• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD, menurut undang-undang Permendiknas No.22 Tahun 2007 tentang Standar Isi, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Melihat dari undang-undang tersebut bahwa dalam proses pembelajaran IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses, sehingga siswa dapat membangun sendiri dalam pikiran mereka ide-ide, fakta, konsep dan perilaku ilmiah dari pengalaman yang didapatkannya. Jadi pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup dan pemberian pengalaman belajar secara langsung. Belajar akan lebih bermakna jika murid mengalami sendiri apa yang dipelajarinya.

Pendidikan saat ini diutamakan dengan berbagai cara agar siswa lebih maju, dan guru dituntut untuk mempunyai berbagai cara agar siswa aktif dan kreatif. Cara lain menjadikan siswa belajar aktif dapat menggunakan berbagai strategi dan salah satunya adalah menggunakan model pembelajaran. Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah pemanfaatan berbagai macam strategi dan metode pembelajaran secara dinamis dan fleksibel sesuai dengan materi, siswa dan konteks pembelajaran (Depdiknas, 2003:1).

Salah satu faktor keberhasilan dalam pembelajaran adalah optimalnya penggunaan berbagai macam stategi didalam proses belajar mengajar.

(2)

Ketertarikan siswa terhadap proses pembelajaran IPA terjadi ketika guru mampu mengeksplorasi kreatifitasnya dalam mengajar. Proses belajar mengajar berpengaruh dalam penanaman konsep pelajaran terhadap siswa. Banyak cara yang bisa dilakukan guru dalam menarik minat siswa sekaligus menjadi strategi dalam menyampaikan materi pelajaran IPA kepada anak didiknya. Strategi-strategi tersebut bisa berupa metode, model pembelajaran dan juga pemakaian media pembelajaran.

Berdasarkan observasi di kelas 5 SDN Kedawung 03, menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan guru masih menggunakan model klasikal yang berpusat pada guru sehingga siswa terlihat kurang aktif dalam proses pembelajaran. Guru masih menggunakan model pembelajaran ceramah bervariasi. Hal ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih cenderung teacher centered sehingga siswa menjadi pasif. Dalam arti substansial, model pembelajaran yang digunakan masih klasikal yang masih memberikan dominasi guru dan kurang memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berfikirnya.

Hal tersebut bisa menjadi pedoman agar saat proses belajar, guru bisa menggunakan strategi-strategi pembelajaran yang efektif sehingga pola pikir peserta didik bisa maju dan lebih berkembang. Dari hal tersebut peserta didik dapat menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mendapatkan pengalaman belajar secara langsung.

Sesuai Permendiknas No. 22 Tahun 2007, siswa SD harus mampu menguasai serangkaian Standar Kompetensi (SK) berserta Kompetensi Dasarnya (KD) yang tercantum dalam Standar Isi. Penguasaan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menunjukkan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan observasi di kelas 5 SDN SDN Kedawung 03 menunjukkan bahwa siswa belum mampu menguasai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran IPA yang ditentukan secara maksimal. Dari seluruh Standar Kompetensi yang harus dikuasi, siswa belum mampu mengusai Standar Kompetensi yang digunakan untuk Tes Tengah Semester (TTS).

(3)

Sehubungan dengan hal tersebut, hasil observasi di kelas 5 SDN Kedawung 03 dengan jumlah siswa 33 anak, yang terdiri dari 24 anak laki-laki dan 9 anak perempuan, menunjukkan bahwa siswa belum mampu mencapai angka minimal 80 % dari keseluruhan siswa yang tuntas KKM atau hanya sejumlah 16 siswa yang tuntas KKM. Untuk ketuntasan hasil belajar skor minimal siswa 70.

Seperti yang tergambar pada tabel di bawah ini.

No Pencapaian Jumlah

1 Siswa yang tuntas, ≥70 16

2 Siswa yang belum tuntas, <70 17 3 Persentase ketuntasan siswa 48,48%

Tabel 1 Ketuntasan Hasil Tes Tengah Semester (TTS) IPA Siswa Kelas 5 SDN Kedawung 03 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014

Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan di atas, maka harus segera dilakukan tindakan agar permasalahan pembelajaran dapat terselesaikan. Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan model pembelajaran Cooverative dalam hal ini lebih dikhususkan menggunakan model pembelajaran pembelajaran Cooverative tipe STAD. Model pembelajaran Cooverative tipe STAD ini merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang didalamnya beberapa kelompok kecil siswa dengan level kemampuan akademik yang berbeda-beda saling bekerja sama untuk menyelesaikan tujuan pembelajaran. Tidak hanya secara akademik, siswa juga dikelompokkan secara beragam berdasarkan gender, ras, dan etnis. Strategi ini pertama kali dikembangkan oleh Robert Slavin (1995) dan rekan-rekannya di Johns Hopkins University. Dalam STAD, siswa diminta untuk membentuk kelompok-kelompok heterogen yang masing-masing terdiri dari 4-5 anggota. Setelah pengelompokan dilakukan, ada sintak empat tahap yang harus dilakukan, yakni pengajaran, tim studi, tes, dan rekognisi.

(4)

Salvin, dkk ( dalam Ibrahim 2002:21), STAD merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dikatan demikian, karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitanya dengan pembelajaran konvensional. STAD terdiri dari lima individu, dan penghargaan tim. Tipe STAD dalam kelompok menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah tiap kelompok 4-5 orang.

