• Tidak ada hasil yang ditemukan

Shinta Riespika 1) Sri Supadmini 2) Abstract

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Shinta Riespika 1) Sri Supadmini 2) Abstract"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENUGASAN AUDIT, AKUNTABILITAS, DAN PEMAHAMAN SISTEM INFORMASI TERHADAP KUALITAS AUDIT

(Studi Empiris pada Auditor yang Bekerja di Kantor Akuntan Publik Jakarta Timur)

Shinta Riespika 1) Sri Supadmini 2)

Abstract

This study aimed to examine the effect of audit assignments, accountability, and understanding of information systems to audit quality. The population in this study is the auditor who worked on the Public Accounting Firm (KAP) in Jakarta. KAP number located in Jakarta are located as much as 237 and as many as 31 in East Jakarta and taken as a sample of 15 KAP. Primary data collection method used is the method of sampling and nonprobabilitas of 150 questionnaires distributed 103 questionnaires were returned there. Data analysis techniques used in this test is the multiple linear regression analysis. Hypothesis testing results indicate that in partial accountability and understanding of information systems that affect audit quality, while simultaneously audit assignment variables, accountability and understanding of information systems affect the quality of the audit.

Keywords: Assignment Audit, Accountability, Understanding Information Systems and Audit Quality

A. PENDAHULUAN

Laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Laporan keuangan memegang peranan penting dalam proses pengambilan keputusan oleh para pemakai laporan keuangan, karena laporan digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemakai laporan dalam pengambilan keputusan. Pihak pemakai laporan terdiri dari pihak maupun internal dan eksternal perusahaan untuk menilai kinerja perusahaan. Apabila dalam pengambilan keputusan tanpa didasarkan pada laporan keuangan yang tidak dapat dipercaya dapat menyebabkan interpretasi yang berbeda antar pemakai laporan keuangan sehingga dapat menyesatkan dan berdampak pada keputusan yang diambil kurang tetap. Dalam rangka menghindari adanya informasi yang menyesatkan bagi pengguna baik pihak internal maupun eksternal laporan keuangan perlu diaudit karena adanya perbedaan kepentingan antara pemakai laporan keuangan dengan manajemen sebagai pihak yang bertanggungjawab terhadap penyusunan laporan keuangan tersebut.

Audit adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya. Asmara (2006, 7). Tujuan audit adalah untuk memberikan pendapat atau penilaian mengenai kewajaran laporan keuangan. Standar audit atau tolok ukur mengaudit dilihat dari menetapkan kualitas kerja dan seluruh tujuan yang akan dicapai dalam suatu audit laporan keuangan, terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.

_____________________ 

Penulis 1) adalah Mahasiswa Universitas Gunadarma Jakarta, Penulis 2)   adalah Dosen Universitas 

(2)

Basalamah (2003) menyatakan standar umum yang pertama dari Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) menyatakan bahwa auditor harus memiliki pengatahuan memadai tentang sistem informasi (SI) yang digunakan untuk merencanakan, mengarahkan, melakukan supervise, dan mereview pekerjaan yang dilakukan. Auditor harus mempertimbangkan apakah keterampilan SI diperlukan dalam suatu audit.

Kualitas audit menyangkut kepatuhan auditor dalam memenuhi hal yang bersifat prosedural untuk memastikan keyakinan terhadap keterandalan laporan keuangan. Kualitas hasil pekerjaan auditor dapat dipengaruhi oleh penugasan audit audit, akuntanbilitas (rasa pertanggungjawaban), dan pemahaman sistem informasi yang dimiliki auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit. Arens (2003,111) faktor lain yang mempengaruhi kualitas audit adalah akuntabilitas merupakan dorongan psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan kewajibannya yang akan dipertanggungjawabkan kepada lingkungannya. Akuntabilitas berarti berusaha melakukan sebaik mungkin dan memimpin melalui pemberian teladan, termasuk pula ketekunan serta upaya-upaya untuk melakukan perbaikan secara berkesinambungan. Libby dan Luft (1993) terdapat tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas individu,yaitu seberapa besar motivasi mereka untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, seberapa besar usaha (daya pikir) yang diberikan untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan dan seberapa yakin mereka bahwa pekerjaan mereka akan diperiksa oleh atasan.

