• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL. Disusun Oleh : MELLY MELATI DEVI D Disusun untuk Memenuhi Persyaratan. Guna Meraih Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL. Disusun Oleh : MELLY MELATI DEVI D Disusun untuk Memenuhi Persyaratan. Guna Meraih Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL

PEMBERITAAN CALON PRESIDEN DAN CALON WAKIL PRESIDEN SELAMA MASA KAMPANYE PEMILU 2014

(Studi Mengenai Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden dalam Harian Kompas, Suara Merdeka, dan Solopos Pada Masa Kampanye Pemilu 2014)

Disusun Oleh : MELLY MELATI DEVI

D0210073

Disusun untuk Memenuhi Persyaratan

Guna Meraih Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

1

PEMBERITAAN CALON PRESIDEN DAN CALON WAKIL PRESIDEN SELAMA MASA KAMPANYE PEMILU 2014

(Studi Mengenai Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden dalam Harian Kompas, Suara Merdeka, dan Solopos Pada Masa Kampanye Pemilu 2014)

Melly Melati Devi Widodo Muktiyo

Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Abstract

This study focus on the content analysis of news presentation Presidential Candidates and Vice Presidential Candidates In Daily Newspapers Kompas, Suara Merdeka, and Solopos During 2014 Election Campaign. This research is a descriptive study that used content analysis with chisquare statistical as a data analysis technique to determine how is the Presidential Candidates and Vice Presidential Candidates News in Newspapers During 2014 Election Campaign, and whether there is any difference in the presentation of the news in those three newspapers. The result from the reasearch showed that Solopos has the biggest news frequencies amongst other. News emerged the most is about the positive side of Jokowi, and the least is about negative side of Jokowi. The dominant characters on the displayed news are hard news type, with no images/illustrations, and placed on the inside. The biggest volume used for the news about Jokowi. The most resource persons for Solopos and Suara Merdeka are from the successfull team, while in Kompas are from presidential/vice presidential. The result of the chi-square test: there are significant differences in the news generated by the three newspapers, from the content of the news, types of the news, the total volume of the news, the usage of image/illustrations, and the resources of the news. However, there was no significant difference in the placement of news page.

Keywords : 2014 presidential election, presidential candidates and vice

(3)

2 Pendahuluan

Berbagai kabar mengenai kehidupan sehari-hari baik dari dalam maupun luar negeri kini bisa dengan mudah diketahui melalui media massa, baik cetak maupun elektronik. Berbagai jenis pemberitaan digali dan dihadirkan kepada khalayak umum, baik itu mengenai kehidupan sosial kemasyarakatan, pendidikan, ekonomi, politik, bahkan artis hiburan.

Salah satu kategori pemberitaan yang selalu menjadi isu hangat bagi masyarakat adalah dunia politik. Politik dan media massa memiliki kaitan erat satu sama lain, keberadaan dua hal tersebut sama-sama saling membutuhkan dan saling menguntungkan. Di satu pihak media massa membutuhkan pemberitaan mengenai dunia politik, di lain pihak media massa bisa digunakan sebagai alat publisitas untuk tokoh maupun kelompok yang berkecimpung di dalamnya.

Untuk awal tahun 2014 ini berbagai surat kabar di Indonesia dipenuhi dengan pemberitaan mengenai dunia politik. Hal ini dikarenakan negara ini akan menghelat pemilihan umum (pemilu) legislatif yang kemudian disusul dengan pemilu presiden.

Indonesia yang menganut sistem multi partai menjadikan pemilihan presiden ini sebagai ajang persaingan partai politik, yang masing-masing mengajukan anggotanya sebagai calon presiden dan calon wakil presiden. Hal ini menjadi sorotan berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Dalam hal ini, media massa termasuk surat kabar, memiliki kewajiban untuk menyampaikan informasi bagi warga masyarakat mengenai para calon presiden dan track record mereka. Sehingga masyarakat tak lagi bimbang dalam memilih karena mereka tidak mengenal bahkan tidak tahu apapun soal calon presiden mereka.

