MASYARAKAT TERASING PADA MASYARAKAT SUKU ANAK DALAM (KUBU) DESA SIALANG KECAMATAN PAMENANG
KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan SI (Strata Satu)
UUN DAIROH 14070046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG 2018
iv
Uun Dairoh (14070046), Implementasi Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing Pada Masyarakat Suku Anak Dalam (Kubu) Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Provinsi Jambi, Skripsi, Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2018
Suku Anak Dalam (SAD) saat ini di Kabupaten Merangin Jambi memiliki populasi yang cukup besar namun mereka masih termasuk pada masyarakat terasing. Hal ini dibuktikan dengan sebagian besar dari mereka hidup nomaden (pindah-pindah) dalam hutan dengan budaya yang masih sangat terbelakang. Untuk mengatasi kehidupan masyarakat terasing kearah yang lebih baik ditanamkan oleh pemeritah sebuah program pemberdayaan masyarakat disebut dengan Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT). Masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana implementasi ditahun awal Program Pembinaan PKSMT pada masyarakat SAD di Desa Sialang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan implementasi program PKSMT.
Untuk menjawab penelitian tersebut menggunakan pendekatan kualitatif dengan 19 partisipan yang berkontribusi dalam penelitian ini. Teori yang digunakan penelitian ini teori Struktur Fungsional oleh Talcott Parson. Metode dalam pengumpulan data berupa observasi (non participant observation) yang dilakukan di pemukiman SAD, wawancara yang dilakukan di pemukiman SAD, Kantor Desa, rumah pedamping dan Kantor Dinas Sosial dan studi dokumen berupa foto-foto program PKSMT dan profil Desa Sialang.
Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa, implementasi ditahun awal program PKSMT adalah program PKSMT dilaksanakan pada bulan Agustus 2017 dengan 5 program yang dirancang yaitu (1) program pemukiman (2) rumah pintar (3) life skill (4) pemberdayaan dan (5) kesehatan. Dari ke lima program tersebut yang belum berjalan yaitu life skill, karena terkendala kurangnya waktu untuk mensosialisasikan program. Sebelum melaksanakan program pihak Komunitas Adat Terpecil (KAT) melakukan survei lapangan selama 1 minggu. Kemudian selama 1 bulan KAT memberikan penyuluhan dan pelatihan untuk SAD. Pada bulan September 2017 KAT menjalankan program pemukiman dan rumah pintar. Pada bulan februari 2018 SAD dipindahkan di pemukiman semi permanen dan KAT menjalankan program Pemberdayaan dan Kesehatan.
v
Uun Dairoh (14070046), Implementation of the Community Welfare Development Program Alienated to the Anak Dalam Tribe (Kubu) Community at Sialang Village Pamenang District, Merangin Regency, Thesis, Sociology Department STKIP PGRI West Sumatera, Padang, 2018.
The Current Anak Dalam Tribe in Merangin District Jambi has a considerable population but they are still included in isolated communities. This is evidenced by most of them nomadic lives (migratory) in the forest with a culture that is still underdeveloped. To overcome the life of the alienated community towards by the government, a community empowerments program is called the fostering of the welfare of isolated communities. The problem in this research is how the implementation I the early years of the program of social welfare development is alienated to the Anak Dalam Tribe community at Sialang Village. The purpose of this study is to describe the implementation of the program development of the welfare of isolated communities.
The answer the research using a qualitative approach with 19 participans contributed in this study. The theory used was a theory of functional structure by Talcott Parson. Methods in collecting data were observations conducted in Anak Dalam Tribe, settlements, interviews conducted in Anak Dalam Tribe settlements, village offices, companion houses and social service offices and document studies in the form of photographs of the PKSMT program and profile of Sialang Village.
The results of this research were implementation in the early years of the PKSMT program is a PKSMT program implemented in August 2017 with 5 programs designed (1) settlement program (2) smart house (3) life skill (4) empowerment and (5) health. Of the 5 programs that have not run, namely life skill, because due to the lack of time to socialize the program. Before implementing the program Komunitas Adat Terpencil (KAT) conducted a field survey for 1 week. Then for 1 month KAT provides counseling and training for Anak Dalam Tribe. In the month of September 2017 KAT run residential programs and smart houses. In February 2018 Anak Dalam Tribe was moved in semi-permanent settlements and KAT runs an empowerment and health program.
vi
Puji syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Implementasi Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing Pada Masyarakat Suku Anak Dalam (Kubu) Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Provinsi Jambi”. Sholawat dan salam disampaikan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah memberikan petunjuk kepada umat manusia menuju zaman yang berilmu pengetahuan.
Dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada:
1. Ketua Yayasan STKIP PGRI Sumatera Barat Bapak Drs. Dasrizal, MP. Ketua STKIP PGRI Sumatera Barat Ibu Dr. Zusmelia, M.Si. Wakil ketua I Bidang Akademik dan Administrasi Umum STKIP PGRI Sumatera Barat Ibu Sri Imelwaty, M.Pd., Ph.D. Wakil Ketua II Bidang Administrasi Umum dan Keuangan STKIP PGRI Sumatera Barat Ibu Liza Husnita, M.Pd. Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama STKIP PGRI Sumatera Barat Bapak Jarudin, MA., Ph.D, yang telah memberi kesempatan kepada peneliti untuk dapat menuntut ilmu di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat.
2. Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi di STKIP PGRI Sumatera Barat Ibu Marleni, M.Pd. dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Sosiologi di STKIP PGRI Sumatera Barat Ibu Yanti Sri Wahyuni, M.Pd. 3. Pembimbing I Bapak Drs. Nilda Elfemi, M.Si. dan Pembimbing II Bapak
vii skripsi ini.
4. Tim penguji Ibu Isnaini, M.Si. Bapak Rio Tutri, M.Si. dan Ibu Mira Yanti, M.Pd. yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat yang telah memberikan bantuan, dorongan dan bimbingan serta arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Penasehat Akademik (PA) Bapak Ikhsan Muharma Putra, M.Si. sebagai orang tua dari pertama masuk sampai menyelesaikan skripsi dan selalu memberikan nasehat, bimbingan, motivasi, masukan, petunjuk dan arahan yang sangat berharga selama menempuh pendidikan S1.
7. Kepada Bapak/Ibu Kantor Dinas Sosial Kabupaten Merangin, Bapak/Ibu Kantor Desa Sialang dan Kepala Kesbangpol Kabupaten Merangin, beserta stafnya yang telah memberikan izin melakukan penelitian di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin.
8. Teristimewa Ayahanda Nur Wahid, Ibunda Ponisah, Kakak Yunita Astarina, dan Adik Ria Veronica serta seluruh anggota keluarga yang telah membantu penulis baik berupa moril dan materil, doa serta motivasi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
9. Terimakasih kepada teman dekat peneliti yang paling tersayang yang mau membantu peneliti dalam keadaan susah maupun senang yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada peneliti.
10. Rekan-rekan dan sahabat seperjuangan Sosiologi Sesi B 2014 yang telah membantu penulisan skripsi ini, baik langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi.
11. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu peneliti dalam melakukan penelitian dan menyusun skripsi.
viii
dukungan yang diberikan mendapat balasan, pahala dari Allah SWT dan mendapat balasan yang sesuai dengan jasa-jasa yang telah diberikan dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kekhilafan sehingga jauh dari kesempurnaan. Dengan senang hati penulis menerima saran-saran dan kritikan yang membangun untuk kesempurnaan skripsi ini sehingga bila bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Padang, 04 Agustus 2018
Penulis
ix
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... i
HALAMAN PENGESAHAN LULUS UJIAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Rumusan Masalah ... 9
1.3Tujuan Penelitian ... 9
1.4Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pendekatan Teoritis ... 11
2.2 Penjelasan Terkait Penelitian 2.2.1 Masyarakat Terasing ... 15
2.2.2 Suku Anak Dalam ... 15
2.2.3 Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing ... 16
2.3 Penelitian Relevan ... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Pendekatan dan Tipe Penelitian ... 20
3.2Informan Penelitian ... 21
3.3Jenis Data ... 23
3.4Metode Pengumpulan Data ... 24
3.4.1 Observasi ... 24 3.4.2 Wawancara ... 26 3.4.3 Studi Dokumen ... 27 3.5Unit Analisis ... 28 3.6Analisis Data ... 28 3.7Lokasi Penelitian ... 31 3.8Jadwal Penelitian ... 32
3.9Definisi Operasional Konsep ... 33
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis ... 34
x
4.3 Kependudukan ... 35
4.4 Tingkat Pendidikan Penduduk ... 36
4.5 Mata Pencaharian ... 36
4.6 Agama ... 38
4.7 Sarana dan Prasarana ... 40
4.7.1 Prasarana Ibadah ... 40
4.7.2 Prasarana Pendidikan ... 41
4.7.3 Prasarana Kesehatan ... 42
4.8 Organisasi Pengelola Program PKSMT ... 43
4.8.1 Mekanisme Program PKSMT ... 43
4.8.2 Organisasi Pengelola Program PKSMT ... 46
4.9 Sistem Kekerabatan ... 48
4.10 Adat Istiadat ... 49
4.11 Hubungan SAD dengan Penduduk Lokal ... 50
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Program PKSMT ... 52
5.2 Proses Perencanaan Program PKSMT... 55
5.3 Program PKSMT ... 59
5.3.1 Program Pemukiman SAD ... 59
5.3.2 Program Rumah Pintar ... 62
5.3.3 Program Life Skill ... 64
5.3.4 Program Pemberdayaan ... 65 5.3.5 Program Kesehatan ... 67 BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan ... 73 6.2. Saran ... 74 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
Gambar 1.1 Pemukiman Suku Anak Dalam ... 8 Gambar 3.1 Skema Model Analisis Data Interaktif ... 31
xii
Tabel 1.1 Data Nama Kepala Keluarga Masyarakat Suku Anak Dalam ... 7
Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 23
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian... 32
Tabel 4.1 Tingkat Pendidikan Pendidik ... 36
Tabel 4.2 Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Sialang ... 37
Tabel 4.3 Prasarana Peribadahan Desa Sialang ... 40
Tabel 4.4 Prasarana Pendidikan Desa Sialang ... 42
Tabel 4.5 Prasarana Kesehatan Desa Sialang ... 43
Tabel 5.1 Data Nama Kepala Keluarga Masyarakat Miskin ... 62
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang secara bertahap
terus diubah menjadi masyarakat multikultural yang landasan bangunannya adalah
perbedaan kebudayaan dalam kesederajatan. Multikultural menjadi acuan bagi
terwujudnya budaya dan kesetaraan hak dari kelompok-kelompok yang tergolong
minoritas, baik secara hukum maupun secara sosial. Kesetaraan melibatkan
kebebasan atau kesempatan untuk menjadikan masyarakat secara setara yang
mempertimbangkan kesemaan beserta keberadaan baik kaum mayoritas maupun
minoritas (Handoyo, 2015:37).
Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah menikmati kemajuan disegala
bidang, baik bidang ekonomi, sosial, maupun budaya serta tinggal di wilayah
relatif maju dengan segala akses. Namun masih banyak bagian dari Indonesia
yang kurang tersentuh proses pembangunan. Umumnya masyarakat ini adalah
suku-suku yang tinggal dipedalaman, yang masih tinggal nomaden didalam
hutan-hutan (Idris, 2017).
Di Indonesia terdapat tiga ratus lebih kelompok suku bangsa dan tiga
puluh juta penduduk tersebar dilebih dari empat belas ribu pulau dan sekitar 1,8
persen jumlah penduduknya hidup tradisional. Sumatera merupakan pulau yang
memiliki sejumlah suku dan mempunyai ciri khas tradisional . Salah satunya yang
berada di Provinsi Jambi, dengan memiliki banyak suku yang mempunyai ciri
khas tradisional, diantaranya suku yang mendiaminya adalah Suku Kerinci, Suku
Batin, Suku Melayu dan suku minoritas yang tinggal di daerah pedalaman yaitu
Suku Anak Dalam (Muslim, 2015).
Provinsi Jambi termasuk daerah yang memiliki populasi Suku Anak
Dalam, diantaranya di Kabupaten Merangin dengan populasi Suku Anak Dalam
yang menurut Data Sebaran SAD tahun 2017 ada 1287 Jiwa. Suku Anak Dalam
merupakan suku minoritas yang memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya
dengan masyarakat sekitar, salah satu ciri yang menjadi simbol Suku Anak Dalam
adalah berbahasa. Suku Anak Dalam memiliki kekerabatan yang serumpun, hal
ini merupakan pola kehidupan bersama yang dibangun secara terpisah oleh
golongan-golongan yang lebih besar. Pola kekerabatan Suku Anak Dalam adalah
kehidupan bersama dalam satu kampung/pemukiman (Kurniawati, 2016). Suku
Anak Dalam pada dasarnya bertempat tinggal di dalam hutan. Hutan merupakan
detak jantung bagi masyarakat Suku Anak Dalam (Berlian & Yusra, 2010).
Keberadaan hutan bagi Suku Anak Dalam bukan sebagai prasyarat untuk
kebutuhan dasar ekonomi namun lebih dari sekedar itu hutan merupakan tempat
untuk mempertahankan sosial budaya dari adat Suku Anak Dalam. Suku Anak
Dalam termasuk suku primitif yang mengasingkan diri untuk hidup berinteraksi di
dalam hutan dengan memanfaatkan sumber daya alam. Masyarakat primitif adalah
masyarakat yang hidup di zaman sebelum ada pendidikan, mereka hidup dengan
mengandalkan alam, tetapi tidak dikuasi oleh alam (Wahyu, 2008:254).
Sampai sekarang, cara hidup Suku Anak Dalam tetap mempertahankan
gaya hidupnya yang tradisional yang turun temurun dari nenek moyangnya baik
sebagai suatu masyarakat yang terasing. Masyarakat terasing merupakan
kelompok orang atau masyarakat yang hidup dalam kesatuan-kesatuan kecil yang
bersifat lokal dan terpencil dan masih sangat terikat pada sumber daya alam dan
habitatnya yang secara sosial budaya terasing dan terbelakang dibanding dengan
masyarakat Indonesia pada umumnya. Dalam hal ini suatu masyarakat terasing
dapat dikategorikan dalam 3 jenis (1) berkelana, (2) setengah kelana, (3) menetap
sementara (Suparlan, 1995:496-497).
Dilihat dari sudut pandangnya kehidupan Suku Anak Dalam bertentangan
dengan kehidupan modern, dalam hal ini masyarakat Suku Anak Dalam
memerlukan sentuhan modernitas dari sebuah program yang terorganisasi dan
mempunyai target tertentu (Syuroh, 2011). Sebuah program menunjukkan adanya
tindakan yang berhubungan dengan pelaksanaan dari fungsi dan jasa yang telah
dikeluarkan oleh lembaga (Sugiyanto, 2002:72).
Dalam menangani masyarakat Suku Anak Dalam pemerintah telah
memberikan perhatian dalam aspek pembangunan sosial dan pembangunan yang
dilakukan pemerintah yang pada dasarnya mempunyai orientasi untuk
kesejahteraan masyarakat. Untuk itu pemerintah telah mengeluarkan suatu
kebijakan diperuntukkan bagi Suku Anak Dalam yang secara yuridis formal
tertuang dalam Keputusan Menteri Sosial RI Nomor 5/HUK/1994 Tentang
Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT) (Wisri, 2015).
