• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN dan LANDASAN TEORI. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Phoenix. April 2007.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II. TINJAUAN dan LANDASAN TEORI. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Phoenix. April 2007."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN dan LANDASAN TEORI

II.1 Tinjauan Umum

II.1.1. Pengertian Kos atau Indekost

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Phoenix. April 2007.

ƒ Indekost adalah menumpang tinggal dan makan dengan membayar ; memondok.

Menurut Dinas Perumahan Propinsi DKI Jakarta :

ƒ Rumah Kost adalah rumah yang penggunaannya sebagian atau seluruhnya dijadikan sumber pendapatan oleh pemiliknya dengan jalan menerima penghuni pemondokan minimal 1 (satu) bulan dengan memungut uang pemondokan.

II.1.2. Karakteristik Kos

Berdasarkan (http:/dinasperumahan.jakarta.go.id/doc/sosialisasi_pemukiman.ppt), (17 Agustus 2008, 12.25 WIB)karakteristik kos-kosan diantaranya :

ƒ Tempat tinggal kos – kosan biasanya terdapat dalam areal yang dekat dengan kampus. Pemilik biasanya merupakan penduduk setempat ataupun pemilik modal yang besar.

ƒ Kos–kosan biasanya terdiri dari 1 kamar, dan di dalamnya terdapat 1 tempat tidur, 1 meja belajar dan 1 lemari. Dan biasanya menggunakan kamar mandi dan dapur secara kolektif. Pada saat sekarang ini, pembangunan kos–kosan

(2)

semakin berkembang dan fasilitas yang diberikan juga semakin eksklusif. Hal ini terlihat dalam penyediaan AC, kamar mandi dalam, ruang tamu, fasilitas internet dan lain-lainnya.

ƒ Sistem pembayaran kos–kosan didasarkan pada jangka waktu sebulan (bulanan), atau terkadang bisa 3 bulan langsung.

Menurut pemerintah atau dinas perumahan, rumah kos dapat memiliki ciri – ciri sebagai berikut :

ƒ Pengelola rumah kos adalah pemilik perumahan dan atau orang yang mendapatkan dari pemilik untuk mengelola rumah kos;

ƒ Penghuni adalah penghuni yang menempati rumah kos sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan dengan membayar uang pemondokan;

ƒ Uang Pemondokan / kos adalah harga sewa dan biaya lainnya yang dibayar oleh penghuni dengan perjanjian.

II.1.3. Pengertian Hotel

Dalam situs internet www.battlemyworm.wordPress.hotel.com (15 Agustus 2008, 12.21 WIB), dijabarkan bahwa, kata Hotel berasal dari kata hostel, konon diambil dari bahasa Prancis kuno, maknanya “tempat penampungan buat pendatang” atau bisa juga “bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum”.

Beberapa definisi hotel adalah sebagai berikut :

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pustaka Phoenix. April 2007 ƒ Hotel adalah bangunan atau rumah inap dengan memiliki banyak kamar.

(3)

Berdasarkan sumber dari http://id.wikipedia.org/wiki/Hotel (20 Agustus 2008, 19.55 WIB)

ƒ Hotel adalah tempat penampungan buat pendatang atau bangunan penyedia pondokan dan makanan untuk umum.

Pengertian Hotel menurut SK Menparpostel Nomor: KM 34/ HK 103/ MPPT 1987 ƒ Hotel adalah suatu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau

seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan, makanan dan minuman serta jasa lainnya untuk umum, yang dikelola secara komersial serta memenuhi persyaratan yang ditetapkan di dalam keputusan pemerintah.

II.1.4. Klasifikasi dan Pengelompokan Hotel

Klasifikasi hotel ialah sistem pengelompokan hotel-hotel ke dalam berbagai kelas atau tingkatan dengan ukuran standar tertentu yang disesuaikan dengan kebutuhan, diantaranya ialah pelayanan hotel, yang ditentukan dalam 5 golongan kelas (bintang) berdasarkan kelengkapan dan kondisi bangunan, perlengkapan dan pengelolaan, serta mutu pelayanan, yang telah ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. KM 3/KW 001/MKP 02. Kategori hotel di Indonesia tersebut adalah

• Hotel murah : hotel bintang 1 • Hotel ekonomi : hotel bintang 2 • Hotel kelas menengah : hotel bintang 3 • Hotel kelas 1 : hotel bintang 4

(4)

• Hotel mewah : hotel bintang 5

II.1.5. Persyaratan Hotel Bintang Tiga (3)

Untuk pembahasan dari paper proyek Tugas Akhir ini, klasifikasi yang digunakan adalah klasifikasi hotel bintang 3, maka unsur-unsur persyaratan hotel bintang 3 ialah :

Berdasarkan Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi nomor : KM.37/PW/MPPT-86, buku “Panduan Perancangan Bangunan Komersial” (2008), karya Endy Marlina dan buku ”Manajemen Hotel” karya Richard Komar adalah sebagai berikut :

1. Lokasi dan Lingkungan

a) Lokasi hotel mudah dicapai kendaraan umum, ataupun kendaraan pribadi roda empat dengan akses langsung ke area hotel.

b) Hotel harus menghindarkan pencemaran yang diakibatkan gangguan luar.

2. Taman

Hotel memiliki taman luar dan taman dalam. 3. Tempat parkir

Tersedia tempat parkir kendaraan tamu hotel dan pengunjung, minimal 1 tempat parkir untuk 6 unit hunian.

4. Olaraga dan Rekreasi

(5)

b) Hotel menyediakan 2 (dua) sarana olaraga dan rekreasi lainnya yang merupakan pilihan dari : fitness centre, sauna, squash, game room, bowling, dan tenis.

5. Bangunan

Bangunan hotel memenuhi persyaratan perizinan, sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Persyaratan dari bangunan adalah :

a) Keadaan bangunan bersih dan terawat dengan baik

b) Pengaturan ruang hotel ditata sesuai dengan fungsi sehingga memudahkan ; arus tamu, arus karyawan dan arus barang / produk hotel.

c) Unsur dekorasi indonesia harus tercermin dalam: ruang lobi, restoran, kamar tidur, atau function room.

d) Peralatan teknis bangunan hotel terdiri dari : transportasi mekanis / lift / elevator. Setiap bangunan dengan empat lantai ke atas harus dilengkapi dengan lift / elevator dan memiliki sertifikat keamanan sesuai dengan ketetapan DEPNAKER. Utilitas air dimana tersedia air yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan (PERMENKES No 01 tahun 1975) serta mempunyai sertifikat dari PAM mengenai kualitas air. Kapasitas air minimal 500 L/orang/hari dan tersedia instalasi air panas. Utilitas Listrik adanya pemasangan instalasi listrik memenuhi persyaratan pemerintah (PUIL 1977), tersedia pembangkit tenaga listrik cadangan dengan kapasitas minimal 50% dari kapasitas PLN. Utilitas Tata udara dimana diatur dengan atau

(6)

tanpa alat pengatur suhu, ruangan yang tidak mempergunakan AC harus mempunyai ventilasi yang baik. Utilitas Komunikasi hotel antara lain : Tersedianya telepon satu saluran yang dapat digunakan untuk sambungan lokal, interlokal, dan internasional. Tersedia saluran telepon dalam ( airphone), tersedia sentral radio dan musik pengiring. Hotel juga menyediakan pencegah bahaya kebakaran seperti : alat deteksi dini (asap/panas) disetiap ruangan, alat pencegahan pemadam kebakaran, dan alat kontrol lokasi kebakaran. Tersedia juga petunjuk cara menyelamatkan diri di setiap koridor dan pembuangan limbah.

6. Kamar Tamu

Untuk kamar penghuni hotel mempunyai klasifikasi ukuran dan klasifikasi lainnya seperti :

a) Jumlah kamar, minimal 15 buah dan dilengkapi kamar mandi dalam.

b) Luas minimal kamar standar 20 m². c) Tinggi kamar minimal 2,6 m. d) Kamar tidur kedap suara.

e) Disarankan seluruh lantai dilapisi karpet.

f) Jendela dengan tirai yang tidak tembus sinar dari luar. g) Tata udara diatur dengan atau tanpa pengatur suhu. h) Interior kamar mencerminkan suasana Indonesia.

(7)

i) Tersedia sekurang-kurangnya satu stop kontak di tiap kamar dan satu di kamar mandi, khusus untuk alat cukur.

j) Seluruh dinding kamar mandi harus dengan bahan kedap air. k) Tersedia perlengkapan kamar tidur.

