001), perbandingan sosial dengan teman dan peniruan model dari selebriti (Zaman, 2016; Chan & Prendergast, 2007), self-esteem (Chaplin, 2010; Jiang, 2015), peer rejection (Jiang, 2015), serta parental rejection (Fu, 2015). Penelitian-penelitian lain (dalam Husna, 2016) menjabarkan berbagai pengaruh eksternal maupun internal yang tidak sehat, yang mengaktivasi materialisme pada diri seseorang, beberapa diantaranya seperti: rendahnya harga diri, kecemasan akan kematian dan rasa tidak aman (insecurity), stres dan konflik dalam keluarga, lingkungan yang menggoda dan media yang mendorong konsumerisme, penolakan teman dan pengaruh teman yang materialistis, serta perbandingan sosial dengan teman atau figur di media. Penelitian yang dilakukan oleh Zaman (2016) juga memperoleh hasil bahwa usia adalah sebuah anteseden utama dalam mengukur materialisme, yang berhubungan negatif dengan materialisme, sehingga remaja lebih.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. materialistik bila dibandingkan dengan dewasa muda (20-22 tahun). Mulyono (2011) dalam studinya mengungkapkan beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi materialisme antara lain: kekuatan institusional, conspicuous consumption, serta peer group pressure. Flouri (1999) juga menemukan bahwa sikap materialisme remaja dipengaruhi oleh teman dan orangtua. Selain itu, level materialisme seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal, di antaranya adalah komunikasi keluarga dan ekspos televisi (John, 1999 dalam Clark, dkk., 2001). Penelitian Elliot dan Leonard (dalam Mulyono, 2011) mengungkapkan bahwa salah satu motivasi utama seseorang dalam menginginkan sebuah merk karena kesesuaian dengan keinginan teman-temannya. Dari perspektif sosial kognitif, aspirasi materialistis menjadikan seseorang dikontrol oleh dunia eksternalnya karena orientasi dirinya yang mengharapkan reward eksternal (uang, barang) dan penerimaan sosial (Kasser & Ryan, 1992; dalam Husna, 2016). Selain itu, orang yang termotivasi oleh tujuan yang ekstrinsik menjadikan diri mereka mudah terpengaruh oleh pengaruh-pengaruh eksternal, seperti paksaan atau pengakuan orang lain, sementara tujuan yang intrinsik memotivasi orang lantaran apa yang ada dalam tujuan itu memberikan kesenangan dan pemenuhan yang sejati (Kasser, 2002; dalam Husna, 2015). Dalam hal ini, tekanan dari teman sebaya tersebut dapat mendorong seseorang untuk berperilaku sesuai dengan apa yang orang lain harapkan. Konformitas sebagai hasil dari lingkungan teman sebaya juga dapat membentuk nilai dalam diri seseorang (Rokeach, dalam Hari 2015)..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. Remaja yang sedang mencari jati diri cenderung memiliki sifat untuk mengikuti teman-temannya, mengekspresikan diri mereka, dan mencari gaya hidup yang mereka inginkan. Dalam hal ini, remaja sedang mengalami masa pertumbuhan untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1991), sehingga hubungan sosial remaja seperti pengaruh dari kelompok teman sebayanya juga semakin meningkat. Pada sebuah penelitian terhadap 500 pelaku kenakalan dan 500 remaja yang tidak melakukan kenakalan di Boston, ditemukan persentase kenakalan yang lebih tinggi pada remaja yang memiliki hubungan regular dengan teman sebaya yang melakukan kenakalan (dalam Santrock, 2003). Penyesuaian remaja terhadap norma dengan berperilaku sama dengan kelompok teman sebaya disebut dengan konformitas (Monks, 2006). Santrock (2003) menyatakan bahwa konformitas muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan. Konformitas adalah kecondongan untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan perilaku orang lain (Cialdini & Goldstein, 2004). Kecenderungan individu atau remaja untuk merasa conform dengan kelompoknya dapat membuat mereka mengikuti gaya hidup kelompoknya. Menurut Baron dan Byrne (1994) konformitas remaja adalah penyesuaian perilaku remaja untuk menganut norma kelompok acuan, serta menerima ide atau aturan-aturan kelompok yang mengatur cara remaja berperilaku. Seseorang melakukan konformitas terhadap.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. kelompok hanya karena perilaku individu didasarkan pada harapan kelompok atau masyarakat. Pengaruh konformitas terhadap kelompok teman sebaya pada masa remaja tidak dapat diabaikan begitu saja. Konformitas muncul karena keinginan. seseorang. untuk. berafiliasi. akibat. adanya. tekanan. yang. menimbulkan rasa takut (Schachter, 1959, dalam Darley 1966), sehingga kelompok teman sebaya dapat mempengaruhi sikap dan gambaran diri seseorang (Sihotang, 2009). Salah satu pengaruh konformitas adalah sikap dan ketertarikan remaja sebagai konsumen, misalnya minat yang sangat kuat terhadap penampilan (Reynolds dan Wells, 1977; dalam Sihotang, 2009) dan kepemilikan harta benda, seperti gadget dan otomotif. Remaja dengan konformitas yang rendah cenderung lebih mampu dalam berpikir kritis dan tidak selalu mengikuti pemahaman serta nilai-nilai dari kelompok teman-temannya. Remaja dengan konformitas tersebut juga tidak selalu memiliki sikap serta tata cara berperilaku yang sama dengan teman-teman di kelompoknya (Wade & Tavris, 2007). Remaja sebagai konsumen dengan konformitas yang rendah cenderung untuk tidak meniru sikap maupun pemikiran dari kelompok teman-temannya. Sebaliknya, remaja dengan konformitas yang tinggi cenderung kurang menyaring informasi dan perilaku buruk yang berasal dari teman-temannya, sehingga membuat mereka berperilaku menyimpang dan memiliki penilaian yang salah terhadap suatu hal (Wade & Tavris, 2007; Santrock, 2003)..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. Konformitas juga dapat membuat seorang remaja memiliki perilaku yang menyimpang, menghambat kreativitas berpikir kritis, serta kurang memiliki bagaimana berperilaku yang baik (Wade & Tavris, 2007). Perilaku menyimpang yang mereka alami dapat berupa perilaku mencuri atau perampasan harta benda milik orang lain, atau pemborosan dengan membeli barang-barang mewah. Remaja akan merasa puas apabila memiliki barangbarang yang sama seperti temannya.. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan tersebut, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah apakah ada hubungan antara konformitas teman sebaya dan materialisme pada remaja?. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui hubungan antara konformitas teman sebaya dan materialisme pada remaja.. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi di bidang. Psikologi. Sosial,. Psikologi. Konsumen,. serta. Psikologi. Perkembangan terkait dengan konformitas dan materialisme pada remaja..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Remaja Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan refleksi remaja tentang konformitas remaja terhadap kelompok teman sebaya dan materialisme. b. Bagi orang tua Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan evaluasi bagi orangtua tentang konformitas dan materialisme pada anaknya yang sedang berada di masa remaja..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II DASAR TEORI. A. Konformitas 1. Definisi Konformitas Menurut Cialdini dan Goldstein (2004) konformitas merupakan kecondongan seseorang untuk mengubah keyakinan atau perilakunya agar sesuai dengan perilaku orang lain. Hal yang sama juga diungkapkan Myers (2012) yaitu dengan melihat konformitas sebagai sebuah perubahan perilaku atau keyakinan seseorang. Namun, Myers (2012) memandang bahwa perubahan perilaku seseorang tersebut terjadi berdasarkan hasil dari tekanan kelompok yang nyata atau hanya berdasarkan imajinasi bukan hanya keinginan untuk sesuai dengan perilaku orang lain. Senada dengan Myers, Santrock (2003) juga memandang bahwa konformitas tidak hanya sekedar bertindak sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh orang lain, tetapi juga dipengaruhi oleh bagaimana orang lain bertindak dan berdasarkan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh seseorang. Dalam hal ini, konformitas dilihat bukan hanya sebagai perubahan perilaku atau keyakinan seseorang, melainkan konformitas muncul ketika seseorang meniru sikap atau tingkah lakunya dari orang lain (Santrock, 2003). Sears (1985) juga mengungkapkan hal yang sama, bahwa konformitas. 11.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. sebagai sebuah perilaku yang diubah berdasarkan perilaku dari orang lain, meskipun melakukan hal tersebut dapat menentang penilaiannya sendiri. Menurut Baron dan Byrne (2003), konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial, sedangkan menurut Zebua dan Nurdjayadi (2001, dalam Sihotang 2009) konformitas merupakan suatu tuntutan yang tidak tertulis dari kelompok teman sebaya terhadap anggotanya tetapi memiliki pengaruh yang kuat. Pengaruh sosial dan tuntutan yang tidak tertulis tersebut dapat mengubah sikap dan tingkah laku seseorang dan menyebabkan munculnya perilaku tertentu (Baron & Byrne, 2003; Zebua & Nurdjayadi, 2001, dalam Sihotang 2009). Berdasarkan pemaparan definisi mengenai konformitas, maka dapat disimpulkan bahwa konformitas merupakan keyakinan atau perilaku seseorang yang diubah berdasarkan perilaku maupun keyakinan orang lain meskipun hal tersebut bertentangan dengan penilaiannya secara pribadi.. 2. Aspek-aspek Konformitas Menurut Sears, dkk (1985), situasi konformitas dirancang untuk meningkatkan rasa takut individu untuk menjadi orang yang menyimpang. Seseorang dapat menghindari perbedaan terhadap orang lain dengan cara mengikuti kelompoknya. Terdapat beberapa hal pada seseorang yang melakukan konformitas, yaitu:.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. a. Kekompakan Kekompakan merupakan keseluruhan kekuatan yang menyebabkan seseorang tertarik pada suatu kelompok dan membuat mereka ingin tetap menjadi anggotanya. Semakin besar rasa suka anggota yang satu terhadap anggota yang lain, dan semakin besar harapan untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok, serta semakin besar kesetiaan mereka, maka akan semakin kompak kelompok tersebut. 1) Penyesuaian diri Penyesuaian diri merupakan keinginan anggota kelompok untuk bertindak sesuai dengan kelompoknya. Kemungkinan untuk menyesuaikan diri atau tidak akan semakin besar apabila seseorang mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi anggota dari kelompok tersebut. Anggota kelompok akan berusaha lebih keras untuk menyesuaikan diri dalam kelompok yang mempunyai semangat kelompok yang tinggi. 2) Perhatian terhadap kelompok Perhatian terhadap kelompok merupakan cara seseorang untuk memberikan perhatian kepada kelompoknya agar tidak menjadi orang yang menyimpang, karena orang yang menyimpang akan dianggap tidak menyenangkan dan dikeluarkan dari kelompoknya. Semakin tinggi perhatian seseorang pada kelompok, semakin serius.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. tingkat rasa takutnya terhadap penolakan dan semakin kecil kemungkinannya untuk tidak menyetujui kelompok tersebut. b. Kesepakatan Kesepakatan merupakan keputusan kelompok yang sudah bulat karena setiap anggota kelompok mendapatkan tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya. 1) Perbedaan pendapat Perbedaan pendapat merupakan situasi seseorang yang sebenarnya juga mempunyai pendapat yang berbeda dengan mayoritas. Tingkat kepercayaan terhadap kelompok mayoritas akan menurun bila terjadi perbedaan pendapat. Penurunan konformitas akan terjadi apabila anggota kelompok memiliki pendapat berbeda dari kelompok mayoritas, meskipun anggota tersebut kurang ahli bila dibandingkan anggota lain, sehingga ia merasa bahwa mayoritas mungkin salah. Hal tersebut juga dapat mengurangi ketergantungan individu terhadap pendapat kelompok sebagai sumber informasi. 3) Persamaan pendapat Persamaan pendapat terjadi ketika seseorang memiliki pendapat yang sama didalam sebuah kelompok. Persamaan pendapat yang dialami oleh anggota kelompok akan membuat keyakinan terhadap pendapatnya sendiri semakin kuat, sehingga konformitas akan menurun..

