• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Provinsi Sumatera Selatan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII

Triwulan II - 2014

(2)

i

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

karunia- nsi Sumatera Selatan Triwulan II 2014

dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya.

Palembang, Agustus 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VII

Ttd R. Mirmansyah Direktur Eksekutif

(3)

ii

(4)

iii

Daftar Isi

Kata Pengantar... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... v

Daftar Grafik ... vii

Daftar Boks ... xi

Indikator Utama ...xiii

Ringkasan Umum ... xvii

1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional ... 1

1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum... 1

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral ... 1

1.2.1 Sektor Pertanian ... 3

1.2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian ... 8

1.2.3 Sektor Industri Pengolahan ... 11

1.2.4 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran ... 12

1.2.5 Sektor Lainnya ... 13

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan ...15

2 Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan ...25

2.1 Inflasi Secara Umum ...25

2.2 Kondisi Harga Pangan di Pasar Internasional ...32

2.3 Survei Pemantauan Harga ...33

2.4 Tekanan Inflasi Sisi Penawaran ...34

2.5 Tekanan Inflasi Sisi Permintaan ...39

3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran ...43

3.1 Kondisi Umum ...43

3.2 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) ...44

3.2.1 Penghimpunan DPK ... 44

3.2.2 Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota ... 44

3.3 Penyaluran Kredit/Pembiayaan ...45

(5)

3.3.2 Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan ...47

3.3.3 Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten ...48

3.4 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional... 49

3.5 Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan ... 50

3.6 Kelonggaran Tarik ... 51

3.7 Perkembangan Bank Umum Syariah ... 51

3.8 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ... 53

3.9 Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) ... 54

3.10 Perkembangan Perkasan ... 56

4 Perkembangan Keuangan Daerah ... 59

4.1 Realisasi APBD Triwulan II 2014 ... 59

4.2 Perbandingan Realisasi APBD dengan Triwulan II Tahun 2013 ... 61

5 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan ... 63

5.1 Ketenagakerjaan ... 63

5.2 Pengangguran ... 64

5.3 Nilai Tukar Petani ... 65

5.4 Penyaluran Beras untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) ... 67

5.5 Tingkat Kemiskinan ... 67

5.6 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen... 70

5.6.1 Indikator Ketenagakerjaan ...71

5.6.2 Indikator Penghasilan ...72

6 Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah ... 73

6.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 73

(6)

v

Daftar Tabel

Tabel 1-1. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK

2000 (%) ... 2

Tabel 1-2. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) ... 2

Tabel 1-3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 ...15

Tabel 1-4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 ...16

Tabel 1-5. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) ...21

Tabel 1-7. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) ...22

Tabel 2-1. Perkembangan Inflasi Tahunan (%yoy) Per Kelompok ...29

Tabel 2-2. Perkembangan Inflasi Bulanan (%mtm) Per Kelompok ...30

Tabel 2-3. Andil Inflasi Bulanan Per Komoditas ...31

Tabel 2-4. Andil Deflasi Bulanan Per Komoditas ...31

Tabel 3-1. Perkembangan DPK Perbankan per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Miliar) ...45

Tabel 3-2. Perkembangan Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Rp miliar) ...47

Tabel 3-3. Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan per Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp miliar) ...49

Tabel 3-4. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Miliar) ...53

Tabel 3-5. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Selatan (Rp Miliar) ....54

Tabel 3-6. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sumatera Selatan ...55

Tabel 3-7. Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan (Rp Miliar) ...56

Tabel 4-1 APBD Provinsi Sumatera Selatan dan Realisasinya di Triwulan II 2014 ...59

Tabel 4-2 Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Sumatera Selatan s.d Triwulan II Tahun 2014 ...60

Tabel 4-3 Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Sumatera Selatan s.d Triwulan II Tahun 2014 ...61

Tabel 4-4 Perbandingan Anggaran dan Realisasi Pendapatan Sumatera Selatan s.d Triwulan II Tahun 2014 dan Tahun 2013 ...62

Tabel 4-5 Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja Sumatera Selatan s.d Triwulan II Tahun 2014 dan 2013 ...62

Tabel 5-1. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2012 Februari 2014 ...63

Tabel 5-2. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2012 Februari 2014 ...64

Tabel 5-3. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, Februari 2012 Februari 2014 ...65

Tabel 5-4. Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan ...66

Tabel 5-5. Rata-rata Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani ...67

Tabel 5-6. Penyaluran Beras Perum Bulog Divre Sumatera Selatan (dalam ribu ton) ...67

Tabel 5-7. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Selatan Tahun 2011-2013 ...68

(7)

Tabel 5-8. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, September 2013 - Maret 2014 ... 69 Tabel 5-9. Garis Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan di Sumatera Selatan Menurut Daerah, September 2013-Maret 2014... 70 Tabel 5-10. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Triwulan II 2014 ... 71 Tabel 5-11. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD Triwulan II 2014 ... 71 Tabel 5-12. Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Triwulan II 2014 ... 72 Tabel 5-13. Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD Triwulan II 2014 ... 72 Tabel 6-1. Proporsi Ekspor Sumatera Selatan, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Tahun 2013 dan 2014 (dalam persentase) ... 74 Tabel 6-2. Volume Perdagangan Internasional ... 75 Tabel 6-3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan dan Inflasi Palembang (% yoy) ... 77

(8)

vii

Daftar Grafik

Grafik 1-1. PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Sumatera Selatan

ADHK 2000 ... 1

Grafik 1-2. PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 ... 1

Grafik 1-3. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2014 (%) ... 3

Grafik 1-4. Perkembangan Curah Hujan di Sumatera Selatan ... 4

Grafik 1-5. Perkembangan Harga Tandan Buah Segar ... 4

Grafik 1-6. Perkembangan Produksi Crumb Rubber Sumatera Selatan ... 4

Grafik 1-7. Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumatera Selatan ... 4

Grafik 1-8. Perkembangan Harga Batu Bara ... 8

Grafik 1-9. Perkembangan Harga Minyak Bumi ... 8

Grafik 1-10. Perkiraan Produksi Batubara ... 8

Grafik 1-11. Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional ...12

Grafik 1-12. Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional ...12

Grafik 1-13. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Sumsel ...13

Grafik 1-14. Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru di Sumatera Selatan ...13

Grafik 1-15. Perkembangan Konsumsi Semen di Sumatera Selatan ...14

Grafik 1-16. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Sumatera Selatan ...14

Grafik 1-17. Perkembangan Pemakaian Listrik di Sumatera Selatan ...14

Grafik 1-18. Perkembangan Jumlah Pelanggan ...14

Grafik 1-19. Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama ...16

Grafik 1-20. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen ...16

Grafik 1-21. Perkembangan Kredit Konsumsi di Sumatera Selatan ...16

Grafik 1-22. Perkembangan Simpanan Pemda Sumatera Selatan di Perbankan ...16

Grafik 1-23. Perkembangan Investasi di Sumatera Selatan ...20

Grafik 1-24. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar ...20

Grafik 1-25. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan ...21

Grafik 1-26. Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Sumatera Selatan ...21

Grafik 1-27. Perkembangan Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan ...22

Grafik 1-28. Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan II 2014 ...22

Grafik 1-29. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera Selatan ...23

Grafik 1-30. Perkembangan Volume Impor Provinsi Sumatera Selatan ...23

Grafik 1-31. Perkembangan Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan I 2014 ...23

Grafik 1-32. Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan I 2014 ...23

Grafik 2-1. Perkembangan Inflasi Tahunan Sumsel dan Nasional ...26

Grafik 2-2. Perkembangan Inflasi Bulanan Sumsel dan Nasional ...26

(9)

Grafik 2-4. Realisasi dan Proyeksi Inflasi Sumatera Selatan ... 27

Grafik 2-5. Perbandingan Inflasi Tahun Kalender 2011-2014 ... 27

Grafik 2-6. Disagregasi Inflasi Tahunan ... 28

Grafik 2-7. Disagregasi Inflasi Bulanan ... 28

Grafik 2-8. Perkembangan Harga Komoditas Daging Ayam Ras ... 31

Grafik 2-9. Perkembangan Harga Komoditas Telur Ayam Ras ... 31

Grafik 2-10. Perkembangan Harga Komoditas Bawang Putih ... 32

Grafik 2-11. Perkembangan Harga Kedelai Internasional ... 33

Grafik 2-12. Perkembangan Harga Terigu Internasional ... 33

Grafik 2-13. Perkembangan Harga Beras Internasional ... 33

Grafik 2-14. Perkembangan Harga Emas Internasional ... 33

Grafik 2-15. Perkembangan Harga Komoditas di Pasar Tradisional dan Modern di kota Palembang ... 34

Grafik 2-16. Inflasi Survei Pemantauan Harga dan Inflasi BPS ... 34

Grafik 2-17. Perkembangan Curah Hujan Bulanan ... 35

Grafik 2-18. Perkiraan Curah Hujan Agustus 2014 ... 35

Grafik 2-19. Andil Disagregasi Inflasi Tahunan ... 39

Grafik 2-20. Perkembangan Nilai Tukar Petani ... 39

Grafik 2-22. Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga ... 40

Grafik 3-1. Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan ... 43

Grafik 3-2. Pertumbuhan DPK Perbankan di Provinsi ... 44

Grafik 3-3. Komposisi DPK Perbankan Sumsel Triwulan II 2014 ... 44

Grafik 3-4. Pangsa DPK per Kabupaten/Kota Triwulan II 2014 ... 45

Grafik 3-5 Jumlah dan Pertumbuhan Penyaluran Kredit ... 46

Grafik 3-6. Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2014 ... 46

Grafik 3-7. Pertumbuhan Kredit Perbankan di Provinsi Sumatera Selatan ... 47

Grafik 3-8. Komposisi Kredit Perbankan Triwulan II 2014 di Provinsi Sumatera Selatan 47 Grafik 3-9. Pertumbuhan Kredit berdasarkan Penggunaan Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2014 ... 48

