Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
19
ANALISIS PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL DALAM RANGKA
MEMINIMALKAN RISIKO DAN MEMAKSIMALKAN RETURN
Achmad Guntur Musthofa Moch. Dzulkirom AR
Achmad Husaini
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Malang
Email:[email protected]
ABSTRACT
This research aimed to determine combination and optimal composition of stocks portfolio which formed with single index model. Optimal portfolio was formed by combination of specific, therefeore composition of sharia stocks portfolio which have maximum return and minimal risk.Type of research was descriptive. Data collection was conducted by studying the documents and publications. This research used purposive sampling techniques with particular consideration sample. Analysis of the data used descriptive analysis. The data used were secondary data. Results of this research explained how to establish the optimal portfolio with a single index model. Portfolio combinations formed from the combination of three stocks that Unilever Indonesia Tbk. (funds proportion 0.36111), Kalbe Farma Tbk. (funds composition 0.28604), and Astra International Tbk. (funds proportion 0.35286). The expected return value of the optimal portfolio obtained a value of 0.03729 and 0.00334 obtained for portfolio risk.Optimal portfolio from shares of Jakarta Islamic Index were formed by single index showed good results. Portfolio rate of return formed has remained in range of shares returns forming portfolio, while risk of the portfolio was held at low level risk of stocks which formed optimal portfolio.
Keywords: Composition, Investor, Portofolio, Sharia
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mencari kombinasi dari portofolio saham yang optimal dan juga komposisinya memakai indeks tunggal. Portofolio saham memakai kombinasi dan komposisi tertentu sehingga merupakan portofolio dari saham-saham syariah yang memiliki return yang maksimal dan memiliki risiko paling kecil. Penelitian ini adalah salah satu penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan mempelajari dokumen publikasi yang diterbitkan pihak kedua, yang memakai metode purposive sampling, yakni sampel yang diambil melalui pertimbangan tertentu. Metode analisis data menggunakan metode analisis deskriptif, dengan data sekunder sebagai data penelitian yang utama. Dari penelitian ini diketahui bahwa metode pembentukan dari portofolio adalah dengan memakai indeks tunggal. Kombinasi portofolio dari kombinasi tiga saham yaitu Unilever Indonesia Tbk. (proporsi dana 0.36111), Kalbe Farma Tbk. (komposisi dana 0.28604), dan Astra International Tbk. (proporsi dana 0.35286). Nilai return yang diinginkan dari portofolio optimal didapatkan besaran nilai 0.03729 dan resiko portofolio didapatkan 0.00334. Portofolio optimal dari beberapa saham Jakarta Islamic Index yang dibentuk dengan indeks tunggal menunjukkan hasil baik. Portofolio yang terbentuk memiliki tingkat return yang masih berada pada range return saham-saham pembentuk portofolio, sedangkan risiko yang dimiliki portofolio berada pada tingkat yang lebih kecil dari resiko saham yang menyusun portofolio optimal.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
20
PENDAHULUAN
Di zaman yang modern seperti sekarang ini, arus informasi dan barang yang semakin lancar menjadi tantangan baru bagi kehidupan manusia. Kondisi ekonomi dapat berubah-ubah secara drastis dan cepat. Seseorang dituntut untuk mencari cara menghadapi keadaan ekonomi masa depan yang tidak pasti. Salah satu cara untuk mencapai masa depan yang memiliki prospek lebih baik yaitu dengan berinvestasi. Tujuan berinvestasi adalah mendapatkan tingkat keuntungan yang sebesar-besarnya untuk memperbesar uang investor guna konsumsi dimasa datang. Investor berkomitmen atas sejumlah dana yang diinvestasikan sekarang ini, yang bertujuan untuk mendapatkan beberapa benefit di masa depan sebagai bentuk bayaran atas waktu dan risiko yang terkait dengan penanaman modal yang telah dilaksanakannya (Tandelilin, 2001).
Investor dapat menanamkan dana pada sektor riil, antara lain tanah, emas, dan bangunan, maupun pada sektor finansiil, antara lain deposito, saham, dan obligasi. Penanaman modal pada sektor finansiil dapat dilaksanakan pada pasar modal. Pasar modal adalah tempat dimana bertemunya para pihak yang mempunyai kapital dengan pihak-pihak yang memerlukannya. Pasar modal yakni pilihan pemodalan perusahaan dan spot penanaman modal. Pasar modal yakni aktivitas yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, profesi dan lembaga yang berhubungan dengan efek, perusahaan publik yang berhubungan dengan efek yang dibuatnya (UU No.8 Tahun 1995).
Return adalah hasil yang didapatkan dari suatu investasi (Jogiyanto, 1998). Keuntungan investasi bisa berupa return realisasi yang telah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi, akan tetapi yang diinginkan bisa terjadi di masa depan. Problematikan yang harus ditanggulangi oleh para investor adalah unsur ketidakpastian. Saat diharuskan untuk memilih saham, investor tidak mengerti tentang kepastian hasil yang bisa didapatkan dari investasi yang dilaksanakannya. Keputusan investasi dilaksanakan dengan menilai berapa kira-kira keuntungan yang diinginkan dari investasi dan seberapa jauh hasil aktual dapat menyimpang dari keuntungan yang diharapkan.