Surat kabar di negeri ini terbagi menjadi tiga jenis sesuai dengan area penyebarannya, yaitu lokal, regional, maupun nasional. Pers lokal penyebarannya hanya di dalam sebuah kota dan sekitarnya. Pers regional beredar di seluruh kota yang terletak pada satu provinsi. Sedangkan untuk pers nasional, penyebaran meliputi semua area yang berada di dalam lingkungan satu negara. Dengan

(4)

3

adanya perbedaan lokasi penyebaran dari berbagai surat kabar tersebut, kebijaksanaan redaksional tiap surat kabar dalam menetapkan berita apa yang akan dihadirkan setiap harinya tentu berbeda.

Menilik dari Pemilu Presiden 2009 lalu, ada satu penelitian yang berbentuk jurnal yang dibuat oleh Sholihul Huda (Mahasiswa IAIN Sunan Ampel Surabaya) dan Ali Nurdin (Dosen Ilmu Komunikasi IAIN Sunan Ampel Surabaya), yang menyebutkan bahwa:

Kompas tak hanya memberitakan mengenai peristiwa dan para elit politik dalam pemilihan presiden saja. Namun, dari penelitian diketahui banyak temuan bahwa keberpihakan Kompas terhadap Susilo Bambang Yudhoyono sangat terlihat. Tulisan mengarah kepada penjatuhan citra kandidat presiden Megawati, melalui track

record yang negatif. Begitu pula dengan kandidat presiden Jusuf

Kalla yang mempunyai julukan the real president, tidak mampu mengalahkan kehebatan SBY. Wartawan tidak membandingkan sedikit pun kepintaran JK dalam memimpin dengan kandidat SBY.1 Sedangkan selama masa kampanye pemilu presiden 2014, dengan hanya dua calon presiden yang maju maka pemberitaan dipenuhi mengenai Jokowi dan Prabowo. Banyak black campaign yang beredar mengenai kedua calon presiden tersebut. Namun, banyak juga dukungan dari berbagai pihak yang ditujukan pada kedua calon.

Kepopuleran Prabowo Subianto-Hatta Rajasa meningkat disebabkan oleh pandainya tim media center. Hal ini diungkapkan oleh Agung Suprio, pengamat politik dari Universitas Indonesia. Sedang menurut Hendri Satrio, pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina, media center bekerja untuk menghalau isu negatif yang menyerang calon, dan juga menyampaikan fakta positif mengenai calon mereka.2

1

Sholihul Huda dan Ali Nurdin. “Komparasi Perang Profil Tiga Kandidat Presiden Pada Pemilu

2009 (Analisis Wacana Pada Harian Kompas)”, Jurnal Ilmu Komunikasi 1 (1), diakses dari http://jurnalilkom.uinsby.ac.id/index.php/jurnalilkom/article/view/11, pada tanggal 20 Maret 2014 pukul 14.15 WIB.

2

Dikutip dari http://www.antaranews.com/berita/441328/popularitas-prabowo-meningkat-karena-tim-media-cerdas. Diakses pada 27 Desember 2014 pukul 07.20 WIB.

(5)

4

Di lain pihak, Yose, pendiri Politica Wave menganggap bahwa sosok Jokowi memiliki pengaruh dalam pemberitaan. Menurut Jimi Multhazam, seniman kontemporer, hal ini dikarenakan Jokowi digemari oleh media, sehingga dia berada pada posisi yang diuntungkan. Terbukti dengan adanya hasil survei media sosial yang menyebutkan bahwa Jokowi berada di urutan teratas tokoh terpopuler yang mendominasi 1,5 juta pembicaraan mengenai presiden di media sosial, dan unggul di 31 kota.3

Jokowi kerap dikatakan mirip dengan Obama dalam kampanyenya, karena baik Jokowi dan Obama memiliki dukungan dari berbagai artis yang bersedia membuat video dukungan, menggalang dana dan menyebar visi misi dari calon presiden yang mereka dukung. Obama memiliki dukungan dari Oprah Winfrey, di mana dukungan tersebut bernilai lebih dari satu juta suara menurut sejumlah ekonom. Dalam hal ini, Jokowi memiliki dukungan dari Slank yang bersedia menggelar konser Salam 2 Jari, di mana banyak artis yang turut serta dalam konser tersebut. Berbeda dengan Ahmad Dhani yang membuat video dukungan untuk Prabowo, namun sayangnya video tersebut dikecam dari berbagai pihak karena video tersebut dianggap berbau Nazi. Walaupun begitu, Prabowo masih memiliki banyak artis lain yang juga mendukungnya dan melakukan berbagai kegiatan kampanye, layaknya Anang dan The Virgin.4

