MAKALAH TUGAS KIMIA MEDISINAL II
MAKALAH TUGAS KIMIA MEDISINAL II
ANALGETIKA NARKOTIK
ANALGETIKA NARKOTIK
“MORFIN DAN MEPERIDIN”
“MORFIN DAN MEPERIDIN”
``
Disusun oleh :Disusun oleh : RoseRose Graceana Graceana S. S. (1041011133)(1041011133) Rr.
Rr. Putri Putri Nugraheni Nugraheni (1041011134(1041011134))
Septanti
Septanti Ratna Ratna P. P. (1041011138)(1041011138) Septy
Septy Aliya Aliya Nur Nur C. C. (1041011139)(1041011139) Septyo
Septyo Dwi Dwi Haryono Haryono (1041011140)(1041011140) Sholikhatun (1041011141) Sholikhatun (1041011141)
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI” SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI”
SEMARANG
SEMARANG
2012
2012
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
I.1 Tinjauan Pustaka I.1 Tinjauan Pustaka
Analgetika merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk mengurangi Analgetika merupakan suatu senyawa atau obat yang dipergunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri (diakibatkan oleh berbagai rangsangan pada tubuh misalnya rasa sakit atau nyeri (diakibatkan oleh berbagai rangsangan pada tubuh misalnya rangsangan mekanis, kimiawi dan fisis sehingga menimbulkan kerusakan pada rangsangan mekanis, kimiawi dan fisis sehingga menimbulkan kerusakan pada jaringanyang memicu pelepasan mediator nyeri seperti brodikinin dan
jaringanyang memicu pelepasan mediator nyeri seperti brodikinin dan prostaglandin yangprostaglandin yang akhirnya mengaktivasi reseptor nyeri di saraf perifer dan diteruskan ke otak yang secara akhirnya mengaktivasi reseptor nyeri di saraf perifer dan diteruskan ke otak yang secara umum dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu analgetika non narkotik (seperti: asetosal, umum dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu analgetika non narkotik (seperti: asetosal, parasetamol) dan analgetika narkotik (seperti : morfin).
parasetamol) dan analgetika narkotik (seperti : morfin).
Terkadang, nyeri dapat berarti perasaan emosional yang tidak nyaman dan berkaitan Terkadang, nyeri dapat berarti perasaan emosional yang tidak nyaman dan berkaitan dengan ancaman seperti kerusakan pada jaringan karena pada dasarnya rasa nyeri dengan ancaman seperti kerusakan pada jaringan karena pada dasarnya rasa nyeri merupakan suatu gejala, serta isyarat bahaya tentang adanya gangguan pada tubuh merupakan suatu gejala, serta isyarat bahaya tentang adanya gangguan pada tubuh umumnya dan jaringan khususnya.
umumnya dan jaringan khususnya.
Untuk mengurangi atau meredakan rasa sakit atau nyeri tersebut maka banyak Untuk mengurangi atau meredakan rasa sakit atau nyeri tersebut maka banyak digunakan obat-obat analgetik (seperti parasetamol, asam mefenamat dan antalgin)yang digunakan obat-obat analgetik (seperti parasetamol, asam mefenamat dan antalgin)yang bekerja
bekerja dengan dengan memblokir memblokir pelepasan pelepasan mediator mediator nyeri nyeri sehingga sehingga reseptor reseptor nyeri nyeri tidaktidak menerima rangsang nyeri.
menerima rangsang nyeri.
Terdapat perbedaan mencolok antara analgetika dengan anastetika umum yaitu Terdapat perbedaan mencolok antara analgetika dengan anastetika umum yaitu meskipun sama-sama berfungsi sebagai zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa meskipun sama-sama berfungsi sebagai zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri namun, analgetika bekerja tanpa menghilangkan kesadaraan. Nyeri sendiri terjadi nyeri namun, analgetika bekerja tanpa menghilangkan kesadaraan. Nyeri sendiri terjadi akibat rangsangan mekanis, kimiawi, atau fisis yang memicu pelepasan mediator nyeri. akibat rangsangan mekanis, kimiawi, atau fisis yang memicu pelepasan mediator nyeri. Intensitas rangsangan terendah saat seseorang merasakan nyeri dinamakan
Intensitas rangsangan terendah saat seseorang merasakan nyeri dinamakan ambang nyeri.ambang nyeri. (Tjay, 2002).
(Tjay, 2002).
Analgetika yang bekerja perifer atau kecil memiliki kerja antipiretik dan juga Analgetika yang bekerja perifer atau kecil memiliki kerja antipiretik dan juga komponen kerja antiflogistika dengan pengecualian turunan asetilanilida.
komponen kerja antiflogistika dengan pengecualian turunan asetilanilida.
(Anonim, 2005). (Anonim, 2005).
