• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan SI (Strata Satu) UUN DAIROH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan SI (Strata Satu) UUN DAIROH"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

MASYARAKAT TERASING PADA MASYARAKAT SUKU ANAK DALAM (KUBU) DESA SIALANG KECAMATAN PAMENANG

KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan SI (Strata Satu)

UUN DAIROH 14070046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

iv

Uun Dairoh (14070046), Implementasi Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing Pada Masyarakat Suku Anak Dalam (Kubu) Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Provinsi Jambi, Skripsi, Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2018

Suku Anak Dalam (SAD) saat ini di Kabupaten Merangin Jambi memiliki populasi yang cukup besar namun mereka masih termasuk pada masyarakat terasing. Hal ini dibuktikan dengan sebagian besar dari mereka hidup nomaden (pindah-pindah) dalam hutan dengan budaya yang masih sangat terbelakang. Untuk mengatasi kehidupan masyarakat terasing kearah yang lebih baik ditanamkan oleh pemeritah sebuah program pemberdayaan masyarakat disebut dengan Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT). Masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana implementasi ditahun awal Program Pembinaan PKSMT pada masyarakat SAD di Desa Sialang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan implementasi program PKSMT.

Untuk menjawab penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif dengan 19 partisipan yang berkontribusi dalam penelitian ini. Teori yang digunakan penelitian ini teori Struktur Fungsional oleh Talcott Parson. Metode dalam pengumpulan data berupa observasi (non participant observation) yang dilakukan di pemukiman SAD, wawancara yang dilakukan di pemukiman SAD, Kantor Desa, rumah pedamping dan Kantor Dinas Sosial dan studi dokumen berupa foto-foto program PKSMT dan profil Desa Sialang.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa, implementasi ditahun awal program PKSMT adalah program PKSMT dilaksanakan pada bulan Agustus 2017 dengan 5 program yang dirancang yaitu (1) program pemukiman (2) rumah pintar (3) life skill (4) pemberdayaan dan (5) kesehatan. Dari ke lima program tersebut yang belum berjalan yaitu life skill, karena terkendala kurangnya waktu untuk mensosialisasikan program. Sebelum melaksanakan program pihak Komunitas Adat Terpecil (KAT) melakukan survei lapangan selama 1 minggu. Kemudian selama 1 bulan KAT memberikan penyuluhan dan pelatihan untuk SAD. Pada bulan September 2017 KAT menjalankan program pemukiman dan rumah pintar. Pada bulan februari 2018 SAD dipindahkan di pemukiman semi permanen dan KAT menjalankan program Pemberdayaan dan Kesehatan.

(6)

v

Uun Dairoh (14070046), Implementation of the Community Welfare Development Program Alienated to the Anak Dalam Tribe (Kubu) Community at Sialang Village Pamenang District, Merangin Regency, Thesis, Sociology Department STKIP PGRI West Sumatera, Padang, 2018.

The Current Anak Dalam Tribe in Merangin District Jambi has a considerable population but they are still included in isolated communities. This is evidenced by most of them nomadic lives (migratory) in the forest with a culture that is still underdeveloped. To overcome the life of the alienated community towards by the government, a community empowerments program is called the fostering of the welfare of isolated communities. The problem in this research is how the implementation I the early years of the program of social welfare development is alienated to the Anak Dalam Tribe community at Sialang Village. The purpose of this study is to describe the implementation of the program development of the welfare of isolated communities.

The answer the research using a qualitative approach with 19 participans contributed in this study. The theory used was a theory of functional structure by Talcott Parson. Methods in collecting data were observations conducted in Anak Dalam Tribe, settlements, interviews conducted in Anak Dalam Tribe settlements, village offices, companion houses and social service offices and document studies in the form of photographs of the PKSMT program and profile of Sialang Village.

The results of this research were implementation in the early years of the PKSMT program is a PKSMT program implemented in August 2017 with 5 programs designed (1) settlement program (2) smart house (3) life skill (4) empowerment and (5) health. Of the 5 programs that have not run, namely life skill, because due to the lack of time to socialize the program. Before implementing the program Komunitas Adat Terpencil (KAT) conducted a field survey for 1 week. Then for 1 month KAT provides counseling and training for Anak Dalam Tribe. In the month of September 2017 KAT run residential programs and smart houses. In February 2018 Anak Dalam Tribe was moved in semi-permanent settlements and KAT runs an empowerment and health program.

(7)

vi

Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Implementasi Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing Pada Masyarakat Suku Anak Dalam (Kubu) Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Provinsi Jambi”. Sholawat dan salam disampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk kepada umat manusia menuju zaman yang berilmu pengetahuan.

Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada:

1. Ketua Yayasan STKIP PGRI Sumatera Barat Bapak Drs. Dasrizal, MP. Ketua STKIP PGRI Sumatera Barat Ibu Dr. Zusmelia, M.Si. Wakil ketua I Bidang Akademik dan Administrasi Umum STKIP PGRI Sumatera Barat Ibu Sri Imelwaty, M.Pd., Ph.D. Wakil Ketua II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan STKIP PGRI Sumatera Barat Ibu Liza Husnita, M.Pd. Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama STKIP PGRI Sumatera Barat Bapak Jarudin, MA., Ph.D, yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk dapat menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat.

2. Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi di STKIP PGRI Sumatera Barat Ibu Marleni, M.Pd. dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Sosiologi di STKIP PGRI Sumatera Barat Ibu Yanti Sri Wahyuni, M.Pd. 3. Pembimbing I Bapak Drs. Nilda Elfemi, M.Si. dan Pembimbing II Bapak

(8)

vii skripsi ini.

4. Tim penguji Ibu Isnaini, M.Si. Bapak Rio Tutri, M.Si. dan Ibu Mira Yanti, M.Pd. yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat yang telah memberikan bantuan, dorongan dan bimbingan serta arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Penasehat Akademik (PA) Bapak Ikhsan Muharma Putra, M.Si. sebagai orang tua dari pertama masuk sampai menyelesaikan skripsi dan selalu memberikan nasehat, bimbingan, motivasi, masukan, petunjuk dan arahan yang sangat berharga selama menempuh pendidikan S1.

7. Kepada Bapak/Ibu Kantor Dinas Sosial Kabupaten Merangin, Bapak/Ibu Kantor Desa Sialang dan Kepala Kesbangpol Kabupaten Merangin, beserta stafnya yang telah memberikan izin melakukan penelitian di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin.

8. Teristimewa Ayahanda Nur Wahid, Ibunda Ponisah, Kakak Yunita Astarina, dan Adik Ria Veronica serta seluruh anggota keluarga yang telah membantu penulis baik berupa moril dan materil, doa serta motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

9. Terimakasih kepada teman dekat peneliti yang paling tersayang yang mau membantu peneliti dalam keadaan susah maupun senang yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada peneliti.

10. Rekan-rekan dan sahabat seperjuangan Sosiologi Sesi B 2014 yang telah membantu penulisan skripsi ini, baik langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi.

11. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian dan menyusun skripsi.