Hamzah, dkk ( 2013:107) Seperti halnya pembelajaran lain, model pembelajaran kooperatif tipe STAD membutuhakan persiapan yang mantap sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan, yakni:

1. Perangkat pembelajaran.

2. Membentuk kelompok kooperatif. 3. Menemukan skor awal.

4. Pengaturan tempat duduk. 5. Kerja kelompok.

Berdasarkan refleksi awal terhadap masalah yang dialami, dapat disimpulkan bahwa masalah yang terjadi dikelas disebabkan penggunaan model pembelajaran yang kurang menarik bagi siswa sehingga menyebabkan siswa pasif dalam belajar. Sehingga ketika siswa pasif disaat itu juga guru tidak mengetahui apakah siswa sudah jelas atau belum jelas memahami materi yang disampaikan oleh guru. Terbukti ketika ulangan tengan semester mayoritas siswa mendapatkan hasil yang kurang memuaskan. Semua hal tersebut akan berdampak pada rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa, sebagaimana yang dipaparkan diatas.

Melihat hasil observasi dan diagnosis masalah, maka guru menggunakan model pembelajaran Cooverative tipe STAD dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang diatas maka digunakanlah penelitian yang berjudul “Upaya Peningkatan hasil belajar IPA dengan model pembelajaran

Cooverative tipe STAD pada siswa kelas 5 SDN Kedawung 03 Kabupaten

(5)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan informasi dan observasi yang dilakukan oleh peneliti di kelas 5 SD Negeri Kedawung 03 , permasalahan yang terjadi di kelas, diantaranya:

1. Model pembelajaran yang diterapkan guru masih konvensional, monoton, dan berpusat pada guru (teacher centered), sehingga hasil belajar siswa masih rendah. Selain itu strategi pembelajaran yang diterapkan guru masih klasikal jadi siswa terlihat kurang antusias untuk belajar IPA.

2. Hasil belajar siswa pada pelajaran IPA secara umum masih rendah. Hal ini terlihat dari hasil nilai tes tengah semester (TTS) semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 yaitu hanya sebanyak 16 siswa atau 48,48% siswa yang tuntas KKM dari jumlah keseluruhan 33 anak kelas 5 SDN Kedawung 03. KKM di SDN Kedawung 03 adalah 70 sehingga siswa yang mendapatkan nilai dibawah KKM harus dilakukan remidiasi.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah Apakah model pembelajaran model pembelajaran Coverative tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5 SDN Kedawung 03 Kabupaten Kebumen Semester 2 tahun pelajaran 2013/2014”.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penelitian adalah Untuk meningkatkan hasil belajar IPA Melalui model pembelajaran

Cooverative tipe STAD pada siswa kelas 5 SDN Kedawung 03 Kabupaten

Kebumen Semester 2 tahun pelajaran 2013/2014”. 1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat memberikan manfaat kepada banyak pihak. Adapun manfaat yang ingin dicapai yaitu:

(6)

1. Manfaat Teoritis

Kegunaan hasil penelitian ini diharapkan memberikan informasi dan pengetahuan dalam dunia pendidikan khususnya penggunaan model pembelajaran Cooverative tipe STAD dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.

2. Manfaat Praktis 1) Bagi siswa:

a. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

2) Manfaat bagi guru/pendidik:

a. Penelitian tindakan kelas ini dapat digunakan referensi untuk penelitian-penelitian yang akan dilakukan oleh para guru di SDN Kedawung 03 khususnya model pembelajaran Cooverative tipe STAD

b. Untuk menambah pengetahuan guru dalam memaksimalkan pembelajaran sebagai salah satu strategi dan inovasi dalam dunia pendidikan

3) Manfaat bagi sekolah:

a. Meningkatkan kualitas sekolah dalam hal pelaksanaan pembelajaran, sehingga akan menimbulkan image yang baik untuk masyarakat kepada SDN Kedawung 03.

b. Memberikan nilai lebih bagi sekolah di mata masyarakat berkat adanya peningkatan kinerja guru sehingga menambah kepercayaan dan dukungan masyarakat terhadap sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan oleh Pokja ULP Pengadaan Bed Pasien Set Rumah Sakit Bhayangkara Palembang Polda Sumsel TA. 2014 pada website :hhtp/Lpse

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pada materi keliling dan luas segitiga dan segiempat: (1) prestasi belajar matematika siswa yang lebih baik antara

I Putu Sutawinaya, PENGEMBANGAN MODEL FUZZY MAMDANI UNTUK PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3 FASA BERBASIS METODE KONTROL FIELD ORIENTED, 2013. Irawan Dwi Rizky, “Analisa

Faktor pendukung Kinerja Organisasi Dalam Pelayanan Publik Kecamatan Samarinda Ulu adalah sebagai organisasi pelayanan publik dilihat dari struktur organisasinya yang meliputi

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan hasil pengujian pengaruh yang telah diuraikan terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara shalat

Jika setelah berakhirnya perjanjian kerja ke-2 ternyata PIHAK KEDUA tidak diajukan untuk pengangkatan sebagai karyawan tetap oleh PIHAK PERTAMA, maka perjanjian kerja kontrak

Beberapa aspek sosial budaya yang melatarbelakangi pertimbangan masyarakat dalam upaya pencarian pengobatan dan dianggap berkaitan dengan rendahnya cakupan penemuan

Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Kepulauan Talaud mengalami penurunan sebanyak 531