BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A.
A. Latar BelakangLatar Belakang
Kecemasan ini merupakan respon emosi tanpa objek terhadap suatu keadaan yang Kecemasan ini merupakan respon emosi tanpa objek terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-ha
hariri. . HaHal l tetersrsebebut ut sasalalah h sasatu tu pepengngalaalamaman n susubjbjekektitif f dadari ri inindidivividu du dadan n titidadak k dadapapatt diobservasi secara langsung. Kecemasan dalam kehidupan sehari-hari dapat memberikan diobservasi secara langsung. Kecemasan dalam kehidupan sehari-hari dapat memberikan mo
motitivavasi si ununtutuk k memencncapapai ai sesesusuatu atu dadan n susumbmber er pepentntining g dadalalam m ususahaha a memememelilihaharara keseimbangan hidup.
keseimbangan hidup.
Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan dalam memelihara keseimbangan. Kecemasan tidak dapat dihindarkan dari kehidupan dalam memelihara keseimbangan. Kecemasan terjadi akibat dari ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat Kecemasan terjadi akibat dari ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaaan individu. Pada manusia, kecemasan bisa jadi berupa perasaan mendasar bagi keberadaaan individu. Pada manusia, kecemasan bisa jadi berupa perasaan gelisa
gelisah h yang bersifat subjektyang bersifat subjektif, if, sejumsejumlah lah perilaperilaku ku (tamp(tampak ak khawakhawatir tir dan gelisah dan gelisah atauatau resah), maupun respon fisiologis tertentu.
resah), maupun respon fisiologis tertentu.
Kecemasan bersifat kompleks dan merupakan keadaan suasana hati yang berorientasi Kecemasan bersifat kompleks dan merupakan keadaan suasana hati yang berorientasi pada masa yang
pada masa yang akan datang dengan ditandaakan datang dengan ditandai i dengdengan adanya an adanya kekhakekhawatiran karena tidak watiran karena tidak dapat memprediksi atau mengontrol kejadian yang akan datang (Barlow dan Durand, dapat memprediksi atau mengontrol kejadian yang akan datang (Barlow dan Durand, 2006). Kecemasan sangat mengganggu homeostasis dan fungsi individu, karena itu perlu 2006). Kecemasan sangat mengganggu homeostasis dan fungsi individu, karena itu perlu segera dihilangkan dengan berbagai macam cara penyesuaian (Maramis, 2005).
segera dihilangkan dengan berbagai macam cara penyesuaian (Maramis, 2005).
Kecemasan merupakan gangguan mental terbesar. Diperkirakan 20% dari populasi Kecemasan merupakan gangguan mental terbesar. Diperkirakan 20% dari populasi dun
dunia ia menmenderderita ita keckecemaemasan san (Ga(Gail, il, 2002002) 2) dan dan sebsebanyanyak ak 47,47,7% 7% remremaja aja sersering ing mermerasaasa cemas (Haryadi, 2007). Mahasiswa pun tidak luput dari kecemasan. Salah satu yang cemas (Haryadi, 2007). Mahasiswa pun tidak luput dari kecemasan. Salah satu yang me
menjnjadadi i ststresresor or dadalalam m kekehihidudupapan n mamahahasisiswswa a adadalalah ah tutuntntututan an dadalalam m pependndididikikanan.. Mahasiswa tidak hanya dituntut untuk memperoleh nilai yang baik, tetapi juga untuk Mahasiswa tidak hanya dituntut untuk memperoleh nilai yang baik, tetapi juga untuk mem
memahaahami, mi, menmendaldalamiami, , dan dan mammampu pu memmemprapraktektekkakkan n ilmilmu u yanyang g teltelah ah dipdipelaelajarijarinyanya.. Perubahan lingkungan belajar juga menjadi salah satu. 2 faktor pencetus kecemasan pada Perubahan lingkungan belajar juga menjadi salah satu. 2 faktor pencetus kecemasan pada mah
mahasiasiswaswa. . DalaDalam m menmenyelyelesaiesaikan kan keckecemaemasan san tiap tiap indindiviividu du tergtergantantung ung dendengan gan polpolaa koping yang dimiliki oleh tiap individu tersebut sehingga akan menimbulkan tingkatan koping yang dimiliki oleh tiap individu tersebut sehingga akan menimbulkan tingkatan kecemasan dan respon kecemasan yang berbeda-beda pula.
kecemasan dan respon kecemasan yang berbeda-beda pula.