Grafik 3-10. Pertumbuhan Kredit Konsumsi ... 48

Grafik 3-11. Pangsa Kredit per Kabupaten/Kota Triwulan II 2014 ... 49

Grafik 3-12. Perkembangan Suku Bunga Simpanan Sumatera Selatan ... 50

Grafik 3-13. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Sumatera Selatan ... 50

Grafik 3-14. Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Selatan ... 51

Grafik 3-15. Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan ... 51

Grafik 3-16. Perkembangan financing-to-deposit ratio (FDR) Bank Umum Syariah Sumatera Selatan ... 52

Grafik 3-17. Perkembangan Aset Bank Umum Syariah Sumatera Selatan ... 52

Grafik 3-18. Perkembangan DPK Bank Umum Syariah Sumatera Selatan ... 52

Grafik 3-19. Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah Sumatera Selatan ... 52

Grafik 3-20. Perkembangan loan-to-deposit ratio (LDR) Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan ... 53

Grafik 3-21. Perkembangan Aset Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan ... 53

Grafik 3-22. Perkembangan DPK Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan ... 54

Grafik 3-23. Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan ... 54

Grafik 3-24. Perkembangan Kliring di Sumatera Selatan ... 54

Grafik 3-25. Perkembangan Perputaran Kliring dan Hari Kerja ... 54

(10)

ix

Grafik 3-27. Perkembangan Bulanan Jumlah Perputaran Kliring di Sumatera Selatan ..56

Grafik 3-28. Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro Kosong di Sumatera Selatan .56 Grafik 3-29. Perkembangan Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan 2011-2014...57

Grafik 3-30. Perkembangan Pemusnahan Uang Lusuh ...57

Grafik 4-1 Proporsi Anggaran Pendapatan Daerah Triwulan II Tahun 2014 ...60

Grafik 4-2 Proporsi Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan II 2014 ...60

Grafik 4-3. Perbandingan Anggaran dan Realisasi Pendapatan Sumatera Selatan Triwulan II 2014 ...61

Grafik 4-4. Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja Sumatera Selatan Triwulan II 2014 ...61

Grafik 5-1. Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani ...66

Grafik 5-2. Perkembangan NTP dan Inflasi Pedesaan Sumatera Selatan ...66

Grafik 5-3. Perkembangan Garis Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin ...69

Grafik 5-4. Perkembangan Gini Ratio Sumsel ...70

Grafik 6-1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan ...73

Grafik 6-2. Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan ...76

(11)
(12)

xi

Daftar Boks

BOKS A. Hilirisasi Industri Karet Sumatera Selatan : Upaya Meningkatkan

Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan ... 4 BOKS B. Potensi Energi Sumatera Selatan ... 9

BOKS C. Optimisme Konsumen Triwulan II di Kota Palembang Meningkat ...17

BOKS D. Sumatera Selatan Mendapat Penghargaan TPID Terbaik 2013 Kawasan

Sumatera ...36

BOKS E. Pusat Informasi Harga Pangan Strategis...40

BOKS F. Peningkatan Layanan Sistem Pembayaran: Pembukaan Kas Titipan dan

(13)

xii

(14)

xiii

Indikator Utama

A. PDRB & Inflasi I II III IV I II III IV I II 129,61 131,26 132,15 133,44 136,39 137,48 141,68 142,84 108,46 108,86 3,82 3,94 2,60 2,72 5,23 4,74 7,21 7,04 5,11 4,33 3,92 5,84 3,44 3,52 12,25 7,78 9,81 7,72 1,57 1,64 4,48 4,90 4,84 3,98 3,91 3,97 4,54 6,79 6,45 5,62 4,11 3,25 1,53 1,52 2,69 3,68 3,91 4,78 3,35 3,04 6,79 5,57 2,19 3,12 1,83 -0,54 0,44 -1,30 1,30 2,33 3,87 2,78 2,11 3,35 3,63 2,86 2,99 4,07 3,46 4,03 3,88 2,11 2,52 2,57 2,51 2,54 1,38 1,45 2,26 2,25 0,92 1,00 2,02 1,68 1,80 6,24 17,28 17,70 14,40 10,20 7,0 6,1 5,5 5,5 6,2 6,0 5,2 6,6 6,2 5,4 6,7 6,7 6,0 1,9 1,5 3,1 2,6 12,7 8,1 3,3 3,3 (0,5) (2,4) 1,7 1,1 2,4 0,7 1,6 1,6 1,4 5,5 4,9 6,9 6,7 8,5 7,5 5,6 5,1 5,6 6,2 9,4 10,3 6,7 6,0 7,5 7,2 9,5 6,9 6,7 6,9 9,2 7,9 8,2 10,1 12,6 10,8 9,4 5,6 7,4 6,4 9,5 11,0 9,8 7,6 8,9 7,0 8,7 8,5 9,0 9,3 13,1 12,3 12,0 8,1 9,5 9,2 7,8 7,4 7,7 8,0 8,1 9,2 9,4 9,0 9,7 9,3 8,3 7,1 7,1 7,1 8,7 8,5 5,4 8,0 8,9 7,0 7,7 5,3 6,4 6,7 7,0 6,1 5,5 5,5 6,2 6,0 5,3 6,6 6,2 5,4 7,1 6,4 6,8 7,1 8,6 9,5 8,5 8,9 7,3 5,7 8,1 12,1 0,6 8,5 5,2 (2,9) 9,0 5,8 6,7 7,3 8,5 11,4 15,2 17,4 9,3 9,9 7,3 7,6 6,4 4,8 (6,1) 6,0 5,3 5,2 7,5 0,8 11,0 6,3 6,3 3,9 24,5 17,8 14,4 7,9 9,8 11,6 12,3 5,9 8,2 10,3 I II III IV I II III IV I II 904,40 1.063,22 905,90 818,17 843,97 843,73 724,39 806,91 703,04 623,73 131,23 102,96 155,48 139,59 134,82 131,83 145,15 145,49 85,71 74,94 Volume ekspor nonmigas (juta kg) 1.520,31 1.157,16 1.412,41 1.903,99 1.167,42 1.222,79 1.558,16 1.556,81 1.631,58 1.801,09

123,25 117,17 158,18 140,63 130,46 164,29 135,09 646,12 139,11 215,71 2014 - Jasa

- Pengangkutan dan komunikasi

- Konsumsi Rumah Tangga dan Nirlaba - Keuangan, persewaan dan jasa

- Ekspor barang dan jasa - Investasi

Nilai impor nonmigas (USD Juta)

Volume impor nonmigas (juta kg) Nilai ekspor nonmigas (USD Juta) Ekspor Impor

INDIKATOR 2012

- Impor barang dan jasa - Industri pengolahan

- Konsumsi Pemerintah

Pertumbuhan Tahunan PDRB Penggunaan - Listrik, gas dan air bersih

2014

- Pertambangan & penggalian

- Bangunan

Pertumbuhan Tahunan PDRB Sektoral

- Perdagangan, hotel dan restoran - Pertanian

Indeks Harga Konsumen *

- Tahunan (yoy) Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi Bahan Makanan Perumahan 2013 2012 2013 MAKRO Laju Inflasi Makanan Jadi

(15)

xiv

B. Perbankan

III IV I II III IV I II

Total Perbankan

Total Aset (Rp Triliun) 67.93 68.76 69.28 71.18 71.63 70.49 70.61 76.81

DPK (Rp Triliun) 52.60 53.94 52.76 53.73 53.58 53.69 52.32 55.63

- Tabungan 21.62 23.86 22.35 22.94 24.04 25.58 24.02 10.63

- Giro 10.21 9.19 9.04 11.78 10.22 8.79 8.42 24.81

- Deposito 20.77 20.89 21.38 19.00 19.33 19.32 19.87 20.19

Kredit Berdasarkan Penggunaan (Rp Triliun) 61.27 62.29 63.34 68.07 73.12 75.60 76.42 83.28

- Modal Kerja 26.33 26.23 26.85 26.59 28.45 28.21 27.66 32.73

- Investasi 14.76 15.18 15.23 19.50 21.78 24.05 25.00 26.19

- Konsumsi 20.18 20.88 21.25 21.98 22.89 23.34 23.76 24.37

Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi (Rp Triliun) 61.27 62.29 63.34 68.07 73.12 75.60 76.42 83.28

Pinjaman Berdasarkan Lapangan Usaha 41.09 41.41 42.09 46.09 50.23 52.26 52.66 58.91

Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 10.06 11.12 11.21 12.47 12.97 13.38 13.54 14.02