II.1.6. Pengertian Kostel BiNus

Dikarenakan kata kostel merupakan suatu kata yang masih baru, dan tidak adanya pengertian yang baku dan secara global yang disahkan dari kata kostel, maka berdasarkan pengertian dari kata kos menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dan menurut Dinas Perumahan Propinsi DKI Jakarta, serta pengertian dari kata hotel menurut Surat Keputusan Menteri Perhubungan R.I No. PM 10/PW – 301/Phb. 77, tanggal 12 Desember 1977, menurut SK Menparpostel Nomor: KM 34/ HK 103/ MPPT 1987, maka penulis berkesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kostel adalah bangunan hunian yang diperuntukan sebagai tempat penyewaan kamar untuk menginap yang bersifat sementara (minimal 1hari), yang dikelola secara komersil dan dilengkapi dengan operasional dan fasilitas serta pelayanan dengan standarisasi hotel yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan pemerintah.

Dengan demikian, pengertian dari Kostel BiNus ialah Bangunan hunian yang diperuntukan sebagai tempat penyewaan kamar untuk menginap yang bersifat sementara (minimal 1hari), yang dikelola secara komersil oleh Bina Nusantara dan dilengkapi dengan operasional dan fasilitas serta pelayanan

(8)

dengan standarisasi hotel yang sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan pemerintah.

II.2. Tinjauan Khusus

II.2.1. Tinjauan khusus terhadap Tapak

Peta.2.1. Peta lokasi tapak Kostel BiNus (Sumber: SUDIN Pemetaan DKI Jakarta)

LOKASI TAPAK KOSTEL  KAMPUS BINUS   ANGGREK   KAMPUS BINUS   SYAHDAN   KAMPUS BINUS   KIJANG 

(9)

Peta.2.2. Kondisi tapak Kostel BiNus

¾ Jenis Proyek : Fiktif

¾ Pemilik Proyek : Swasta (Bina Nusantara).

¾ Lokasi : Pertigaan Jl. Rawa Belong dan Jl. Kebon Jeruk Raya. (berdekatan dengan 3 kampus BiNus University)

Foto 2.5. JL. Kebun Jeruk Raya Foto 2.2 lingkungan barat tapak  Foto 2.1 Jln. Flamboyan Foto 2.6 lingkungan timur tapak Foto 2.3 lingkungan selatan tapak

Foto 2.4. Jln. Rawa Belong (kearah BiNus Anggrek)

(10)

¾ Luas Lahan : ± 7547,75 m² ¾ Batas – batas Tapak:

a. Utara : Jl. Flamboyan, Areal Pemukiman Penduduk

b. Timur : Jl. Rawa Belong, permukiman penduduk, tempat usaha, gudang penyimpanan.

c. Selatan : Jl. Kebon Jeruk Raya, tempat usaha. d. Barat : Areal Pemukiman Penduduk. ¾ Peruntukan Lahan : Areal Perkantoran dan Perdagangan. ¾ KDB : 80% = 6038 m2

¾ KLB : 3,5 = 26418 m²

¾ GSB : 6 m (bagian selatan Tapak) & 10 m (bagian Timur Tapak). ¾ Batas tinggi bangunan : 6 lantai

¾ Pada daerah pertigaan merupakan pusat kemacetan dikarenakan seringmya kendaraan umum ngetem (mengisi penumpang) dengan parkir sembarangan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis dari tanggal 18 – 21 Maret 2009 terhadap Jl. Rawa Belong dan Jl. Kebon Jeruk Raya, dapat disimpulkan bahwa di Jalan Rawa Belong dan Jalan Kebon Jeruk Raya, terjadi kemacetan yang panjang yaitu pada pukul 07.00, 13.00, dan 17.00, dimana waktu-waktu tersebut bertepatan dengan waktu masuk sekolah dan kuliah, waktu makan siang dan waktu selesai kuliah.

(11)

Peta 2.3 arah angin

¾ Dikarenakan tapak di apit oleh 3 buah jalan, dan hanya sisi barat saja yang langsung berbatasan langsung dengan bangunan, maka angin datang dari arah jalan tersebut. Tetapi angin paling sering berhembus dari arah tenggara yang merupakan tanah kosong.

Foto 2.7. suasana di pertigaan Jl.Rawa Belong dan Jl.Kebon Jeruk

¾ Pencapaian menuju tapak bisa menggunakan kendaraan pribadi (mobil dan motor), sepeda, kendaraan umum, maupun jalan kaki.

¾ Bangunan disekitar tapak berupa tempat makan, tempat usaha, bengkel dan memiliki ketinggian 1-4 lantai. Perlu dipikirkan solusi agar keberadaan bangunan kostel ini nantinya tidak membawa dampak buruk terhadap bangunan yang berada di sekitarnya.

(12)

Foto 2.8. Tempat usaha Bengkel Foto 2.9 Tempat usaha telepon selular

Foto 2.10 tempat usaha makanan Foto 2.11 tempat usaha percetakan ¾ Area tapak ini minim daerah penghijauan bila dibandingkan dengan jumlah

bangunan yang ada di area tersebut.

II.2.2. Tinjauan khusus terhadap Topik dan Tema Topik : Arsitektur Tropis

Tema : Penerapan Arsitektur Tropis pada Bangunan Kostel BiNus.

II.2.3 Pengertian Arsitektur Tropis

Berdasarkan buku Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 2002

• Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan serta membuat konstruksi bangunan, serta metode dan gaya merancang suatu konstruksi bangunan.

(13)

• Dapat diartikan bahwa arsitektur tropis ialah seni dan ilmu dalam merancang bangunan serta membuat konstruksi bangunan, serta metode dan gaya merancang suatu konstruksi bangunan di wilayah sekitar khatulistiwa.

Dalam sebuah buku yang berjudul “Arsitektur Kota Tropis” (2005) dan sebuah artikel yang berjudul “ Mendefinisikan kembali Arsitektur Tropis “ (desain!Arsitektur, 2005), Tri Harso Karyono memaparkan bahwa desain atau rancangan arsitektur sanggup mengatasi problematik iklim tropis, seperti hujan deras, terik radiasi matahari, suhu udara yang relatif tinggi, kelembapan yang tinggi (untuk tropis basah) ataupun kecepatan angin yang relatif rendah.

Penilaian terhadap baik atau buruknya sebuah karya arsitektur tropis harus diukur secara kuantitatif menurut kriteria-kriteria fluktuasi suhu ruang (dalam unit derajat Celcius); fluktuasi kelembapan (dalam unit persen); intensitas cahaya (dalam unit lux); aliran atau kecepatan udara (dalam unit meter per detik); adakah air hujan masuk bangunan; serta adakah terik matahari mengganggu penghuni dalam bangunan. Berdasarkan uraian diatas, dapat di tarik sebuah kesimpulan bahwa Arsitektur Tropis adalah sebuah ilmu atau metode dalam rancangan arsitektur yang dibuat untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh iklim tropis, serta untuk memodifikasi iklim luar yang berkarakter tropis (tidak diinginkan) menjadi iklim dalam bangunan yang diinginkan.

II.2.4 Tentang Arsitektur Tropis (Basah)

Secara umum, arsitektur tropis terbagi menjadi 2 bagian, yaitu arsitektur tropis basah dan arsitektur tropis kering, karena Jakarta pada khususnya terletak

(14)

pada arsitektur tropis basah (menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) terletak pada posisi 60 LS dan 1060 BT), maka pembahasan ini akan lebih mendalam tentang arsitektur tropis basah.

Menurut Lippsmeier (1994), ciri-ciri daerah beriklim tropis basah adalah : ƒ Radiasi matahari relatif tinggi, 1500-2500 kwh/m2

/tahun. (Jakarta ± 1800 kwh/m2/tahun).

ƒ Curah hujan (dan tidak merata sepanjang tahun) sekitar 2000-3000 mm/tahun. (Jakarta ± 2000 mm/tahun).

ƒ Suhu udara relatif tinggi 230

C – 330 C, dengan perbedaan suhu harian, bulanan dan tahunan relatif kecil < 100 C.

ƒ Kelembaban udara tinggi (Jakarta 60-95 %). ƒ Kecepatan angin relatif rendah (Jakarta 5 m/s).

Dalam bukunya ”Bangunan Tropis”, Georg Lippsmeier (1994) juga memaparkan beberapa teknik yang dapat diaplikasikan dalam membuat sebuah bangunan tropis, yaitu :

ƒ Fasade terbuka menghadap selatan atau utara, agar meniadakan radiasi langsung dari cahaya matahari rendah dan konsentrasi tertentu yang dapat menimbulkan pertambahan panas.

ƒ Di daerah beriklim tropis basah, diperlukan pelindung untuk semua lubang bangunan terhadap cahaya langsung dan tidak langsung.

ƒ Dinding-dinding luar sebuah bangunan terbuka untuk sirkulasi udara lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk pencahayaan.

(15)

ƒ Mempunyai sudut-sudut kemiringan, sudut-sudut ini akan membantu dalam masuknya sinar matahari, turunnya air hujan dan lain-lain.

ƒ Pemakaian tirai horizontal, yang cocok untuk posisi matahari tinggi untuk fasade utara dan selatan, sedangkan untuk fasade barat daya, tenggara, barat laut dan timur laut kurang efektif. Bentuk yang paling sederhana adalah teritisan atap, lantai yang menjorok keluar, balkon. ƒ Pemakaian tirai vertikal, yang cocok untuk posisi matahari rendah,

untuk fasade barat, barat daya atau barat laut dan timur, tenggara dan timur laut. Bentuk yang paling sederhana adalah dinding silang yang menjorok keluar, kolom struktural yang rapat berbentuk lamela, dan panel kayu yang dapat dilipat atau kain kanvas. Yang paling sering digunakan adalah panel atau profil logam yang dipasang vertikal pada fasade.

ƒ Kombinasi tirai vertikal dan horizontal, dalam bentuk kisi-kisi. Bentuk yang paling sederhana adalah loggia dan balkon yang sisinya tertutup, tetapi pada umumnya dalam bentuk tirai dari lamela atau balok pracetak horizontal dan vertikal dengan jarak yang rapat.

Tri Harso Karyono (2004), dalam bukunya “Kenyamanan Suhu dalam Arsitektur Tropis” memaparkan bahwa menurut hasil penelitiannya, kondisi nyaman untuk manusia di daerah tropis basah terutama yang tinggal di kota Jakarta adalah :

o Suhu nyaman antara 240 C – 300 C. o Kecepatan angin antara 0,6 m/s – 1,5 m/s.

(16)

o Kelembaban sekitar 50 % - 70 % (manusia akan nyaman tanpa merasa kulitnya terlalu kering atau basah).

Menurutnya masalah yang harus diselesaikan pada iklim tropis terutama di Indonesia adalah bagaimana menciptakan suhu udara ruang agar berada di bawah 28,30 C (batas atas suhu udara hangat nyaman) sementara suhu udara luar berkisar pada 320 C (siang hari). Ada beberapa strategi pencapaian suhu nyaman, yaitu:

i. Pengkondisian udara secara Mekanis.

Dengan cara ini, pencapaian suhu ruang di bawah 28,30 C akan mudah dilakukan, meskipun demikian peran arsitek dalam hal ini sangat kecil. ii. Pengkondisian udara secara alamiah.

Dalam pengkondisian udara secara alamiah, arsitek banyak memegang peran, bagaimana arsitek mampu memodifikasi udara luar yang tidak nyaman (dengan suhu sekitar 320 C) menjadi nyaman (dengan suhu di bawah 28,30 C) melalui karya arsitektur.

Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan modifikasi iklim secara alamiah adalah :

1. Penanaman pohon pelindung.

Berdasarkan berbagai penelitian yang dilakukan, diantaranya oleh Akbari dan Parker, memperlihatkan bahwa penurunan suhu hingga 30 C dapat dicapai dengan cara penanaman pohon pelindung di sekitar bangunan.

(17)

Foto 2.12 Penanaman pohon pelindung 2. Pendinginan malam hari.

Simulasi komputer terhadap efek pendinginan malam hari (night passive cooling) yang dilakukan oleh Cambridge Architectural Research Limited memperlihatkan bahwa penurunan suhu hingga 30 C (pada siang hari) dapat dicapai pada bangunan yang menggunakan material dengan massa berat (beton, bata), apabila perbedaan suhu antara siang dan malam tidak kurang dari 80 C (perbedaan suhu siang dan malam di kota-kota di Indonesia umumnya berkisar sekitar 100 C).

Foto 2.13 penggunaan material (Sumber: Rumah Pharmindo 2- Yu Sing) 3. Meminimalkan perolehan panas.

(18)

a. Menghalangi radiasi matahari langsung pada dinding transparan yang dapat mengakibatkan terjadinya efek rumah kaca, yang berarti akan menaikan suhu dalam bangunan.

b. Mengurangi transmisi panas dari dinding-dinding masif yang terkena radiasi matahari langsung dengan melakukan penyelesaian rancangan tertentu, misalnya

o Membuat dinding lapis (berongga) yang diberi ventilasi pada rongganya.

o Menempatkan ruang-ruang sevice (tangga, toilet, pantry, gudang, dLL) pada sisi-sisi jatuhnya radiasi matahari langsung (sisi timur dan barat).

Foto 2.14 penggunaan sun-shading pada dinding transparan (Sumber : Rumah rancangan Sukendro-R.P.Kelapa) 4. Memaksimalkan pelepasan panas dalam bangunan.

Dapat dilakukan dengan pemecahan rancangan arsitektur yang memungkinkan terjadinya aliran udara silang secara maksimum di dalam bangunan, yang sangat berpengaruh dalam menciptakan “efek dingin”

(19)

pada tubuh manusia, sehingga sangat membantu dalam pencapaian kenyamanan suhu.

Foto 2.15 dinding berongga sebagai tempat ventilasi silang (sumber : Rumah tinggal rancangan Ahmad Djuhara,Bintaro) 5. Rancangan Kota Tropis.

Bangunan perlu diletakkan sedemikian rupa antara yang satu dengan yang lainnya agar udara dapat bergerak (untuk menciptakan angin) di sekitar bangunan. Penempatan massa-massa bangunan secara rapat tidak mencirikan pemecahan problematik iklim tropis karena pada akhirnya akan memperkecil terjadinya aliran (sirkulasi) udara secara silang di dalam bangunan. Ruas-ruas jalan halaman parkiran perlu dilindungi dari radiasi matahari langsung yakni dengan penanaman pohon sepanjang tepi jalan yang memungkinkan, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya pemanasan udara di sekitar.

(20)

Foto 2.16 Pola penataan bangunan dengan ruang luar (sumber: Novotel, Palembang)

II.2.5. Contoh Bangunan Arsitektur Tropis. a. Wisma Dharmala Sakti, Jakarta

Foto 2.17 Wisma Dharmala Sakti • Lokasi : Jl. Jend. Sudirman, Jakarta Pusat. • Arsitek : Paul Rudolph.

• Bangunan ini menggunakan konsep arsitektur tropis yang disesuaikan dengan iklim setempat sehingga perancangan bangunan ini dapat memecahkan permasalahan pada iklim tropis.

• Bangunan ini sesuai dengan ciri-ciri bangunan tropis yang dikemukakan oleh Georg Lippsmeier (1994) dalam bukunya

(21)

i. Penggunaan sudut-sudut kemiringan yang terlihat pada atap bangunan, sehingga membantu dalam masuknya cahaya dan turunnya air hujan.

ii. Terdapat pelindung terhadap lubang bangunan dari cahaya langsung dan tidak langsung.

iii. Penggunaan Tirai horizontal pada bangunan yang berupa teritisan atap.

iv. Dinding terbuka untuk sirkulasi udara lebih besar daripada untuk pencahayaan.

b. Wisma Dharmala 2, Surabaya

Foto 2.18 Wisma Dharmala Surabaya • Lokasi : Jl. Panglima Sudirman 101-103, Surabaya. • Arsitek : Paul Rudolph.

• Seperti pada Wisma Dharmala 1, Wisma Dharmala 2 ini juga menerapkan konsep arsitektur tropis.

• Wisma Dharmala Surabaya Oleh Paul Rudolph diberi semboyan “Health Of Future” Yaitu Sebuah gedung yang peduli dengan kesehatan mental dan fisik penghuninya, ini berkat penempatan balkon

(22)

serta teras yang tersebar merata di setiap lantai. Desain gedungnya cenderung ramping Sehingga membuahkan akses langsung ruang per ruang, dengan sinar matahari dan udara segar.

• Seperti bagaimana menyiasati sinar matahari yang berlimpah, Arsitek membuat teras ditambah kanopi aluminium spandrill di tiap muka unit ruang. Gunanya untuk menahan sinar ultra violet matahari. Hasilnya hanya 20% panas yang berhasil masuk tetapi ruangan tetap terang dengan cahaya matahari.

Gambar 2.1 Treatment panas matahari ke dalam ruangan

• Dari skema diatas kita dapat melihat bagaimana angin dapat masuk kedalam ruangan sehingga akan terjadi suatu pergerakan udara yang pada akhinya akan disebut dengan ventilasi alami. Dan juga dengan desain teras yang panjang keluar yang berfungsi sebagai penangkap angin.

(23)

II. 3 Studi Banding

II.3.1 Studi Lapangan Kostel dan Kos-kosan

Parahyangan Hall Kost Exclusive Panorama Kost Kesimpulan

LOKASI

Jl. Bukit Indah Dalam No. 105 E, Ciumbeluit, Bandung

Jl. Kemang Timur Dalam, Jakarta

Jl. Lebak Bulus II No. 8,Cilandak, Jakarta

Lokasi dekat dengan tempat pengguna beraktivitas. FOTO              

KAPASITAS 75 orang 40 orang 18-32 orang

Rata-rata jumlah pengguna sebesar 25 orang.

JUMLAH LANTAI

2 lantai 2 lantai 3 lantai

Memiliki jumlah lantai yang lebih dari 1 (bertingkat)

JUMLAH KAMAR

67 kamar 40 kamar 9 – 16 kamar / per unit Total : 80 kamar

Rata-rata jumlah kamar hunian sebesar 60 kamar. Tabel 2.1 Perbandingan studi lapangan Kosan

(24)

JENIS KAMAR Single Room (1 orang)

     

- Single Room( 1orang) - Double Room (2 orang)

Double Room (2 orang) Jenis Kamar terdiri dari single room dan double room.

Harga Sewa

Kamar (per bulan)

Rp.1.500.000,- Rp. 1.500.000-Rp. 3.000.000 Rp. 1.500.000,- Rp.2.900.000,- Harga antara Rp 1.500.000- Rp. 3000.000 LUASAN KAMAR 3 m x 3,5 m 3 m x 4 m (single room) 4 m x 5 m (double room) 4 m x 5 m Luasan kamar disesuaikan dengan jumlah penghuni kamar

KAMAR MANDI Di dalam kamar

       

Di dalam kamar Di dalam kamar Letak kamar mandi berada di dalam kamar penghuni.

(25)

SASARAN PENGHUNI

Mahasiswa

Univ.Parahyangan dan pekerja.

Pengusaha asing dan lokal, dan Masyarakat umum

Mahasiswa

Univ.Prasetya Mulia dan pekerja/ pengusaha.

Sasaran pengguna ialah mahasiswa dan pekerja (pengusaha).

RUANG KOMUNAL

Ada di setiap lantai.

 

Ada di setiap lantai. Ada 1 di setiap unit bangunan terletak di lantai dasar.

Terdapat ruang komunal pada tiap lantai.

DAPUR Terdapat di setiap lantai

        

Terdapat pada lantai bawah Dapur bersama terdapat di lantai dasar

Terdapat dapur yang digunakan bersama.

RUANG LAUNDRY

Terdapat di setiap lantai

       

Terdapat di lantai bawah Tiap unit bangunan Terdapat unit laundry yang berada di lantai bawah.

(26)

SISTEM LAUNDRY

1 hari maksimal 5 potong pakaian, lebih dikenakan charge Rp.1000,-/ potong

1 hari maksimal 4 potong pakaian, lebih dikenakan charge Rp. 3000/potong.

1 hari maksimal 2 pasang potong celana / baju

Jumlah rata-rata pakaian yang dilaundry sebesar 4 potong pakaian/hari AKSES VERTIKAL

Tangga Tangga Tangga Menggunakan akses

vertikal berupa tangga.

SISTEM KEAMANAN

Security 24 jam+CCTV Security 24 jam Security 24 jam Sistem keamanan Terdapat security 24jam yang dilengkapi dengan kelengkapannya. R.MAKAN / KANTIN

- - Di lantai dasar kantor

pemasaran

Kantin bukan merupakan bagian yang harus ada di kos.

AREAL PARKIR Di sekitar bangunan, ± 25 mobil

Di sekitar bangunan, ± 10 mobil

Basement dengan iuran Rp.100.000,-/bulan

Areal parkir yang berada disekitar bangunan.

(27)

FITNESS /bln

   

kebutuhan yang harus ada di dalam kos.

FASILITAS KOLAM RENANG

- - Ada 1 untuk semua

   

Fasilitas kolam renang bukan kebutuhan yang harus ada di dalam kos.

FASILITAS SPA&SAUNA

- - - Fasilitas spa &

sauna bukan kebutuhan yang harus ada di dalam kos.

FASILITAS LAPANGAN OUTDOOR

- - Ada 1 untuk semua

      

Lapangan olahraga outdoor bukan kebutuhan yang harus ada di dalam bangunan kos.

(28)

KEUNGGULAN Menggunakan card key sistem ( 1 kartu untuk masuk pintu kamar dan tombol listrik kamar).

    

Dapat disewakan per hari atau per minggu.

Menggunakan card key sistem untuk memasuki kamar.

- Jumlah massa bangunan mencapai 9 rumah - Dapat disewakan per hari atau per minggu

Penggunaan card key sistem dan waktu penyewaan kamar kos dapat menjadi keunggulan.tetapi tetap faktor kenyamanan dan keamanan menjadi yang terpenting.

(29)

35

II.3.2. Studi Literatur Hotel Bintang Tiga

Hotel Ibis Slipi Jakarta Hotel Santika Bandung Wiltop Hotel,

Jakarta

Kesimpulan

Lokasi Jl Letjen S.Parman

Kav.59 11066, Jakarta

Jl. Sumatra No. 52-54, PO Box 1314, Bandung

Jakarta Pusat Terletak di pusat

kota Foto

Jumlah lantai 16 lantai 2 lantai 8 lantai Memiliki jumlah

lantai yang lebih dari 1

Jumlah kamar 338 kamar 70 kamar 131 kamar Rata-rata memiliki ±

174 kamar Jenis kamar - Standart room dgn single

beds

- Standart room dgn queen bed - Superior - Santika suite - Deluxe - Family suite - Junior suite - Suite - Standart room - Djakarta suites - Wilton suites Rata-rata memliki 2 jenis kamar yaitu single dan double room. Dengan luasan kamar dan fasilitas berbeda. Harga sewa kamar - Standart room : Rp.530.000,- - Superior : Rp.663.300,- - Deluxe : Rp.723.700,- Rp 335.000,00-Rp 1.500.000,00 / malam

Harga per kamar berkisaran antara

(30)

( per malam) - Junior suite : Rp.1.031.000,- - Suite : Rp.1.152.400,- Rp.300.000,- hingga Rp 700.000,- per malam Sasaran penghuni Masyarakat umum, pengusaha, wisatawan. Wisatawan, masyarakat umum. Wisatawan asing, wisatawan lokal, masyarakat pendatang. Sasaran pada umumnya adalah wisatawan dan masyarakat umum (lokal). Akses vertikal

Lift dan tangga berjalan, tangga darurat.

Tangga Lift dan Tangga berjalan, tangga darurat.

Akses vertikal yang digunakan adalah tangga dan lift serta adanya tangga darurat. Fasilitas

Penunjang

Bar, Restaurants, Room service, Private parking, Non-smoking rooms, Conference rooms, Shops, Safe deposit, Currency exchange, Swimming pool, Garden, Fitness room, Baby Sitting, Car Rental / Car Hire,Gymnasium, Laundry, Cleaning Service, Parking -Coach/Bus,Parking / Car Park,Sauna,Wakeup Service.

Restoran, function room, fitnes center, kolam renang, hot spot, cable tv, 24 jam room service, pelayanan kesehatan, laundry, valet-parking, parkir basement.

City Club Spa'n Fitness, Outdoor Swimming Pool, Bar, travel Agent, Drug Store, Safe Deposit Box, Laundry and Dry Cleaning, Business Center

,Limousine Service, Texas Billiard, Karaoke with VIP, Restaurant, Bar, Parking area, Non Smoking Rooms,Safe deposit box,Meeting rooms

Fasilitas yang terdapat pada

umumnya : restoran, kolam renang, ruang pertemuan,

laundry,fitness center,pelayanan kesehatan, parkir 24 jam, room service dan keamanan 24 jam.

Gambar

Foto 2.5. JL. Kebun  Jeruk RayaFoto 2.2 lingkungan  barat tapak  Foto 2.1 Jln. Flamboyan  Foto 2.6 lingkungan timur tapak Foto 2.3 lingkungan  selatan tapak
Foto 2.7. suasana di pertigaan Jl.Rawa Belong dan Jl.Kebon Jeruk
Foto 2.10 tempat usaha makanan         Foto 2.11 tempat usaha percetakan
Foto 2.12 Penanaman pohon pelindung
+5

Referensi

Dokumen terkait

“ seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa makna asli sekaligus yang paling umum blended learning mengacu pada belajar yang mengkombinasi atau mencampur

Sistem E-Learning merupakan sistem yang dibutuhkan saat ini oleh sebuah lembaga pendidikan terutama dalam tingkat perguruan tinggi, karena dapat menigkatkan efisiensi dan

Pada jenjang ini, aplikasi diartikan sebagai kemampuan menerapkan informasi atau materi yang telah dipelajari pada situasi nyata. Peserta didik dituntut untuk

Tepung lemah (soft wheat) adalah tepung terigu yang sedikit saja menyerap air dan hanya mengandung 8%-9% protein, kemudian adonan yang terbentuk kurang

Berapakah kondisi optimum pada variasi perbandingan konsentrasi (air : asam sulfat), temperatur, ukuran partikel, rasio solid liquid (g/mL), kecepatan pengadukan

α dari trimetil sitrat dapat diasilasi dengan stearoil klorida yang merupakan asil halide berantai panjang dalam pelarut dietil eter dengan menggunakan katalis trietil amin

Berdasarkan hasil analisis, maka disimpulkan bahwa: Variabel-variabel Response time, Akurasi, Satisfaction (variabel gabung) Text Captcha tidak berbeda secara

Metode yang digunakan untuk mengembangkan modul pengelolaan studi lanjut pada sistem informasi sumber daya manusia adalah dengan menggunakan metode SDLC (Software