B
1. Mengetahui konsep dasar kecemasan
2. Mengetahui proses keperawatan pada klien dengan kecemasan dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan Pengertian Menurut Para Ahli
a. Sigmound Freud menyatakan bahwa ketegangan atau kecemasan yang terjadi pada diri individu tanpa tujuan atau objek, tidak disadari dan berkaitan dengan
kehilangan self image.
b. Sulivan menyatakan bahwa kecemasan timbul karena adanya ancaman terhadap self esteem oleh orang terdekat. Pada orang dewasa kecemasan terjadi bila pretige dan dignity diri terancam oleh orang lain.
c. Peplau menyatakan bahwa kecemasan dapat mempengaruhi hubungan interpersonal. Disamping itu kecemasan merupakan respon terhadap bahaya yang tidak diketahui dan terjadi bila ada hambatan pemenuhan kebutuhan.
Jadi, kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang melakukan tindakan untuk mengatasi ancaman. Kecemasan berkaitan dengan perasaan tidak pasti /tidak berdaya, keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
1. Teori-teori kecemasan Teori-teori kecemasan antara lain :
a. Teori Psikodinamik
Freud (1993) mengungkapkan bahwa kecemasan merupakan hasil dari konflik psikis yang tidak disadari. Kecemasan menjadi tanda terhadap ego untuk
mengambil aksi penurunan cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan, maka kecemasan ada pada tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan diri dialami sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah laku ritualistik. Konsep psikodinamik menurut Freud ini juga menerangkan bahwa kecemasan timbul pertama dalam hidup manusia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama kali.
Saat itu dalam kondisi masih lemah, sehingga belum mampu memberikan respon terhadap kedinginan dan kelaparan, maka lahirlah kecemasan pertama. Kecemasan berikutnya muncul apabila ada suatu keinginan dari Id untuk
menuntut pelepasan dari ego, tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka terjadilah konflik dalam ego, antara keinginan Id yang ingin pelepasan dan sangsi dari super ego lahirlah kecemasan yang kedua. Konflik-konflik tersebut ditekan dalam alam bawah sadar, dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu, sering tidak realistik dan dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke permukaan melalui tiga peristiwa, yaitu : sensor super ego menurun, desakan Id meningkat dan adanya stress psikososial, maka lahirlah kecemasan-kecemasan berikutnya (Prawirohusodo, 1988).
b. Teori Perilaku
Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon terhadap stimulus khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang mengembangkan respon kondisi untuk stimulus yang penting. Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
c. Teori Interpersonal
Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan antar individu, sehingga menyebabkan individu bersangkutan merasa tidak berharga. d. Teori Keluarga
Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat adanya konflik dalam keluarga.
e. Teori Biologik
Beberapa kasus kecemasan (5 - 42%), merupakan suatu perhatian terhadap proses fisiologis (Hall, 1980). Kecemasan ini dapat disebabkan oleh penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional. Kecemasan ini termasuk kecemasan sekunder (Rockwell cit stuart & sundeens, 1998).
1. Klasifikasi Tingkat Kecemasan
Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik (Townsend, 1996). a. Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah
kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi, mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai situasi.
b. Kecemasan sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan volume
tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan menangis.
c. Kecemasan berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus pada dirinya sendiri dan keinginan untuk
menghilangkan kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi. d. Panik
Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas, dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren, tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak, menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.
1. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan a. Kardio vaskuler
Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syock dan lain-lain.
b. Respirasi
Napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa tercekik. c. Kulit
Perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat, berkeringat seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan berkeringat, gatal-gatal.
d. Gastro intestinal
Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa terbakar di epigastrium, nausea, diare.
e. Neuromuskuler
Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kejang, wajah tegang, gerakan lambat.
1. Respon Psikologis terhadap Kecemasan a. Perilaku
Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada koordinasi, menarik diri, menghindar.
b. Kognitif
Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa, salah tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun, kesadaran diri yang berlebihan, kawatir
yang berlebihan, obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain. c. Afektif
Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar biasa, sangat gelisah dan lain-lain.