Walaupun media sosial dan surat kabar berbeda bentuk dan penyebarannya, namun inti berita yang dihasilkan hampir sama. Hanya saja penyebaran melalui media sosial lebih cepat dibandingkan dengan surat kabar. Melihat dari data di atas, peneliti ingin melakukan penelitian mengenai isi dari tiga surat kabar yaitu Solopos, Suara Merdeka, dan Kompas selama masa kampanye putaran pertama untuk Pemilu Presiden 2014 kali ini. Mengapa peneliti mengambil tiga surat kabar? Hal ini karena peneliti ingin melihat dan membandingkan berita yang dimuat di surat kabar bertaraf nasional (Kompas),

3

Dikutip dari http://www.tempo.co/read/news/2013/10/09/078520567/Jokowi-Disayang-Media-Awal-Popularitas-di-Socmed. Diakses pada 27 Desember 2014 pukul 07.10 WIB.

4

Dikutip dari http://news.liputan6.com/read/2086333/slank-vs-ahmad-dhani-dan-fenomena-voluntarisme-di-pilpres-2014 pada tanggal 27 Desember 2014 pukul 07.30 WIB.

(6)

5

regional (Suara Merdeka), dan lokal (Solopos), apakah dengan perbedaan taraf dan area persebaran tersebut menimbulkan adanya perbedaan berita yang disampaikan. Dan ketiga surat kabar tersebut merupakan surat kabar independen, bukan partisan, jadi berita yang dihasilkan objektif dan tidak memihak pada salah satu calon.

Oleh karena itu peneliti ingin melihat isi berita yang disampaikan dalam ketiga surat kabar tersebut. Mengapa isi berita yang ingin diteliti? Karena salah satu calon, yaitu Jokowi, berasal dari Solo. Maka daripada itu peneliti ingin mengetahui bagaimana koran lokal Solo layaknya Solopos menghadirkan pemberitaan mengenai kedua calon presiden, di mana Solo sendiri sering disebut sebagai “kandang banteng”. Dan bagaimana perbandingan isinya dengan surat kabar Suara Merdeka dan harian Kompas dalam memberitakan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Peneliti juga ingin melihat bagaimana isi berita yang disampaikan dari tiap surat kabar, apakah lebih dominan yang positif, negatif, atau netral. Dengan adanya dua kandidat saja yang maju sebagai calon presiden akan lebih mempermudah peneliti untuk melihat bagaimana isi berita dari tiap surat kabar.

Rumusan Masalah

Bagaimana penyajian berita mengenai calon presiden dan calon wakil presiden yang dimuat oleh Solopos, Suara Merdeka, dan Kompas selama masa kampanye Pemilu Presiden 2014?

Tujuan

Untuk mengetahui bagaimana penyajian berita mengenai calon presiden dan calon wakil presiden yang dimuat oleh Solopos, Suara Merdeka, dan Kompas selama masa kampanye Pemilu Presiden 2014.

(7)

6 Tinjauan Pustaka

a. Komunikasi

Everett M. Rogers mendefinisikan komunikasi sebagai proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.5

Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin cummounicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi dapat dikatakan komunikasi akan terus berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yg dipercakapkan. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: “who says what in

which channel to whom with what effect?” 6

Mcquail berpendapat bahwa komunikasi memiliki tingkatan–tingkatan dari yg paling umum dilakukan hingga yg paling jarang dilakukan yakni komunikasi intrapersonal, komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok, komunikasi antar kelompok, komunikasi institusi atau organisasi, dan komunikasi massa.7

b. Media Massa

Frasa “komunikasi massa” kita adopsi dari istilah bahasa Inggris “mass

communication” atau komunikasi media massa (mass media communication),

yang berarti komunikasi dengan menggunakan media massa atau “mass

mediated”, komunikator tak dapat bertatap langsung dengan khalayak.8

Media massa dalam arti luas adalah alat untuk menolong manusia dari keterbelakangan, membantu pesan menusia sehingga bisa disampaikan secara serentak, cepat, dan menjangkau khalayak luas dimanapun mereka berada. Penggunaan media dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai media exposure atau terpaan media yaitu perilaku penggunaan media komunikasi. Penggunaan media akan berlangsung secara terus-menerus apabila media mampu memenuhi kebutuhan individu. Dalam teori law effect perilaku yang tidak mendatangkan kesenangan tidak akan diulangi, artinya kita tidak