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. 4) Keengganan untuk menjadi orang yang menyimpang Seseorang akan dikucilkan dan dipandang sebagai orang yang menyimpang apabila mereka memiliki pendapat yang berbeda dengan orang lain. Namun, apabila anggota lainnya memiliki pendapat yang berbeda pula, maka individu tersebut tidak akan dianggap menyimpang dan tidak akan dikucilkan. c. Ketaatan Ketaatan merupakan kerelaan seseorang untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak ingin mereka lakukan, sehingga membuat mereka sulit untuk menolak dan cenderung menyetujui setiap perintah.Harapan dari seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam otoritas dapat menimbulkan ketaatan pada diri seseorang. 1) Ganjaran, Hukuman, dan Ancaman Ganjaran, hukuman, dan ancaman merupakan cara untuk meningkatkan tekanan individu dalam menampilkan perilaku yang diinginkan, sehingga dapat menimbulkan ketaatan. Ketiga hal tersebut dapat meningkatkan tekanan terhadap individu untuk menampilkan perilaku yang diinginkan, sehingga dapat mengubah perilaku seseorang. 2) Harapan orang lain Individu akan rela memenuhi permintaan orang lain hanya karena orang lain mengharapkannya..

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. 3. Dampak dari Konformitas Konformitas memiliki sisi positif yaitu individu yang akan berfungsi lebih baik ketika mereka tahu bagaimana berperilaku pada situasi tertentu, dan ketika seseorang memiliki kesamaan sikap serta tata cara berperilaku, sehingga akan membawa hal positif dan hasil yang positif bagi dirinya maupun orang lain. Selain itu, dari sisi negatif, konformitas dapat menghambat kreativitas berpikir kritis seseorang, berperilaku menyimpang, dan membuat seseorang kurang memiliki informasi tentang bagaimana berperilaku yang baik. Dalam hal ini pula, seseorang cenderung akan menyangkal kepercayaan pribadi mereka dan sepakat akan pemahaman yang tidak masuk akal, meskipun hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai pribadi mereka (Wade & Tavris, 2007; Soekanto, 2000).. B. Materialisme 1. Definisi Materialisme Richins dan Dawson (1992) memandang materialisme sebagai sebuah nilai yang mempengaruhi seseorang dalam mengartikan lingkungan dan menyusun kehidupannya. Materialisme berasal dari kepemilikan dan perolehan barang-barang material serta keadaan-keadaan yang seseorang inginkan dalam mencapai tujuan hidup, dengan mengkonseptualisasikan nilainilai material mencakup tiga domain, yaitu: penggunaan harta untuk menilai.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. keberhasilan orang lain dan diri sendiri, kepastian kepemilikan di kehidupan seseorang, dan kepercayaan bahwa kepemilikan dan akuisisi menyebabkan kebahagiaan dan kepuasan hidup seseorang (Richins & Dawson, 1992; Richins, 2004). Selain itu, Kasser (2016) memberikan pandangan yang serupa dengan Richins dan Dawson, bahwa materialisme terdiri dari nilai-nilai dan tujuan. Berdasarkan pandangan beberapa tokoh mengenai materialisme sebagai sebuah nilai, maka akan dijabarkan mengenai nilai (values) itu sendiri. Menurut Rokeach (1973; dalam Hari, 2015), nilai terbentuk dan dimiliki manusia melalui proses yang lama (enduring) sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya, sehingga nilai tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Rokeach (1973; dalam Hari, 2015) mengungkapkan bahwa seseorang dengan pengalaman-pengalaman yang telah matang akan mempelajari dan mengintegrasikan nilai kedalam sebuah sistem hirarkis yang terorganisasi secara berangsur-angsur. Nilai tersebut memiliki sifat bertahan sebagai bagian dari self atau diri seseorang yang telah matang dan yang memiliki pribadi kompleks. Seseorang dengan nilai yang bertahan, akan menentang atau melawan segala situasi sosial yang dianggap berlawanan dengan nilai yang dimiliki (Rokeach, 1973; dalam Hari, 2015). Nilai-nilai. personal. (personal. values). dapat. bersumber. dari. perkembangan seseorang dalam kegiatan-kegiatannya sebagai warga negara dan melalui perilaku mereka sebagai konsumen (Batelho, 2010; dalam Hari,.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. 2015).Disebutkan pula bahwa nilai merupakan hasil dari suatu kebudayaan, yang memiliki arti maupun interpretasi tersendiri bagi setiap orang (Kluckhohn, 1962; dalam Hari, 2015). Assael (1984, dalam Hari, 2015) menjabarkan karakteristik nilai yaitu sebagai berikut: nilai dipelajari dari masyarakat sehingga nilai merupakan bagian dari masyarakat, ditransfer dari satu masyarakat ke masyarakat lain, sebuah sistem nilai dimanifestasikan oleh seperangkat norma yang mengatur perilaku, bersifat stabil dan dinamis serta memiliki solusi yang ditandai dengan siklus panjang, dan nilai juga dimiliki oleh individu dari kelompok sosial yang sama. Setelah melihat materialisme sebagai sebuah nilai, pengertian lainnya mengenai materialisme yaitu suatu segi pandangan dan penerimaan diri. Beberapa tokoh ini menyebutkan hal yang sama bahwa materialisme sangat berfokus dan bergantung pada kekayaan, kepemilikan zat, barang, bahan, uang, power, dan image (Kashdan & Breen, 2007, dalam Mulyono, 2011; Chaplin, 2014; Kasser, 2016). Materialisme adalah gaya hidup berdasarkan mengumpulkan dan memperoleh barang-barang melampaui apa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar (Kasser 2002). Senada dengan Kasser, Daun (1983,dalam Richins & Dawson, 1992) menjelaskan bahwa materialisme sebagai gaya hidup dimana tingkat tertinggi fungsi konsumsi material sebagai sebuah tujuan dan berfungsi sebagai pengaturan rencana, serta materialisme juga.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. dapat mengatur kehidupan seseorang untuk mencipatakan gaya hidup. Namun,. Belk. (1985;. dalam. Chan. &. Prendergast,. 2007). mengkonseptualisasikan materialisme sebagai sebuah sifat kepribadian yang mencakup posesif, iri hati, dan kurangnya kedermawanan. Menurut Mowen dan Minor (2002), materialisme merupakan cara konsumen memberikan perhatian pada masalah kepemilikan duniawi sebagai hal yang penting. Pemilikan dan pembelian barang-barang material (1) dipergunakan oleh orang untuk menegaskan keberhasilan, (2) merupakan pusat gaya hidup seseorang, dan (3) penting bagi kebahagiaan seseorang. Materialisme menurut Richins (1994) berkenaan dengan penggunaan merk secara aktif untuk membentuk dan meningkatkan identitas diri. Berdasarkan beberapa uraian mengenai materialisme tersebut, peneliti tertarik untuk melihat materialisme sebagai sebuah nilai dan keyakinan seseorang dalam mengartikan lingkungan dan menjalani kehidupannya yang dianggap berasal dari kepemilikan dan perolehan barang-barang material, sehingga penelitian ini didasarkan pada pengertian materialisme menurut Richins dan Dawson (1992).. 2. Aspek-aspek Materialisme Untuk individu yang materialis, kepemilikan dan pemerolehan harta benda berada di garis depan dari tujuan pribadi yang menentukan "cara hidup.".

