• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nama Pembimbing : Drs. Rizki Akhmad Zaelani Harry

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nama Pembimbing : Drs. Rizki Akhmad Zaelani Harry"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MEMANDANG LAUTAN

Nama Mahasiswa : Mayang Bestari Pandji

Nama Pembimbing : Drs. Rizki Akhmad Zaelani Harry Program Studi Sarjana Seni Rupa., Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB

Email:mayangbpandji@gmail.com

Kata Kunci :batas, metafora, ombak, romantisisme

Abstrak

“Memandang Lautan” adalah serial karya seni lukis yang menjadi cara penulis untuk melihat permasalahan mengenai batas diri yang penulis alami dari berbagai sudut pandang, hingga penulis dapat menerima permasalahan batasan diri tersebut dengan hati yang lapang. Ombak lautan yang merupakan objek visual utama dalam karya ini menjadi bentuk metafora permasalahan yang dihadapi penulis. Ombak juga merupakan hal yang menenteramkan hati bagi penulis. Serial karya ini memiliki kecenderungan romantisisme dengan pendekatan emosional dan dramatik melalui sapuan cat yang kasar pada permukaan kanvas, sebagai penyampaian kondisi penulis dalam menghadapi permasalahan tersebut.

Abstract

“Looking at The Sea” is painting artwork series which become the author’s way to see her problems about self-border from several ways, until the author can accept those self-border problems gracefully. Sea wave is the main object of these artworks. It become the metaphor of problems faced by the author. The wave also calming down the author in many times. This series have romanticism tendency by emotional and dramatic approaching. The rough paint strokes on canvas was used for telling about the author’s condition on facing the problems.

1. Pendahuluan

Riak dan gelombang laut, memiliki kekuatan magisnya sendiri yang seringkali menyihir penulis ketika berada berdekatan dengannya. Baik ketika bersentuhan langsung di tepi pantai, maupun ketika hanya bisa menatap dari ketinggian tebing yang langsung menghadap ke laut lepas. Setiap kali penulis berkunjung ke wilayah pesisir, penulis bisa berlama-lama berdiam—duduk, maupun berdiri—memandangai lautan lepas.

Pada waktu sebelumnya, penulis mengunjungi laut hanya sebagai momen rekreasi ketika melepas penat akan rutinitas sehari-hari, bersama keluarga. Hingga suatu ketika penulis berkunjung ke laut dengan membawa kegundahan, pertanyaan akan batasan dan kemampuan dalam hidup masing-masing manusia, di saat itulah penulis merasakan bahwa laut mendengarkan keresahan penulis. Gelombang air yang datang, lalu pergi, lalu datang, lalu pergi lagi, membentuk repetisi yang menimbulkan efek ketenangan dalam diri penulis. Walaupun penulis belum menemukan jawaban atas keresahan yang dirasakan, tetapi penulis merasa didengarkan. Diperhatikan. Dan itu menimbulkan rasa tenang.

Pada kehidupan sehari-hari, penulis merasa resah atas hal dan pengalaman yang berkaitan dengan batas. Batas disini merujuk pada diri penulis sebagai seorang anak perempuan. Sering sekali penulis merasa terhambat dalam melaksanakan kehidupan sehari-harinya termasuk dalam bersosialisasi, ketika berbenturan dengan aturan dan kebiasaan yang dibuat oleh keluarga, dalam hal ini orang tua penulis. Kegiatan penulis saat itu di samping studi adalah berkegiatan di organisasi pecinta alam di Bandung. Kegiatan penulis mayoritas memakan waktu yang lama hingga larut malam, baik pada organisasi tersebut, juga pada kegiatan di kampus. Perasaan terbatas ini muncul sebab lingkungan penulis yang mayoritas laki-laki, terlihat memiliki kebebasan dalam berkegiatan tanpa perlu memikirkan jam pulang, dengan siapa menuju suatu tempat, danlain sebagainya. Tidak hanya laki-laki, tak sedikit juga perempuan yang penulis lihat memiliki kebebasan yang lebih dibanding penulis.

Dalam keluarga penulis, penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, yang kesemuanya adalah perempuan. Menurut peninjauan penulis sendiri, batasan-batasam seperti jam pulang, teman menuju suatu tempat, dan permaalahan lainnya muncul karena semua anak orangtaua penulis adalah perempuan, sehingga orangtua penulis memiliki kekhawatiran yang tinggi terhadap keselamatan, juga kehormatan anak-anak perempuannya.

Setelah melihat adanya masalah yang dijelaskan diatas, penulis menentukan pertanyaan yang menjadi permasalahan yang akan penulis coba untuk jawab dalam tugas akhir ini, yaitu: Bagaimana caranya untuk bisa menerima batasan-batasan yang penulis rasakan melalui bahasa visual dalam karya Tugas Akhir ini?

(2)

Dari rumusan masalah yang telah dijelaskan diatas, penulis mencoba merangkumnya dalam serial karya tugas akhir ini dengan judul “Memandang Lautan” yang ingin mencoba mencari cara untuk lebih menerima batasan-batasan yang penulis pernah alami.

Batasan material dan media pada serial karya tugas akhir ini adalah penggunaan cat minyak di atas kanvas. Batasan visual pada karya tugas akhir ini adalah lautan.

Serial karya tugas akhir ini dibuat secara khusus sebagai pelengkap syarat mata kuliah Tugas Akhir Seni Lukis SR 4092. Proses pembuatan karya tugas akhir ini menjadi bahan refleksi penulis terhadap pengalaman-pengalaman yang sempat tidak dapat diterima oleh penulis. Selain itu karya tugas akhir ini merupakan sebuah catatan awal penulis dalam berkarya untuk kedepannya, dan diharapkan dapat memberikan masukan kepada siapapun yang terinspirasi oleh karsya tugas akhir ini baik secara konsep maupun visual yang digunakan.

2. Proses Studi Kreatif

Objek visual utama dalam serial karya ini adalah ombak lautan. Deburan ombak lautlah yang menjadi penenteram hati di kala penulis merasa gelisah akan permasalahan batasan-batasan sebagai perempuan. Debur ombak laut dalam hal ini menjadi sebuah metafora pengalaman pergejolakan yang menulis rasakan ketika menemui batas-batas yang dibentuk orang lain.

Di samping itu, ada persoalan horizon pada tiap karya. Sejauh mata memandang, horizon akan selalu berada pada suatu titik yang jauh. Setiap kali kita bergerak, horizon juga akan ikut bergerak. Setiap kita menuju titik horizon tersebut, titik horizon tersebut juga ikut mmenjauhi kita. Ada jarak yang abadi antara kita dengan horizon. Tapi horizon juga tak selalu bisa terlihat penampakannya. Bisa jadi horizon terhalang oleh objek-objek lain yang berada di depan kita. Horizon atau cakrawala ini bisa jadi sebuah batasan, walaupun tak pernah ditemukan titik pastinya.

Cara memandang penulis terhadap laut dalam serial karya ini adalah dengan bentuk seperti sedang melihat melalui

teropong monokuler. Terropong selain membuat pengguna dapat melihat dengan lebih jelas, juga menjadi lebih fokus pada bagian tertentu.

Warna yang digunakan penulis pada karya tugas akhir ini adalah warna-warna yang alamiah sebagaimaana lautan pada biasanya. Sedangkan pada bidang polos yang menjadi dasar dari potongan lautan, penulis mengambil warna-warna senada yang bisa menyatukan potongan-potongan lautan tersebut. Pada bagian teknik pewarnaan, teknik sapuan cat dengan kasar merupakan metoda yang dipilih untuk membentuk visual ombak lautan. Teknik sapuan cat kasar atau impasto ini menjadi yang paling cocok untuk menonjolkan tekstur buih debur ombak. Sedangkan pada bagian bidang polos yang menyatukan potongan lautan, penulis menggunakan sapuan kuas halus sehingga terasa datar.

Pada setiap karya, terdapat potongan-potongan objek ombak lautan dalam bingkai berbentuk lingkaran, yang dikomposisikan sedemikian rupa pada bidang warna polos pada kanvas berbentuk persegi panjang. Dalam satu karya, apresiator dapat melihat dua atau lebih potongan visual laut yang terbingkai dalam bentuk lingkaran. Masing-masing lingkaran lautan bukanlah berasal satu bagian lautan yang sama, namun merupakan potongan dari lansekap ombak lautan yang berbeda-beda, dengan horizon yang berbeda pula.

Lingkaran-lingkaran lautan ini menjadi sebuah bentuk cara melihat penulis pada suatu pengalaman dengan cara melihat yang berbeda-beda. Lingkaran itu juga menjadi media unruk penulis mengajak apresiator mengalami kesempatan memandang yang sama ketika penulis memandangi lautan untuk merelaksasi hati dan pikirannya.

Bentuk lingkaran-lingkaran dalam bidang kanvas itu merupakan cara penulis memandang mengenai pengalaaman terkait masalah batasan tersebut. Dibanding terus menerus memikirkan betapa tidak mengenakkannya dari setiap pengalaman yang kurang nyaman berkaitan dengan batasan, penulis pada akhirnya mencoba melihat bagian-bagian positif yang bisa penulis ambil dari pengalaman-pengalaman tersebut. Bagian positif yang penulis lihat itulah yang kemudian dibentuk menjadi visual potongan lautan dalam bentuk lingkaran.

(3)

Cara melihat penulis tersebut seperti melihat melalui teropong monokuler, dimana visual yang bisa pengamat lihat melalui alat tersebut adalah lingkaran. Lingkaran tersebut menegaskan sebuah fokus pada objek tertentu, dalam hal ini potongan laut itu sendiri.

Di luar lingkaran gelombang laut tersebut, terdapat bidang polos berwarna senada yang menjadi semacam latar belakang dari objek-objek tersebut. Bidang polos tersebut diciptakan dengan mencari warna yang senada dengan warna-warna gelombang laut yang menjadi objek di depannya. Kesinambungan warna ini penulis ciptakan sebab bidang polos ini bukan hanya sebagai bidang polos, tetapi merupakan bagian yang menyatukan potongan-potongan pengalaman yang penulis pernah alami.

Pada karya ke satu hingga ke lima, bentuk kanvas adalah persegi panjang, dengan visual lingkaran-lingkaran laut berlatar bidang warna polos. Khusus ketika masuk ke lukisan ke enam hingga ke delapan, penulis memutuskan untuk menggunakan kanvas berbentuk lingkaran. Ketiga kanvas berbentuk lingkaran itu kemudian didisplay dengan komposisi tertentu sehingga secara visual akan terlihat sepeti lukisan sebelumnya, namun dengan tembok langsung sebagai bidang polosnya yang menyatukan ketiganya. Display karya ini diharapkan menimbulkan perasaan pada apresiator bahwa ia sedang berdiri pada bidang yang sama dengan bidang karya yang penulis buat. Dengan begitu apresiator dapat merasakan terlibat langsung dalam pencarian pandangan lain deri perasaan terbatas ini.

Ruang display yang diperlukan untuk rangkaian karya tugas akhir ini adalah ruangan yang kosong dan berdinding bersih, tanpa ada gangguan jendela, stopkontak, dan lainnya. Kondisi ruang display tersebut diperlukan untuk membuat fokus tetap pada karya-karya penulis. Jenis bingkai yang digunakan pada karya tugas akhir ini berbentuk minimalis sesuai bentuk kanvasnya dan berwarna putih, untuk mencapai tujuan yang sama, supaya tidak mendistraksi fokus apresiator pada karya.