5

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar (Bandung, 2008), hlm. 69. 6

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Bandung, 1993), hlm. 3. 7

Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Jakarta, 1994), hlm. 6. 8

(8)

7

akan menggunakan media apabila media tidak memberikan kepuasan kebutuhan kita.9

c. Jurnalisme

Membicarakan media massa pasti erat kaitannya jurnalistik. Jurnalistik atau journalisme berasal dari perkataan journal, artinya catatan harian, atau catatan mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti surat kabar.

Journal berasal dari perkataan Latin diurnalis, artinya harian atau tiap hari.

Dari perkataan itulah lahir kata jurnalis, yaitu orang yang melakukan pekerjaan jurnalistik.

MacDougall menyebutkan bahwa journalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Jurnalisme sangat penting di mana pun dan kapan pun. Jurnalisme sangat diperlukan dalam suatu negara demokratis. Tak peduli apa pun perubahan-perubahan yang terjadi di masa depan – baik sosial, ekonomi, politik maupun yang lain-lainnya. Tak dapat dibayangkan, akan pernah ada saatnya ketika tiada seorang pun yang fungsinya mencari berita tentang peristiwa yang terjadi dan menyampaikan berita tersebut pada khalayak ramai, dibarengi dengan penjelasan tentang peristiwa itu.10

Berbicara mengenai jurnalistik yang merupakan kegiatan pengumpulan berita, dan sudah ada pembahasan mengenai berita itu sendiri, maka selanjutnya adalah pers. Pers sendiri merupakan lembaga yang melakukan kegiatan pengumpulan berita tersebut.

Karena Indonesia adalah negara demokrasi, maka sistem pers yang dianut adalah pers bertanggungjawab sosial. Tak serta merta sebuah lembaga pers dianggap sebagai kategori pers bertanggung jawab sosial. Hutchins Commision mengajukan 5 prasyarat sebagai syarat bagi pers yang bertanggung jawab kepada masyarakat. Lima prasyarat tersebut adalah11:

1. Media harus menyajikan berita-berita peristiwa sehari-hari yang dapat dipercaya, lengkap, dan cerdas dalam konteks yang memberikannya makna. (Media harus akurat; mereka tidak boleh berbohong, harus memisahkan antara fakta dan opini, harus melaporkan dengan cara yang

9

Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung, 1984), hlm. 87. 10

Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik: Teori & Praktik (Bandung, 2006), hlm. 15-16.

11

(9)

8

memberikan arti secara internasional, dan harus lebih dalam dari sekedar menyajikan fakta-fakta dan harus melaporkan kebenaran). 2. Media harus berfungsi sebagai forum untuk pertukaran komentar dan

kritik. (Media harus menjadi sarana umum; harus memuat gagasan-gagasan yang bertentangan dengan gagasan-gagasan-gagasan-gagasan mereka sendiri, “sebagai dasar pelaporan yang objektif”; semua “pandangan dan kepentingan yang penting” dalam masyarakat harus diwakili; media harus mengidentifikasi sumber informasi mereka karena hal ini “perlu bagi sebuah masyarakat yang bebas.”)

3. Media harus memproyeksikan gambaran yang benar-benar mewakili dari kelompok-kelompok konstituen dalam masyarakat. (Ketika gambaran-gambaran yang disajikan media gagal menyajikan suatu kelompok sosial dengan benar, maka pendapat disesatkan; kebenaran tentang kelompok mana pun harus benar-benar mewakili; ia harus mencakup nilai-nilai dan aspirasi-aspirasi kelompok, tetapi ia tidak boleh mengecualikan kelemahan-kelemahan dan sifat-sifat buruk kelompok.)