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. Tiga elemen penting dari materialisme menurut Richins & Dawson (1992) yaitu: 1. Acquisition Centrality Keyakinan bahwa barang milik material dan uang adalah tujuan hidup yang sangat atau paling penting.Individu yang materialis menempatkan kepemilikan dan perolehan harta sebagai pusat kehidupan. 2. Acquisition as the Pursuit of Happines Keyakinan bahwa barang dan uang adalah jalan utama untuk mencapai kebahagiaan personal, kehidupan yang lebih baik, dan identitas diri yang lebih positif.Kepemilikan dan perolehan harta dipandang oleh individu yang materialis sebagai penting untuk kepuasan mereka dan kesejahteraan dalam hidup. 3. Possession-Defined Success Keyakinan bahwa barang milik dan uang merupakan alat ukur untuk mengevaluasi prestasi diri sendiri juga orang lain. Individu yang materialis cenderung untuk menilai diri sendiri dan orang lain yang sukses dari jumlah dan kualitas kepemilikan harta yang telah dikumpulkan.. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Materialisme Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk menjadi materialis, yaitu:.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. 1. Komunikasi yang sering dengan teman sebaya (Zaman, 2016; Chan, 2007). Remaja dan dewasa muda yang secara teratur berkomunikasi tentang konsumsi mereka memiliki lebih banyak pengetahuan tentang produk yang terbaru di pasar, iklan terbaru, dan tren terbaru di pasar. Remaja terlibat dalam komunikasi rekan untuk memastikan bahwa mereka mematuhi keinginan orang lain. 2. Penggunaan Media Sosial (Bolton, 2013; Ahluwalia & Sanan, 2015). Media sosial digunakan oleh generasi Y (Digital Natives yang lahir pada tahun 1981 dan 1999) untuk mengumpulkan informasi yang relevan terkait dengan pemasaran dan penawaran produk. Ditemukan pula bahwa materialisme telah banyak disosialisasikan melalui agen media massa termasuk media sosial, sehingga sumber dari media massa menggambarkan gaya hidup kaya dan sangat meninggikan kepemilikan materi. 3. Materialisme orangtua dan teman sebaya (Chaplin & John, 2010). Dalam. penelitian. ini. ditemukan. bahwa. semakin. tinggi. materialisme orang tua maka semakin tinggi pula materialisme pada remaja.Terdapat pula hubungan positif antara materialisme teman sebaya dengan materialisme remaja, sehingga semakin tinggi materialisme teman sebaya, maka semakin tinggi pula materialisme pada remaja. 4. Perbandingan sosial dengan teman atau figur di media (Chan &. Prendergast, 2007).