Bierstaker (2001) teknologi tidak hanya merubah bagaimana auditor bekerja tapi juga merubah apa yang dikerjakan oleh auditor. Andini (2011) menyatakan bahwa pemahaman terhadap sistem informasi akan membantu auditor dalam menentukan prosedur audit secara tepat yang dapat mengurangi kompleksitas kegiatan pengauditan dan akuntanbilitas yang merupakan dorongan psikologi dalam menyelesaikan kewajibannya. Pemahaman sistem informasi mempermudahkan auditor untuk mengoptimalkan teknologi audit yang digunakan, sehingga kegiatan pengauditan dapat dilakukan secara lebih cepat, akurat, dan handal.

Kepercayaan para pemakai laporan keuangan audit terhadap profesi akuntan publik sangat bergantung pada kualitas audit yang dihasilkan KAP. Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat dicapai jika auditor menerapkan standar-standar dan

prinsip-prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak (Independen), patuh kepada hukum serta

mentaati kode etik profesi. Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) adalah pedoman yang mengatur standar umum pemeriksaan akuntan publik, mengatur segala hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap mental.

Penelitian Setyorini (2011) meneliti variabel kompleksitas audit dan variabel tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit, Satrio (2010) meneliti sikap kompetensi dan akuntanbilitas berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor. Pada penelitian ini peneliti menambahan satu variabel penugasan audit sebagai variabel independen untuk menguji pengaruh penugasan audit, akuntabilitas, dan pemahaman sistem informasi terhadap kualitas audit.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Mulyadi (2002, 9) auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta

(3)

penyampaian hasil-hasilnya pada pemakai yang berkepentingan. Agoes (2004, 3), auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Konrath (2002), audit dalam arti luas didefinisikan sebagai suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai asersi-asersi tentang kegiatan dan kejadian ekonomi untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasil kepada para pengguna yang berkepentingan.

Penugasan audit adalah suatu rangkaian pekerjaan yang dilakukan oleh seorang auditor dalam memeriksa laporan keuangan dan memberikan pendapat terhadap laporan keuangan tersebut yang di dalamnya terdapat proses penerimaan, perencanaan, pelaksanaan pengujian, dan pelaporan temuan audit. Restuningdiah dan Nur (2000) mengemukakan tiga dimensi yang mendasari penugasan audit diantaranya: a). Persepsi individu, penugasan audit didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitan suatu tugas audit. Persepsi ini menimbulkan kemungkinan bahwa suatu tugas audit sulit bagi seseorang, namun mungkin juga mudah bagi orang lain. Persepsi individu Juga menekankan tentang bagaimana sikap auditor dalam menghadapi tugas-tugas audit, serta independensi auditor sebagai cerminan seorang auditor yang professional. b).

Ambiguitas, pada tugas-tugas yang membingungkan (ambigous) dan tidak terstruktur,

alternatif-alternatif yang ada tidak dapat diidentifikasi sehingga data tidak dapat diperoleh dan outputnya tidak dapat diprediksi. c). Struktur yang lemah, struktur yang lemah menyebabkan banyaknya informasi yang tidak relevan dalam artian informasi tersebut tidak konsisten dengan kejadian yang akan diprediksikan.

Audit menjadi semakin kompleks dikarenakan tingkat kesulitan (task difficulity)

dan variabilitas tugas (task variability) audit yang semakin tinggi. Gupta (1999)

mendefinisikan kompleksitas tugas sebagai kemampuan analisis sebuah tugas dan ketersediaan prosedur operasi standar. Variabilitas tugas merupakan derajat sebuah tugas, familiar atau tidak, rutin atau tidak rutin, sering terjadi atau sebaliknya. Kompleksitas audit muncul apabila kompleksitas tugas dan variabilitas tugas terjadi dalam kegiatan pengauditan.