PKSMT adalah suatu usaha pemantapan terhadap kelompok masyarakat
yang rawan sosial karena keterasingan dan keterbelakangan, dengan tujuan untuk
berkembang dan berpartisipasi dalam pembangunan. PKSMT sebagai proses
kegiatan mendasarkan pada pola operasional yang ada sampai sekarang dan terus
disempurnakan. Jangka waktu standar untuk kegiatan PKSMT ini adalah ± 5
tahun. Program ini meliputi usaha serta kegiatan sebagai berikut :
1. Mengembangkan dan membuat mereka hidup menetap dalam kesatuan masyarakat pada unit area yang beradministrasi pemerintahan, serta bermata pencaharian yang menentu dan teratur, yaitu dalam situasi lokasi yang termasuk dalam orbitrasi kehidupan sosial dan budaya. Tanpa adanya pembinaan agar mereka hidup menetap berkelompok dalam kesatuan masyarakat yang lebih besar.
2. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan berproduksi sehingga mereka berswadaya dan berswakarya baik dibidang agraris maupun nonagraris dalam memenuhi kebutuhan hidupnya secara baik.
3. Mengembangkan pergaulan hidup bergotong royong serta pergaulan hidup berorganisasi dalam kelompok-kelompok kemasyarakatan yang cukup besar sehingga memungkinkan diadakannya kegiatan-kegiatan Pembinaan masyarakat.
4. Meningkatkan kemampuan berfikir secara rasional dan dinamis mengembangkan daya kreativitas sehingga memperluas cakrawala kehidupannya agar tidak secara mutlak menggantungkan hidupnya dari alam lingkungan secara apa adanya.
5. Mengembangkan berbagai aspek tata pergaulan kemasyarakatan yang melampaui batas lokalitas masyarakat mereka sehingga terjadi tata pergaulan antar masyarakat secara luas dan intensif, dengan demikian dapat menghilangkan cara berfikir dan berpandangan secara bersuku-suku.
6. Mengembangkan rasa nilai estetika seni dan budaya sehingga mereka mampu mengekspresikan dan menghasilkan karya seni budaya seirama dengan perkembangan nilai seni dan budaya masyarakat Indonesia pada umumnya.
7. Mengembangkan kesadaran serta pengertian bernegara dan berpemerintahan serta memupuk partisipasi masyarakat dalam program pembangunan. Cara hidup masyarakat terasing jika tanpa diberi bantuan serta pembinaan dari pemerintah pasti akan tersu tertinggal dan akan banyak memiliki sifat-sifat menghambat program pembangunan serta tidak sesuai dengan tujuan asas pembangunan nasional.
8. Mengembangkan hidup beragama, berketuhanan yang maha esa dengan jalan mengubah dan menghilangkan kepercayaan yang bersifat animisme dan dinamisme (Suparlan, 1995:457-458).
PKSMT merupakan program pembangunan dengan tujuan dapat
mengentaskan dan memantapkan kehidupan Suku Anak Dalam agar memiliki
kehidupan yang stabil sesuai dengan norma-norma standar yang dianut oleh
masyarakat Indonesia seperti memeluk agama resmi yang diakui pemerintah dan
hidup di desa serta dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial serta hidup sejajar
dengan masyarakat lain yang lebih maju dan pada akhirnya menjadi masyarakat
mandiri. Tujuan pemerintah mengambil kebijakan tersebut dilandasi anggapan
dasar bahwa SAD telah hilang kontak dengan arus perubahan sosial. Kondisi
tersebut mendorong pemerintah untuk melakukan model pembinaan.
PKSMT merupakan kepentingan pemerintah untuk merubah kondisi sosial
Suku Anak Dalam baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara teknis
program ini dilaksanakan melalui pola pendekatan sistem pemukiman sosial (SPS)
dengan empat tipe pemukiman yaitu : (1) tipe pemukiman ditempat asal atau
insitu development (2) tipe pemukiman ditempat baru atau exsitu development (3)
tipe stimulus Pembinaan masyarakat (4) tipe kesepakatan dan rujukan (Basri,
2001).
Seperti halnya yang terjadi di Desa Sialang Kecamatan Pamenang
Kabupaten Merangin Jambi telah melaksanakan Program Pembinaan
Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT) pada masyarakat Suku Anak
Dalam (SAD) yang dilaksanakan pada tahun 2017 dengan target 13 KK. PKSMT
yang dilaksanakan oleh Dinas Sosial yang kemudian di turunkan kepada KAT
(Komunitas Adat Terpencil) Kabupaten Merangin dapat merubah kehidupan
umumnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pak As’ari sebagai kepala Desa Sialang pada tanggal 24 Januari 2018, bahwasanya PKSMT telah
melaksanakan program rumah pintar,pemberdayaan, dan pemukiman. Rumah
pintar merupakan wadah bagi masyarakat Suku Anak Dalam untuk proses
pembinaan, upacara kematian, pendidikan, musyawarah atau pertemuan dengan
Pembina SAD. Kegiatan pembelajaran di Rumah Pintar ini dilakukan selama satu
kali seminggu yang difasilitatori oleh LSM Pundi Sumatera. Sampai sekarang
kegiatan pembelajaran di Rumah Pintar diikuti oleh anak-anak Suku Anak Dalam
yang berada di Desa Sialang. Lalu Suku Anak Dalam yang berada di Desa Sialang
sekarang memiliki kepercayaan pada satu Tuhan, dengan agama Kristen. Suku
Anak Dalam menganut agama Kristen karena bukan berdasarkan orang lain,
melainkan mereka menganggap bahwa orang yang memliki agama hidupnya
tentram dan damai serta hewan (babi) yang mereka jadikan makanan dan mata
pencaharian bahwasanya haram dalam agama islam. Sedangkan program
Tabel 1.1 Nama Kepala Keluarga Mayarakat SAD di Desa Sialang
No Nama Umur Pekerjaan Anggota
Keluarga
1 Ganta 60 tahun Berburu 5 orang
2 Bernai 28 tahun Berburu 2 orang
3 Rika 29 tahun Berburu 1 orang
4 Gimin 48 tahun Berburu 3 orang
5 Megang 48 tahun Berburu 3 orang
6 Teket 29 tahun Berburu 3 orang
7 Ngadang 28 tahun Berburu 2 orang
8 Fatimah 56 tahun Meramu 3 orang
9 Murai 63 tahun Berburu 3 orang
10 Firdaus 30 tahun Berburu 2 orang
11 Timpuh 63 tahun Meramu -
12 Lehai 38 tahun Berburu 2 orang
13 Brita 21 tahun Berburu 1 orang
Sumber data : Data Sebaran SAD Kabupaten Merangin 2018
Berdasarkan tabel 1.1, 13 Kepala Keluarga masyarakat Suku Anak Dalam
yang berada di Desa Sialang merupakan fokus utama. Berdasarkan observasi awal
pada tanggal 24 Januari 2018, di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten
Merangin Jambi , Rumah Pintar didirikan didalam kawasan pemukiman Suku
Anak Dalam. Dan pemukiman masyarakat Suku Anak Dalam di Desa Sialang
dengan 13 KK mereka memiliki pola kekerabatan serumpun atau hidup bersama
Gambar 1.1
Pemukiman SAD di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin
Sumber : data primer 2018
Dari gambar 1.1 dapat kita lihat bahwa pemukiman SAD di Desa Sialang
Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin. Berdasarkan hasil wawancara
Pemukiman yang mereka tempati sekarang sudah dikategorikan semi permanen.
Dimana rumah yang mereka tempati berada disekitar permukiman warga lokal
dengan jarak ± 500 m. Dengan adanya pemukiman ini Suku Anak Dalam
memperoleh pembinaan dalam mata pencaharian yang awalnya mereka hanya
berburu dan meramu, namun Suku Anak Dalam yang berada di Desa Sialang
diberikan pelatihan untuk menternak kambing dan budi daya ikan lele.
Suku Anak Dalam di Desa Sialang umumnya merupakan SAD yang
dikategorikan setengah kelana, yang awal mulanya mereka hidup nomaden (tidak
menetap). Pada saat ini PKSMT yang telah dilaksanakan di Desa Sialang sudah
untuk melakukan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut mengenai “ Implementasi Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing pada Masyarakat Suku Anak Dalam (Kubu) di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Provinsi Jambi ?”