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. Sebagian besar responden tersebut melakukan perbandingan lebih sosial konsumsi. Berbagi pengetahuan konsumsi ini tentang teman-teman menunjukkan bahwa responden yang bersemangat tertarik untuk mengetahui bahwa, apakah teman-teman mereka menggunakan merek terbaru atau sama seperti yang mereka gunakan atau tidak. Selain itu, iklan juga digunakan oleh remaja untuk informasi tentang gambar yang diinginkan. 5. Peer rejection, parental rejection, self-esteem (Jiang, 2015; Fu, 2015;. Chaplin, 2010; Banerjee & Dittmar, 2008) Dampak dari penolakan teman pada pribadi remaja dan pengaruh teman yang materialistis (berorientasi pada materialisme) menjadi penting sebagai. reaksi. psikologis. dan. mungkin. lebih. berdampak. panjang.Kemudian, pengasuhan keluarga yang tidak suportif dalam membangun self-esteem yang positif, orangtua yang tidak nurturant, dan (hanya) menekankan kesuksesan finansial dapat mempengaruhi anak menjadi materialistis. 6. Peer Group Pressure. Tekanan dari teman sebaya merupakan pengaruh yang kuat di kalangan remaja (Roberts, 1998; dalam Robert dkk, 2008). Tingkat materialisme yang tinggi di kalangan remaja dikaitkan dengan tekanan teman sebaya untuk memiliki gaya, merek, dan gadget terbaru (Chaplin & John, 2010). Selain itu, tekanan yang berasal dari teman-temannya juga.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. muncul untuk merk-merk mewah seperti pakaian bermerk (Childers & Rao, 1992; dalam Mulyono, 2011). Remaja yang memiliki tekanan tersebut cenderung untuk menyesuaikan perilaku dan pandangannya seperti pendapat orang lain atau teman-temannya agar dapat diterima didalam sebuah kelompok. 7. Konformitas. Grouzet (2005) mengungkapkan tujuan dari konformitas yaitu dalam bentuk pengejaran yang ekstrinsik, memperhatikan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan orang lain dan untuk mendapat pujian sosial karena menjadi bagian dalam kelompok. Konformitas tergolong ke dalam orientasi nilai kolektif karena seseorang dengan konformitas dapat mengubah keyakinan atau perilakunya dengan meniru orang lain agar sesuai dengan nilai dalam kelompoknya (Cialdini & Goldstein, 2004; Santrock, 2003; Baron & Byrne, 2003). Konformitas itu sendiri, berada dalam nilai kolektif atau selftrancendence (mengutamakan kepentingan diluar dirinya), bersama dengan religiusitas, benevolence, keluarga, komunitas, universalism (Karabati & Cemalcilar, 2010; Kilbourne dkk, 2005; Grouzet, 2005), dan ditemukan. hasil. bahwa. materialisme. bertolak. belakang. dengan. konformitas. Kasser (2016) menyebutkan bahwa materialisme yang merupakan sebuah nilai seharusnya memiliki tempat di human value system..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. Ditemukan pula hasil bahwa materialisme berkorelasi secara negatif dengan self-trancendence dan berkorelasi positif dengan self-enhancement (Kilbourne dkk, 2005; Karabati & Cemalcilar, 2010; Kasser, 2016). Semakin tinggi materialisme, maka nilai-nilai kolektif atau selftranscendence pada diri seseorang akan semakin rendah. Kemudian, tradisi, konformitas, dan security yang termasuk dalam 3 nilai conservatism (Schwartz, 2007; Karabati & Cemalcilar, 2010) juga memiliki efek yang negatif pada materialisme, sehingga semakin tinggi ketiga nilai tersebut, maka materialisme pada diri seseorang akan semakin rendah.. C. Remaja Menurut G. S. Hall (dalam Santrock, 2003), masa remaja atau adolescence merupakan seseorang yang berusia antara 12 sampai 23 tahun.Pada masa itu para remaja mengalami masa topan badai (strum und drang), yang mencerminkan kebudayaan modern penuh gejolak akibat pertentangan dari nilai-nilai. Menurut Santrock (2003), masa remaja merupakan masa transisi dalam perkembangan antara masa anak dan masa dewasa yang dimulai dari kira-kira umur 10 sampai 13 tahun dan berakhir antara usia 18 hingga 22 tahun, yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Santrock juga menyatakan bahwa tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat dan merupakan ide yang umum dalam kehidupan remaja..