Restuningdiah dan Nur (2000) menyatakan peningkatan kompleksitas dalam suatu tugas atau sistem, akan menurunkan tingkat keberhasilan tugas itu. Tingginya penugasan audit ini bisa menyebabkan auditor berperilaku disfungsional sehingga menyebabkan penurunan kualitas audit.

Tetlock (1984), kualitas dari hasil pekerjaan auditor dapat dipengaruhi oleh rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) yang dimiliki auditor dalam menyelesaikan pekerjaan audit. Akuntabilitas merupakan bentuk dorongan psikologi sosial yang membuat seseorang berusaha mempertanggungjawabkan semua tindakan dan keputusan yang diambil kepada lingkungannya. Satrio (2010) menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa sikap kompetensi dan akuntanbilitas berpengaruh terhadap kualitas hasil kerja auditor.

Libby dan Luft (1993), tiga indikator yang dapat digunakan untuk mengukur akuntabilitas individu: a). Seberapa besar motivasi mereka untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. Motivasi secara umum adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk memcapai tujuan. b). Beberapa besar usaha (daya pikir) yang diberikan untuk

(4)

menyelesaikan sebuah pekerjaan. c). seberapa yakin mereka bahwa pekerjaan mereka akan di periksa oleh atasan.

Nash (1995), sistem Informasi adalah kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang bermaksud untuk menata jaringan komunikasi yang penting, proses atas transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat. Sihaloho (2005), perkembangan Teknologi Informasi (TI) membawa dampak yang signifikan dalam dunia bisnis, baik menyangkut praktik, proses pencatatan maupun penyimpanan data. Jurnali (2001), pemahaman terhadap sistem informasi berhubungan dengan perilaku individu untuk menggunakan teknologi dalam penyelesaian tugas rutin, yaitu seberapa jauh sistem informasi sebagai alat bantu terintegrasi pada setiap pekerjaan baik karena pilihan individual maupun mandat dari organisasi.

Rezaee (2001), pengetahuan auditor tentang bisnis dan industri klien harus semakin baik untuk memastikan reliabilitas dan relevansi dokumen elektronik. Auditor harus mempunyai pemahaman yang lebih baik dalam aliran transaksi dan aktivitas pengendalian terkait untuk meyakinkan validitas dan reliabilitas informasi (dokumen) paperless. Auditor harus mempunyai pemahaman yang memadai tentang TI yang diambil perusahaan. Adaptasi software audit bisa jadi tidak bermanfaat apabila software yang dikembangkan oleh perusahaan klien tidak memungkinkan untuk diaudit dengan bantuan software audit yang dimiliki auditor. Dalam situasi semacam ini, pemahaman terhadap sistem informasi perusahaan klien menjadi faktor yang sangat penting dalam pemeriksaan.

Bierstaker (2001), pemahaman terhadap sistem informasi memberikan kemudahan bagi auditor untuk menentukan prosedur audit yang dipilih (untuk mengurangi penugasan audit), memperlancar kegiatan pengauditan (memiliki motivasi dan mempunyai rasa bertanggungjawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan), dan pada gilirannya dapat dihasilkan laporan audit yang lebih berkualitas. Penelitian Setyorini (2011) menyimpulkan interaksi variabel moderating pemahaman terhadap sistem informasi merubah arah menjadi positif.

Kualitas Audit menurut Angelo (Setyorini, 2011), sebagai gabungan probabilitas seorang auditor untuk dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien. Wooten (Astriana, 2010) seorang auditor dituntut untuk dapat menghasilkan kualitas pekerjaaan yang tinggi, karena auditor mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk masyarakat, tidak hanya bergantung pada klien saja. Kualitas audit terkait dengan adanya jaminan auditor bahwa laporan keuangan tidak menyajikan kesalahan yang material atau memuat kecurangan. Angelo (Andini, 2011) menyatakan bahwa kualitas audit dapat dilihat dari tingkat kepatuhan auditor dalam melaksanakan berbagai tahapan yang seharusnya dilaksanakan dalam sebuah kegiatan pengauditan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kualitas audit menyangkut kepatuhan auditor dalam memenuhi hal yang bersifat prosedural untuk memastikan keyakinan terhadap keterandalan laporan keuangan.