(9)

viii

dukungan yang diberikan mendapat balasan, pahala dari Allah SWT dan mendapat balasan yang sesuai dengan jasa-jasa yang telah diberikan dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kekhilafan sehingga jauh dari kesempurnaan. Dengan senang hati penulis menerima saran-saran dan kritikan yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini sehingga bila bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Padang, 04 Agustus 2018

Penulis

(10)

ix

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN LULUS UJIAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 9

1.3Tujuan Penelitian ... 9

1.4Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pendekatan Teoritis ... 11

2.2 Penjelasan Terkait Penelitian 2.2.1 Masyarakat Terasing ... 15

2.2.2 Suku Anak Dalam ... 15

2.2.3 Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing ... 16

2.3 Penelitian Relevan ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Pendekatan dan Tipe Penelitian ... 20

3.2Informan Penelitian ... 21

3.3Jenis Data ... 23

3.4Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4.1 Observasi ... 24 3.4.2 Wawancara ... 26 3.4.3 Studi Dokumen ... 27 3.5Unit Analisis ... 28 3.6Analisis Data ... 28 3.7Lokasi Penelitian ... 31 3.8Jadwal Penelitian ... 32

3.9Definisi Operasional Konsep ... 33

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis ... 34

(11)

x

4.3 Kependudukan ... 35

4.4 Tingkat Pendidikan Penduduk ... 36

4.5 Mata Pencaharian ... 36

4.6 Agama ... 38

4.7 Sarana dan Prasarana ... 40

4.7.1 Prasarana Ibadah ... 40

4.7.2 Prasarana Pendidikan ... 41

4.7.3 Prasarana Kesehatan ... 42

4.8 Organisasi Pengelola Program PKSMT ... 43

4.8.1 Mekanisme Program PKSMT ... 43

4.8.2 Organisasi Pengelola Program PKSMT ... 46

4.9 Sistem Kekerabatan ... 48

4.10 Adat Istiadat ... 49

4.11 Hubungan SAD dengan Penduduk Lokal ... 50

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Program PKSMT ... 52

5.2 Proses Perencanaan Program PKSMT... 55

5.3 Program PKSMT ... 59

5.3.1 Program Pemukiman SAD ... 59

5.3.2 Program Rumah Pintar ... 62

5.3.3 Program Life Skill ... 64

5.3.4 Program Pemberdayaan ... 65 5.3.5 Program Kesehatan ... 67 BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 73 6.2. Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

xi

Gambar 1.1 Pemukiman Suku Anak Dalam ... 8 Gambar 3.1 Skema Model Analisis Data Interaktif ... 31

(13)

xii

Tabel 1.1 Data Nama Kepala Keluarga Masyarakat Suku Anak Dalam ... 7

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 23

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian... 32

Tabel 4.1 Tingkat Pendidikan Pendidik ... 36

Tabel 4.2 Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Sialang ... 37

Tabel 4.3 Prasarana Peribadahan Desa Sialang ... 40

Tabel 4.4 Prasarana Pendidikan Desa Sialang ... 42

Tabel 4.5 Prasarana Kesehatan Desa Sialang ... 43

Tabel 5.1 Data Nama Kepala Keluarga Masyarakat Miskin ... 62

(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang secara bertahap

terus diubah menjadi masyarakat multikultural yang landasan bangunannya adalah

perbedaan kebudayaan dalam kesederajatan. Multikultural menjadi acuan bagi

terwujudnya budaya dan kesetaraan hak dari kelompok-kelompok yang tergolong

minoritas, baik secara hukum maupun secara sosial. Kesetaraan melibatkan

kebebasan atau kesempatan untuk menjadikan masyarakat secara setara yang

mempertimbangkan kesemaan beserta keberadaan baik kaum mayoritas maupun

minoritas (Handoyo, 2015:37).

Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah menikmati kemajuan disegala

bidang, baik bidang ekonomi, sosial, maupun budaya serta tinggal di wilayah

relatif maju dengan segala akses. Namun masih banyak bagian dari Indonesia

yang kurang tersentuh proses pembangunan. Umumnya masyarakat ini adalah

suku-suku yang tinggal dipedalaman, yang masih tinggal nomaden didalam

hutan-hutan (Idris, 2017).

Di Indonesia terdapat tiga ratus lebih kelompok suku bangsa dan tiga

puluh juta penduduk tersebar dilebih dari empat belas ribu pulau dan sekitar 1,8

persen jumlah penduduknya hidup tradisional. Sumatera merupakan pulau yang

memiliki sejumlah suku dan mempunyai ciri khas tradisional . Salah satunya yang

berada di Provinsi Jambi, dengan memiliki banyak suku yang mempunyai ciri

khas tradisional, diantaranya suku yang mendiaminya adalah Suku Kerinci, Suku

(15)

Batin, Suku Melayu dan suku minoritas yang tinggal di daerah pedalaman yaitu

Suku Anak Dalam (Muslim, 2015).

Provinsi Jambi termasuk daerah yang memiliki populasi Suku Anak

Dalam, diantaranya di Kabupaten Merangin dengan populasi Suku Anak Dalam

yang menurut Data Sebaran SAD tahun 2017 ada 1287 Jiwa. Suku Anak Dalam

merupakan suku minoritas yang memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya

dengan masyarakat sekitar, salah satu ciri yang menjadi simbol Suku Anak Dalam

adalah berbahasa. Suku Anak Dalam memiliki kekerabatan yang serumpun, hal

ini merupakan pola kehidupan bersama yang dibangun secara terpisah oleh

golongan-golongan yang lebih besar. Pola kekerabatan Suku Anak Dalam adalah

kehidupan bersama dalam satu kampung/pemukiman (Kurniawati, 2016). Suku

Anak Dalam pada dasarnya bertempat tinggal di dalam hutan. Hutan merupakan

detak jantung bagi masyarakat Suku Anak Dalam (Berlian & Yusra, 2010).

Keberadaan hutan bagi Suku Anak Dalam bukan sebagai prasyarat untuk

kebutuhan dasar ekonomi namun lebih dari sekedar itu hutan merupakan tempat

untuk mempertahankan sosial budaya dari adat Suku Anak Dalam. Suku Anak

Dalam termasuk suku primitif yang mengasingkan diri untuk hidup berinteraksi di

dalam hutan dengan memanfaatkan sumber daya alam. Masyarakat primitif adalah

masyarakat yang hidup di zaman sebelum ada pendidikan, mereka hidup dengan

mengandalkan alam, tetapi tidak dikuasi oleh alam (Wahyu, 2008:254).

Sampai sekarang, cara hidup Suku Anak Dalam tetap mempertahankan

gaya hidupnya yang tradisional yang turun temurun dari nenek moyangnya baik

(16)

sebagai suatu masyarakat yang terasing. Masyarakat terasing merupakan

kelompok orang atau masyarakat yang hidup dalam kesatuan-kesatuan kecil yang

bersifat lokal dan terpencil dan masih sangat terikat pada sumber daya alam dan

habitatnya yang secara sosial budaya terasing dan terbelakang dibanding dengan

masyarakat Indonesia pada umumnya. Dalam hal ini suatu masyarakat terasing

dapat dikategorikan dalam 3 jenis (1) berkelana, (2) setengah kelana, (3) menetap

sementara (Suparlan, 1995:496-497).

Dilihat dari sudut pandangnya kehidupan Suku Anak Dalam bertentangan

dengan kehidupan modern, dalam hal ini masyarakat Suku Anak Dalam

memerlukan sentuhan modernitas dari sebuah program yang terorganisasi dan

mempunyai target tertentu (Syuroh, 2011). Sebuah program menunjukkan adanya

tindakan yang berhubungan dengan pelaksanaan dari fungsi dan jasa yang telah

dikeluarkan oleh lembaga (Sugiyanto, 2002:72).

Dalam menangani masyarakat Suku Anak Dalam pemerintah telah

memberikan perhatian dalam aspek pembangunan sosial dan pembangunan yang

dilakukan pemerintah yang pada dasarnya mempunyai orientasi untuk

kesejahteraan masyarakat. Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan suatu

kebijakan diperuntukkan bagi Suku Anak Dalam yang secara yuridis formal

tertuang dalam Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 5/HUK/1994 Tentang

Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT) (Wisri, 2015).

PKSMT adalah suatu usaha pemantapan terhadap kelompok masyarakat

yang rawan sosial karena keterasingan dan keterbelakangan, dengan tujuan untuk

(17)

berkembang dan berpartisipasi dalam pembangunan. PKSMT sebagai proses

kegiatan mendasarkan pada pola operasional yang ada sampai sekarang dan terus

disempurnakan. Jangka waktu standar untuk kegiatan PKSMT ini adalah ± 5

tahun. Program ini meliputi usaha serta kegiatan sebagai berikut :

1. Mengembangkan dan membuat mereka hidup menetap dalam kesatuan masyarakat pada unit area yang beradministrasi pemerintahan, serta bermata pencaharian yang menentu dan teratur, yaitu dalam situasi lokasi yang termasuk dalam orbitrasi kehidupan sosial dan budaya. Tanpa adanya pembinaan agar mereka hidup menetap berkelompok dalam kesatuan masyarakat yang lebih besar.

2. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan berproduksi sehingga mereka berswadaya dan berswakarya baik dibidang agraris maupun nonagraris dalam memenuhi kebutuhan hidupnya secara baik.

3. Mengembangkan pergaulan hidup bergotong royong serta pergaulan hidup berorganisasi dalam kelompok-kelompok kemasyarakatan yang cukup besar sehingga memungkinkan diadakannya kegiatan-kegiatan Pembinaan masyarakat.

4. Meningkatkan kemampuan berfikir secara rasional dan dinamis mengembangkan daya kreativitas sehingga memperluas cakrawala kehidupannya agar tidak secara mutlak menggantungkan hidupnya dari alam lingkungan secara apa adanya.

5. Mengembangkan berbagai aspek tata pergaulan kemasyarakatan yang melampaui batas lokalitas masyarakat mereka sehingga terjadi tata pergaulan antar masyarakat secara luas dan intensif, dengan demikian dapat menghilangkan cara berfikir dan berpandangan secara bersuku-suku.

6. Mengembangkan rasa nilai estetika seni dan budaya sehingga mereka mampu mengekspresikan dan menghasilkan karya seni budaya seirama dengan perkembangan nilai seni dan budaya masyarakat Indonesia pada umumnya.

7. Mengembangkan kesadaran serta pengertian bernegara dan berpemerintahan serta memupuk partisipasi masyarakat dalam program pembangunan. Cara hidup masyarakat terasing jika tanpa diberi bantuan serta pembinaan dari pemerintah pasti akan tersu tertinggal dan akan banyak memiliki sifat-sifat menghambat program pembangunan serta tidak sesuai dengan tujuan asas pembangunan nasional.

8. Mengembangkan hidup beragama, berketuhanan yang maha esa dengan jalan mengubah dan menghilangkan kepercayaan yang bersifat animisme dan dinamisme (Suparlan, 1995:457-458).

(18)

PKSMT merupakan program pembangunan dengan tujuan dapat

mengentaskan dan memantapkan kehidupan Suku Anak Dalam agar memiliki

kehidupan yang stabil sesuai dengan norma-norma standar yang dianut oleh

masyarakat Indonesia seperti memeluk agama resmi yang diakui pemerintah dan

hidup di desa serta dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial serta hidup sejajar

dengan masyarakat lain yang lebih maju dan pada akhirnya menjadi masyarakat

mandiri. Tujuan pemerintah mengambil kebijakan tersebut dilandasi anggapan

dasar bahwa SAD telah hilang kontak dengan arus perubahan sosial. Kondisi

tersebut mendorong pemerintah untuk melakukan model pembinaan.

PKSMT merupakan kepentingan pemerintah untuk merubah kondisi sosial

Suku Anak Dalam baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara teknis

program ini dilaksanakan melalui pola pendekatan sistem pemukiman sosial (SPS)

dengan empat tipe pemukiman yaitu : (1) tipe pemukiman ditempat asal atau

insitu development (2) tipe pemukiman ditempat baru atau exsitu development (3)

tipe stimulus Pembinaan masyarakat (4) tipe kesepakatan dan rujukan (Basri,

2001).

Seperti halnya yang terjadi di Desa Sialang Kecamatan Pamenang

Kabupaten Merangin Jambi telah melaksanakan Program Pembinaan

Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT) pada masyarakat Suku Anak

Dalam (SAD) yang dilaksanakan pada tahun 2017 dengan target 13 KK. PKSMT

yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial yang kemudian di turunkan kepada KAT

(Komunitas Adat Terpencil) Kabupaten Merangin dapat merubah kehidupan

(19)

umumnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak As’ari sebagai kepala Desa Sialang pada tanggal 24 Januari 2018, bahwasanya PKSMT telah

melaksanakan program rumah pintar,pemberdayaan, dan pemukiman. Rumah

pintar merupakan wadah bagi masyarakat Suku Anak Dalam untuk proses

pembinaan, upacara kematian, pendidikan, musyawarah atau pertemuan dengan

Pembina SAD. Kegiatan pembelajaran di Rumah Pintar ini dilakukan selama satu

kali seminggu yang difasilitatori oleh LSM Pundi Sumatera. Sampai sekarang

kegiatan pembelajaran di Rumah Pintar diikuti oleh anak-anak Suku Anak Dalam

yang berada di Desa Sialang. Lalu Suku Anak Dalam yang berada di Desa Sialang

sekarang memiliki kepercayaan pada satu Tuhan, dengan agama Kristen. Suku

Anak Dalam menganut agama Kristen karena bukan berdasarkan orang lain,

melainkan mereka menganggap bahwa orang yang memliki agama hidupnya

tentram dan damai serta hewan (babi) yang mereka jadikan makanan dan mata

pencaharian bahwasanya haram dalam agama islam. Sedangkan program

(20)

Tabel 1.1 Nama Kepala Keluarga Mayarakat SAD di Desa Sialang

No Nama Umur Pekerjaan Anggota

Keluarga

1 Ganta 60 tahun Berburu 5 orang

2 Bernai 28 tahun Berburu 2 orang

3 Rika 29 tahun Berburu 1 orang

4 Gimin 48 tahun Berburu 3 orang

5 Megang 48 tahun Berburu 3 orang

6 Teket 29 tahun Berburu 3 orang

7 Ngadang 28 tahun Berburu 2 orang

8 Fatimah 56 tahun Meramu 3 orang

9 Murai 63 tahun Berburu 3 orang

10 Firdaus 30 tahun Berburu 2 orang

11 Timpuh 63 tahun Meramu -

12 Lehai 38 tahun Berburu 2 orang

13 Brita 21 tahun Berburu 1 orang

Sumber data : Data Sebaran SAD Kabupaten Merangin 2018

Berdasarkan tabel 1.1, 13 Kepala Keluarga masyarakat Suku Anak Dalam

yang berada di Desa Sialang merupakan fokus utama. Berdasarkan observasi awal

pada tanggal 24 Januari 2018, di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten

Merangin Jambi , Rumah Pintar didirikan didalam kawasan pemukiman Suku

Anak Dalam. Dan pemukiman masyarakat Suku Anak Dalam di Desa Sialang

dengan 13 KK mereka memiliki pola kekerabatan serumpun atau hidup bersama

(21)

Gambar 1.1

Pemukiman SAD di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin

Sumber : data primer 2018

Dari gambar 1.1 dapat kita lihat bahwa pemukiman SAD di Desa Sialang

Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin. Berdasarkan hasil wawancara

Pemukiman yang mereka tempati sekarang sudah dikategorikan semi permanen.

Dimana rumah yang mereka tempati berada disekitar permukiman warga lokal

dengan jarak ± 500 m. Dengan adanya pemukiman ini Suku Anak Dalam

memperoleh pembinaan dalam mata pencaharian yang awalnya mereka hanya

berburu dan meramu, namun Suku Anak Dalam yang berada di Desa Sialang

diberikan pelatihan untuk menternak kambing dan budi daya ikan lele.

Suku Anak Dalam di Desa Sialang umumnya merupakan SAD yang

dikategorikan setengah kelana, yang awal mulanya mereka hidup nomaden (tidak

menetap). Pada saat ini PKSMT yang telah dilaksanakan di Desa Sialang sudah

(22)

untuk melakukan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut mengenai Implementasi Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing pada Masyarakat Suku Anak Dalam (Kubu) di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Provinsi Jambi ?”

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah Bagaimana Implementasi ditahun awal Program Pembinaan

Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT) pada masyarakat Suku Anak

Dalam (Kubu)?

1.3Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dirumuskan,

maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Implementasi

ditahun awal Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT)

pada masyarakat Suku Anak Dalam (Kubu).

1.4Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka penelitian ini diharapkan dapat

memberikan manfaat. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat memajukan ilmu pengetahuan

khususnya di bidang Ilmu Sosiologi Pembangunan dan Ilmu Sosiologi

Pedesaan.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi atau referensi bagi

(23)

Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT) pada masyarakat Suku

Anak Dalam (Kubu).

2. Manfaat Praktis

a. Bagi STKIP PGRI Sumatera Barat

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi bacaan atau acuan dalam

meningkatkan dan menambah wawasan pengetahuan yang berkaitan

dengan Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing

(PKSMT) pada masyarakat Suku Anak Dalam (Kubu).

b. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagi penambah wawasan dan

referensi khususnya yang berkaitan dengan masalah Suku Anak Dalam.

Selain itu, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi almamater sebagai

bahan referensi kajian untuk penelitian selanjutnya.

c. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai motivasi untuk selalu

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Teoritis

Teori yang digunakan penulis dalam penelitian Program Pembinaan

Kesejahteraan Masyarakat Terasing pada masyarakat Suku Anak Dalam (SAD)

yaitu struktur fungsional oleh Talcott Parson. Parson melihat suatu kehidupan

sosial sebagai sistem sosial yang berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang

mengarah pada keseimbangan, suatu hubungan yang stabil antara bagian-bagian

yang terpisah dan mempertahankan dirinya secara terpisah dari sistem dimana

tindakan sosial bisa diorganisasikan (IAN CRAIB, 1994:58).

Parson mengatakan bahwa struktur sosial dan tindakan manusia

mencerminkan orientasi nilai dasar (yang mungkin beberapa tipe masyarakat) dan

keharusan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Keharusan ini

menimbulkan persyaratan-persyaratan fungsional yang universal. Supaya

masyarakat tetap hidup, tipe struktur tertentu harus dikembangkan untuk

memenuhi persyaratan-persyaratan. Bila orientasi nilai nilai yang pasti dan pola

struktural itu dikembangkan, akan ada berbagai persyaratan fungsional sekunder.

Pada dasarnya AGIL menunjukkan pada seperangkat empat persyaratan

fungsional yang harus dipenuhi oleh sistem. Keempatnya adalah sebagai berikut :

(1) A-Adaptation, menunjuk pada keharusan bagi sistem-sistem sosial

untuk menghadapi lingkungannya. Ada dua dimensi permasalahan yang

dapat kita bedakan. Pertama, harus ada ”suatu penyelesaian dari sistem itu terhadap tuntutan kenyataan yang keras yang tidak dapat diubah”

(infelexsible) yang datang dari lingkungan. Kedua, ada proses

(25)

”tarnformasi aktif dari situasi itu”. Ini meliputi penggunaan segi-segi situasi itu yang dapat dimanipulasi sebagai alat untuk mencapai suatu

tujuan. Lingkungan, seperti sudah kita ketahui meliputi fisik dan sosial.

Untuk suatu kelompok lingkungan sosial akan terdiri dari suatu

institusional yang lebih besar dimana kelompok itu berada.

(2) G-Goal Attainment, merupakan persyaratan fungsional yang muncul

dari pandangan Parsons bahwa tindakan itu diarahkan pada

tujuan-tujuannya. Namun, yang diutamakan disini bukanlah tujuan pribadi

individu, melainkan tujuan bersama para anggota dalam suatu sistem

sosial. Dalam salah satu dari kedua hal itu, pencapaian tujuan merupakan

tindakan yang secara intrinsik memuaskan, dengan mengikuti

tindakan-tindakan penyesuaian persiapan. Menurut skema alat-tujuan (mean and

schema), pencapaian maksud ini adalah tujuannya, sedangkan penyesuaian yang sudah terjadi sebelumnya merupakan alat untuk menrealisasi tujuan

ini. Pada tingkat individu dan sistem sosial ada berbagai tujuan yang

diinginkan. Jadi persyaratan fungsional untuk mencapai tujuan akan harus

meliputi pengambilan keputusan yang berhubungan dengan prioritas dari

sekian banyak tujuan.

(3) I-Intergration, merupakan persyaratan yang berhubungan dengan

interelisasi antara para anggota dalam sistem sosial itu. Supaya sistem

sosial itu berfungsi secara efektif sebagai satu kesatuan. Masalah integrasi

menunjuk pada kebutuhan untuk menjamin bahwa ikatan emosional yang

(26)

dikembangkan dan diperhatikan. Ikatan emosional ini tidak boleh

tergantung pada keuntungan yang diterima atau sumbangan yang diberikan

untuk tercapai pada tujuan individu atau koletif. Kalau tidak, solidaritas

sosial dan kesediaan untuk bekerja sama karena didasarkan pada

kepentingan diri pribadi semata-mata.

(4) L-Latency, sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan

memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang

menciptakan dan menopang motivasi. Dimana para anggota yang berada

dalam sistem sosial harus berjaga-jaga bilamana anggotanya tidak lagi

bertindak atau berinteraksi sebagai anggota sistem (Ritzer, 2004:121).

Parsons mendesain skema AGIL untuk digunakan disemua tingkat dalam

sistem. Skema AGIL yang menunjukkan bahwa setiap sistem sosial harus

memiliki adaptasi dalam menghadapi lingkungannya dan harus memiliki tujuan,

sehingga setiap tindakan bersama para anggota dalam sistem sosial itu diarahkan

pada tujuan-tujuannya. Selain itu Pemikiran Talcott parson tentang pendekatan

fungsional struktural memiliki tujuh anggapan :

1. Masyarkat dilihat sebagai suatu sistem yang mana bagian-bagian saling

berhubungan satu sama lain.

2. Hubungan tersebut saling mempengaruhi diantara bagian-bagian

tersebut dan bersifat ganda dan timbal balik.

3. Secara fundamental sistem sosial cenderung bergerak kearah

equilibrium bersifat dinamis, menanggapi perubahan-perubahan dari

(27)

4. Mengalami disfungsi yaitu terjadinya ketegangan tetapi berjalannya

waktu teratasi melalui penyesuaian dan institusionalisasi yaitu suatu

proses yang dilewati suatu norma kemasyarakatan yang baru, sehingga

norma tersebut diakui, dikenal, dan ditaati.

5. Perubahan-perubahan pada sistem sosial mengalami gradual yaitu

hanya terjadi perubahan pada bentuk luar sedangkan unsur-unsur sosial

budaya yang menjadi bangunan dasarnya tidak seberapa mengalami

perubahan.

6. Perubahan-perubahan sosial mengalami tiga kemungkinan yaitu

penyesuaian, pertumbuhan, dan penemuan dari luar.

7. Setiap masyarakat selalu terdapat tujuan-tujuan dan prinsip dasar, yang

sebahagian anggota masyarakat menganggap serta menerima sebagai

hal yang mutlak benar.

Teori ini mempelajari dampak atau fungsi struktur-struktur dan pranata

sosial dalam hidup bermasyarakat yang teratur dan stabil. Tiap fenomena sosial

mempunyai akibat-akibat objektif, baik positif maupun negatif, baik yang disadari

maupun tidak. Analisis akibat-akibat itu dapat membantu untuk mengerti suatu

fenomena-fenomena itu dipertahankan, diubahkan, atau dibatalkan (Handoyo,

2015:40-41).

Struktur fungsional merupakan sebuah teori sosiologi yang menjelaskan

bahwa struktur yang ada terdiri dari bagian-bagian dan memiliki fungsi

masing-masing guna untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan bersama. Teori ini

(28)

Kesejahteraan Masyarakat Terasing. Bagian-bagian dari program yang

dilaksanakan memiliki tugas dan fungsinya masing-masing yang diharapkan dapat

mencapai tujuan yang diinginkan. Maka penelitian yang dapat dilakukan

menggunakan teori struktur fungsional, dimana meneliti mengenai implementasi

PKSMT yang dapat membantu pembinaan pada masyarakat Suku Anak Dalam

(Kubu) sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

2.2 Penjelasan Terkait Penelitian 2.2.1 Masyarakat Terasing

Masyarakat terasing merupakan kelompok masyarakat yang karena

loyalitasnya terpencil dan terisolir mengalami keterbatasan komunikasi

dengan masyarakat lain serta pelayanan pemerintah sehingga

mengakibatkan keterbelakangan dalam penghidupan dan tertinggal dalam

proses perkembangan kehidupan dibidang agama, politik, ideologi,

ekonomi, sosial dan budaya (Suparlan, 1995:512). Menurut Departemen

sosial masyarakat terasing sebagai bagian dari masyarakat Indonesia,

masih mengalami berbagai permasalahan sosial meliputi berbagai segi

kehidupan dan penghidupan yang perlu memperoleh pembinaan secara

sistematik untuk meningkatkan taraf kehidupannya.