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. Robert Havighurst (1972, dalam Sarwono, 2010) menyatakan sebuah teori yang dinamakan teori tugas perkembangan (developmental task). Tugas perkembangan pada remaja, yaitu: 1. Menerima kondisi fisiknya dan memanfaatkan tubuhnya secara efektif. 2. Menerima hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya dari jenis kelamin manapun. 3. Menerima peran jenis kelamin masing-masing. 4. Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya. 5. Mempersiapkan karir ekonomi. 6. Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga. 7. Merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab. 8. Mencapai sistem nilai dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah lakunya. Petro Blos (1962, dalam Sarwono, 2010) yang menganut aliran psikoanalis, mencoba menerangkan tahap-tahap perkembangan yang pada hakikatnya adalah usaha penyesuaian diri (coping). Penyesuaian diri tersebut untuk secara aktif mengatasi stress dan mencari jalan keluar baru dari berbagai masalah, dan proses penyesuaian diri menuju masa dewasa tersebut terdiri dari tiga tahap perkembangan remaja:.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. 1. Remaja Awal (early adolescence) Pada tahap ini, remaja masih terheran dengan perubahan yang terjadi di tubuhnya serta dorongan yang menyertai perubahan itu. Remaja akan mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis 2. Remaja madya (middle adolescence) Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan teman-temannya dan senang apabila banyak teman yang menyukainya. Remaja memiliki kecenderungan narcistic, yaitu mencintai dirinya sendiri dengan menyukai teman-teman yang memiliki sifat yang sama dengan dirinya. Remaja pada tahap ini berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu harus memilih antara: peka atau tidak peduli, bersama-sama atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis atau materialis, dan lain sebagainya. 3. Remaja Akhir (late adolescence) Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju masa dewasa yang ditandai dengan pencapaian minat yang makin mantap, ego yang mencari kesempatan untuk bersama orang lain dan pengalaman baru, terbentuknya identitas seksual, keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain, serta tercapai ‘dinding’ yang memisahkan antara private self dengan public..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. D. Dinamika Hubungan Konformitas dengan Materialisme pada Remaja Keyakinan atau perilaku seseorang yang diubah agar sesuai dengan nilainilai kelompoknya maupun untuk meniru sikap dan perilaku orang lain dapat disebut sebagai konformitas (Cialdini & Goldstein, 2004; Santrock, 2003; Baron & Byrne, 2003). Konformitas teman sebaya muncul karena seseorang meniru sikap berdasarkan tekanan pada kelompok teman sebayanya. Nilai-nilai atau standar yang ada dalam sebuah kelompok dapat menjadi sebuah tekanan bagi seseorang. Tekanan untuk mengikuti perilaku dan keyakinan dari teman sebayanya dapat menjadi sangat kuat pada masa remaja (Santrock, 2003). Biasanya seseorang yang melakukan konformitas akan memiliki cara pandang, tujuan, dan perilaku yang hampir mirip antar anggota kelompoknya. Perkembangan dunia yang semakin pesat akan semakin mengubah cara berpikir para remaja kearah yang lebih modern. Banyak hal yang dapat dilakukan remaja bersama kelompok teman sebayanya, sehingga mereka senang untuk mengeksplor dirinya, menentukan pilihan berdasarkan teman-temannya, dan cenderung meniru atau mengikuti orang lain. Remaja yang mengalami konformitas tinggi akan memiliki rasa kekompakan dan kesetiaan di dalam kelompok teman-temannya, memiliki kesepakatan yang baik dengan kelompok karena tekanan yang kuat untuk menyesuaikan pendapatnya dengan keputusan kelompok, serta memiliki ketaatan dengan menyetujui setiap perintah dan peraturan dari kelompok temantemannya (Sears, 1985)..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. Akibat dari perilaku konformitas yang tinggi, para remaja akan memiliki dampak negatif yang lebih besar daripada dampak positifnya. Dampak negatif yang akan dialami remaja yaitu remaja cenderung berperilaku menyimpang, kurang memiliki informasi mengenai cara berperilaku yang baik, menghambat kreativitas berpikir kritis para remaja, dan menyangkal kepercayaan pribadinya karena harus sepakat dengan pemahaman yang tidak masuk akal dari kelompok teman-temannya (Wade & Tavris, 2007; Soekanto, 2000). Dengan demikian, remaja yang mengalami konformitas tinggi akan lebih percaya terhadap penilaian yang sama dengan teman-temannya, mengenai kepemilikan harta benda, seperti barang dengan merk terkenal, mode atau pakaian terbaru, otomotif, dan gadget yang pada jaman sekarang menjadi ukuran remaja untuk merasa nyaman dalam bergaul di dalam sebuah kelompok. Kekuatan dari tekanan teman-temannya dapat dilihat pada kehidupan remaja seperti pilihan mereka atas baju yang ingin dipakai, musik yang ingin didengarkan, bahasa, aktivitas liburan, nilai-nilai dan lain sebagainya (Santrock, 2003). Melihat dari terbentuknya nilai, entah berasal dari status kaya maupun miskin, remaja dengan intensitas yang tergolong sering dalam bergaul dan berinteraksi dalam lingkungan kelompok teman-temanya, akan memiliki rasa kekompakan, kesepakatan, dan ketaatan terhadap kelompok serta menerima pandangan bahwa barang-barang tersebut adalah penting. Sebuah nilai dan keyakinan seseorang yang berasal dari kepemilikan dan perolehan barang-barang material disebut juga sebagai materialisme. Nilai material tersebut akan menjadi.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. tujuan hidup, sumber kebahagiaan, dan kesuksesan seseorang (Richins & Dawson, 1992) di dalam sebuah kelompok. Materialisme adalah sebuah nilai yang berasal dari kepemilikan dan perolehan barang-barang material dan keadaan-keadaan yang diinginkan dalam mencapai tujuan hidup, sehingga mempengaruhi seseorang dalam mengartikan lingkungan dan menyusun kehidupannya (Richins & Dawson, 1992; Richins, 2004). Berbeda halnya apabila para remaja mengalami konformitas yang rendah di dalam kelompok teman-temannya. Para remaja akan menjadi anggota yang menyimpang dan tidak kompak, pendapat yang selalu berbeda dengan kelompok mayoritas, serta melakukan apapun yang mereka inginkan meskipun tidak sesuai dengan perilaku kelompok (Sears, 1985). Para remaja tersebut tidak memiliki rasa kekompakkan, kesepakatan, maupun ketaatan yang tinggi, sehingga hal tersebut membuat para remaja lebih memiliki kreativitas berpikir kritis, memiliki banyak informasi mengenai bagaimana berperilaku yang baik (tidak hanya dari kelompok), mengikuti kepercayaan pribadi dengan pemahaman dan nilai-nilai pribadi yang dianggap baik (Wade & Tavris, 2007; Soekanto, 2000). Para remaja dengan konformitas yang rendah lebih memiliki nilai-nilai yang baik, karena mereka tidak selalu berpusat pada kelompoknya. Para remaja dengan konformitas tersebut memiliki banyak sumber informasi yang dapat menjadi bahan pelajaran karena sumber informasi tidak hanya dari kelompok teman-temannya, sehingga nilai-nilai mengenai harta dan benda tidak menjadi.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. pusat tujuan mereka di dalam kelompok teman-temannya. Nilai-nilai mengenai pentingnya materi atau yang disebut dengan materialisme pun menjadi rendah.. E. Skema Penelitian Tinggi: - Memiliki kekompakan dan kesetiaan di dalam kelompok - Tekanan kuat untuk menyesuaikan pendapat dengan keputusan kelompok. - Menyetujui setiap perintah dan peraturan dari kelompok.. Dampak: - Menghambat kreativitas berpikir - Berperilaku menyimpang - Kurang memiliki informasi tentang berperilaku yang baik - Menyangkal kepercayaan pribadi, dan sepakat dengan pemahaman dan nilai-nilai yang tidak masuk akal.. Rendah: - Menjadi anggota yang menyimpang dan tidak kompak. - Pendapat yang selalu berbeda dengan kelompok mayorits. - Melakukan apapun yang diinginkan atau tidak sesuai dengan perilaku kelompok.. Dampak: - Memiliki kreativitas berpikir - Memiliki banyak informasi tentang berperilaku yang baik, tidak hanya dari kelompok - Mengikuti kepercayaan pribadi dengan pemahaman dan nilai-nilai pribadi yang dianggap baik.. Materialisme Tinggi. Konformitas. Materialisme Rendah. Gambar 1. Skema Hubungan antara Konformitas Teman Sebaya dan Materialisme pada Remaja.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. F. Hipotesis Adapun hipotesis dalam penelitian ini, yaitu: H1: Adanya hubungan positif antara konformitas teman sebaya dan materialisme pada remaja. Semakin tinggi konformitas terhadap teman sebaya, maka akan semakin tinggi pula materialisme pada kalangan remaja..

