• Tidak ada hasil yang ditemukan

CONTOH KASUS MEDIKOLEGAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CONTOH KASUS MEDIKOLEGAL"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

No. ID dan Nama Peserta: dr. Elok Nurfaiqoh

No. ID dan Nama Wahana: RS PKU Muhammadiyah Gombong Topik: Medikolegal “Visum et Repertum”

Tanggal (Kasus):

Nama Pasien: Ny.S No. RM: 274360

Tanggal Presentasi: Oktober 2014 Pendamping: dr. Nur Hidayani Tempat Presentasi: RS PKU Muhammadiyah Gombong

Obyek Presentasi:

□ Keilmuan √ □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka □ Diagnostik √ □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa √ □ Lansia □ Bumil □ Deskripsi:Perempuan umur 35 tahun, menikah, meminta visum atas pemukulan yang dilakukan oleh

suaminya.

□ Tujuan : pengobatan medikamentosa dan aspek hukum visum.

Bahan bahasan: □ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus √ □ Audit Cara

Membahas:

□ Diskusi □ Presentasi dan diskusi √ □ E-mail □ Pos

Data pasien: Nama: Ny.S No. registrasi: 274360

Nama Klinik: RS PKU Muhammadiyah Gombong

Telp: Terdaftar Sejak:

Data utama untuk bahan diskusi: 1. Diagnosis/Gambaran Klinis:

Pasien datang ke IGD dengan menggunakan pakaian berwarna merah lengan panjang, celana panjang berwarna hitam dan kerudung berwarna merah. Pasien mengeluh terdapat luka memar di pipi kanan, berbatas tidak tegas, berukurang 5 cm x 8 cm dan luka memar di dahi, berukuran 4 cm x 5 cm. Luka tersebut disebabkan karena dipukul oleh suaminya 1 hari yang lalu. Pasien meminta pengobatan dan visum tetapi tanpa adanya surat permintaan visum dan tanpa didampingi pihak yang berwenang.

2. Riwayat Pengobatan:Tidak ada

3. Riwayat kesehatan/Penyakit:Tidak ada 4. Riwayat keluarga: Tidak ada

(2)

5. Riwayat pekerjaan: Tidak ada 6. Lain-lain: Tidak ada

Daftar Pustaka:

1. Sjamsuhidayat,R dan de jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit buku kedokteran EGC.2004

2. Guntur, P.J.L. Penerapan Visum et Repertum sebagai Alat Bukti dalam Peradilan Pidana. HUT FK-UGM ke-54 RSUP Dr. Sardjito ke 18, Yogyakarta. 2000

3. Soegandhi,R. Arti dan Makna Bagian-Bagian Visum et Repetum, edisi 2. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK-UGM, Yogyakarta.2001.

4. Soegandhi,R. Pedoman Pemeriksaan Jenazah Forensik dan Kesimpulan Visum et Repetum di RSUP Dr. Sardjito, edisi 2. Bagian Ilmu Kedokteran Forensik FK-UGM, Yogyakarta.2001. Hasil Pembelajaran:

1. Mengenal macam-macam luka

2. Edukasi untuk penatalaksanaan kasus medikolegal terutama prosedur pembuatan visum et repertum

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio: 1. Subyektif:

Pasien datang ke IGD dengan menggunakan pakaian berwarna merah lengan panjang, celana panjang berwarna hitam dan kerudung berwarna merah. Pasien mengeluh terdapat luka memar di pipi kanan, berbatas tidak tegas, berukurang 5 cm x 8 cm dan luka memar di dahi, berukuran 4 cm x 5 cm. Luka tersebut disebabkan karena dipukul oleh suaminya 1 hari yang lalu. Pasien meminta pengobatan dan visum tetapi tanpa adanya surat permintaan visum dan tanpa didampingi pihak yang berwenang

2. Objektif:

- TD : 120/80mmHg N: 87 x/mnt P: 23 x/mnt S: 37,8 C

- Tampak 1 buah luka memar pada pipi kanan, dan 1 buah luka memar pada dahi. 3. Assessment (penalaran klinis):

Luka memar yang terdapat pada pipi kanan pasien dikarenakan pasien ditampar dengan menggunakan sendok nasi yang berbahan kayu oleh suaminya. Luka memar pada dahi disebabkan karena suami pasien sempat mendorong pasien dan kepala pasien terbentuk tembok.

(3)

Vulnus adalah kerusakan,roek,atau pemisahan jaringan pada kulit yang disebabkan karena trauma mekanis, termis, atau kimiawi dengan atau tanpa disertai perdarahan. Kasus vulnusbiasanya disebakan oleh trauma benda tajam atau benda tumpul. Ada beberpa macam tipe vulnus, antar lain: 1. Ulnus Laceratum/ luka robek

Jenis luka ini disebabkan karena benturan dengan benda tumpul dengan ciri luka tidak rata dan perdarahan sedikit. Luka akan meningkatkan resiko infeksi.

2. Vulnus Excoriasi

Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada permukaan kulit, merupakan luka terbuka tetapi hanya berbatas pada daerah kulit.

3. Vulnus Contussum

Penyebabnya benturan benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup akibat kerusakan dari tissue dan rupture pada pembuluh darah sehingga menyebabkan nyeri dan berdarah/hematoma. Bila kecil maka akan diserap oleh jaringan sekitarnya.

4. Vulnus Scissum

Penyebab dari luka ini adalah sayatan benda tajam atau jarum, merupakan luka terbuka akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasive, tepi luka tajam dan licin.

5. Vulnus punctum

Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit. Merupakan luka terbuka, dari luar tampak kecil tetapi di dalam mungkin rusak berat. Jika mengenai abdomen atau thorax disebut luka penetrosum.

6. Vulnus Schloperum

Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak kehitam-hitaman, bias teratur kadang ditemukan corpus alienum.

7. Vulnus perforatum

Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah, tombak, atau proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa organ jaringan.

8. Vulnus amputatum

Luka potong dengan penyebab benda tajam yang berukuran besar atau gergaji. Luka membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi tinggi.

9. Vulnus combutio

Penyebab karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia. Jaringan kulit rusak dengan berbagai derajat mulai dari lepuh dan menimbulkan rasa nyeri atau anesthesia.

Visum Et Repertum adalah laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter berdasarkan sumpah/janji yang diucapkan pada waktu menerima jabatan dokter, memuat berita tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan pada barang bukti berupa tubuh manusia/benda yang berasal dari tubuh manusia yang diperiksa sesuai pengetahuan dengan sebaik-baiknya atas permintaan penyidik untuk kepentingan peradilan.

(4)

Visum et repertum merupakan pengganti barang bukti, oleh karena barang bukti tersebut berhubungan dengan tubuh manusia (luka, mayat atau bagian tubuh). KUHAP tidak mencantum kata visum et repertum. Namun visum et repertum adalah alat bukti yang sah. Bantuan dokter pada penyidik :Pemeriksaan Tempat Kejadian Perkara (TKP), pemeriksaan korban hidup, pemeriksaan korban mati. Penggalian mayat, menentukan umur seorang korban / terdakwa, pemeriksaan jiwa seorang terdakwa, pemeriksaan barang bukti lain (trace evidence).

Yang berhak meminta visum et repertum adalah : Penyidik, Hakim pidana, Hakim perdata, Hakim agama.

Yang berhak membuat visum et repertum (KUHAP Pasal 133 ayat 1) : 1. Ahli kedokteran kehakiman

2. Dokter atau ahli lainnya.

Tata cara permintaan visum et repertum sesuai peraturan perundang undang adalah diminta oleh penyidik, permintaan tertulis, dijelaskan pemeriksaan untuk apa, diantar langsung oleh penyidik, mayat dibuat label, tidak dibenarkan visumet repertum diminta tanggal yang lalu. Seperti yang telah di cantumkan dalam pasal 133 KUHP ayat 1, Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. Ayat 2: Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat. Ayat 3: Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilakukan dengan diberi cap jabatan yang diletakkan pada ibu jari atau bagian lain badan mayat.

Bentuk dan Isi Visum Et Repertum yaitu:

1. Pro justisia, pada bagian atas, untuk memenuhi persyaratan yuridis, pengganti materai. 2. Visum et repertum, menyatakan jenis dari barang bukti atau pengganti barang bukti

3. Pendahuluan, memuat identitas dokter pemeriksa pembuat visum et repertum, identitas peminta visum et repertum, saat dan tempat dilakukanya pemeriksaan dan identitas barang bukti (manusia), sesuai dengan identitas yang tertera di dalam surat permintaan visum et repertum dari pihak penyidik dan lebel atau segel

4. Pemberitaan atau hasil pemeriksaan, memuat segala sesuatu yang di lihat dan ditemukan pada barang bukti yang di periksa oleh dokter, dengan atau tanpa pemeriksaan lanjutan (pemeriksaan laboratorium), yakni bila dianggap perlu, sesuai dengan kasus dan ada tidaknya indikasi untuk itu.

5. Kesimpulan, memuat inti sari dari bagian pemberitaan atau hasil pemeriksaan, yang disertai dengan pendapat dokter yang bersangkutan sesuai dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.

(5)

dokter dan menurut pengetahuan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya

Peranan dan fungsi visum et repertumadalah salah satu alat buktiyang sah sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHP. Visum et repertumturut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia, dimana visum et repertummenguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan. Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hokum sehingga dengan membaca visum et repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang, dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia.

Apabila visum et repertum belum dapat menjernihkan duduk persoalan di siding pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam KUHAP, yang memungkinkan dilakukannya pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan. Hal ini sesuai dengan pasal 180 KUHP: Bagi penyidik (Polisi/Polisi Militer) visum et repertum berguna untuk mengungkapkan perkara. Bagi Penuntut Umum (Jaksa) keterangan itu berguna untuk menentukan pasal yang akan didakwakan, sedangkan bagi hakim sebagai alat bukti formal untuk menjatuhkan pidana atau membebaskan seseorang dari tuntutan hukum. Untuk itu perlu dibuat suatu Standar Prosedur Operasional Prosedur (SPO) pada suatu Rumah Sakit tentang tatalaksana pengadaan visum et repertum

Manfaat dari visum et repertum ini adalah untuk menjernihkan suatu perkara pidana, bagi proses penyidikan dapat bermanfaat untuk pengungkapan kasus kejahatan yang terhambat dan belum mungkin diselesaikan secara tuntas. Visum et repertum juga berguna untuk membantu pihak tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi ahli dan atau seseorang yang memiliki keahlian khusus untuk memberikan keterangn yang meringankan atau menguatkan bagi dirinya yaitu saksi ahli.

Visum et repertum ini juga dapat bermanfaat sebagai petunjuk, dimana petunjuk itu adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaianya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

Jenis-jenis Visum Et Repertum pada orang hidup terdiri dari: 1. Visum seketika

Visum yang dibuat seketika oleh karena korban tidak memerlukan tindakan khusus atau perawatan dengan perkataan lain korban mengalami luka - luka ringan

2. Visum sementara

Visum yang dibuat untuk sementara berhubung korban memerlukan tindakan khusus atau perawatan. Dalam hal ini dokter membuat visum tentang apa yang dijumpai pada waktu itu agar penyidik dapat melakukan penyidikan walaupun visum akhir menyusul kemudian

3. Visum lanjutan

(6)

yang sebelumnya telah dibuat visum sementara untuk awal penyidikan. Visum tersebut dapat lebih dari satu visum tergantung dari dokter atau rumah sakit yang merawat korban.

Jenis visum et repertum pada orang mati atau mayat, yaitu:

1. Pemeriksaan luar adalah dapat diminta oleh penyidik tanpa pemeriksaan dalam atau otopsi berdasarkan KUHP pasal 133.

2. Pemeriksaan luar dan dalam adalah jenazah : sesuai dengan KUHAP pasal 134 ayat 1: Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban. Ayat 2: Dalam hal keluarga korban keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan dilakukan pembedahan tersebut. Ayat 3:Apabila dalam waktu 2 hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga pihak yang perlu diberitahu, tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud Pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.

Dasar Hukum Visum Et Repertum, antara lain: 1. Staatblads th.1973 no.350

2. KUHAP pasal 133, yang berhak meminta dan berhak membuat 3. KUHAP pasal 184, upaya bukti yang syah

4. KUHAP pasal 187, Visum et Repertum masuk pengertian surat pada KUHAP pasal 184 5. Instruksi KAPOLRI No.INS/E/20/IX/75

(7)

KASUS MEDIKOLEGAL VISUM ET REPERTUM

Disusun oleh : dr. Elok Nurfaiqoh

Dokter Internship RS PKU Muhammadiyah Gombong

Pendamping : Dr. Nur Hidayani

PROGRAM INTERNSHIP DOKTER INDONESIA RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

(8)

2014

BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO Ttelah dipresentasikan kasus portofolio oleh :

Nama : dr. Elok Nurfaiqoh Judul/topik : Visum et Repertum Nama Pendamping : dr. Nur Hidayani

Nama wahana : RS PKU Muhammadiyah Gombong Daftar peserta yang hadir :

No. Nama Peserta Presentasi Keterangan Tanda Tangan 1 dr. Elok Nurfaiqoh Presentan

2 dr. Ary Nahdiyani Amalia Dokter internsip 3 dr. Amalia Anita Hawas Dokter internsip 4 dr. Hadis Pratiwi Dokter internsip 5 dr. Ira Safrilia Priwinda Dokter internsip

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan sesungguhnya.

Dokter Pendamping Presentan

Referensi

Dokumen terkait

penelitian yang dilakukan dengan cara menjelaskan data-data yang ada yaitu tentang kebijakan pemerintah Indonesia dalam menyikapi tindakan penyadapan oleh Australia

Keterampilan menyimak merupakan keterampilan berbahasa yang paling mendasar untuk dikuasai, termasuk oleh Darmasiswa. Apabila peserta Darmasiswa mengalami kegagalan

dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan teknik deskripsi induktif yaitu metode-metodenya diawali dengan menjelaskan data basil penelitian yaitu data tentang praktek

: Kurang memahami permasalahan yang diberikan sehingga tidak semua informasi yang diperoleh kurang lengkap sehingga dalam mengaitkan masalah dengan yang diketahui tidak berjalan

Bila mencermati upaya pengembangan sarana dan prasarana yang dilakukan di desa lokasi penelitian diperoleh gambaran bahwa upaya tersebut belum menunjukan hasil

Bertitik tolak pada permasalahan dalam pemfungsian mesin scanner dalam SP2000 di sebagian besar daerah penyelenggara sensus dan belum ditemukannya jawaban- jawaban yang memadai

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

Objek yang merupakan variabel terikat atau variabel Y adalah keputusan menggunakan meeting package yang terdiri dari memilih produk, memilih merek, memilih