Nyeri ringan
Nyeri ringan dapat dapat ditangani ditangani dengan dengan obat obat perifer perifer (parasetamol, (parasetamol, asetosal, asetosal, mefenamatmefenamat atau aminofenazon). Untuk nyeri sedang dapat ditambahkan kofein dan kodein.Nyeri yang atau aminofenazon). Untuk nyeri sedang dapat ditambahkan kofein dan kodein.Nyeri yang disertai pembengkakan sebaiknya diobati dengan suatu analgetikum antiradang disertai pembengkakan sebaiknya diobati dengan suatu analgetikum antiradang (aminofenazon, mefenaminat dan nifluminat). Nyeri yang hebat perlu ditanggulangi (aminofenazon, mefenaminat dan nifluminat). Nyeri yang hebat perlu ditanggulangi dengan morfin. Obat terakhir yang disebut dapat menimbulkan ketagihan dan dengan morfin. Obat terakhir yang disebut dapat menimbulkan ketagihan dan menimbulkan efek samping sentral yang merugikan.
menimbulkan efek samping sentral yang merugikan.
(Tjay, 2002) (Tjay, 2002)
Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar Berdasarkan kerja farmakologisnya, analgetika dibagi dalam dua kelompok besar yaitu:
yaitu: 1.
1. Analgetika perifer Analgetika perifer (non-narkotik), yang ter(non-narkotik), yang terdiri dari diri dari obat-obat yang tiobat-obat yang tidak dak bersifatbersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.
narkotik dan tidak bekerja sentral. 2.
2. Analgetika narkotik, khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, sepertiAnalgetika narkotik, khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada fractura dan kanker.
pada fractura dan kanker.
(Anonim, 2005) (Anonim, 2005)
Penggunaan analgetika perifer mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri, Penggunaan analgetika perifer mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri, tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. tanpa mempengaruhi SSP atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kombinasi dari dua atau lebih analgetika sering kali digunakan, karena terjadi efek Kombinasi dari dua atau lebih analgetika sering kali digunakan, karena terjadi efek potensiasi
potensiasi
(Tjay, 2002) (Tjay, 2002)
Salah satu obat analgesik non opioid (perifer) adalah aspirin. Aspirin merupakan obat Salah satu obat analgesik non opioid (perifer) adalah aspirin. Aspirin merupakan obat antidemam kuat dan mempunyai efek menghambat agregasi trombosit pada dosis rendah antidemam kuat dan mempunyai efek menghambat agregasi trombosit pada dosis rendah (40 mg) sehingga selain sebagai analgesik aspirin dewasa ini banyak digunakan sebagai (40 mg) sehingga selain sebagai analgesik aspirin dewasa ini banyak digunakan sebagai alternatif dari antikoagulansia sebagai pencegah infark ke 2 setelah terjadinya serangan alternatif dari antikoagulansia sebagai pencegah infark ke 2 setelah terjadinya serangan (Tjay dan Rahardja, 2002). (Tjay dan Rahardja, 2002).
Aspirin adalah salah satu obat yang paling sering digunakan untuk meredakan nyeri Aspirin adalah salah satu obat yang paling sering digunakan untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang karena berbagai sebab. Aspirin bekerja dengan menghambat ringan sampai sedang karena berbagai sebab. Aspirin bekerja dengan menghambat prostaglandin
secara irreversible. Pada dosis yang tepat, obat ini akan menurunkan pembentukan secara irreversible. Pada dosis yang tepat, obat ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin
prostaglandin maupun maupun tromboksan tromboksan A2 A2 tetapi tetapi tidak tidak menghambat menghambat leukotrien. leukotrien. Selain Selain itu,itu, aspirin juga mempengaruhi mediator kimia system kalikrein sehingga menghambat aspirin juga mempengaruhi mediator kimia system kalikrein sehingga menghambat perlekatan
perlekatan granulosit granulosit pada pada pembuluh pembuluh darah darah yang yang rusak, rusak, menstabilkan menstabilkan membran membran lisosom,lisosom, dan menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear dan makrofag ke tempat peradangan dan menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear dan makrofag ke tempat peradangan
(Katzung, 1998) (Katzung, 1998)
Dosis terapi salisilat yang digunakan untuk analgesik dan antipiretik biasanya sangat Dosis terapi salisilat yang digunakan untuk analgesik dan antipiretik biasanya sangat sedikit menimbulkan efek samping. Tetapi penggunaan dosis besar pada anak-anak dapat sedikit menimbulkan efek samping. Tetapi penggunaan dosis besar pada anak-anak dapat menimbulkan toksisitas. Gejalanya antara lain kehausan, berkeringat, penglihatan kabur, menimbulkan toksisitas. Gejalanya antara lain kehausan, berkeringat, penglihatan kabur, tinitus, nausea, vomitus dan menyebabkan perubahan keseimbangan asam basa. Efek tinitus, nausea, vomitus dan menyebabkan perubahan keseimbangan asam basa. Efek samping yang paling sering terjadi adalah tukak lambung atau tukak peptid yang samping yang paling sering terjadi adalah tukak lambung atau tukak peptid yang kadang-kadang disertai anemi sekunder akibat perdarahan saluran pencernaan. Keadaan ini terjadi kadang disertai anemi sekunder akibat perdarahan saluran pencernaan. Keadaan ini terjadi melalui 2 mekanisme yaitu iritasi local dan iritasi atau perdarahan lambung yang bersifat melalui 2 mekanisme yaitu iritasi local dan iritasi atau perdarahan lambung yang bersifat sistemik melalui penghambatan biosintesis PGE2 dan PGI2.
sistemik melalui penghambatan biosintesis PGE2 dan PGI2.