4. Media harus menyajikan dan menjelaskan tujuan-tujuan dan nilai-nilai masyarakat. (Media adalah instrumen pendidikan, mereka harus memikul suatu tanggungjawab untuk menyatakan dan menjelaskan cita-cita yang diperjuangkan oleh masyarakat.)

Media harus menyediakan akses penuh terhadap informasi-informasi yang tersembunyi pada suatu saat. (Ada kebutuhan untuk “pendistribusian berita dan opini secara luas.”)

d. Politik

Asal mula kata politik itu sendiri berasal dari kata “Polis” yang berarti “Negara Kota” dengan politik berarti ada hubungan khusus antara manusia yang hidup bersama, dalam hubungan itu timbul aturan, kewenangan, dan kebijaksanaan, kekuatan, kekuasaan, pemerintahan, konflik dan pembagian atau kata-kata yang serumpun (Hoogerwerf).12

Pada dasarnya politik mempunyai ruang lingkup negara, membicarakan politik pada galibnya adalah membicarakan negara, karena teori politik menyelidiki negara sebagai lembaga politik yang mempengaruhi hidup masyarakat, jadi negara dalam keadaan bergerak. Selain itu politik juga menyelidiki ide-ide, asas-asas, sejarah pembentukan negara, hakikat negara serta bentuk dan tujuan negara, disamping menyelidiki hal-hal seperti pressure group, interest group, elit politik, pendapat umum

(public opinion), peranan partai politik dan pemilihan umum.13

12

Inu Kencana Syafiie, Ilmu Politik (Jakarta, 1997), hlm. 19. 13

(10)

9 Metodologi

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, “deskriptif memiliki tujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat”. Yang bermaksud mendeskripsikan atribut “message” tanpa menghubungkan dengan maksud si penyampai “message” terhadap “audience” yang menjadi sasarannya, serta tidak pula dikaitkan dengan hasil atau akibatnya. Penelitian ini hanya melihat perbedaan isi antara media.14 Penelitian dilakukan pada surat kabar Solopos, Suara Merdeka, dan Kompas selama masa kampanye tersebut karena ketiganya independen dan berbeda area penyebarannya.

Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer yang diambil peneliti langsung dari surat kabar yang dikumpulkan selama masa kampanye. Teknik pengumpulan data dengan analisis isi berdasar kategori isi berita, jenis berita, penempatan halaman berita, total volume berita, penggunaan gambar/ilustrasi, dan pengambilan narasumber berita. Uji statistik chi square digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan diantara ketiga surat kabar tersebut.

Sajian dan Analisis Data A. Kategori Isi Berita

Pada surat kabar Solopos, berita dengan kecenderungan isi positif terhadap Jokowi memiliki porsi paling banyak dibandingkan dengan berita lain, yaitu 23% dengan frekuensi 95 berita. Sedangkan porsi paling sedikit yaitu berita dengan isi cenderung negatif kepada Jokowi, sebesar 13% dengan frekuensi 54 berita.

Untuk surat kabar Suara Merdeka, berita dengan kecenderungan isi positif terhadap Jokowi memiliki porsi paling banyak dibandingkan dengan berita lain, yaitu 23% dengan frekuensi 77 berita. Sedangkan porsi paling

14

(11)

10

sedikit yaitu berita dengan isi cenderung negatif kepada Jokowi, sebesar 10% dengan frekuensi 13 berita.

Sedangkan dalam harian Kompas, berita dengan kecenderungan isi positif terhadap Jokowi juga memiliki porsi paling banyak dibandingkan dengan berita lain, yaitu 26% dengan frekuensi 60 berita. Sedangkan porsi paling sedikit yaitu berita dengan isi cenderung negatif kepada Jokowi, sebesar 4% dengan frekuensi 9 berita.

Dari hasil penghitungan chi square terhadap tiga surat kabar tersebut berdasar isi beritanya, terdapat perbedaan signifikan yang bisa dilihat dari tingkat isi pemberitaan dari yang terbanyak sampai yang paling sedikit. Walaupun ketiganya sama-sama memiliki hasil bahwa berita mengenai sisi positif Jokowi frekuensinya paling banyak dimunculkan dan sisi negatif Jokowi paling sedikit dimunculkan, namun tingkatan setelah itu berbeda antara satu dan yang lain.

