• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam UUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam UUD"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam UUD 1945. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang standar pelayanan minimal rumah sakit menyatakan bahwa rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Hal tersebut menuntut rumah sakit untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 2008).

Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi pada dasarnya menyebabkan perubahan pada masyarakat. Masyarakat menjadi semakin tertarik dan lebih mempunyai pengetahuan tentang perawatan kesehatan dan peningkatan kesehatan (Smeltzer dan Bare, 2002). Kesadaran masyarakat akan kesehatan yang semakin meningkat menyebabkan kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan cenderung meningkat pula. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi rumah sakit, oleh karena itu semua rumah sakit berusaha meningkatkan mutu pelayanan yang baik (Putra, 2008).

Menurut Nursalam (2011), sistem manajemen mutu yang baik perlu dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan untuk mencapai mutu

(2)

pelayanan kesehatan yang optimal. Rumah sakit perlu menetapkan strategi yang terencana dan menggunakan berbagai pendekatan mutu diantaranya Manajemen Mutu Terpadu (total quality management), Peningkatan Mutu Berkelanjutan (continuous quality improvement), pendekatan Gugus Kendali Mutu (GKM), dan Problem Solving for Better Hospital (PSBH) serta mencari alternatif pendekatan pengembangan lainnya (Hidayat, 2006).

Banyak rumah sakit yang saat ini menggunakan PSBH sebagai pendekatan peningkatan mutu kualitas pelayanannya. Hoyt (2007) menyebutkan bahwa PSBH adalah suatu pendekatan untuk menyelesaikan permasalahan di rumah sakit dengan cara yang mudah, menarik juga dilakukan dengan senang hati. Keuntungan menggunakan PSBH diantaranya; waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap kegiatannya pendek, dana yang dibutuhkan minimal, aplikatif dan mudah dikembangkan (Hidayat, 2006).

RSUP Dr. Sardjito adalah salah satu rumah sakit yang sudah menerapkan metode PSBH ini. Salah satu komponen penting dalam PSBH adalah problem solver yaitu karyawan rumah sakit yang terdiri dari dokter, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lainnya dan tenaga non medis yang telah mengikuti pelatihan atau workshop PSBH selama 2-3 hari. Pada kegiatan workshop ini dipaparkan langkah-langkah atau tahapan dalam metode PSBH. Di akhir workshop problem solver ditugaskan untuk membuat Plan Of Action (POA), yang selanjutnya mempresentasikan POA, melaksanakan POA, dan mempresentasikan hasilnya kepada fasilitator.

(3)

Dari hasil wawancara dengan ketua PSBH RSUP Dr. Sardjito, Patricia Suti Lasmani, diketahui bahwa pendekatan PSBH tersebut telah dilaksanakan sejak tahun 2004, dimana workshop PSBH rutin dilakukan kecuali pada tahun 2006 dan 2007. Jumlah problem solver dari tahun 2004 sampai tahun 2011 di RSUP Dr. Sardjito adalah 193 orang. Diketahui pula terdapat beberapa problem solver yang tidak melaksanakan PSBH dengan baik yaitu tidak melaksanakan POA secara berkelanjutan, padahal seharusnya PSBH terus menerus dan berkelanjutan dilakukan sehingga dapat membantu rumah sakit dalam menjaga dan meningkatkan mutunya. Sebagian besar problem solver hanya melaksanakan POA sebanyak 1 kali yaitu POA wajib yang ditugaskan saat mendapatkan pelatihan PSBH, sedangkan POA diluar POA wajib tidak semua problem solver mau melakukan. Ini menunjukkan bahwa kinerja problem solver tidak selamanya konsisten.

Pelaksanaan suatu tugas atau pekerjaan dalam hal ini adalah pelaksanaan program peningkatan mutu dengan PSBH merupakan hasil interaksi antara kemampuan melaksanakan tugas dan motivasi (Robbins, cit Nursalam, 2011). Kemampuan dalam melaksanakan PSBH penting dalam penilaian kinerja problem solver. Pentingnya motivasi karena motivasi adalah faktor individual yang dapat mendorong problem solver untuk melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu dan memberi kontribusi pada tingkat komitmen dalam melaksanakan PSBH.

Sumarni (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa untuk meningkatkan kualitas pelayanan, rumah sakit menginginkan motivasi untuk bekerja yang tinggi

(4)

karena motivasi kerja memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan organisasi. Berbeda dengan penelitian Soelistyawati (2007) yang menyebutkan bahwa komitmen problem solver berpengaruh dalam pelaksanaan PSBH, sedangkan faktor individual lainnya seperti motivasi, kemampuan dalam berkuasa dan hubungan interpersonal yang dimiliki oleh problem solver tidak mempunyai efek yang signifikan terhadap pelaksanaan PSBH.