Risiko adalah probabilitas diferensial antara return harapan dengan return sebenarnya yang diterima (Tandelilin, 2010). Risiko investasi dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu risiko sistematis atau systematic risk, yang berhubungan dengan perubahan menyeluruh yang terjadi di pasar, dan Risiko tidak sistematis atau unsystematic risk yang berhubungan dengan situasi mikro perusahaan
penerbit saham, dan berupa risiko yang bisa dikurangi dengan melaksanakan diversifikasi. Dengan diversifikasi diharapkan akan dapat memperkecil tingkat risiko. Investor dapat membentuk portofolio dengan penyusunan yang sedemikian rupa, sehingga risiko bisa dikurangi tanpa harus meminimalisasi return harapan (Tandelilin, 2010).
Portofolio diartikan sebagai sekumpulan investasi (Husnan, 2003). Metode pembentukan portofolio saham optimal, yaitu menggunakan indeks tunggal, yang menghubungkan perhitungan return dari setiap aset pada return indeks pasar. Konsep penting nya yakni terminologi beta atau ukuran kepekaan return saham terhadap return pasar. Semakin besar beta saham, maka semakin besar kepekaan return saham itu pada perubahan retun pasar.
Pasar modal syariah dikembangkan untuk memenuhi keperluan umat Islam Indonesia yang berharap untuk dapat melaksanakan investasi di beberapa produk pasar modal sesuai dengan ketentuan dasar hukum Islam (syariah). Sehingga diinginkan masyarakat dapat mempunyai pilihan investasi yang sesuai dengan harapannya. Perbedaan dasar pasar modal yang bersifat kuno dengan syariah bisa ditemukan di instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham yang bersifat syariah dengan nilai indeks saham yang bersifat konvensional terdapat pada ciri-ciri saham emiten yang wajib berdasarkan pada prinsip dasar hukum Islam (syariah). Salah satu sekuritas syariah bagi masyarakat yaitu saham perusahaan yang ada dan terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII).
JII yang berkembang dab terus meningkat walau secara umum masih tertinggal dengan saham-saham yang lebih populer dalam LQ-45. JII adalah pilihan yang tepat bagi investor yang menginginkan investasi berbasis syariah dengan kinerja yang cukup baik.
KAJIAN PUSTAKA Investasi
Investasi merupakan perjanjian atas modal yang dilaksanakan sekarang ini, yang bermaksud untuk mendapatkan profit ke depannya (Tandelilin, 2010: 2). Investasi yakni setiap pemakaian dana yang bermaksud untuk mendapatkan penghasilan (Husnan, 2003:3). Dan investasi merupakan usaha seseorang untuk meningkatkan harta kekayaan.
Terdapat bermacam alasan seseorang untuk melaksanakan investasi, yakni mendapatkan penghidupan yang lebih baik ke depannya. Orang yang arif berpikir bagaimana cara untuk menaikkan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
21 tingkat dan derajat hidupnya dari masa ke masa,
atau sedikitnya berupaya untuk mempertahankan besaran pendapatan sekarang supaya tidak berkurang di kemudian hari. Selanjutnya, untuk mengurangi tekanan inflasi. Dengan melaksanakan penanaman modal dalam kepemilikan perusahaan atau obyek lain, seseorang bisa menjauhkan dirinya dari risiko berkurangnya nilai hak milik atau kekayaannya, yang diakibatkan oleh adanya pengaruh dari inflasi. Kemudian, sebagai dana dalam upaya penghematan pajak. Pada beberapa Negara, diterbitkan kebijakan yang sifatnya mendorong pertumbuhan investasi masyarakat dengan cara menyediakan wadah pajak bagi para investor (Tandelilin, 2001: 4).
Investasi dapat dilakukan pada sektor real asset dan financial asset yang dijelaskan berikut, yaitu: Real Asset yaitu aset nyata yang dapat dilihat fisiknya atau barang modal yang digunakan dalam proses produksi, dapat berwujud mesin, tanah, bangunan, dan emas, serta Financial Asset yang merupakan sertifikat penunjukan hak atas asset-aset dari perusahaan penerbit sekuritas (surat berharga), yang dapat berupa deposito, saham, obligasi, dan lain sebagainya (Husnan, 2003: 3).
Sedangkan investasi pada aset finansial bisa berwujud investasi langsung, yang dilaksanakan dengan cara pembelian aset keuangan secara langsung dari suatu perusahaan, maupun investasi tidak langsung, lewat perolehan obligasi dari perusahaan tempat investasi pemilik portofolio aset keuangan dari beberapa perusahaan lain (Hariyanto, 1998: 3).
Keputusan investasi didasarkan pada level return yang diinginkan, level risiko, dan kaitan antara risiko dengan return. Investor menginginkan level return tertentu pada hasil investasinya di masa depan. Probabilitas terjadinya perbedaan antara level return yang diinginkan return yang sebenarnya adalah risiko dari penanaman modal. Semakin besar penanam modal mengharapkan return, maka risiko suatu asset juga semakin besar.