Pertambangan dan Penggalian 3.91 2.82 2.92 3.49 3.86 3.63 3.76 4.01

Industri Pengolahan 7.15 7.14 7.03 7.40 8.65 9.04 9.20 10.13

Listrik, Gas dan Air Bersih 1.56 1.53 1.52 2.23 3.30 4.29 4.18 4.95

Konstruksi 3.00 2.77 2.87 3.29 3.43 3.02 2.90 3.26

Perdagangan, Hotel dan Restoran 10.56 10.87 11.27 13.01 13.68 14.36 14.57 14.33

Pengangkutan dan Komunikasi 0.74 0.76 0.76 0.82 0.83 0.94 0.81 4.76

Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 2.22 2.38 2.57 2.74 2.84 2.89 2.95 2.43

Jasa-jasa 1.89 2.02 1.93 0.64 0.67 0.72 0.75 1.03

Pinjaman Kepada Bukan Lapangan Usaha 20.18 20.88 21.25 21.98 22.89 23.34 23.76 24.37

Rumah Tinggal 4.20 4.39 4.67 5.24 5.49 5.54 5.61 5.92

Flat dan Apartemen 0.06 0.07 0.07 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03

Rumah Toko (Ruko) dan Rumah Kantor (Rukan) 0.89 0.95 1.00 1.03 1.08 1.09 1.08 1.42

Kendaraan Bermotor 3.34 3.19 2.94 2.90 3.03 2.94 3.03 2.95

Lainnya 11.69 12.29 12.58 12.77 13.25 13.74 14.01 14.06

LDR 116.50% 115.47% 120.04% 126.70% 136.46% 140.82% 146.07% 149.71%

NPL % Gross 2.21 2.13 2.39 2.42 2.37 2.26 2.50 2.64

Sumber: LBU dan LBUS *) April 2014

III IV I II III IV I II

BPR/BPRS

Total Aset (Rp Miliar) 989.17 1005.52 1022.10 1029.88 994.28 1057.83 1046.97 1033.14

DPK (Rp Miliar) 639.97 629.83 648.21 678.49 609.68 587.78 641.18 621.81

- Tabungan 226.16 211.04 199.98 203.67 188.19 206.23 193.44 188.07

- Deposito 413.82 418.79 448.23 474.82 421.50 381.55 447.74 433.73

Kredit Berdasarkan Penggunaan (Rp Miliar) 723.85 759.15 763.15 779.80 769.76 775.12 783.52 812.81

- Modal Kerja 361.85 389.37 387.71 402.03 396.99 415.60 406.71 421.29 - Investasi 121.29 123.70 123.62 129.03 123.68 126.67 119.23 115.14 - Konsumsi 240.71 246.07 251.82 248.74 249.09 232.85 257.58 276.38 LDR 113.11% 120.53% 117.73% 114.93% 126.26% 131.87% 122.20% 130.72% Nominal NPL (Rp Miliar) 31.14 34.18 45.86 47.98 53.78 47.62 48.33 55.55 NPL 4.30% 4.50% 5.69% 6.15% 6.99% 6.14% 6.17% 6.83%

*) Data Laporan Bulanan (Labul) BPR Februari 2013

III IV I II III IV I II

Bank Umum Syariah

Total Aset (Rp Miliar) 4,296.69 4,840.80 5,578.10 5,734.47 5,453.23 5,570.45 6,401.69 5,254.84 DPK (Rp Miliar) 2,701.16 3,051.05 3,430.94 3,280.70 3,201.67 3,538.91 3,379.92 3,062.44 - Tabungan 173.98 279.64 201.33 193.68 216.62 244.99 174.86 204.72 - Giro 1,031.70 1,131.63 1,135.46 1,223.23 1,296.54 1,530.26 1,345.49 1,387.44 - Deposito 1,495.49 1,639.78 2,094.16 1,863.79 1,688.51 1,763.66 1,859.57 1,470.28 Pembiayaan (Rp Miliar) 3,426.90 3,803.55 4,039.81 4,269.61 4,310.49 4,429.92 4,186.89 4,214.10 FDR 126.87% 124.66% 117.75% 130.14% 134.63% 125.18% 123.88% 137.61% Sumber: LBUS INDIKATOR INDIKATOR INDIKATOR 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2014 2014 2014

(16)

xv

C. Sistem Pembayaran III IV I II III IV I II 1. Nominal (Rp Miliar) 9,152.97 9,492.04 9,252.38 9,547.88 9,866.25 14,551.92 8,743.49 9,337.30 Warkat (lembar) 264,965 292,714 285,786 301,974 297,799 297,387 254,818 272,896 2. a. Nominal (Rp Miliar) 150.05 158.20 154.21 151.55 156.61 238.56 141.02 163.81 b. Volume/Warkat (lembar) 4,344 4,879 4,763 4,793 4,727 4,875 4,110 4,788 3. a. Nominal (Rp Miliar) 117.60 137.62 114.53 121.86 102.34 118.29 90.44 118.11 b. Volume/Warkat (lembar) 158.21 186.72 156.88 162.40 151.43 187.79 138.71 161.30 4. Nominal (Rp Miliar) 158.02 199.12 193.48 177.35 202.29 247.04 172.15 221.70 Warkat (lembar) 4,577 5,406 5,707 5,440 6,421 6,631 5,919 7,210 Jumlah hari 61 60 60 63 63 61 60 57 5. Nominal (%) 1.73% 2.10% 2.09% 1.86% 2.05% 1.70% 1.97% 2.37% Warkat (%) 1.73% 1.85% 2.00% 1.80% 2.16% 2.23% 2.32% 2.64% 6. 38.82 239.47 459.31 625.68 629.34 468.33 390.67 531.45 Aliran uang masuk/inflow 3,454.68 2,560.80 2,160.01 1,371.27 2,223.40 1,598.61 2,478.80 1,806.09 Aliran uang keluar (outflow) 3,511.33 4,180.12 2,508.64 2,809.86 3,847.04 3,382.18 2,468.29 3,201.33 Net Inflow (outflow) (56.65) (1,619.32) (348.62) (1,438.59) (1,623.65) (1,783.57) 10.51 (1,395.24) c. b. PTTB Rata-rata Harian RTGS a. 2012 KETERANGAN 2013 2014 Perputaran Kliring b.

Mutasi kas (Rp Miliar) a.

a.

Penolakan Cek/BG a.

Rata-rata Harian Kliring

Penolakan Cek/BG b.

(17)
(18)

xvii

Ringkasan Umum

Abstraksi

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan (Sumsel) melambat pada triwulan II 2014 didorong oleh perlambatan konsumsi rumah tangga dan ekspor seiring dengan melambatnya sektor utama Sumsel. Namun perlambatan tersebut masih tertahan oleh pertumbuhan sektor industri pengolahan dan PHR.

Sementara itu, penurunan tekanan inflasi Sumsel masih berlanjut yang didukung meningkatnya pasokan bahan pangan. Hal tersebut membuat inflasi volatile food menjadi penyumbang deflasi. Inflasi administered price juga mengalami penurunan seiring dengan hilangnya base effect akibat kenaikan BBM di tahun 2013. Sementara itu, inti relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Capaian inflasi yang rendah ini membuat kota Palembang dan Lubuklinggau termasuk dalam lima kota dengan inflasi terendah se-Sumatera.

Kinerja perbankan Sumsel masih meningkat di tengah perlambatan ekonomi. Aset meningkat seiring dengan peningkatan penghimpunan dana. Di sisi lain, kredit juga mengalami peningkatan walaupun belum disertai dengan perbaikan kualitas. Sistem pembayaran tunai dan nontunai juga mengalami pertumbuhan pada triwulan II 2014 ini.

Perekonomian Sumsel pada triwulan III 2014 diperkirakan meningkat. Pertumbuhan didukung meningkatnya konsumsi rumah tangga dan investasi. Hal tersebut membuat sektor PHR akan menjadi penopang kinerja pertumbuhan ekonomi. Lebih lanjut, inflasi diperkirakan akan kembali ke pola normalnya dan terus melambat hingga akhir tahun 2014.

(19)

xviii

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO

Pertumbuhan ekonomi Sumsel melambat. Pertumbuhan ekonomi Sumsel pada triwulan II 2014 tercatat 5,4% (yoy) melambat dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 sebesar 6,2% (yoy). Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh perlambatan konsumsi rumah tangga dan ekspor akibat perlambatan sektor utama Sumsel. Tekanan harga karet internasional mendorong perlambatan sektor pertanian dan menurunkan konsumsi masyarakat Sumsel pada triwulan ini. Sektor pertambangan dan penggalian mengalami tekanan akibat penertiban Izin Usaha Penambangan. Namun perlambatan ini diperkirakan hanya berdampak sementara. Perlambatan ekonomi Sumsel tertahan oleh pertumbuhan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR).

PERKEMBANGAN INFLASI

Inflasi Sumatera Selatan pada triwulan II 2014 ini persisten turun dan berada di bawah Nasional. Inflasi tahunan Sumatera Selatan pada triwulan II 2014 mencapai 4,34% (yoy), turun dibandingkan triwulan I 2014 sebesar 5,11% (yoy), dan capaian inflasi Nasional pada triwulan ini sebesar 5,29% (yoy). Tekanan inflasi sisi penawaran menurun akibat pasokan bahan pangan yang terjaga terutama pada bulan Mei-Juni. Inflasi kelompok

administered food juga mengalami penurunan seiring dengan

hilangnya base effect. Sementara itu, inti relatif stabil dibanding

triwulan sebelumnya.