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang memerlukan adanya pengujian hipotesis untuk menentukan tahapan selanjutnya, seperti penentuan teknik analisis dan uji statistik yang akan digunakan (Siregar, 2013). Penelitian ini adalah jenis penelitian korelasional yang bertujuan menyelidiki sejauh mana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variabel yang lain (Azwar, 2012). Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara konformitas teman sebaya dengan nilai materialisme pada remaja.. B. Identifikasi Variabel Penelitian Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yang terdiri dari variabel tergantung dan variabel bebas, yaitu: 1. Variabel Tergantung (Y) : Materialisme 2. Variabel Bebas (X). : Konformitas Teman Sebaya. 32.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. C. Definisi Operasional 1. Materialisme Materialisme merupakan sebuah nilai yang berasal dari kepemilikan dan perolehan barang material dan keadaan-keadaan yang diinginkan dalam mencapai tujuan hidup, sehingga mempengaruhi remaja dalam mengartikan lingkungan dan menyusun kehidupannya. Materialisme akan diukur menggunakan skala dari Richins dan Dawson (1992) yaitu skala MVS (Material Values Scale). Skala tersebut disusun berdasarkan 3 aspek dari materialisme yaitu acquisition centrality, acquisition as the pursuit of happines, dan possession-defined success. Skor total pada skala tersebut akan menunjukkan tinggi atau rendahnya nilai materialisme pada subjek, sehingga semakin tinggi skor total akan menunjukkan semakin tinggi nilai materialisme yang dialami remaja. 2. Konformitas Konformitas merupakan keyakinan atau perilaku remaja yang diubah agar sesuai dengan perilaku maupun keyakinan orang lain meskipun bertentangan dengan penilaiannya secara pribadi. Didalam penelitian ini, konformitas akan diukur menggunakan skala yang dibuat oleh peneliti yaitu untuk mengukur tinggi rendahnya konformitas yang dialami subjek. Skala konformitas dibuat berdasarkan 3 aspek yaitu kekompakan, kesepakatan, dan ketaatan. Skor total pada skala ini menunjukkan tinggi atau rendahnya.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. konformitas pada subjek, semakin tinggi skor total pada skala ini, akan menunjukkan semakin tinggi konformitas yang dialami remaja.. D. Subjek Penelitian Subjek pada penelitian ini adalah para remaja yang berusia 12-23 tahun. Menurut G. S. Hall (dalam Santrock, 2003), remaja adalah seseorang yang berada pada rentang umur antara 12 sampai 23 tahun. Pemilihan subjek pada penelitian ini menggunakan metode convenience sampling, yaitu penentuan sampel yang didasarkan pada anggota populasi, yang mudah diakses dan bersedia mengikuti penelitian ini (Siregar, 2013).. E. Metode dan Pengumpulan Data 1. Materialisme Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data nilai materialisme dalam penelitian ini adalah skala adaptasi dari Richins dan Dawson (1992), yaitu skala Material Values Scale (MVS). Skala MVS merupakan model skala Likert untuk melihat kecenderungan materialisme yang dimiliki seseorang. Peneliti telah memperoleh ijin dari pihak atau peneliti sebelumnya yang berkaitan langsung dengan skala MVS. Peneliti mengadaptasi skala MVS dengan menterjemahkan skala tersebut oleh ahli bahasa dari Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia dengan menyesuaikan konteks dalam penelitian ini..

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 35. Metode yang digunakan dalam proses penerjemahan skala dalam penelitian ini adalah metode back-translation. Metode tersebut melibatkan dua ahli bahasa dengan satu ahli yang menerjemahkan tulisan sumber asli ke target bahasa. Kemudian, ahli yang kedua menerjemahkan kembali tulisan tersebut dari target bahasa ke sumbernya, sehingga peneliti memiliki dua versi bahasa asli yang jika serupa, keduanya memiliki makna yang setara (Brislin, 1970). Tabel 1. Sebaran Item Skala Materialisme Variabel Aspek Acquisition Centrality Acquisition as Materialisme the Pursuit of Happines PossessionDefined Success Total. Favorable. Unfavorable. Total. 10, 11, 12. 7, 8, 9, 13. 7. 15, 17, 18. 14, 16. 5. 1, 2, 4, 5. 3, 6. 6. 11. 8. 18. Skala ini terdiri dari 18 pernyataan mengenai masing-masing aspek dalam variabel ini. Jawaban subjek atas setiap pernyataan merupakan respon atas pengalaman subjek. Item didalam instrument terdiri dari 2 jenis yaitu favorable yang bersifat mendukung, memihak, atau menunjukkan ciri variabel yang diukur, dan unfavorable merupakan item yang bersifat tidak mendukung atau tidak memihak ciri variabel yang diukur. Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pernyataan dengan alternatif jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS)..

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 36. Tabel 2. Skor Respon pada Variabel Materialisme Sangat Sesuai (SS) Sesuai (S) Netral (N) Tidak Sesuai (TS) Sangat Tidak Sesuai (STS). Favorable 5 4 3 2 1. Unfavorable 1 2 3 4 5. Tingginya skor favorable pada skala ini menunjukkan tingginya nilai materialisme pada subjek, sedangkan tingginya skor unfavorable pada skala ini menunjukkan rendahnya nilai materialisme.. 2. Konformitas Teman Sebaya Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai variabel konformitas dalam penelitian ini adalah menggunakan skala psikologi dengan model skala Likert untuk melihat kecenderungan seseorang melakukan konformitas terhadap teman sebayanya. Instrumen untuk mengukur variabel konformitas dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek konformitas itu sendiri..

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 37. Tabel 3. Sebaran Item Skala Konformitas Tinggi/ Rendah Sebelum Uji Coba Aspek dan Karakteristik Kekompakan Kesepakatan. Ketaatan Total. Favorable. Unfavorable. Total. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29 29. 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58 29. 18 21. 18 58. Jawaban subjek untuk setiap pernyataan merupakan respon atas pengalaman subjek. Item didalam instrument ini terdiri dari 2 jenis yaitu favorable yang bersifat mendukung, memihak, atau menunjukkan ciri variabel yang diukur, dan unfavorable merupakan item yang bersifat tidak mendukung atau tidak memihak ciri variabel yang diukur. Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pernyataan dengan alternatif jawaban Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Tabel 4. Skor Respon pada Variabel Konformitas Teman Sebaya Favorable Unfavorable Sangat Sesuai (SS) 4 1 Sesuai (S) 3 2 Tidak Sesuai (TS) 2 3 Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4.