Pasar Modal
Pasar modal yakni sarana aktivitas penawaran umum dan perdagangan efek, serta lembaga dan profesi yang berhubungan dengan efek (UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal). Pasar modal yakni tempat jual-beli alat keuangan jangka panjang, yang dapat berupa hutang atau modal itu sendiri, yang dibuat oleh perusahaan swasta maupun pemerintah (Husnan, 2003: 3). Pasar modal merupakan suatu lokasi yang digunakan bertemunya pihak yang memerlukan modal jangka
panjang dan membutuhkan sarana investasi pada instrumen finansial.
Pasar modal konvensional tersebut berbeda dengan syariah, yang dilangsungkan secara syariah atau mengikuti konsep hukum Islam. Pasar modal syariah dimaksudkan untuk pasar modal yang memakai hukum dasar syariah dalam aktivitas transaksi ekonomi, yang lepas dari beberapa hal yang dilarang, antara lain perjudian, spekulasi, riba, dan lain sebagainya (Yuliana, 2010: 45). Pasar modal syariah secara resmi dipakai pada tanggal 14 Maret 2003, yang didasarkan pada kerjasama antara Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia dengan BAPEPAM-LK.
Keberadaan pasar modal ikut serta berperan dalam memberikan manfaat bagi perekonomian, diantaranya memperbaiki struktur permodalan perusahaan, meningkatkan efisiensi alokasi sumber-sumber dana, menunjang terciptanya perekonomian yang sehat, meningkatkan penerimaan negara, mengurangi hutang luar negeri pihak pemerintah maupun swasta, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, dan pasar modal sebagai alternatif pembiayaan pemerintah (Anwar, 2005:2).
Pasar modal menjadi alternatif pembiayaan jangka panjang yang lebih murah dan lebih menguntungkan dari kredit bank. Sebagai investor, masyarakat ikut menikmati keberhasilan perusahaan dengan pembagian dividen dan peningkatan harga saham (Lubis, 2008:9). Meningkatnya peran masyarakat dalam pembangunan dan memeratakan hasil-hasil pembangunan selaras dengan demokrasi (Yuliati, 1996:11). Perusahaan akan terdorong untuk bekerja secara professional. Dana dari masyarakat dipergunakan untuk kegiatan produktif sehingga mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Pemerintah mendapat penerimaan pajak sehingga meningkatkan pendapatan Indonesia.
Saham
Sekuritas yang diperdagangkan di pasar modal salah satunya yaitu saham. Saham merupakan sekuritas kepemilikan dalam suatu bisnis atau perusahaan, yaitu klaim terhadap pendapatan dan aset bisnis atau perusahaan (Manurung, 2009:5). Investor pembeli saham memiliki hak klaim aset perusahaan dan penghasilan. Saham yaitu tanda penyertaan modal badan atau seseorang pada suatu perseroan terbatas (PT) atau perusahaan tertentu.
Saham merupakan surat bukti milik atas beberapa aset perusahaan yang meluncurkan saham, dan bias dibagi menjadi dua. Jika dilihat dari segi kemampuan dalam hak tagih, saham
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
22 terdiri dari saham preferen dan saham biasa. Saham
biasa adalah saham dimana pemiliknya merupakan yang paling junior pada pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan jika perusahaan dilikuidasi. Dan saham yang merupakan kombinasi antara obligasi dan saham biasa disebut dengan saham preferen, sebab dapat membuahkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi), akan tetapi dapat juga tidak menghasilan seperti yang diharapkan oleh investor. Dengan memberikan dividen tetap dan memberikan hak kepemilikan seperti saham biasa (Darmadji dan Fakhrudin, 2001:6). Sedangkan, jika dilihat dari cara pengalihan hak kepemilikannya terbagi atas saham atas tunjuk yang tidak tertulis nama pemiliknya sehingga mudah dipindah tangan antar investor, dan saham atas nama yang tertulis siapa nama yang mempunyainya (Darmadji dan Fakhrudin, 2001: 6).
Harga saham memperlihatkan pencapaian emiten, dimana gerak harga saham berkaitan langsung dengan kerja emiten. Jika emiten memiliki pencapaian yang semakin baik, maka semakin besar juga profit perusahaan, yang berarti juga semakin besar keuntungan pemegang saham. Pergerakan harga saham bagi para investor adalah faktor penting dalam investasi di pasar modal, dimana harga saham tersebut dipengaruhi oleh kekuatan supply dan demand yang berubah-ubah.
Return dan Risiko
Hasil yang didapatkan dari investasi adalah return (Jogiyanto, 1998: 85), yang bisa berwujud return yang sebenarnya (realized return) yaitu return yang ada, dan dikalkulasi berdasarkan data yang telah ada, ataupun return harapan (expected return), yakni return harapan investor ke depannya.