(Wilmana, 1995) (Wilmana, 1995)
Analgetika narkotik merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti Analgetika narkotik merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Meskipun memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain, opium atau morfin. Meskipun memperlihatkan berbagai efek farmakodinamik yang lain, golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri yang hebat. Meskipun terbilang ampuh, jenis ini dapat menimbulkan ketergantungan pada yang hebat. Meskipun terbilang ampuh, jenis ini dapat menimbulkan ketergantungan pada si pemakai. Seiring berjalannya waktu, ditemukannya obatyang bersifat campuran agonis si pemakai. Seiring berjalannya waktu, ditemukannya obatyang bersifat campuran agonis dan antagonis jenis ini yang mampu meniadakan ketergantungan fisik, maka penggunaan dan antagonis jenis ini yang mampu meniadakan ketergantungan fisik, maka penggunaan istilah analgesik narkotik untuk pengertian farmakologik tidak sesuai lagi.
istilah analgesik narkotik untuk pengertian farmakologik tidak sesuai lagi.
(Anonim, 1995) (Anonim, 1995)
Merupakan zat yang bekerja pada reseptor opioid khas di SSP, hingga persepsi nyeri Merupakan zat yang bekerja pada reseptor opioid khas di SSP, hingga persepsi nyeri dan respon emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi) (Tjay dan Rahardja, 2002). dan respon emosional terhadap nyeri berubah (dikurangi) (Tjay dan Rahardja, 2002). Analgesik opioid memiliki sifat-sifat seperti opium a
Analgesik opioid memiliki sifat-sifat seperti opium a tau morfintau morfin
(Sujatno, 1998) (Sujatno, 1998)
Atas dasar cara kerjanya, obat-obat ini dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu: Atas dasar cara kerjanya, obat-obat ini dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:
1.
1. Agonis opiate, dapat dibagi menjadi alkaloida candu (morfin, kodein, heroin,Agonis opiate, dapat dibagi menjadi alkaloida candu (morfin, kodein, heroin, nicomorfin, zat-zat sintesis, metadon dan derivatnya).
nicomorfin, zat-zat sintesis, metadon dan derivatnya). 2.
2. Agonis opiate: nalokson, nalorfin, pentazosin, buprenorfin dan nalbufin.Agonis opiate: nalokson, nalorfin, pentazosin, buprenorfin dan nalbufin. 3.
3. Kombinasi: zat-zat ini juga mengikat pada reseptor opioid tetapi tidak mengaktfiasiKombinasi: zat-zat ini juga mengikat pada reseptor opioid tetapi tidak mengaktfiasi kerjanya dengan sempurna.
kerjanya dengan sempurna.
Untuk memperoleh efek analgetik yang optimal dari suatu obat, diperlukan beberapa Untuk memperoleh efek analgetik yang optimal dari suatu obat, diperlukan beberapa kriteria atau sifat-sifat farmakokinetik sebagai berikut:
kriteria atau sifat-sifat farmakokinetik sebagai berikut:
Diabsorbsi dengan cepat dan sempurna, dengan ketersediaan hayati absolut (100%).Diabsorbsi dengan cepat dan sempurna, dengan ketersediaan hayati absolut (100%).
Terdistribusi secara cepat dan baik ke jaringan target dengan konsentrasi yang tidakTerdistribusi secara cepat dan baik ke jaringan target dengan konsentrasi yang tidak
terlalu tinggi di organ-organ untuk mengurangi efek samping. terlalu tinggi di organ-organ untuk mengurangi efek samping.
Eliminasinya cepat, baik melalui hepar maupun ginjal untuk mencegah terjadinyaEliminasinya cepat, baik melalui hepar maupun ginjal untuk mencegah terjadinya
penimbunan obat, khususnya pada penderita ginjal/ hepar. penimbunan obat, khususnya pada penderita ginjal/ hepar.
Tidak toksik (toksisitas minimal), sedikit memberi interkasi terhadap obat-obat lainTidak toksik (toksisitas minimal), sedikit memberi interkasi terhadap obat-obat lain
yang kemungkinan harus diberikan bersamaan serta harus mempunyai indeks yang kemungkinan harus diberikan bersamaan serta harus mempunyai indeks terapeutik yang sempit.
terapeutik yang sempit.
( Day, 2000 ) ( Day, 2000 )
Analgetik narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara Analgetik narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetika selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. Analgetika bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit.
bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit.
(Siswandono, 2000, hal : 283) (Siswandono, 2000, hal : 283)
Analgetik narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara Analgetik narkotik adalah senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit, yang moderat ataupun berat, seperti rasa sakit selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit, yang moderat ataupun berat, seperti rasa sakit yang disebabkan oleh penyakit kanker, serangan jantung akut, sesudah operasi dan kolik usus yang disebabkan oleh penyakit kanker, serangan jantung akut, sesudah operasi dan kolik usus atau ginjal. Analgetika narkotik sering pula digunakan untuk pramedikasi anestesi, atau ginjal. Analgetika narkotik sering pula digunakan untuk pramedikasi anestesi, bersama-sama dengan atropin untuk mengontrol sekresi.
sama dengan atropin untuk mengontrol sekresi.