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana Implementasi ditahun awal Program Pembinaan
Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT) pada masyarakat Suku Anak
Dalam (Kubu)?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dirumuskan,
maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Implementasi
ditahun awal Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT)
pada masyarakat Suku Anak Dalam (Kubu).
1.4Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memajukan ilmu pengetahuan
khususnya di bidang Ilmu Sosiologi Pembangunan dan Ilmu Sosiologi
Pedesaan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi atau referensi bagi
Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT) pada masyarakat Suku
Anak Dalam (Kubu).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi STKIP PGRI Sumatera Barat
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi referensi bacaan atau acuan dalam
meningkatkan dan menambah wawasan pengetahuan yang berkaitan
dengan Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing
(PKSMT) pada masyarakat Suku Anak Dalam (Kubu).
b. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagi penambah wawasan dan
referensi khususnya yang berkaitan dengan masalah Suku Anak Dalam.
Selain itu, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi almamater sebagai
bahan referensi kajian untuk penelitian selanjutnya.
c. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai motivasi untuk selalu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendekatan Teoritis
Teori yang digunakan penulis dalam penelitian Program Pembinaan
Kesejahteraan Masyarakat Terasing pada masyarakat Suku Anak Dalam (SAD)
yaitu struktur fungsional oleh Talcott Parson. Parson melihat suatu kehidupan
sosial sebagai sistem sosial yang berfungsi memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
mengarah pada keseimbangan, suatu hubungan yang stabil antara bagian-bagian
yang terpisah dan mempertahankan dirinya secara terpisah dari sistem dimana
tindakan sosial bisa diorganisasikan (IAN CRAIB, 1994:58).
Parson mengatakan bahwa struktur sosial dan tindakan manusia
mencerminkan orientasi nilai dasar (yang mungkin beberapa tipe masyarakat) dan
keharusan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan. Keharusan ini
menimbulkan persyaratan-persyaratan fungsional yang universal. Supaya
masyarakat tetap hidup, tipe struktur tertentu harus dikembangkan untuk
memenuhi persyaratan-persyaratan. Bila orientasi nilai nilai yang pasti dan pola
struktural itu dikembangkan, akan ada berbagai persyaratan fungsional sekunder.
Pada dasarnya AGIL menunjukkan pada seperangkat empat persyaratan
fungsional yang harus dipenuhi oleh sistem. Keempatnya adalah sebagai berikut :
(1) A-Adaptation, menunjuk pada keharusan bagi sistem-sistem sosial
untuk menghadapi lingkungannya. Ada dua dimensi permasalahan yang
dapat kita bedakan. Pertama, harus ada ”suatu penyelesaian dari sistem itu terhadap tuntutan kenyataan yang keras yang tidak dapat diubah”
(infelexsible) yang datang dari lingkungan. Kedua, ada proses
”tarnformasi aktif dari situasi itu”. Ini meliputi penggunaan segi-segi situasi itu yang dapat dimanipulasi sebagai alat untuk mencapai suatu
tujuan. Lingkungan, seperti sudah kita ketahui meliputi fisik dan sosial.
Untuk suatu kelompok lingkungan sosial akan terdiri dari suatu
institusional yang lebih besar dimana kelompok itu berada.
(2) G-Goal Attainment, merupakan persyaratan fungsional yang muncul
dari pandangan Parsons bahwa tindakan itu diarahkan pada
tujuan-tujuannya. Namun, yang diutamakan disini bukanlah tujuan pribadi
individu, melainkan tujuan bersama para anggota dalam suatu sistem
sosial. Dalam salah satu dari kedua hal itu, pencapaian tujuan merupakan
tindakan yang secara intrinsik memuaskan, dengan mengikuti
tindakan-tindakan penyesuaian persiapan. Menurut skema alat-tujuan (mean and
schema), pencapaian maksud ini adalah tujuannya, sedangkan penyesuaian yang sudah terjadi sebelumnya merupakan alat untuk menrealisasi tujuan
ini. Pada tingkat individu dan sistem sosial ada berbagai tujuan yang
diinginkan. Jadi persyaratan fungsional untuk mencapai tujuan akan harus
meliputi pengambilan keputusan yang berhubungan dengan prioritas dari
sekian banyak tujuan.
(3) I-Intergration, merupakan persyaratan yang berhubungan dengan
interelisasi antara para anggota dalam sistem sosial itu. Supaya sistem
sosial itu berfungsi secara efektif sebagai satu kesatuan. Masalah integrasi
menunjuk pada kebutuhan untuk menjamin bahwa ikatan emosional yang
dikembangkan dan diperhatikan. Ikatan emosional ini tidak boleh
tergantung pada keuntungan yang diterima atau sumbangan yang diberikan
untuk tercapai pada tujuan individu atau koletif. Kalau tidak, solidaritas
sosial dan kesediaan untuk bekerja sama karena didasarkan pada
kepentingan diri pribadi semata-mata.
(4) L-Latency, sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan
memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang
menciptakan dan menopang motivasi. Dimana para anggota yang berada
dalam sistem sosial harus berjaga-jaga bilamana anggotanya tidak lagi
bertindak atau berinteraksi sebagai anggota sistem (Ritzer, 2004:121).
Parsons mendesain skema AGIL untuk digunakan disemua tingkat dalam
sistem. Skema AGIL yang menunjukkan bahwa setiap sistem sosial harus
memiliki adaptasi dalam menghadapi lingkungannya dan harus memiliki tujuan,
sehingga setiap tindakan bersama para anggota dalam sistem sosial itu diarahkan
pada tujuan-tujuannya. Selain itu Pemikiran Talcott parson tentang pendekatan
fungsional struktural memiliki tujuh anggapan :
1. Masyarkat dilihat sebagai suatu sistem yang mana bagian-bagian saling
berhubungan satu sama lain.
2. Hubungan tersebut saling mempengaruhi diantara bagian-bagian
tersebut dan bersifat ganda dan timbal balik.
3. Secara fundamental sistem sosial cenderung bergerak kearah
equilibrium bersifat dinamis, menanggapi perubahan-perubahan dari
4. Mengalami disfungsi yaitu terjadinya ketegangan tetapi berjalannya
waktu teratasi melalui penyesuaian dan institusionalisasi yaitu suatu
proses yang dilewati suatu norma kemasyarakatan yang baru, sehingga
norma tersebut diakui, dikenal, dan ditaati.
5. Perubahan-perubahan pada sistem sosial mengalami gradual yaitu
hanya terjadi perubahan pada bentuk luar sedangkan unsur-unsur sosial
budaya yang menjadi bangunan dasarnya tidak seberapa mengalami
perubahan.
6. Perubahan-perubahan sosial mengalami tiga kemungkinan yaitu
penyesuaian, pertumbuhan, dan penemuan dari luar.
7. Setiap masyarakat selalu terdapat tujuan-tujuan dan prinsip dasar, yang
sebahagian anggota masyarakat menganggap serta menerima sebagai
hal yang mutlak benar.
Teori ini mempelajari dampak atau fungsi struktur-struktur dan pranata
sosial dalam hidup bermasyarakat yang teratur dan stabil. Tiap fenomena sosial
mempunyai akibat-akibat objektif, baik positif maupun negatif, baik yang disadari
maupun tidak. Analisis akibat-akibat itu dapat membantu untuk mengerti suatu
fenomena-fenomena itu dipertahankan, diubahkan, atau dibatalkan (Handoyo,
2015:40-41).
Struktur fungsional merupakan sebuah teori sosiologi yang menjelaskan
bahwa struktur yang ada terdiri dari bagian-bagian dan memiliki fungsi
masing-masing guna untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan bersama. Teori ini
Kesejahteraan Masyarakat Terasing. Bagian-bagian dari program yang
dilaksanakan memiliki tugas dan fungsinya masing-masing yang diharapkan dapat
mencapai tujuan yang diinginkan. Maka penelitian yang dapat dilakukan
menggunakan teori struktur fungsional, dimana meneliti mengenai implementasi
PKSMT yang dapat membantu pembinaan pada masyarakat Suku Anak Dalam
(Kubu) sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
2.2 Penjelasan Terkait Penelitian 2.2.1 Masyarakat Terasing
Masyarakat terasing merupakan kelompok masyarakat yang karena
loyalitasnya terpencil dan terisolir mengalami keterbatasan komunikasi
dengan masyarakat lain serta pelayanan pemerintah sehingga
mengakibatkan keterbelakangan dalam penghidupan dan tertinggal dalam
proses perkembangan kehidupan dibidang agama, politik, ideologi,
ekonomi, sosial dan budaya (Suparlan, 1995:512). Menurut Departemen
sosial masyarakat terasing sebagai bagian dari masyarakat Indonesia,
masih mengalami berbagai permasalahan sosial meliputi berbagai segi
kehidupan dan penghidupan yang perlu memperoleh pembinaan secara
sistematik untuk meningkatkan taraf kehidupannya.
2.2.2 Suku Anak Dalam
Suku merupakan orang-orang yang dikategorikan kedalam satu
kelompok karena mereka menghayati budaya yang sama(Raho, 2016:195).
Suku anak dalam termasuk kedalam kelompok minoritas. Kelompok
minoritas merupakan orang-orang yang dikategorikan kedalam kelompok
tidak memperoleh keuntungan sosial dari wilayah keberadaanya dan
kelompok suku terbelakang (Raho, 2016:196).
Suku Anak Dalam (SAD) merupakan bagian dari kelompok
minoritas yang ada di pulau sumatera tepatnya di daerah pedalaman yang
ada diprovinsi jambi dengan jumlah populasi seluruhnya 2.951 kepala
keluarga yang tersebar diberbagai kabupaten yaitu Kabupaten Batanghari,
Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Pamenang. Suku
anak dalam hidup secara berkelompok dan tidak dibatasi oleh wilayah
tempat tinggal tertentu. Mereka bebas hidup dengan kelompok lain namun
tidak mudah untuk pindah dari kelompoknya.
SAD atau yang biasa dikenal dengan orang kubu biasa hidup
dengan berpindah-pindah dari hutan satu ke hutan yang lain dan
memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Suku anak dalam memiliki
adat-istiadat seperti orang melayu lainnya dan menjadi pegangan mereka
dalam ikatan sosial.
SAD atau yang biasa dikenal dengan orang rimba merupakan suku
yang menggantungkan kehidupanya terhadap hutan, baik itu dari berburu
maupun buah-buahan yang ada didalam hutan. Jika terjadi kerusakan pada
hutan maka hidup suku anak dalam akan terancam (Saleh, 2014).
2.2.3 Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT) Program Pembinaan kesejahteraan masyarakat terasing (PKSMT)
merupakan suatu bentuk program yang dikeluarkan oleh pemerintah yang
bentuk program yang memiliki tujuan untuk terentasnya masyarakat
terasing dari ketertinggalan dan terbelakangan di berbagai bidang dan
dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial serta hidup sejajar dengan
masyarakat lain yang lebih maju dan pada akhirnya menjadi masyarakat
mandiri.
Program Pembinaan kesejahteraan masyarakat terasing (PKSMT)
merupakan suatu upaya pembinaan yang diberikan kepada kelompok
masyarakat yang rawan sosial karena keterbelakangan dan keterangsingan,
dengan tujuan untuk menciptakan kondisi sosial yang sesuai dengan
kehidupan masyarakat modern dan berpartisipasi dalam pembangunan.
Kegiatan PKSMT ini selalu berorientasi pada masyarakat yang terisolasi
dan berada di pedalaman pedesaan yang mengalami keterbelakangan
komunikasi dengan masyarakat yang lain.
PKSMT adalah program yang diperuntukkan untuk masyarakat
suku anak dalam, karena pemerintah melihat bahwa suku anak dalam
sudah kehilangan kontak dengan perubahan umum dari segi agama,
politik, sosial, ekonomi dan budaya. Pemerintah dalam hal ini selalu
melakukan pembinaan bagi masyarakat SAD. Adapun bentuk PKSMT ini
adalah bantuan rumah atau pemukiman, mengenalkan cara-cara
berproduksi, mengenalkan budaya baru, pendidikan formal, dan
2.3 Penelitian Relevan
Penelitian terdahulu mengenai Suku Anak Dalam adalah penelitian yang
dilakukan oleh Siti Soleha (2017) dengan judul penelitian ”Kehidupan Suku Anak
Dalam Pasca Menetap Di Nagari Sungai Kunyit Kecamatan Sangir Balai Janggo
Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Barat” dengan hasil penelitian faktor suku anak dalam tinggal menetap di Nagari Sungai Kunyit : 1) rusaknya hutan, 2)
penerimaan masyarakat yang cukup baik, dan kehidupan Suku Anak Dalam pasca
menetap di Nagari Sungai Kunyit yaitu: 1) perubahan mata pencaharian, 2)
kondisi sosial, 3) kepercayaan (agama).
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ferry Yanto
(2016) dengan judul penelitian ”Sejarah Pembinaan Terhadap Suku Anak Dalam
Di Kabupaten Batang Hari Provinsi Jambi” dengan hasil penelitian bahwa dampak pembinaan dan akibat alih fungsi hutan yang dijadikan sebagai lahan
perkebunan besar kelapa sawit dan pemukiman para transmigran pada masa Orde
Baru telah merubah sebagian masyarakat SAD untuk mengalihkan mata
pencahariannya, merubah pola pikir, melepaskan tradisi dan budaya asalnya dan
membentuk sebuah identitas baru.
Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Desi Marlina
(2013) dengan judul penelitian ”Adaptasi Masyarakat Suku Anak Dalam di Desa
Muara Killis Kabupaten Tebo Jambi ” dengan hasil penelitian ditemukan bahwa penyesuaian diri yang dilakukan SAD terhadap masyarakat luar masih tradisional
karena bergantung pada alam, cara berkomunikasi dengan masyarakat luar masih
masih primitif dan masih tergantung pada aturan-aturan adat yang berlaku dan
begitu banyak permasalahan yang muncul antara lain masalah pendidikan dan
ekonomi.
Berbeda dengan penelitian diatas maka penelitian ini mengkaji tentang
”Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing Pada Masyarakat Suku Anak Dalam”. Pada penelitian ini ingin mengetahui Implementasi di Tahun Awal
Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing Pada Masyarakat Suku
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Dan Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang dipakai adalah kualitatif.
Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan berprilaku yang dapat
diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik (utuh) (Gunawan,
2013 : 82). Penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang
mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial yang dapat diamati,
pengumpulan dilakukan melalui observasi, wawancara dan metode lain yang
dapat menghasilkan data yang bersifat deskriptif tentang sesuatu, misalnya sebab
terjadinya suatu peristiwa yang dialami subyek penelitian. Pendekatan kualitatif
adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan
prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Penelitian kualitatif
didasarkan pada upaya membangun pandangan mereka yang diteliti dengan rinci
dengan bentuk kata-kata, gambaran holistik, dan rumit (Afrizal, 2008).
Sementara tipe penelitian yang digunakan adalah tipe deskriptif. Penelitian
deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu gejala, fakta, peristiwa
atau kejadian yang sedang atau telah terjadi. Sehingga tipe penelitian deskriptif
mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual
yang sedang atau sudah terjadi dan diungkapkan sebagai mana adanya atau tanpa
manipulasi (Lufi, 2005).
Penelitian deskriptif digunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai
status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala yang apa adanya pada saat
penelitian dilakukan tanpa maksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi (Hikmawati, 2017:88).
Tipe deskriptif ini digunakan karena dapat menggambarkan dan
menjelaskan hal-hal yang menyangkut Implementasi Program Pembinaan
Kesejahteraan Masyarakat Terasing (PKSMT) pada masyarakat Suku Anak
Dalam di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Jambi dan
pelaksaan PKSMT ini diperoleh melalui lisan dan dokumentasi wawancara yang
dilakukan.
3.2 Informan Penelitian
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
tentang situasi dan kondisi serta permasalahan yang sesuai dengan penelitian, dan
membantu peneliti untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti. Artinya
informan adalah orang-orang yang benar-benar mengetahui situasi dan kondisi
yang terjadi dan bersedia meluangkan waktu agar kita sebagai peneliti dapat
menemukan informasi yang valid dan faaktual (Moleong, 2008:132).
Teknik pemilihan informan dalam penelitian ini adalah purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik menentukan sampel dengan pertimbangan
tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal (Arikunto,
2010:33). Teknik purposive sampling digunakan karena dalam penelitian
ditentukan kriteria informan atau subjek yang akan diteliti, dan kriteria informan
1. Kepala Desa Sialang
2. Pendamping Suku Anak Dalam
3. KASI Komunitas Adat Terpencil Kabupaten Merangin
4. LSM Pundi Sumatera
5. Kepala Keluarga SAD yang dibina dengan PKSMT Desa Sialang
6. Tumenggung SAD Desa Sialang
Adapun yang menjadi informan penelitian ini adalah Kepala Desa,
pendamping SAD, KAT (Komunitas Adat Terpencil) Kabupaten Merangin,
LSM Pundi Sumatera, Kepala Keluarga SAD, dan Tumenggung/Kepala Adat
SAD yang ada di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin
yang terdiri 1 Kepala Desa Sialang dan Aparat Desa, 2 Pendamping SAD, 1
anggota KAT, 1 anggota LSM Pundi Sumatera, 13 KK SAD, dan 1
Tumenggung SAD. Adapun ditetapkan kriteria ini karena informan ini telah
dipilih dan dipercaya mengetahui apa yang sesungguhnya objek penelitian itu
sendiri agar informasi yang dikumpulkan benar-benar valid. Untuk lebih
Tabel 3.1 Daftar Informan No Nama Jenis kelamin L/P Umur (tahun) Pekerjaan Keterangan
1 As’ari L 50 tahun Petani Kepala Desa
2 James L 49 tahun Petani Wakil Kepala Desa
3 Suwarjono L 47 tahun Petani Pendamping SAD
4 Aprison L 28 tahun Serabutan Pendamping SAD
5 Azrul L 38 tahun PNS Kepala KAT
6 Wahyu L 32 tahun Wirasuwasta Anggota LSM Pundi Sumatera
7 Ganta L 60 tahun Berburu Kepala
Keluarga/Tumenggung 8 Bernai L 28 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD
19 Rika L 29 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD
10 Gimin L 48 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD
11 Megang L 48 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD
12 Teket L 29 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD
13 Ngadang L 28 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD 14 Fatimah P 56 tahun Meramu Kepala Keluarga SAD
15 Murai L 63 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD
16 Firdaus L 30 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD 17 Timpuh P 63 tahun Meramu Kepala Keluarga SAD
18 Lehai L 38 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD
19 Brita L 21 tahun Berburu Kepala Keluarga SAD
Data primer : penulis 2018 3.3 Jenis Data
Data penelitian adalah informasi yang akan diolah yang diperlukan untuk
menguji hipotesis atau untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data penelitian ada
yang dalam bentuk kuantitatif, misalnya hasil pengukuran dan ada pula dalam
bentuk kualitatif, misalnya deskripsi data dalam bentuk kata-kata dan gambar atau
yang tidak dalam bentuk angka (Lufri, 2007:98). Data yang digunakan adalah data
1. Data primer
Data primer adalah data yang diambil sumber data primer atau sumber pertama di lapangan (Bungin, 2001). Data primer dari penelitian ini
adalah data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi dari masyarakat
SAD yang berada di pemukiman SAD , dan Kepala Desa di Desa Sialang
Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Jambi.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder, dimana data juga dapat diperoleh dari orang yang mungkin
mengetahui (Burhan, 2001:128). Data sekunder dalam penelitian ini adalah
informasi yang diperoleh dari tokoh adat SAD, pendamping SAD, Dinas
Sosial, dokumen-dokumen foto atau arsip yang didapat dari pemerintahan di
Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin Jambi.
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Observasi
Menurut Matthews dan Ross observasi merupakan metode pengumpulan data melalui panca indera manusia. Alat indera manusia
sebagai alat utama dalam melakukan observasi dan pancaindera yang
digunakan tidak hanya indra penglihatan saja, tetapi indra penciuman,
indra pendengaran, dan indra perasa. Observasi merupakan proses
mengamati subjek penelitian beserta lingkungannya dan melakukan
pemotretan atas prilaku yang diamati tanpa mengubah kondisi alamiah
subjek dengan lingkungan sosialnya. Obervasi memiliki tujuan untuk
berlangsung, individu-individu yang terlibat dalam lingkungan tersebut
beserta aktivitas dan prilaku yang dimunculkan serta makna kejadian
berdasarkan perspektif individu yang terlibat (Herdiansyah,
2013:129-132).
Observasi yang dilakukan melalui observasi nonpartisipan, observasi nonpartisipan dimana peneliti tidak terlibat langsung dan hanya
sebagai pengamat independen (Sugiyono, 2012:146).
Dalam observasi nonpartisipan ini peneliti sebagai penonton atau
penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian serta
peneliti dapat melihat atau mendengarkan pada situasi sosial tertentu tanpa
partisipasi aktif didalamnya (Emzir, 2012:40).
Observasi ini dilakukan di Desa Sialang Kecamatan Pamenang
Kabupaten Merangin Jambi seperti di pemukiman SAD pada tanggal 26
Mei 2018, karena di pemukiman SAD ini sebagai tempat untuk pembinaan
serta sebagai pelaksanaan PKSMT. Dalam observasi ini peneliti melihat
dari proses pelaksanaan PKSMT tanpa harus ikut aktif didalam
pelaksanaan PKSMT. Di pemukiman SAD ini peneliti melihat rumah
pintar yang berada dikeliling rumah mereka. Rumah pintar yang
digunakan untuk proses pembelajaran tambahan ini seperti rumah yang
terbuat dari papan yang hanya memiliki satu ruangan dan didalam rumah
pintar ini memiliki fasilitas belajar seperti kursi, meja, papan tulis, televisi,
rak buku, dan peta dunia. Peneliti melihat kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan seperti sekolah formal melainkan satu kali dalam seminggu.
Observasi peneliti lakukan dengan cara datang kepemukiman SAD.
3.4.2 Wawancara
Selain teknik observasi, peneliti juga menggunakan teknik wawancara. Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data
dengan jalan komunikasi, yakni melalui kontak atau hubungan pribadi
antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden).
Komunikasi tersebut dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Wawancara dilakukan karena ada anggapan bahwa hanya respondenlah
yang paling tahu tentang diri mereka sendiri, sehingga informasi yang
tidak dapat diperoleh melalui proses pengamatan didapatkan melalui
wawancara (Rianto, 2004:72).
Wawancara merupakan suatu percakapan yang diarahkan pada
suatu masalah yang dilakukan oleh dua orang atau lebih berhadapan secara
fisik dan wawancara dilakukan untuk mencari informasi dan memperoleh
data sebanyak mungkin dari subjek yang akan diteliti (Gunawan,
2013:160).
Bentuk wawancara yang digunakan adalah wawancara terarah,
wawancara terarah dilaksanakan secara bebas dan juga mendalam, tetapi
kebebasan ini tetap tidak terlepas dari pokok permasalahan yang akan
ditanyakan kepada responden dan telah dipersiapkan sebelumnya oleh
Wawancara ini dilakukan tanpa terikat pada susunan daftar
wawancara, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan pedoman wawancara
yang akan ditujukan kepada informan. Dalam penelitian ini wawancara
yang peneliti lakukan pada tanggal 24 Mei 2018 – 29 Juni 2018, peneliti
melakukan wawancara terhadap SAD yaitu dengan cara mendatangi
pemukimannya disaat SAD berkumpul serta sedang tidak melakukan
kegiatan atau aktivitas yang nantinya tidak akan mengganggu. Sehingga
peneliti mencoba untuk melakukan pendekatan dengan SAD agar peneliti
mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian dan sesuai dengan
pedoman wawancara yang sudah dipersiapkan. Sedangkan dengan Kepala
desa dan pendamping Suku Anak Dalam peneliti lakukan di rumah
informan pada saat mereka dalam keadaan santai dan bersedia untuk
diwawancara. Dan wawancara dengan KAT dan LSM Pundi Sumatera
dilakukan di Kantor Dinas Sosial ketika mereka sedang santai atau pada
jam istrahat.
3.4.3 Studi Dokumen
Metode dokumen adalah salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Metode dokumen ini
digunakan untuk menelusuri data historis dan bahan dokumen ini memiliki
peranan penting (Bungin, 2007:124).
Pada penelitian ini metode dokumen dilakukan untuk
mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data
Kabupaten Merangin Jambi. Analisis dokumen dilakukan untuk
mengumpulkan data yang berwujud sumber data tertulis atau gambar.
Sumber tertulis atau gambar berbentuk dokumen resmi, buku, arsip,
majalah, dokumen pribadi dan foto yang terkait dengan permasalahan
penelitian. Dokumen ini peneliti peroleh langsung dari lapangan ketika
melakukan observasi dan wawancara berupa foto program PKSMT dan
SAD, dokumen profil Desa Sialang dan data sebaran SAD di Kabupaten
Merangin.
3.5 Unit Analisis
Unit analisis dalam penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian atau sesuatu yang berkaitan fokus dan kajian yang akan
diteliti (Arikunto, 2010:187). Unit analisis dalam penelitian ini adalah kelompok,
yaitu kelompok masyarakat Suku Anak Dalam yang dibina melalui Program
Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing di Desa Sialang Kecamatan
Pamenang Kabupaten Merangin Jambi.
3.6 Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh, dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan unitt-unit,
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh
diri sendiri maupun orang lain. Analisis data dalam kualitatif dilakukan sejak
Menurut Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, dan tahapan dalam analisis data yaitu pertama tahap
pengumpulan data, tahap reduksi data, tahap display data, dan terakhir tahap
penarikan kesimpulan atau tahap verifikasi (Sugiyono, 2012:335-337).
1. Pengumpulan Data
Proses analisis data interaktif ini kegiatan yang pertama adalah pengumpulan data. Peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang telah ditentukan sejak awal.
Proses pengumpulan data melibatkan sisi aktor (informan), aktivitas, latar,,
atau konteks kejadian. Data dapat berupa catatan lapangan sebagai hasil
amatan, deksripsi wawancara, catatan harian/pribadi, foto, pengalaman
pribadi, jurnal, cerita sejarah, riwayat hidup, surat-surat, agenda, atribut
seseorang, simbol-simbol yang melekat dan dimiliki yang diperoleh dari
penglihatan dan pendengaran. Dalam tahap pengumpulan data tidak ada
batasan waktu yang ditentukan, dimana peneliti bebas melakukan
pengumpulan untuk memperoleh informasi sebanyaknya mengenai fenomena
yang akan diteliti (Idrus, 2009:148-149).
2. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data yang
muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data berlangsung secara terus
data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi data. Dalam proses reduksi data
peneliti dapat melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode,
mana yang dibuang, mana yang merupakan ringkasan, dan cerita-cerita yang
sedang berkembang. Dengan reduksi data dapat disederhanakan dan
ditransformasikan dalam aneka cara melalui ringkasan atau uraian kemudian
digolongkan dalam satu pola yang lebih luas. Reduksi data merupakan bagian
dari analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa
hingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi
(Patilima, 2011:100-101).
3. Penyajian Data
Penyajian data atau display data dimaknai sebagai sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan (Sangadji, 2010:200). Agar
memudahkan peneliti untuk melihat keseluruhan gambaran atau
bagian-bagian tertentu dari penelitian dengan kata lain merupakan pengorganisasian
data dalam bentuk tertentu sehingga kelihatan dengan sosok yang utuh.
Setelah data dikumpulkan, kemudian dipilah-pilah langkah selanjutnya yang
dilakukan peneliti yaitu menyajikan data dalam bentuk laporan hasil
penelitian, laporan hasil penelitian yang disajikan sesuai dengan tujuan dari
4. Kesimpulan / Verifikasi
Tahap akhir dari proses pengumpulan data adalah kesimpulan atau
verifikasi, yang dimaknai sebagai penarikan arti data yang telah ditampilkan.
Dalam penarikan kesimpulan ada cara yang dilakukan dalam proses ini yaitu
dengan melakukan pencatatan pola-pola dan tema yang sama,
pengelompokkan dan pencarian kasus. Penarikan kesimpulan dapat saja
berlangsung saat proses pengumpulan data berlangsung. Penarikan
kesimpulan dilakukan dengan cermat dan bertahap, dari kesimpulan
sementara sampai kesimpulan terakhir, dari kesimpulan-kesimpulan itulah
akan ditemukan hasil dari sebuah penelitian yang valid (Idrus, 2009:151).
Gambar 1. Analisis data secara interaktif ( Miles dan Huberman, 2009:20) 3.7 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Sialang Kecamatan Pamenang Kabupaten
Merangin Jambi, dipilihnya daerah ini sebagai lokasi penelitian karena ditemukan
masyarakat Suku Anak Dalam yang sudah dilakukan pembinaan pada 13 Kepala
Keluarga dengan adanya Program Pembinaan Kesejahteraan Masyarakat Terasing Pengumpulan data Reduksi data Kesimpulan/ verifikasi Penyajian data
yang sudah dijalankan oleh pemerintah setempat sejak tahun 2017, tetapi dalam
implementasinya dari 5 program masih berjalan 4 program. Dan SAD Desa
Sialang Kecamatan Pamenang merupakan SAD yang dibina oleh program
PKSMT maka penulis tertarik untuk meneliti implementasi program Pembinaan
Kesejahteraan Masyarakat Terasing pada Suku Anak Dalam di Desa Sialang.
3.8 Jadwal Penelitian
Berdasarkan jadwal penelitian yang telah ditetapkan maka penelitian ini
dilakukan selama sebulan, penelitian dimulai pada tanggal 24 Mei 2018 sampai 29
Juni 2018. Setelah itu dilanjutkan dengan pengolahan data dan pembuatan draft
skripsi. Dalam waktu yang bersamaan juga melakukan bimbingan skripsi.
Bimbingan skripsi ini berlangsung dari bulan Mei sampai Juni. Setelah analisa
data serta mendapat persetujuan dari pembimbing, barulah dilakukan ujian skripsi
pada bulan Agustus. Untuk memperoleh gambaran lebih jelasnya dapat dilihat
jadwal penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti pada tabel dibawah ini :
Tabel 1.2 Jadwal Penelitian
No Jenis kegiatan Tahun 2018
Mei Juni Juli Agustus 1 Penelitian 2 Pengolahan Data 3 Pembuatan Draft Skripsi 4 Bimbingan Skripsi 5 Ujian Skripsi
3.9 Definisi Operasional Konsep
Dalam mencegah kesalahpahaman menggunakan istilah yang terkandung
dalam penelitian ini maka penulis mengemumakan definisi operasionalnya
sebagai berikut :
1. Masyarakat Terasing
Masyarakat terasing merupakan sekumpulan manusia yang berkumpul yang
mendiami suatu wilayah terpencil yang tinggal di pedalaman hutan dan terisolisir
dalam perkembangan teknologi, politik, sosial, ekonomi, dan budaya.