Return saham yakni hasil dari setiap investasi dari untung/rugi modal dan yield untuk investor. Return yang berwujud cash flow yang didapatkan secara periodik (dividen) disebut dengan yield. Sedangkan, capital gain atau capital loss yaitu return yang bermula dari berubahnya harga aset yang dimiliki oleh investor. Jika harga tersebut berubah secara positif maka disebut sebagai capital gain, dan sebaliknya, jika bila harga itu berubah secara negatif maka disebut sebagai capital loss.
Besarnya return dapat di hitung dengan rumus (Jogiyanto, 1998: 87):
Ri =(Pt− Pt−1) + D Pt−1
Notasi:
Ri = return saham i pada periode t
Pt = harga saham periode t
Pt-1 = harga saham satu periode sebelum t
D = dividen saham i yang dibayarkan pada periode t
Untuk return ekspektasi dapat di tulis dengan rumus (Husnan, 2003: 47): E(Ri) =∑ Ri n t=1 N Notasi:
E(Ri) = return harapan dari saham i Ri = return saham i pada periode t N = jumlah periode pengamatan
Kemudian, return pasar bisa didapatkan dengan menggunakan rumus perhitungan berikut (Jogiyanto, 1998: 162):
Rm =IHSGt− IHSGt−1 IHSGt−1
Notasi:
Rm = tingkat pengembalian pasar
IHSGt = indeks harga saham gabungan periode t
IHSGt-1 = IHSG satu periode sebelum t.
Untuk return ekspektasi memakai rumus:
E(Rm) =∑ Rm
N i=1
N
Notasi:
E(Rm) = return harapan pasar
Rm = tingkat pengembalian pasar
N = jumlah periode pengamatan
Risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu penyimpangan return yang sebenarnya atas return yang diinginkan (Tandelilin, 2010: 102), yang dapat menghasilkan penyimpangan yang lebih kecil maupun lebih besar. Risiko dihitung atas dasar penyebaran di sekitar rataan (standar deviasi), yang menghitung menyimpangnya nilai return yang sebenarnya dengan nilai mean atau return yang diinginkan. Variance digunakan untuk mengukur risiko return ekspektasi, serta standar deviasi bertujuan untuk mengetahui risiko return.
Risiko portofolio terpengaruh oleh mean tertimbang pada tiap-tiap risiko aset individual dan kovarian antar aset yang menyusun portofolio. Apabila jumlah aset dilakukan penambahan, maka variance semakin kecil, dan nilai menjadi nol jika jumlah aset penyusun portofolio adalah tak terhingga jumlahnya.
Dalam konteks portofolio, risiko dibagi menjadi dua, yaitu risiko sistematis, yang merupakan risiko yang tidak bisa dibuang hanya dengan melaksanakan diversifikasi. Fluktuasi dari risiko tersebut terpengaruh oleh faktor-faktor makro yang bisa juga memberikan pengaruh pada pasar secara keseluruhan, misalnya perubahan kurs valas, kebijakan pemerintah, dan tingkat bunga, dan risiko
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
23 yang bisa dibuang secara diversifikasi disebut
dengan unsystematic risk (risiko tidak sistematis), sebab risiko tersebut hanya ada pada industri atau perusahaan tertentu. Contohnya, tingkat likuiditas, faktor struktur aset, dan lain sebagainya. Risiko ini juga disebut diversifiable riks (Tandelilin, 2010: 104).
Pola kaitan antara risiko dengan return yang diinginkan yaitu bahwa keduanya memiliki kaitan yang linier atau searah. Maksudnya, semakin tinggi risiko aset, maka semakin tinggi juga level return yang diinginkan, dan begitu pula sebaliknya (Tandelilin, 2001: 7).
Portofolio
Portofolio adalah kumpulan aset atau sekumpulan investasi (Husnan, 2003:45). Portofolio merupakan suatu rangkaian investasi sekuritas yang ditanamkan dan dimiliki oleh investor, baik oleh lembaga maupun individu. Kombinasi atas aset itu seperti halnya aset finansiil, aset riil, ataupun keduanya. Investor dalam melaksanakan investasi biasanya tidak hanya memilih satu saham saja, akan tetapi melaksanakan kombinasi. Hal tersebut dikarenakan dengan melaksanakan kombinasi saham, maka investor dapat memperoleh return yang optimal dan juga dapat meminimalisir risiko dengan cara diversifikasi. Risiko portofolio sebagai varian diukur dengan rumus (husnan, 2003: 56).