Aktivitas analgetika narkotik jauh lebih besar dibanding golongan analgetik non narkotik, Aktivitas analgetika narkotik jauh lebih besar dibanding golongan analgetik non narkotik, sehingga disebut pula analgetika kuat. Golongan ini pada umumnya menimbulkan euforia sehingga disebut pula analgetika kuat. Golongan ini pada umumnya menimbulkan euforia sehingga banyak disalahgunakan.
Pemberian
Pemberian obat obat secara secara terus-menerus terus-menerus menimbulkan menimbulkan ketergantungan ketergantungan fisik fisik dan dan mental mental atauatau kecanduan dan efek ini terjadi secraa cepat. Penghentian pemberian obat secara tiba-tiba kecanduan dan efek ini terjadi secraa cepat. Penghentian pemberian obat secara tiba-tiba menyebabkan sindrom
menyebabkan sindrom abstinenceabstinence atau gejala atau gejala withdrawal withdrawal . Kelebihan dosis dapat menyebabkan. Kelebihan dosis dapat menyebabkan kematian karena terjadi depresi pernapasan.
kematian karena terjadi depresi pernapasan.
(Siswandono, 2000, hal : 283) (Siswandono, 2000, hal : 283)
BAB II
BAB II
ISI
ISI
II. 1. Mekanisme Kerja Analgetika Narkotik II. 1. Mekanisme Kerja Analgetika Narkotik
Efek analgesik dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dengan sisi reseptor khas pada sel Efek analgesik dihasilkan oleh adanya pengikatan obat dengan sisi reseptor khas pada sel dalam otak dan
dalam otak dan spinal spinal cord cord . Rangsangan reseptor juga menimbulkan efek euforia dan rasa. Rangsangan reseptor juga menimbulkan efek euforia dan rasa mengantuk.
mengantuk.
Reseptor turunan morfin mempunyai tiga sisi yang sangat penting untuk timbulnya aktivitas Reseptor turunan morfin mempunyai tiga sisi yang sangat penting untuk timbulnya aktivitas analgesik, yaitu :
analgesik, yaitu :
1.
1. Struktur bidang datar, yang mengikat cincin aromatik obat melalui ikatan van der Waals.Struktur bidang datar, yang mengikat cincin aromatik obat melalui ikatan van der Waals. 2.
2. Tempat anionik, yang mampu berinteraksi dengan pusat muatan positif obat.Tempat anionik, yang mampu berinteraksi dengan pusat muatan positif obat. 3.
3. Lubang dengan orientasi yang sesuai untuk menampung bagianLubang dengan orientasi yang sesuai untuk menampung bagian – – CHCH22-CH-CH22- dari proyeksi- dari proyeksi
cincin piperidin, yang terletak di depan bidang yang mengandung cincin aromatik dan cincin piperidin, yang terletak di depan bidang yang mengandung cincin aromatik dan pusat dasar.
pusat dasar.
II. 2. Morfin II. 2. Morfin
Morfin didapat dari opium, yaitu getah kering tanaman Papaver somniferum. Opium Morfin didapat dari opium, yaitu getah kering tanaman Papaver somniferum. Opium mengandung tidak kurang dari 25 alkaloida, antara lain adalah morfin, kodein, noskapin, mengandung tidak kurang dari 25 alkaloida, antara lain adalah morfin, kodein, noskapin, papaverin, tebain, dan narsein.
papaverin, tebain, dan narsein.
Selain efek analgesik turunan morfin juga menimbulkan euforia sehingga banyak Selain efek analgesik turunan morfin juga menimbulkan euforia sehingga banyak disalahgunakan. Oleh karena itu distribusi turunan morfin dikontrol secara ketat oleh pemerintah. disalahgunakan. Oleh karena itu distribusi turunan morfin dikontrol secara ketat oleh pemerintah. Karena turunan morfin menimbulkan efek kecanduan, yang terjadi secara cepat, maka dicari Karena turunan morfin menimbulkan efek kecanduan, yang terjadi secara cepat, maka dicari turunan atau analognya yang masih mempunyai efek analgesik tetapi efek kecanduannya lebih turunan atau analognya yang masih mempunyai efek analgesik tetapi efek kecanduannya lebih rendah.
Struktur Kimia Morfin Struktur Kimia Morfin Hubungan Struktur dan Aktivitas
Hubungan Struktur dan Aktivitas
Hubungan struktur-aktivitas turunan morfin dijelaskan sebagai berikut : Hubungan struktur-aktivitas turunan morfin dijelaskan sebagai berikut :
Esterifikasi dan esterifikasi gugus hidroksil fenol akan menurunkan aktivitas analgesik,Esterifikasi dan esterifikasi gugus hidroksil fenol akan menurunkan aktivitas analgesik,
meningkatkan aktivitas antibatuk dan meningkatkan efek kejang. meningkatkan aktivitas antibatuk dan meningkatkan efek kejang.
Esterifikasi, esterifikasi, oksidasi, atau penggantian gugus hidroksil alkohol dengan halogen atauEsterifikasi, esterifikasi, oksidasi, atau penggantian gugus hidroksil alkohol dengan halogen atau
hidrogen dapat meningkatkan efek analgesik, meningkatkan efek stimulan, tetapi juga hidrogen dapat meningkatkan efek analgesik, meningkatkan efek stimulan, tetapi juga meningkatkan toksisitas.
meningkatkan toksisitas.