Tata letak karya yang akan dilakukan adalah dimulai dari karya kedua, tiga, dan selanjutnya. Tata letak berurut ini bertujuan supaya ide, visual dan teknik pengerjaan penulis dapat terlihat perkembangannya dari tahap ke tahap. Karya pertama dipasang pada dinding yang lain, dibarengi dengan karya pra-TA sebagai pembanding perkembangan bentuk visual dan teknik pengerjaan penulis dalam transisi memasuki pengerjaan karya Tugas Akhir.

Gambar 4. 7 Rencana tata letak karya (Sumber: Penulis)

Tiga karya terakhir (karya ke-enam, tujuh, dan delapan), diposisikan pada satu bidang dinding yang sama, tidak bersama dengan karya yang pertama hingga ke-lima. Sebab penulis ingin menimbulkan fokus tersendiri pada karya tersebut, sehingga apresiator seperti melihat karya lain dengan bidang persegi panjang, namun bidang yang digunakan saat ini adalah dinding itu sendiri. Dengan tata letak karya ke-lima hingga ke-delapan itu juga penulis ingin apresiator merasakan menjadi bagian dari karya itu sendiri, sebab apresiator sebetulnya berdiri pada bidang yang sama dengan bidang dimana karya diletakkan. #2 #3 #4 #5 #6 #7 #8

(4)

3. Hasil Studi dan Pembahasan

Ketertarikan penulis terhadap struktur dan bentuk deburan ombak laut, mendorong penulis menggunakan acuan gambar dengan karakter dan fokus pada deburan ombak. Untuk lukisan-lukisan awal, penulis menggunakan acuan gambar deburan ombak dari hasil pencarian di internet. Dari sana penulis mendapatkan gambar-gambar dengan bentuk visual yang penulis inginkan.

Pada lukisan keempat, penulis merasa harus menggunakan acuan gambar yang bersumber dari dokumentasi pribadi, karena tidak ada perasaan khusus yang terhubung jika menggunakan gambar yang diambil dari internet. Lukisan ke empat ini hasilnya terasa lebih baik, namun masih kurang memuaskan karena visual deburan ombak kurang sesuai dengan yang penulis inginkan, sebab keterbatasan dokumentasi yang penulis miliki.

Untuk memenuhi bentuk visual yang lebih cocok, penulis memutuskan untuk mengambil kembali beberapa gambar gelombang laut secara langsung. Pada Mei 2016 penulis mengunjungi Puncak Guha, tebing di sekitaran Pantai Rancabuaya. Di sana penulis mendapatkan beberapa gambar gelombang laut lepas selatan yang penulis inginkan. Maka di lukisan ke-lima hingga delapan, penulis menggunakan acuan gambar yang diambil dari Puncak Guha tersebut.

Penulis seara umum menggunakan tenik impasto dalam menggoreskan cat di atas kanvas. Tekik impasto ini digunakan pada objek-objek laut yang berada dalam lingkaran. Sedangkan untuk latar belakang bidang polos yang menyatukan lingkaran-lingkaran tersebut, penulis menggunakan sapuan kuas secara halus sehingga menimbulkan kesan rapi dan rata. Impasto adalah teknik lukisan di mana cat dilapiskan dengan sangat tebal di atas kanvas sehingga arah goresan sangat mudah terlihat. Cat yang digunakan bisa pula tercampur di atas kanvas. Saat kering, teknik impasto akan menghasilkan tekstur yang jelas, sehingga kesan kehadiran objek lebih terasa. Munculnya tekstur mendukung efek-efek gelombang lautan yang penulis inginkan untuk diperlihatkan kepada apresiator.

Cat minyak sangat cocok dengan teknik ini, sebab ketebalannya yang tepat, proses pengeringan yang lama, dan warnanya yang pekat. Cat minyak yang penulis gunakan dalam teknik impasto ini tidak dicampurkan dengan linseed oil seperti pada bagian bidang polos pada latar lukisan. Penulis ingin cat minyak yag digunakan tetap terasa kepekatannya, walaupun menjadi agak lama dalam proses pengeringannnya..