Goleman (2006) menyatakan bahwa kecerdasan emosional mempengaruhi motivasi kerja karena kecerdasan emosional berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, berempati, dan membina hubungan dengan orang lain. Individu yang mempunyai kecerdasan emosi yang tinggi memiliki kemampuan tinggi untuk melibatkan diri dengan orang atau masalah dan untuk memikul tanggung jawab dan memiliki komitmen yang tinggi dan mempunyai pandangan moral yang dapat dipertanggung jawabkan (Sumardi, 2007).

Penelitian Saltar (2008) menyebutkan bahwa ada hubungan positif yang bermakna antara tingkat kecerdasan emosi dengan motivasi kerja perawat. Adanya kecerdasan emosional dan motivasi akan meningkatkan kualitas tenaga kesehatan untuk menjawab kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang berkualitas (Jati, 2010). Individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan mampu mengendalikan emosinya sehingga dapat menghasilkan optimalisasi pada fungsi kerjanya.

Sejauh ini peneliti sedikit menemukan penelitian terkait problem solver dan kegiatan peningkatan mutu dengan PSBH serta kaitannya dengan kecerdasan

(5)

emosional dan motivasi kerja. Melihat uraian di atas penelitian untuk mengetahui kecerdasan emosional dan motivasi kerja problem solver penting untuk dilakukan. Peneliti tertarik untuk meneliti hubungan kecerdasan emosional dengan motivasi kerja problem solver dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu dengan Problem Solving for Better Hospital (PSBH).

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan motivasi kerja problem solver dalam pelaksanakan kegiatan peningkatan mutu dengan Problem Solving for Better Hospital (PSBH) di RSUP Dr. Sardjito”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan motivasi kerja problem solver dalam pelaksanakan kegiatan peningkatan mutu dengan PSBH di RSUP Dr. Sardjito.

2. Tujuan Khusus dalam penelitian ini adalah :

a. Mengetahui kecerdasan emosional problem solver dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu dengan PSBH di RSUP Dr. Sardjito.

b. Mengetahui motivasi kerja problem solver dalam pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu dengan PSBH di RSUP Dr. Sardjito.

(6)

c. Mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan motivasi kerja baik aspek motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang kecerdasan emosional, motivasi kerja, serta hubungan kecerdasan emosional dengan motivasi kerja problem solver di RSUP Dr. Sardjito

2. Manfaat Praktis

a. Bagi institusi rumah sakit.

Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen rumah sakit yang menggunakan PSBH dalam kegiatan peningkatan mutu pelayanan rumah sakitnya dalam memilih problem solver.

b. Bagi panitia peningkatan mutu dengan PSBH

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kecerdasan emosional dan motivasi kerja problem solver sehingga dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam pemilihan dan rekrutmen problem solver.

c. Bagi problem solver

Mengetahui tingkat kecerdasan emosional mereka serta hubungannya dengan motivasi kerja sehingga dapat mengelola emosi dan motivasi kerja yang mereka alami dengan baik.

(7)

Sebagai masukan untuk pengembangan pengetahuan mahasiswa khususnya dalam kegiatan peningkatan mutu rumah sakit dengan PSBH, pengelolaan emosi dan motivasi kerja.

e. Bagi peneliti

Menambah kemampuan dalam meneliti serta menambah pengetahuan tentang kecerdasan emosional, motivasi kerja serta hubungan kecerdasan emosional dengan motivasi kerja.

E. Keaslian Penelitian

Sejauh pengetahuan peneliti belum ada penelitian tentang hubungan kecerdasan emosional dengan motivasi kerja problem solver, namun beberapa penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Penelitian Soelistyawati (2011) yang berjudul “Analisis Penerapan Problem Solving for Better Hopitals (PSBH) di Rumah Sakit Umum Haji Surabaya. Analisis Pengaruh Faktor Individu dan Organisasi terhadap Kinerja Problem Solver”. Penelitian ini mengevaluasi hasil pelatihan PSBH yang telah dilaksanakan di RSU Haji Surabaya. Evaluasi dilakukan terhadap dampak program terhadap perilaku dan sikap dalam jangka pendek dan jangka panjang. Desain penelitian ini adalah observsional cross sectional dengan metode wawancara dan kuesioner pada problem solver dan observasi dan studi dokumentasi untuk menilai kinerja problem solver. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa faktor individu, organisasi tidak memiliki pengaruh yang

(8)

signifikan sedangkan keaktifan problem solver memiliki dampak yang signifikan.

Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang problem solver. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel yang diteliti dan juga pada metode penelitiannya. Variabel pada penelitian Soelistyawati adalah faktor-faktor individu dan organisasi sedangkan variabel yang digunakan pada penelitian yang akan dilakukan adalah kecerdasan emosional dan motivasi. Penelitian Soelistyawati dilakukan dengan pendekatan kualitatif sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif.

2. Penelitian Saltar (2008) yang berjudul “Hubungan Tingkat Kecerdasan Emosi dan Persepsi Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang dengan Motivasi Kerja Perawat di ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara”. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif korelasional dan pendekatan cross sectional. Dari penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan positif yang bermakna antara tingkat kecerdasan emosi dengan motivasi kerja perawat, begitu pula dengan persepsi gaya kepemimpinan kepala ruang dengan motivasi kerja perawat terdapat hubungan yang bermakna.

Persamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada variabel yang digunakan yaitu kecerdasan emosional dan motivasi kerja, rancangan penelitian cross sectional dan jenis penelitian kuantitatif.

(9)

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan pada tempat penelitian yaitu pada penelitian Saltar bertempat di RSUD Kabupaten Muna Sulawesi Tenggara sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan bertempat di RSUP Dr. Sardjito. Populasi dan sampel pada penelitian Saltar adalah perawat di ruang rawat inap sedangkan populasi dan sampel pada penelitian yang akan dilakukan adalah problem solver di RSUP Dr. Sardjito.

3. Penelitian Sumarni (2008) dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional Pemimpin Terhadap Motivasi Kerja Perawat Di Rumah Sakit Bangkatan Binjai”. Dari penelitian ini diketahui bahwa ada pengaruh yang positif antara kecerdasan emosional pemimpin terhadap motivasi kerja perawat di Rumah Sakit Bangkatan Binjai.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variabel yang diteliti yaitu kecerdasan emosional dan motivasi kerja. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan pada jenis penelitian, lokasi dan sampel penelitian. Penelitian Sumarni menggunakan jenis penelitian survey dengan pendekatan analitik sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan adalah korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Lokasi pada penelitian yang akan dilakukan adalah di RSUP Dr. Sardjito. Populasi dan sampel adalah problem solver.

4. Penelitian Cooper dan Petrides (2010) dengan judul “A Psychometric Analysis of the Trait Emotional Questionnaire-Short Form (TEIQue-SF) Using Item Response Theory”. Penelitian ini menguji sifat psikometri dari TEIQue-SF

(10)

menggunakan item response theory. Penelitian dilakukan sebanyak dua kali pada sampel yang cukup besar dan bervariasi.

Persamaan penelitian Cooper dan Petrides dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada instrumen yang digunakan yaitu TEIQue-SF. Perbedaannya pada sampel yaitu pada penelitian yang akan dilakukan sampel yang digunakan adalah problem solver.

5. Penelitian Amabile (1994) dengan judul “The Work Prefence Inventory : Assesing Instrinsic and Extrinsic Motivational Orientations. Penelitian ini mengkaji faktor ekstrinsik dan instrinsik pada sampel yang sangat bervariasi, terdiri dari berbagai macam profesi dan dari berbagai usia yang berkisar antara 19-73 tahun dan lama bekerja yang bervariasi yaitu kurang dari 1-40 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa instrumen WPI tersebut menilai orientasi motivasi yang stabil pada individu.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada instrumen penelitian yang digunakan yaitu Work Prefence Inventory (WPI). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada sampel. Penelitian Amabile menggunakan sampel yang bervariasi dari bermacam-macam profesi sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan sampel yang digunakan adalah problem solver.

Referensi

Dokumen terkait

Kecerdasan emosional dibutuhkan untuk mengatasi problem-problem yang dihadapi para calon sarjana baru seperti kekhawatiran dan ketakutan tidak memperoleh pekerjaan, merasa

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang

Berdasarkan uraian tersebut, didapatkan rumusan masalah yang akan diteliti yaitu bagaimana implementasi algoritma Bee Colony Optimization untuk menyelesaikan masalah

Dalam bab ini berisi mengenai uraian dan sajian pembahasan dari hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan rumusan masalah yaitu rumusan rumusan tindak pidana

Rumusan tujuan penelitian mengungkapkan keinginan peneliti untuk memperoleh jawaban atas permasalahan penelitian yang diajukan. Berdasarkan rumusan masalah di atas,

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana pengaruh pembelajaran kooperatif tipe

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : apakah ada pengaruh terapi SEFT (Spiritual Emosional

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka dapat diperoleh rumusan masalah yaitu bagaimana pengaruh perbedaan konsentrasi polivinil alkohol sebagai surfaktan