Perubahan gugus hidroksil alkohol dari posisi 6 ke posisi 8 menurunkan aktivitas analgesik secaraPerubahan gugus hidroksil alkohol dari posisi 6 ke posisi 8 menurunkan aktivitas analgesik secara
drastis. drastis.
Pengubahan konfigurasi hidroksil pada CPengubahan konfigurasi hidroksil pada C66 dapat meningkatkan aktivitas analgesik. dapat meningkatkan aktivitas analgesik.
Hidrogenasi ikatan rangkap CHidrogenasi ikatan rangkap C77-C-C88 dapat menghasilkan efek yang sama atau lebih tinggi dapat menghasilkan efek yang sama atau lebih tinggi
dibanding morfin. dibanding morfin.
Substitusi pada cincin aromatik akan mengurangi aktivitas analgesic.Substitusi pada cincin aromatik akan mengurangi aktivitas analgesic.
Pemecahan jembatan eter antara CPemecahan jembatan eter antara C44 dan C dan C55 akan menurunkan aktivitas. akan menurunkan aktivitas.
Pembukaan cincin piperidin menyebabkan penurunan aktivitas.Pembukaan cincin piperidin menyebabkan penurunan aktivitas.
Demetilasi pada CDemetilasi pada C1717 dan perpanjangan rantai alifatik yang terikat pada atom N dapat menurunkan dan perpanjangan rantai alifatik yang terikat pada atom N dapat menurunkan
aktivitas. Adanya gugus alil pada atom N menyebabkan senyawa bersifat antagonis kompetitif. aktivitas. Adanya gugus alil pada atom N menyebabkan senyawa bersifat antagonis kompetitif.
Farmakodinamik Farmakodinamik
Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos. Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos. Efek morfin pada system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi. Efek morfin pada system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi. Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi
termasuk stimulasi parasimpatis, miosis, mual muntah, hiper aktif reflek spinal, konvulsi dan termasuk stimulasi parasimpatis, miosis, mual muntah, hiper aktif reflek spinal, konvulsi dan sekresi hormone anti diuretika (ADH).
sekresi hormone anti diuretika (ADH).
Farmakokinetik Farmakokinetik
Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit yang luka. Morfin Morfin tidak dapat menembus kulit utuh, tetapi dapat menembus kulit yang luka. Morfin juga
juga dapat dapat mmenembus mmenembus mukosa. mukosa. Morfin Morfin dapat dapat diabsorsi diabsorsi usus, usus, tetapi tetapi efek efek analgesik analgesik setelahsetelah pemberian
pemberian oral oral jauh jauh lebih lebih rendah rendah daripada daripada efek efek analgesik analgesik yang yang timbul timbul setelah setelah pemberianpemberian parenteral dengan
parenteral dengan dosis yang dosis yang sama. Morfin sama. Morfin dapat dapat melewati sawar uri melewati sawar uri dan mempendan mempengaharui janin.gaharui janin. Ekresi morfin terutama melalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam tinja dan Ekresi morfin terutama melalui ginjal. Sebagian kecil morfin bebas ditemukan dalam tinja dan keringat.
keringat.
Efek samping Efek samping
Efek samping morfin (dan derivat opioid pada umumnya) meliputi depresi pernafasan, Efek samping morfin (dan derivat opioid pada umumnya) meliputi depresi pernafasan, nausea, vomitus, dizzines, mental berkabut, disforia, pruritus, konstipasi kenaikkan tekanan pada nausea, vomitus, dizzines, mental berkabut, disforia, pruritus, konstipasi kenaikkan tekanan pada traktus bilier, retensi urin, dan hipotensi.
traktus bilier, retensi urin, dan hipotensi.
II. 3. Meperidin II. 3. Meperidin
Meskipun strukturnya tidak berhubungan dengan struktur morfin tetapi masih menunjukkan Meskipun strukturnya tidak berhubungan dengan struktur morfin tetapi masih menunjukkan kemiripan karenan mempunyai pusat atom C kuartener, rantai etilen, gugus N-tersier dan cincin aromatik kemiripan karenan mempunyai pusat atom C kuartener, rantai etilen, gugus N-tersier dan cincin aromatik sehingga dapat berinteraksi dengan reseptor analgesik.
sehingga dapat berinteraksi dengan reseptor analgesik.
Meperidin (Pethidine=Dolantin), mempunyai efek analgesik antara morfin dan kodein. Meperidin Meperidin (Pethidine=Dolantin), mempunyai efek analgesik antara morfin dan kodein. Meperidin digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada kasus obsetri dan untuk pramedikasi pada anestesi. Sering digunakan untuk mengurangi rasa sakit pada kasus obsetri dan untuk pramedikasi pada anestesi. Sering digunakan sebagai obat pengganti morfin untuk pengobatan penderita kecanduan turunan morfin karena digunakan sebagai obat pengganti morfin untuk pengobatan penderita kecanduan turunan morfin karena mempunyai efek analgesik seperti morfin tetapi kecenderungan kecanduan lebih rendah. Absorbsi obat mempunyai efek analgesik seperti morfin tetapi kecenderungan kecanduan lebih rendah. Absorbsi obat dalam saluran cerna cukup baik, obat diikat oleh protein plasma ± 40-50%. Kadar plasma tertinggi obat dalam saluran cerna cukup baik, obat diikat oleh protein plasma ± 40-50%. Kadar plasma tertinggi obat dicapai dalam 1-2 jam, dengan waktu paro plasma ± 5 jam. Dosis oral, I.M dan S.C : 50-100mg, dapat dicapai dalam 1-2 jam, dengan waktu paro plasma ± 5 jam. Dosis oral, I.M dan S.C : 50-100mg, dapat diulang setiap 3-4 jam.
diulang setiap 3-4 jam.
Meperidin termasuk dalam analgetik golongan narkotik. Pertama kali diperkenalkan pada Meperidin termasuk dalam analgetik golongan narkotik. Pertama kali diperkenalkan pada tahun 1939 oleh Eisleb dan Schaumann. Rumus kimia dari meperidin adalah etil
tahun 1939 oleh Eisleb dan Schaumann. Rumus kimia dari meperidin adalah etil – – 1 1 – – metil metil – – 4 4 – – fenilpiperidin
fenilpiperidin – – karboksilat. Meperidin bekerja pada tempat spesifik pada susunan saraf pusat karboksilat. Meperidin bekerja pada tempat spesifik pada susunan saraf pusat yang disebut dengan reseptor opioid, dimana tempat kerja meperidin secara spesifik adalah pada yang disebut dengan reseptor opioid, dimana tempat kerja meperidin secara spesifik adalah pada reseptor
reseptor κ κ ..8,9 Sampai saat ini telah teridentifikasi empat tipe reseptor opioid yaitu reseptor8,9 Sampai saat ini telah teridentifikasi empat tipe reseptor opioid yaitu reseptor mumu
(μ, dengan subtipe μ
(μ, dengan subtipe μ--11 dan μdan μ--22), reseptor), reseptor kappakappa (κ), reseptor(κ), reseptor deltadelta (δ) dan reseptor (δ) dan reseptor sigmasigma
(σ).21,25,2 (σ).21,25,2
Gambar :
Gambar : Rumus kimia dari meperidin.Rumus kimia dari meperidin.
Farmakokinetik Farmakokinetik
Jalur pemberian meperidin sama seperti dengan morfin. Pada pemberian secara Jalur pemberian meperidin sama seperti dengan morfin. Pada pemberian secara intramuskuler, meperidin diabsorbsi secara cepat dan komplit, dimana kadar puncak dalam intramuskuler, meperidin diabsorbsi secara cepat dan komplit, dimana kadar puncak dalam plasma
plasma dicapai dicapai dalam dalam waktu waktu 2020 – – 60 menit. Bioavailabilitas secara oral mencapai 45% - 75%. 60 menit. Bioavailabilitas secara oral mencapai 45% - 75%. Meperidin 64% terikat pada protein plasma, dengan lama kerja 2
Meperidin 64% terikat pada protein plasma, dengan lama kerja 2 – – 4 jam dan waktu paruh 4 jam dan waktu paruh eliminasinya adalah 3
eliminasinya adalah 3 – – 4 jam. Rata 4 jam. Rata – – rata metabolisme meperidin adalah 17% per jam. rata metabolisme meperidin adalah 17% per jam. Meperidin 80% dimetabolisir di hati melalui proses hidrolisis dan dimetilasi menjadi Meperidin 80% dimetabolisir di hati melalui proses hidrolisis dan dimetilasi menjadi normeperidin dan asam meperidinat. Setelah mengalami konjugasi akan dikeluarkan melalui normeperidin dan asam meperidinat. Setelah mengalami konjugasi akan dikeluarkan melalui ginjal.21,28 Sebanyak 5% - 10% meperidin diekskresi melalui ginjal tanpa mengalami ginjal.21,28 Sebanyak 5% - 10% meperidin diekskresi melalui ginjal tanpa mengalami perubahan, sedangkan kurang dari 10% diekskresi melalui sistem bilier.
perubahan, sedangkan kurang dari 10% diekskresi melalui sistem bilier.