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 38. Tingginya skor favorable pada skala ini menunjukkan tingginya konformitas pada subjek, sedangkan tingginya skor unfavorable pada skala ini menunjukkan rendahnya konformitas pada subjek.. F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas Validitas menunjukkan sejauh mana alat tes sungguh mampu mengukur atribut psikologis yang hendak diukur (Supratiknya, 2014). Alat ukur dengan validitas yang tinggi maka akan menghasilkan eror pengukuran yang kecil, yang berarti bahwa skor setiap subjek yang diperoleh oleh alat ukur tersebut tidak jauh berbeda dari skor yang sesungguhnya (Azwar, 2007). Apabila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pasa subjek, maka dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut valid (Sugiyono, 2014). Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi yang pengujian isi tes dianalisis secara rasional atau melalui professional judgment (Azwar, 2007). Skala MVS yang diadaptasi dari Richins dan Dawson (1992) tidak menjelaskan secara rinci mengenai validitas yang digunakan, sehingga peneliti mencoba untuk menterjemahkan skala tersebut yang dibantu oleh ahli bahasa, selanjutnya dikonsultasikan kepada Dosen Pembimbing Skripsi. Peneliti juga berkonsultasi kepada Dosen Pembimbing Skrispsi sebagai ahli mengenai skala konformitas yang dibuat sendiri oleh peneliti, kemudian skala.

(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 39. pada kedua variabel tersebut diujicobakan dan dianalisis dengan analisis item (Sugiyono, 2014).. 2. Seleksi Item Seleksi item dilakukan dengan uji coba (try out) skala penelitian dengan bantuan Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 21. Setelah melakukan uji coba skala, peneliti melakukan diskriminasi item dengan menghitung korelasi antara distribusi skor per item dengan distribusi skor skala untuk memilih item yang baik. Dalam diskriminasi item, peneliti melihat besarnya koefisien korelasi item total yang berada pada kisaran -1.00 sampai dengan +1.00 (Supratiknya, 2014). Semakin baik daya diskriminasi item maka koefisien korelasinya semakin mendekati angka 1,00. Item akan di diskriminasi apabila skor tersebut semakin mendekati angka 0 atau memiliki tanda negatif (Azwar, 2009). Kriteria pemilihan item berdasar pada korelasi item total dengan batasan riX ≥ 0,40. Semua item yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,20 daya pembedanya dianggap memuaskan, sehingga item dengan riX atau ri(X-i) kurang dari 0,20 dapat diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah dan harus digugurkan atau direvisi secara total (Supratiknya, 2014). Peneliti menggunakan uji coba terpakai atau tryout terpakai dalam penelitian ini. Tryout terpakai merupakan suatu teknik untuk menguji validitas.

(60) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 40. dan reliabilitas dengan cara pengambilan data yang hanya dilakukan sekali dan hasil uji cobanya langsung digunakan untuk menguji hipotesis (Hadi, 2014). Jumlah subjek untuk tryout terpakai dalam penelitian ini adalah 61 subjek remaja. Tryout dilaksanakan pada tanggal 2 Juli 2017 sampai dengan 3 Juli 2017 melalui skala yang disebar secara online. Berikut merupakan hasil seleksi item pada kedua variabel. a. Skala Konformitas Pada skala konformitas ini terdapat 19 item yang gugur dengan koefisien korelasi ≤ 0,20, yang didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 5. Sebaran Item Skala Konformitas Aspek dan Karakteristik Kekompakan. Kesepakatan. Ketaatan. Total. Favorable. Unfavorable. Total. 1*, 2*, 3, 4*, 5*, 6, 7, 8, 9. 30*, 31, 32*, 33*, 34*, 35, 36*, 37, 38* (39), (40), 41*, 42*, 43*, 44*, 45*, 46*, (47), (48), 49* 50, 51, 52, (53), 54*, 55*, 56*, (57), 58* 6. 8. (10), 11, 12, 13, 14, 15, 16, (17), 18, (19), 20 21, 22, (23), (24), 25*, 26, 27*, 28, 29 18. 8. 8. 24. Keterangan : * : item yang gugur, ( ) : item yang digugurkan dengan sengaja.

Gambar

Gambar 1. Skema Hubungan antara Konformitas Teman Sebaya dan Materialisme pada Remaja …..………………………………………………………  30

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis terdapat hasil bahwa nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,090 dengan Signifikansi (p) = 0,221; (p&gt;0,05), sehingga hipotesis ditolak, artinya

Berdasarkan hasil analisis terdapat hasil bahwa nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,090 dengan Signifikansi (p) = 0,221; (p&gt;0,05), sehingga hipotesis ditolak, artinya

Berdasarkan hasil analisis terdapat hasil bahwa nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,090 dengan Signifikansi (p) = 0,221; (p&gt;0,05), sehingga hipotesis ditolak, artinya

27 Saya berusaha untuk menyelesaikan tugas bersama teman karena saya takut kalau hasilnya berbeda dengan mereka. SS S TS

Pendapat lain juga mengatakan bahwa empati adalah suatu kecendrungan yang dirasakan seseorang untuk merasakan sesuatu yang dilakukan orang lain andaikan ia berada

Dari uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konformitas merupakan perubahan perilaku remajasebagai usaha untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok dengan

Pendapat lain juga mengatakan bahwa empati adalah suatu kecendrungan yang dirasakan seseorang untuk merasakan sesuatu yang dilakukan orang lain andaikan ia berada

HUBUNGAN ANTARA PERBANDINGAN SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA DAN MATERIALISME PADA REMAJA Studi Pada Remaja Ida Ayu Putu Gayatri Praba Putra ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk