• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

10 1. Pengertian Guru

Kata guru berasal dari bahasa Sansekerta, secara harfiahnya guru didefinisikan sebagai “berat” adalah pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Dalam definisi yang lebih luas juga, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru (Abdul, 2009: 19).

Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa guru adalah seseorang anggota masyarakat yang bersedia mengabdikan dirinya terhadap dunia pendidikan, guru juga memiliki peran yang vital dalam dunia pendidikan mengingat perannya sebagai agen pembelajaran.

(E. Mulyasa, 2011: 46).

Menurut Usman (2009: 5) guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Sedangkan menurut Nasution (1989: 1) juga mengungkapkan bahwa jabatan guru ialah suatu profesi yang hanya dilakukan oleh orang yang mendapat didikan khusus untuk itu, seperti halnya dengan jabatan dokter.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru merupakan jabatan seorang pengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi yang mempunyai kemampuan dari didikan khusus untuk mengabdikan dirinya terhadap dunia pendidikan yang dapat memberikan pengajaran dan pendidikan kepada anak didik.

(2)

2. Pengertian Pembina Pramuka

Menururt Jana T (2011: 4) pembina Pramuka adalah seorang anggota Pramuka dewasa yang telah mengikuti kursus pelatih pembina Pramuka sebagaimana yang diisyaratkan dalam keputusan Kwartir Nasional gerakan pramuka Nomor 202 Tahun 2011 tentang sistem pendidikan dan latihan gerakan pramuka pada lampiran bagian II pasal 9, yaitu : kursus pelatih pembina pramuka adalah kursus untuk menyiapkan tenaga pelatih pembina pramuka, terdiri atas 2 (dua) jenjang yang tidak dapat dipisahkan, yaitu : a) Jenjang pertama kursus bagi pelatih pembina Pramuka adalah kursus

pelatih pembina pramuka tingkat dasar (KPD). KPD hanya boleh diselenggarakan oleh Kwartir Nasional dan Kwartir daerah. Lulusan KPD adalah calon pelatih pembina Pramuka yang akan bertugas di Kwartir Cabang

b) Kursus pelatih pembina Pramuka tingkat lanjutan (KPL), merupakan jenjang lanjutan dari kursus pelatih pembina pramuka tingkat dasar

Pembina Pramuka adalah anggota dewasa gerakan Pramuka yang bertugas untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi pelaksanaan

kegiatan kepramukaan ditingkat gugus depan (gudep).

http://pramukamifa.blogspot.co.id/2017/05/pengertian-pembina-pramuka-pembantu.html.

Pengertian pembina Pramuka dari beberapa teori diatas dapat disimpulkan bahwa pembina Pramuka adalah seorng anggota dewasa yang telah mengikuti kursus pelatih pembina pramuka untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan pramuka ditingkat gugus depan.

3. Peran Guru Pembina Pramuka

Soekanto (2012: 243) menyatakan bahwa peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannnya, maka ia menjalankan suatu peran.

(3)

Menurut Levinson dalam Soerjono (2006: 24) mengemukakan peran mencakup tiga hal yaitu:

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.

b. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai suatu organisasi.

c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Peran pembina Pramuka merupakan guru yang mengawasi dan membimbing peserta didik dalam kegiatan Pramuka mempunyai peranan ganda sebagai berikut

a. Penyelenggara Pendidikan

1) Mengantar peserta didik untuk mencapai tujuan 2) Menyusun program kegiatan

3) Memimpin dan membimbing 4) Penyelenggara kegiatan b. Penggerak Organisasi

1) Penggerak dan pengelola organisasi kepramukaan

2) Memimpin dan memotivasi semua orang yang ada dalam organisasi 3) Pengusaha dana untuk mendukung gerak kehidupan organisasi

(http://drd-sawerigading-simpurusiang.blogspot.co.id/p/peran-tugas dan -tanggung-jawab-pembina.html).

Berdasarkan teori diatas peran pembina Pramuka dapat dikatakan sebagai suatu usaha andil atau ikut serta yang dilakukan oleh guru dengan cara penggerak, mengelolah organisasi pramuka, memimpin dan memberikan motivasi untuk anak didik mencapai sebuah tujuan.

Peran pembina Pramuka sangatlah penting dalam kegiatan pramuka, namun pembina Pramuka harus mempunyai syarat-syarat tertentu untuk menjadi pembina Pramuka adapun syarat-syarat menjadi pembina Pramuka sebagai berikut:

(4)

a. Berjiwa Pancasila, menjunjung tinggi dan melaksanakan UUD 1945. b. Menyetujui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan

Pramuka.

c. Menepati janji dan kode kehormatan gerakan Pramuka. d. Anggota gerakan Pramuka yang berusia minimum 21 tahun

e. Berkemauan keras, sanggup dan mempunyai waktu untuk membina Siaga. f. Mempunyai riwayat hidup yang baik, dan menjalankan kewajiban agama

yang diyakininya, berbudi luhur serta pantas diteladani.

g. Mempunyai kecakapan dan ilmu membina Siaga serta mau meningkatkan Karang Pamitran yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan kader gerakan Pramuka

h. Mempunyai banyak nyanyian, permainan, cerita-cerita menarik yang mengandung pendidikan dan mau menambah perbendaharaan hal-hal tersebut melalui membaca buku-buku yang menunjang suksesnya membina Siaga.

i. Memiliki kesabaran, dan mau menerima saran perbaikan demi kesuksesan pembinaan.

https://darwoto.wordpress.com/2011/08/22/syaratpembinapembantu-pembina-siaga/

Syarat-syarat ini yang harus dimiliki pembina Pramuka untuk meningkatkan potensi siswa dan membentuk karakter pada siswa, karena pembina Pramuka yang tidak termasuk kedalam syarat-syarat pembina Pramuka tidak tahu cara membina Pramuka.

B. Hakikat Ekstrakulikuler Pramuka 1. Pengertian Ekstrakulikuler

Menurut Popi Sopianti (2010: 99) ekstrakurikuler adalah wahana pengembangan pribadi peserta didik melalui berbagai aktivitas, baik yang terkait langsung maupun tidak terkait langsung dengan materi kurikulum, sebagai bahan yang tidak terpisahkan dari tujuan kelembagaan. Pramuka merupakan materi kurikulum yang tidak dapat diberikan di dalam kelas,

(5)

namun ditempatkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kepribadian peserta didik.

Menurut Depdiknas yang dikutip Tri Ani Hastuti (2008: 63) ekstrakurikuler merupakan program sekolah, berupa kegiatan siswa yang bertujuan memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa, optimasi pelajaran yang terkait, menyalurkan bakat dan minat, kemampuan dan keterampilan serta untuk lebih memantapkan kepribadian siswa. Tujuan ini mengandung makna bahwa kegiatan ekstrakurikuler berkaitan erat dengan proses belajar mengajar.

Pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrakulikuler merupakan suatu program sekolah yang dapat mengembangkan potensi siswa. Baik dengan aktivitas yang terikat maupun tidak terikat.

2. Tujuan Ekstakulikuler

Estrakurikuler adalah merupakan kegiatan di luar jam pelajaran biasa yang bertujuan untuk memperluas pengetahuan, menyalurkan bakat dan minatsiswa.http://www.landasanteori.com/2015/11/pengertianekstrakurikulr definisi. html.

Menurut Popi Sopianti (2010: 99-100) tujuan kegiatan ekstrakurikuler adalah menumbuh kembangkan pribadi siswa yang sehat jasmani dan rohani, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosial, budaya dan alam sekitarnya melalui kegiatan positif di bawah tanggung jawab sekolah. Pembibingan yang bersifat ekstrakurikuler antara lain diarahkan pada kecakapan hidup, yang meliputi kecakapan individual, kecakapan sosial, kecakapan vokasional, kecakapan intelektual serta pembimbingan kepemudaan.

Menurut Moh. Uzer Usman & Lilis Setiawati (1993: 22) mengemukakan bahwa ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) baik dilaksanakan di sekolah maupun di luar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas

(6)

wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya dari berbagai bidang studi.

Menurut Wiyani (2013: 111) menjelaskan tujuan kegiatan ekstrakurikuler yaitu sebagai berikut:

a. Meningkatkan kompetensi siswa dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

b. Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.

c.Memacu kemampuan mandiri, percaya diri, dan kreativitas siswa. d.Memperdalam dan memperluas pengetahuan siswa.

e. Meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

f. Meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. g.Membina budi pekerti yang luhur.

Berdasarkan teori di atas tujuan ekstrakulikuler adalah merupakan kegiatan di luar jam pelajaran biasa yang dilakukan di sekolah maupun di luar sekolah dengan tujuan mengembangkan pengetahuan, kacakapan dan menumbuh kembangkan pribadi siswa yang baik.

3. Fungsi Ekstrakurikuler

Setiap kegiatan yang diadakan pasti memiliki fungsi. Fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler menurut Zainal Aqib & Sujak (2011: 69), yaitu: a. Pengembangan,

Pengembangan yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan potensi, bakat dan minat mereka.

b. Sosial

Sosial yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial peserta didik

(7)

c. Rekreatif

Rekreatif yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan suasana rileks, mengembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang menunjang proses perkembangan.

d. Persiapan karir

Persiapan karir yaitu fungsi kegiatan ekstrakurikuler untuk mengembangkan kesiapan karir peserta didik.

Fungsi ekstrakurikuler ini untuk mengembangkan kemampuan dan kreatif anak didik dengan kegiatan yang menyenangkan, dan dapat bersosialisasi dengan teman maupun lingkungan disekitarnya.

4. Pengertian Pramuka

Menurut Sulaeiman ( 2014: 20-21) Pramuka adalah singkatan dari Pra-ja Mu-da Ka-rana. PraPra-ja, artinya rakyat atau warga negara. Muda artinya usia 7-21 tahun. Karana, berasal dari bahasa sansekerta dan berarti perbuatan, penghasilan, perbuatan, pertunjukan, aksi, tindakan, upacara. Sedangkan Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, prktis yang dilakukan di alam terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, yang sasaran akirnya pembentukan watak, akhlak dan budi pekerti luhur. Gerakan pramuka adalah suatu gerakan yang diorganisasikan, artinya gerakan yang terpimpin, teratur, dan mempunyai tatatertib.

Pramuka adalah proses pendidikan di luar sekolah dan di luar keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur, terarah, praktis yang dilakukan di tempat terbuka dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan, tujuan akhirnya pembentukan karakter, moral, dan pikiran akhlakmulia. http://www.dosenpendidikan.com/ pengertian-dan-sejarah-gerakan-pramuka-menurut-para-ahli.

Ekstrakurikuler kepramukaan diselenggarakan oleh gerakan Pramuka bermaksud untuk mempersiapkan generasi muda sebagai calon pemimpin

(8)

bangsa yang memiliki watak, kepribadian, dan akhlak mulia serta keterampilan hidup prima. Kegiatan pendidikan kepramukaan dilaksanakan melalui Gugus depan gerakan Pramuka yang berpangkalan di sekolah dengan upaya pembinaan melalui proses kegiatan belajar dan mengajar di sekolah. Melalui pendidikan kepramukaan dapat dilakukan pembinaan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila, pendidikan pendahuluan bela negara, kepribadian dan budi pekerti luhur, berorganisasi, pendidikan kewiraswastaan, kesegaran jasmani, daya kreasi, persepsi, apresiasi dan kreasi seni, tenggang rasa serta kerjasama (Gunawan, 2014: 265).

Pengertian Pramuka berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan Pramuka merupakan kegiatan yang dilakukan di luar sekolah dan keluarga yang dilakukan dalam bentuk yang menarik dan diorganisasikan dengan prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan.

Kegiatan Pramuka memiliki bentuk lambang sebagai tanda pengenal untuk membedakan dengan kegiatan-kegiatan yang lain. Bentuk lambang Pramuka adalah bayangan (silhouette) tunas kelapa, terdapat arti kiasan pada lambang Pramuka (Satya Nugraha, 2013: 18-20) sebagai berikut: a. Buah nyiur dalam keadaan tumbuh dinamakan cikal (tunas), yang

istilahnya cikal bakal di Indonesia berarti penduduk asli yang pertama yang menurunkan generasi baru. jadi lambang buah yiur tumbuh itu mengkiaskan bahwa seorang pramuka merupakan inti bagi kelangsungan hidup bagi bagsa indonesia.

b. Buah nyiur dapat bertahan lama dalam keadaan yang bagaimanapun juga ini mengkiaskan bahwa seorang Pramuka adalah orang yang sehat jasmani dan rohaninya, kuat dan uletbesar tekadnya dalam menghadapi segala tantangan hidup dalam menempuh segala ujian dan kesukaran untuk mengabdi pada tanah air dan bangsa Indonesia

c. Buah nyiur dapat tumbuh di mana saja, yang membuktikan besarnya daya upaya dalam menyesuaikan dirinya dengan keadaan sekelilingnya. Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa seorang pramuka dapat

(9)

menyesuaikan diri dalam masyarakat di mana ia berada dalam keadaan bagaimanapun juga

d. Buah nyiur tumbuh menjulang tinggi ketas dan merupakan salah satu pohon yang tertinggi di Indonesia. Jadi lambang itu mengkiaskan bahwa seorang pramuka mempunyai cita-cita yang tinggi dan lurus, mulia, jujur, dan tegak tidak mudah diombang-ambing oleh sesuatu

e. Akar nyiur tumbuh kuat erat di dalam tanah. Lambang ini mengkiaskan tekad dan keyakina seorang pramuka yang berpegang pada dasar-dasar atau landasan yang baik, benar, kauat, dan nyata, yaitu, tekad dan keyakinan yang dipakai olehnya untuk memperkuat diri guna untuk mencapai cita-citanya.

f. Nyiaur adalah pohan yang serba guna dari ujung atas hingga akarnya. Lambang ini mengkiasakan bahwa seorang pramuka adalah manusia yang berguna, dan membaktikan kegunaannya pada tanah air, bangsa dan NKRI serta kepada umat manusia.

Lambang Pramuka menunjukan bahwa kegiatan Pramuka beda dengan kegiatan yang lainnya, Pramuka harus mempunyai cita-cita yang tinggi, tidak gampang menyerah, dapat mengadapi segala hal dimanapun berada dan Pramuka merupakan manusia yang berguna bagi bangsa dan NKRI serta kepada umat manusia.

5. Sejarah Pramuka

Sulaeiman (2014: 12) menjelaskan sejarah gerakan pramuka bahwa gerakan ini dimulai pada tahun 1907 ketika Robert Baden-Powell, seorang letnan jendral angkatan bersenjata Britania raya, dan William Alexander Smith, pendiri Boy’s Brigade, mengadakan perkemahan kepanduan pertama (dikenal sebagai jamboree) di kepulauan Brownsea, Inggris. Ide untuk mengadakan gerakan tersebut muncul ketika Baden-Powell dan pasukannya berjuang mempertahankan kota Mafeking, Afrika Selatan, dari serangan tentara Boer. Ketika itu, pasukannya kalah besar dibandingkan tentara Boer. Untuk mengakalinya, sekelompok pemuda dibentuk dan dilatih untuk

(10)

menjadi tentara sukarela. Tugas utama mereka adalah membantu militer mempertahankan kota. Mereka mendapatkan tugas-tugas yang ringan tapi penting, misalnya mengantarkan pesan yang diberikan Baden-Powell ke seluruh anggota militer di kota tersebut. Pekerjaan itu dapat mereka selesaikan dengan baik sehingga pasukan Baden-Powell dapat mempertahankan kota Mafeking selama beberapa bulan. Sebagai penghargaan atas keberhasilan yang mereka dapatkan, setiap anggota tentara sukarela tersebut diberi sebuah lencana. Gambar dari lencana ini kemudian digunakan sebagai logo dari gerakan pramuka internasional.

Keberhasilan Baden-Powell mempertahankan kota Mafeking membuatnya dianggap menjadi pahlawan. Dia kemudian menulis sebuah buku yang berjudul Aids to Scouting (ditulis tahun 1899), dan menjadi buku terlaris saat itu. Pada tahun 1906, Ernest Thompson Seton mengirimkan Baden-Powell sebuah buku karyanya yang berjudul the birchbark roll of the woodcraft indians. Seton, seorang keturunan Inggris-Kanada yang tinggal di Amerika Serikat, sering mengadakan pertemuan dengan Baden-Powell dan menyusun rencana tentang suatu gerakan pemuda. Pertemuannya dengan Seton tersebut mendorongnya untuk menulis kembali bukunya, aids to scouting dengan versi baru yang diberi judul boy’s patrols. Buku tersebut dimaksudkan sebagai buku petunjuk kepanduan bagi para pemuda ketika itu. Kemudian untuk menguji ide-idenya, dia mengadakan sebuah perkemahan untuk 21 pemuda dari berbagai lapisan masyarakat selama seminggu penuh, dimulai pada tanggal 1 Agustus, di kepulauan Brownsea Inggris. (Ibid, 22)

Metode organisasinya (sekarang dikenal dengan sistem patroli atau patrol system dalam bahasa Inggris) menjadi kunci dari pelatihan kepanduan yang dilakukannya. Sistem ini mengharuskan para pemuda untuk membentuk beberapa kelompok kecil, kemudian menunjuk salah satu di antara mereka untuk menjadi ketua kelompok tersebut. Setelah bukunya diterbitkan dan perkemahan yang dilakukannya berjalan dengan sukses. Baden-Powell pergi untuk sebuah tur yang direncanakan oleh Arthur

(11)

Pearson untuk mempromosikan pemikirannya ke seluruh Inggris. Dari pemikirannya tersebut, dibuatlah sebuah buku berjudul scouting for boys, yang saat ini dikenal sebagai buku panduan kepramukaan (boy scout handbook) edisi pertama. Saat itu Baden-Powell mengharapkan bukunya dapat memberikan ide baru untuk beberapa oraganisasi pemuda yang telah ada. Tetapi yang terjadi, beberapa pemuda malah membentuk sebuah organisasi baru dan meminta Baden-Powell menjadi pembimbing mereka. Ia pun setuju dan mulai mendorong mereka untuk belajar dan berlatih serta mengembangkan organisasi yang mereka dirikan tersebut. Seiring dengan bertambahnya jumlah anggota, Baden-Powell semakin kesulitan membimbing mereka, ia membutuhkan asisten untuk membantunya. Oleh karena itu, ia merencanakan untuk membentuk sebuah pusat pelatihan kepemimpinan bagi orang dewasa (adult leadership training center). Pada tahun 1919 sebuah taman di dekat London dibeli sebagai lokasi pelatihan tersebut. Ia pun menulis buku baru yang berjudul aids to scoutmastership dan beberapa buku lainnya yang kemudian ia kumpulkan dan disatukan dalam buku berjudul rovering to success for rover scouts pada tahun 1922. Sekalipun gerakan kepanduan didirikan Baden-Powell, tetapi ia banyak terinspirasi Frederick Russell Burnham orang Amerika yang membantu Inggris di Afsel. Burnham banyak belajar teknik hidup di alam bebas dari ayahnya yang menjadi pastor di tempat penampungan (reservasi) orang Indian. Burnham yang sukses menghadapi beberapa perang pemberontakan Indian, lalu pergi ke Afsel & berkenalan dengan Baden-Powell di Perang Boer. Dari Burnham lah Baden-Powell menyusun berbagai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan seorang Boy Scout (Pandu) yang terinspirasi orang Indian, selanjutnya di gerakan kepanduan, Burnham diangkat sebagai “kepala suku” pertama dari gerakan yang didirikan Baden-Powell yaitu scout is game.(Ibid, 23).

(12)

6. Fungsi Pramuka dan Tujuan Pramuka

Kegiatan Pramuka memiliki fungsi dan tujuan dalam kegiatan Pramuka (Pah Tim, 2015: 13) diantaranya sebagai berikut:

a. Fungsi Pramuka

1) Kegiatan yang Menarik Bagi Anak dan Pemuda

Kegiatan yang menarik (game) disini dimaksudkan kegiatan yang menyenangkan dan mengandung pendidikan.

2) Pengabdian Bagi Orang Dewasa

Bagi orang dewasa pramuka bukan lagi permainan, tetapi suatu tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian.

3) Alat Bagi Masyarakat dan Organisasi

Kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat dan juga alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan organisasinya.

b. Tujuan Pramuka

Gerakan Pramuka mendidik anak-anak dan pemuda indonesia dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan yang melaksanakannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan bangsa dan masyarakat indonesia dengan tujuan agar setiap pramuka :

1) Memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak, berjiwa patri-otrik, taat hukum, disiplin, menjujung nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani, dan rohani.

2) Menjadi warga negara yang berjiwa pancasila, setia dan patuh pada Negara kesatuan republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkuangan.

(13)

Menurut Rahmatika (2015: 21) tujuan pramuka yaitu:

a. Memiliki kepribadian yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, berkecakapan hidup, sehat jasmani, dan rohani.

b. Menjadi warga negara yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungannya.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan fungsi dari Pramuka sebagai alat dan pengabdian untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan organisasi. Sedangkan tujuan pramuka untuk mendidik anak-anak dan pemuda indonesia dengan prinsip dasar dan metode kepramukaan untuk menjadi kepribadian yang baik serta memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungannya.

7. Prinsip Dasar Kepramukaan Dan Metode Kepramukaan

Menurut Andi Bob Sunardi (2013: 87-88) terdapat prinsip kepramuka dan metode kepramukaan diantaranya sebagai berikut:

a. Prinsip dasar kepramukaan adalah sebagai berikut 1) Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2) Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya.

3) Peduli terhadap dirinya pribadi.

4) Taat terhadap kode kehormatan pramuka b. Metode kepramukaan adalah sebagai berikut:

1) Pengamalan kode penghormatan pramuka 2) Belajar sambil melakukan

(14)

4) Kegiatan yang menantang dan meningkat serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota muda dan anggota dewasamuda

5) Kegiatan di alam terbuka 6) Sistem tanda kecakapan

7) Sistem kesatuan terpisah untuk putra dan putri 8) Kiasa dasar

Prinsip dasar pramuka dan metode pramuka merupakan kegiatan yang harus memiliki Iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesama hidup dan alam seisinya. Dalam melakukan kegiatan Pramuka harus sesuai dengan aturan-aturan yang sudah ditetapkan.

8. Kegiatan Kepramukaan

Kegiatan pramuka memiliki beberapa kegiatan untuk memberi pengetahuan dan mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. (Pah Tim, 2015: 68-70). diantaranya sebagai berikut :

a. Berkemah

Berkemah adalah sebuah kegiatan rekreasi di luar ruangan. Kegiatan ini umumnya dilakukan untuk beristirahat dari ramainya perkotaan, atau dari keramaian secara umum untuk menikmati keindahan alam. Berkemah dalam kepramukaan adalah salah satu macam kegiatan dalam kepramukaan yang dilaksanakan secara out bond. Kegiatan ini merupakan salah satu media pertemuan untuk pramuka.

1) Tujuan Perkemahan

(a) Memberikan pengalaman adanya saling ketergantungan antara unsur-unsur alam dan kebutuhan untuk melestarikannya, menjaga lingkungan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab akan masa depan yang menghormati keseimbangan alam

(b) Mengembangkan kemampuan diri mengatasi tantangan yang dihadapi, menyadari tidak ada sesuatu yang berlebih di dalam

(15)

dirinya, menemukan kembali cara hidup yang menyenangan dalam kesederhanaan.

(c) Membina kerjasama dan persatuan dan persaudaraan. b. Baris Berbaris

Baris berbaris adalah wujud latihan fisik, yang diperlukan guna menanamkan kebiasaan dalam tata cara kehidupan yang diarahkan kepada terbentuknya suatu perwatakan tertentu.

Maksud dan tujuan baris berbaris adalah menumbuhkan sikap jasmani yang tegap tangkas, rasa persatuan, rasa disiplin dan tanggung jawab. 1) Menumbuhkan jasmani yang tegap tangkas, mengarahkan

pertumbuhan tubuh yang diperlukan oleh tugas pokok, sehingga sacara jasmani dapat menjalankan tugas pokok tersebut dengan sempurna.

2) Rasa persatuan adalah adnaya rasa senasib sepenanggungan serta ikatan yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.

3) Rasa disiplin, mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan pribadi yang pada hakikatnya tidak lain dari pada keiklasan penyisihan pilihan hati sendiri.

4) Rasa bertanggung jawab, keberaniaan untuk bertindak yang mengandung resiko terhadap dirinya, tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak mudah melakukan tindakan-tindakan yang akan merugikan.

c. Sistem Syarat Kecakapan Umum

Syarat kecakapan umum (SKU) penting bagi setiap anggota pramuka untuk meningkakan kemampuan dan keterampilan anggota pramuka. Tingkatan-tingkatan di dalam masing-masing anggota didasarkan pada kemampuan setiap anggota dalam menempuh syarat-syarat kecakapan umum, hal tersebut disesuaikan dengan salah satu prinsip di dalam gerakan pramuka yaitu prinsip sistem syarat tanda kecakapan umum. Sistem tanda kecakapan umum dapat membuat anggota pramuka lebih bersemangat dalam berlatih dan dapat dijadikan bahan evaluasi oleh

(16)

Pembina tentang sejauh mana penguasaan materi oleh anggota terhadap materi-materi yang diberikan oleh pembina. Andi Bob Sunardi (2013: 4) ada beberapa cara yang dapat dilakukan di dalam menempuh syarat-syarat kecakapan umum, antara lain:

1) ujian langsung, baik secara tertulis maupun lisan

2) Secara tidak langsung, Pembina dapat mengamati apakah anggota pramuka tersebut sudah dianggap mampu atau tidak pada syarat-syarat tertentu.

3) Bentuk ujian/tes dapat pula dilaksanakan berupa praktik (peragaan). Kegiatan Pramuka yang dijelaskan di atas merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memberikan pengalaman, persatuan kedisplinan, kerjasama, dan menumbuhkan jasmani yang sehat. Pembiana juga dapat memantau sejauh mana terjadi perubahan karakter dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan di dalam kegiatan Pramuka.

Ada empat sifat gerakan pramuka, yaitu:

1) Gerakan Pramuka adalah gerakan pendidikan kepanduan nasional Indonesia

2) Gerakan Pramuka membantu pemerintah dan masyarakat dalam melaksanakan pembangunan dibidang pendidikan, khususnya pendidikan luar sekolah

3) Gerakan Pramuka bukan organisasi kekuatan sosial politik, bukan bagian salah satu organisasi sosial politik serta tidak menjalankan kegiatan politik yang onarkis

4) Gerakan Pramuka menjamin kemerdekaan tiap-tiap anggota, pemeluk agamadan kepercayaanyan

Sifat-sifat dalam Pramuka yang dijelaskan di atas merupakan kebebasan dalam kegiatan Pramuka yang ikut dalam didalamnya dan manfaat dari Pramuka itu sendiri baik untuk pemerintah maupun untuk masyarakat.

(17)

C. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan

Pengertian pendidikan dalam arti sempit Pendidikan dalam arti mikro (sempit) merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik baik di keluarga, sekolah maupun di masyarakat.Namun pendidikan dalam arti sempit sering diartikan sekolah (pengajaran yang di selenggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal, segala pengaruh yang di upayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka). Dalam arti sempit, pendidikan memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Tujuan pendidikan dalam arti sempit ditentukan oleh pihak luar individu peserta didik. Sebagaimana kita maklumi, tujuan pendidikan suatu sekolah atau tujuan pendidikan suatu kegiatan belajar-mengajar di sekolah tidak dirumuskan dan ditetapkan oleh para siswanya.

b) Lamanya waktu pendidikan bagi setiap individu dalam masyarakat cukup bervariasi, mungkin kurang atau sama dengan enam tahun, sembilan tahun bahkan lebih dari itu. Namun demikian terdapat titik terminal pendidikan yang ditetapkan dalam satuan waktu.

Pendidikan dilaksanakan di sekolah atau di dalam lingkungan khusus yang diciptakan secara sengaja untuk pendidikan dalam konteks program pendidikan sekolah. Dalam pengertian sempit, pendidikan hanyalah bagi mereka yang menjadi peserta didik (siswa/mahasiswa) dari suatu lembaga pendidikan formal (sekolah/perguruan tinggi). Pendidikan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar yang terprogram dan bersifat formal atau disengaja untuk pendidikan dan terkontrol. Dalam pengertian sempit, pendidik bagi para siswa terbatas pada pendidik profesional atau guru. http://sastrawanpemula.blogspot.co.id/2013/05/makalah-pengertianpendidikan. html?m=1

(18)

2. Pengertian Karakter

Menurut Heri Gunawan (2012: 20-21) pengertian karakter, kita dapat melihat dari dua sisi, yakni sisi kebahasaan dan istilah. Menurut bahasa (secara etimologis), istilah karakter berasal dari bahasa latin kharakter, kharessian, dan xharaz, dalam bahasa yunani characterdari bahasa charassein, yang berarti membuat tajam dan membuat dalam. Dalam bahasa inggris diterjemahkan menjadi character dan dalam bahasa indonesia lazim disebut dengan karakter.

Sementara itu, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pusat bahasa Dapertemen Pendidikan Nasional kata karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang memebedakan seseorang dengan yang lain, atau bermakna bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, watak, maka istilah berkarakter, artinya memilki karakter, memiliki kepribadian, berprilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak.

Dalam bahasa Arab, karakter diartikan khuluq, sajiyyah, thab’u’ (budi pekerti, tabiat atau watak. Kadang juga diartikan syakhiyyah yang artinya lebih dekat dengan personality (kepribadian).Secara terminologi (istilah), karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Karkater juga diartikan sebagai akhlak dan budi pekerti bangsa. Bangsa yang berkarakter adalah bangsa yang berakhlak dan budi pekerti. Sebaliknya, bangsa yang tidak berkarakter adalah bangsa yang tidak berakhalak atau memiliki standar norma dan prilaku yang baik.

(19)

Sementara menurut istilah (terminologis) terdapat beberapa pengertian tentang karakter, didalam buku Barnawi dan M. Arifin (2012: 20-21) sebagaimana telah dikemukakan oleh para ahli, diantarannya sebagai berikut:

1) Hornby and parnwell (1972) mendefinisikan karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi.

2) Hermawan kartajaya mendefinisikan karakter adalah ciri khas yang dimilki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah asli, dan mengakar pada kebribadian benda atau individu tersebut dan merupakan mesin pendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berujar, serta merespons sesuatu.

3) Samsuri menyatakan bahwa terminologi “karkater” sedikitnya memuat dua hal: values (nilai-nilai) dan kepribadian. Suatu karakter merupakan cerminan dari nilai apa yang melekat dalam sebuah ensitas. Sebagai aspek kepribadian, karakter merupakan cerminan dari kepribadian secar utuh dari sesorang: mentalitas, sikap, dan prilaku.

4) Suyanto menyatakan bahwa karakter adalah cara berpikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakt, bangsa, maupun negara, individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggung jawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. 5) Syaiful anam menukil beberapa pendapat pakar tentang makna karakter :

a) Simon Philips, karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan prilaku yang ditampilkan.

b) Doni Koesoema A. Memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri, karakteristik, gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.

c) Winnie memahami bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian tentang karkater. Pertama, ia menunjukkan bagaimana seseorang

(20)

bertingkah laku. Apabila seseorang berprilaku tidak jujur, kejam atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan prilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berprilaku jujur, dan suka menolong tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan “personality”. Seseorang baru bisa disebut “orang yang berkarakter” (a person of character) apabila tingkah lakunnya sesuai kaidah moral.

d) Sedangkan Imam Ghazali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak perlu dipikirkan lagi.

6) Dirjen dikti mendefinisikan karakter sebagai nilai-nilai yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang terpateri dalam diri dan terjawantahkan dalam prilaku. Karakter secara koheren memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olahraga, serat olah rasa dan karsa sesorang atau sekelompok orang. Karakter merupakan ciri khas seseorang atau sekelompok orang yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan ketegaran dalm menghadapi kesulitan dan tantangan.

Berdasarkan pada beberapa pengertian tersebut diatas, dapat dimaknai bahwa karakter adalah keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan antara dirinya dengan orang lain. Karakter, secara lebih jelas, mengacu kepada serangkaian sikap, perilaku, motivasi, keterampilan. Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual, seperti berpikir kritis dan alasan moral, prilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan sesorang berinterkasi secara efektif dalam berbagai keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya. Dari kata karakter kemudian berkembang kata karateristik.

(21)

Karateristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, sosial,emosional, dan etika). Individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan hal terbaik. Karakter sendiri sesungguhnya ibarat pisau bermata dua. Pisau itu dapat anda manfaatkan untuk mengiris sayur, mengupas kulit buah atau berbagai manfaat positif lainnya. Namun, jika anda tidak hati-hati, mata pisau itu pada satu sisi bisa memberi manfaat, sementara di sisi lain, bisa memberi niali negatif. Demikian juga dengan karakter. Seorang anak yang memiliki karkater pemberani akan memiliki keyakinan diri yang tinggi. Ia tidak takut menghadapi apapun. Namun, keberanian ini jika tidak dikelola secara baik, juga akan menghadirkan efek negatif, seperti ceroboh. Sifat sabar pada seorang anak misalnya, akan membuatnya hati-hati, cermat, dan tabah dalam menghadapi setiap persoalan. Tetapi, jika sabar tidak dikelola secara tepat, akan bermetamorfosis menjadi peragu, takut, dan pasif.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti. Karakter juga dapat diartikan sebagai tabiat, yaitu perangai atau perbuatan yang selalu dilakukan atau kebiasaan. Secara etimologis, karakter berasal dari bahasa Latin karakter, yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlaq. Dalam kamus psikologi, arti karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang. Ada istilah yang pengertiannya hampir sama dengan karakter, yaitu personality karakter yang artinya bakat, kemampuan, sifat, dan sebagainya, yang secara konsiten diperagakan oleh seseorang, termasuk pola-pola perilaku, sifat-sifat fisik, dan ciri-ciri kepribadian. Sedangkan secara terminologis (istilah), karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor kehidupannyasendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak, budi pekerti yang menjadi ciri khas seorang atau sekelompok orang. (Agus Zaenul Fitri, 2012: 20).

(22)

Menurut Doni Koesoema A (2010: 29) memahami karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.

Pengertian karakter bisa dilihat dari dua dimensi. Pertama, ia menunjukan bagaimana ia bertingkah laku. Apabila seseorang berprilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berprilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. Kedua, istilah karakter kait dengan `personality`.Seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral. Karakter berkaitannya dengan kekuatan moral, berkonotasi `positif`, bukan netral. Jadi orang yang berkarakter adalalah orang yang mempunyai kualitas moral (tertentu) positif (Aqib, 2013: 118).

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan karakter merupak ciri atau karakteristik tingkahlaku orang yang mempunyai kualitas moral positif yang dimiliki dari bentukan-bentukan lingkungan.

3. Pengertian Pendidikan Karakter

Suyanto (2010: 34-37) merumuskan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Pendidikan karakter merupkan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajarn agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiiki kepribadian, akhlak mulia, dan budi pekerti sehingga karakter ini terbentuk dan menjadi ciri khas peserta didik tersebut.

Menurut D. Yahya Khan yang dikutip Jamal Ma‟mur Asmani (2011: 30-31) pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berfikir dan berperilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerjasama sebagai keluarga, masyarakat, dan bangsa. Serta membantu orang lain untuk

(23)

membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, pendidikan karakter mengajarkan anak didik berpikir cerdas, mengaktivasi otak tengah secara alami.

Pendidikan karakter menurut Amri, dkk. (2011: 5), berpijak pada karakter dasar manusia yang mencakup nilai moral universal dan bersumber pada nilai-nilai agama. Nilai-nilai karakter dasar manusia meliputi nilai cinta kepada Tuhan, tanggung jawab, jujur, hormat, santun, kasih sayang, peduli, kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, keadilan, kepemimpinan, rendah hati, toleransi, dan cinta persatuan. Nilai-nilai dasar karakter manusia tersebut dapat dikembangkan menjadi lebih banyak atau lebih tinggi sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan lingkugan sekolah.

Hajar Pamadi (2011: 92) menyebutkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan nilai; artinya nilai yang ada dalam seseorang dan nilai yang ditampilkan dalam tingkah laku. Menurut Yulia Ayriza (2011: 16) pendidikan karakter merupakan pendidikan budi pekerti yang menanamkan nilai moral manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata.

Menurut E. Mulyasa (2011: 1) pendidikan karakter merupakan upaya untuk membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, sifat dan kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik. Zubaedi (2011: 17) menyatakan bahwa pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dengan interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan lingkungannya.

Agus Zaenul Fitri (2012: 21) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah usaha aktif untuk membentuk kebiasaan (habits) sehingga sifat anak akan terukir sejak dini, agar dapat mengambil keputusan dengan baik dan bijak serta mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan secara lengkap Ratna Megawangi (2012: 5) menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya

(24)

dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah suatu tindakan seseorang untuk merubah maupun mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik menuju yang lebih baik, dan merupakan sikap maupun tingkah laku yang mencerminkan akan perbuatan seseorang baik buruknya suatu perbuatan tersebut dimasyarakat yang akan diminta mempertanggungjawabannya.

4. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaharuan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu. Tujuan jangka panjangnya tidak lain adalah mendasarkan diri pada tanggapan aktif kontekstual individu atas impuls natural sosial yang diterimanya, yang pada giliranya semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses pembentukan diri secara terus-menerus (on going formation). Tujuan jangka panjang ini merupakan pendekatan dialektis yang semakin mendekatkan dengan kenyataan yang ideal, melalui proses refleksi dan interaksi secara terus-menerus antara idealisme, pilihan sarana, dan hasil langsung yang dapat dievaluasi secara objektif. (Kesuma, 2011: 135).

Pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa memiliki beberapa tujuan menurut pusat kurikulum tujuan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut:

a. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan

sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai penerus bangsa

(25)

d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

(Puskur, 2010: 7).

Terdapat beberapa definisi pendidikan karakter sebagai mana yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli yang telah dirangkum Muchlas Samani dan Harianto (2012: 44-45) sebagai berikut :

a. Thomas Lickona

mendifinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sunggguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli, dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis. Secara sederhana, Lickona mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang dirancang secara sengaja untuk memperbaiki karakter para siswa.

b. Alfie Kohn

Dalam Noll menyatakan bahwa hakikatnya pendidikan karakter dapat didefinisikan secara luas atau secara sempit. Dalam makna yang luas pendidikan karakter mencakup hampir seluruh usaha sekolah diluar bidang akademis terutama yang bertujuan untuk membantu siswa tumbuh menjadi seseorang yang memiliki karakter yang baik. Dalam makna yanga sempit pendidikan karakter dimakanai sebagai jenis pelatihan moral yang merefleksikan nilai tertentu.

c. Scerenko

pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diperdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta prakik emulasi (usaha yang maksimal untk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari).

(26)

d. Anne Lockwood

mendifinisikan pendidikan karakter sebagai aktifitas berbasis sekolah yang mengungkap secara sistematis bentuk perilaku dari siswa seperti ternyata dalam perkataannya: pendidikan karakter didefinisikan sebagai setiap rencana sekolah, yang dirancang bersama lembaga masyarakat yang lain, untuk membentuk secara langsung dan sistematis perilaku orang muda dengan memengaruhi secara eksplisit nilai-nilai kepercayaaan non-relativistik (diterima luas), yang dilakukan secara langsung menerapkan nilai-nilai tersebut.35

menurut Darmiyati Zuhdi, dkk (2010: 39) menyatakan bahwa : Pendidikan watak (karakter) bertujuan mengajarkan nilai-nilai tradisonal tertentu, nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab, yang juga menggambarkan nilai-nilai perilaku moral. Dalam konteks yang lebih luas, tujuan pendidikan karakter dapat dipilah menjadi tujuan jangka pendek dan jangka panjang.nTujuan jangka pendek dari pendidikan karakter adalah penanaman nilai dalam diri siswa dan pembaharuan tata kehidupan bersama yang lebih menghargai kebebasan individu. Tujuan jangka panjangnya adalah mendasarkan diri pada tanggapan aktif kontekstual individu, yang pada gilirannya semakin mempertajam visi hidup yang akan diraih lewat proses pembentukan diri secara terus-menerus (on going formation). (Doni Koesoema, 2010: 135).

Sedangkan menurut Tadkiroatun Musfiroh (2008: 29-30)“Dalam arti luas tujuan pendidikan karakter adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik. Begitu tumbuh dalam karakter yang baik, anak-anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar, dan cenderung memiliki tujuan hidup.

Lebih lanjut menurut E. Mulyasa (2011: 9) menyatakan bahwa : Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu dan proses hasil pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter dan akhlak mulia

(27)

peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada36satuan pendidikan.

Dharma Kesuma, dkk. (2011: 9-10) membagi tujuan pendidikan karakter sebagai berikut:

a. Tujuan pertama pendidikan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pegembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah)

b. Tujuan kedua pendidikan karakter adalah mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah

c. Tujuan ketiga pendidikan karakter dalam setting sekolah adalah membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karater secara bersama.

Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada pembentukan budaya sekolah/madrasah, yaitu nilai-nilai yang melandasi prilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang diperhatikan oleh semua warga sekolah/madrasah, dan masyarakat sekitarnya. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter, atau watak dan citra sekolah/madrasah dimata masyarakat luas.

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan tidak hanya bertujuan untuk membentuk peserta didik untuk pandai, pintar berpengetahuan dan cerdas tetapi juga berorientasi untuk membentuk manusia yang berbudi pekerti luhur, berpribadi dan bersusila (Agus Wibowo, 2012: 18). Agus Zaenul Fitri (2012: 22) juga menambahkan bahwa pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola sikap, dan perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif, berakhlak karimah, berjiwa luhur, dan bertanggung jawab.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan karakter adalah untuk membentuk siswa bersikap dan bertingkah laku secara mandiri dan mengarahkannya dengan kebaikan yang

(28)

dilakukan oleh sekolah dengan mempasilitasi untuk pengembangan potensi anak dan mengarahkannya ke hal-hal yang positif.

Menurut Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana (2012: 9), bahwa tujuan pendidikan karakter dalam seting sekolah antara lain adalah: a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap

penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

5. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam pendidikan formal meliputi nilai kejujuran, tanggung jawab, hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir kreatif, logis, inovatif, mandiri, ingin tahu, cinta ilmu, santun, toleransi, demokratis, dan nasionalis (Asmani, 2011: 36-41).

Menurut Zuriah (2011: 243-244) Nilai-nilai dalam pendidikan karakter pada sekolah tingkat menengah meliputi nilai ketuhanan, taat kepada ajaran agama, percaya diri, disiplin, kerja keras, tanggung jawab, terbuka, berpikir positif, ingin tahu, kasih sayang, gotong royong, kesetiakawanan, hormat, sopan santun, jujur, dan dapat mengendalikan diri sendiri.

Suyadi (2013: 7-9) 18 nilai karakter versi Kemendiknas telah mencakup nilai-nilai karakter dalam berbagai agama, termasuk Islam. Disamping itu, ilmu pendidikan secara umum, sehingga lebih implementatif untuk diterapkan dalam praktis pendidikan, baik sekolah maupun madrasah. Lebih dari itu, 18 nilai karakter tersebut telah dirumuskan standar kompetensi dan indikator pencapaiannya di semua mata pelajaran. Berikut ini 18 nilai karakter versi kemendiknas sebagaimana tertuang dalam buku

(29)

Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang disusun Kemendiknas melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum (Kementrian Pendidikan Nasional, 2010) Sebagai berikut:

a. Religius

yakni ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama (aliran kepercayaan) yang dianut, termasuk dalam hal ini adalah sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama (aliran kepercayaan) lain, serta hidup rukun dan berdampingan.

b. Jujur

yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan kesatuan antara pengetahuan, perkataan, dan perbuatan (mengetahui yang benar, mengatakan yang salah, dan melakukan yang benar), sehingga menjadi orang yang bersangkutan sebagai pribadi yang dapat dipercaya.

Muchlas Samani dan Hariyanto (2013: 51) menjelaskan bahwa jujur adalah menyatakan apa adanya, terbuka, konsisten antara apa yang dikatakan dan dilakukan (berintegritas), berani karena benar, dapat dipercaya (amanah, trustworthiness), dan tidak curang (no cheating). Secara singkat Agus Wibowo (2012: 40) mengartikan bahwa jujur adalah orang yang berbicara dan berbuat harus apa adanya, tanpa menutupi dengan kebohongan.

Abdul Majid dan Dian Andayani (2011: 48) menyatakan bahwa deskripsi jujur yaitu biasa mengatakan yang sebenarnya, apa yang dimiliki dan diinginkan, tidak pernah bohong, biasa mengakui kesalahan dan biasa mengakui kelebihan orang lain. Sejalan dengan Nurul Zuriah (2007: 83) yang menyatakan bahwa jujur merupakan sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata apa adanya, dan berani mengakui kesalahan. Jujur bisa diartikan mengakui, berkata atau memberikan informasi sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

Buchari Alma (2010: 116) juga menambahkan bahwa kejujuran seeseorang bisa dilihat dari ketepatan pengakuan atau dari apa yang dibicarakan sesuai dengan kenyataan atau kebenaran yang terjadi.

(30)

Menurut Mahmud Muhammad (2008: 1) jujur dalam arti sempit adalah sesuainya ucapan lisan dengan kenyataan dan dalam pengertian yang lebih umum adalah sesuainya lahir dan batin. Kejujuran merupakan kualitas manusiawi melalui mana manusia mengomunikasikan diri dan bertindak secara benar (truthfully).

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa jujur adalah sikap dan prilaku seseorang yang menunjukan sikap yang benar sesuai dengan kenyataannya dan tidak suka berbohong

c. Toleransi

yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan penghargaan terhadap perbedaan agama, aliran kepercayaan, suku, adat, bahasa, ras, etnis, pendapat dan hal-hal lain yang berbeda dengan dirinya secara sadar dan terbuka, serta dapat hidup tenang di tengah perbedaan tersebut.

Abdullah bin Nuh (Hasyim, 1979) dalam kamus-barunya menjelaskan pengertian toleransi berasal dari bahasa toleran yang berarti bersifat menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang lain berpendapat lain dan tenggang rasa terhadap orang yang berlainan agama. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Hasyim, 1979) mengungkapkan bahwa pengertian toleransi yaitu sifat atau sikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian pandapat, pandangan, kepercayaan, kelakuan dan sebagainya yang lain atau bertentangan dengan pendiriannya sendiri

Aspek–aspek toleransi Yang dimaksud dengan aspek-aspek toleransi disini ialah suatu sikap atau tindakan yang merupakan dasar bagi terwujudnya toleransi tersebut, khususnya toleransi antar umat beragama (Jamrah, 1986).

Adapun aspek toleransi tersebut antara lain ialah :

1) Dialog antar umat beragama Adapun yang dimaksud dengan dialog antar umat beragama adalah pembicaraan yang mendalam, suatu keterbukaan antar umat beragama. Dalam suasana ini, kiranya dialog antar beragama sangat penting dan harus selalu diadakan, untuk

(31)

menuju toleransi, sehingga tercipta rukun dan damai antar umat beragama tersebut. Dengan dialog, setiap umat beragama membuka diri bagi pandangan yang berbeda-beda dengan tetap diharapkan agar setiap umat beragama sadar bahwa tidak selamanya perbedaan menuju kepada permusuhan.

2) Kerja sama kemasyarakatan Kerja sama atau tolong menolong adalah suatu dasar umum bagi semua masyarakat. Sehubungan dengan toleransi antar umat beragama maka kerjasama ini adalah suatu dasar bago terwujudnya toleransi tersebut. Bila kerja sama ini terbina dengan baik kiranya bisa digambarkan bahwa toleransi akan terwujud. Melalui kerjasama sosial kemasyarakatan, rasa saling ketergantungan, rasa keakraban dan persaudaraan serta rasa saling hormat antar umat beragama dapat dipupuk dengan baik sehingga dalam menghadapi persoalan-persoalan agamis yang serba berbeda itu, akan terwujud pula sikap toleransi. Jamrah, A.S dan Thalib, M. (1986). Toleransi beragama dalam islam. Yogyakarta : Pd Hidayat.

d. Disiplin

yakni kebiasaan dan tindakan yang berkonsisten terhadap segala bentuk peraturan atau tata tertib yang berlaku. Disiplin dapat didefinisikan sabagai suatu sikap menghormati, menghargai, patuh, dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003 : 291).

Istilah disiplin mempunyai arti kepatuhan atau ketaatan seseorang dalam mengikuti tata-tertib maupun aturan karena adanya dorongan dari luar dirinya. Namun terkadang disiplin sebagai ketaatan bisa lahir karena kesadaran diri sendiri atau lahir dari dorongan dalam diri orang tersebut. Kepatuhan merupakan kesediaan seseorang menaati semua nilai dan norma yang berlaku. Disiplin erat kaitannya dengan hukuman karena istilah disiplin dan penghukuman sering memiliki arti yang sama.

(32)

Penyamaan istilah seperti di atas dapat menyebabkan sejumlah masalah. Penghukuman ini biasanya dilakukan pada siswa. Pengajaran disiplin merupakan pengajaran yang kita lakukan kepada siswa. Pada umumnya, penghukuman memiliki kaitan yang rendah dengan perilaku yang diusahakan untuk diubah, sehingga menjadi akibat yang kuat dari perilaku ini (Siri Nam. S, 2008: 33).

Sikap disiplin mempunyai beberapa tujuan, menurut Maman Rachman dalam bukunya Tu’u Tulus (2004: 35-36) menyatakan bahwa disiplin penting bagi para siswa. Pentingnya disiplin bagi para siswa sebagai berikut:

1) Memberikan dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.

2) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan.

3) Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditunjukkan peserta didiknya terhadap lingkungannya.

4) Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu lainnya.

5) Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah. 6) Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.

7) Peserta didik belajar dan bermanfaat baginya dan lingkungannya. 8) Kebiasaan baik itu menyebabakan ketenangan jiwanya dan

lingkungannya

Kedisplinan merupakan sikap dan perilaku yang mematui akan tata tertib yang berlaku, namun dalam membentuk prilaku dan sikap yang disiplin memerukan dorongan dari orang lain tertama di dalam sekolah guru sangat berperan penting dalam mendorong siswa untuk bersikap dan berprilaku disiplin.

(33)

e. Kerja keras

yakni perilaku yang menunjukkan upaya secara sungguh-sungguh (berjuang hingga titik penghabisan) dalam menyelesaikan berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan, dan lain-lain dengan sebaik-baiknya.

f. Kreatif

yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan inovasi dalam berbagai segi dalam memecahkan masalah, sehingga selalu menemukan cara-cara baru, bahkan hasil-hasil baru yang lebih baik dari sebelumnya. g. Mandiri

yakni sikap dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun hal ini bukan berarti tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas dan tanggung jawab kepada orang lain.

h. Demokratis

yakni sikap dan cara berpikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain. i. Rasa ingin tahu

yakni cara berpikir, sikap dan perilaku yang mencerminkan penasaran dan keingintahuan terhadap segala hal yang dilihat, didengar, dan dipelajari secara lebih mendalam.

j. Semangat kebangsaan atau nasionalisme

yakni sikap dan tindakan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau individu atau golongan. k. Cinta tanah air

yakni sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.