2.2.2 Suku Anak Dalam

Suku merupakan orang-orang yang dikategorikan kedalam satu

kelompok karena mereka menghayati budaya yang sama(Raho, 2016:195).

Suku anak dalam termasuk kedalam kelompok minoritas. Kelompok

minoritas merupakan orang-orang yang dikategorikan kedalam kelompok

(29)

tidak memperoleh keuntungan sosial dari wilayah keberadaanya dan

kelompok suku terbelakang (Raho, 2016:196).

Suku Anak Dalam (SAD) merupakan bagian dari kelompok

minoritas yang ada di pulau sumatera tepatnya di daerah pedalaman yang

ada diprovinsi jambi dengan jumlah populasi seluruhnya 2.951 kepala

keluarga yang tersebar diberbagai kabupaten yaitu Kabupaten Batanghari,

Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Pamenang. Suku

anak dalam hidup secara berkelompok dan tidak dibatasi oleh wilayah

tempat tinggal tertentu. Mereka bebas hidup dengan kelompok lain namun

tidak mudah untuk pindah dari kelompoknya.

SAD atau yang biasa dikenal dengan orang kubu biasa hidup

dengan berpindah-pindah dari hutan satu ke hutan yang lain dan

memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Suku anak dalam memiliki

adat-istiadat seperti orang melayu lainnya dan menjadi pegangan mereka

dalam ikatan sosial.

SAD atau yang biasa dikenal dengan orang rimba merupakan suku

yang menggantungkan kehidupanya terhadap hutan, baik itu dari berburu

maupun buah-buahan yang ada didalam hutan. Jika terjadi kerusakan pada

hutan maka hidup suku anak dalam akan terancam (Saleh, 2014).

2.2.3 Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT) Program Pembinaan kesejahteraan masyarakat terasing (PKSMT)

merupakan suatu bentuk program yang dikeluarkan oleh pemerintah yang

(30)

bentuk program yang memiliki tujuan untuk terentasnya masyarakat

terasing dari ketertinggalan dan terbelakangan di berbagai bidang dan

dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial serta hidup sejajar dengan

masyarakat lain yang lebih maju dan pada akhirnya menjadi masyarakat

mandiri.

Program Pembinaan kesejahteraan masyarakat terasing (PKSMT)

merupakan suatu upaya pembinaan yang diberikan kepada kelompok

masyarakat yang rawan sosial karena keterbelakangan dan keterangsingan,

dengan tujuan untuk menciptakan kondisi sosial yang sesuai dengan

kehidupan masyarakat modern dan berpartisipasi dalam pembangunan.

Kegiatan PKSMT ini selalu berorientasi pada masyarakat yang terisolasi

dan berada di pedalaman pedesaan yang mengalami keterbelakangan

komunikasi dengan masyarakat yang lain.

PKSMT adalah program yang diperuntukkan untuk masyarakat

suku anak dalam, karena pemerintah melihat bahwa suku anak dalam

sudah kehilangan kontak dengan perubahan umum dari segi agama,

politik, sosial, ekonomi dan budaya. Pemerintah dalam hal ini selalu

melakukan pembinaan bagi masyarakat SAD. Adapun bentuk PKSMT ini

adalah bantuan rumah atau pemukiman, mengenalkan cara-cara

berproduksi, mengenalkan budaya baru, pendidikan formal, dan

(31)

2.3 Penelitian Relevan

Penelitian terdahulu mengenai Suku Anak Dalam adalah penelitian yang

dilakukan oleh Siti Soleha (2017) dengan judul penelitian ”Kehidupan Suku Anak

Dalam Pasca Menetap Di Nagari Sungai Kunyit Kecamatan Sangir Balai Janggo

Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat” dengan hasil penelitian faktor suku anak dalam tinggal menetap di Nagari Sungai Kunyit : 1) rusaknya hutan, 2)

penerimaan masyarakat yang cukup baik, dan kehidupan Suku Anak Dalam pasca

menetap di Nagari Sungai Kunyit yaitu: 1) perubahan mata pencaharian, 2)

kondisi sosial, 3) kepercayaan (agama).

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ferry Yanto

(2016) dengan judul penelitian ”Sejarah Pembinaan Terhadap Suku Anak Dalam

Di Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi” dengan hasil penelitian bahwa dampak pembinaan dan akibat alih fungsi hutan yang dijadikan sebagai lahan

perkebunan besar kelapa sawit dan pemukiman para transmigran pada masa Orde

Baru telah merubah sebagian masyarakat SAD untuk mengalihkan mata

pencahariannya, merubah pola pikir, melepaskan tradisi dan budaya asalnya dan

membentuk sebuah identitas baru.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Desi Marlina

(2013) dengan judul penelitian ”Adaptasi Masyarakat Suku Anak Dalam di Desa

Muara Killis Kabupaten Tebo Jambi ” dengan hasil penelitian ditemukan bahwa penyesuaian diri yang dilakukan SAD terhadap masyarakat luar masih tradisional

karena bergantung pada alam, cara berkomunikasi dengan masyarakat luar masih

(32)

masih primitif dan masih tergantung pada aturan-aturan adat yang berlaku dan

begitu banyak permasalahan yang muncul antara lain masalah pendidikan dan

ekonomi.

Berbeda dengan penelitian diatas maka penelitian ini mengkaji tentang

”Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing Pada Masyarakat Suku Anak Dalam”. Pada penelitian ini ingin mengetahui Implementasi di Tahun Awal

Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing Pada Masyarakat Suku

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Dan Tipe Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang dipakai adalah kualitatif.

Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang menghasilkan data deskriptif

berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berprilaku yang dapat

diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh) (Gunawan,

2013 : 82). Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang

mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial yang dapat diamati,

pengumpulan dilakukan melalui observasi, wawancara dan metode lain yang

dapat menghasilkan data yang bersifat deskriptif tentang sesuatu, misalnya sebab

terjadinya suatu peristiwa yang dialami subyek penelitian. Pendekatan kualitatif

adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan

prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif

didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti dengan rinci

dengan bentuk kata-kata, gambaran holistik, dan rumit (Afrizal, 2008).

Sementara tipe penelitian yang digunakan adalah tipe deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala, fakta, peristiwa

atau kejadian yang sedang atau telah terjadi. Sehingga tipe penelitian deskriptif

mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual

yang sedang atau sudah terjadi dan diungkapkan sebagai mana adanya atau tanpa

manipulasi (Lufi, 2005).

Penelitian deskriptif digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai

status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala yang apa adanya pada saat

(34)

penelitian dilakukan tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum atau generalisasi (Hikmawati, 2017:88).

Tipe deskriptif ini digunakan karena dapat menggambarkan dan

menjelaskan hal-hal yang menyangkut Implementasi Program Pembinaan

Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT) pada masyarakat Suku Anak

Dalam di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Jambi dan

pelaksaan PKSMT ini diperoleh melalui lisan dan dokumentasi wawancara yang

dilakukan.

3.2 Informan Penelitian

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi

tentang situasi dan kondisi serta permasalahan yang sesuai dengan penelitian, dan

membantu peneliti untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Artinya

informan adalah orang-orang yang benar-benar mengetahui situasi dan kondisi

yang terjadi dan bersedia meluangkan waktu agar kita sebagai peneliti dapat

menemukan informasi yang valid dan faaktual (Moleong, 2008:132).

Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.

Purposive sampling adalah teknik menentukan sampel dengan pertimbangan

tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal (Arikunto,

2010:33). Teknik purposive sampling digunakan karena dalam penelitian

ditentukan kriteria informan atau subjek yang akan diteliti, dan kriteria informan

(35)

1. Kepala Desa Sialang

2. Pendamping Suku Anak Dalam

3. KASI Komunitas Adat Terpencil Kabupaten Merangin

4. LSM Pundi Sumatera

5. Kepala Keluarga SAD yang dibina dengan PKSMT Desa Sialang

6. Tumenggung SAD Desa Sialang

Adapun yang menjadi informan penelitian ini adalah Kepala Desa,

pendamping SAD, KAT (Komunitas Adat Terpencil) Kabupaten Merangin,

LSM Pundi Sumatera, Kepala Keluarga SAD, dan Tumenggung/Kepala Adat

SAD yang ada di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin

yang terdiri 1 Kepala Desa Sialang dan Aparat Desa, 2 Pendamping SAD, 1

anggota KAT, 1 anggota LSM Pundi Sumatera, 13 KK SAD, dan 1

Tumenggung SAD. Adapun ditetapkan kriteria ini karena informan ini telah

dipilih dan dipercaya mengetahui apa yang sesungguhnya objek penelitian itu

sendiri agar informasi yang dikumpulkan benar-benar valid. Untuk lebih

(36)

Tabel 3.1 Daftar Informan No Nama Jenis kelamin L/P Umur (tahun) Pekerjaan Keterangan

1 As’ari L 50 tahun Petani Kepala Desa

2 James L 49 tahun Petani Wakil Kepala Desa

3 Suwarjono L 47 tahun Petani Pendamping SAD

4 Aprison L 28 tahun Serabutan Pendamping SAD

5 Azrul L 38 tahun PNS Kepala KAT

6 Wahyu L 32 tahun Wirasuwasta Anggota LSM Pundi Sumatera

7 Ganta L 60 tahun Berburu Kepala

Keluarga/Tumenggung 8 Bernai L 28 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD

19 Rika L 29 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD

10 Gimin L 48 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD

11 Megang L 48 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD

12 Teket L 29 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD

13 Ngadang L 28 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD 14 Fatimah P 56 tahun Meramu Kepala Keluarga SAD

15 Murai L 63 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD

16 Firdaus L 30 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD 17 Timpuh P 63 tahun Meramu Kepala Keluarga SAD

18 Lehai L 38 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD

19 Brita L 21 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD

Data primer : penulis 2018 3.3 Jenis Data

Data penelitian adalah informasi yang akan diolah yang diperlukan untuk

menguji hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian ada

yang dalam bentuk kuantitatif, misalnya hasil pengukuran dan ada pula dalam

bentuk kualitatif, misalnya deskripsi data dalam bentuk kata-kata dan gambar atau

yang tidak dalam bentuk angka (Lufri, 2007:98). Data yang digunakan adalah data

(37)

1. Data primer

Data primer adalah data yang diambil sumber data primer atau sumber pertama di lapangan (Bungin, 2001). Data primer dari penelitian ini

adalah data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi dari masyarakat

SAD yang berada di pemukiman SAD , dan Kepala Desa di Desa Sialang

Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Jambi.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder, dimana data juga dapat diperoleh dari orang yang mungkin

mengetahui (Burhan, 2001:128). Data sekunder dalam penelitian ini adalah

informasi yang diperoleh dari tokoh adat SAD, pendamping SAD, Dinas

Sosial, dokumen-dokumen foto atau arsip yang didapat dari pemerintahan di

Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Jambi.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Observasi

Menurut Matthews dan Ross observasi merupakan metode pengumpulan data melalui panca indera manusia. Alat indera manusia

sebagai alat utama dalam melakukan observasi dan pancaindera yang

digunakan tidak hanya indra penglihatan saja, tetapi indra penciuman,

indra pendengaran, dan indra perasa. Observasi merupakan proses

mengamati subjek penelitian beserta lingkungannya dan melakukan

pemotretan atas prilaku yang diamati tanpa mengubah kondisi alamiah

subjek dengan lingkungan sosialnya. Obervasi memiliki tujuan untuk

(38)

berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut

beserta aktivitas dan prilaku yang dimunculkan serta makna kejadian

berdasarkan perspektif individu yang terlibat (Herdiansyah,

2013:129-132).

Observasi yang dilakukan melalui observasi nonpartisipan, observasi nonpartisipan dimana peneliti tidak terlibat langsung dan hanya

sebagai pengamat independen (Sugiyono, 2012:146).

Dalam observasi nonpartisipan ini peneliti sebagai penonton atau

penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian serta

peneliti dapat melihat atau mendengarkan pada situasi sosial tertentu tanpa

partisipasi aktif didalamnya (Emzir, 2012:40).

Observasi ini dilakukan di Desa Sialang Kecamatan Pamenang

Kabupaten Merangin Jambi seperti di pemukiman SAD pada tanggal 26

Mei 2018, karena di pemukiman SAD ini sebagai tempat untuk pembinaan

serta sebagai pelaksanaan PKSMT. Dalam observasi ini peneliti melihat

dari proses pelaksanaan PKSMT tanpa harus ikut aktif didalam

pelaksanaan PKSMT. Di pemukiman SAD ini peneliti melihat rumah

pintar yang berada dikeliling rumah mereka. Rumah pintar yang

digunakan untuk proses pembelajaran tambahan ini seperti rumah yang

terbuat dari papan yang hanya memiliki satu ruangan dan didalam rumah

pintar ini memiliki fasilitas belajar seperti kursi, meja, papan tulis, televisi,

rak buku, dan peta dunia. Peneliti melihat kegiatan pendidikan yang

(39)

dilaksanakan seperti sekolah formal melainkan satu kali dalam seminggu.

Observasi peneliti lakukan dengan cara datang kepemukiman SAD.

3.4.2 Wawancara

Selain teknik observasi, peneliti juga menggunakan teknik wawancara. Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data

dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi

antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden).

Komunikasi tersebut dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.

Wawancara dilakukan karena ada anggapan bahwa hanya respondenlah

yang paling tahu tentang diri mereka sendiri, sehingga informasi yang

tidak dapat diperoleh melalui proses pengamatan didapatkan melalui

wawancara (Rianto, 2004:72).

Wawancara merupakan suatu percakapan yang diarahkan pada

suatu masalah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih berhadapan secara

fisik dan wawancara dilakukan untuk mencari informasi dan memperoleh

data sebanyak mungkin dari subjek yang akan diteliti (Gunawan,

2013:160).

Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara terarah,

wawancara terarah dilaksanakan secara bebas dan juga mendalam, tetapi

kebebasan ini tetap tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan

ditanyakan kepada responden dan telah dipersiapkan sebelumnya oleh

(40)

Wawancara ini dilakukan tanpa terikat pada susunan daftar

wawancara, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan pedoman wawancara

yang akan ditujukan kepada informan. Dalam penelitian ini wawancara

yang peneliti lakukan pada tanggal 24 Mei 2018 – 29 Juni 2018, peneliti

melakukan wawancara terhadap SAD yaitu dengan cara mendatangi

pemukimannya disaat SAD berkumpul serta sedang tidak melakukan

kegiatan atau aktivitas yang nantinya tidak akan mengganggu. Sehingga

peneliti mencoba untuk melakukan pendekatan dengan SAD agar peneliti

mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian dan sesuai dengan

pedoman wawancara yang sudah dipersiapkan. Sedangkan dengan Kepala

desa dan pendamping Suku Anak Dalam peneliti lakukan di rumah

informan pada saat mereka dalam keadaan santai dan bersedia untuk

diwawancara. Dan wawancara dengan KAT dan LSM Pundi Sumatera

dilakukan di Kantor Dinas Sosial ketika mereka sedang santai atau pada

jam istrahat.

3.4.3 Studi Dokumen

Metode dokumen adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Metode dokumen ini

digunakan untuk menelusuri data historis dan bahan dokumen ini memiliki

peranan penting (Bungin, 2007:124).

Pada penelitian ini metode dokumen dilakukan untuk

mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data

(41)

Kabupaten Merangin Jambi. Analisis dokumen dilakukan untuk

mengumpulkan data yang berwujud sumber data tertulis atau gambar.

Sumber tertulis atau gambar berbentuk dokumen resmi, buku, arsip,

majalah, dokumen pribadi dan foto yang terkait dengan permasalahan

penelitian. Dokumen ini peneliti peroleh langsung dari lapangan ketika

melakukan observasi dan wawancara berupa foto program PKSMT dan

SAD, dokumen profil Desa Sialang dan data sebaran SAD di Kabupaten

Merangin.

3.5 Unit Analisis

Unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian atau sesuatu yang berkaitan fokus dan kajian yang akan

diteliti (Arikunto, 2010:187). Unit analisis dalam penelitian ini adalah kelompok,

yaitu kelompok masyarakat Suku Anak Dalam yang dibina melalui Program

Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing di Desa Sialang Kecamatan

Pamenang Kabupaten Merangin Jambi.

3.6 Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh, dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan

cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan unitt-unit,

melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh

diri sendiri maupun orang lain. Analisis data dalam kualitatif dilakukan sejak

(42)

Menurut Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, dan tahapan dalam analisis data yaitu pertama tahap

pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap display data, dan terakhir tahap

penarikan kesimpulan atau tahap verifikasi (Sugiyono, 2012:335-337).

1. Pengumpulan Data

Proses analisis data interaktif ini kegiatan yang pertama adalah pengumpulan data. Peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan

menggunakan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan sejak awal.

Proses pengumpulan data melibatkan sisi aktor (informan), aktivitas, latar,,

atau konteks kejadian. Data dapat berupa catatan lapangan sebagai hasil

amatan, deksripsi wawancara, catatan harian/pribadi, foto, pengalaman

pribadi, jurnal, cerita sejarah, riwayat hidup, surat-surat, agenda, atribut

seseorang, simbol-simbol yang melekat dan dimiliki yang diperoleh dari

penglihatan dan pendengaran. Dalam tahap pengumpulan data tidak ada

batasan waktu yang ditentukan, dimana peneliti bebas melakukan

pengumpulan untuk memperoleh informasi sebanyaknya mengenai fenomena

yang akan diteliti (Idrus, 2009:148-149).

2. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang

muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus

(43)

data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi data. Dalam proses reduksi data

peneliti dapat melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode,

mana yang dibuang, mana yang merupakan ringkasan, dan cerita-cerita yang

sedang berkembang. Dengan reduksi data dapat disederhanakan dan

ditransformasikan dalam aneka cara melalui ringkasan atau uraian kemudian

digolongkan dalam satu pola yang lebih luas. Reduksi data merupakan bagian

dari analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang

yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa

hingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi

(Patilima, 2011:100-101).

3. Penyajian Data

Penyajian data atau display data dimaknai sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan (Sangadji, 2010:200). Agar

memudahkan peneliti untuk melihat keseluruhan gambaran atau

bagian-bagian tertentu dari penelitian dengan kata lain merupakan pengorganisasian

data dalam bentuk tertentu sehingga kelihatan dengan sosok yang utuh.

Setelah data dikumpulkan, kemudian dipilah-pilah langkah selanjutnya yang

dilakukan peneliti yaitu menyajikan data dalam bentuk laporan hasil

penelitian, laporan hasil penelitian yang disajikan sesuai dengan tujuan dari

(44)

4. Kesimpulan / Verifikasi

Tahap akhir dari proses pengumpulan data adalah kesimpulan atau

verifikasi, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan.

Dalam penarikan kesimpulan ada cara yang dilakukan dalam proses ini yaitu

dengan melakukan pencatatan pola-pola dan tema yang sama,

pengelompokkan dan pencarian kasus. Penarikan kesimpulan dapat saja

berlangsung saat proses pengumpulan data berlangsung. Penarikan

kesimpulan dilakukan dengan cermat dan bertahap, dari kesimpulan

sementara sampai kesimpulan terakhir, dari kesimpulan-kesimpulan itulah

akan ditemukan hasil dari sebuah penelitian yang valid (Idrus, 2009:151).

Gambar 1. Analisis data secara interaktif ( Miles dan Huberman, 2009:20) 3.7 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten

Merangin Jambi, dipilihnya daerah ini sebagai lokasi penelitian karena ditemukan

masyarakat Suku Anak Dalam yang sudah dilakukan pembinaan pada 13 Kepala

Keluarga dengan adanya Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing Pengumpulan data Reduksi data Kesimpulan/ verifikasi Penyajian data

(45)

yang sudah dijalankan oleh pemerintah setempat sejak tahun 2017, tetapi dalam

implementasinya dari 5 program masih berjalan 4 program. Dan SAD Desa

Sialang Kecamatan Pamenang merupakan SAD yang dibina oleh program

PKSMT maka penulis tertarik untuk meneliti implementasi program Pembinaan

Kesejahteraan Masyarakat Terasing pada Suku Anak Dalam di Desa Sialang.

3.8 Jadwal Penelitian

Berdasarkan jadwal penelitian yang telah ditetapkan maka penelitian ini

dilakukan selama sebulan, penelitian dimulai pada tanggal 24 Mei 2018 sampai 29

Juni 2018. Setelah itu dilanjutkan dengan pengolahan data dan pembuatan draft

skripsi. Dalam waktu yang bersamaan juga melakukan bimbingan skripsi.

Bimbingan skripsi ini berlangsung dari bulan Mei sampai Juni. Setelah analisa

data serta mendapat persetujuan dari pembimbing, barulah dilakukan ujian skripsi

pada bulan Agustus. Untuk memperoleh gambaran lebih jelasnya dapat dilihat

jadwal penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti pada tabel dibawah ini :

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

No Jenis kegiatan Tahun 2018

Mei Juni Juli Agustus 1 Penelitian 2 Pengolahan Data 3 Pembuatan Draft Skripsi 4 Bimbingan Skripsi 5 Ujian Skripsi

(46)

3.9 Definisi Operasional Konsep

Dalam mencegah kesalahpahaman menggunakan istilah yang terkandung

dalam penelitian ini maka penulis mengemumakan definisi operasionalnya

sebagai berikut :

1. Masyarakat Terasing

Masyarakat terasing merupakan sekumpulan manusia yang berkumpul yang

mendiami suatu wilayah terpencil yang tinggal di pedalaman hutan dan terisolisir

dalam perkembangan teknologi, politik, sosial, ekonomi, dan budaya.

2. Suku Anak Dalam

Suku Anak Dalam merupakan salah satu suku minoritas yang ada di Provinsi

Jambi yang masih bersifat primitif serta mengalami keterbelakangan dan

keterasingan. Suku Anak Dalam masih bergantung pada hutan untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dan masih tertutup dengan masyarakat lainnya.

3. PKSMT

Program Pembinaan kesejahteraan masyarakat terasing merupakan salah satu

bentuk program yang dibentuk untuk Suku Anak Dalam. PKSMT ini bertujuan

untuk mengentaskan masyarakat SAD dari keterbelakangan dan keterasingan di

berbagai bidang dan dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial serta hidup

(47)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1Letak Geografis

Desa Sialang berada di Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin. Desa

Sialang memiliki luas areanya yaitu ± 18.000 Ha terdiri dari Dusun, Desa,

Kabupaten, dan Lingkungan yang merupakan lokasi penelitian yang peneliti

lakukan. Desa Sialang secara geografis berbatasan dengan :

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Anyer

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Lantak Seribu

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Pamenang

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Pinang Merah

Desa Sialang termasuk suatu wilayah yang untuk menuju ke desa melewati

kebun sawit dan kebun karet, jarak dari jalan lintas Merangin-Jambi ± 6 km. Jarak

Desa Sialang ke Kecamatan Pamenang 12 km, dan jarak ke Kabupaten Merangin

35 km, sedangkan jarak ke Propinsi 250 km. Maka dari itu untuk sampai ke Desa

Sialang Kecamatan Pamenang dari pusat kota dapat menggunakan alat

transportasi darat, seperti mobil dan motor.