Pada dasarnya seluruh karya tugas akhir yang penulis buat merujuk pada satu tema yang sama, yaitu mengenai pencarian cara lain dalam memandang suatu pengalaman dan permasalahan yang penulis hadapi. Pada setiap karya terdapat objek ombak yang sedang bergulung,, namun dengan warna, bentuk, dan posisi pandang yang berbeda-beda.

Gambar 4. 1 Memandang Laut #2, 200 x 100 cm, oil on canvas (Mayang B Pandji, 2016)

Gambar 4. 2 Memandang Laut #3, 200 x 100 cm, oil on canvas (Mayang B Pandji, 2016)

Gambar 4. 3 Memandang Laut #4, 200 x 100 cm, oil on canvas (Mayang B Pandji, 2016)

Gambar 4. 4 Memandang Laut #5, 200 x 100 cm, oil on canvas (Mayang B Pandji, 2016)

(5)

Gambar 4. 5 Memandang Laut #6, diameter 60 cm, oil on canvas (Mayang B Pandji, 2016)

Gambar 4. 6 Memandang Laut #7, diameter 100 cm, oil on canvas (Mayang B Pandji, 2016)

Gambar 4. 7 Memandang Laut #8, diameter 200 cm, oil on canvas (Mayang B Pandji, 2016)

Pada lukisan ke empat hingga ke delapan, penulis lebih merasakan keterkaitan antara diri penulis dengan lukisan-lukisan yang penulis buat. Pada lukisan-lukisan-lukisan-lukisan tersebut penulis sudah menggunakan sumber visual yang berasal dari pengalaman pribadi, sehingga bentuk dan sudut pandang ombaknya terasa lebih familiar. Penulis dapat merasakan dirinya’ada’ pada lukisan-lukisan tersebut.

(6)

4. Penutup / Kesimpulan

Setelah menyelesaikan dan memperhatikan karya tugas akhir ini lagi, penulis baru menyadari bahwa bentuk visual yang penulis buat pada karya-karya penulis ini pada dasarnya menunjukkan ketidakinginan penulis untuk menerima batasan-batasan yang ada (katakanlah, perlawanan). Pada kebanyakan karya tugas akhir ini, jarang ditemukan horizon yang terlihat secara nyata, seperti biasanya memandang laut dari kejauhan. Setiap bentuk lingkaran berisi visual ombak bergulung, yang menyebabkan horizon tidak terlihat secara langsung. Bentuk visual ini seakan-akan menyatakan bahwa penulis tidak ingin melihat cakrawala (horizon), karenanya penulis seperti tak mau lepas dari visual ombak bergulung-gulung yang merupakan zona nyaman bagi penulis.

Melalui proses berkarya dengan cara melukis ini, penulis mendapatkan cara pandang baru atas batas diri. Batasan diri bukanlah sesuatu yang dibentuk oleh orang lain dan lingkungan, melainkan oleh penulis sendiri. Orang lain dan lingkungan bisa saja memberikan batasan-batasan, namun yang kemudian menciptakan batasan tersebut adalah diri kita sendiri, karena diri kira sendiri lah yang mampu menilai kemampuan dan kemungkinan-kemungkinan yang diri penulis lakukan. Kerelaan dalam menjalani hidup dengan batasan yang dibuat oleh orang lain itu sudah menjadi batasan yang terbentuk oleh diri sendiri.

Walau masih memiliki pandangan tersendiri mengenai batasan diri, penulis sudah dapat menerima batasan-batasan yang dibentuk oleh lingkungan. Penulis juga akhirnya mau memahaminya karena sudah melihatnya dari sisi lain yang lebih baik dan pikiran yang lebih jernih (bukan dalam kondisi emosi yang tidak stabil).