(34)

l. Menghargai prestasi

yakni sikap terbuka terhadap prestasi orang lain dan mengakui kekurangan diri sendiri tanpa mengurangi semangat berprestasi yang lebih tinggi.

m. Komunikatif, Senang Bersahabat Atau Proaktif

yakni sikap dan tindakan terbuka terhadap orang lain melalui komunikasi yang santun sehingga tercipta kerja sama secara kolaboratif dengan baik.

n. Cinta Damai

yakni sikap dan perilku yang mencerminkan suasana damai, aman, tenang dan nyaman atas kehadiran dirinya dalam komunitas atau masyarakat tertentu.

o. Gemar Membaca

yakni kebiasaan dengan tanpa paksaan untuk menyediakan waktu secara khusus guna membaca berbagai informasi, baik buku, jurnal, majalah, koran dan sebagainya sehingga menimbulkan kebijakan bagi dirinya.

p. Peduli Lingkungan

yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar.

q. Peduli Sosial

yakni sikap dan perbuatan yang mencerminkan kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang membutuhkannya.

r. Tanggung Jawab

yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara, maupun agama.

Tangungjawab yang harus dimiliki seseorang memiliki macam-macam tanggungjawab diantaranya:

(35)

Menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengambangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusiaan menganai dirinya sendiri menurut sifat dasarnya manusia adalah mahluk bermoral namun manusia juga seorang pribadi. Karena merupakan seorang pribadi manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri berangan-angan sendiri sebagai perwujudan dari pendapat perasaan dan berangan-angan manusia berbuat dan bertindak.

2) Tanggung Jawab Terhadap Keluarga

Keluarga merupakan masyarakat kecil, keluarga terdiri dari suami-istri, ayah ibu dan anak anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga, kesejahteraan, keselamatan pendidikan dan kehidupan. 3) Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat

Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyarakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkat laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.

4) Tanggung Jawab Terhadap Bangsa/Negeri

Bahwa setiap manusia adalah warga Negara suatu Negara dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia terikat oleh norma-norma atau ukuran yang dibuat oleh Negara. Manusia tidak dapat berbuat semuanya sendiri bila perbuatan manusia itu salah maka ia harus bertanggung jawab kepada Negara.

(36)

5) Tanggung Jawab Terhadap Tuhan

Tuhan menciptakan manusia dibumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkan untuk mengisi kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab langsung terhadap Tuhan. Sehingga dikatakan tindakan manusia tidak lepas dari hukuman-hukuman Tuhan. Yang diruangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukuman-hukuman tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan jika peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan maka Tuhan akan melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan. Berarti meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan terhadap Tuhan sebagai penciptanya. Bahkan untuk memenuhi tanggungjawabnya manusia harus berkorban. http:// indrapurmana. blogspot.com/2012/06/16 manusia-dan-tanggung-jawab

Menurut Said Hamid Hasan (Zubaedi, 2011: 74), nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter di Indonesia diidentifikasi berasal dari empat sumber, yaitu:

a. Agama, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat beragama, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaan. Oleh karena itu, nilai-nilai pendidikan karakter harus didasari nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

b. Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan Undang-undang Dasar (UUD) 1945 yang dijabarkan lebih lanjut ke dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan pilitik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni.

c. Budaya, manusia yang hidup bermasyarakat selalu didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat tersebut. Nilai budaya ini dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam

(37)

komunikasi antara anggota masyarakat tersebut. Budaya begitu penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

d. Tujuan Pendidikan Nasional, sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan nilai-nilai karakter yang ada harus ada di sekolah meliputi religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan atau nasionalisme, cinta tanah air, menghargai prestasi, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosialtanggung jawab

Selain nilai-nilai karakter terdapat Prinsip pendidikan karakter menurut Lickona yang dikutip Suyanto (2010 : 54 - 69) adalah sebagai berikut:

a. Sekolah hendaknya mempromosikan nilai-nilai etik pokok dan pendukung yang akan digunakan sebagai pondasi pendidikan karakter b. Karakter hendaknya secara komprehensif meliputi pemikiran, perasaan

dan tingkah laku

c. Menggunakan pendekatan yang komprehensif intensional dan proaktif terhadap pengembangan karakter

d. Menciptakan sekolah sebagai komunitas yang saling memperhatikan e. Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan tindakan f. Memasukan kurikulum akademik yang menantang dan berarti yang

menghormati semua pembelajar, mengembangkan karakter mereka dan membantu mereka mencapai kesuksesan

(38)

h. Melibatkan staff sekolah sebagai komunitas belajar dan komunitas moral yang memiliki tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan berusaha menanamkan komitmen mereka pada nilai-nilai yang digunakan untuk menuntun siswa

i. Menanamkan moral leadership dan dukungan lebih luas terhadap inisiatif pendidikan karakter

j. Melibatkan keluarga dan masyarakat sebagai partner dalam pendidikan karakter

k. Mengevaluasi karakter sekolah dan staf sekolah apakah mereka sudah menjadi pendidik karakter yang baik, dan sejauh mana siswa memanifestasikan karakter itu dalam kehidupan mereka.

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan dari prinsip pendidikan karakter adalah sekolah sebagai pondasi pendidikan serta sebagai sarana komunitas antar anak didik dengan guru maupun anak didik dengan staff sekolah untuk mengembagkan potensi anak didik dan membentuk karakter anak didik.

D. Kerangka Pikir

Pada kegiatan pramuka guru harus dapat menempatkan diri dan menciptakan suasana yang kondusif, karena fungsi guru di sekolah sebagai “Bapak” yang bertanggungjawab atas pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak. Ki Hajar Dewantara telah menggariskan pentingnya peranan guru dalam proses pendidikan dengan ungkapan:

Ing Rasa Sung Tulada berarti di depan memberi teladan. Asas ini sesuai dengan prinsip modeling yang de kemukakan oleh Sarason (1972) atau Bandura (1977). Sarason dan Bandura sama-sama menekankan pentingnya modeling atau keteladanan yang merupakan cara yang paling ampuh dalam mengubah prilaku inovasi seseorang.

Ing madya mangun karsa berarti di tengah menciptakan peluang untuk berprakasa. Asas ini memperkuat peran dan fungsi guru sebagai mitra setara

Referensi

Dokumen terkait

Harus mengumpulkan sedikitnya 2 salinan dari rencana Fit Out segala pekerjaan yang telah diajukan (contoh: Arsitektural, Struktural, Perlindungan Api, Elektrikal,

Berdasarkan data variabel tingkat pengetahuan suami tentang KB pria dengan data status penggunaan alat kontrasepsi pada suami di Kelurahan Sangkrah Kota

Abstrak - Dalam kasus narkotika saat ini peredarannya luas dan modus operandinya semakin beragam, polisi di tuntut mengembangkan penegakkan hukumnya sendiri. Dengan teori

September 2009 dan 2008 yang telah diselesaikan tanggal 23 Oktober 2009, dan laporan keuangan tersebut telah disusun dan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum

No. Telkom Akses sebagai data untuk mempermudahkan perhitungan dalam proses penerimaan pegawai sales. Proses perhitungan dengan metode PROMETHEE dimulai dari proses

Dalam pelaksanaannya, siswa akan terlibat secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran, siswa akan terdorong untuk mengonstruksi sendiri konsep yang sedang

Alternatif teknologi pengelolaan limbah padat B3 yang dapat direkomendasikan anatara lain dengan pengadaaan bahan yang sesuai kebutuhan; melaksanakan house keeping yang lebih

Tes IQ dalam penentuan dan pertimbangan pemilihan jurusan pada sekolah biasanya dilakukan secara manual dan membutuhkan waktu yang cukup banyak untuk mengetahui hasil IQ