B. Kategori Jenis Berita

Dalam kategori ini ketiganya memiliki kecenderungan yang sama, yaitu dominan hard news. Pada surat kabar Solopos, memiliki porsi hard news 94% dengan frekuensi 283 berita. Sedangkan porsi soft news sebesar 6% dengan frekuensi 17 berita. Untuk surat kabar Suara Merdeka, memiliki porsi

hard news 94% dengan frekuensi 240 berita. Sedangkan porsi soft news

sebesar 6% dengan frekuensi 15 berita. Sedangkan dalam harian Kompas, memiliki porsi hard news 82% dengan frekuensi 134 berita. Sedangkan porsi

soft news sebesar 18% dengan frekuensi 29 berita.

Dari hasil penghitungan chi square terhadap tiga surat kabar tersebut terdapat perbedaan yang signifikan dalam kecenderungan jenis pemberitaan pada surat kabar Solopos, Suara Merdeka, dan Kompas. Walaupun jenis berita yang disajikan oleh ketiga surat kabar tersebut sama, dan juga persentase porsi pemberitaan hampir sama, namun frekuensi berita yang dihadirkan berbeda.

(12)

11 C. Kategori Penempatan Halaman Berita

Dalam kategori ini ketiganya memiliki kecenderungan yang sama, yaitu dominan berada pada halaman dalam. Pada surat kabar Solopos, memiliki porsi halaman muka/depan sebanyak 13% dengan frekuensi 38 berita. Sedangkan porsi halaman dalam sebesar 87% dengan frekuensi 262 berita. Untuk surat kabar Suara Merdeka, memiliki porsi halaman muka/depan sebanyak 8% dengan frekuensi 20 berita. Sedangkan porsi halaman dalam sebesar 92% dengan frekuensi 235 berita. Sedangkan dalam harian Kompas, memiliki porsi halaman muka/depan sebanyak 13% dengan frekuensi 21 berita. Sedangkan porsi halaman dalam sebesar 87% dengan frekuensi 142 berita.

Dari hasil penghitungan chi square terhadap tiga surat kabar tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam kategori penempatan halaman pemberitaan pada surat kabar Solopos, Suara Merdeka, dan Kompas.

D. Kategori Volume Berita

Dalam kategori ini, volume terbanyak surat kabar Solopos digunakan untuk berita positif mengenai Jokowi yaitu 23% dengan total 24.871,9 cm². Untuk surat kabar Suara Merdeka, volume terbanyak digunakan untuk berita netral mengenai Jokowi yaitu 23% dengan total 22.494,4 cm². Sedangkan dalam harian Kompas, volume terbanyak digunakan untuk berita positif mengenai Jokowi yaitu 26% dengan total 21.588,2 cm².

Dari hasil penghitungan chi square terhadap tiga surat kabar tersebut terdapat perbedaan yang signifikan dalam kategori volume pemberitaan pada surat kabar Solopos, Suara Merdeka, dan Kompas. Perbedaan bisa dilihat dari tingkatan jumlah volume yang digunakan dalam menyampaikan berita. Solopos, Suara Merdeka, dan Kompas memiliki kecenderungan yang hampir sama. Selisih volume total untuk berita positif maupun negatif antara Jokowi dan Prabowo agak banyak. Dimana pemberitaan positif mengenai Jokowi lebih banyak, sedangkan berita negatif mengenai Jokowi lebih sedikit. Sedang untuk berita netral keduanya tidak jauh berbeda selisihnya. Namun,

(13)

12

dalam harian Solopos dan Kompas, Prabowo unggul dalam berita netral dibandingkan dengan Jokowi. Sedangkan Suara Merdeka sebaliknya, Jokowi tetap unggul dibandingkan Prabowo.

E. Kategori Gambar/ilustrasi Berita

Dalam kategori ini baik surat kabar Solopos, Suara Merdeka, maupun Kompas sama-sama dominan tidak melampirkan gambar/ilustrasi pada berita Prabowo maupun Jokowi.