1. Tanda gejala ansietas
Klien datang ke pelayanan kesehatan atau ke psikiatri biasanya mengeluh trias ansietas, yaitu :
a. rasa cemas hari depan tak menentu, b. over aktifitas, dan
c. perasaan tegang dan takut.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan a. Faktor Internal
1) Pengalaman
Menurut Horney dalam Trismiati (2006), sumber-sumber ancaman yang dapat menimbulkan kecemasan tersebut bersifat lebih umum. Penyebab kecemasan menurut Horney, dapat berasal dari berbagai kejadian di dalam kehidupan atau dapat terletak di dalam diri seseorang, misalnya seseorang yang memiliki pengalaman dalam menjalani suatu tindakan maka dalam dirinya akan lebih
mampu beradaptasi atau kecemasan yang timbul tidak terlalu besar. 2) Respon Terhadap Stimulus
Menurut Trismiati (2006), kemampuan seseorang menelaah rangsangan atau besarnya rangsangan yang diterima akan mempengaruhi kecemasan yang
timbul. 3) Usia
Pada usia yang semakin tua maka seseorang semakin banyak pengalamnnya sehingga pengetahuannya semakin bertambah (Notoatmodjo, 2003). Karena pengetahuannya banyak maka seseorang akan lebih siap dalam menghadapi
sesuatu. 4) Gender
Berkaitan dengan kecemasan pada pria dan wanita, Myers (1983) dalam Trismiati (2006) mengatakan bahwa perempuan lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding dengan laki-laki, laki-laki lebih aktif, eksploratif, sedangkan perempuan lebih sensitif. Penelitian lain menunjukkan bahwa laki-laki lebih rileks dibanding perempuan.
a. Faktor Eksternal
1. Dukungan Keluarga
Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seorang lebih siap dalam menghadapi permasalahan, hal ini dinyatakan oleh Kasdu (2002).
2. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan sekitar ibu dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi permasalahan, misalnya lingkungan pekerjaan atau lingkungan bergaul yang tidak memberikan cerita negatif tentang efek negatif
suatu permasalahan menyebabkan seseorang lebih kuat dalam menghadapi permasalahan, hal ini dinyatakan oleh.(Baso, 2000 : 6)
A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.
a. Faktor predisposisi (stressor pendorong )
Stresor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
1) Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
2) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodizepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan tombulnya kecemaskan. Stresor presipitasi kecemasan dikelompokan menjadi 2 bagian :
1) Ancaman terhadap integritas fisik ( ketidakamampuan fisiologi) antara lain : a) Sumber internal meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
b) Sumber eksternal meliputi paparan terhadap infeksi firus dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
1) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a) Sumber internal : Kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan ditempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
b) Sumber eksternal : Kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial,budaya.
a. Perilaku
Cemas dapat diekspresikan secara langsung seperti perubahan fisiologis tubuh dan perilaku itu sendiri, atau dalam kondisi tak langsung seperti mekanisme koping
sebagai pertahanan melawan kecemasan. 1) Respon fisiologis
Secara fisiologis respons tubuh terhadap kecemasan adalah dengan mengaktifkan system saraf otonom (simpatis maupun parasimpatis). Respon parasimpatis yang bertentangan dengan respon tubuh dan respon simpatis
yang mengaktifkan proses tubuh. Respon simpatis lebih menonjol untuk mengaplikasikan tubuh mengatasi situasi emergency melalui reaksi “fight” and “flight”.
2) Respon psikologis
Kecamasan tinggi akan mempengaruhi kordinasi dan gerak reflex. Kecemasan dapat membuat individu menarik diri dan menurunkan keterlibatan dengan orang lain.
3) Respon kognitif
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses maupun isi berpikir. Misalnya tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah
4) Respon afektif
Klien mengekspresikan kecemasan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan tersebut.
a. Mekanisme Koping
Ketidakmampuan mengatasi stres secara konstruksi menyebabkan terjadinya perilaku patologis. Pola yang cenderung digunakan seseorang untuk mengatasi cemas apabila cemas itu sudah berat / menghebat. Cemas ringan sering di atasi tanpa pemikira. Dua jenis mekanisme koping :
1) Orientasi tugas atau reaksi yang berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stress dengan menilai secara objektif untuk mengatasi masalah, memulihkan konflik dan memenuhi kebutuhan.
2) Orientasi ego atau reaksi yang berorientasi pada ego. Mekanisme ini sering digunakan untuk melindungi diri sendiri sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi
masalah secara realita.
Untuk menilai mekanisme koping klien apakah adaptif atau tidak hal-hal yang perlu dievaluasi antara lain :
1) Perawat dapat mengenali secara akurat penggunaan mekanisme koping klien 2) Pengaruh tingkat penggunaan mekanisme koping diri tersebut terhadap
disorganisasi kepribadian.