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan mengalami peningkatan. Secara umum, kinerja perbankan di Sumsel pada triwulan II 2014 mengalami peningkatan di tengah perlambatan ekonomi. Hal tersebut diindikasikan oleh penghimpunan dana serta aset yang mengalami peningkatan. Di sisi lain, kredit juga mengalami peningkatan terutama kredit modal kerja. Akibat peningkatan BI rate sejak Juni 2013 kenaikan suku bunga deposito yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan suku bunga kredit

Perlambatan ekonomi

disebabkan oleh perlambatan konsumsi rumah tangga dan ekspor akibat perlambatan sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian

Inflasi Sumsel terus mengarah kepada pola normalnya didukung oleh pasokan bahan pangan yang terjaga.

Kinerja perbankan mengalami peningkatan

(20)

xix

membuat spread antara suku bunga penghimpunan dan penyaluran dana berkurang.

Transaksi pembayaran mengalami pertumbuhan yang

ditunjukkan dengan peningkatan kinerja tunai dan nontunai. Dibandingkan triwulan sebelumnya, transaksi non-tunai melalui kliring dan RTGS mengalami peningkatan. Transaksi tunai juga

mengalami peningkatan terutama transaksi outflow.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Realisasi pendapatan Pemprov Sumatera Selatan pada triwulan II 2014 mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya demikian juga realisasi belanja mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Realisasi pendapatan didominasi oleh pendapatan transfer atau dropping dari Pemerintah Pusat. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan terindikasi membaik. Jumlah angkatan kerja mengalami peningkatan diiringi dengan jumlah penganggur yang menurun. Hal ini menyebabkan angka Tingkat Pengangguran Terbuka mengalami penurunan. Sementara itu, kondisi kesejahteraan juga terindikasi membaik yang ditunjukkan dengan angka kemiskinan yang mengalami penurunan.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Perekonomian Sumsel di triwulan III 2014 diperkirakan tumbuh meningkat. Konsumsi rumah tangga diperkirakan mengalami

perbaikan bersamaan dengan perayaan Idul Fitri dan event seperti

MTQ Internasional dan Pertemuan Dokter Anak se-Indonesia. Sementara itu, dengan berakhirnya Pemilu Presiden, diperkirakan kegiatan investasi juga mengalami perbaikan dan adanya pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Api-api. Dari sisi sektoral, ekonomi Sumsel diperkirakan akan ditopang oleh sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran.

Tren penurunan inflasi diperkirakan masih akan lanjut hingga akhir tahun 2014. Inflasi pada triwulan III diperkirakan akan menurun seiring dengan pasokan bahan pangan yang cukup. Namun

demikian, tekanan administered price terkait naiknya Tarif Listrik

untuk beberapa golongan dan pembatasan BBM bersubsidi diperkirakan akan menjadi tantangan bagi pengendalian inflasi di triwulan mendatang.

Realisasi pendapatan dan realisasi belanja meningkat

Kesejahteraan terindikasi membaik

Perekonomian diperkirakan tumbuh

Trend penurunan inflasi

diperkirakan akan lanjut hingga akhir 2014 Transaksi pembayaran

(21)
(22)

1

1

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Perekonomian Sumsel pada triwulan II 2014 tumbuh melambat

 Perlambatan terjadi pada sektor primer yaitu sektor pertanian dan sektor

pertambangan dan penggalian.

 Dari sisi permintaan, perlambatan diakibatkan melambatnya konsumsi rumah

tangga dan ekspor.

1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum

Pertumbuhan ekonomi melambat. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan II 2014 tumbuh melambat dari 6,2% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 5,4% (yoy). Perlambatan tersebut didorong perlambatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan ekspor seiring menurunnya harga komoditas. Dari sisi sektoral, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) masih tumbuh tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Realisasi pertumbuhan ekonomi triwulan ini berada di bawah kisaran proyeksi laporan sebelumnya, yaitu 5,9 6,4% (yoy).

Secara triwulanan, PDRB Sumatera Selatan pada triwulan II 2014 tumbuh 3,16% (qtq), lebih tinggi dibanding triwulan I 2014 yang menurun 0,23% (qtq). Pertumbuhan tersebut sesuai dengan pola musiman yaitu terjadi peningkatan pada triwulan II dibandingkan triwulan sebelumnya. Adanya pemberian dana dari pemerintah pusat menyebabkan mulai berjalannya proyek-proyek pembangunan.

Grafik 1-1. PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB

Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Grafik 1-2. PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000

5,8 6,5 6,2 7,5 7,0 6,1 5,5 5,5 6,2 6,0 5,2 6,6 6,2 5,4 1 2 3 4 5 6 7 8 5 10 15 20 25

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Rp Triliun PDRB Normal Konstan Pertumbuhan (RHS, %yoy) 4,0 6,6 4,8 5,8 6,7 6,7 6,0 1,9 0,1 3,9 4,1 -1,6 -0,2 3,2 (3) (2) (1) 1 2 3 4 5 6 7 8 5 10 15 20 25

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Rp Triliun PDRB Normal Konstan Pertumbuhan (RHS, %qtq)

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

Sektor pertanian melambat didorong oleh perlambatan kinerja subsektor perkebunan. Kinerja sektor pertanian mengalami perlambatan dari 8,1% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 3,3% (yoy). Sektor pertambangan dan penggalian juga melambat dari 1,6% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 1,4% (yoy). Nemun demikian

(23)

2

perlambatan ekonomi Sumsel masih tertahan kinerja sektor industri pengolahan dan sektor PHR yang tumbuh masing-masing sebesar 6,2% (yoy) dan 9,3% (yoy).

Tabel 1-1. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%)

Sektor I II 2012 III IV Total I II 2013 III IV Total I 2014 II

Pertanian 6.7 6.7 6.0 1.9 5.4 1.5 3.1 2.6 12.7 4.8 8.1 3.3 Pertambangan 3.3 (0.5) (2.4) 1.7 0.5 1.1 2.4 0.7 1.6 1.5 1.6 1.4 Industri Pengolahan 5.5 4.9 6.9 6.7 6.0 8.5 7.5 5.6 5.1 6.7 5.6 6.2 Listrik,Gas & Air

Bersih 9.4 10.3 6.7 6.0 8.0 7.5 7.2 9.5 6.9 7.8 6.7 6.9 Bangunan 9.2 7.9 8.2 10.1 8.9 12.6 10.8 9.4 5.6 9.5 7.4 6.4 Perdagangan, Hotel & Restoran 9.5 11.0 9.8 7.6 9.4 8.9 7.0 8.7 8.5 8.3 9.0 9.3 Angkutan & Komunikasi 13.1 12.3 12.0 8.1 11.3 9.5 9.2 7.8 7.4 8.5 7.7 8.0 Keuangan, Persewaan

& Jasa Perusahaan 8.1 9.2 9.4 9.0 8.9 9.7 9.3 8.3 7.1 8.6 7.1 7.1 Jasa - jasa 8.7 8.5 5.4 8.0 7.6 8.9 7.0 7.7 5.3 7.2 6.4 6.7

PDRB 7.0 6.1 5.5 5.5 6.0 6.2 6.0 5.2 6.6 6.0 6.2 5.4

SSumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan

Secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi Sumsel mengalami peningkatan yang didorong oleh kinerja seluruh sektor. Sektor utama Sumsel yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan penggalian masing-masing tumbuh 8,2% (qtq) dan 1,7% (qtq). Sementara sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran masing-masing tumbuh 2,4% (qtq) dan 2,7% (qtq).

Tabel 1-2. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%)

Sektor 2012 2013 2014

I II III IV I II III IV I II

Pertanian 1.6 11.5 12.9 (20.3) 1.2 13.2 12.4 (12.5) (2,9) 8,2 Pertambangan 1.0 0.5 (0.0) 0.2 0.4 1.8 (1.7) 1.2 0,3 1,7 Industri Pengolahan (2.6) 2.8 5.0 1.5 (0.9) 1.8 3.2 1.0 (0,4) 2,4 Listrik,Gas & Air Bersih (2.2) 4.4 1.1 2.8 (0.9) 4.1 3.4 0.3 (1,1) 4,3 Bangunan (4.0) 4.3 5.0 4.8 (1.8) 2.7 3.6 1.2 (0,1) 1,7 Perdagangan, Hotel &

Restoran (1.1) 4.2 3.0 1.4 0.1 2.4 4.6 1.2 0,5 2,7 Angkutan & Komunikasi (0.9) 1.8 5.0 2.0 0.5 1.5 3.6 1.6 0,8 1,8 Keuangan, Persewaan &

Jasa Perusahaan

1.6 1.7 2.5 2.9 2.3 1.3 1.7 1.6 2,3 1,3 Jasa - jasa (0.6) 3.4 1.4 3.7 0.2 1.6 2.0 1.3 1,2 2,0

PDRB (0.5) 4.2 4.8 (2.8) 0.1 3.9 4.1 (1.6) (0,2) 3,2

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Sektor industri pengolahan dan PHR merupakan kontributor utama perekonomian Sumsel pada triwulan II 2014. Sektor tersebut masing-masing memberikan kontribusi sebesar 1,1% dan 1,2% terhadap total PDRB Sumsel. Sementara sektor utama Sumsel lainnya, yaitu sektor pertanian serta sektor sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi masing-masing sebesar 0,9% dan 0,3%.