Kualitas audit sulit diukur secara obyektif, sehingga para peneliti sebelumnya menggunakan berbagai dimensi kualitas audit. Mock dan Samet (Setyorini, 2011) menyimpulkan 5 karakteristik kualitas audit yaitu perencanaan, administrasi, prosedur, evaluasi dan perlakuan. Schoeder (Setyorini, 2011) menyimpulkan 5 faktor penting penentu kualitas audit yaitu perhatian partner dan manajer KAP dalam audit,

(5)

perencanaan dan pelaksanaan, komunikasi tim audit dengan manajemen klien, independensi anggota tim dan menjaga kemutakhiran audit.

Prasita dan Hadi (2007) standar kualitas audit terdiri dari kualitas strategis yang berarti hasil pemeriksaan harus memberikan informasi kepada pengguna laporan secara tepat waktu, kualitas teknis berkaitan dengan penyajian temuan, simpulan, dan opini atau saran pemeriksaan yaitu penyajiannya harus jelas, konsisten, dan obyektif, kualitas proses yang mengacu kepada proses kegiatan pemeriksaan sejak perencanaan, pelaksanaan, pelaporan sampai dengan tindak lanjut pemeriksaan.

C. METODOLOGI PENELITIAN

Variabel yang diguankan dalam penelitian ini adalah penugasan audit, akuntabilitas, dan pemahaman sistem informasi terhadap kualitas audit. Pengukuran

Objek penelitian dalam penelitian ini adalah auditor independen, dengan unit penelitian KAP (Kantor Akuntan Publik) yang berada di wilayah Jakarta Timur dan unit analisis adalah auditor yang bekerja di KAP terdiri dari auditor level junior, senior dan manager. Populasi penelitian ini adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ada di wilayah Jakarta Timur sebanyak 31 kantor akuntansi publik dengan sampel sebanyak 15 kantor akuntan yang diambil secara acak. Teknik pengambilan data menggunakan kuesioner secara terbuka terhadap 103 responden yaitu auditor yang bekerja pada KAP di wilayah Jakarta Timur. Penilaian terhadap pertanyaan pada masing-masing variabel dalam penelitian digunakann skala likert.

 

D. PEMBAHASAN DAN HASIL

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa Koefisien determinasi (R2) diperoleh

sebesar 0,326 yang berarti bahwa variabel dependen (kualitas audit) secara bersama-sama dipengaruhi oleh variabel independennya (penugasan audit, akuntabilitas dan pemahaman sistem informasi) sebesar 32,60%, sisanya sebesar 67,40% diterangkan oleh faktor-faktor lain seperti tekanan anggaran waktu. Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama penugasan audit, akuntabilitas dan pemahaman sistem informasi berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahwa penugasan audit, akuntabilitas, dan pemahaman sistem informasi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit. Semakin tinggi penugasan audit maka akan semakin tinggi motivasi yang dimiliki oleh setiap auditor untuk dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut. Motivasi tersebut membentuk akuntabilitas dari setiap auditor sehingga semakin tinggi penugasan audit akan semakin tinggi tingkat akuntabilitasnya. Dengan semakin meningkatnya penugasan audit akan semakin meningkat juga beban kerja seorang auditor, oleh karena itu dibutuhkan sebu ah pemahaman terhadap sistem informasi dan penggunaan teknologi informasi sehingga dapat mengetahui dengan cepat masalah yang dihadapi dan memilih dengan tepat teknologi informasi yang sesuai dengan permasalahan tersebut.

Kualitas audit dipengaruhi sikap personal seorang auditor. Seorang auditor akan menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, dengan melaksanakan hal tersebut seorang auditor akan menjadi lebih profesional. Hal tersebut dikarenakan semua aspek yang dibutuhkan baik pengetahuan maupun penggunaan teknologi sudah dimiliki dan kode etik auditor serta standar-standar pemeriksaan sudah ditaati dengan baik. Hal ini berdampak pada pengambilan keputusan yang tepat oleh seorang auditor.

(6)

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa penugasan audit secara parsial tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Seorang auditor cenderung menyukai pekerjaan yang dinamis dalam melakukan kegiatan audit, hal tersebut menyebabkan semakin tinggi tingkat penugasan audit yang dibebankan kepada seorang auditor dalam melakukan audit maka akan semakin tertantang auditor tersebut untuk menyelesaikannya. Semakin banyaknya pekerjaan dengan tingkat kesulitan dan penugasan yang tinggi dikerjakan oleh auditor maka akan semakin besar peluang auditor tersebut untuk naik jabatan. Dalam mencapai jabatan yang lebih baik, seorang auditor akan cenderung membentuk pribadi yang handal dan jujur, untuk itu seorang auditor akan bersikap objektif sesuai dengan kode etiknya, hal tersebut dilakukan karena masing-masing dari mereka ingin dinilai baik oleh atasannya. Tingginya penugasan audit yang dibebankan kepada auditor tidak akan mempengaruhi secara signifikan terhadap kualitas audit yang dihasilkannya.

Hasil uji menunjukan bahwa akuntabilitas mempunyai nilai konstanta 0,404 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,000. Pada hasil uji t terlihat bahwa nilai t hitung sebesar 4,214 > t tabel sebesar 1,984. Berdasarkan hasil uji hipotesis nilai signifikasi sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel akuntabilitas secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit. Akuntabilitas secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit. Setiap instansi/perusahaan/badan usaha yang ingin melakukan audit terhadap laporan keuangannya tentu saja menginginkan hasil audit yang cepat, obyektif dan maksimal. Instansi/perusahaan/badan usaha tersebut mengharapkan laporan keuangan yang sebenarnya tanpa ada kesalahan dan kecurangan, sehingga seorang auditor memiliki rasa tanggung jawab yang besar untuk menyelesaikan kegiatan audit tersebut sesuai dengan yang diinginkan perusahaan dengan tanpa melupakan kode etiknya sebagai auditor. Seorang auditor harus mencurahkan semua usaha dan daya pikirnya, semakin tinggi usaha dan daya pikir seorang auditor maka akan semakin maksimal pekerjaan audit yang dilakukannya dengan menghasilkan laporan audit yang dapat dipertanggungjawabkan.

Setiap kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh seorang auditor dijadikan motivasi lebih untuk segera memperbaikinya. Semakin sedikit kesalahan yang dilakukan oleh seorang auditor menyatakan bahwa semakin tinggi kemampuan yang dimilikinya, dan semakin tinggi kemampuan seorang auditor akan semakin besar pula peluangnya untuk dapat naik jabatan. Seorang atasan akan selalu mengawasi pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya. Faktor lain yang dapat memberikan motivasi lebih besar bagi auditor yang cukup mempengaruhi kegiatan auditor dalam bekerja, yaitu dukungan dari orang-orang sekitar. Dukungan tersebut akan sangat mendukung serta memotivasi seorang auditor dalam menyelesaikan kegiatan auditnya. Semakin besar dukungan maka akan semakin cepat dan maksimal pekerjaan seorang auditor. Semakin tinggi tingkat akuntabilitas oleh seorang auditor maka akan semakin maksimal kualitas audit yang dihasilkan.

Hasil uji menunjukan bahwa pemahaman sistem informasi mempunyai nilai konstanta 0,206 dengan tingkat signifikasi sebesar 0,035. Pada hasil uji t terlihat bahwa nilai t hitung sebesar 2,143 > t tabel sebesar 1,984. Berdasarkan hasil uji hipotesis nilai signifikasi sebesar 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukan bahwa variabel pemahaman sistem informasi secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit.Pemahaman sistem informasi secara parsial berpengaruh terhadap kualitas audit. Perbedaan tingkat pemahaman terhadap sistem informasi oleh auditor menyebabkan munculnya berbagai cara yang dapat dilakukan oleh auditor dalam melakukan kegiatan audit, yaitu