3) Pengaruh penggunaan mekanisme koping terhadap kemajuan kesehatan klien 4) Alasan klien menggunakan mekanisme koping.
e. Sumber Koping
Sumber-sumber koping diantaranya : 1) Modal Ekonomi
2) Dukungan Sosial
3) Kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah 4) Mengadopsi strategi koping dari orang lain yang berhasil
5) Kayakinan /kepercayaan yang berasal dari budaya atau nilai-nilai dalam masyarakat
1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul antara lain : a. Ansietas b.d :
• konflik yang tidak disadari tentang nilai-nilai yang pokok dan tujuan hidup. • krisis situasional dan maturasional
• (nyata atau dirasakan) mengancam konsep diri • (nyata atau dirasakan) mengancam kematian\
b. Ketakutan b.d :
• fobia yang spesifik
• berada dalam suatu tempat atau situasi dimana sulit untuk keluar dari keadaan
itu.
• perkara pelecehan terhadap diri sendiri di depan orang lain.
c. Koping individu tidak efektif b.d :
• ego yang tidak berkembang • takut gagal
• tidak terpenuhinya kebutuhan ketergantungan • krisis social
• sistem pendukung tidak adekuat
1. Intervensi Keperawatan No Dx Intervensi Rasional 1 1 a. Pertahankan cara yang tenang, tidak mengancam selama bekerja bersama klien b. Tenangkan pasien tentang keselamatan dan keamanannya dengan kehadiran perawat secara a. Pasien mengembangkan perasaan aman dengan
kehadiran seorang perawat yang tenang
b. Pasien mungkin takut terhadap hidupnya,
kehadiran seseorang yang dipercaya memberikan pasien rasa aman dan jaminan keselamatan
c. Suatu stimulus dari lingkungan dapat
fisik dan jangan biarkan pasien sendirian. c. Jaga agar lingkungan rendah stimulus (lampu yang redup, sedikit orang, dekorasi sederhana) d. Gali bersama klien kemungkinan penyebab terjadinya ansietas e. Ajarkan tanda dan gejala ansietas yang meningkat dan cara memutus progresinya (Misalnya teknik relaksasi, latihan nafas dalam, latihan fisik, jalan cepat, jogging, meditasi)
d. Pengenalan faktor pencetus adalah faktor pertama dalam mengajarkan pasien untuk memutus peningkatan ansietas
e. Pengetahuan tentang tanda dan gejala, cara memutus progresi ansietas, atau
latihan relaksasi dapat menurunkan ansietas
2 2 a. Tenangkan pasien tentang keselamatan dan
keamanannya
b. Gali persepsi klien tentang ancaman terhadap integritas
a. Pada keadaan panik pasien mungkin saja merasa takut terhadap kehidupannya b. Penting sekali untuk
atau ancaman terhadap konsep diri
c. Diskusikan situasi realistis dengan pasien agar
mengenali aspek yang dapat dan yang tidak dapat berubah
d. Libatkan pasien dalam pengambilan keputusan
yang berhubungan dengan seleksi alternative strategi koping
e. Dorong pasien untuk menggali perasaan dasar yang mungkin memperberat ketakutan yang irasional
terhadap objek atau situasi fobik supaya membantu proses desensitisasi c. Pasien harus menerima
situasi realitas (aspek yang tidak dapat berubah)
sebelum kerja penurunan ketakutan dapat dilanjutkan d. Membiarkan pasien memilih
akan memberikan control tindakan dan menolong meningkatkan harga diri e. Pengungkapan perasaan dalam suatu lingkungan yang tidak mengancam akan menolong pasien sampai kepada isu-isu yang tak terpecahkan
3 3 a. Kaji tingkat ansietan klien
b. Dorong kemandirian dan berikan penguatan positif
untuk perilaku kemandirian yang ditampilkan
c. Berikan jadwal kegiatan yang struktur pada pasien termasuk yang cukup untuk menyelesaikan perilaku ritual.
a. Pengenalan faktor pencetus adalah langkah pertama dalam mengajarkan pasien untuk memutuskan
peningkatan ansietas. b. Penguatan yang positif
meningkatkan harga diri dan mendorong pengulangan perilaku yang diharapkan c. Struktur memberikan suatu
rasa aman untuk klien ansietas
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan