• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada semua sistem organ tubuh. Proses adaptasi tersebut dimulai dari sistem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada semua sistem organ tubuh. Proses adaptasi tersebut dimulai dari sistem"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak 0-2 Tahun

Menurut Hidayat (2005), proses-proses pertumbuhan dan perkembangan anak 0-2 tahun adalah sebagai berikut:

1. Masa Neonatal (0-28 hari)

Pertumbuhan dan perkembangan bayi setelah lahir adalah terjadinya adaptasi pada semua sistem organ tubuh. Proses adaptasi tersebut dimulai dari sistem pernapasan yaitu pertukaran gas dengan frekuensi pernapasan antara 35-50 kali per menit, penyesuain denyut jantung antara 120-160 kali per menit dengan ukuran jantung lebih besar apabila dibandingkan dengan rongga dada, kemudian terjadi aktivitas (pergerakan) bayi yang mulai meningkat untuk memenuhi kebutuhan gizi seperti menangis, memutar-mutar kepala, menghisap, dan menelan.

Pada masa neonatal, perkembangan motorik kasar ditandai dengan gerakan seimbang tubuh, mulai mengangkat kepala. Kemudian perkembangan motorik halus ditandai dengan kemampuan anak mengikuti garis tengah bila kita memberikan respon terhadap gerakan jari atau tangan. Perkembangan bahasa adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara dan perkembangan sosial anak mulai tersenyum serta menatap untuk mengenali seseorang.

2. Masa Bayi (28 hari-1 tahun) a. 1-4 bulan

Pertumbuhan diawali dengan perubahan berat badan mencapai 700-1000 gram per bulan sedangkan tinggi badan tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan.

(2)

Perkembangan motorik kasar yaitu kemampuan anak mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala tegak, kontrol kepala mulai sempurna, berguling dan terlentang ke miring, dan berusaha merangkak.

Perkembangan motorik halus yaitu anak dapat memegang suatu objek, mencoba memegang benda ke dalam mulut, memerhatikan tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, menahan benda di tangan walaupun sebentar.

Perkembangan bahasa ditandai dengan kemampuan bersuara dan tersenyum, berceloteh, mulai mampu mengucapkan kata ooh / ahh, mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh.

Perkembangan adaptasi sosial yaitu anak mulai mengamati tangan, tersenyum spontan, dan membalas senyum bila diajak tersenyum, mengenali ibunya dengan penglihatan, penciuman, pandengaran ,dan kontak, serta waktu tidur dalam sehari lebih sedikit dari pada waktu terjaga dengan membentuk siklus tidur bangun.

b. 4-8 bulan

Pertumbuhan berat badan dapat terjadi 2 kali dari berat badan lahir dan rata-rata kenaikan 500-600 gram per bulan apabila anak mendapatkan gizi yang baik. Sedangkan tinggi badan tidak mengalami kecepatan dalam pertumbuhan.

Perkembangan motorik kasar terjadi perubahan dalam aktivitas seperti telungkup pada alas dan mengangkat kepala dengan gerakan menekan kedua tangan, dapat memalingkan ke kanan dan ke kiri, serta sudah mulai duduk dengan kepala tegak.

(3)

Perkembangan motorik halus anak mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengekplorasi benda yang dipegang, serta mampu menahan kedua benda di kedua tangan secara simultan.

Perkembangan bahasa anak mulai menirukan bunyi atau kata-kata, menoleh ke arah suara atau menoleh ke arah sumber bunyi, menggunakan vokalisasi semakin banyak, menggunakan kata yang terdiri dari dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi vokal yang bersamaan seperti ba-ba.

Perkembangan adaptasi sosial anak mulai bermain dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing, dan memukuk-mukul lengan serta kaki ketika kesal.

c. 8-12 bulan

Pertumbuhan berat badan dapat mencapai 3 kali dari berat badan lahir apabila mencapai usia 1 tahun dan pertambahan berat badan per bulan sekitar 350-450 gram pada usia 7-9 bulan dan 250-350 gram per bulan pada usia 10-12 bulan dalam pemenuhan gizi anak baik. Pertumbuhan tinggi badan sekitar 1,5 kali tinggi badan saat lahir dan saat usia satu tahun panambahan tinggi badan tersebut masih stabil dan diperkirakan tinggi badan akan mencapai 75 cm.

Secara umum perkembangan bayi pada tahun pertama yaitu terjadi peningkatan pada beberapa organ fisik atau biologis seperti penambahan ukuran panjang badan kurang lebih 25-30 cm pada tahun pertama, peningkatan jaringan subkutan, perubahan pada fontanel anterior menutup pada usia 9-18 bulan, perubahan pada lingkar kepala dan lingkar dada, dimana lingkar kepala sama besar dengan lingkar dada dan pada usia satu tahun terjadi perubahan. Pada akhir tahun pertama

(4)

terjadi perubahan berat otak anak menjadi 25 % berat otak orang dewasa dan pertumbuhan gigi dimulai dari gigi susu pada umur 5-9 bulan.

Perkembangan motorik kasar yaitu diawali kemampuan anak dengan duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, dan bangkit terus berdiri. Perkembangan motorik halus anak mulai mencari dan meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu memindahkannya, mengambilnya, dan mampu memegang dengan jari dan ibu jari. Perkembangan bahasa mulai mampu mengatakan papa mama yang belum spesifik, dapat mengucapkan 1-2 kata. Sedangkan, perkembangan adaptasi sosial dimulai kemampuan bertepuk tangan, menyatakan keinginan, menirukan kegiatan orang lain. d. Masa anak 1-2 tahun

Pada masa anak 1-2 tahun anak mengalami kenaikan berat badan sekitar 1,5-2,5 kg dan panjang 6-10 cm. Pertumbuhan gigi terdapat tambahan 8 buah gigi susu termasuk gigi geraham pertama dan taring sehingga seluruhnya berjumlah 14-16 buah.

Perkembangan motorik kasar yaitu anak sudah mampu melangkah dan berjalan dengan tegak mampu menaiki tangga dengan satu tangan dipegang, mampu berlari-lari kecil. Perkembangan motorik halus mampu mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus. Perkembangan bahasa anak mampu memiliki sepuluh pembendaharaan kata, mampu menunjukkan dua gambar, mampu mengombinasikan kata-kata. Perkembangan adaptasi sosial anak mulai membantu kegiatan di rumah, menyuapi boneka, mulai menggosok gigi, dan mencoba memakai baju.

(5)

2.2. Pola Pemberian Makan Anak 0-2 Tahun

Pola pemberian makan anak 0-2 tahun sesuai dengan rekomendasi Depkes RI (2007) seperti tertera dalam tabel berikut:

Tabel 2.1. Pola Pemberian Makan Menurut Golongan Usia Anak Gol. Usia

Anak (bulan)

Jenis Makanan Frekuensi Sehari

0-6 ASI Sesuka bayi

6- 9

ASI/susu formula, makanan lumat (bubur susu, bubur, sumsum, pisang saring/dikerok, pepaya saring, tomat saring, nasi tim saring, dll)

ASI/susu formula sesuka bayi, makanan lumat 2 kali

9-12

ASI/susu formula, makanan lunak (bubur nasi, bubur ayam, nasi tim, kentang pur i, dll)

ASI/susu formula sesuka bayi, makanan lunak 2-3 kali

12-24 ASI/susu formula, makanan padat atau makanan keluarga

ASI/susu formula sesuka anak, makanan keluarga 3-5 kali Sumber: Depkes RI, 2007

2.3. Makanan Anak Usia 0-2 Tahun 2.3.1. Air Susu Ibu (ASI)

Air Susu Ibu (ASI) sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang dilahirkannya, dimana komposisinya sesuai untuk pertumbuhan bayi (Pudjiadi, 2005). Pemberian ASI merupakan cara pemberian makanan alami dan terbaik bagi bayi dan anak bayi dua

(6)

tahun, baik dalam situasi normal terlebih dalam situasi darurat. Frekuensi pemberian ASI dianjurkan setiap 2-3 jam sekali (Depkes, 2006).