(7)

perbedaan waktu, kehandalan, dan akurasi dalam menyelesaikan kegiatan audit. Auditor yang banyak memahami jenis sistem informasi akan lebih cepat menyelesaikan kegiatan audit, terutama saat melakukan audit terhadap perusahaan yang memilki sistem informasi yang berbeda. Pada saat ini teknologi informasi bukan lagi menjadi pendukung dalam menyelesaikan setiap pekerjaan, namun telah menjadi solusi yang cepat, tepat dan akurat untuk menyelesaikan setiap permasalahan dalam pekerjaan, termasuk peran teknologi informasi bagi auditor. Peran teknologi informasi sangat mempengaruhi lamanya waktu, tingkat akurasi dan kehandalan dalam menyelesaikan kegiatan audit karena didukung oleh teknologi yang mutakhir. Semakin paham seorang auditor terhadap teknologi informasi maka akan semakin cepat, akurat dan maksimal pekerjaannya. Seorang auditor akan lebih cepat menyelesaikan kegiatan auditnya jika didukung dengan software yang sesuai dan handal, karena jika software yang digunakan tidak sesuai dengan permasalahan audit yang dihadapi maka kemungkinan besar kegiatan audit tersebut akan menjadi lebih lamaSemakin tinggi tingkat pemahaman sistem informasi oleh seorang auditor maka akan semakin maksimal kualitas audit yang dihasilkan.

E. KESIMPULAN

Penugasan audit, akuntabilitas dan pemahaman sistem informasi secara bersama-sama memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Seorang auditor yang profesional harus menguasai ketiga hal tersebut untuk menghasilkan kualitas audit yang baik. Variabel independen penugasan audit tidak memiliki pengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Semakin tinggi ataupun semakin rendahnya penugasan audit tidak akan berpengaruh terhadap kualitas audit yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan seorang auditor mampu mengerjakan berbagai tingkat penugasan audit yang dihadapinya. Variabel independen akuntabilitas memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Semakin tinggi tingkat akuntabilitas maka akan semakin tinggi kualitas audit yang dihasilkan. Rasa tanggung jawab yang dilandasi dengan semangat kode etik seorang auditor sangat mempengaruhi penyelesaian audit yang dilakukan auditor, sehingga hal tersebut berdampak pada kualitas audit yang dihasilkan. Variabel independen pemahaman sistem informasi memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Semakin tinggi pemahaman terhadap sistem informasi maka akan tinggi kualitas audit yang dihasilkan. Pemahaman yang tinggi terhadap sistem informasi maka kegiatan audit akan membantu pekerjaan audit sehingga dapat diselesaikan dengan lebih cepat, tepat, dan akurat sehingga berdampak baik bagi kualitas audit yang dihasilkan.

F. DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2004, Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik.

Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Astriana, Novikal. 2010. Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Job Performance

Auditor Pada Kantor Akuntan Publik Di Semarang. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro

Basalamah, S.M. Anies. 2003. Auditing PDE dengan Standar IAI. Depok: Usaha Kami.

Bierstaker dkk. 2001. “ The Impact of Information Technology on The audit Process: An Assesment of The State of The Art and Implication for The Future”. Managerial Auditing Journal. Vol 16, No.3: 159-164.

(8)

Esya, Febri Purnama. 2008. Pengaruh Kompetensi Auditor dan Pemahaman Sistem Informasi Akuntansi terhadap Kinerja Auditor Bea dan cukai di Wilayah Jakarta. Tesis. Medan: Universitas Sumatra Utara.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hardy, Catherine dan Revee, Robert.1999. “ Control Point Orientation for Commuter Information System (CIS) Audit: An Empirical Test in an Electronic Data

Interchange (EDI) Environment”. Managerial Auditing Journal. Vol.14, no.7:

339-350.

Jamilah, Siti dkk.2007. “Pengaruh Gender, Tekanan Ketaatan dan Kompleksitas Tugas terhadap Audit Judment”. Simposium Nasional Akuntansi X.

Jurnali, Teddy. 2001. Pengaruh Faktor Kesesuaian Tugas Teknologi dan Pemanfaatan Teknologi Informasi terhadap Kinerja Akuntan Publik. Simposium Nasional Akuntansi IV : 432-452.