4.2Sejarah Desa Sialang

Desa Sialang merupakan sebuah desa transmigrasi yang lebih dikenal

sebagai Pamenang A4 yang mulai ditempati dan diresmikan menjadi Desa Sialang

pada tahun 1988. Secara umum Desa Sialang merupakan daerah perbukitan yang

ditumbuhi hutan belantara menghijau. Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan ada tanggal 24 Mei 2018 dengan Pak Az’ari sebagai Kepala Desa

Sialang asal usul penduduk asli Desa Sialang adalah berasal dari penduduk Jawa

(48)

dan Sunda dan juga ditambah dengan penduduk yang berasal dari Sumatera

Utara.

Desa Sialang merupakan nama urutan dari 11 desa yang ada di Kabupaten

Merangin. Ceritanya asal usul nama Sialang bahwasanya dari yang peneliti

peroleh dari hasil wawancara dengan Pak James (49 tahun), bahwasanya dulu

Desa Sialang merupakan hutan belantara yang dihuni banyak hewan siamang, dan

penduduk setempat menamai Desa tersebut Sialang. Dari keadaan tersebut maka

mereka pun memberi nama desa yang baru mereka bentuk dengan nama desa

Sialang.

4.3Kependudukan

Salah satu bagian terpenting dari adanya pemerintahan adalah penduduk

atau warga masyarakat yang akan dikelola dengan tujuan untuk mencapai tingkat

kesejahteraan yang baik. Di Desa Sialang memiliki 874 KK, berdasarkan profil

Desa Sialang tahun 2017 penduduknya berjumlah 2934 jiwa yang terdiri atas 1511

jiwa laki-laki dan 1423 jiwa perempuan.

Sedangkan jumlah penduduk secara keseluruhan di Kecamatan Pamenang

pada tahun 2017 berjumlah 17.572 jiwa. Pada umumnya di Kecamatan Pamenang

tidaknya semuanya penduduk asli setempat, tetapi sudah bercampur dengan orang

Jawa, Sunda, Batak, Minang, dan SAD yang kebanyakan mereka merupakan

penduduk tranmigrasi. Termasuk di Desa Sialang penduduk yang bermukim tidak

semuanya penduduk asli Desa Sialang, akan tetapi sudah bercampur dan hidup

dengan penduduk transmigran.

(49)

4.4Tingkat Pendidikan Penduduk

Tabel 4.1

Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sialang

No Tingkat pendidikan Jumlah

1 Belum tamat sekolah 324 orang

2 Tidak pernah sekolah 161 orang

3 Belum masuk sekolah 381 orang

4 SD 1013 orang 5 SMP 561 orang 6 SMA 412 orang 7 D3 30 orang 8 Diploma S I 52 orang Jumlah 2934 orang

Sumber data: Profil Desa Sialang 2017

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan di

Desa Sialang tergolong sudah baik, hanya sebagian kecil penduduk yang tidak

pernah sekolah dan lebih banyak yang bersekolah. hal ini dibuktikan dari

banyaknya jumlah penduduk yang bersekolah dan yang tidak pernah sekolah

berjumlah 161 orang dari jumlah total penduduk 2934 orang.

4.5Mata Pencaharian

Dilihat dari kondisi wilayah Desa Sialang memiliki lahan yang luas.

Masyarakat yang bermukim di Desa Sialang mempunyai mata pencaharian yang

beraneka ragam, diantaranya bermata pencaharian Petani, pedagang juga ada yang

bekerja dibidang industri rumahan, dan juga dibidang jasa, namun pada umumnya

masyarakat Desa Sialang kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani, dan

mereka memiliki lahan yang diperoleh dari pemerintah dari adanya program

transmigrasi. Sebagaian masyarakat lain yang tidak memiliki lahan menyewa dari

(50)

lebih jelas mata pencaharian penduduk Desa Sialang dapat dilihat pada tabel di

bawah ini :

Tabel. 4.2 Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Sialang

No Mata Pencaharian Jumlah

1 Pertanian 638 orang

2 Wirasuawasta 112 orang

3 Perdagangan 18 orang

Buruh Perkebunan 172 orang

Industri Rumahan  Tukang kayu  Tukang kue  Tukang jahit  Tukang Tahu 1 orang 1 orang 2 orang 1 orang 4 Bidang Jasa

 Pegawai Negri Sipil

 Sopir  Polri  TNI  Pegawai Honorer  Bidan  Guru  Pegawai swasta  GHL 26 orang 3 orang 9 orang 1 orang 7 orang 5 orang 12 orang 12 orang 4 orang

5 Belum Bekerja 1910 orang

Jumlah 2934 orang

Sumber data : Profil Desa Sialang tahun 2017

Hal itu didukung oleh hasil observasi yang dilakukan pada bulan Mei 2018

bahwasanya Desa Sialang daerahnya luas dan tampak hijau dikelilingi

(51)

tidak jauh dari pemukiman masyarakat. Hal ini menandakan bahwa penduduk

Sialang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

4.6Agama

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang

bermakna, damai dan bermartabat. Pentingnya peran agama dalam kehidupan

umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi

menjadi sebuah keniscayaan. Seperti agama yang diakui dan digunakan

pemerintah RI yaitu agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan

Konghucu (Sunarto, 2004). Agama merupakan keyakinan atau kepercayaan

kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berguna untuk mengatur kehidupan manusia

agar tidak kacau. Dengan adanya agama kehidupan masyarakat akan lebih tentram

dengan adanya perintah dan larangan yang ada. Sehingga dapat mengarahkan dan

mengontrol manusia dalam bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama.

Masyarakat Desa Sialang sendiri memiliki beragam pemeluk agama, ada

yang beragama Islam 80% dan Kristen 20 %. Masyarakat Desa Sialang termasuk

masyarakat yang cukup aktif melaksanakan kegiatan keagamaan diantaranya ada

shalat berjamaah di masjid dan mushola bagi yang memeluk agama islam dan

kegiatan rohani di Gereja bagi yang memeluk agama kristen. Ada juga ceramah

dan mengaji yang diadakan dimushola yang dilakukan bergantian setiap seminggu

sekali yang diikuti oleh bapak/ibuk, pemuda-pemudi dan anak-anak.

Saat memperingati hari besar Islam, masyarakat Desa Sialang

Gambar

Tabel 1.1 Nama Kepala Keluarga Mayarakat SAD di Desa Sialang
Tabel 3.1 Daftar Informan   No   Nama   Jenis  kelamin  L/P  Umur  (tahun)  Pekerjaan   Keterangan
Gambar 1. Analisis data secara interaktif ( Miles dan Huberman, 2009:20)  3.7  Lokasi Penelitian
Tabel 1.2 Jadwal Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek

Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian pengembangan yang terdiri dari tahap Preliminary (tahap persiapan dan pendesainan) dan tahap Prototyping

Lebih lanjut berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2005), stimulasi verbal yang dapat dilakukan orang tua untuk mengembangkan kemampuan bicara

Penggunaan media harus menarik perhatian siswa untuk belajar (Arsyad, 2012:8). Media Gambar merupakan media yang tepat untuk pembelajaran tema ini. Penggunaan media

Keberadaan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten Rokan Hulu -- sebagai salah satu lembaga pendidikan non formal di Kabupaten Rokan Hulu yang menerapkan Program

Kegiatan yang akan dilakukan meliputi: pengecilan ukuran jerami padi, optimisasi parameter- parameter proses hidrolisa sellulosa menjadi glukosa, Hasil penelitian menunjukkan

P SURABAYA 03-05-1977 III/b DOKTER SPESIALIS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH RSUD Dr.. DEDI SUSILA, Sp.An.KMN L SURABAYA 20-03-1977 III/b ANESTESIOLOGI DAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) perangkat pembelajaran yang dikembangkan secara umum berkategori baik, (2) penguasaan keterampilan berpikir kritis mahasiswa