2. Suku Anak Dalam
Suku Anak Dalam merupakan salah satu suku minoritas yang ada di Provinsi
Jambi yang masih bersifat primitif serta mengalami keterbelakangan dan
keterasingan. Suku Anak Dalam masih bergantung pada hutan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya dan masih tertutup dengan masyarakat lainnya.
3. PKSMT
Program Pembinaan kesejahteraan masyarakat terasing merupakan salah satu
bentuk program yang dibentuk untuk Suku Anak Dalam. PKSMT ini bertujuan
untuk mengentaskan masyarakat SAD dari keterbelakangan dan keterasingan di
berbagai bidang dan dapat beradaptasi dengan lingkungan sosial serta hidup
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1Letak Geografis
Desa Sialang berada di Kecamatan Pamenang Kabupaten Merangin. Desa
Sialang memiliki luas areanya yaitu ± 18.000 Ha terdiri dari Dusun, Desa,
Kabupaten, dan Lingkungan yang merupakan lokasi penelitian yang peneliti
lakukan. Desa Sialang secara geografis berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa Anyer
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa Lantak Seribu
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Pamenang
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Pinang Merah
Desa Sialang termasuk suatu wilayah yang untuk menuju ke desa melewati
kebun sawit dan kebun karet, jarak dari jalan lintas Merangin-Jambi ± 6 km. Jarak
Desa Sialang ke Kecamatan Pamenang 12 km, dan jarak ke Kabupaten Merangin
35 km, sedangkan jarak ke Propinsi 250 km. Maka dari itu untuk sampai ke Desa
Sialang Kecamatan Pamenang dari pusat kota dapat menggunakan alat
transportasi darat, seperti mobil dan motor.
4.2Sejarah Desa Sialang
Desa Sialang merupakan sebuah desa transmigrasi yang lebih dikenal
sebagai Pamenang A4 yang mulai ditempati dan diresmikan menjadi Desa Sialang
pada tahun 1988. Secara umum Desa Sialang merupakan daerah perbukitan yang
ditumbuhi hutan belantara menghijau. Berdasarkan hasil wawancara yang
dilakukan ada tanggal 24 Mei 2018 dengan Pak Az’ari sebagai Kepala Desa
Sialang asal usul penduduk asli Desa Sialang adalah berasal dari penduduk Jawa
dan Sunda dan juga ditambah dengan penduduk yang berasal dari Sumatera
Utara.
Desa Sialang merupakan nama urutan dari 11 desa yang ada di Kabupaten
Merangin. Ceritanya asal usul nama Sialang bahwasanya dari yang peneliti
peroleh dari hasil wawancara dengan Pak James (49 tahun), bahwasanya dulu
Desa Sialang merupakan hutan belantara yang dihuni banyak hewan siamang, dan
penduduk setempat menamai Desa tersebut Sialang. Dari keadaan tersebut maka
mereka pun memberi nama desa yang baru mereka bentuk dengan nama desa
Sialang.
4.3Kependudukan
Salah satu bagian terpenting dari adanya pemerintahan adalah penduduk
atau warga masyarakat yang akan dikelola dengan tujuan untuk mencapai tingkat
kesejahteraan yang baik. Di Desa Sialang memiliki 874 KK, berdasarkan profil
Desa Sialang tahun 2017 penduduknya berjumlah 2934 jiwa yang terdiri atas 1511
jiwa laki-laki dan 1423 jiwa perempuan.
Sedangkan jumlah penduduk secara keseluruhan di Kecamatan Pamenang
pada tahun 2017 berjumlah 17.572 jiwa. Pada umumnya di Kecamatan Pamenang
tidaknya semuanya penduduk asli setempat, tetapi sudah bercampur dengan orang
Jawa, Sunda, Batak, Minang, dan SAD yang kebanyakan mereka merupakan
penduduk tranmigrasi. Termasuk di Desa Sialang penduduk yang bermukim tidak
semuanya penduduk asli Desa Sialang, akan tetapi sudah bercampur dan hidup
dengan penduduk transmigran.
4.4Tingkat Pendidikan Penduduk
Tabel 4.1
Tingkat Pendidikan Penduduk Desa Sialang
No Tingkat pendidikan Jumlah
1 Belum tamat sekolah 324 orang
2 Tidak pernah sekolah 161 orang
3 Belum masuk sekolah 381 orang
4 SD 1013 orang 5 SMP 561 orang 6 SMA 412 orang 7 D3 30 orang 8 Diploma S I 52 orang Jumlah 2934 orang
Sumber data: Profil Desa Sialang 2017
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan di
Desa Sialang tergolong sudah baik, hanya sebagian kecil penduduk yang tidak
pernah sekolah dan lebih banyak yang bersekolah. hal ini dibuktikan dari
banyaknya jumlah penduduk yang bersekolah dan yang tidak pernah sekolah
berjumlah 161 orang dari jumlah total penduduk 2934 orang.
4.5Mata Pencaharian
Dilihat dari kondisi wilayah Desa Sialang memiliki lahan yang luas.
Masyarakat yang bermukim di Desa Sialang mempunyai mata pencaharian yang
beraneka ragam, diantaranya bermata pencaharian Petani, pedagang juga ada yang
bekerja dibidang industri rumahan, dan juga dibidang jasa, namun pada umumnya
masyarakat Desa Sialang kebanyakan bermata pencaharian sebagai petani, dan
mereka memiliki lahan yang diperoleh dari pemerintah dari adanya program
transmigrasi. Sebagaian masyarakat lain yang tidak memiliki lahan menyewa dari
lebih jelas mata pencaharian penduduk Desa Sialang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel. 4.2 Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Sialang
No Mata Pencaharian Jumlah
1 Pertanian 638 orang
2 Wirasuawasta 112 orang
3 Perdagangan 18 orang
Buruh Perkebunan 172 orang
Industri Rumahan Tukang kayu Tukang kue Tukang jahit Tukang Tahu 1 orang 1 orang 2 orang 1 orang 4 Bidang Jasa
Pegawai Negri Sipil
Sopir Polri TNI Pegawai Honorer Bidan Guru Pegawai swasta GHL 26 orang 3 orang 9 orang 1 orang 7 orang 5 orang 12 orang 12 orang 4 orang
5 Belum Bekerja 1910 orang
Jumlah 2934 orang
Sumber data : Profil Desa Sialang tahun 2017
Hal itu didukung oleh hasil observasi yang dilakukan pada bulan Mei 2018
bahwasanya Desa Sialang daerahnya luas dan tampak hijau dikelilingi
tidak jauh dari pemukiman masyarakat. Hal ini menandakan bahwa penduduk
Sialang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.
4.6Agama
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.
Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang
bermakna, damai dan bermartabat. Pentingnya peran agama dalam kehidupan
umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi
menjadi sebuah keniscayaan. Seperti agama yang diakui dan digunakan
pemerintah RI yaitu agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan
Konghucu (Sunarto, 2004). Agama merupakan keyakinan atau kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta berguna untuk mengatur kehidupan manusia
agar tidak kacau. Dengan adanya agama kehidupan masyarakat akan lebih tentram
dengan adanya perintah dan larangan yang ada. Sehingga dapat mengarahkan dan
mengontrol manusia dalam bertingkah laku sesuai dengan ajaran agama.
Masyarakat Desa Sialang sendiri memiliki beragam pemeluk agama, ada
yang beragama Islam 80% dan Kristen 20 %. Masyarakat Desa Sialang termasuk
masyarakat yang cukup aktif melaksanakan kegiatan keagamaan diantaranya ada
shalat berjamaah di masjid dan mushola bagi yang memeluk agama islam dan
kegiatan rohani di Gereja bagi yang memeluk agama kristen. Ada juga ceramah
dan mengaji yang diadakan dimushola yang dilakukan bergantian setiap seminggu
sekali yang diikuti oleh bapak/ibuk, pemuda-pemudi dan anak-anak.
Saat memperingati hari besar Islam, masyarakat Desa Sialang