(24)

3

Grafik 1-3. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II 2014 (%) 29.7 2.4 14.9 1.2 16.9 1.1 19.5 0.3 19.0 0.9 Struktur Andil Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel & Restoran

Lainnya

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

1.2.1 Sektor Pertanian

Sektor pertanian tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan II 2014, sektor pertanian tercatat tumbuh 3,3% (yoy), melambat dibandingkan triwulan I 2014 sebesar 8,1% (yoy). Perlambatan kinerja sektor pertanian ini juga tercermin dari penyaluran kredit sektor pertanian yang menunjukkan pertumbuhan yang melambat.

Berdasarkan hasil liaison, perlambatan ini terutama disebabkan oleh perlambatan subsektor perkebunan khususnya komoditas karet. Harga internasional karet yang masih belum membaik, membuat harga di level petani semakin menurun sehingga mengurangi produksi karet. Di sisi lain, kinerja perkebunan kelapa sawit menunjukkan indikasi yang positif. Harga Tandan Buah Segar (TBS) terus mengalami peningkatan di triwulan II 2014 ini. Hal tersebut mengindikasikan masih tingginya permintaan yang membuat peluang produksi kelapa sawit masih besar.

Sementara itu, kinerja tanaman bahan makanan (tabama) membaik di triwulan II 2014. Curah hujan relatif lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun 2013

sehingga kondusif bagi petani untuk melakukan panen dan distribusi. Inflasi volatile

food yang cukup rendah pada periode ini juga disebabkan oleh pasokan bahan

makanan yang melimpah. Dengan tumbuhnya produksi tabama membuat, sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 8,2% (qtq).

(25)

4

Grafik 1-4. Perkembangan Curah Hujan di Sumatera

Selatan di Sumatera SelatanGrafik 1-5. Perkembangan Harga Tandan Buah Segar

5 10 15 20 25 50 100 150 200 250 300 350 400 450 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2012 2013 2014

Curah Hujan (mm) Hari Hujan (RHS)

78 80 82 84 86 88 90 0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 2012 2013 2014

Rp/kg Harga CPO Harga Inti Indek "K" (%) - RHS

Sumber: Stasiun Klimatologi Kenten Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Grafik 1-6. Perkembangan Produksi Crumb Rubber

Sumatera Selatan Grafik 1-7. Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Sumatera Selatan

-15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 2012 2013 2014 %yoy Ribu Ton Sumsel Pertumbuhan (RHS) (2) 2 4 6 8 10 2 4 6 8 10 12 14 16

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%yoy Triliun Rupiah Kredit Pertanian

gKredit Pertanian (RHS)

Sumber: Gapkindo Sumsel

BOKS A.

Hilirisasi Industri Karet Sumatera Selatan :

Upaya Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi

Sumatera Selatan

Indonesia Sebagai Penghasil Karet Terbesar di Dunia

Indonesia merupakan negara penghasil karet kedua terbesar di dunia setelah Thailand. Pada tahun 2012 Indonesia menyumbang 27% pasokan karet di dunia. Pesaing lainnya selain Thailand adalah Malaysia, Vietnam, dan India. Pada tahun 2013, perdagangan karet di Indonesia memberikan devisa negara sebesar US$ 2,5 miliar, menempatkan karet sebagai komoditas penghasil devisa terbesar kedua diantara komoditas perkebunan setelah kelapa sawit.

(26)

5

Sumber: www.faostat.com

Grafik A-1. Proporsi Hasil Karet Indonesia Terhadap

Produksi Dunia (Tahun 2012 Grafik A-2. Sebaran Produksi Karet di Wilayah Indonesia

Penghasil karet terbesar di Indonesia adalah Sumatera Selatan, dengan produksi mencapai 19% dari total produksi nasional sebesar 982 ribu ton/ tahun. Daerah di Sumatera Selatan yang merupakan penghasil karet terbesar adalah Kabupaten Banyuasin dengan pangsa pasar sebesar 88% dari total produksi Provinsi Sumsel. Perusahaan karet di Sumatera Selatan didominasi oleh perusahaan yang memproduksi

crumb rubber atau SIR (Standard Indonesia Rubber). Dari total 24 perusahaan produsen

karet, 23 diantaranya memproduksi SIR dan 1 perusahaan lainnya memproduksi lateks. Sampai saat ini belum ada perusahaan yang memproduksi barang jadi dari olahan karet di Sumatera Selatan. Hal ini sangat disayangkan karena Sumatera Selatan memiliki potensi yang sangat besar pada komoditas ini.

Produktivitas karet di Sumatera Selatan terus meningkat dari tahun 2009-2013 seiring dengan meningkatnya lahan perkebunan karet. Jumlah ekspor secara volume juga terus meningkat, namun dari sisi nilai mengalami penurunan seiring terjadinya penurunan harga karet alam secara global yang disebabakan oleh suplai yang berlebihan. Sementara permintaan dari negara importir karet juga menurun akibat lemahnya industri otomotif internasional.

Tabel A-1. Perkembangan Ekspor Karet Sumsel

2009 2010 2011 2012 2013

Ekspor (ribu ton) 651,01 764,76 829,46 858,63 1011,43

Nilai Ekspor (juta US$) 1052,43 2393,18 3838,14 2776,00 2589,26

Industri otomotif sangat mempengaruhi kinerja ekspor karet Sumatera Selatan. Hal ini disebabkan oleh tingginya porsi penggunaan karet alam untuk produk ban di industri hilir yang mencapai 61%.

(27)

6

Sumber: Dokumen MP3EI

Grafik A-3. Porsi Penggunaan Karet Alami di Industri Hilir (%)

Namun demikian, hilirisasi industri karet di Provinsi Sumsel belum terdiversifikasi secara

luas, yaitu 85% diekspor masih dalam bentuk crumb rubber dan hanya 15% yang

dikonsumsi untuk hilirisasi produk. Malaysia sebagai negara penghasil karet terbesar kedua setelah Indonesia hanya mengekspor 21% dari total produksinya dalam bentuk

crumb rubber. Dan produksi karet olahan Malaysia pun memiliki kontribusi yang sangat

besar yaitu 43% dari total ekspor di tahun 2013. Hal ini menunjukkan ketertinggalan industri hilirisasi karet di Indonesia.

Dengan adanya fluktuasi harga karet global dan kondisi permintaan yang crumb rubber

yang belum membaik, Indonesia seharusnya dapat melakukan pengembangan pada industri hilir karet untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas tersebut.

Provinsi Sumatera Selatan memiliki berbagai kekuatan dan kesempatan dari berbagai aspek. Potensi bahan baku karet sangat melimpah di Sumatera Selatan, yaitu 19% dari total produksi nasional. Dari aspek potensi pasar, industri hilirisasi karet masih dapat berkembang seiring dengan masih berlanjutnya peningkatan industri otomotif di Indonesia. Produk olahan karet berupa ban akan tetap memiliki pasar yang cukup besar. Dari sisi sumber daya manusia pun hilirisasi karet akan memberikan kesempatan penyerapan tenaga kerja yang lebih tinggi, mengingat terdapat jumlah angkatan kerja lulusan minimal akademi yang menganggur mencapai 8,5% dari total penduduk menganggur di Sumatera Selatan dan terdapat 32,93% penduduk dalam usia produktif yang belum bekerja. Dari aspek energi, ketersediaan sumber daya energi dan kesiapan PLN dalam pembangunan PLTP Rantau Dedap dan PLTU mulut tambang yang akan dioperasikan pada tahun 2016 dan 2017 juga dapat mendukung pengembangan industri hilirisasi karet. Pemerintah sebagai pemangku kebijakan juga telah menetapkan rencana jangka menengah untuk meningkatkan kemampuan produksi produksi berbagai jenis ban radial mobil penumpang, truk, dan bus. Selain itu pemerintah juga telah menetapkan rencana jangka panjang untuk meningkatkan kemampuan produksi

ban radial dan kemampuan engineering karet. Pada aspek biaya modal, penyaluran

kredit bank secara nasional pada industri pengolahan masih relatif kecil yaitu 0,28%. Hal ini disebabkan oleh masih rendahnya industri pengolahan di Indonesia. Fakta ini

(28)

7

menunjukkan masih ada potensi pembiayaan yang dapat dilakukan kepada industri hilirisasi karet. Dari aspek kesejahteraan masyarakat, dengan adanya hilirisasi, sensitivitas komoditas karet terhadap harga karet internasional dapat diturunkan sehingga kesejahteraan masyarakat terutama petani karet dapat lebih ditingkatkan. Disisi lain Sumatera Selatan juga memiliki kelemahan dan ancaman dalam usaha pengembangan industri hilirisasi karet. Negara pesaing seperti Thailand dan Malaysia telah lebih dahulu memiliki industri hilirisasi dengan kualitas produk yang cukup tinggi. Sehingga daya saing produk olahan karet Indonesia terancam lebih rendah dari produk ban negara pesaing. Ancaman lainnya adalah sulitnya mendapatkan investor. Sumatera Selatan harus memiliki perencanaan yang rinci terhadap pengembangan industri hilir agar dapat memberikan kepercayaan pada investor bahwa industri hilirisasi karet akan menguntungkan bagi Indonesia maupun investor. Sumber daya manusia yang berkualitas rendah juga menjadi salah satu hambatan, karena pada pembangunan hilirisasi karet diperlukan SDM yang cukup berkualitas.

Berdasarkan analisis di atas dimana kekuatan dan kesempatan Sumatera Selatan untuk hilirisasi industri karet sangat melimpah, dan di sisi lain terdapat beberapa kelemahan dan hambatan yang telah diidentifikasi secara dini, Sumatera Selatan harus terdorong untuk melakukan percepatan hilirisasi komoditas karet. Pendirian pabrik ban sebagai

sarana penghasil output akhir komoditas karet dipandang merupakan salah satu cara

yang feasible dan excutable.

Untuk mewujudkannya dibutuhkan kebijakan pemerintah yang dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif dan mendukung percepatan hilirisasi diantaranya:

a. Insentif pajak untuk ekspor barang jadi misalnya ban untuk merangsang

pengusaha menghasilkan output akhir yang memiliki nilai tambah, serta tax

holiday atau pembebasan pajak selama tanaman atau pabrik belum

berproduksi.

b. Mempermudah perizinan pendirian pabrik ban di Sumatera Selatan.

c. Meningkatkan produksi karet untuk menambah pasokan bahan baku melalui

revitalisasi perkebunan rakyat dengan percepatan peremajaan karet tua serta penggunaan klon unggul dengan produktivitas tinggi, restrukturisasi teknologi (mesin dan peralatan produksi), serta penerapan standarisasi.

d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk industri dengan

melaksanakan pelatihan dan pembinaan.

e. Pembentukan forum komunikasi dan koordinasi antar pihak maupun instansi

terkait, mulai dari petani, pelaku usaha, dan Pemda setempat.

(29)

8

1.2.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor pertambangan dan penggalian melambat pada triwulan II 2014 ini. Sektor ini tercatat tumbuh 1,4% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya 1,6% (yoy). Sektor ini masih merupakan sektor dengan pangsa terbesar yaitu mencapai 19,05% dan memberikan andil sebesar 0,27% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sumsel. Berdasarkan hasil liaison, sektor ini mengalami perlambatan akibat perlambatan produksi batubara di akhir triwulan II 2014. Selain itu, adanya penertiban Izin Usaha Penambangan (IUP) diperkirakan memberikan dampak jangka pendek terhadap pertumbuhan sektor ini. Namun dengan adanya penertiban ini, cadangan batubara Sumsel akan dapat dikelola dengan lebih baik dan tepat dan selanjutnya justru berdampak positif terhadap kinerja dalam jangka panjang.

Grafik 1-8. Perkembangan Harga Batu Bara

di Pasar Internasional Grafik 1-9. Perkembangan Harga Minyak Bumi di Pasar Internasional

-30 -20 -10 0 10 20 30 40 30 40 50 60 70 80 90

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

USD/mt Harga Batubara gHarga Batubara (RHS) % yoy -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 30 40 50 60 70 80 90 100 110

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

USD/barrel WTI

gHarga Minyak (RHS)

% yoy

Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg

Grafik 1-10. Perkiraan Produksi Batubara

-20 -10 0 10 20 30 40 50 60 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 2012 2013 2014 %yoy kt Produksi Batubara gProduksi Batubara (RHS)

(30)

9

BOKS B.

Potensi Energi Sumatera Selatan

Sumatera Selatan Lumbung Energi Nasional

Sumatera merupakan pulau yang memiliki sumber daya alam yang begitu kaya. Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Selatan telah memetakan kondisi dan potensi energi khususnya energi ketenagalistrikan di Sumatera Selatan.

Potensi energi di Sumatera Selatan sangat melimpah mulai dari batubara, gas bumi, minyak bumi, panas bumi, mikrohydro, gas metan/coal bed methane (CBM), dan bioenergi.

Jumlah cadangan batubara yang terukur dan dapat ditambang secara ekonomis dengan teknologi yang tersedia di Sumatera Selatan pada tahun 2011 mencapai 13,62 milir ton. Angka ini menempati urutan terbesar dari seluruh provinsi di Indonesia. Cadangan batubara di Sumatera Selatan bahkan menyaingi cadangan batubara Kalimantan Timur yang merupakan provinsi eksportir batubara terbesar di Indonesia yang hanya mencapai 8,86 miliar ton.

0 2 4 6 8 10 12 14 16 Sumatera Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Riau Kalimantan Tengah Jambi Sumatera Barat Bengkulu Sulawesi Selatan (Miliar Ton)

Sumber: Handbook of Energy and Economics Stastistics, Kementerian ESDM RI (2011)

Grafik B-1. Cadangan Batubara per Provinsi (2011)

Selain cadangan batubara, di Sumatera Selatan cadangan gas metan yang berada pada

cekungan batubara atau yang biasa disebut shale gas/Coal Bed Methane (CBM) juga

sangat berlimpah. Sumatera Selatan menyimpan cadangan CBM sebesar 183 TCF, yang merupakan cadangan terbesar diantara provinsi lainnya di Indonesia.

(31)

10

Tabel B-1. Cadangan Coal Bed Methane per Provinsi (2004)

Sumatera Selatan Muara Enim 183

Kalimantan Selatan Warukin 102

Kalimantan Timur Prangat 80

Riau Petani 53

Kalimantan Timur Tabul 18

Kalimantan Timur Latih 8,4

Sumatera Barat Sawaht 0,5

Kalimantan Selatan Warukin 3

Jawa Tengah T.Akar 0,8

Sulawesi Selatan Toraja 2

Bengkulu Lemau 3,6

Provinsi Daerah Sumber Daya

CBM (TCF)

Sumber: Stevens, S. "Indonesia Coalbed Methane Indicators and Basin Evaluation" (2004)

Selain batubara dan CBM, Sumatera Selatan juga memiliki potensi energi gas dan minyak bumi yang melimpah. Cadangan gas bumi di Sumatera Selatan mencapai 16,03 TCF, yaitu menempati urutan keempat terbesar di Indonesia. Sedangkan cadangan minyak bumi di Sumatera Selatan mencapai 813,69 MMSTB, yaitu menempati urutan ketiga terbesar di Indonesia.

50,27 24,14 16,65 16,03 15,21 9,28 7,08 5,26 2,98 2,57 1,23 Natuna Papua Kalimantan Sumatera Selatan Maluku Sumatera Bagian Tengah Aceh Jawa Timur Jawa Barat Sulawesi Sumatera TCF

Sumber: Direktorat Jendral Minyak dan Gas, ESDM

Grafik B-2. Cadangan Gas Bumi Indonesia (2012)

3685,95 969,65 813,69 598,58 554,43 125,29 116,24 108,84 66,07 48,51 27,71

Sumatera Bagian Tengah Jawa Timur Sumatera Selatan Kalimantan Jawa Barat Aceh Sumatera Utara Natuna Papua Sulawesi Maluku MMSTB

Sumber: Direktorat Jendral Minyak dan Gas, ESDM

Grafik B-3. Cadangan Minyak Bumi Indonesia (2012) Tidak hanya itu, Sumatera Selatan masih memiliki potensi lainnya yaitu panas bumi. Potensi panas bumi di Daerah Rantau Dedap yang sekarang sedang digarap oleh PT. Pertamina Geothermal Energi dinyatakan memiliki potensi energi sebesar 2.272 Mwe. Menurut informasi dari Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Selatan, lapangan panas bumi di Rantau Dedap merupakan lapangan panas bumi terbesar kedua di dunia, berdasarkan penilaian dari Konggres Panas Bumi Dunia 2010.

Sumatera Selatan juga memiliki potensi tenaga air yang sangat besar dari aliran sungai. Menurut data Direktorat Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi Kementerian ESDM, total potensi tenaga air Sumsel mencapai 400,5 Mwe. Potensi tenaga air tersebut tersebar pada daerah aliran sungai Selabung, Komering, Enim, dan Kutu.

Sektor ekonomi utama di Sumatera Selatan, yaitu perkebunan dan pertanian, juga menyumbang potensi bioenergi. Sumber bioenergi dihasilkan dari residu produksi perkebunan kelapa sawit maupun karet yaitu batang dan ranting karet, pelepah kelapa sawit, batang sawit, dan cangkang sawit. Berdasarkan data Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, potensi Sumatera Selatan untuk bioenergi mencapai 1.542,37 Mwe, yaitu menempati posisi ke-7 sebagai provinsi yang memiliki cadangan bioenergi terbesar di Indonesia.

(32)

11

Pemanfaatan Potensi Energi Sumatera Selatan

Baik pemerintah maupun swasta telah menetapkan rencana jangka panjang untuk pemanfaatan potensi energi di Sumatera Selatan. Usaha mewujudkan Sumatera Selatan menjadi lumbung energi nasional telah direncanakan dan beberapa telah sampai pada tahap pelaksanaan. Pemanfaatan energi di Sumatera Selatan membutuhkan investasi pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur jaringan rel kereta api, tol, dan pelabuhan dalam hal ini dapat mendukung distribusi pada kegiatan produksi energi listrik. Banyaknya rencana pembangunan infrastruktur pembangkit listrik dari berbagai sumber energi pun menjadi bukti keseriusan

stakeholder dalam mewujudkan Sumatera Selatan menjadi lumbung energi nasional.

Tabel B-2. Daftar Investasi Infrastruktur yang Teridentifikasi di Sumatera Selatan

Pelaku Proyek MP3EI Nilai Investasi

(Miliar Rp)

Periode Mulai

Periode Selesai

Pembangunan Jaringan Rel KA Kertapati-Simpang-Tanjung

Api-api (90 km) or 250 km 25.000 2012 2015 Pembangunan jalur kereta api untuk pengangkut batubara dari

Sumsel ke Lampung 802 2013 -Pembangunan Tol Palembang-Indralaya (22 km) 624 2011 2014 Pelabuhan Tanjung Api-api 516 2012 2014 Peningkatan Jalan Wiralaga – Sp.Pematang –(P) – 40 Km 280 2011 2013 Pembangunan PLTU Mulut Tambang 4x150 MW Sumsel 8.400 2011 2016 Pembangunan PLTU Mulut Tambang Sumsel 2x300 MW 7.800 2011 2015 Pembangunan Jalur KA Tj.Enim – Lampung dan Tj.Enim-Kertapati

(di samping jalur yang ada) Peningkatan kapasitas dari 10 juta ton menjadi 22,7juta ton/ tahun

4.000

2010 2014

PLTP Lumut Balai Unit 1 & 2 (2x55 MW) 3.484 2007 2014 PLTP Lumut Balai Unit 3 & 4 (2x55 MW) 3.388 2011 2015 Pembangunan PLTU Banjarsari 2x100 MW 2.800 2011 2013 Pembangkit listrik dan steam 2.400 2011 2013 Pembangunan PLTU Tanjung Enim (3x10 MW) 378 2011 2013 Pembangunan transmisi listrik di Provinsi Sumatera Selatan (21

titik) 357 2011 2015

Pengembangan Pelabuhan di Palembang 282 2012 2014 Proyek pembangunan Rel Kereta Api Muara Enim-Tanjung Carat

(270 km) dan Pelabuhan Batu Bara Tanjung Carat 17.000 2012 2014 Pembangunan Jalur KA baru Tanjung Enim–Lampung (300 km) 15.300 2011 2015 Pembangunan Infrastruktur PLTU di Kawasan Industri Muara Enim

(2x10 MW) 392 2011 2014

Campuran Pemerintah

BUMN

Sumber: Dokumen MP3EI (2011)

1.2.3 Sektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan II 2014 meningkat. Sektor ini tercatat sebesar 6,2% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,7% (yoy). Pertumbuhan yang cukup signifikan ini memberikan andil terhadap pertumbuhan Sumsel sebesar 1,05%.

(33)

12

Pertumbuhan kinerja industri pengolahan ini berbeda dengan kinerja sektor primer yang melambat. Kinerja industri pengolahan CPO, makanan dan minuman, serta pupuk diperkirakan mengalami peningkatan.

Berdasarkan hasil liaison, kinerja industri pengolahan CPO menunjukkan peningkatan dan terjadi diversifikasi pasar tujuan ekspor ke negara non tradisional. Hal tersebut didukung oleh harga internasional CPO yang tumbuh 5,3% (yoy) atau mencapai USD796/metric ton. Sementara itu, kinerja pengolahan makanan dan minuman diiperkirakan meningkat menjelang perayaan Idul Fitri pada triwulan III 2014 mendatang. Data indikator produksi pupuk urea dan pupuk amoniak juga menunjukkan peningkatan di triwulan II 2014.

Sementara itu, industri pengolahan karet mengalami perlambatan akibat harga internasional karet dan harga di level pekebun yang belum mengalami perbaikan. Pada triwulan II 2014, harga karet tercatat USD228 cents/kg atau turun 16,7% (yoy). Hasil liaison juga menyebutkan bahwa kinerja industri pengolahan karet masih menghadapi tantangan pasokan karet global yang masih melimpah.

Grafik 1-11. Perkembangan Harga Karet di Pasar

Internasional Grafik 1-12. Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional

-40 -20 0 20 40 60 80 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600

I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014 USD cent/kg Harga Karet gHarga Karet (RHS) % yoy -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 150 350 550 750 950 1.150 1.350

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

USD/mt Harga CPO

gHarga CPO (RHS)

% yoy

Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg

1.2.4 Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran

Pertumbuhan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) masih berlanjut hingga triwulan II 2014. Sektor PHR pada triwulan II 2014 ini tumbuh 9,3% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,0% (yoy). Sektor ini memiliki pangsa 15,3% dan pertumbuhan sektor ini memberikan andil terhadap pertumbuhan sebesar 1,42%.

(34)

13

Grafik 1-13. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar

Sumsel Grafik 1-14. Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru di Sumatera Selatan

-40 -20 0 20 40 60 80 0 10 20 30 40 50 60 70 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 2012 2013 2014 % Ribu Orang Total Wisatawan TPK (RHS)

gTotal Wisatawan (yoy, RHS)

-60 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 0 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 2012 2013 2014 %yoy buah Sumsel gSumsel (RHS)

Sumber: Badan Pusat Statistik Prov. Sumsel Sumber : Dispenda Provinsi Sumatera Selatan

Tingkat Penghunian Kamar (TPK) mengalami peningkatan di triwulan II 2014 dari 42,5 menjadi 47,4. Peningkatan ini didorong oleh banyaknya hari libur di bulan April-Mei yang mendorong kegiatan wisata baik domestik maupun mancanegara. Selain itu, libur sekolah pada Juni 2014 diperkirakan mendorong wisatawan untuk berlibur di Sumsel. Kredit kepemilikan kendaraan bermotor juga menunjukkan peningkatan yang juga dikonfirmasi oleh jumlah penjualan kendaraan khususnya sepeda motor yang mengalami peningkatan.

1.2.5 Sektor Lainnya

Kinerja sektor bangunan mengalami perlambatan. Sektor bangunan pada triwulan II 2014 tumbuh 6,4% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,4% (yoy). Pertumbuhan sektor ini memberikan andil 0,58% terhadap total pertumbuhan ekonomi Sumsel triwulan II 2014 ini.

Perlambatan sektor ini sejalan dengan perlambatan penyaluran kredit kepemilikan rumah (KPR) dan kredit konstruksi di Sumsel. Perlambatan terjadi pada seluruh jenis kepemilikan rumah. Perlambatan kedua konstruksi ini juga tercermin dari perlambatan konsumsi semen Sumsel sebanyak 184 ribu ton atau tumbuh 23,1% (yoy) melambat dibandingkan triwulan I 2014 sebesar 27,9% (yoy).

(35)

14

Grafik 1-15. Perkembangan Konsumsi Semen di Sumatera

Selatan Grafik 1-16. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Sumatera Selatan

-5 0 5 10 15 20 25 30 0 100 200 300 400 500 600

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 % yoy Ribu Ton Sumsel gSumsel (RHS) -20 0 20 40 60 80 2 4 6 8 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 % yoy Rp Triliun Konstruksi

Kepemilikan Rumah, Apartemen, dan Rukan gKonstruksi

gKepemilikan Rumah, Apt, Rukan

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA) tumbuh dibandingkan triwulan I 2014. Pada triwulan ini, tercatat sektor LGA tumbuh 6,9% (yoy) lebih tinggi dari triwulan I 2014 yang tumbuh 6,7% (yoy). Penjualan air minum tercatat 20,7 juta liter atau tumbuh 10,6% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,8% (yoy). Sementara penjualan listrik tercatat 980,05 juta KwH atau tumbuh 6,3% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 34,4% (yoy). Namun demikian, jumlah pelanggan mengalami peningkatan dari 4,18 juta pelanggan menjadi 4,29 juta pelanggan.

Grafik 1-17. Perkembangan Pemakaian Listrik di Sumatera

Selatan Grafik 1-18. Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Penjualan Air Bersih di Sumatera Selatan

0 5 10 15 20 25 30 35 40 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Juta kWh

Penjualan gPenjualan (%yoy, RHS)

5 10 15 20 25 100 200 300 400 500 600 700 800

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

Juta Liter

Ribu Pelanggan Penjualan (RHS)

Sumber : PT. PLN WS2JB, diolah Sumber : PT. PDAM Tirta Musi, diolah

Sejalan dengan peningkatan kinerja sektor industri pengolahan dan sektor PHR, membuat kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor ini tercatat tumbuh 8,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,7% (yoy). Sektor ini memiliki pangsa sebesar 6,7% dan pertumbuhannya pada triwulan ini memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Sumsel sebesar 0,53%.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan relatif stabil. Sektor ini masih tumbuh stabil sejak triwulan IV 2013 atau sebesar 7,1% (yoy). Hal tersebut sesuai

(36)

15

dengan kinerja perbankan yang relatif stabil walau cenderung meningkat di tengah perlambatan ekonomi. Pembahasan lebih lanjut sektor ini akan dibahas pada bab mengenai Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran.

Kinerja sektor jasa tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2014. Kinerja sektor jasa-jasa tumbuh meningkat dari 6,4% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 6,7% (yoy). Peningkatan tersebut sejalan dengan kinerja jasa pemerintahan yang meningkat akibat meningkatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah daerah. Sektor ini memiliki pangsa sebesar 9,0% dari total PDRB dan memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Sumsel sebesar 0,6%.

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan ekonomi diakibatkan melambatnya konsumsi rumah tangga. Kinerja pertanian yang melambat memberikan dampak yang cukup tinggi terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga Sumsel. Hal tersebut seiring dengan mayoritas penduduk Sumsel atau sekitar 52,3% dari total penduduk Sumsel bekerja pada sektor pertanian. Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 5,7% (yoy), melambat dibandingkan triwulan I 2014 sebesar 7,3% (yoy). Namun demikian pertumbuhan konsumsi rumah tangga masih cukup tinggi dan menjadi penopang perekonomian Sumsel. Pangsa konsumsi rumah tangga yang mencapai 64,5% dari total PDRB membuat pertumbuhan konsumsi rumah tangga memberikan andil perekonomian sebesar 3,7%.