Inapty, Biana Adha. 2007. “Pengaruh Konflik Biaya dengan Kualitas Audit terhadap Dysfunctional Behavior”. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.

Konrath , L.F. (2002). Auditing Concepts And Applications, A Risk Analysis

Approach. 5th. Edision. West Publishing Company.

Prasita, Andin dan Hadi Priyo.2007. “ Pengaruh Kompleksitas Audit dan Tekanan Anggaran Waktu terhadap Kualitas Audit dengan Moderasi Pemahaman Terhadap Sistem Informasi”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Edisi September 2007. Universitas Kristen Satyawacana.

Priyatno, Duwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Jakarta : PT.Buku Kita.

Rangkuty, Freddy.2002. The Power of Brands, edisi pertama. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka utama.

Restuningdiah, Nurika dan Nur Indriantoro.2000. “Pengaruh terhadap Kepuasan Pemakai dalam Pengembangan Sistem Informasi dengan Kompleksitas Tugas,

Kompleksitas Sistem dan Pengaruh sebagai ModeratingVariable”. Jurnal Riset

Akuntansi Indonesia. Vol.3, No.2: 119-133.

Satrio, Putranta. 2010. “Pengaruh Sikap Kompetensi dan Akuntabilitas auditor terhadap kualitas hasil kerja auditor”. Skripsi: Universitas Nasional.

Setyorini, Andini Ika.2011. “ Pengaruh Kompleksitas Audit, Tekanan Anggaran Waktu dan Pengalaman Auditor terhadap Kualitas Audit dengan Variabel Moderating Pemahaman terhadap Sistem Informasi”. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Sihaloho, Ferry L.2005. “ Continous Auditing: Paradigma Baru dalam Pengauditan”. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol.5, No.2: 26-38.

Silaban, Adanan. 2009. “ Perilaku Disfungsional Auditor dalam Pelaksanaan Program Audit”. Disertasi. Semarang: Universitas Diponegoro.

Mardisar, Diani.2007. “ Pengaruh Akuntabilitas, dan Pengetahuan terhadap kualitas hasil kerja auditor”. Skripsi. Jakarta: Universitas Nasional.

Siregar, Sofyan.2010. Statistika Deskriptif Untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers

Titisari , Ayu Praba.2011. “ Pengaruh Kompleksitas Audit, Tekanan Anggaran Waktu dan Pemahaman Sistem Informasi terhadap Kualitas Audit”. Skripsi. Jakarta: Universitas Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Artinya, proses komunikasi yang terjadi dalam organisasi tersebut jika terlaksana dengan baik maka BASARNAS Kupang akan semakin kokoh dan kinerja pegawai akan meningkat.

Pada saat kita berhasil menciptakan rapport, lawan bicara akan berada pada situasi bebas, ia tidak merasa perlu menyembunyikan sesuatu karena toh apa pun yang tadi ia kemukakan

Kadar glukosa darah rata-rata tikus sehat, tikus hasil induksi MLD-STZ dan tikus hasil terapi herbal spray Spirulina sp.. Perlakuan Rata-rata Glukosa

92 Tabel 4.36 Hasil Kinerja Jaringan Jalan Simpang Raya Jemursari Akibat Bangkitan Pada Tahun 2020 Setelah The City Square Beroperasi 3 Tahun .... 93 Tabel 4.37 Analisa

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penggunaan tusuk gigi berpenampang bulat berpengaruh terhadap kehilangan perlekatan klinis

Hasil penelitian ini ditemukan fakta bahwa followers akun twitter Shopee Indonesia paling banyak merespon status yang berhubungan dengan kata kuis berhadiah, retweet

Seberapa besar pengaruh kualitas pelayanan yang telah diberikan terhadap kepuasan nasabah pegadaian di Kantor Cabang Kelas 1

Pencampuran sediaan steril merupakan rangkaian perubahan bentuk obat dari kondisi semula menjadi produk baru dengan proses pelarutan atau penambahan bahan lain yang