Dari hasil penghitungan chi square terhadap tiga surat kabar tersebut terdapat perbedaan yang signifikan dalam kategori gambar/ilustrasi pemberitaan pada surat kabar Solopos, Suara Merdeka, dan Kompas. Perbedaan terlihat dari frekuensi jenis berita yang dihadirkan. Ketiganya memang dominan tidak melampirkan gambar/ilustrasi berita yang dihadirkan. Namun untuk Solopos dan Suara Merdeka, mereka sama-sama lebih banyak menampilkan gambar/ilustrasi Jokowi daripada Prabowo, walaupun frekuensinya berbeda antara kedua surat kabar tersebut. Sedangkan Kompas berusaha fair dalam menampilkan gambar/ilustrasi Jokowi dan Prabowo. Hal itu terbukti frekuensi gambar/ilustrasi keduanya berjumlah sama.

F. Kategori Narasumber Berita

Dalam kategori ini narasumber Solopos paling banyak memang berasal dari tim sukses, yakni 23% dengan frekuensi 156 berita. Lalu disusul oleh narasumber dari para kader partai dan simpatisan, keduanya mendapat jatah 14%, frekuensi kader partai 96 berita sedang untuk simpatisan 98 berita. Dalam surat kabar Suara Merdeka, narasumber terbanyak berasal dari tim sukses juga, yakni 20% dengan frekuensi 105 berita. Yang terbanyak setelah itu berasal dari pihak simpatisan, sebesar 18% dengan frekuensi 92 berita. Sedangkan untuk harian Kompas, narasumber terbanyak dari capres/cawapres, 21% dengan frekuensi 106 berita. Porsi terbanyak berikutnya diambil oleh masyarakat umum, yakni 19% dengan frekuensi 94 berita.

(14)

13

Dari hasil penghitungan chi square terhadap tiga surat kabar tersebut terdapat perbedaan yang signifikan dalam kategori narasumber pemberitaan pada surat kabar Solopos, Suara Merdeka, dan Kompas. Solopos dan Suara Merdeka masih banyak menghadirkan berita dari daerah lokal dan regional, sehingga kemunculan tim sukses sebagai narasumber masih banyak. Sedangkan Kompas yang merupakan surat kabar nasional lebih menonjolkan narasumber dari capres/cawapres.

Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan pada surat kabar Solopos, Suara Merdeka, dan Kompas selama masa kampanye pemilu 2014 dapat diambil kesimpulan:

1. Isi Berita

Dilihat dari kategori isi berita mengenai calon presiden dan calon wakil presiden selama masa kampanye Pemilu 2014, Solopos, Suara Merdeka dan Kompas paling banyak menghadirkan berita positif mengenai Jokowi. Sedangkan untuk isi berita mengenai Prabowo, Solopos dominan berita positif, Suara Merdeka dan Kompas dominan berita netral.

2. Jenis Berita

Dilihat dari kategori jenis berita, baik Solopos, Suara Merdeka, maupun Kompas dominan menghadirkan berita mengenai calon presiden dan calon wakil presiden selama masa kampanye Pemilu 2014 dalam bentuk hard

news, walaupun berbeda frekuensi.

3. Penempatan Halaman Berita

Dilihat dari kategori penempatan halaman, baik Solopos, Suara Merdeka, maupun Kompas dominan menghadirkan berita mengenai calon presiden dan calon wakil presiden selama masa kampanye Pemilu 2014 pada halaman dalam, walaupun berbeda frekuensi.

4. Volume Berita

Dilihat dari kategori volume yang digunakan untuk mengupas berita mengenai calon presiden dan calon wakil presiden selama masa kampanye Pemilu 2014, Prabowo paling banyak mengambil tempat di Suara Merdeka,

(15)

14

sedangkan Jokowi mendominasi tempat di Solopos. Dan jika dibandingkan, Jokowi unggul dibanding Prabowo di ketiga surat kabar dalam kategori volume berita.

5. Gambar/ilustrasi Berita

Dilihat dari kategori gambar/ilustrasi berita, baik surat kabar Solopos, Suara Merdeka, maupun Kompas sama-sama lebih banyak tidak melampirkan gambar/ilustrasi pada berita mengenai calon presiden dan calon wakil presiden selama masa kampanye Pemilu 2014. Tapi jika dibandingkan antara Prabowo dan Jokowi, surat kabar Suara Merdeka paling sering melampirkan gambar/ilustrasi mereka jika dibandingkan dengan kedua surat kabar yang lain.