Ucapan Terima Kasih

Artikel ini didasarkan kepada catatan proses berkarya/perancangan dalam Tugas Akhir Program Studi Sarjana Seni Rupa FSRD ITB. Proses pelaksanaan Tugas Akhir ini disupervisi oleh Drs. Rizki Akhmad Zaelani Harry.

.

Daftar Pustaka

Atkins, Robert. 1990. Art Speak. New York: Abbeville Press Publishers

Dempsey, Amy. 2002. Styles, Schools and Movements. London: Thames and Hudson

Matthews, Thomas. 1991. Armenian Gospel Iconography: The Tradition oh the Glajor Gospel. Washington: Dumbarton Oaks

Ricouer, Paul. 2003. The Rule of Metaphor. Washington: Phsycology Press Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB

Metafora, https://id.wikipedia.org/wiki/Metafora , diakses pada 1 Juli 2016

Esensi Ide dalam Seni Rupa, http://alixbumiartyou.blogspot.com.au/2012/02/esensi-ide-dalam-seni-rupa.html ,diakses pada, 8 Agustus 2016

(7)

Bersama surat ini saya sebagai pembimbing menyatakan telah memeriksa dan menyetujui Artikel

yang ditulis oleh mahasiswa di bawah ini untuk diserahkan dan dipublikasikan sebagai syarat

wisuda mahasiswa yang bersangkutan.

diisi oleh mahasiswa

Nama Mahasiswa

NIM

Judul Artikel

diisi oleh pembimbing

Nama Pembimbing

Rekomendasi

1. Dikirim ke Jurnal Internal FSRD

2. Dikirim ke Jurnal Nasional Terakreditasi

Lingkari salah satu 

3. Dikirim ke Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi

4. Dikirim ke Seminar Nasional

5. Dikirim ke Jurnal Internasional Terindex Scopus

6. Dikirim ke Jurnal Internasional Tidak Terindex Scopus

7. Dikirim ke Seminar Internasional

8. Disimpan dalam bentuk Repositori

Bandung, .../.../ 2013

Tanda Tangan Pembimbing : _______________________

Gambar

Gambar 4. 7 Rencana tata letak karya  (Sumber: Penulis)
Gambar 4. 1 Memandang Laut #2, 200 x 100 cm, oil on canvas  (Mayang B Pandji, 2016)
Gambar 4. 7 Memandang Laut #8, diameter 200 cm, oil on canvas  (Mayang B Pandji, 2016)

Referensi

Dokumen terkait

Jadi kesimpulannya bahwa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran Osborn-Parne pada mapel fiqih di kelas XI MA NU Miftahul Ulum Loram

Selain fakulti yang lazimnya berperanan secara langsung dalam menyedia dan melaksanakan program akademik yang bermutu tinggi sepanjang pengajian mahasiswa di universiti, kolej

Untuk menggali menyangkut permasalahan di atas, maka penelitian yang dilakukan Deskriptif Analistis yakni dengan menggambarkan dan menjelaskan secara rinci

Persamaan penelitian Lukisari (2004) dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penggunaan citra resolusi spasial tinggi untuk kajian kawasan perumahan,

Dengan demikian hipotesis Ha diterima dan menolak Ho karena F hitung > F tabel, artinya anggaran waktu audit, kompleksitas dokumen audit dan pengalaman auditor

Bersama ini kami Pengurus BKM PWK Cibeuti, memohon kepada Bapak/Ibu untuk mendapat Bantuan Dana Penguatan lembaga RT/RW Kelurahan Cibeuti dalam rangka meningkatkan

Kerjasama bidang politik antara Malaysia dan Amerika Serikat memang memiliki peranan karena pasca pencanangan Malaysian Vision 2020 negara ini menghadapi berbagai

dan Profil 20 kawasan kumuh yang ada di Kota Bandar Lampung... Gambar 7.1 Peta Konstelasi Kawasan Kumuh.. 7.1.2 Sasaran Program Sektor Pengembangan Permukiman.. Kegiatan pengembangan