σp2 = ∑ X i2σi2+ ∑ ∑ XiXjσij N j=1 N i=1 N i=1 Notasi: σp2 = varian portofolio
σi2 = varian saham ke-i
σij = kovarian saham i dengan saham j
XiXj = sejumlah dana investasi pada saham i dan
j
Portofolio efisien adalah portofolio yang menyediakan return paling besar untuk penanm modal dengan ketentuan level risiko, atau portofolio yang memberikan tawaran risiko minimal dengan ketentuan level return. Sedangkan, portofolio optimal yakni portofolio pilihan penanam modal dari banyak pilihan pada portofolio efisien. Portofolio optimal pilihan didasarkan pada kesukaan penanam modal pada risiko dan ketentuan level return.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilaksanakan oleh penulis ini merupakan penelitian deskriptif, yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dan dilaksanakan di Pojok Bursa Efek Indonesia (IDX
Corner) Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya Jl. Mayjend Haryono 163 Malang. Pada penelitian ini, saham-saham yang ada pada daftar Jakarta Islamic Index (JII) pada Januari 2010 yaitu sebanyak 30 emiten ditunjuk sebagai populasinya. Pemilihan sampel pada penelitian ini dilaksanakan dengan memakai teknik purposive sampling, yakni sampel yang digunakan diambil melalui pertimbangan tertentu (Taniredja, 2011: 37). Data yang dipakai yaitu data sekunder, antara lain data suku bunga SBI, dividen, harga saham, dan IHSG. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis memakai analisis data model indeks tunggal.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Atas dasar sampel yang dipilih dengan teknik purposive sampling, diperoleh 14 saham yang memenuhi kriteria menjadi sampel penelitian, antara lain Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP), Vale Indonesia Tbk (INCO), Lippo Karawaci Tbk (LPKR), Astra Agro Lestari Tbk (AALI), Astra Internasional Tbk (ASII), United Tractors Tbk (UNTR), Aneka Tambang Persero Tbk (ANTM), Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), Semen Indonesia Tbk (SMGR), Kalbe Farma Tbk (KLBF), Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan Timah (Persero) Tbk, (TINS).
Berdasarkan data yang telah diperoleh, return masing-masing saham dapat dianalisis berikut ini.
Ri =(Pt− Pt−1) + D Pt−1
Emiten yang membayar dividen paling tinggi selama tahun 2010-2011 yakni Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), yaitu dengan besaran Rp. 1202 (tahun 2010) dan Rp. 3674 (tahun 2011). Sedangkan, besaran dividen yang paling rendah ditunaikan oleh Lippo Karawaci Tbk. (LPKR), yakni dengan besaran Rp. 7,21 (tahun 2010) dan Rp. 7,79 (tahun 2011). Besarnya dividen dipengaruhi oleh besarnya laba perusahaan setiap tahun.
Tabel 1. Pembayaran Dividen per Lembar Saham Tahun 2010 - 2011
No Emiten
2010 2011
Pertahun Perbulan Pertahun Perbulan
1 AALI 830 69.167 995 82.917 2 ANTM 70.71 5.893 90.99 7.583 3 ASII 1600 133.333 1980 165 4 INCO 303.5 25.292 169.1 14.092 5 INTP 263 21.917 293 24.417 6 ITMG 1202 100.167 3674 306.167 7 KLBF 70 5.833 95 7.917
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id 24 8 LPKR 7.21 0.601 7.79 0.649 9 PTBA 523.12 43.593 803.94 66.995 10 SMGR 306.26 25.522 330.89 27.574 11 TINS 94.17 7.848 89.09 7.424 12 TLKM 322.88 26.907 371.343 30.945 13 UNTR 430 35.833 635 52.917 14 UNVR 444 37 546 45.5
Sumber: Analisis data
Return realisasi pasar dihitung dengan menggunakan data IHSG yang menunjukkan seluruh saham yang diperdagangkan di BEI, dengan rumus:
Rm= IHSGt− IHSGt−1 IHSGt−1
Return pasar tertinggi terjadi pada September 2010, yakni sebesar 0.13609 yang menggambarkan pasar sedang aktif. Return terendah terjadi pada Januari 2011, yaitu sebesar -0.07948 yang menggambarkan pasar sedang lemah.
Return harapan pasar adalah mean nilai return pasar pada periode penelitian yaitu tahun 2010 - 2011. Nilai return ekspektasi pasar dihitung dengan rumus:
E(Rm) =
∑Ni=1Rm N
Berdasarkan rumus tersebut, return harapan pasar ditentukan berikut ini:
E(Rm) = 0.44885 / 24
E(Rm) = 0.018702
Dan memperlihatkan nilai return harapan pasar (E(Rm)) tahun 2010 - 2011 adalah sebesar 0.018702
atau 1,87%.
Selanjutnya, untuk level return pada aktiva bebas, besaran risiko didapatkan dari kalkulasi suku bunga atas Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Dengan data bulanan tahun 2010-2011 merupakan data yang dipakai. Perhitungan return bebas risiko dilaksanakan dengan mengkalkulasi level rataan suku bunga pertahun pada setiap bulan selama periode penelitian kemudian dibagi 12 bulan, dimana data level suku bunga SBI menunjukkan bahwa suku bunga SBI tertinggi pada bulan Juni 20011 sebesar 7.363% dan suku bunga terendah diketahui sebesar 5.038% pada bulan Desember 2011. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan return aktiva bebas risiko (Rf) sebesar 0.545%
(0.005452). Selanjutnya, pertumbuhan level suku bunga SBI menunjukkan kecenderungan menurun mulai dari Januari 2010 sampai dengan Desember 2011. Kondisi itu menjadi indikasi perkembangan kondisi ekonomi yang semakin baik dan stabil.
Lalu, Beta menunjukkan seberapa besar perubahan return saham atas return pasar. Alpha suatu saham menunjukkan bagian dari return untuk tiap-tiap saham yang tidak terpengaruh pasar. Beta tiap-tiap saham dapat diperoleh memakai rumus:
βi = (σim
σm2) =
∑nt=1[(Rit− Rmt)(Rmt− Rmt)] ∑n (Rmt− Rmt)2
t=1
Sedangkan, Alpha masing-masing saham diperoleh menggunakan rumus:
αi = E(Ri) −βiE(Rm)
Berdasarkan perhitungan, diketahui bahwa saham Timah (Persero) Tbk. (TINS) memiliki beta terbesar yaitu sebesar 1.70344, sedangkan beta terkecil dimiliki oleh saham Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) yakni sebesar 0.20881. Saham Kalbe Farma Tbk. (KLBF) mempunyai nilai alpha tertinggi sebesar 0.03134 dan saham Aneka Tambang (Persero) Tbk. (ANTM) memiliki nilai alpha terendah sebesar -0.03235. Terdapat 9 saham dengan nilai alpha negatif yaitu ANTM, TINS, INCO, PTBA, TLKM, AALI, LPKR, ITMG dan INTP. Nilai beta yang besar menunjukkan pengaruh yang besar dari perubahan pasar terhadap return perusahaan tersebut. Dan sebaliknya, beta yang kecil menunjukkan pengaruh pasar yang kecil. Tabel 2. Nilai Beta dan Alpha Saham
No Emiten βi αi 1 AALI 0.82599 -0.01104 2 ANTM 1.46102 -0.03235 3 ASII 1.26349 0.01427 4 INCO 1.53110 -0.02301 5 INTP 0.88329 -0.00277 6 ITMG 1.09737 -0.00421 7 KLBF 0.92296 0.03134 8 LPKR 1.41109 -0.00676 9 PTBA 1.25836 -0.01694 10 SMGR 0.99534 0.00563 11 TINS 1.70344 -0.02968 12 TLKM 0.27226 -0.01242 13 UNTR 1.03018 0.00812 14 UNVR 0.20881 0.02384
Sumber: Analisis data
Risiko setiap saham antara lain risiko sistematis dan tidak sistematis. Besaran risiko penanaman modal setiap saham yaitu penjumlahan dari kumpulan risiko sistematis dan tidak sistematis.
1. Risiko Sistematis
Yakni risiko yang diakibatkan oleh perubahan pasar. Dari perhitungan risiko sistematis diketahui, bahwa risiko sistematis
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
25 tertinggi dimiliki oleh saham Timah (Persero)
Tbk. (TINS) yaitu sebesar 0.00841, sedangkan risiko sistematis terendah sebesar 0.00013 dimiliki oleh saham Unilever Indonesia Tbk. (UNVR).
2. Risiko Tidak Sistematis
Yakni risiko unik masing-masing perusahaan yang tidak dipengaruhi oleh pergerakan pasar.Perhitungan risiko tidak sistematis dilakukan dengan mencari nilai kuadrat kesalahan residual atau varian ei (σei2)
yang merupakan selisih antara nilai ekspektasi dengan nilai realisasi return saham. Risiko tidak sistematis diperoleh menggunakan rumus:
σei2 = 1
N∑[Ri− (αi+βi. Rm)] 2 N
i=1
Diketahui bahwa saham Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) merupakan saham dengan nilai risiko tidak sistematis terbesar dengan besaran sebesar 0.00984, dan saham Astra International Tbk. (ASII) mempunyai saham dengan nilai terkecil sebesar 0.00150. Risiko tidak sistematis akan semakin kecil dengan dibentuknya portofolio.
3. Risiko Total Tiap-Tiap Saham
Risiko total adalah hasil penambahan dari gabungan risiko tidka sistematis dan risiko sistematis. Risiko total diperoleh menggunakan rumus:
σi2 = βi2σm2+σei2
Jika didasarkan pada perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut, maka nilai risiko total saham individu terlihat pada tabel berikut: Tabel 3. Total Risiko Setiap Saham
N o Emiten βi 2.σ m2 σei2 σi2 1 AALI 0.00198 0.00392 0.0059 2 ANTM 0.00619 0.00258 0.00877 3 ASII 0.00463 0.00150 0.00613 4 INCO 0.00680 0.00613 0.01292 5 INTP 0.00226 0.00400 0.00626 6 ITMG 0.00349 0.00329 0.00678 7 KLBF 0.00247 0.00849 0.01096 8 LPKR 0.00577 0.00984 0.01561 9 PTBA 0.00459 0.00243 0.00702 10 SMGR 0.00287 0.00478 0.00765 11 TINS 0.00841 0.00502 0.01343 12 TLKM 0.00021 0.00204 0.00226 13 UNTR 0.00308 0.00278 0.00585 14 UNVR 0.00013 0.00516 0.00529 Sumber: Analisis data
Berdasarkan data, diketahui saham Lippo Karawaci Tbk. (LPKR) memiliki nilai risiko terbesar dengan besaran 0.01561, yang terdiri atas risiko tidak sistematis sebesar 0.00984 dan risiko sistematis sebesar 0.00577. Saham Telekomunikasi Indonesia Tbk. (TLKM) mempunyai nilai risiko terkecil dengan besaran 0.00226, yang terdiri atas risiko tidak sistematis sebesar 0.00204 dan sebesar 0.00021 untuk risiko sistematis.