ASI mengandung karbohidrat berupa laktosa, lemaknya banyak mengandung polyunsaturated fatty acid (asam lemak tak jenuh ganda), protein utamanya lactabumin yang mudah dicerna, kandungan vitamin dan mineralnya banyak, rasio kalsium-fosfat sebesar 2:1 yang merupakan kondisi ideal bagi penyerapan. Selain itu, ASI juga mengandung zat anti infeksi (Arisman, 2004).

Beberapa keunggulan ASI antara lain mengandung kolostrum mengandung zat kekebalan untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi, terutama diare dan infeksi saluran pernapasan akut, meningkatkan kecerdasan anak dibandingkan yang tidak diberikan ASI, mengandung energi dan zat-zat gizi lainnya yang paling sempurna serta cairan hidup yang sesuia dengan kebutuhan bayi hingga berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan ASI masih dibutuhkan sampai anak berusia 2 tahun, ASI yang bersih, aman, mudah dicerna dan tersedia dengan suhu yang sesuai (Depkes, 2007).

Peran ibu dalam mewujudkan anak sehat dapat dilaksanakan dengan pemberian ASI secara baik dan benar. Cara pemberian ASI yang baik adalah; 1. Persiapkan sejak atau sebelum hamil dengan mempelajari perihal ASI dan menyusui serta berniat benar untuk menyusui; 2. Kontak dengan bayi dan mulai menyusui dalam setengah jam setelah malahirkan, berikan kolostrum; 3. Menyusui bayi sesering mungkin; 4. Menyusui bayi dengan benar, yaitu tubuh bayi yang menempel ke perut ibu dan mulut bayi memasukkan semua areola ke dalam mulut bayi; 5. Berikan ASI eksklusif segera setelah lahir sampai 6 bulan; 6. Berikan makanan pedamping ASI mulai pada usia setelah 6 bulan; 7. Jika harus bekerja atau

(7)

beraktivitas di luar rumah, usahakan mengatur jadwal untuk tetap menyusui atau berikan ASI perah dengan sendok; 8. Berikan ASI sampai 2 tahun (Kasdu, 2004). 2.3.2. Susu Formula

Susu formula terbuat dari susu sapi atau susu kedelai atau protein hidrolisa, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral diperuntukkan sebagai makanan bayi. Formula dibuat aman untuk dikonsumsi atau bebas dari mikroorganisme yang patogen dan dipertahankan stabilitasnya. Zat-zat gizi yang dikandungnya disusun sedemikian rupa mendekati komposisi ASI. Teknologi pembuatannta dikembangkan terus-menerus, walaupun begitu susu formula tidak menyamai ASI. Oleh karena itu ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, susu formula tidak dapat digunakan sebagai pengganti ASI tetapi sebagai pelengkap makanan bayi (Suhardjo, 2003)

Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2002 menunjukkkan bahwa pemberian susu formula kerap dilakukan pada bayi kurang dari 2 bulan. Hal ini terjadi karena ibu bekerja kembali saat bayi berusia 6-8 minggu. Oleh sebab itu, cakupan pemberian susu formula meningkat tiga kali lipat dalam kurun

waktu antara 1997 sebesar 10,8 persen menjadi 32,4 persen di tahun 2002 (Susanto, 2010).

2.3.3. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

Seiring dengan bertambahnya usia anak, ragam makanan yang diberikan harus bergizi lengkap dan seimbang. Peran zat gizi ini penting untuk menunjang tumbuh kembang anak. Dalam hal pengaturan pola konsumsi makan, ibu mempunyai peran yang sangat penting dalam memilih jenis makanan yang bergizi seimbang. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat

(8)

gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI (Depkes, 2006).

MP-ASI harus diberikan setelah anak berusia 6 bulan dan berlanjut sampai usia 24 bulan, karena pada masa tersebut produksi ASI makin menurun sehingga suplai zat gizi dari ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi anak yang semakin meningkat (WHO, 2003). MP-ASI untuk bayi sebaiknya memenuhi persyaratan, seperti memenuhi kecukupan gizi, susunan hidangan memenuhi pola menu seimbang dan memperhatikan selera terhadap makanan, bentuk dan porsi disesuaikan dengan daya terima, toleransi, dan keadaan faali anak, serta memperhatikan sanitasi / higiene (Pudjiadi, 2005).

Tujuan memberikan makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah melengkapi zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI/susu formula, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur, mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan, dan melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi (Persagi, 1992).

2.4. Aspek yang terkait dalam Pemberian Makanan Anak 0-2 Tahun 2.4.1. Aspek Sosial Ekonomi.

Faktor sosial ekonomi merupakan data sosial meliputi keadaan penduduk, keadaan keluarga, pendidikan, perumahan, dapur, penyimpanan makanan, sumber air, kakus. Sementara data ekonomi meliputi pekerjaan, pendapatan keluarga, kekayaan, pengeluaran, dan harga makanan yang tergantung pada pasar dan variasi musim (Supariasa, 2001). Menurut Dalimunthe (1995), kehidupan sosial ekonomi adalah

(9)

suatu kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang menggunakan indikator pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan sebagai tolak ukur.

a. Pendidikan

Menurut Apriadji, seseorang dengan pendidikan rendah belum tentu kurang mampu menyusun makanan yang memenuhi persyaratan gizi dibandingkan dengan orang lain yang pendidikannya lebih tinggi. Karena sekalipun berpendidikan rendah, kalau orang tersebut rajin mendengarkan atau melihat informasi mengenai gizi, bukan mustahil pengetahuan gizinya akan lebih baik (Foster, 2006). Tetapi, status pendidikan rendah keluarga akan sulit untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak meyakini pentingnya kebutuhan gizi dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan (Hidayat, 2005).

b. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan salah satu unsur kebudayaan. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (Anonim, 2009).

Pengetahuan seseorang tentang masalah gizi diperoleh dari pengalaman empiris dan dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam menyediakan, mengolah, menyajikan makanan bagi dirinya sendiri dan orang lain. Oleh karena penguasaan pengetahuan tentang gizi akan membantu dalam memilih makanan, menentukan cara pengolahan yang benar serta menyajikan secara baik sesuai dengan kriteria kesehatan (Suharjdo, 1996).

(10)

c. Pekerjaan

Pekerjaan yang layak dapat mempengaruhi penghasilan seseorang sehingga mampu memenuhi kebutuhan makanan berprotein yang diperlukan anak-anak sehingga tidak kekurangan kalori protein (Juwono, 1997).

d. Pendapatan

Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berati semakin baik makanan yang diperoleh (Berg, 1986). Dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula persentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran, dan beberapa jenis makanan lainnya.

e. Jumlah Anggota Keluarga

Menurut Bogin (1997), keadaan sosial ekonomi dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Terpenuhinya gizi yang baik, seringkali dapat dicapai dengan adanya keadaan sosial ekonomi yang baik. Tumbuh kembang dapat dipengaruhi oleh banyak hal antara lain: faktor genetis (keturunan), kondisi psikologis yang baik, situasi politik yang stabil di negara tempat tinggal, kondisi kesehatan, jumlah anggota keluarga yang tinggal di dalam satu rumah, dll. Jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Karena semakin banyak anggota di dalam satu rumah, maka semakin berkurangnya makanan yang dimakan (Artarya, 2009).

(11)

f. Jumlah Anak

Jumlah anak dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Karena, jumlah anak yang sedikit maka anak mendapat banyak perhatian dan kasih sayang dari orang tua yang dapat membangkitkan rasa percaya diri (Juwono, 1997).

g. Tipe Keluarga

Keluarga adalah kelompok primer yang terpenting dalam masyarakat yang merupakan gabungan dari pola-pola kebudayaan yang disalurkan malalui dua sisi keluarga. Menurut Efendi (1997), keluarga dibagi atas beberapa 2 tipe keluarga yaitu; 1. Keluarga inti (nuclear family) yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak; 2. Keluarga luas (extended family) yang terdiri dari keluarga inti, kakek-nenek, paman-bibi, sepupu, dan sebagainya (Unila, 2009) . Di Aceh, peran nenek sangat dominan dalam pemberian makanan terhadap cucunya, hal ini disebabkan karena dalam satu keluarga tidak hanya terdiri dari keluarga inti tetapi juga keluarga luas.

2.4.2. Usia Pemberian Makanan Tambahan

Kebiasaan pemberian makanan anak umur 0-24 bulan dikelompokkam berdasarkan pengelompokan yang sudah terbentuk sendirinya di masyarakat. Pengelompokan ini didasarkan atas penelitian yang dilakukan oleh team Bina Gizi Masyarakat Masyarakat, Depkes RI di Nusa Tenggara Barat dan Jawa Timur pada tahun 1986/1987 mengenai pola pemberian makanan bayi dan anak sampai umur 24 bulan. Kelompok usia pemberian makanan adalah: 1). 0 – 1 bulan; 2). 2 – 4 bulan; 3) 5 – 8 bulan; 4). 9 – 18 bula; 5). 19 – 24 bulan (Suharjo, 2003).

(12)

2.4.3. Jenis Makanan yang Diberikan Selain ASI

Makanan pendamping ASI adalah adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi diberikan kepada anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selaindari ASI (Depkes, 2006). Makanan tambahan untuk bayi dapa berupa makanan setengah jadi yang dijual di toko-toko yang merupakan produk hasil teknologi. Komposisi zat-zat gizi disesuaikan dengan kebutuhan bayi terhadap pertumbuhan dan kesehatan yang optimal. Makanan tambahan yang diberikan juga dapat dibuat sendiri dirumah dari bahan makanan yang tersedia setempat dan harganya terjangkau. Seperti, sari buah diberikan lebih dini daripada sayur-sayuran. Nasi tim diberikan mulai umur enam bulan (Suhardjo, 2003).

2.5. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka konsep di atas faktor sosial ekonomi (pendidikan ibu, pengetahuan ibu tentang pola ASI dan MP-ASI, pekerjaan orang tua, pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, jumlah anak, dan tipe keluarga) dapat mempengaruhi pola pemberian ASI dan MP-ASI anak 0-2 tahun di Desa Weujangka Kecamatan Kuala Kabupaten Bireuen.

Pola Pemberian ASI dan MP-ASI Anak 0-2 Tahun Aspek Sosial Ekonomi Keluarga:

- Pendidikan ibu

- Pengetahuan pola ASI dan MP-SI - Pekerjaan orang tua

- Pendapatan keluarga - Jumlah anggota keluarga - Jumlah anak

Gambar

Tabel 2.1. Pola Pemberian Makan Menurut Golongan Usia Anak  Gol. Usia

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja aparat pemerintah daerah dengan komitmen organisasi, budaya

1. Pemberian pupuk hijau cair dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, luas daun, berat akar dan produksi bahan kering. Pemberian pupuk hijau cair daun eceng gondok

Mesin frais jenis bangku didesain untuk produksi massal, memiliki kekakuan (rigiditas) lebih tinggi dibandingkan dengan mesin frais lutut dan kolum, sehingga

Di kawasan wisata Malioboro dengan mudah dapat ditemukan fasilitas- fasilitas penunjang kegiatan pariwisata, seperti akomodasi yang dapat ditemukan di sepanjang

attitude, experiential satisfaction serta repurchase intention para konsumennya selama ini, hal ini karena dalam penelitian ini ditemukan bahwa experiential attitude,

Sifat pemaaf terkandung dalam kalimat idfa’ billatī hiya ahsan seperti halnya menahan amarah. Dalam diri Rasulullah saw tidak ada rasa ingin balas dendam kepada yang

Materi diperkaya dengan kebutuhan siswa untuk berfikir kritis dan analitis sesuai dengan standar internasional 5 Diajarkan oleh guru berbeda. (team teaching) dengan

Vokal pendek dituliskan tunggal (satu huruf), vokal panjang dituliskan ganda atau tunggal (jika merupakan suku kata terbuka atau suku kata yang diakhiri vokal).. Jika di