6. Narasumber Berita

Dilihat dari kategori narasumber berita, Solopos dan Suara Merdeka paling banyak mengambil narasumber dari tim sukses, sedangkan Kompas mengambil narasumber terbanyak dari capres/cawapres.

Saran

1. Sesuai dengan Kode Etik Jurnalistik, dalam menyajikan berita surat kabar harus adil (fair) dan berimbang (balanced). Sehingga apabila berita yang dibahas itu mengenai calon presiden dan calon wakil presiden yang notabene hanya ada dua pasang calon, akan terlihat sekali bila berita yang disampaikan tidak seimbang jumlahnya.

2. Untuk tipikal berita politik seperti pemilu, mungkin ada baiknya untuk memberikan porsi sedikit lebih banyak pada berita berjenis soft news, sehingga pembaca tidak terlalu tegang atau serius dalam mengikuti perkembangan beritanya. Dan bisa juga digali sisi human interest pada setiap isu mengenai calon presiden dan calon wakil presiden, sehingga masyarakat bisa lebih tertarik untuk membaca beritanya.

3. Pers harus bisa menjalankan fungsi kontrol sosial, sehingga terlihat secara gamblang apakah kegiatan para calon presiden dan calon wakil presiden

(16)

15

berjalan baik atau tidak selama masa kampanye pemilu 2014, karena masyarakat berhak untuk mengetahuinya.

4. Untuk partai politik agar ke depannya bisa melakukan kampanye sehat bagi para calon pemimpinnya, dan bisa berkurang kampanye hitam yang digunakan untuk menyerang kubu lawan.

Daftar Pustaka

Effendy, Onong Uchjana. (1993). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung: Remadja Karya. Http://www.antaranews.com/berita/441328/popularitas-prabowo-meningkat-karena-tim-media-cerdas [27 Desember 2014] Http://www.tempo.co/read/news/2013/10/09/078520567/Jokowi-Disayang-Media-Awal-Popularitas-di-Socmed [27 Desember 2014] Http://news.liputan6.com/read/286333/slank-vs-ahmad-dhani-dan-fenomena-voluntarisme-di-pilpres-2014 [27 Desember 2014]

Huda, Sholihul dan Ali Nurdin. (2011). Komparasi Perang Profil Tiga Kandidat

Presiden Pada Pemilu 2009 (Analisis Wacana Pada Harian Kompas) dalam

Jurnal Ilmu Komunikasi [online], vol 1 (1) 32 halaman. Tersedia http://jurnalilkom.uinsby.ac.id/index.php/jurnalilkom/article/view/11 [20 Maret 2014]

Kusumaningrat, Hikmat dan Purnama Kusumaningrat. (2006). Jurnalistik: Teori

& Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

McQuail, Denis. (1994). Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Mulyana, Deddy. (2008). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mursito. (2006). Memahami Institusi Media: Sebuah Pengantar. Surakarta: SPIKOM.

Rakhmat, Jalaludin. (1984). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan saat masuk dunia perkuliahan, mereka dituntut untuk lebih dapat bertanggung jawab serta dapat mandiri dalam mengatur jadwal, membagi waktu antara

disampaikan akan dapat tersalurkan dengan baik ke target audience karena fotografi lebih mengutamakan aspek visual. Bagaimana mengemas foto mengenai Candy Land of Beauty

Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat

1 Karakteristik Petugas Nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan mudah diperhatikan. 2 Standar Operasional Prosedur

kepada konsumen untuk melakukan penelusuran produk pada media sosial. Dengan melakukan penelusuran produk di media sosial dapat

Berdasarkan pemaparan di atas disimpulkan bahwa Indikasi geografis merupakan produk yang dihasilkan oleh tempat tertentu berupa hasil pertanian, produk olahan,

Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Tentang Materi Pengukuran Sudut1. Universitas Pendidikan Indonesia |

Isian kualifikasi Tenaga Ahli pada isian kualifikasi elektronik tidak lengkap 3 PT.Mitrakarya Solusindo Utama Gugur tidak memasukkan dokumen kualifikasi 4 PT.. Huda Tata Sarana