Return ekspektasi yakni hasil yang diinginkan untuk didapatkan oleh investor pada masa depan. Nilai return tersebut untuk tiap-tiap saham diperoleh menggunakan rumus:
E(Ri) =αi+βiE(Rm)
Nilai return ekspektasi yang didapatkan dipakai untuk menyeleksi saham-saham yang dipakai dalam penyusunan portofolio. Nilai E(Ri) > 0 pada saham yang diikutkan untuk proses selanjutnya sedangkan saham yang memiliki E(Ri) ≤ 0 tidak masuk untuk proses selanjutnya. Setelah diseleksi diperoleh 12 saham yang memiliki E(Ri) > 0 yaitu TINS, AALI, INCO, PTBA, INTP, ITMG, LPKR, SMGR, UNTR, UNVR, ASII dan KLBF. Terdapat 2 saham dengan E(Ri) ≤ 0 yaitu ANTM dan TLKM.
Analisis Penyusunan Portofolio Optimal Menggunakan Indeks Tunggal
Excess Return to Beta menunjukkan kemampuan saham memberikan return dibandingkan dengan pengembalian aktiva bebas risiko. Langkah selanjutnya adalah menentukan nilai Cut of Point setiap saham. Cut of Point merupakan titik batas yang dipakai dalam melakukan separasi saham yang tidak dan termasuk dalam portofolio optimal. Saham yang memiliki nilai nilai Ci yang lebih kecil
dari ERB masuk dalam portofolio optimal. Kumpulan saham dalam portofolio optimal yaitu saham yang memiliki nilai ERB ≥ nilai ERB di titik C*. kumpulan saham dengan nilai ERB < nilai ERB di titik C* tidak masuk sebagai pembentuk portofolio optimal. Data dalam tabel sebelumnya memperlihatkan, bahwa ada 3 saham yang memiliki nilai ERB > nilai ERB di titik C*. kumpulan saham yang ikut dalam penyusunan portofolio optimal antara lain Astra International Tbk. (ASII), Kalbe Farma Tbk. (KLBF), dan Unilever Indonesia Tbk. (UNVR).
Saham lain yang tidak disebutkan sebelumnya tidak ikut dalam penyusunan portofolio optimal, sebab mempunyai nilai ERB < nilai ERB di titik C*. Sesudah mengetahui kumpulan saham yang termasuk dalam portofolio optimal, maka langkah berikutnya yaitu mengkalkulasi proporsi investasi
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
26 tiap-tiap saham yang telah dipilih. Jumlah proporsi
dana tiap-tiap saham diperoleh menggunakan hitungan rumus:
Xi = Zi ∑N Zj
j=1
Nilai Zi diperoleh menggunakan rumus:
Zi = βi
σei2(ERBi− C∗)
Kemudian, diperoleh besaran proporsi dana tiap-tiap saham yang menyusun portofolio, antara lain 36.111% untuk proporsi saham Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dengan level return ekspektasi 0.02774 dan level risiko 0.00529, kemudian proporsi saham Kalbe Farma Tbk. (KLBF) sebesar 28.604% dengan level risiko 0.01096 dan tingkat return ekspektasi 0.04860, serta proporsi saham Astra International Tbk. (ASII) 35.286% dengan level return ekspektasi 0.03790 dan level risiko sebesar 0.00613.
Perhitungan return ekspektasi dilakukan untuk mencari level pengembalian yang diinginkan untuk didapatkan dari portofolio saham yang telah ditentukan. Data yang digunakan adalah data tentang portofolio alpha dan beta, dan return pasar yang diinginkan. Return portofolio dapat diperoleh dengan hitungan yang memakai rumus:
E(Rp) = αp+ βpE(Rm)
Perolehan return ekspektasi menggunakan rumus tersebut di uraikan sebagai berikut:
E(Rp) = 0.02261 + (0.78523×0.0187)
E(Rp) = 0.03729
Berdasarkan perhitungan tersebut portofolio saham dapat memberikan return ekspektasi (E(Rp))
sebesar 3,729%.
Langkah selanjutnya menghitung risiko portofolio. Risiko portofolio diperoleh dengan memakai rumus:
σp2 = βp2σm2+ ∑ Xi2
n
i=1
σei2
Berdasarkan rumus diatas, perhitungan risiko portofolio diuraikan sebagai berikut:
σp2 = (0.61659 × 0.0029) + 0.00156
σp2 = 0.00334
Berdasarkan perhitungan di atas, diketahui tingkat risiko portofolio (σp2) adalah 0.334%.
Berikut ini ditampilakan perbandingan return ekspektasi saham individu dan return ekspektasi postofolio saham optimal, juga risiko saham individu dengan risiko portofolio optimal.