Tabel 1-3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2012 2014 (%)

Penggunaan 2012 2013 2013 2014

I II III IV I II

1. Konsumsi Rumah Tangga 7,0 8,6 9,6 8,6 9,0 8,9 7,9 5,4 2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 3,3 4,8 4,8 5,0 4,9 4,5 9,0 22,7 3. Konsumsi Pemerintah 7,3 5,2 (4,0) 9,0 5,8 3,9 6,7 7,3 4. Investasi 13,2 9,3 8,0 7,3 7,6 8,0 6,4 4,8 5. Ekspor Barang dan Jasa 2,6 7,5 0,5 11,0 6,3 6,3 6,3 3,9 6. Impor Barang dan Jasa 15,6 9,8 13,1 12,3 5,9 10,2 8,2 10,3 TOTAL 6,0 6,2 6,0 5,2 6,6 6,0 6,2 5,4 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

(37)

16

Tabel 1-4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2012 2014 (%)

Penggunaan 2012 2013 2014

III IV I II III IV I II

Konsumsi Rumah Tangga 2,7 1,3 2,3 3,0 1,7 1,2 0,3 0,3 Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 4,8 -4,5 4,8 0,0 5,0 0,4 5,7 14,3 Konsumsi Pemerintah -6,4 16,8 -20,8 12,1 5,1 13,4 -20,2 11,5 Investasi 6,0 3,5 -7,9 8,7 3,5 6,9 -9,3 5,2 Ekspor Barang dan Jasa -0,7 -1,7 -0,5 3,9 9,3 -5,7 -0,7 1,3 Impor Barang dan Jasa 6,6 5,0 -2,0 1,8 7,3 1,1 0,1 5,2 TOTAL 4,8 -2,8 0,1 4,0 4,1 -1,6 -0,2 3,2 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Perlambatan konsumsi tercermin dari perlambatan kredit konsumsi yang melambat dari 11,8% (yoy) menjadi 10,9% (yoy). Perlambatan kredit konsumsi terutama disebabkan oleh perlambatan kredit kepemilikan rumah untuk seluruh jenis rumah.

Grafik 1-19. Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu

Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama Grafik 1-20. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen an

119,2 104,5 116,6 126,1 124,4 112,8 111,0 105,5 123,5 108,0 I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014

Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama

90 100 110 120 130 140 150

I II III IV I II III IV I II III IV I II III*

2011 2012 2013 2014

Indeks IKK IKE IEK

Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Wilayah VII Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Wilayah VII

Berdasarkan hasil SK, perlambatan konsumsi tercermin dari perlambatan indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama dari 123,5 menjadi 108,0. Namun demikian, konsumsi rumah tangga diperkirakan masih tumbuh tinggi ditunjukkan dengan optimisme masyarakat terhadap perekonomian yang masih tinggi. Pada triwulan II 2014, rata-rata indeks keyakinan konsumen mengalami peningkatan dari 128,81 menjadi 132,0.

Grafik 1-21. Perkembangan Kredit Konsumsi di Sumatera

Selatan Grafik 1-22. Perkembangan Simpanan Pemda Sumatera Selatan di Perbankan

5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%yoy Triliun

Rupiah Kredit Konsumsi gKredit (RHS)

-80,00 -60,00 -40,00 -20,00 0,00 20,00 40,00 60,00 0 1 2 3 4 5 6 7

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014

%yoy Rp Triliun

(38)

17

BOKS C.

Optimisme Konsumen Triwulan II di Kota

Palembang Meningkat

Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan II 2014

Berdasarkan survei konsumen, tingkat keyakinan masyarakat Kota Palembang pada triwulan II 2014 naik tipis dibandingkan triwulan lalu. Membaiknya harga TBS di petani, meningkatnya permintaan CPO dalam negeri, dan lebih produktifnya panen tabama di triwulan ini mempengaruhi keyakinan konsumen terhadap perekonomian Sumatera Selatan. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan II 2014 sebesar 131,97 atau naik 1,02% dibanding triwulan sebelumnya sebesar. Kenaikan ini terutama didukung oleh meningkatnya semua indeks pembentuk IKK kecuali indeks perkiraan penghasilan dan konsumsi barang-barang kebutuhan lama yang mengalami penurunan di triwulan ini.

Grafik C-1. IKK, IKE, IEK Triwulanan 2012-2014

Dua komponen pembentuk IKK, yaitu komponen IKE dan IEK, mengalami kenaikan indeks konsumen masing-masing sebesar 0,87% dan 1,14% dibandingkan triwulan I 2014. Sedangkan IKK sendiri mengalami kenaikan tipis sebesar 1,02% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Komponen Keyakinan Konsumen

Dilihat dari komponen penyusun IKK, komponen IKE, sepanjang bulan April Juni 2014, berada pada level stabil seangkan pada komponen IEK mengalami tren yang berfluktuatif. Semua indikator utama masih diatas level optimis. Sub komponen yang mengalami kenaikan paling tinggi di triwulan II adalah sub komponen ketersediaan

(39)

18

lapangan kerja yaitu naik sebesar 14,79% dari triwulan I 2014. Sedangkan yang mengalami penurunan terbesar di triwulan II 2014 adalah sub komponen konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama yang turun sebesar 12,50% dibanding triwulan I. Kinerja Komponen utama survei konsumen sepanjang 2013-2014 dapat dilihat pada Grafik C-2.

Grafik C-2. IKK, IKE dan IEK Bulanan 2012-2014 Pendapat Responden terhadap Penghasilan

Optimisme konsumen naik terhadap kondisi penghasilan saat ini dibanding enam bulan yang lalu, tercermin dari naiknya indeks dari 138,17 menjadi 141,77. Naiknya indeks tersebut diprediksi dipengaruhi membaiknya kondisi usaha responden. Namun demikian, terjadi penurunan pada indeks sub komponen perkiraan penghasilan 6 bulan mendatang dibanding saat ini yang turun dari 154,10 menjadi 145.

(40)

19

Grafik C-4. Pembentuk Keyakinan Konsumen 2012-2014

Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan

Konsumen Sumsel masih optimis akan ketersediaan lapangan pekerjaan (Grafik C.3 dan C.4). Tingkat keyakinan konsumen terus meningkat dan saat ini berada pada posisi optimis di akhir triwulan II 2104, indeks rata-rata ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan 6 bulan yang akan datang yaitu sebesar 116,43 atau naik tajam dibandingkan dengan triwulan I 2014 sebesar 101,43 (Grafik C.5).

Grafik C-5. Keyakinan Konsumen Terhadap Pertumbuhan Lapangan Pekerjaan

Sementara itu, konsumsi lembaga nirlaba dan konsumsi Pemerintah mengalami peningkatan. Konsumsi lembaga swasta nirlaba tumbuh dari 9,0% (yoy) di triwulan I 2014 menjadi 22,7% (yoy). Hal tersebut disebabkan oleh kegiatan kampanye menjelang Pemilu Pilpres pada Juli 2014.

Konsumsi pemerintah tumbuh dari 6,7% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 7,3% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan belanja APBD yang mencapai Rp1,35 triliun atau tumbuh dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, simpanan Pemda di perbankan masih mengalami pertumbuhan terutama untuk jenis giro dan deposito

disebabkan oleh adanya dropping dana bagi hasil dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah

Daerah. Detail penjelasan terkait detail APBD dibahas pada Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah.

Gambar

Tabel 1-1. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%)
Grafik 1-3. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Selatan  Triwulan II 2014 (%)  29.7  2.4 14.9 16.9 1.2 19.5 1.1 0.3 19.0 0.9  Struktur Andil Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan
Grafik C-4. Pembentuk Keyakinan Konsumen 2012-2014
Grafik 2-4. Realisasi dan Proyeksi Inflasi Sumatera Selatan  Grafik 2-5. Perbandingan Inflasi Tahun Kalender 2011- 2011-2014    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2012 2013 2014
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

hasil kerja dari kegiatan membuat kaldu/stock dengan sistematis nya • Mengklasifik asikan kaldu/stock • Memilih bahan- bahan untuk membuat kaldu/stock • Memilih

bahwa berdasarkan ketentuan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi

Skripsi yang berjudul Persepsi Karyawan Terhadap Komunikasi Dakwah Ustadz Khairullah di Mushola Al-Ikhlas TVRI Kalsel di tulis oleh Maryana telah diujikan dalam sidang Tim

Aktor-aktor yang terlibat dalam sistem PHBM di KPH Bandung Utara secara umum dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok aktor, yaitu Perum Perhutani Unit III, Lembaga Masyarakat Desa

Pada granulasi basah, bahan pengikat biasanya ditambahkan dalam bentuk larutan (dibuat solution, musilago atau suspensi), namun dapat juga ditambahkan dalam bentuk kering,

Kecepatan motor stepper hanya bisa diatur dengan delay ( penundaan Kecepatan motor stepper hanya bisa diatur dengan delay ( penundaan waktu ) antara data sebelum dan sesudahnya..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh total waktu paparan ZPT serta waktu paparan beberapa media dengan kandungan ZPT yang berbeda terhadap tingkat abnormalitas

Berdasarkan hasil uji statistik pada kadar kolesterol total responden dengan menggunakan uji Chi Square dan uji t independen didapatkan masing-masing nilai p=0,231 dan p=0,446