• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KECEMASAN EDIT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH KECEMASAN EDIT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

A.

A. Latar BelakangLatar Belakang

Kecemasan ini merupakan respon emosi tanpa objek terhadap suatu keadaan yang Kecemasan ini merupakan respon emosi tanpa objek terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-ha

hariri. . HaHal l tetersrsebebut ut sasalalah h sasatu tu pepengngalaalamaman n susubjbjekektitif f dadari ri inindidivividu du dadan n titidadak k dadapapatt diobservasi secara langsung. Kecemasan dalam kehidupan sehari-hari dapat memberikan diobservasi secara langsung. Kecemasan dalam kehidupan sehari-hari dapat memberikan mo

motitivavasi si ununtutuk k memencncapapai ai sesesusuatu atu dadan n susumbmber er pepentntining g dadalalam m ususahaha a memememelilihaharara keseimbangan hidup.

keseimbangan hidup.

Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan dalam memelihara keseimbangan. Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan dalam memelihara keseimbangan. Kecemasan terjadi akibat dari ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat Kecemasan terjadi akibat dari ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaaan individu. Pada manusia, kecemasan bisa jadi berupa perasaan mendasar bagi keberadaaan individu. Pada manusia, kecemasan bisa jadi berupa perasaan gelisa

gelisah h yang bersifat subjektyang bersifat subjektif, if, sejumsejumlah lah perilaperilaku ku (tamp(tampak ak khawakhawatir tir dan gelisah dan gelisah atauatau resah), maupun respon fisiologis tertentu.

resah), maupun respon fisiologis tertentu.

Kecemasan bersifat kompleks dan merupakan keadaan suasana hati yang berorientasi Kecemasan bersifat kompleks dan merupakan keadaan suasana hati yang berorientasi  pada masa yang

 pada masa yang akan datang dengan ditandaakan datang dengan ditandai i dengdengan adanya an adanya kekhakekhawatiran karena tidak watiran karena tidak  dapat memprediksi atau mengontrol kejadian yang akan datang (Barlow dan Durand, dapat memprediksi atau mengontrol kejadian yang akan datang (Barlow dan Durand, 2006). Kecemasan sangat mengganggu homeostasis dan fungsi individu, karena itu perlu 2006). Kecemasan sangat mengganggu homeostasis dan fungsi individu, karena itu perlu segera dihilangkan dengan berbagai macam cara penyesuaian (Maramis, 2005).

segera dihilangkan dengan berbagai macam cara penyesuaian (Maramis, 2005).

Kecemasan merupakan gangguan mental terbesar. Diperkirakan 20% dari populasi Kecemasan merupakan gangguan mental terbesar. Diperkirakan 20% dari populasi dun

dunia ia menmenderderita ita keckecemaemasan san (Ga(Gail, il, 2002002) 2) dan dan sebsebanyanyak ak 47,47,7% 7% remremaja aja sersering ing mermerasaasa cemas (Haryadi, 2007). Mahasiswa pun tidak luput dari kecemasan. Salah satu yang cemas (Haryadi, 2007). Mahasiswa pun tidak luput dari kecemasan. Salah satu yang me

menjnjadadi i ststresresor or dadalalam m kekehihidudupapan n mamahahasisiswswa a adadalalah ah tutuntntututan an dadalalam m pependndididikikanan.. Mahasiswa tidak hanya dituntut untuk memperoleh nilai yang baik, tetapi juga untuk  Mahasiswa tidak hanya dituntut untuk memperoleh nilai yang baik, tetapi juga untuk  mem

memahaahami, mi, menmendaldalamiami, , dan dan mammampu pu memmemprapraktektekkakkan n ilmilmu u yanyang g teltelah ah dipdipelaelajarijarinyanya.. Perubahan lingkungan belajar juga menjadi salah satu. 2 faktor pencetus kecemasan pada Perubahan lingkungan belajar juga menjadi salah satu. 2 faktor pencetus kecemasan pada mah

mahasiasiswaswa. . DalaDalam m menmenyelyelesaiesaikan kan keckecemaemasan san tiap tiap indindiviividu du tergtergantantung ung dendengan gan polpolaa koping yang dimiliki oleh tiap individu tersebut sehingga akan menimbulkan tingkatan koping yang dimiliki oleh tiap individu tersebut sehingga akan menimbulkan tingkatan kecemasan dan respon kecemasan yang berbeda-beda pula.

kecemasan dan respon kecemasan yang berbeda-beda pula.

B

(2)

1. Mengetahui konsep dasar kecemasan

2. Mengetahui proses keperawatan pada klien dengan kecemasan dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

(3)

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan Pengertian Menurut Para Ahli

a. Sigmound Freud menyatakan bahwa ketegangan atau kecemasan yang terjadi  pada diri individu tanpa tujuan atau objek, tidak disadari dan berkaitan dengan

kehilangan self image.

b. Sulivan menyatakan bahwa kecemasan timbul karena adanya ancaman terhadap self esteem oleh orang terdekat. Pada orang dewasa kecemasan terjadi bila pretige dan dignity diri terancam oleh orang lain.

c. Peplau menyatakan bahwa kecemasan dapat mempengaruhi hubungan interpersonal. Disamping itu kecemasan merupakan respon terhadap bahaya yang tidak diketahui dan terjadi bila ada hambatan pemenuhan kebutuhan.

Jadi, kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang melakukan tindakan untuk mengatasi ancaman. Kecemasan berkaitan dengan perasaan tidak pasti /tidak berdaya, keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

1. Teori-teori kecemasan Teori-teori kecemasan antara lain :

a. Teori Psikodinamik 

Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik    psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk 

mengambil aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan diri dialami sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah laku ritualistik. Konsep  psikodinamik menurut Freud ini juga menerangkan bahwa kecemasan timbul  pertama dalam hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama kali.

Saat itu dalam kondisi masih lemah, sehingga belum mampu memberikan respon terhadap kedinginan dan kelaparan, maka lahirlah kecemasan pertama. Kecemasan berikutnya muncul apabila ada suatu keinginan dari Id untuk 

(4)

menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka terjadilah konflik dalam ego, antara keinginan Id yang ingin pelepasan dan sangsi dari super ego lahirlah kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut ditekan dalam alam bawah sadar, dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu, sering tidak realistik dan dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke  permukaan melalui tiga peristiwa, yaitu : sensor super ego menurun, desakan Id meningkat dan adanya stress psikososial, maka lahirlah kecemasan-kecemasan  berikutnya (Prawirohusodo, 1988).

 b. Teori Perilaku

Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi untuk stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan.

c. Teori Interpersonal

Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar  individu, sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga. d. Teori Keluarga

Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat adanya konflik dalam keluarga.

e. Teori Biologik 

Beberapa kasus kecemasan (5 - 42%), merupakan suatu perhatian terhadap proses fisiologis (Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan sekunder (Rockwell cit stuart & sundeens, 1998).

1. Klasifikasi Tingkat Kecemasan

Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Townsend, 1996). a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan   persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan   pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah

kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk   belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.

(5)

 b. Kecemasan sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi   pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan  pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume

tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis.

c. Kecemasan berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak  dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur  (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau   belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk 

menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi. d. Panik 

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

(6)

1. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan a. Kardio vaskuler 

Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.

b. Respirasi

 Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik. c. Kulit

Perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.

d. Gastro intestinal

Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare.

e. Neuromuskuler 

Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, wajah tegang, gerakan lambat.

1. Respon Psikologis terhadap Kecemasan a. Perilaku

Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar.

b. Kognitif 

Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking,   bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir 

yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain. c. Afektif  

Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah dan lain-lain.

1. Tanda gejala ansietas

Klien datang ke pelayanan kesehatan atau ke psikiatri biasanya mengeluh trias ansietas, yaitu :

a. rasa cemas hari depan tak menentu, b. over aktifitas, dan

(7)

c. perasaan tegang dan takut.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan a. Faktor Internal

1) Pengalaman

Menurut Horney dalam Trismiati (2006), sumber-sumber ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan tersebut bersifat lebih umum. Penyebab kecemasan menurut Horney, dapat berasal dari berbagai kejadian di dalam kehidupan atau dapat terletak di dalam diri seseorang, misalnya seseorang yang memiliki  pengalaman dalam menjalani suatu tindakan maka dalam dirinya akan lebih

mampu beradaptasi atau kecemasan yang timbul tidak terlalu besar. 2) Respon Terhadap Stimulus

Menurut Trismiati (2006), kemampuan seseorang menelaah rangsangan atau   besarnya rangsangan yang diterima akan mempengaruhi kecemasan yang

timbul. 3) Usia

Pada usia yang semakin tua maka seseorang semakin banyak pengalamnnya sehingga pengetahuannya semakin bertambah (Notoatmodjo, 2003). Karena  pengetahuannya banyak maka seseorang akan lebih siap dalam menghadapi

sesuatu. 4) Gender  

Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, Myers (1983) dalam Trismiati (2006) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan  bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan.

a. Faktor Eksternal

1. Dukungan Keluarga

Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seorang lebih siap dalam menghadapi permasalahan, hal ini dinyatakan oleh Kasdu (2002).

2. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan sekitar ibu dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi permasalahan, misalnya lingkungan pekerjaan atau lingkungan bergaul yang tidak memberikan cerita negatif tentang efek negatif 

(8)

suatu permasalahan menyebabkan seseorang lebih kuat dalam menghadapi  permasalahan, hal ini dinyatakan oleh.(Baso, 2000 : 6)

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian

Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.

a. Faktor predisposisi (stressor pendorong )

Stresor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat  berupa :

1) Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.

2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir  secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.

4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.

6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena  pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.

7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.

8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.

(9)

Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan tombulnya kecemaskan. Stresor presipitasi kecemasan dikelompokan menjadi 2 bagian :

1) Ancaman terhadap integritas fisik ( ketidakamampuan fisiologi) antara lain : a) Sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,

regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).

  b) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi firus dan bakteri,   polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya

tempat tinggal.

1) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

a) Sumber internal : Kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan ditempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.

b) Sumber eksternal : Kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial,budaya.

a. Perilaku

Cemas dapat diekspresikan secara langsung seperti perubahan fisiologis tubuh dan  perilaku itu sendiri, atau dalam kondisi tak langsung seperti mekanisme koping

sebagai pertahanan melawan kecemasan. 1) Respon fisiologis

Secara fisiologis respons tubuh terhadap kecemasan adalah dengan mengaktifkan system saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). Respon   parasimpatis yang bertentangan dengan respon tubuh dan respon simpatis

yang mengaktifkan proses tubuh. Respon simpatis lebih menonjol untuk  mengaplikasikan tubuh mengatasi situasi emergency melalui reaksi “fight” and “flight”.

2) Respon psikologis

Kecamasan tinggi akan mempengaruhi kordinasi dan gerak reflex. Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan dengan orang lain.

3) Respon kognitif 

Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses maupun isi  berpikir. Misalnya tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah

(10)

4) Respon afektif 

Klien mengekspresikan kecemasan dalam bentuk kebingungan dan curiga  berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan tersebut.

a. Mekanisme Koping

Ketidakmampuan mengatasi stres secara konstruksi menyebabkan terjadinya  perilaku patologis. Pola yang cenderung digunakan seseorang untuk mengatasi cemas apabila cemas itu sudah berat / menghebat. Cemas ringan sering di atasi tanpa pemikira. Dua jenis mekanisme koping :

1) Orientasi tugas atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.

2) Orientasi ego atau reaksi yang berorientasi pada ego. Mekanisme ini sering digunakan untuk melindungi diri sendiri sehingga disebut mekanisme  pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi

masalah secara realita.

Untuk menilai mekanisme koping klien apakah adaptif atau tidak hal-hal yang  perlu dievaluasi antara lain :

1) Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme koping klien 2) Pengaruh tingkat penggunaan mekanisme koping diri tersebut terhadap

disorganisasi kepribadian.

3) Pengaruh penggunaan mekanisme koping terhadap kemajuan kesehatan klien 4) Alasan klien menggunakan mekanisme koping.

e. Sumber Koping

Sumber-sumber koping diantaranya : 1) Modal Ekonomi

2) Dukungan Sosial

3) Kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah 4) Mengadopsi strategi koping dari orang lain yang berhasil

5) Kayakinan /kepercayaan yang berasal dari budaya atau nilai-nilai dalam masyarakat

(11)

1. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang biasa muncul antara lain : a. Ansietas b.d :

• konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai yang pokok dan tujuan hidup. • krisis situasional dan maturasional

• (nyata atau dirasakan) mengancam konsep diri • (nyata atau dirasakan) mengancam kematian\

 b. Ketakutan b.d :

• fobia yang spesifik 

•  berada dalam suatu tempat atau situasi dimana sulit untuk keluar dari keadaan

itu.

•  perkara pelecehan terhadap diri sendiri di depan orang lain.

c. Koping individu tidak efektif b.d :

• ego yang tidak berkembang • takut gagal

• tidak terpenuhinya kebutuhan ketergantungan • krisis social

• sistem pendukung tidak adekuat

1. Intervensi Keperawatan No Dx Intervensi Rasional 1 1 a. Pertahankan cara yang tenang, tidak  mengancam selama bekerja  bersama klien b. Tenangkan  pasien tentang keselamatan dan keamanannya dengan kehadiran  perawat secara a. Pasien mengembangkan  perasaan aman dengan

kehadiran seorang perawat yang tenang

 b. Pasien mungkin takut terhadap hidupnya,

kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan  pasien rasa aman dan  jaminan keselamatan

c. Suatu stimulus dari lingkungan dapat

(12)

fisik dan jangan  biarkan pasien sendirian. c. Jaga agar  lingkungan rendah stimulus (lampu yang redup, sedikit orang, dekorasi sederhana) d. Gali bersama klien kemungkinan  penyebab terjadinya ansietas e. Ajarkan tanda dan gejala ansietas yang meningkat dan cara memutus  progresinya (Misalnya teknik relaksasi, latihan nafas dalam, latihan fisik, jalan cepat, jogging, meditasi)

d. Pengenalan faktor pencetus adalah faktor pertama dalam mengajarkan pasien untuk  memutus peningkatan ansietas

e. Pengetahuan tentang tanda dan gejala, cara memutus  progresi ansietas, atau

latihan relaksasi dapat menurunkan ansietas

2 2 a. Tenangkan pasien tentang keselamatan dan

keamanannya

b. Gali persepsi klien tentang ancaman terhadap integritas

a. Pada keadaan panik pasien mungkin saja merasa takut terhadap kehidupannya  b. Penting sekali untuk 

(13)

atau ancaman terhadap konsep diri

c. Diskusikan situasi realistis dengan pasien agar 

mengenali aspek yang dapat dan yang tidak dapat  berubah

d. Libatkan pasien dalam  pengambilan keputusan

yang berhubungan dengan seleksi alternative strategi koping

e. Dorong pasien untuk  menggali perasaan dasar  yang mungkin memperberat ketakutan yang irasional

terhadap objek atau situasi fobik supaya membantu  proses desensitisasi c. Pasien harus menerima

situasi realitas (aspek yang tidak dapat berubah)

sebelum kerja penurunan ketakutan dapat dilanjutkan d. Membiarkan pasien memilih

akan memberikan control tindakan dan menolong meningkatkan harga diri e. Pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien sampai kepada isu-isu yang tak  terpecahkan

3 3 a. Kaji tingkat ansietan klien

 b. Dorong kemandirian dan  berikan penguatan positif 

untuk perilaku kemandirian yang ditampilkan

c. Berikan jadwal kegiatan yang struktur pada pasien termasuk yang cukup untuk  menyelesaikan perilaku ritual.

a. Pengenalan faktor pencetus adalah langkah pertama dalam mengajarkan pasien untuk memutuskan

 peningkatan ansietas.  b. Penguatan yang positif 

meningkatkan harga diri dan mendorong pengulangan  perilaku yang diharapkan c. Struktur memberikan suatu

rasa aman untuk klien ansietas

(14)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Referensi

Dokumen terkait

A.. Mengulek adalah salah satu kegiatan yang berat dilakukan. Meskipun terjadi peningkatan angka penderita arthritis dan CTS, hingga saat ini belum ada pengembangan

Sedangkan menurut Aqib (2006: 30) hal-hal yang dilakukan dalam perencanaan tindakan antara lain: membuat skenario pembelajaran, mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung

Aspekefektivitas yang diamati dalam proses perkuliahan KPB 2 dengan menggunakan modul berbasis masalah di kelas uji coba adalah motivasi belajar

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi dengan perkembangan neurodevelopmental pada bayi usia 0-6 bulan yang mendapat ASI eksklusif

Parameter adalah ukuran kuantitatif dalam populasi sedangkan ukuran kuantitatif yang serupa di dalam sampel disebut statistik.. Menggambarkan populasi yang sebenarnya

Beban yang digunakan dalam pengukuran Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro ini adalah beban pada konsumen langsung pada saat beban puncak yang akan diukur dari

Tujuan penelitian ini adalah : Mendiskripsikan upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan minat belajar mata pelajaran pendidikan agama Islam pada

Yang dimaksud dengan “kondisi krisis atau darurat penyediaan tenaga listrik” adalah kondisi dimana kapasitas penyediaan tenaga listrik tidak mencukupi kebutuhan beban di daerah