Tabel 4.Perbandingan Return Ekspektasi dan RisikoTiap-Tiap Saham Atas Risiko Portofolio dan Return Ekspektasi
Emiten σi2 σp2 Emiten E(Ri) E(Rp) UNVR 0.00529 0.00334 UNVR 0.02774 0.03729 KLBF 0.01096 KLBF 0.0486 ASII 0.00613 ASII 0.0379 Sumber: Analisis data
Hasil ekspektasi dan risiko menunjukkan bahwa investor dapat memperoleh tingkat return ekspektasi sebesar 3,729% dengan risiko minimal 0.334%.
Untuk itu, berdasarkan hasil analisis data di atas, diketahui bahwa sampel penelitian yang terdiri dari 14 saham perusahaan, diperoleh 3 buah saham perusahaan yang memenuhi persyaratan dalam penyusunan portofolio optimal yang memiliki kombinasi berikut ini.
1. Astra International Tbk. (ASII) 2. Kalbe Farma Tbk. (KLBF) 3. Unilever Indonesia Tbk. (UNVR)
Dengan didasarkan pada kombinasi dari ketiga saham di atas, didapatkan komposisi proporsi dana tiap-tiap saham, yaitu UNVR sebesar 0.36111, KLBF sebesar 0.28604, dan ASII sebesar 0.35286. Nilai return yang diinginkan dari portofolio optimal diperoleh nilai sebesar 0.03729 dan risiko portofolio diperoleh sebesar 0.00334. Nilai return harapan portofolio lebih besar dari return harapan saham UNVR dan KLBF, dan Risiko portofolio optimal lebih kecil dari risiko saham UNVR, KLBF dan ASII. Data tersebut memperlihatkan, bahwa return portofolio optimal yang tersusun terdapat di level return tertentu dan minimal level risikonya dari kumpulan saham individu yang menyusun portofolio optimal. Risiko tiap-tiap saham penyusun portofolio > risiko portofolio dan return ekspektasi berada dalam range return ekspektasi tiap-tiap saham yang menyusun portofolio.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Terpilih 3 saham dari total 14 saham yang dijadikan sampel, yang bisa masuk pada portofolio optimal.
2. Dari ketiga saham terpilih tersebut masing-masing kombinasi dan komposisin portofolio optimal yaitu KLBF dengan komposisi dana 0.28604, UNVR dengan proporsi dana 0.36111, dan ASII dengan proporsi dana sebesar 0.35286. 3. Portofolio yang optimal pada penelitian ini dinyatakan dalam proporsi investasi untuk setiap saham. Saham Unilever Indonesia Tbk.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 53 No. 2 Desember 2017| administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
27 Mendapat proporsi investasi terbesar,
sedangkan saham dengan proporsi investasi terkecil adalah saham Kalbe Farma Tbk.
4. Terbukti bahwa dalam membentuk portofolio optimal memakai indeks tunggal bisa menawarkan maksimal return dan meminimalisir risiko. Level risiko portofolio yang tersusun terdapat di level minimal dengan return ekspektasi portofolio tertentu.
Saran
Bagi calon investor yang ingin berinvestasi dalam saham syariah yang hendaknya:
1. Investor disarankan untuk menggabungkna saham dengan level return positif dan juga tidak hanya menanam modal pada satu saham saja, sehingga memungkinkan risiko saham terdifersifikasi menjadi semakin kecil.
2. Periode penelitian dapat diperpanjang sehingga diperoleh besarnya beta yang semakin baik yang menunjukkan pengaruh perubahan pasar terhadap saham-saham individu.
3. Dalam melakukan seleksi terhadap saham-saham yang akan dibentuk menjadi portofolio, investor diharapkan memilih saham dengan return optimal.
4. Investor disarankan untuk menanam modal pada saham KLBF, UNVR, dan ASII, berdasarkan pada komposisi menurut perhitungan indeks tunggal untuk memperoleh portofolio optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, H. Jusuf. 2005. Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan dan Investasi. Bandung: PT. Alumni.
Darmadji, Tjiptono dan Hendi M. Fakhrudin. 2001. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Jakarta: Salemba Empat. Hariyanto, Farid dan Siswanto Sudomo. 1998.
Perangkat dan Tehnik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia. Jakarta: PT Bursa Efek Jakarta.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastusti. 2004. Seri Penuntun Belajar Dasar-dasar Teori
Portofolio dan Analisis
Sekuritas(dilengkapi dengan penyelesaian soal). Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Husnan, Suad. 2003. Dasar-dasar Teori Portofolio
dan Analisis Sekuritas. Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Jogiyanto. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE.
Manurung, Jonni dan Adler Haymans Manurung. 2009. Ekonomi Keuangan dan Kebijakan Moneter. Jakarta: Salemba Empat.
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE.
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori Dan Aplikasi. Edisi Pertama. Yogyakarta: Kanisius.
Taniredja, Tukiran dan Hidayati Mustafidah. 2011. Penelitian Kauntitatif (Sebuah Pengantar). Bandung: Alfabeta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, Jakarta. Yuliati, Sri Handaru, Handoyo Prasetyo dan Fandy Tjiptono. 1996. Manajemen Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: Andi.