Farmakodinamik Farmakodinamik
Meperidin mempunyai efek analgesia, sedasi, euforia dan depresi pernafasan. Efek yang Meperidin mempunyai efek analgesia, sedasi, euforia dan depresi pernafasan. Efek yang menonjol adalah analgesia. Pada pemberian secara intramuskuler dengan dosis 50
menonjol adalah analgesia. Pada pemberian secara intramuskuler dengan dosis 50 – – 75 mg, akan 75 mg, akan meningkatkan ambang nyeri sampai 50%. Analgesia timbul oleh karena terjadinya meningkatkan ambang nyeri sampai 50%. Analgesia timbul oleh karena terjadinya penghambatan pen
penghambatan pengeluaran substansi geluaran substansi P di P di jalur nyeri jalur nyeri dan dan traktus gastrointestinal. Tekanan traktus gastrointestinal. Tekanan darahdarah akan mengalami sedikit penurunan pada pemberian meperidin dosis tinggi. Selain itu juga akan mengalami sedikit penurunan pada pemberian meperidin dosis tinggi. Selain itu juga menyebabkan hipotensi orthostatik oleh karena hilangnya refleks sistem saraf simpatis menyebabkan hipotensi orthostatik oleh karena hilangnya refleks sistem saraf simpatis kompensatorik. Pada penggunaan dosis besar, kontraktilitas otot jantung akan menurun, kompensatorik. Pada penggunaan dosis besar, kontraktilitas otot jantung akan menurun, menurunkan volume sekuncup dan tekanan pengisian jantung akan meningkat. Meperidin juga menurunkan volume sekuncup dan tekanan pengisian jantung akan meningkat. Meperidin juga menyebabkan peningkatan laju jantung. Pada sistem respirasi, frekuensi nafas kurang menyebabkan peningkatan laju jantung. Pada sistem respirasi, frekuensi nafas kurang dipengaruhi. Depresi pernafasan terjadi terutama karena penurunan volume tidal dan penurunan dipengaruhi. Depresi pernafasan terjadi terutama karena penurunan volume tidal dan penurunan
kepekaan pusat nafas terhadap CO2. Selain itu juga pemakaian meperidin akan dapat kepekaan pusat nafas terhadap CO2. Selain itu juga pemakaian meperidin akan dapat mengurangi spasme bronkus.
mengurangi spasme bronkus.
Pada otak, penggunaan meperidin (dan opioid pada umumnya) akan mengurangi Pada otak, penggunaan meperidin (dan opioid pada umumnya) akan mengurangi konsumsi oksigen otak, aliran darah otak dan menurunkan tekanan intra kranial. Tetapi, ada konsumsi oksigen otak, aliran darah otak dan menurunkan tekanan intra kranial. Tetapi, ada beberapa
beberapa kasus kasus dimana dimana terjadi terjadi sedikit sedikit peningkatan peningkatan tekanan tekanan intra intra kranial kranial pada pada pasien pasien dengandengan tumor otak atau trauma kepala. Dibandingkan dengan morfin, angka kejadian mual dan muntah tumor otak atau trauma kepala. Dibandingkan dengan morfin, angka kejadian mual dan muntah lebih tinggi, tetapi durasinya lebih pendek. Kejadian ini oleh karena adanya stimulasi pada lebih tinggi, tetapi durasinya lebih pendek. Kejadian ini oleh karena adanya stimulasi pada daerah
daerah medullary chemoreceptor trigger zonemedullary chemoreceptor trigger zone. Meperidin menyebabkan spasme sfingter oddi. Meperidin menyebabkan spasme sfingter oddi dan meningkatkan tekanan intra bilier. Selain itu juga menurunkan tonus dan amplitudo dan meningkatkan tekanan intra bilier. Selain itu juga menurunkan tonus dan amplitudo kontraksi ureter. Meperidin sudah sering digunakan untuk terapi menggigil pasca anestesi. kontraksi ureter. Meperidin sudah sering digunakan untuk terapi menggigil pasca anestesi. Penggunaan dosis kecil meperidin ( 10
Penggunaan dosis kecil meperidin ( 10 – – 25 mg ) setiap 5 25 mg ) setiap 5 – – 10 menit efektif untuk mengatasi 10 menit efektif untuk mengatasi menggigil pasca anestesi. Mekanisme meperidin dalam mengatasi menggigil pasca anestesi menggigil pasca anestesi. Mekanisme meperidin dalam mengatasi menggigil pasca anestesi diduga disebabkan karena efek obat pada reseptor κ yang
diduga disebabkan karena efek obat pada reseptor κ yang akan menurunkan ambang menggigil. akan menurunkan ambang menggigil. Untuk pencegahan menggigil, beberapa peneliti telah melakukan berbagai percobaan. Dosis Untuk pencegahan menggigil, beberapa peneliti telah melakukan berbagai percobaan. Dosis meperidin yang digunakan adalah 0,3 mg/ kgBB8; 0,35 mg/kgBB13 dan 0,5 mg/kgBB30, yang meperidin yang digunakan adalah 0,3 mg/ kgBB8; 0,35 mg/kgBB13 dan 0,5 mg/kgBB30, yang ternyata dapat efektif untuk mencegah menggigil pasca anestesi.
ternyata dapat efektif untuk mencegah menggigil pasca anestesi.
Efek samping obat Efek samping obat
Penggunaan meperidin akan dapat menimbulkan efek samping diantaranya pusing, Penggunaan meperidin akan dapat menimbulkan efek samping diantaranya pusing, berkeringat,
berkeringat, mulut mulut kering, kering, mual mual dan dan muntah, muntah, palpitasi, palpitasi, disfori, disfori, perasaan perasaan lemah, lemah, sedasi sedasi dandan sinkop. Pada beberapa kasus atau keadaan dapat terjadi retensi urin dan obstipasi.
sinkop. Pada beberapa kasus atau keadaan dapat terjadi retensi urin dan obstipasi.
Interaksi obat Interaksi obat
Kombinasi meperidin dengan obat-obat penghambat monoamin oksidase
Kombinasi meperidin dengan obat-obat penghambat monoamin oksidase (MAO(MAO inhibitors)
inhibitors) dapat mengakibatkan henti nafas, hipotensi atau hipertensi, koma dan hiperpireksia.dapat mengakibatkan henti nafas, hipotensi atau hipertensi, koma dan hiperpireksia. Pemakaian secara bersama-sama dengan barbiturat, benzodiazepin dan obat-obat depresan sistem Pemakaian secara bersama-sama dengan barbiturat, benzodiazepin dan obat-obat depresan sistem saraf pusat akan mempunyai efek yang sinergis terhadap sistem kardiovaskuler, respirasi dan saraf pusat akan mempunyai efek yang sinergis terhadap sistem kardiovaskuler, respirasi dan efek sedasi. Monoamin oksidase bertanggung jawab terhadap metabolisme intraneuronal dari efek sedasi. Monoamin oksidase bertanggung jawab terhadap metabolisme intraneuronal dari simpatomimetik amin. Penghambat MAO bekerja menghambat deaminasi oksidatif dari simpatomimetik amin. Penghambat MAO bekerja menghambat deaminasi oksidatif dari pembentukan amin secara
pembentukan amin secara alamiah. Ada dua alamiah. Ada dua isoenzim MAO yaitu tipe isoenzim MAO yaitu tipe A dan B. A dan B. MAO A selektifMAO A selektif terhadap serotonin, dopamin dan norepinephrin, sedangkan MAO B selektif untuk tiramin dan terhadap serotonin, dopamin dan norepinephrin, sedangkan MAO B selektif untuk tiramin dan feniletilamin. Obat penghambat MAO yang ada saat ini seperti fenelzin, isokarboksazid dan feniletilamin. Obat penghambat MAO yang ada saat ini seperti fenelzin, isokarboksazid dan transilpromin adalah penghambat MAO nonselektif, dimana obat ini akan berpengaruh juga transilpromin adalah penghambat MAO nonselektif, dimana obat ini akan berpengaruh juga
terhadap enzim selain monoamin oksidase. Efek samping yang dapat terjadi adalah hipotensi terhadap enzim selain monoamin oksidase. Efek samping yang dapat terjadi adalah hipotensi ortostatik, agitasi, tremor, kejang, kaku otot, retensi urin, parestesia dan jaundice. Penggunaan ortostatik, agitasi, tremor, kejang, kaku otot, retensi urin, parestesia dan jaundice. Penggunaan opioid pada pasien dengan terapi penghambat MAO harus dengan perhatian khusus, sejak reaksi opioid pada pasien dengan terapi penghambat MAO harus dengan perhatian khusus, sejak reaksi yang serius akibat pemberian opioid pernah dilaporkan, meskipun jarang. Reaksi yang serius yang serius akibat pemberian opioid pernah dilaporkan, meskipun jarang. Reaksi yang serius berhubungan
berhubungan dengan dengan pemberian pemberian meperidin meperidin khususnya khususnya yaitu yaitu terjadinya terjadinya hipertermia, hipertermia, hipertensi,hipertensi, kejang dan koma.
kejang dan koma.
BAB III
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
III. 1 Kesimpulan III. 1 Kesimpulan
1.
1. Analgetika merupakan senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secaraAnalgetika merupakan senyawa yang dapat menekan fungsi sistem saraf pusat secara selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran.
selektif, digunakan untuk mengurangi rasa sakit tanpa mempengaruhi kesadaran. 2.
2. Analgetika bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit.Analgetika bekerja dengan meningkatkan nilai ambang persepsi rasa sakit. 3.
3. Morfin merupakan . . .Morfin merupakan . . . 4.
4. Meperidin merupakan . . .Meperidin merupakan . . .
III. 3. Saran III. 3. Saran
III. 2. Daftar Pustaka III. 2. Daftar Pustaka
Tjay, T. H., Rahardja, K. 2002.
Tjay, T. H., Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting Khasiat dan PenggunannyaObat-obat Penting Khasiat dan Penggunannya edisi 5. Jakarta : PT. Elex Media Computindo, 297-303.
edisi 5. Jakarta : PT. Elex Media Computindo, 297-303. Siswandono dan Bambang Soekardjo. 2000.
Siswandono dan Bambang Soekardjo. 2000. Kimia Medisinal Edisi 2 Kimia Medisinal Edisi 2. Surabaya :. Surabaya : Airlangga University Press
Airlangga University Press Sujatno, H. R. M. 1998.
Sujatno, H. R. M. 1998. Tinjauan farmakologik obat analgesik narkotik dan analgesikTinjauan farmakologik obat analgesik narkotik dan analgesik Non narkotik serta kombinasinya untuk rasa nyeri
Non narkotik serta kombinasinya untuk rasa nyeri. Jakarta:. Jakarta: Kedokteran Indonesia.
Kedokteran Indonesia., vol: 48, nomor:3, 135-139., vol: 48, nomor:3, 135-139. Katzung, B. G. 1998.
Katzung, B. G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik Farmakologi Dasar dan Klinik (edisi 6). Jakarta : (edisi 6). Jakarta : EGC, 293-295.
EGC, 293-295. Wilmana, P. F. 1995.
Wilmana, P. F. 1995. Farmakologi dan Terapi Farmakologi dan Terapi edisi 3. Jakarta:edisi 3. Jakarta:
Bagian Farmakologi Kedokteran Universitas Indonesia, 208-222. Bagian Farmakologi Kedokteran Universitas Indonesia, 208-222.